13
EFUSI PLEURA I. Defenisi Rongga pleural merupakan rongga di antara paru dan dinding paru dan normalnya terdiri atas lapisan cairan yang sangat tipis. Efusi pleura merupakan keadaan dimana kuantitas atau jumlah carian pada rongga pleura berlebihan. Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002). II. Etiologi Cairan pleura berakumulasi sewaktu formasi carian pleura tidak dapat diabsorpsi seluruhnya karena kelebihan cairan. Pada kondisi normal, cairan masuk ke dalam rongga pleura dari kapiler-kapiler pada pleura parietalis dan diabsorpsi melalui kelenjar limfa yang terdapat pada pleura parietalis. Cairan dapat juga masuk ke rongga pleura dari rongga interstisial dari paru melalui pleura viseralis atau dari kavitas peritoneal melalui lubang kecil pada diafragma. Kelenjar limfa mempunyai kapasitas mengabsorpsi 20 kali lebih banyak cairan.

Efusi Pleura

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Interna

Citation preview

EFUSI PLEURA

I. DefenisiRongga pleural merupakan rongga di antara paru dan dinding paru dan normalnya terdiri atas lapisan cairan yang sangat tipis. Efusi pleura merupakan keadaan dimana kuantitas atau jumlah carian pada rongga pleura berlebihan.Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

II. EtiologiCairan pleura berakumulasi sewaktu formasi carian pleura tidak dapat diabsorpsi seluruhnya karena kelebihan cairan. Pada kondisi normal, cairan masuk ke dalam rongga pleura dari kapiler-kapiler pada pleura parietalis dan diabsorpsi melalui kelenjar limfa yang terdapat pada pleura parietalis. Cairan dapat juga masuk ke rongga pleura dari rongga interstisial dari paru melalui pleura viseralis atau dari kavitas peritoneal melalui lubang kecil pada diafragma. Kelenjar limfa mempunyai kapasitas mengabsorpsi 20 kali lebih banyak cairan. Karena itu, maka efusi pleura mungkin timbul dimana terjadi cairan pleural yang berlebihan (dari rongga intersisial paru, pleura parietalis, atau pada kavitas peritoneal) atau terjadi penurunan fungsi diabsorpsi cairan dari kelenjar limfa

III. PatofisiologisAda lima proses patofisiologis yang terjadi pada efusi pleural yaitu :1. Peningkatan produksi cairan pada pada kapiler normal yang berkaitan dengan peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik (transudat).2. Peningkatan produksi cairan terkait dengan permiabilitas kapiler yang abnormal (eksudat)3. Penurunan klirens kelenjar limfe terhadap cairan pada rongga pleura (eksudat)4. Infeksi rongga pleura (empiema)5. Pendarahan pada rongga pleura (hemotoraks)Pada saat pasien dengan efusi pleura, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan jenis efusi transudatif atau eksudatif. Efusi pleura transudatif terjadi pada saat faktor sistemik mempengaruhi dan mengubah formasi dan absorpsi dari cairan pleura. Kasus yang terbanyak di Amerika Serikat untuk efusi pleura transudatif yaitu gagal ventrikel dan sirrosis. Pada efusi pleura eksudat terjadi karena faktor local yang mempengaruhi formasi dan absorpsi cairan pleura. Kasus terbanyak yang terjadi pada efusi pleura eksudatif yaitu pneumonia bakteri, malignansi, infeksi virus, dan emboli pulmonal. Tujuan membedakan jenis efusi yaitu untuk menentukan langkah diagnostik yang diindikasikan dengan efusi eksudatif dan menentukan penyebab dari faktor lokal.Efusi pleura transudatif dan eksudatif dapat dibedakan dengan mengukur lactate dehydrogenase (LDH) dan level protein dari cairan pleura. Efusi pleura eksudatif dapat dipastikan dengan salah satu kriteria di bawah ini, sedangkan efusi plura transudatif tidak menemukan salah satu criteria di bawah ini:1. Tes Rivalta (+)2. Protein cairan pleura/serum protein >0,53. Protein cairan LDH/serum LDH >0,64. Protein cairan LDH diatas 2/3 nilai normal dari serumPada pasien dengan efusi pleura eksudatif, tes yang dapat dilakukan pada cairan pleura dapat meliputi: tes level glukosa, hitung sel diferensial, studi mikrobiologi, dan sitologi.

Efusi Kaitan Dengan Gagal JantungPenyebab tersering terjadinya efusi pleura yaitu gagal ventrikel kiri, Efusi terjadi karena peningkatan jumlah cairan dalam rongga intersisial paru keluar sebagian melalui pleura visceral. Kelebihan cairan ini akan menambah beban kelenjar limfa pada pleura parietal untuk mengabsorpsi cairan. Efusi pleura pada bagian kanan lebih sering dibanding efusi pleura kiri. Untuk mendiagnosisnya diperlukan torakosintesis jika efusi tidak bilateral dan dapat diperkirakan ukurannya, pada pasien yang febris, atau pada pasien dengan nyeri dada, untuk memeriksa apakah pasien mempunyai efusi transudatif. Jika tidak, pasien diberikan pengobatan diuretrik. Jika efusi tetap ada meskipun diterapi dengan terapi diuretic, diagnosis dengan torakosintesis harus dilakukan. Cairan pleura N-terminal pro-brain natriuretic peptide (NT-proBNP) >1500 pg/mL merupakan diagnostik dari efusi sekunder sampai gagal jantung kongestif.

Hidrotoraks HepatikEfusi pleura terjadi pada 5% pasien dengan sirosis dan asites. Mekanisme yang predominan yaitu perpindahan langsung cairan peritoneal melalui lubang yang kecil pada diafragma ke rongga pleura. Efusi biasanya terjadi pada sisi kanan dan biasanya menimbulkan dispnea yang berat.

Efusi parapneumonicAmerika Serikat, Efusi parapneumonik berhubungan dengan pneumonia,abses paru, atau bronkiektasis, dan kemungkinan besar disebabkan oleh efusi pleura eksudatif Empyema berhubungan dengan efusi pleura.Pasien dengan pneumonia bakterial aerobik dan efusi pleura disertai sakit febris akut terdiri dari nyeri dada, produksi sputum, dan leukositosis. Pasien dengan infeksi anaerobik menunjukkan gejala penurunan berat badan, leukositosis, anemia, dan riwayat beberapa faktor predisposisi. Kemungkinan untuk efusi parapneumoni harus di pertimbangkan pada pasien dengan pneumonia bakteri. Adanya efusi pleura dapat ditunjukkan dengan radiografi lateral dekubitus, CT scan thoraks, atau ultrasound. Jika cairan pleura memisahkan paru-paru dengan dinding thoraks maka dapat dilakukan torakosintesis. Tindakan invasif dapat dilakuakan apabila :1. Cairan pleura dapat dilokalisasi2. pH cairan pleural