133
Laporan Praktek Lapangan Industri Pekerjaan : TAMBANG TERBUKA BATU SILIKA BUKIT NGALAU PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT Studi Kasus : “Evaluasi Biaya dan Keselarasan Kerja Alat Gali Muat dengan Alat Angkut pada Penambangan Batu Silika di Bukit Ngalau PT. Semen Padang ” Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D3- Teknik Pertambangan Oleh : TRIANDOKO MARDIAN BP. 2009/98013 Konsentrasi : Tambang Umum Program Studi : D-3 Teknik Pertambangan

efisiiensi kinerja alat berat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang kinerja alat berat dan alat angkut

Citation preview

Page 1: efisiiensi kinerja alat berat

Laporan Praktek Lapangan IndustriPekerjaan :

TAMBANG TERBUKA BATU SILIKA BUKIT NGALAU

PT. SEMEN PADANG SUMATERA BARAT

Studi Kasus :

“Ev a l u a s i B i ay a d an K e s e l ar as a n K er j a A l a t G a l i Mu at

d e n g an A l a t A n gk u t p ad a P en am b an ga n B at u S i l i k a

di Bukit Ngalau PT. Semen Padang ”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D3- Teknik Pertambangan

Oleh :

TRIANDOKO MARDIAN

BP. 2009/98013

Konsentrasi : Tambang Umum

Program Studi : D-3 Teknik Pertambangan

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

Page 2: efisiiensi kinerja alat berat

Ya Allah tetapkanlah hatiku untuk mensyukuri nikmat-MuYang telah Engkau berikan kepadaku dan kedua Ibu-Bapakku, serta kukerjakan amalan shaleh yang Engkau ridhai dan masukkan aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. (Qs. An-naml : 19)

Alhamdulillahrabbil`alaminYa Allah….Kumenyadari sepenuhnya yang kuperbuat hari iniBelum mampu membayar setetes keringat orang tuakuSetetes air mata pengorbanan orang tuaku, abang ku, adik ku, dan seluruh kawan-kawan kuKarenanya Ya Allah… Hamba memohon jadikanlahButiran-butiran keringat ku sebagai “mutiara” petunjuk saat orang-orang dalam kegelapanJadikanlah kelelahanku sebagai “penyejuk” dikala orang-orang dahaga (haus)

Hari ini dengan segala kerendahan hati Ku ucapkan syukur padamu Ya Rabbi….Ku panjatkan puja dan puji bagimu ya…. Tuhan ku….

Sebuah amanah keluarga telah berhasil kuselesaikan Sebagai bukti dan terima kasihku atas pengorbanan oran tua kuDan putih kasih saying ayahanda tercinta (Zaimardi)Dan ibuku tersayang (Lasmi)Serta abangkudan adikku yang kucintai

Hari ini keberjanji dan bertekad Untuk membalas dan membahagiakan Orang-orang yang menaruh harapan dan masa depan kepada kuJangan Engkau sia-sia kan pengorbanan mereka ya Tuhan ku….Kumohon dan memohon lagi Jangan sia-sia kan harapan merekaDan lancarkanlah semua usaha ku untuk mencapai cita-cita kuKarena Engkaulah maha pengasih dan lagi maha penyanyang

Amin… amin…Ya robbal`alaminWalhamdulliahirabbil`alamin

iiv

Page 3: efisiiensi kinerja alat berat

ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satu sumber daya yang ada adalah bahan tambang seperti batubara, emas, perak, dan batu kapur. Sumatera Barat mempunyai cadangan batu kapur terbesar di Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur yang ada di Sumatera Barat ditambang oleh PT. Semen Padang.

PT. Semen Padang memakai cara tambang terbuka (quarry) dengan metoda Quarry Side Hill yaitu sistem penambangan yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lereng bukit atau endapannya berbentuk bukit. Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, gypsum, tanah liat dan pasir besi. Di Bukit Ngalau hanya terdapat penambangan batu silika.

Untuk menilai apakah pekerjaan penambangan itu efektif atau tidak, maka penulis mengevaluasi pada pekerjaan penambangan batu silika di Bukit Ngalau. Bedasarkan hasil evaluasi yang penulis lakukan, dapat diketahui jumlah alat yang dibutuhkan, produktifitas masing-masing alat serta biaya yang paling efektif dan efisien. Pada saat ini untuk alat gali yang digunakan adalah 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket 3,2 m3 dan 3 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dengan kapasitas 15 ton dapat melebihi target produksi yaitu, dari 35.000 ton menjadi 36.450 ton dengan 25 hari kerja serta memerlukan biaya Rp 205.625.000,00 per bulan. Sedangkan, jika PT. Semen Padang menggunakan 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket 3,2 m3 dan 4 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dengan kapasitas 15 ton memerlukan biaya Rp 238.500.000,00 per bulan dan dapat memproduksi 48.600 ton batu silika.

iiivii

Page 4: efisiiensi kinerja alat berat

ABSTRACT

State of Indonesia is a country rich in natural resources, one of the existing resources are minerals such as coal, gold, silver, and limestone. West Sumatra has the largest limestone reserves in Indonesia. Most of the existing reserves of limestone mined in West Sumatra by PT. Semen Padang.

PT. Semen Padang used the method of open pit method with the Side Hill Quarry mining system that is applied to mine the rock or industrial mineral deposits are located on hillsides or hill-shaped sediment. Raw material for making cement are limestone, silica sand, gypsum, clay, and iron sand. In the ngalau Hill there are only mined silica.

To assess whether the mining work is effective or not, the authors evaluated the silica rock mining jobs in ngalau hill. Based on the results of the evaluation by the author, can be seen the amount of equipment needed, the productivity of each device as well as the most cost effective and efficient, which is to explore the tool used is 1 unit Komatsu PC 400 excavator with a bucket capacity of 3.2 m3 and 3 units dump Truck Mitsubishi HD 220 PS with a capacity of 15 tons can exceed production targets namely, from 35,000 tons to 36,450 tons to 25 working days and will cost Rp 205,625,000.00 in a month. Whereas, if the PT. Semen Padang using 1 unit Komatsu PC 400 excavator with a bucket capacity of 3.2 m3 and 4 units of Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS with a capacity to produce 15 tons will cost Rp 238,500,000.00 in a month.

ivviii

Page 5: efisiiensi kinerja alat berat

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri dengan judul:

“Ev a l u a s i B i a ya d an K es e l a ra s an K er j a A l a t G a l i M u a t

d e n g an A l a t A n gk u t p a d a P en am b an ga n Ba tu S i l i k a di Bukit

Ngalau PT. Semen Padang”.

Penulisan Laporan Praktek Lapangan Industri ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan kuliah pada Program Studi Diploma-3 Teknik

Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP).

Dalam penulisan Laporan Praktek Lapangan Industri ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan, pengarahan serta bantuan yang telah diberikan kepada

penulis, dengan ini penulis penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibuk Yoszi Mingsi Anaperta, ST. MT dan Dedi Yulhendra, ST. MT selaku

Dosen Pembimbing Laporan Praktek Lapangan Industri yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan kepada penulis sehingga Laporan

Praktek Lapangan Industri ini dapat diselesaikan.

2. Teristimewa untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah

memberikan dukungan secara moril dan materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.

vix

Page 6: efisiiensi kinerja alat berat

3. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik

Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

4. Bapak Drs. Tamrin Kasim, MT selaku Dosen Penasehat Akademis serta Ketua

Program Studi D-3 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Padang.

5. Seluruh dosen pengajar Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.

6. Bapak Ariyan Trisno, ST selaku Pembimbing di PT.Semen Padang.

7. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Semen Padang.

8. Kepada Resti Ramadhani yang selalu memberi semangat dan mengingatkan

dalam mengerjakan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.

9. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan Praktek Lapangan Industri di PT.

Semen Padang.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Padang (khususnya angkatan 2009).

11. Kepada seluruh orang-orang terdekat saya yang sudah membantu saya dalam

menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Industri ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Proyek Akhir ini jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang

dapat membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan

Praktek Lapangan Industri ini bermanfaat terutama untuk penulis sendiri,

perusahaan dan bagi pembaca yang memerlukan.

Padang, 2 Desember 2012

Penulis

vix

Page 7: efisiiensi kinerja alat berat

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ....................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

INDUSTRI ................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAAN LULUS UJIAN PRAKTEK LAPANGAN

INDUSTRI ................................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... v

BIODATA .................................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG................................................................ 1B. TUJUAN DAN MANFAAT....................................................... 2C. SISTEMATIKA PENULISAN.................................................. 3

BAB II LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

A. DESKRIPSI PERUSAHAAN1. Sejarah PT. Semen Padang.................................................... 42. Visi dan Misi PT. Semen Padang........................................... 63. Struktur Organisasi ................................................................ 7

B. DESKRIPSI PROYEK1. Lokasi dan Kesampaian PT. Semen Padang.......................... 7

viixi

Page 8: efisiiensi kinerja alat berat

2. Iklim dan Curah Hujan........................................................... 93. Keadaan Geologi dan Morfologi............................................ 94. Statigrafi dan Ganesa Bahan Galian ...................................... 105. Jumlah Cadangan .................................................................. 10

C. PROSES PELAKSANAAN PROYEK1. Perencanaan Penambangan .................................................... 112. Proses Penambangan ............................................................ 12

D. PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN1. Batu Kapur

a. Pemboran ......................................................................... 15b. Peledakan ......................................................................... 18c. Kegiatan Pemuatan .......................................................... 26d. Kegiatan Pengakutan ....................................................... 28e. Kegiatan Peremukan ........................................................ 29

2. Batu Silikaa. Kegiatan Penggalian ........................................................ 31b. Kegiatan Pemuatan .......................................................... 31c. Kegiatan Pengangkutan ................................................... 33d. Kegiatan Peremukan ........................................................ 34

E. DIAGRAM ALIR PENELITIAN ........................................... 37F. TEMUAN MENARIK .............................................................. 38

BAB III STUDI KASUS

A. PERUMUSAN MASALAH....................................................... 40B. TUJUAN STUDI KASUS ......................................................... 40C. PEMBATASAN MASALAH .................................................... 41D. LANDASAN TEORI

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi performance alat mekanis a. Pola Penggalian dan Pemuatan......................................... 41b. Swell Factor (Faktor Pengembangan) ............................. 43c. Faktor Keserasian (Match Factor) ................................... 45d. Efisiensi Alat ................................................................... 45e. Waktu Edar ...................................................................... 48

E. METODOLOGI PEMBAHASAN1. Pengambilan Data................................................................... 502. Penentuan Rumus yang Digunakan untuk Perhitungan Alat Berat

………………………………………………………………. 51F. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

1. Data Rata-rata yang di Dapat Dari Lapangan........................ 54

viiixii

Page 9: efisiiensi kinerja alat berat

2. Efisiensi Kerja Alat................................................................ 563. Produktifitas Alat Gali-Muat (Loading) dan Alat Angkut (Hauling)

……………………………………………………………….. 59G. PEMECAHAN MASALAH ATAU ANALISA HASIL

1. Jumlah unit alat Angkut dan Alat Gali-Muat yang Dibutuhkan untuk Mencapai Keserasian………………..…... . 64

2. Biaya Excavator Komatsu PC400 dalam 25 hari kerja …....... 654. Biaya 3 unit Dump Truck Dalam 25 hari kerja .................... 66

BAB IV PENUTUPA. KESIMPULAN........................................................................... 68B. SARAN........................................................................................ 69

DAFTAR PUSATAKA

LAMPIRAN

ixxiii

Page 10: efisiiensi kinerja alat berat

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Peta Lokasi dan kesampaian daerah......................................... 8

Gambar 2 Pemboran Batukapur................................................................. 17

Gambar 3 Anfo Mixer ............................................................................... 19

Gambar 4 Ohm Meter ............................................................................... 20

Gambar 5 Blasting Machine ..................................................................... 21

