13
EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif Kelly 5.0EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitan 50-60% penderita keganasan pleura primer atau me-tastatik, Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura. Efusi pleura keganasan memiliki dua sifat yang khas, yaitu cairan pleura lazim berwarna merah (hemoragik) dan pada umumnya cepat terbentuk kembali setelah diaspirasi. Oleh karena itu, jumlah cairan pleura biasanya banyak, sehingga mengakibatkan pendorongan mediastinum ke arah sisi yang sehat. Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari per-mukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakatrtanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, ronggapleura hanya mengandung sedikit cairan se-banyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non- tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah Ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara- negana yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberculosis Alasan dari penulis memilih kasus ini karena penulis belum pernah mendapatkan kasus tersebut dan tertarik untuk mengambil kasus tersebut. STUDI PUSTAKA EFUSI PLEURA A. PENGERTIAN. Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu : 1. Cairan serus (hidrothorax) 2. Darah (hemothotaks) 3. Chyle (chylothoraks) 4. Nanah (pyothoraks atau empyema) 1. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) Biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah: a. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura b. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura c. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang. 2. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) Bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari: a. Infeksi pada cedera di dada b. Pembedahan dada c. Pecahnya kerongkongan d. Abses di perut e. Pneumonia 3. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) Kilotoraks disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.

Efusi Pleura

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efusi Pleura

EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif Kelly5.0EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitan 50-60% penderita keganasan pleura primer atau

me-tastatik, Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50%

penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.

Efusi pleura keganasan memiliki dua sifat yang khas, yaitu cairan pleura lazim berwarna merah (hemoragik) dan pada

umumnya cepat terbentuk kembali setelah diaspirasi. Oleh karena itu, jumlah cairan pleura biasanya banyak, sehingga

mengakibatkan pendorongan mediastinum ke arah sisi yang sehat.

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari per-

mukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakatrtanda suatu penyakit. Pada keadaan

normal, ronggapleura hanya mengandung sedikit cairan se-banyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura

parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan

Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non-tuberkulosis, keganasan, sirosis

hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah Ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara barat, efusi

pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di

negara-negana yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberculosis

Alasan dari penulis memilih kasus ini karena penulis belum pernah mendapatkan kasus tersebut dan tertarik untuk mengambil

kasus tersebut.

STUDI PUSTAKA

EFUSI PLEURA

A. PENGERTIAN.

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi

paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama

inhalasi.

Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu :

1. Cairan serus (hidrothorax)

2. Darah (hemothotaks)

3. Chyle (chylothoraks)

4. Nanah (pyothoraks atau empyema)

1. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura)

Biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:

a. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura

b. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga

pleura

c. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah

dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.

2. Empiema (nanah di dalam rongga pleura)

Bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:

a. Infeksi pada cedera di dada

b. Pembedahan dada

c. Pecahnya kerongkongan

d. Abses di perut

e. Pneumonia

3. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada)

Kilotoraks disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan

saluran karena adanya tumor.

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun yang disebabkan

oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

B. DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Apabila cairan yang

terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang

Page 2: Efusi Pleura

terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara

pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya

menunjukkan adanya cairan.

2. CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau

tumor.

3. USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan

pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang

diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam

rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Biopsi

Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah

luar diambil untuk dianalisa.

Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat

ditentukan.

6. Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto

thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan

dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA

ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

7. Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini

disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose.

2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri

3. Pemeriksaan hitung sel

4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan

transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara

pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis.

Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan

pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan

C. ETIOLOGI

Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis

hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae,

dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.

Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara berkembang termasuk Indonesia. Selain

TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE),

perdarahan (sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit pancreas, abses

intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi pleura karena adanya tumor ovarium).

D. GEJALA

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak

nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang

beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:batuk, cegukan,

pernapasan yang cepat serta nyeri perut.

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura. Aspirasi cairan menggunakan jarum dapat

dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis

Page 3: Efusi Pleura

atau pemasangan WSD. Efusi pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosan atau dapat dilakukan

tidakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan pleura ditempelkan sehingga tidak ada lagi ruangan yang akan

terisi oleh cairan.

BAB III

STUDY KASUS

Nama    :

Hari/Tanggal    :     Senin, selasa

A. pengkajian

1. Biodata

a. Biodata pasien

Nama         :

Alamat         :

Umur         :

No.RM        :

Jenis kelamin     : laki laki

Agama         :

Tanggal RMS    :

b. Biodata penangung jawab

Nama            : Ny.

Hubungan dengan klien    : Ibu

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan Utama         : Sesak napas .

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD dalam kondisi BAB tidak lancar, makan sedikit, perut kembung kadang-kadang menggiggil, BAK tidak

lancar, Sklera Tampak Ikterik, ekstremitas bawah edema sudah satu minggu, TD; 100/70 mmhg, N: 64x/mnt, RR: 24x/mnt dan

T: 37,3C.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami penyakit yang serius sebelumnya, belum pernah dirawat dirumah sakit dan pernah sakit tapi

sembuh dg berobat ke puskesmas.

d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada penyakit menular ataupun penyakit turunan dalam keluarga Sdr. W.