Gambar 6 Lead Wire ................................................................................. 22

Gambar 7 Detonator Listrik ...................................................................... 22

Gambar 8 Leg Wire ................................................................................... 23

Gambar 9 Connecting Wire ...................................................................... 23

Gambar 10 Penancapan Detonator pada power gel .................................... 25

Gambar 11 Rangkaian Peledakan (seri) ...................................................... 26

Gambar 12 Proses Pemuatan Batu kapur .................................................... 27

Gambar 13 Proses Pemuatan dengan Wheelloader ..................................... 28

Gambar 14 Pengangkutan Batu Kapur ........................................................ 29

Gambar 15 Crusher IIIA dan IIIB ............................................................... 30

Gambar 16 Penggalian Batu Silika ............................................................. 31

Gambar 17 Pemuatan Batu Silika................................................................ 32

Gambar 18 Dumping ................................................................................... 33

Gambar 19 Pengangkutan Batu Silika......................................................... 34

ixxiv

Page 11: efisiiensi kinerja alat berat

Gambar 20 Prinsip Kerja Crusher .............................................................. 35

Gambar 21 Mobile Hopper ......................................................................... 36

Gambar 22 Digram Alir Penelitian ............................................................. 37

Gambar 23 Excavator yang Menunggu ...................................................... 38

Gambar 24 Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat Terhadap

Alat Angkut............................................................................. 42

Gambar 25 Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut 43

xv

Page 12: efisiiensi kinerja alat berat

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Bahan Baku Pembuat Semen ................................................. 10

Tabel 2 Density dan Swell Factor dari bermacam material ................ 44

Tabel 3 Efisiensi Kradaan Alat ........................................................... 46

Tabel 4 Faktor Bucket Alat Muat ........................................................ 53

Tabel 5 Data Jam Kerja Dump Truck di Bukit Ngalau ....................... 55

Tabel 6 Data Kesedian Alat Dump Truck di Bukit Ngalau ................ 55

Tabel 7 Data Kesedian Alat Excavator di Bukit Ngalau...................... 56

Tabel 8 Data Jam Standby dan Jam Perbaikan Alat di Bukit Ngalau. . 56

Tabel 9 Efisiensi Kerja Alat................................................................. 59

Tabel 10 Perbandingan Analisa dan Lapangan ..................................... 67

xvi

Page 13: efisiiensi kinerja alat berat

1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Semen Padang

Lampiran 2. Data Curah Hujan

Lampiran 3. Waktu Edar Excavator Komatsu PC 400

Lampiran 4. Waktu Edar Excavator Komatsu PC 400 dan Dump Trcuk

Mitsubishi HD 220 PS

Lampiran 5. Spesifikasi Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS

Lampiran 6. Spesifikasi Excavator Komatsu PC 400

Lampiran 7. Performances alat berat

xii

xvii

Page 14: efisiiensi kinerja alat berat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan semen

sangatlah meningkat seiring dengan banyaknya pembangunan, oleh karena

itu PT. Semen Padang harus meningkatkan hasil produksi semen.

Ketersediaan bahan baku yang semakin tipis menuntut PT. Semen Padang

untuk menyusun strategi agar kebutuhan konsumen tetap terpenuhi. PT.

Semen Padang mempunyai target pencapaian produksi semen sebesar

5.566.400 ton ditahun 2012 ini dibutuhkan supply batu kapur 7.602.474

ton dan kebutuhan silika 871.858 ton, penambangan PT. Semen Padang

sampai dengan saat ini hanya mengandalkan sumber daya di Bukit Karang

Putih dengan jumlah cadangan yang semakin terbatas, sehingga untuk

memenuhi sasaran produksi tersebut akan mengoptimalkan penambangan

di Bukit Ngalau.

Akibat cadangan bahan baku semakin menipis sedangkan

pemenuhan produksi harus berkelanjutan maka dibutuhkan pengoptimal

penambangan di areal Bukit Ngalau agar produksi meningkat dan produk

yang dihasilkan dapat bersaing di dunia industri, hal ini dapat terwujud

jika dilakukan penambangan yang ramah lingkungan. Saat sekarang ini

industri semen semakin marak dipasaran, oleh karena itu PT. Semen

Padang harus menekan biaya produksi agar semen yang berkualitas baik

dapat dijual dengan harga murah dan tetap menjadi yang terdepan. Dalam

1

Page 15: efisiiensi kinerja alat berat

2

rangka mengoptimalkan penambangan Bukit Ngalau sangat dibutuhkan

rencana teknis penambangan terlebih dahulu agar dapat menganalisa

kebutuhan peralatan yang diperlukan.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Proyek

Tujuan yang ingin dicapai PT. Semen Padang dalam

penambangan batu silika di Bukit Ngalau adalah:

a. Menciptakan penambangan yang efisien, ekonomis, dan

berkelanjutan.

b. Menyediakan batu silika sebagai bahan dalam pembuatan semen.

c. Menciptakan penambangan yang ramah lingkungan.

d. Menghasilkan produk semen yang berkualitas baik.

2. Manfaat Proyek

Adapun manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan

yang dilakukan oleh PT. Semen Padang adalah:

a. Menambah devisa negara dari sektor penerimaan pajak dan bea

cukai.

b. Menambah pendapatan daerah dan Propinsi Sumatera Barat

melalui pemasukan pajak yang dibebankan kepada perusahaan.

c. Dengan adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang

akan berdampak terhadap perbaikan ekonomi masyarakat di sekitar

tambang.

Page 16: efisiiensi kinerja alat berat

3

C. Sistematika Penulisan

Penulisan Proyek Akhir ini terdiri dari empat bab yang saling

berhubungan satu sama lainnya. Disamping itu, pada bagian akhir

Proyek Akhir ini juga dilampirkan hal-hal yang berhubungan dengan

topik pembahasan. Secara garis besar masing-masing bab akan

membahas hal-hal sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang proyek , tujuan, manfaat, dan

sistematika penulisan Proyek Akhir.

Bab II. Laporan Kegiatan Lapangan

Bab ini membahas tentang deskripsi perusahaan, deskripsi

proyek, proses pelaksanaan proyek, pelaksanaan kegiatan lapangan, dan

temuan-temuan menarik di lapangan.

Bab III. Studi Kasus

Bab ini menjelaskan tentang perumusan masalah, landasan teori,

data, dan metodologi pemecahan masalah

Bab IV. Penutup

Bab ini merupakan penutup dari semua bab yang berisikan tentang

kesimpulan dan saran dari permasalahan yang dibahas.

Page 17: efisiiensi kinerja alat berat

4

BAB II

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

A. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah PT. Semen Padang

PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia

yang didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV

Nederlandsch Indische Portland Cement (NV NIPCM). Alasan pendirian

pabrik ini karena ditemukan cadangan batu kapur dan silika di Bukit

karang Putih dan Ngalau pada tahun 1906. Oleh seorang perwira Belanda

berkebangsaan Jerman yang bernama Ir. Carl Cristoper Lau. Kedua jenis

batu tersebut dibawa ke Belanda untuk diteliti kemudian hasil penelitian

menunjukkan bahwa kedua jenis bahan baku tersebut dapat dijadikan

bahan baku untuk membuat semen. Sedangkan bahan baku yang satunya

lagi yaitu tanah liat terdapat di perkampungan Indarung.

Ketiga bahan baku utama tersebut memiliki cadangan yang

terbesar sehingga pemerintah Belanda yang berkuasa saat itu untuk

mendirikan pabrik semen. dengan kegigihan dan kerja keras Ir. Carl

Christoper Lau yang menghimpun kerja sama dangan perusahaan besar

seperti Fa. Gebroeders Veth, Fa. Yarman dan Soon serta pihak swasta

lainnya, maka tanggal 18 maret 1910 berdirilah pabrik semen ini dengan

notaries Johannes Pieder Smith di Amsterdam dengan nama NV.

Nedherlandsch Portand Cement Maatchappij (NIPCM). Pabrik ini mulai

memproduksi semen pada tahun 1913.

4

Page 18: efisiiensi kinerja alat berat

5

Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942-1945, pabrik

diambil alih dengan manajemen Asano Cement. Setelah proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Pabrik ini

diambil alih oleh karyawan dan diserahkan kepada pemerintah Republik

Indonesia dengan nama Kilang semen Indarung. Pada Agresi Militer I

tahun 1947, pabrik dikuasai kembali oleh Belanda dan namanya diganti

menjadi NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NV PPCM).

Berdasarkan PP No. 50 tanggal 5 Juli 1958, tentang penentuan

perusahaan dan pertambangan milik Belanda dikenakan Nasionalisasi,

maka NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NV PPCM)

dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola

Perusahaan Industri Tambang (BAPPIT) Pusat. Setelah tiga tahun dikelola

BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 135 tahun

1961 status perusahaan dirubah menjadi Perusahaan Negara . Akhirnya

pada tahun 1971 melalui peraturan pemerintah No 7, menetapkan Semen

Padang menjadi PT. Semen Padang dengan Akta Notaris 5 tanggal 4 Juli

1872.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia No.5-326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolisasi atas

3 (tiga) pabrik semen milik pemerintah yaitu PT. Tonasa (PTST), PT.

Semen Padang (PTSP), PT. Semen Gresik, yang teralisir pada tanggal 15

September 1995. Sehingga saat ini PT. Semen Padang berada dibawah PT.

Semen Gresik Group.

Page 19: efisiiensi kinerja alat berat

6

Tahun 1998, pemerintah menjual 4% SSG kepada CEMEX

(Perusahaan Kanada) yang kemudian menjadi 25,53% dengan demikian

PT. Semen Padang dikuasai juga oleh CEMEX, sejak awal masyarakat

Sumatera Barat pada umumnya dan masyarakat Padang pada Khususnya

menolak gagasan pemerintah tersebut, karena tempat Industri dan bahan

baku PT. Semen Padang merupakan tanah ulayat (tanah kaum) masyarakat

minang kabau, sehingga masyarakat Minang Kabau tidak rela jika tanah

ulayatnya jatuh ketangan orang asing.

Pada tahun 2006 silam masyarakat pun mendesak agar PT. Semen

Padang lepas dari SSG, dan saham pun diminta agar sepenuhnya kembali

ketangan PT. semen Padang, nampaknya permasalahan ini belum tuntas

oleh Pemerintah Republik Indonesia, dan semoga permasalahan ini dapat

terselesaikan dengan waktu yang secepatnya.

2. Visi dan Misi PT. Semen Padang

a. Visi

Menjadi Industri semen yang handal, unggul dan berwawasan

lingkungan.

b. Misi

1) Meningkatkan nilai perusahaan bagi stakeholder, bertumbuh dan

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

2) Mengembangkan Industri berwawasan lingkungan

3) Mengembangkan sumberdaya manusia yang berkompeten dan

professional.

Page 20: efisiiensi kinerja alat berat

7

3. Struktur Organisasi

Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut , PT. Sememn Padang

menyusun struktur organisasi perusahaan, ini dimaksudkan agar

perusahaan maju dan berkembang, serta menghasilkan produksi semen

yang bermutu dan berkualitas. Struktur organisasi dapat dilihat pada

lampiran 1.

B. Deskripsi Proyek

1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi PT. Semen Padang terletak di Indarung, sekitar 15 Km di

sebelah Timur kota Padang, secara administrasi termasuk dalam

Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Madya Padang, Provinsi Sumatera

Barat dengan ketinggian lebih kurang 200 m di atas permukaan laut.

Indarung terletak di kaki Bukit Barisan yang membujur dari Utara

ke Selatan, dan secara geografis terletak antara garis meridian

LS sampai LS dan BT sampai BT.

Berbatasan ke arah Barat dengan kota Padang, ke arah Timur dengan

kabupaten Solok, ke arah Utara dengan kabupaten Batu Sangkar dan ke

arah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

Lokasi penambangan Silika berada di Bukit Ngalau. Bukit Ngalau

terletak ± 1,5 km arah Tenggara pabrik yang terletak antara 0°76´ 23,56

´´LS sampai 0°76´ 45,44´´LS dan 100° 47´ 5,31´´BTsampai dengan

100°47´ 43,56´´BT.

Page 21: efisiiensi kinerja alat berat

8

Daerah penambangan ini dihubungkan dengan jalan yang telah di

beton dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum atau naik

kendaraan milik karyawan PT. Semen Padang. Lokasi penambangan batu

silika di Bukit Ngalau dapat dilihat pada gambar 1 peta lokasi dan

kesampaian daerah dibawah ini.

SS

umber : Google, Search, 2012

Gambar 1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

BUKIT NGALAU

Page 22: efisiiensi kinerja alat berat

9

2. Iklim dan Curah Hujan

Iklim di daerah PT. Semen Padang adalah iklim tropis yang

memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan

kisaran temperatur 27°-35°C.

Cuaca dapat mempengaruhi efektivitas kerja pada

penambangan yang menggunakan metode tambang terbuka. Cuaca

yang sering hujan dapat menyebabkan kondisi jalan tambang yang

becek dan lengket sehingga akan mempengaruhi kinerja alat maupun

operator, dan membuat waktu kerja akan lebih pendek, demikian juga

sebaliknya apabila cuaca pada musim kemarau yang menyebabkan

jalan tambang jadi berdebu. Data curah hujan rata-rata dapat dilihat

pada lampiran 2.

3. Keadaan Morfologi dan Geologi

Keadaan morfologi daerah ini merupakan bukit yang sangat

terjal. Morfologi bukit ngalau merupakan daerah perbukitan

bergelombang hingga sangat terjal. Morfologi ini berada pada

ketinggian 229-410 meter dari permukaan laut.

Batu silika tersusun oleh silsilium oksida (SiO2) dan

Alumunium Oksida (Al2O3), terjadi secara organik rombakan dan

kimia. Skala kekerasan atau skala Mohs batu silika adalah 7. Lapisan

tanah yang dijumpai pada lokasi penambangan terdiri dari batu silika

dan basalt.

Page 23: efisiiensi kinerja alat berat

10

4. Stratigrafi dan Ganesa Bahan galian

Batu silika termasuk golongan rijang (chert), radiolarian dan

tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan

terbatas sekali. Lapisan rijang terbentuk di atas lantai laut dan danau.

Kerangka silika terbentuk dari organisme mikroskopik  terakumulasi

membentuk silika. Organisme ini adalah diatom, terdapat di danau dan

terakumulasi dalam laut, meskipun radiolaria lebih umum sebagai

komponen utama silika di laut. Sifat fisik dari batu silika diantaranya,

berwarna keputihan, coklat, putih susu, coklat muda-tua kemerahan,

ungu kekuningan, hijau dan agak tembus cahaya.

5. Jumlah Cadangan

Berdasarkan data yang didapatkan cadangan batu silika yang

terdapat di Ngalau ± 6 juta ton. Silika termasuk dalam komposisi

pembuatan semen. Adapun bahan baku pembuat semen dapat dilihat

pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Bahan Baku Pembuat Semen

Jenis-jenis bahan baku Perbandingan berat (%)

Batu kapur 81%

Pasir silica 5%Clay/ tanah Liat 10%

Gypsum 1%Pasir besi 3%

Sumber : PT. Semen Padang

Page 24: efisiiensi kinerja alat berat

11

C. Proses Pelaksaan Proyek

1. Perencanaan Penambangan

Penambangan batu silika di Bukit Ngalau menggunakan sistem

penambangan terbuka. Penambangan batu silika tidak melalui proses

peledakan tetapi langsung ditambang dengan menggunakan excavator.

Untuk merencanakan dan mengetauhi daerah yang akan di

tambang , ataupun sedang ditambang, perlu dilakukannya kegiatan survey

dan pengukuran. Data yang diperoleh hasil survey dan pengukuran ini

berguna nantinya untuk memetakan front penambangan.

Untuk kegiatan pengukuran ini diperlukan sebuah GPS (Global

Position System) yang terhubung dengan satelit, dan peralatan pendukung

lainnya. Untuk melakukan survey dan pengukuran melalui GPS

diharapkan dapat melalui prosedur-prosedur, yakni :

a. Cek semua peralatan.

b. Tempatkan antena pada posisi yang benar.

c. Orientasikan atena kearah yang benar, dan ukur tinggi antena.

d. Cek mode pangamatan pada receiver GPS

e. Koordinat pendekatan

f. Interval data

g. Besar Maks. Angle

h. Nomor titik dan nomor proyek

i. Zona waktu

j. Waktu mulai dan selesai pengamatan

Page 25: efisiiensi kinerja alat berat

12

Setelah mengetahui data hasil survey pengukuran dan sistem yang

efisien untuk melakukan penambangan, perlu direncanakan cara untuk

melakukan penambangan tersebut. Sehingga dapat meminimalisir

pengeluaran untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.

2. Proses Penambangan

a. Perintisan

Perintisan adalah pembuatan jalan masuk untuk pembukaan daerah

yang akan digunakan sebagai aktivitas penambangan (front baru).

Biasanya meliputi penebangan pohon dan pembersihan dari semak

belukar. Hal ini bertujuan untuk membuat jalan masuk sampai dapat

ditempatkan peralatan pada lokasi baru tersebut.

b. Pembabatan (clearing)

Pembabatan merupakan pekerjaan pengembangan yang bertujuan

untuk membersihkan daerah penambangan yang baru dari vegetasi

tumbuhan pada luas areal tertentu. Biasanya kegiatan tersebut meliputi

aktivitas penebangan pohon dan pembuangan.

c. Penambangan (mining)

Pada lokasi penambangan tanah penutupnya mengandung silika,

jadi overburdennya selama pengupasan juga bisa dimanfaatkan untuk

diproduksi. Sebelum dilakukan penambangan batu kapur maka dilakukan

penambangan silika terlebih dahulu dengan mengunakan alat berat

excavator sebagai alat gali dan muat lalu dump truck sebagai alat angkut.

Page 26: efisiiensi kinerja alat berat

13

d. Pemuatan (Loading I)

Loading merupakan proses pemuatan material ke alat angkut.

Excavator dan Whel loader, biasanya melakukana pekerjaan penggalian

dan pemuatan, sedangkan wheel loader digunakan untuk pemuatan pada

daerah loading area.

Waktu siklus alat muat adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk

melakukan pekerjaan dari awal hingga akhir dan kembali lagi pada

keadaan awal. Gerakan yang dilakukan alat muat adalah :

1) Waktu gali

Waktu gali adalah waktu yang dibutuhkan excavator untuk

mengisi bucket.

2) Waktu swing isi

Adalah waktu yang dibutuhkan excavator untuk membawa

bucket yang terisi material ke alat angkut.

3) Waktu Tumpah

Adalah waktu yang dibutuhkan excavator untuk

menumpahkan material isi bucket ke alat angkut.

4) Waktu swing kosong

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengayunkan bucket

kembali ke gerakan penggalian.

5) Waktu terbuang (Spot Time)

Adalah keadaan dimana alat muat menunggu sedangkan alat

angkut melakukan pengakutan.

Page 27: efisiiensi kinerja alat berat

14

e. Pengangkutan (Hauling)

Pengakutan bertujuan untuk memindahkan material silika

menuju tempat dumping point.

Pencatatan waktu siklus alat angkut, gerakan yang dilakukan alat angkut

adalah :

1) Waktu Manufer I

Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk membelok

hingga mundur mengatur posisi untuk diisi oleh alat muat.

2) Waktu Muat

Adalah lama waktu pengisian material ke alat angkut.

3) Waktu Angkut

Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk membawa

material dari tempat pengisian ke tempat dumping (penumpahan).

4) Waktu Manufer II

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk membelok dan bersiap

untuk dumping.

5) Waktu Tumpah (dumping)

Adalah waktu yang dibutukan alat untuk menumpahkan

material.

6) Waktu Kembali

Adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk kembali ke

tempat pengisian material.

Page 28: efisiiensi kinerja alat berat

15

7) Waktu Terbuang (Spot Time)

Adalah keadaan dimana alat angkut menunggu sedangkan alat

muat masih mencari material.

f. Peremukan (Crushing)

Crusher bertujuan untuk menghancurkan atau mengubah

ukuran (mesh) batu silika sesuai dengan permintaan pabrik. Material

yang telah diremukkan dibawa ke storage dengan menggunakan belt

conveyor.

D. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan

Menurut jadwal yang telah ditentukan oleh Pusdiklat PT. Semen

Padang penulis memulai kegiatan lapangan dari tanggal 11 September 2012

sampai 26 Oktober 2012. Selama di lapangan penulis mengamati aktifitas

penambangan, berikut penulis sampaikan kegiatan lapangan yang diamati

selama di lapangan:

1. Batu Kapur

a. Pemboran (Drilling)

Pemboran adalah suatu kegiatan untuk membuat lubang ledak

terhadap batuan yang akan dibongkar dengan manggunakan alat bor

yang sesuai dengan keadaan batuan. Tujuan dari kegiatan pemboran

adalah membuat lobang ledak untuk tempat pengisian bahan peledak.

Pada pelaksanaan di lapangan arah pemborannya.

Tahap-tahap kegiatan pemboran terdiri dari :

Page 29: efisiiensi kinerja alat berat

16

1) Persiapan pemboran

Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan antara lain :

a) Melakukan pembersihan pada lahan yang akan dibor supaya

nantinya dalam proses pemboran tidak mengalami kesulitan

dalam menentukan titik yang akan dibor. Proses pembersihan

ini menggunakan alat bulldozer.

b) Memberikan tanda atau titik yang akan dibor, pekerjaan ini

dilakukan oleh tin survey dan perencanaan dengan pola

pemboran bujur sangkar (square pattern) dan ukuran yang

telah direncanakan ialah burden 4 meter dan spasi 4 meter

kemudian masing-masing titik ditandai dengan menggunakan

cat semprot yang berwarna terang agar mudah untuk dilihat

oleh operator bor saat melakukan pemboran.

2) Pelaksanaan pemboran

Pelaksanaan pemboran di area “Y” Quarry Bukit Karang

Putih dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat bor, yaitu

Ingersoll Rand Drill Master 30 (DM 03), JunJin JD-800,

Furukawa 1500 ED II. Ingersoll Rand Drill Master memiliki

panjang stang 7,8 meter, panjang Bit 1,2 meter dan memiliki 3

buah Jack dengan panjang 1 meter untuk kedudukan saat

melakukan pemboran. Alat tersebut dapat dilihat pada gambar 4 di

bawah ini:

Page 30: efisiiensi kinerja alat berat

17

Gambar 2. Pemboran Batu kapur

Pelaksanaan pemboran dimulai dari :

a) Mengambil posisi untuk titik yang akan dibor

b) Menurunkan 3 buah Jack secara satu persatu untuk melevelkan

alat bor supaya arah pemboran lurus.

c) Menaikkan menara (Rig).

d) Memulai pemboran dengan cara menurunkan stang bor secara

perlahan.

e) Setelah pembuatan lubang selesai, stang bor dinaikkan lagi lalu

menurunkan menara (Rig).

f) Menaikkan Jack satu persatu.

g) Pindah posisi lalu mengambil posisi untuk membor titik patok

selanjutnya.

Page 31: efisiiensi kinerja alat berat

18

Hambatan – hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran

berlangsung antara lain :

(1) Menentukan titik yang akan dibor pada lokasi yang tidak datar

dan adanya terdapat tonjolan pada lantai jenjang (toe).

(2) Melakukan pemboran ulang jika tergenang air.

(3) Kerusakan alat bor

(4) Masuknya material lepas ke dalam lubang sehingga terjadi

penyumbatan

(5) Mengatasi terjepitnya alat bor pada saat melakukan pemboran.

3) Pemindahan alat bor

Apabila waktu untuk peledakan sudah tiba, maka segala

kegiatan di lokasi peledakan dihentikan dan semua peralatan dan

alat-alat berat tambang dijauhkan hingga pada jarak yang dirasa

aman, termasuk juga alat bor harus menghentikan kegiatan

pemboran dan menuju jarak aman ± 200 meter dari lokasi

peledakan.

b. Peledakan (Blasting)

Peledakan bertujuan untuk menghancurkan, membongkar,

melepas atau memecah batuan semula berdimensi besar menjadi

dimensi lebih kecil sehingga mudah dalam kegiatan pengangkutan atau

proses penambangan selanjutnya.

Page 32: efisiiensi kinerja alat berat

19

1) Persiapan peledakan

Dalam kegiatan peledakan merupakan kegiatan untuk

memisahkan atau menbongkar lapisan batuan dari masa batuan

induknya. Proses peledakan dilakuakan telebih dahulu

mempersiapkan peralatan. Peralatan kegiatan proses peledakan

yang digunakan PT. Semen Padang antara lain sebagai berikut :

a) ANFO Mixer

ANFO Mixer merupakan alat yang digunakan untuk

mengaduk ammonium nitrat dengan solar untuk dijadikan

ANFO . Alat ini berada di gudang dekat kantor juru ledak. Anfo

mixer dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Anfo mixer

Cara kerja Anfo mixer sebagai berikut :

(1) Masukan AN (Amonium Nitrat) kedalam tempat

pengadukan dan buka tutup kran FO (Fuel Oil) dengan

perbandingan AN 95,5% dan FO 4,5%.

Page 33: efisiiensi kinerja alat berat

20

(2) Hidupkan Mesin dan mulai proses pencampuran.

(3) Apabila telah tercampur sempurna AN dan FO akan naik ke

tempat penampungan secara otomatis dan masuk kedalam

karung yang telah disediakan.

(4) ANFO telah siap digunakan untuk peledakan.

b) Ohm meter

Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

tahanan listrik dalam rangkain dan untuk pengecekkan apakah

semua sambungan telah tersambung dengan baik dalam

rangkaian peledakan. Cara penggunaan alat ini sangat mudah,

tinggal masukan kabel leg wire dan lead wire kedalam lubang

yang ada disetiap sisi atas alat dan hitung tahanannya. Tahanan

yang ideal apabila alat ini menunjukan tiga satuan angka. Ohm

meter dapat dilihat pada gambar 4 dibawah.

Gambar 4. Ohm meter

Page 34: efisiiensi kinerja alat berat

21

c) Blasting machine

Merupakan alat yang berfungsi sebagai penghasil arus

listrik untuk meledakkan detonator listrik. Cara kerjanya cukup

sederhana dengan memasukan kabel utama atau lead wire

kedalam lubang blasting machine lalu panaskan dengan

memutar berkali-kali, tunggu aba-aba dari juru ledak dan tekan

tombol fire untuk peledakan. Blasting machine dapat dilihat

pada gambar 5 dibawah.

Gambar 5. Blasting machine

d) Lead Wire

Merupakan kabel utama yang menghubungakan sumber

utama listrik (Blasting machine) dengan Leg wire detonator

listrik. Lead wire dapat dilihat pada gambar 6 di bawah.

Page 35: efisiiensi kinerja alat berat

22

Gambar 6. Lead wire

e) Cangkul

Merupakan alat yang digunakkan untuk memasukkan

stemming kedalam lubang ledak.

f) Detonator listrik

Berfungsi sebagai penggalak primer dengan

menggunakan arus listrik ulang dihasilkan blasting machine.

Detonator listrik dapat dilihat pada gambar 7 dibawah.

Gambar 7. Detonator Listrik

Page 36: efisiiensi kinerja alat berat

23

g) Leg wire

Merupakan dua kawat yang menjadi satu dengan

detonator listrik yang berfungsi untuk penghantar arus listrik ke

detonator. Leg wire dapat dilihat pada gambar 8 dibawah.

Gambar 8. Leg Wire

h) Kabel penghubung (connecting wire )

Kabel penghubung adalah kabel yang menghubungkan

antara rangkaian detonator listrik dengan kabel utama dan

antara leg wire detonator yang satu dengan leg wire detonator

yang lainnya. Connecting wire dapat dilihat pada gambar 9

dibawah.

Gambar 9. Connecting wire

Page 37: efisiiensi kinerja alat berat

24

Kemudian dilakukan proses pengecekkan oleh juru ledak

berapa jumlah lubang ledak yang diselesaikan oleh operator bor.

Karena ada kalanya lubang ledak tidak terselesaikan oleh operator

bor yang disebabkan adanya hambatan alam kegiatan pemboran.

Pengecekkan lubang ledak utnuk memastikan apakah lubang

tersebut aman dari genangan air. Biasanya dilakukan apabila

sebelumnya dilapangan hujan. Jika terdapat genangan air

ditanggulangi dengan cara di pompa.

2) Pengisian Bahan Peledak

Setelah dipastikan lubang ledak aman dari genangan air

barulah dilakukan proses pengisian bahan peledak kedalam lubang

ledak (charging) sesuai dengan jumlah lubang ledak, setiap harinya

jumlah lubang ledak sekitar ± 100 lubang/hari dan melakukan

perangkaian untuk siap diladakkan. Prosedur peledakan mulai dari

awal hingga akhit antara lain :

a) Menancapkan detonator pada powergel untuk dijadikan primer

dan memasukkan ke lubang ledak. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 10 dibawah ini.

Page 38: efisiiensi kinerja alat berat

25

Gambar 10. Penancapan detonator pada powergel

b) Memasukkan ANFO sebanyak kurang lebih 50 kg (2 karung).

(1) Memasukkan stemming yang berasal dari cutting pemboran

lubang ledak tersebut.

(2) Lakukan perangkain peledakan, leg wire dengan leg wire

dan leg wire dengan lead wire.

(3) Pengecekkan tahanan dengan menggunakan ohm meter,

untuk memastikan semua rangkaian tersambung dengan

baik. Rangkaian tersambung dengan baik apabila ohm

meter menunjukkan jumlah tahanan pada rangkaian yang

terdiri dari detonator, leg wire, dan lead wire kurang lebih

dengan hasil perhitungan oleh juru ledak.

3) Perangkaian peledakkan

Melakukan perangkaian dengan sistem rangkaian seri yang

menyambungkan kabel yang menghubungkan antara detonator

listrik dengan kabel utama dan antara Leg wire detonator yang satu

dengan Leg wire detonator yang lainnya. Dan kabel utama

disambungkan ke Blasting machine yang letakanya 300 meter dari

lokasi lubang ledak untuk pengamanan juru ledak saat meledakkan

detonator listrik. Sebelum peledakkan dilakukan harus dihitung

tahanan listrik dan untuk pengecekkan apakah semua sambungan

telah tersambung dengan baik dalam rangkaian peledakkan dengan

menggunakan alat ohm meter. Jumlah lubang ledak berkisar antara

Page 39: efisiiensi kinerja alat berat

26

20-80 lubang ledak dalam sekali peledakan. Delay antar lubang

ledak adalah 0,07 ms. Sebelum memulai peledakan tunggu aba-aba

dari juru ledak. Setelah juru ledak bilang tembak baru rangkaian

dapat diledakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 11

dibawah ini.

Gambar 11. Rangkaian Peledakan (seri)

c. Kegiatan Pemuatan

Pemuatan adalah mengambil material yang sudah diledakkan

kemudian dipindahkan kedalam alat angkut. Alat muat yang tersedia di

lapangan Bukit Karang Putih terdapat 3 unit excavator yaitu merk

Hitachi EH 4, Dossan PC 200, dan PC 400. Dengan kapasitas masing-

masing bucket adalah : EH 4 = 6,5 m3, PC 200 = 0,6 m3, PC 400 = 3,6

m3.

Pemuatan yang dilakukan adalah excavator naik ke atas

tumpukkan material yang akan dimuat kemudian menggali dan

memuatnya ke dalam Dump truck. Terkadang excavator turun dari

Page 40: efisiiensi kinerja alat berat

27

material yang akan diangkut, karena material yang diangkut tinggal

sadikit. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12. Proses Pemuatan batu kapur

Proses pemuatan dilakukan pada loading area yang merupakan

tempat tumpukan material dari hasil dumping. Pada tahapan ini

menggunakan alat muat whel loader yaitu LC 6 dengan kapasitas

bucket 12,5 m3. Apabila tumpukan material masih banyak di stockpile,

whel loader langsung memuat material ke crusher, namun apabila

material yang di stockfile tinggal sedikit wheel loader mengambil

material pada loading area dan memuatnya ke dumptruck untuk

dibawa ke stockpile atau langsung ke crusher. Proses pemuatan dengan

wheel loader bisa dilihat pada gambar 13.

Page 41: efisiiensi kinerja alat berat

28

Gambar 13. Proses Pemuatan dengan Wheel loader

d. Kegiatan Pengangkutan

Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut

material hasil peledakan ke dumping area yang diluncurkan dari lereng

bukit dengan kemiringan 700-600 dengan ketinggian 115-125 meter.

Kegiatan ini disebut rock slide.

Kegiatan dumping batukapur dilakukan secara bergantian.

Jika crusher sedang beroperasi di loading area VII dan begitu

sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau menghindari

kecelakaan dalam bekerja. Pada Bukit Karang Putih terdapat 6 unit alat

angkut. Untuk lebih jelasnya proses pengangkutan batukapur dapat

dilihat pada gambar 14.

Page 42: efisiiensi kinerja alat berat

29

Gambar 14. Pengangkutan batu kapur

e. Kegiatan Peremukan / Pereduksian Batuan

Kegiatan peremukan / pereduksian batuan ini bertujuan untuk

memperkecil ukuran batuan sesuai dengan permintaan pabrik dengan

menggunakan alat crusher. Pada crusher terjadi perobahan ukuran dari

besar menjadi lebih kecil tanpa menggunakan zat kimia.

Pada di setiap crusher terdapat stockpile sebagai tempat

penumpukan batu kapur sementara. Di Bukit Karang Putih terdapat 2

kegiatan peremukan batu kapur yaitu,

1) Kegiatan pada LSC IIIA dan LSC IIIB

Pada LSC IIIA dan LSC IIIB tidak terdapat moser. Material

yang telah dibawa dari loading area oleh dump truck atau

whelloader langsung masuk ke mulut crusher dengan ukuran 1000

mm. Kapasitas dari masing –masing crusher adalah 600 – 1000

Page 43: efisiiensi kinerja alat berat

30

ton/jam. Proses kegiatan pada crusher ini sama dengan LSC II, LSC

IIIA dan LSC IIIB.

Proses kerja crusher sebagai berikut:

a) Hopper yaitu tempat memasukkan material

b) Feeder yaitu alat berupa rantai yang membawa material ke

roller.

c) Roller yaitu sebagai alat pengumpan ke Hammer crusher.

d) Hammer crusher merupakan alat tempat pemecahan material.

e) Gratebar merupakan alat yang berfungsi sebagai saringan

material.

f) Belt conveyor adalah alat yang berfungsi untuk membawa

material yang lolos dari gratebar ke storage.

g) Storage merupakan gudang pengumpulan material yang akan di

olah dan berada di area Departemen Produksi.

Gambar 15. Crusher IIIA dan IIIB

Page 44: efisiiensi kinerja alat berat

31

2. Batu silika

a. Kegiatan penggalian

Penggalian batu silika di Bukit Ngalau menggunakan 1 unit

excavator merk Komatsu PC 400 dengan kapasitas bucket 3,2 m3.

Penggalian batu silika langsung menggunakan excavator tanpa melalui

peledakan seperti batu kapur. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

gambar dibawah.

Gambar 16. Penggalian batu silika

b. Kegiatan pemuatan

Pemuatan adalah mengambil material yang sudah digali

kemudian dipindahkan kedalam alat angkut. Alat angkut yang tersedia

di bukit ngalau terdapat dump truck merk Mitsubishi HD 220 PS

dengan kapasitas bucket 15 ton.

Pemuatan yang dilakukan adalah excavator naik ke atas

tumpukkan material yang akan dimuat kemudian menggali dan

Page 45: efisiiensi kinerja alat berat

32

memuatnya kedalam Dump truck . Terkadang excavator turun dari

material yang akan diangkut, karena material yang diangkut tinggal

sedikit. Proses pemuatan dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini.

Gambar 17. Pemuatan Batu Silika

Hambatan–hambatan yang terjadi selama kegiatan penambangan

berlangsung:

1) Ada alat muat yang rusak

Adanya alat muat yang rusak, seperti pecahnya hoes

hydraulic pada excavator Komatsu PC 400 dapat mengganggu

target produksi.

2) Keadaan material

Lokasi yang tidak rata menyebabkan alat muat terlebih

dahulu membersihkan area tersebut, selain itu alat angkut pun

sedikit kesulitan dan lama mencapai lokasi, sehingga produktifitas

Page 46: efisiiensi kinerja alat berat

33

alat muat menjadi sedikit. Untuk menghindari hal ini dipergunakan

Bulldozer untuk meratakan lokasi.

c. Kegiatan Pengangkutan

Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut

material hasil muatan dari loading area ke crusher yang berjarak 1200

m. Proses peluncuran batu silika ke mobile crusher dapat dilihat pada

gambar 18 berikut ini.

Gambar 18. Dumping

Page 47: efisiiensi kinerja alat berat

34

Hambatan-hambatan dalam kegiatan pengangkutan selama

berlangsung adalah :

1) Jalan areal penambangan tidak rata dan lebar jalan angkut tidak

sesuai dengan lebarnya mobil yang membuat operator dump truck

harus berhenti saat berseslisih jalan

2) Banyaknya material yang terbuang pada jalan dapat menghambat

proses penganGkutan material.

3) Adanya alat muat yang rusak.

4) Tidak adanya rambu-rambu seperti jalan di belokan jalan tambang

yang sedikit patah kelokannya membuat operator dump truck

kesulitan untuk mengoperasikan dump truck saat pengangkutan

material saat sedang berhadapan dengan dump truck satunya yang

bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas jalan tambang.

Untuk lebih jelasnya proses pengangkutan batu silika dapat

dilihat pada gambar 19 di bawah ini.

Gambar 19. Pengangkutan Batu silika

Page 48: efisiiensi kinerja alat berat

35

d. Kegiatan Peremukan / Pereduksian Batuan

Kegiatan peremukan/pereduksian batuan ini bertujuan

untuk memperkecil ukuran batuan sesuai dengan permintaan pabrik

dengan menggunakan alat crusher. Pada crusher terjadi perubahan

ukuran dari besar menjadi lebih kecil tanpa menggunakan zat

kimia. Dari loading area silika diangkut ke crusher untuk

menyesuaikan ukuran setelah itu di bawa ke pabrik dengan

menngunakan belt conveyor. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada

gambar 20 dibawah ini.

Reduksi

Storage

Gambar 20. Prinsip kerja Mosher

Untuk lebih jelasnya kegiatan pada crusher dan Hopper di

bukit Ngalau adalah sebagai berikut:

Material yang telah diambil dari loading area oleh dump

truck di masukkan ke crusher dengan ukuran material ≤ 1000 mm.

Setelah dihancurkan material ukuran material ≤ 50 mm langsung

dibawa ke pabrik oleh belt conveyor. Sedangkan ukuran material

yang lebih dari 50 mm dan masih basah di reject keluar, 24 jam

setelah itu di masukan ke Hopper. Pada hopper material kembali

Material < 50 mmMaterial > 50 mm

Silo

Sizer Screen

Reject Area

Crusher

Page 49: efisiiensi kinerja alat berat

36

di saring lagi dan material reject yang telah masuk ke hopper

langsung dibawa ke pabrik dengan menggunakan belt conveyor.

Gambar Hopper dapat dilihat pada gambar 23 dibawah ini.

Gambar 21. Mobile Hopper

Page 50: efisiiensi kinerja alat berat

37

E. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 22. Diagram Alir Pengolahan Data

Pengumpulan data

Data primer

Waktu siklus alat berat Waktu Efektif Alat Berat

Produktifitas batu silika perbulan

Pengolahan data

- Waktu edar dump truck dan excavator Komatsu PC400- Produktifitas excavator Komatsu PC400

- Produktifitas dump truck Mitsubishi HD 220 PS- Factor keserasian (match factor)

Analisa hasil perhitungan

Data Sekunder

Spesifikasi Alat Berat Data Jam Kerja

Jarak dari loading area ke dumping area

Page 51: efisiiensi kinerja alat berat

38

F. Temuan Menarik

Selama melakukan Praktek Lapangan Industri pada areal

penambangan batu silika di Bukit Ngalau PT. Semen Padang, ada

beberapa temuan menarik yang ditemukan di lapangan, yaitu :

1. Adanya waktu tunggu pada alat muat.

Hal ini terjadi karena adanya alat angkut yang rusak sehingga

banyaknya kehilangan waktu alat muat untuk menunggu alat angkut.

Gambar 23. Excavator yang Menunggu

Kebanyakan kerusakan yang ditimbulkan ialah pada alat angkut, bukan

pada alat muat.

2. Belum adanya keserasian antara penempatan Alat Muat dan Alat

Angkut.

Page 52: efisiiensi kinerja alat berat

39

Temuan ini penulis ungkap, karena seringnya alat muat menunggu

yang disebabkan kondisi lapangan yang tidak diinginkan dan kerusakan

alat angkut.

3. Sering tumpanhnya batu silika yang diangkut Dump Truck.

Batu silika yang diangkut oleh dump truck sering tumpah pada saat

pengangkutan ke mobile crusher. Hal ini berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja, juga memperlambat jalan alat angkut.

Dari beberapa temuan menarik yang penulis amati dilapangan,

maka penulis mengangkat judul “Ev a l u a s i B i a ya d an

K es e l a ra s a n K er j a A l a t G a l i M u a t d e n g an A l a t A n g k u t

p a d a P e n a mb a n g an B at u S i l i k a di Bukit Ngalau PT. Semen

Padang”

Page 53: efisiiensi kinerja alat berat

40

BAB III

STUDI KASUS

A. Perumusan Masalah

Di PT. Semen Padang penambangan batu kapur dan silika dilakukan

dengan sistem tambang terbuka metoda quarry dengan menggunakan alat-alat

berat untuk penambangan. PT. Semen Padang tepatnya di bukit ngalau

mempunyai target produksi batu silika 410.000 ton per tahunnya atau rata-rata

35.000 ton per bulannya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi penambangan

yang baik agar proses penambangan dan target produksi dapat tercapai.

Dalam usaha untuk mendukung tercapainya proses penambangan dan

target produksi, maka harus dilakukan kajian terhadap kebutuhan alat mekanis

yang akan digunakan dengan melihat kinerja nyata alat mekanis yang ada

dilapangan. Kinerja alat mekanis dilapangan dipengaruhi oleh keadaan

lapangan itu sendiri, yang mana selama ini belum serasi kinerja antar alat muat

dan alat angkut . Dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Berrkaitan dengan diatas, maka penulis melakukan penelitian tentang

“Ev a l u a s i B i a ya d an K es e l a ra s an K er j a A l a t G a l i M u a t

d e n g an A l a t A n gk u t p a d a P en am b an ga n Ba tu S i l i k a di

Bukit Ngalau PT. Semen Padang”

B. Tujuan Studi Kasus

Page 54: efisiiensi kinerja alat berat

41

Adapun tujuan dari studi kasus ini adalah :

1. Dapat menentukan Produktifitas Excavator Komatsu PC 400 dan Dump

Truck Mitsubishi HD 220 PS.

2. Dapat mengetahui jumlah alat berat.

3. Dapat mengetahui biaya operasional yang dibutuhkan pada keadaan nyata

dilapangan dengan yang direncanakan

C. Pembatasan Masalah

Dalam studi kasus ini masalah yang akan dibahas adalah sebagai

berikut:

1. Menghitung faktor keserasian Alat berat dengan

metoda Match Factor.

2. Membandingkan kapasitas produksi alat hauling

perjam pada keadaan nyata dilapangan

3. Jumlah kebutuhan alat loading dan hauling

yang diperlukan untuk mendukung tercapainya keserasian alat berat.

4. Membandingkan biaya operasional yang

dibutuhkan pada keadaan nyata dilapangan dengan yang direncanakan.

D. Landasan Teori

1. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Performance Alat Mekanis

Performance alat mekanis dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut

dalam penggunaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah

sebagai berikut :

40

Page 55: efisiiensi kinerja alat berat

42

a. Pola Penggalian dan Pemuatan

Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan.

Setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah

terisi penuh dan siap ditumpahkan.

Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan

dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat

angkut maupun alat gali-muatnya. Pola pemuatan dapat dilihat dari

beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:

1) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang

berada di atas atau di bawah jenjang (Gambar 24).

a) Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian

dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut

berada di bawah alat gali-muat.

b) Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan

penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang sejajar dengan

posisi alat angkut.

Gambar 24 :Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat

Terhadap Alat Angkut

Top Loading Bottom Loading

Page 56: efisiiensi kinerja alat berat

Double Back Up Single Back Up

43

2) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut

untuk dimuati terhadap posisi alat gali-muat (Gambar25 ).

a) Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati

pada satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat

angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama

berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati

sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.

b) Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk

dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah

satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua

yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut

kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang

sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.

Gambar 25 : Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut.

b. Swell factor (Faktor Pengembangan)

Page 57: efisiiensi kinerja alat berat

44

Swell factor adalah material di dalam itu didapat dalam keadaan

padat dan terkonsilidasi dengan baik sehingga hanya sedikit bagian yang

kosong atau yang terisi udara di antara butir butirnya, lebih-lebih kalau

butir-butir itu halus sekali.

Menurut Partanto, (1996) Swell factor merupakan perbandingan

antara material insitu (belum digali) dengan material dalam keadaan loose

(setelah digali). Besarnya swell factor dapat dihitung dengan persamaan:

Swell Factor = x 100% (Ir. Partanto, 1996 :179 )

Pada PT. Semen Padang material yang ditambang adalah berupa

tanah liat basah yang mana swell factornya 0,85 untuk tanah biasa basah.

Density dan Swell Factor dari bermacam material dapat di lihat pada tabel

2.

Tabel 2: Density dan Swell Factor dari Bermacam Material

Macam

Material

Density lb/cu

Yd

Swell Factor In-Bank

Corection Faktor

Tanah liat kering 2300 0,85

Tanah liat basah 2800 – 3000 0,82 – 0,80

Anthrasite 2200 0,74

Bituminous 1900 0,74

Tanah biasa

kering2800 0,85

Page 58: efisiiensi kinerja alat berat

45

Tanah biasa

basah3320 0,85

Pasir kering 2200 – 3250 0,89

Pasir basah 3300 – 3600 0,88

Sumber ;(Partanto, 1993:186)

c. Faktor Keserasian (Match Factor)

Untuk menyatakan keserasian (synchronization) kerja antara alat

muat dengan alat angkut adalah dengan cara menghitung faktor keserasian

(match factor).

Match Factor (MF) = (Ir. Partanto, 2005 :179 )

Keterangan :

n = Banyak siklus yang diperlukan excavator untuk

mengisi dump truck sampai penuh.

Na = Jumlah alat angkut (unit)

Nm = Jumlah alat muat (unit)

CTa = Cycle Time alat angkut (menit)

CTm = Cycle Time alat muat (menit)

Bila dari hasil perhitungan didapatkan :

1) MF < 1, maka alat muat akan menunggu.

2) MF = 1, maka kedua alat tersebut sudah serasi (synchron),

artinya kedua-duanya akan sama sibuknya dan tidak ada yang

menunggu.

3) MF > 1, maka alat angkut yang akan menunggu.

Page 59: efisiiensi kinerja alat berat

46

d. Efisiensi Alat

Merupakan tingkat prestasi kerja alat yang digunakan untuk

melakukan produksi dari waktu yang tersedia.

Tabel 3 :Efisiensi Keadaan Alat

Kondisi Operasi Alat

Pemeliharaan Mesin

Baik Sekali Baik Normal BurukBuruk Sekali

Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,7 0,63

Baik sekali 0,78 0,75 0,71 0,5 0,6

Normal 072 0,69 0,65 0,6 0,54

Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45

Buruk Sekali 0,52 0,5 0,47 0,42 0,32

1) Mechanical Availability (MA)

Mechanical Availability (MA) Adalah faktor yang

menunjukkan ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu kerja

yang hilang untuk perbaikan karena alasan Mekanis.

MA = X 100 % (Ir. Partanto, 2005 :179 )

2) Use of Utilization (UA)

Merupakan cara untuk menyatakan efisiensi kerja berdasarkan

pada keadaan alat standby, karena suatu alasan selain alasan mekanis.

(Sumber Ir. Rochmanhadi, 1983 : 22)

Page 60: efisiiensi kinerja alat berat

47

UA = x 100 % (Ir. Partanto, 2005 :179 )

3) Physicall Availability (PA)

Merupakan tingkat kesediaan alat untuk melakukan kegiatan

produksi dengan memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan

tertentu. Kesediaan fisik dapat dirumuskan sebagai berikut:

PA =

= (Ir. Partanto, 2005 :179 )

4) Effective Utilization (EU)

Merupakan tingkat prestasi kerja alat, yaitu yang benar-benar

digunakan untuk melakukan produksi dari waktu yang tersedia, dapat

dirumuskan sebagai berikut:

EU = (Ir. Partanto, 2005 :179 )

=

Keterangan

R = Jumlah Jam perbaikan (repair hours)

W = Jumlah Jam kerja alat (working hours)

S = Jumlah jam standby (Stand By hours)

T = ( W + R + S) (Ir. Partanto, 2005 :179 )

Page 61: efisiiensi kinerja alat berat

48

e. Waktu Edar

Pada saat ini pertambangan menerapkan sistem konvensional

dalam sistem produksinya. Menurut Partanto, dalam suatu sistem produksi

pada tambang terbuka yang menerapkan sistem konvensional adalah

menggunakan dump truck dan excavator sebagai alat tambang utama.

Untuk kerja dump truck sebagai alat angkutnya sangat berperan dalam

pencapaian target produksi. Dapat juga dikatakan, dump truck adalah alat

yang fleksibel serta jumlah dan kapasitasnya dapat disesuaikan dengan alat

gali-muat yang melayaninya.

Produktivitas dump truck dipengaruhi oleh waktu edar, dimana

waktu edar dump truck tergantung pada jumlah dump truck yang dapat

dilayani oleh satu buah excavator. Menurut Partanto, waktu edar dump

truck adalah terdiri dari 4 (empat) segmen besar, yaitu :

1) loading time (waktu memuat), yaitu waktu yang diperlukan untuk

mengisi bak angkut oleh alat muat atau frekuensi pengisian dikali

waktu edar excavator.

2) hauling time (waktu mengangkut), yaitu waktu yang diperlukan untuk

mengangkut material ke area dumping.

3) dumping time (waktu pembongkaran), yaitu waktu yang diperlukan

untuk mengeluarkan material dari dalam bak.

Page 62: efisiiensi kinerja alat berat

49

4) return time (waktu kembali), yaitu waktu yang diperlukan untuk

kembali ke daerah pengisisan material dari area dumping.

Menurut Peurifoy, waktu edar dump truck terdiri dari 5 (lima) segmen,

yaitu ditambah dengan spoting at the excavator yang terdiri dari waktu

manuver dump truck di lokasi penggalian dan penimbunan serta waktu tunggu

dump truck sebelum diisi excavator.

Sedangkan waktu edar excavator terdiri dari fill dipper (waktu pada

saat excavator mengisi bucket), swing (waktu manuver bucket untuk mengisi

bak dump truck), dump (waktu saat bucket menumpahkan galiannya ke bak

dump truck), dan return (waktu excavator kembali mengisi bucket) dan

delay (waktu tunggu excavator sebelum mengisi bak dump truck).

Excavator yang berfungsi sebagai alat gali dan alat muat dalam

kerjanya mengalami digging resistance, yaitu tahanan yang dialami oleh alat

gali pada waktu melakukan penggalian tanah. Tahanan ini disebabkan oleh :

a) Gesekan antara alat gali dan material yang digali, dimana semakin besar

kelembaban dan kekerasan butiran material semakin besar pula gesekan

yang terjadi.

b) Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali

kedalam material.

c) Roughness (kekasaran) dan ukuran butiran material.

d) Adanya gaya adhesi antara material dengan alat gali dan kohesi antara

butiran-butiran material itu sendiri.

Page 63: efisiiensi kinerja alat berat

50

e) Berat jenis material.

Secara garis besar, waktu edar alat berat terdiri dari dua bagian, yaitu:

Waktu Tetap (Fixed Time) dan Waktu Tidak Tetap (Variable Time).

Waktu tetap adalah waktu yang diperlukan untuk gerakan-gerakan

tetap. Besarnya hampir selalu konstan, walaupun ada perbedaan kondisi kerja,

pengaruhnya sangat kecil. Tiap-tiap jenis alat memiliki gerakan-gerakan

konstan yang berbeda-beda. Misalnya waktu tetap pada excavator adalah

mengayun (swing) baik dalam keadaan bermuatan maupun dalam keadaan

kosong. Untuk dump truck waktu tetapnya adalah membuang muatan.

Sedangkan waktu variabel adalah waktu yang diperlukan untuk

gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu ini lebih banyak tergantung pada kondisi

pekerjaan. Misalnya untuk excavator, kekerasan material akan berpengaruh

terhadap waktu isi bucketnya.

Sedangkan untuk dump truck waktu angkut merupakan waktu yang

bervariasi sesuai dengan jenis permukaan jalan dan jarak angkut. Dengan

mengetahui waktu tetap dan waktu tidak tetap maka waktu edar dapat

dihitung. Waktu edar atau Cycle Time (CT) adalah jumlah waktu tetap dan

waktu tidak tetap.

E. Metodologi Pembahasan

Agar proses pemecahan masalah dapat terarah dan lebih mudah

menganalisa langkah-langkah, maka dibutuhkan adanya suatu metodologi

pemecahan masalah. Dari hasil penulisan ini secara umum, dapat dibagi

beberapa metodologi pemecahan masalahnya:

Page 64: efisiiensi kinerja alat berat

51

1. Pengambilan data.

a. Data primer.

Data primer merupakan data langsung yang diambil dari lapangan.

Adapun data primer meliputi waktu siklus alat berat dan waktu efektif dari alat

berat.

Waktu siklus dapat ditentukan dengan rumus :

Waktu siklus = Waktu tetap + waktu tidak tetap

( Sumber : Rochmanhadi 1992 )

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari PT. Semen Padang

dan literatur-literatur yang mendukung.

Data-data tersebut meliputi :

1) Spesifikasi Alat Berat

2) Pembagian Waktu Kerja

3) Deskripsi Perusahaan

4) Sejarah Perusahaan

5) Lokasi dan Topografi

6) Iklim dan Cuaca

7) Keadaan Geologi dan Stratigrafi

8) Kualitas batu silika.

2. Penentuan rumus yang digunakan untuk perhitungan alat berat.

a. Waktu edar alat gali dan alat angkut

1) Waktu edar untuk alat gali

Page 65: efisiiensi kinerja alat berat

52

Terdiri dari waktu gali, waktu putar bermuatan, waktu

buang dan waktu putar kosong.

Ct = A + B + C + D (Ir. Rochmanhadi, 1983 : 22)

Keterangan

A = Waktu gali (detik)

B = Waktu putar bermuatan (detik)

C = Waktu buang (detik)

D = Waktu putar kosong (detik)

2) Waktu edar untuk alat angkut

Terdiri dari waktu penempatan posisi pengisian, waktu

pengisian muatan (loading), waktu mengangkut muatan, waktu

menempatkan posisi ketika menumpahkan, waktu

menumpahkan muatan (dumping), dan waktu kembali.

Ct = A + B + C + D + E + F + G

( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 24)

Keterangan :

A = Waktu Muat

B = Waktu Dumping

C = Waktu Manufer 1

D = Waktu Spot

E = Waktu Manufer 2

F = Waktu Pergi

Page 66: efisiiensi kinerja alat berat

53

G = Waktu Pulang

b. Produktivitas alat gali dan alat angkut

1) Produktivitas Alat Gali

Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas

excavator adalah sebagai berikut:

q = ql x K

Keterangan:

q = Kapasitas Produksi Persiklus

ql = Kapasitas Bucket

K = Faktor Bucket

Tabel 4 :Faktor Bucket Alat Muat

NoJenis

pekerjaanKondisi Muatan

Faktor Bucket

1 Ringan Menggali dan memuat dari stock room dan stockpile atau material yang telah dikeruk oleh excavator lain yang tidak membutuhkan daya gali dan dapat dimuat munjung.

1.0 - 0.8

2 Sedang Menggali dan memuat dari stock room atau stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit digali dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat hampir munjung.

0.8 - 0.6

3 Agak Sulit Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat yang keras, pasir dan kerikil yang telah dikumpulkan, sulit

0.6 - 0.5

Page 67: efisiiensi kinerja alat berat

54

mengisi bucket dengan material tersebut.

4 Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak teratur dengan banyak rongga diantaranya.

0.5 – 0.4

Sumber : Kapasitas dan Produksi Alat-alat Berat (Rochmanhadi 1992)

Produktivitas Excavator:

( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 20)

Keterangan:

P = Produktivitas excavator

q = Kapasitas produksi persiklus

E = Efesiensi kerja alat

SF = Swell Faktor

CT = Waktu Edar, detik

2) Produktivitas Alat Angkut

( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 34)

Keterangan:

Q = Produktivitas dump truck

E = Efesiansi kerja alat

CT = waktu edar, detik

F. Data dan Pengolahan Data

1. Data rata-rata yang didapat dari lapangan

Page 68: efisiiensi kinerja alat berat

55

a. Kecepatan Pergi = 5,74 m/detik (Lampiran 4)

b. Kecepatan Angkut = 4,92 m/detik (Lampiran 4)

c. Jumlah unit Dump Truck = 3 unit

d. Jumlah unit Excavator PC 400 = 1 unit

e. Kapasitas Dump Truck = 15 ton

f. Kapasitas Excavator PC400 = 3,2 m3

g. Data waktu edar Excavator (Waktu muat Alat Angkut)

Waktu edar Excavator dirata-ratakan dari waktu muat dump truck dari

excavator yang ada. (Lampiran 3)

h. Data waktu edar Excavator dan Dump Truck (Lampiran 4)

Tabel 5 :Data Jam Kerja Dump Truck di Bukit Ngalau

Kegiatan Shift Waktu (Wib)

Penambangan

I

08.00 - 11.30

Istirahat 11.30 - 13.30

Penambangan 13.30 – 18.10

Tabel 6 (Lampiran 7):Data Jam Kesediaan Dump Truck di Bukit Ngalau

Jumlah

Alat

Nomor

Alat

Jumlah jam

Tersedia (T)

Jam

Efektif

(W)

Jam

Standby

(S)

Jam

Perbaikan

(R)

1 1 204,1 166,69 37,41 0

1 2 204,1 166,69 37,41 0

1 3 204,1 166,69 37,41 0

Page 69: efisiiensi kinerja alat berat

56

Sumber: Data PT Semen Padang

Tabel 7 (Lampiran 7) :Data Jam Kesediaan Excavator di Bukit Ngalau

Jumlah

Alat

Nomor

Alat

Jumlah jam

Tersedia (T)

Jam

Efektif

(W)

Jam

Standby

(S)

Jam

Perbaikan

(R)

1 1 204,1 157,41 37,41 9,28

Sumber: Data PT Semen Padang

Tabel 8 :Data jam standby dan jam perbaikan alat di Bukit Ngalau

No. Kegiatan Waktu (Menit)

1. Pemanasan Mesin/cek bersihkan jalur peralatan 60

2. Istirahat Makan 120

4. Pecah Hoes Hydraulic 190

Setiap waktu yang tersedia untuk menjalankan alat berat, tidak

semua bisa dijalankan. Maka dari itu dibuatlah standar dari waktu

kegiatan, sehingga bisa dijadikan acuan bagi kita semua. Ini merupakan

waktu yang digunakan dalam penambangan batu silika di Bukit Ngalau

PT. Semen Padang.

2. Efisiensi Kerja Alat

a. Excavator Komatsu PC 400

Page 70: efisiiensi kinerja alat berat

57

T = 204,1

W = 157,41

S = 37,41

R = 9,28

1) M.A = X 100 %

= X 100 %

= 94,4%

2) P.A = X 100 %

= X 100 %

= X 100 %

= 95,44%

3) U.A = X 100 %

= X 100 %

= 80,79%

4) E.U = X 100 %

= X 100 %

= 77,12%

b. Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS I, II dan III

Page 71: efisiiensi kinerja alat berat

58

T = 204,1

W = 166,69

S = 37,41

R = 0

1) M.A = X 100 %

= X 100 %

= 100%

2) P.A = X 100 %

= X 100 %

= X 100 %

= 100%

3) U.A = X 100 %

= X 100 %

= 81,67%

4) E.U = X 100 %

= X 100 %

= 81,67%

Page 72: efisiiensi kinerja alat berat

59

Tabel 9 :Kondisi Kerja Alat

Nama Alat M.A (%) P.A (%) U.A (%) E.U (%)

Excavator Komatsu PC 400

94,4 95,44 80,79 77,12

Dump Truck HD 220 PS I

100 100 81,67 81,67

Dump Truck HD 220 PS II

100 100 81,67 81,67

Dump Truck HD 220 PS III

100 100 81,67 81,67

3. Produktifitas alat gali-muat (loading) dan alat angkut (hauling)

Dalam pelaksanaannya, alat gali yang digunakan dalam proses

penggalian dan pemuatan batu silika di Bukit Ngalau PT. Semen Padang

pada bulan September adalah 1 unit excavator Komatsu PC 400 dengan

kapasitas bucket 3,2 m3.

a. Produktifitas excavator Komatsu PC 400

Data :

Cycle time (Ct) = 33,09 detik (lampiran 3)

Jumlah pengisisan truck = 5 kali

Efisiensi Alat = 77 %

Density Batu Silika = 1,4 ton/m3

Kapasitas bucket (ql) = 3,2 m3

Factor bucket (K) = 0,8

Swell Factor = 0,85

Jam kerja = 8 jam

Page 73: efisiiensi kinerja alat berat

60

1) Kapasitas produksi per siklus

q = ql x K

= 3,2 m3 x 0,8

= 2,56 m3/siklus

2) Produktifitas Excavator

P =

=

= 214,45 LCM/jam x SF (0,85 )

= 182,28BCM/jam

3) Produktivitas Excavator Komatsu PC 400 per Bulan

= Produktifitas perjam x 8 jam/hari x 25 hari/bulan

= 182,28 x 8 x 25

= 36.456 BCM/bulan

b. Produktifitas dump truck Mitsubishi HD 220 PS I, II dan III

Dalam proses pengangkutan Batu Silika, PT Semen Padang

menggunakan 3 alat angkut jenis dump truck Mitsubishi HD 220 PS

yang berkapasitas 15 ton.

Data :

Cycle Time (Ct) = 701,69 detik

(lampiran 4)

Jumlah bucket (n) = 5

Page 74: efisiiensi kinerja alat berat

61

Kapasitas bucket excavator PC 400 (ql) = 3,2 BCM

Faktor Bucket = 0,8

Effisiensi alat = 0,72 %

1) Kapasitas Produksi per Siklus

C = n x ql x K

= 5 x 3,2 x 0,8

= 12,8m3

T angkut = (S/V) x 60 menit/jam

= (1 km / 18 km/jam) x 60 menit/jam

= 3,3 menit

Ct = A+B+C+D+E+F+G

=2,04 + 0,57 + 0,58 + 0,25 + 0,48 + 2,9 + 3,38

= 10,2 menit

Lama waktu terbuang :

Na =

= = 1

Cta = 2,75 menit

Jadi waktu terbuang = 10,2 menit – 2,75 menit

= 7,45 menit

2) Produktivitas 3 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS

Page 75: efisiiensi kinerja alat berat

62

Q =

=

= 71,47 LCM/jam x SF (0,85)

= 60,75 BCM/jam

Produktivitas 3 unit Dump Truck per bulan

= 60,75 BCM/jam x 25 hari/bulan x 8 jam/hari

= 12.150 BCM/bulan x 3 unit Dump Truck

= 36.450 BCM/bulan

Dari hasil perhitungan produktifitas diatas didapatkan produksi

batu silika sebesar 36.450 BCM/bulan, hasil ini telah melebihi target

produksi batu silika PT. Semen Padang yaitu sebesar 35.000 ton/bulan.

c. Faktor Keserasian (Match Factor)

Data :

n = 5 kali (lampiran 4)

Na = 3 dump truck Mitsubishi HD 220 PS

Nm = 1 excavator Komatsu PC 400

CTa = 10,2 menit (lampiran 4)

CTm = 33,09 detik = 0,55 menit (lampiran 4)

Match Factor =

Page 76: efisiiensi kinerja alat berat

63

=

= 0,808 MF < 1

Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa faktor keserasian

(match factor) alat gali-muat dan alat angkut kecil dari 1 yang berarti

belum serasinya produktifitas alat muat dan alat angkut sehingga, alat muat

akan sering menunggu.

Na =

Na =

Cta = 2,04 menit

Jadi, waktu tunggu untuk alat muat excavator yaitu selama 2,04 menit

G. Pemecahan Masalah atau Analisa Hasil

Bedasarkan data dan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat

diketahui bahwa tidak efektifnya kinerja alat muat, karena kemampuan alat

muat per jam nya lebih besar dari alat angkut. Hal itu menyebabkan waktu

tunggu alat muat lebih lama. Penulis menyarankan untuk keserasian dan lebih

ekonomisnya biaya alat tersebut, maka perlu penambahan 1 unit Dump Truck

Mitsubishi HD 220 PS.

Page 77: efisiiensi kinerja alat berat

64

Alasan penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dapat

dilihat dari perhitungan dibawah :

1. Jumlah unit alat angkut dan alat gali-muat yang dibutuhkan

untuk mencapai keserasian.

a. Jumlah unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS yang dilayani

Excavator Komatsu PC 400

Match Factor =

1 =

Na =

n = 3,7 α 4 unit

Jadi, melayani 1 excavator maka sebaiknya menggunakan 4

dump truck. Karena jika menggunakan 4 dump truck maka nilai match

factornya:

Match Factor =

Match Factor =

Match Factor = 1,07

Produktivitas 4 unit Dump Truck per bulan

Q =

=

Page 78: efisiiensi kinerja alat berat

65

= 71,47 LCM/jam x SF (0,85)

= 60,75 BCM/jam

Produktivitas 4 unit Dump Truck per bulan

= 60,75 BCM/jam x 25 hari/bulan x 8 jam/hari

= 12.150 BCM/bulan x 4 unit Dump Truck

= 48.600 BCM/bulan

Oleh karena itu, pada penambangan batu silika di bukit Ngalau

sebaiknya melakukan penambahan 1 unit dump truck, supaya tidak

terjadinya penungguan pada alat muat dan produksi batu silika sebesar

48.600 BCM/bulan,

2. Biaya Excavator Komatsu PC400 dalam 25 hari kerja/bulan

Diketahui :

Biaya sewa Excavator = Rp 260.000,00/jam

Harga BBM Excavator /liter = Rp 7500/liter

Jam kerja efektif Excavator = 7 jam/hari

Jam rental Excavator =10 jam/hari

Jumlah Excavator = 1unit

Biaya BBM Excavator/hari = 32 liter x Rp 7500/liter x 7 jam/hari

= Rp 1.680.000,00/hari

Biaya sewa Excavator/hari = Rp 260.000,00/jam x 10 jam/hari

= Rp 2.600.000,00/hari

Biaya excavator/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah

alat x 25 hari/bulan

Page 79: efisiiensi kinerja alat berat

66

= (Rp 2.600.000/hari + Rp 1.680.000/hari) x

1unit x 25hari/bulan

= Rp 107.000.000/bulan

3. Biaya 3 unit Dumptruck Mitsubishi HD 220 PS dalam 25 hari (1

Bulan) waktu kerja

Diketahui :

Biaya sewa Dump Truck = Rp 100.000,00/jam

Biaya BBM Dump Truck /liter = Rp 7500/liter

Jam kerja efektif Dump Truck = 7 jam/hari

Jam rental Dump Truck =10 jam/hari

Jumlah Dump Truck = 3 unit

Biaya BBM Dump Truck perjam = 6 liter x Rp 7500/liter x 7 jam/hari

= Rp 315.000,00/hari

Biaya sewa Dump Truck = Rp 100.000,00/jam x 10 jam/hari

= Rp 1.000.000,00/hari

Biaya untuk 3 unit Dump Truck dalam 25 hari/bulan

Biaya/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah alat x 25

hari/bulan

= (Rp 1.000.000/hari + Rp 315.000/hari) x 3 unit x

25hari/bulan

= Rp 98.625.000/bulan

Page 80: efisiiensi kinerja alat berat

67

Biaya untuk 4 unit Dump Truck dalam 25 hari/bulan

Biaya/bulan = (biaya sewa alat + biaya BBM /jam) x jumlah alat x 25

hari/bulan

= (Rp 1.000.000/hari + Rp 315.000/hari) x 4 unit x

25hari/bulan

= Rp 131.500.000/bulan

Tabel 10 :Perbandingan Analisa dan Lapangan

No

.

Jenis Alat Jumlah Alat

(unit)

Produktifitas

(ton/bulan)

Waktu

(Hari)

Biaya perbulan

1. Excavator

Komatsu PC

400

1 36.456 25 Rp

107.000.000

DT Mitsubishi

220 PS

3 36.450 25 Rp 98.625.000

Jumlah Rp 205.625.000

2. Excavator

Komatsu PC

400

1 36.456 25 Rp

107.000.000

DT Mitsubishi

HD 220 PS

4 48.600 25 Rp

131.500.000

JumlahRp

238.500.000

Page 81: efisiiensi kinerja alat berat

68

Page 82: efisiiensi kinerja alat berat

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa yang sudah dilakukan maka, didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak adanya keserasian antara alat gali muat dengan alat angkut yang

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Ketidak disiplinan operator dari alat gali muat maupun alat angkut.

b. Kondisi dari alat gali muat maupun alat angkut yang tidak dapat

diprediksi secara pasti.

c. Kurangnya pengawasan yang intensif dari formen dan supervisor

lapangan terhadap para pekerja, sehingga menyebabkan kurang

efektifnya penggunaan waktu kerja, hal ini berpengaruh terhadap

keserasian antara alat gali muat dan alat angkut.

2. Dengan menggunakan 1 unit Excavator Komatsu PC 400 kapasitas

3,2 m3, sebagai alat gali dan alat muat serta 3 unit dump truck Mitsubishi

HD 220 PS, maka produksi batu silika yang dapat dicapai perbulannya

sebanyak 36.450 ton. Jumlah ini telah melebihi target yang di inginkan PT

Semen Padang yaitu sebesar 35.000 ton perbulannya.

3. Dengan menggunakan 1 unit excavator Komatsu PC 400 kapasitas

3,2 m3, sebagai alat gali dan 3 unit alat angkut dump truck Mitsubishi HD

220 PS, menyebabkan tidak serasinya kerja alat muat dengan alat angkut,

karena terjadinya penungguan pada alat muat.

68

Page 83: efisiiensi kinerja alat berat

70

4. Biaya operasional 1 unit Excavator Komatsu PC 400 dan 3 unit

Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS dalam 25 hari kerja sebesar Rp

205.625.000,00, sedangkan biaya operasional 1 unit Excavator Komatsu

PC 400 dan biaya operasional untuk 4 unit Dump Truck Mitsubishi HD

220 PS sebesar Rp 238.500.000,00.

5. Penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS kineja alat

muat akan lebih efektif dan lebih serasinya kinerja alat muat dan alat

angkut.

B. Saran

Berdasarkan analisa yang sudah penulis lakukan dalam pengolahan data di

Bab III. Penulis menyarankan untuk pemanfaatan alat berat yang lebih baik

dalam mencapai target waktu yang diharapkan dan menekan biaya lebih efisien

dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Penambahan 1 unit Dump Truck Mitsubishi HD 220 PS

dengan alasan untuk lebih efektif dari segi kinerja dan lebih serasinya

kinerja alat muat dan alat angkut serta dapat meningkatkan hasil produksi.

2. Sebaiknya jalan yang rusak diperbaiki seperti menimbun dan

meratakan jalan – jalan yang berlubang supaya tidak memerlukan waktu

terlalu lama untuk menunggu bagi excavator, setelah dilakukan perbaikan

jalan dump truck bisa lebih cepat dari pada biasanya, baik tanpa muatan

ataupun sedang bermuatan.

3. Area penambangan di Bukit Ngalau sebaiknya menggunakan alat

penangkal petir agar sewaktu hujan kegiatan produksi tidak terganggu.

Page 84: efisiiensi kinerja alat berat

DAFTAR PUSTAKA

http://bosstambang.com/Heavy-Equipment/alat-berat-dan-kapasitas-produksi/All-Pages.html. diakses pada tanggal 9 Oktober 2012

http://semenpadang.co.id diakses pada tanggal 9 Oktober 2012

Kopa, Raimon. 2006. Pelaksanaan Proyek Akhir. Padang : Universitas Negeri Padang.

Prodjosumarto, Partanto. Ir. 1996. Pemindahan tanah mekanis. Bandung : Intitut Teknologi Bandung.

Rochmandhadi, Ir. 1982. Alat-alat Berat dan Penggunaannya. Semarang.

Samsudi. 1994. Kursus Juru Ledak Kelas II. Jakarta : Depertemen Tambang dan Energi.

Page 85: efisiiensi kinerja alat berat

1

Proyek Pengem. P.Plant Dumai, Bengkulu, &

Ciwandan

DIREKTUR KEUANGAN

DIREKTUR LITBANG

DIREKTUR PRODUKSI

DIREKTUR PEMASARA

N

Departemen Distribusi & Transportasi

Departemen Perbekalan

Departemen Operasi II

Departemen SDM

DIREKTUR UTAMA

Satuan Pengawasan

Intern

Departemen Pemasaran

Departemen Tambang

Departemen Litbang

Departemen Perbendaharaa

n

Sekretaris Perusahaan

Departemen Operasi I

Departemen Rancang

Departemen Akutansi

Proyek Pengembangan SIM

Staf Direksi

Departemen Utilitas

Departemen Operasi III

Departemen Jaminan

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Page 86: efisiiensi kinerja alat berat

2

Lampiran 2. Data Curah Hujan PT. Semen Padang

TahunBulan

JUMLAH (mm)Jan

(mm)Feb

(mm)Mar

(mm)Apr

(mm)May (mm)

Jun (mm)

Jul (mm)

Aug (mm)

Sep (mm)

Oct (mm)

Nov (mm)

Dec (mm)

1996 222 559 352 548 33 463 269 267 565 622 282 318 4498.88

1997 164 19 153 404 388 137 187 64 20 77 217 335 2165.74

1998 301 151 293 244 256 437 384 859 789 426 607 840 5584.29

1999 542 235 200 61 202 131 233 368 375 817 821 514 4497.96

2000 559 49 299 307 130 287 356 352 256 555 945 481 4575.22

2001 148 253 187 451 123 330 385 204 343 255 180 82 2940.51

2002 143 230 206 410 295 251 262 172 329 391 498 490 3677.04

2003 346 67 0 0 308 201 205 463 372 677 631 389 3659.49

2004 238 218 282 492 396 13 341 223 423 247 218 267 3359.69

2005 523 330 335 219 325 130 150 336 94 382 264 34 3121.63

2006 505 11 506 158 185 404 269 373 359 120 547 519 3955.92

2007 869 141 287 380 149 357 56 0 420 511 286 1,068 4521.44

Rata-rata (mm) 380 189 258 306 233 262 258 307 362 423 458 445 3879.82

Page 87: efisiiensi kinerja alat berat

3

Lampiran 3. Waktu edar Excavator Komatsu PC400

No. WaktuGaliWaktu Putar Waktu Muat

Swing Kosong Cycle Time

(detik) (detik) (detik) (detik) (detik)1 11 4 6 7 282 15 4 8 7 343 12 6 8 7 334 19 7 8 7 415 20 5 4 5 346 15 6 6 5 327 12 6 6 7 318 16 7 6 8 379 14 9 6 8 37

10 13 9 6 7 3511 13 8 8 8 3712 13 8 5 8 3413 13 4 6 8 3114 10 4 8 8 3015 13 5 6 4 2816 13 7 5 5 3017 15 5 5 5 3018 12 8 5 8 3319 15 7 7 8 3720 15 5 5 5 3021 13 7 6 8 3422 15 6 5 8 3423 15 6 6 8 3524 13 7 6 5 3125 13 7 6 7 3326 15 7 5 8 3527 12 7 6 5 3028 15 7 6 6 3429 13 6 6 6 3130 13 9 6 6 34

Rata-rata 13.86 6.4 6.06 6.7 33.09Max 20 9 8 8 41Min 10 4 4 4 28

Page 88: efisiiensi kinerja alat berat

4

Lampiran 4. Waktu edar DumpTruck Mitsubishi HD 220 PS

No.

Waktu muat

(menit)

Waktu dumping (menit)

waktu manufer I (menit)

waktu spot

(menit)

waktu manufer II

(menit)

waktu pergi

(menit)

Waktu pulang (menit)

kecepatan pergi

kecepatan kembali

A B C D E F G (m/detik) (m/detik)1 2 0.58 0.63 0.23 0.46 2.9 2.8 5.5 52 2 0.58 0.56 0.31 0.46 2.9 3.56 5.8 53 2 0.53 0.56 0.31 0.48 2.9 2.88 5.8 54 2.06 0.53 0.55 0.31 0.48 2.85 3.56 5.8 55 2.06 0.58 0.55 0.25 0.48 2.9 2.9 5.8 56 2 0.53 0.56 0.25 0.48 2.9 2.88 5.2 4.77 2.06 0.58 0.56 0.25 0.46 2.9 3.56 5.8 58 2.03 0.58 0.58 0.25 0.46 2.96 2.9 5.8 59 2.01 0.58 0.63 0.25 0.48 2.9 3.56 5.7 5

10 2.01 0.58 0.56 0.31 0.48 2.9 3.5 5.8 511 2.01 0.58 0.56 0.23 0.48 2.93 3.5 5.8 512 2.01 0.56 0.55 0.23 0.48 2.95 3.5 5.8 4.713 2.01 0.56 0.55 0.23 0.46 2.9 3.5 5.8 514 2.01 0.56 0.56 0.31 0.5 2.9 3.56 5.5 515 2.01 0.58 0.56 0.31 0.46 2.9 3.5 5.5 516 2.03 0.53 0.58 0.23 0.46 2.9 3.5 5.5 517 2.06 0.58 0.58 0.23 0.48 2.9 3.5 5.5 518 2.06 0.5 0.63 0.25 0.48 2.93 3.5 5.8 4.719 2.03 0.56 0.63 0.25 0.48 2.95 3.5 5.8 520 2.03 0.5 0.58 0.25 0.48 2.9 3.5 5.8 521 2.06 0.58 0.56 0.2 0.5 2.9 3.5 5.8 4.122 2.06 0.58 0.58 0.2 0.48 2.9 3.5 5.8 523 2.06 0.58 0.6 0.23 0.48 2.9 3.5 5.8 524 2.06 0.56 0.56 0.23 0.48 2.9 3.36 5.8 525 2.06 0.5 0.5 0.25 0.48 2.9 3.36 5.8 526 2.06 0.58 0.58 0.25 0.48 2.9 3.36 5.8 527 2.06 0.58 0.56 0.25 0.48 2.9 3.5 5.8 528 2.06 0.58 0.58 0.25 0.48 2.85 3.36 5.8 4.729 2.06 0.58 0.58 0.25 0.5 2.93 3.36 5.8 530 2.01 0.58 0.58 0.2 0.46 2.95 3.36 5.8 5

Rata-rata 2.04 0.57 0.58 0.25 0.48 2.91 3.38 5.72 4.93

Max 2.06 0.58 0.63 0.31 0.5 2.9 3.56 5.8 5Min 2 0.53 0.55 0.23 0.46 2.85 2.88 5.2 4.1

Lampiran 5. Spesifikasi DumpTruck Mitsubishi HD 220 PS

Page 89: efisiiensi kinerja alat berat

5

Lampiran 6. Spesifikasi excavator komatsu pc 400

Spesifikasi DumpTruck Mitsubishi HD 220 PS

Page 90: efisiiensi kinerja alat berat

Arm Length 2400 mm 7'10"A Overall length 11905 mm 39'1"B Length on ground (transport) PC400LC-7 8375 mm 27'6"C Overall height (to top of boom) 3850 mm 12'8"D Overall width 3440 mm 11'3"E Overall height (to top of cab) 3265 mm 10'9"F Ground clearance, counterweight 1320 mm 4'4"G Ground clearance (minimum) 550 mm 1'10"H Tail swing radius 3645 mm 12'0"I Track length on ground 4350 mm 14'3"J Track length 5355 mm 17'7"K Track gauge 2740 mm 9'0"L Width of crawler 3440 mm 11'3"M Shoe width 700 mm 27.6"N Grouser height 37 mm 1.5"O Machine cab height 2715 mm 8'11"P Machine cab width 2995 mm 9'10"Q Distance, swing center to rear end 3605 mm 11'10"

6

Spesifikasi Alat Komatsu PC400 LC-7 Hydraulic Excavator

\

Selected Dimensions

A

B

D

C

E

H

G

H

Page 91: efisiiensi kinerja alat berat

PC400LC-7

D Overall width 3440 mm 11'3"

E Overall height (to top of cab) 3265 mm 10'9"

F Ground clearance, counterweight 1320 mm 4'4"G Ground clearance (minimum) 550 mm 1'10"

H Tail swing radius 3645 mm 12'0"I Track length on ground 4350 mm 14'3"J Track length 5355 mm 17'7"K Track gauge 2740 mm 9'0"L Width of crawler 3440 mm 11'3"M Shoe width 700 mm 27.6"N Grouser height 37 mm 1.5"O Machine cab height 2715 mm 8'11"P Machine cab width 2995 mm 9'10"Q Distance, swing center to rear end 3605 mm 11'10"

7

Specification

Make KomatsuModel SAA6D125E-3Net Power  Hp  Kw