.

3. Pengkajian primer

a) Breath

o RR = 20 x/menit

o Bunyi nafas bronkovesikuler.

o Penggunaan otot bahu pernafasan +( Sternokleidomastoideus).

o Terpasang O2 via nasal kanul 5l/mnt.

o Suara paru vesikuler.

o Tidak ada sekret

b) Blood

o Nadi 65 x/menit

o TD 110/70 mmHg

o suhu 37 C

o Bunyi jantung reguler, S1dan S2.

o CRT <2 detik

o Konjungtiva anemis

o Akral hangat.

o Warna kulit pucat

o Sklera ikterik.

c) Brain

o Tingkat kesadaran = CM  (GCS = E4 M5 V5)

o Pupil = isokor +2mm/+2mm

o Rangsang cahaya = +/+

d) Bladder

o Terpasang DC no:16

o warna urine kuning kemerahan.

Page 4: Efusi Pleura

o Urine 500cc

e) Bowel

o BAB -.

o Bentuk abdomen datar, simetris, hipertimpani.

o Mual/muntah -

f) Bone

o Ekstemitas atas

Kanan terpasang infuse D5%

Ada edema pada ekstremitas atas.

o Ekstremitas bawah

Kanan = edema +

Kiri = edema +

2. Pengkajian Kesehatan Fungsional (Virginia Handerson)

a) Pernafasan

o Sebelum sakit

Klien bernafas spontan tanpa alat bantu nafas, pola nafas reguler.

o Saat sakit

Klien bernafas dengan batuan O2 via nasal kanul 5l/mnt, bunyi nafas bronkovesikuler, menggunakan otot bantu penafasan.

b) Nutrisi

o Sebelum sakit

Klien makan 3x sehari. Menu makanan sehari-hari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk (tahu, tempe dll)

o Saat sakit

Klien makan dengan bantuan perawat.

c) Eliminasi

o Sebelum sakit

Klien tidak mengalami kesulitan BAB

o Saat sakit

Semenjak sakit dan setelah masuk ICCU klien belum BAB.

d) Aktivitas

o Sebelum sakit

Klien biasa beraktifitas sesuai dengan kemampuanya sebagai anak laki-laki di rumah. Setiap hari klien beraktivitas mandiri

tanpa bantuan orang lain.

o Saat sakit

Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, klien hanya bisa tidur dan Semua aktivitas harian klien dibantu oleh perawat.

e) Tidur dan Istirahat

o Sebelum sakit

Klien biasa tidur 7-9 jam sehari yaitu tidur malam pkl 22.00-04.00 WIB.

o Saat sakit

Klien bisa tidur namun sering terbangun.

f) Berpakaian

o Sebelum sakit

Klien memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.

o Saat sakit

Selama di ICCU klien di bantu oleh perawat.

g) Personal Hygiene

o Sebelum sakit

Klien mandi 2 kali sehari dan gosok gigi sehari minimal 2 kali sehari, dan keramas minimal seminggu sekali.

o Saat sakit

Klien mandi 1 kali sehari dan di bantu perawat.

h) Aman dan Nyaman

o Sebelum sakit

Klien nyaman saat bersama keluarga.

o Saat sakit

Klien harus sendirian di ruangan tanpa ditemani keluarga dan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh perawat tapi pasien tetap

merasa nyaman.

i) Komunikasi

Page 5: Efusi Pleura

o Sebelum sakit

Klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi.

o Saat sakit

Klien terlihat kecapaian saat berkomunikasi

.

j) Keyakinan dan Nilai

o Sebelum sakit

Klien seorang muslim, klien biasa menjalankan ibadahnya.

o Saat sakit

Klien tidak dapat beribadah seperti biasa selama di ICCU

5. Pemeriksaan Fisik

a) Kesadaran        :  composmetis  (GCS =  E4 V5 M5)

b) Kepala        : Bentuk mesocepal

o Kulit kepala    : tidak ada lesi, cukup bersih

o Mata        : reaksi cahaya +/+, konjungtiva ananemis, sklera ikhterik, pupil isokor 2mm/2mm.

o Hidung    : sedikit serumen

o Mulut        : Bau khas, bersih.

o Telinga    : Bersih, serumen ada.

c) Leher        : tidak ada pembesaran tiroid dan ada distensi vena jugularis +3 mm.

d) Toraks        : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada kardiomegali, suara napas bronkovesikuler, bentuk dada simetris,

ada penggunaan otot bantu pernapasan.

e) Abdomen        : Tidak ada masa, ada hipertimpani.

f) Ekstrimitas    : Kekuatan otot ada di semua ekstremitasnya, eksremitas atas kanan terpasang infuse D5%, Edema di semua

ekstremitas.

g) Genetalia        :  Tidak ada lesi, Terpasang DC no.16.

h) Kulit        : Akral hangat, turgor kulit baik, Warna Kulit Pucat.

i) Kuku        : kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, CRT < 2 detik.

6. Pemeriksaan penunjang

a. laboratorium

No

Hari/tgl

Jenis pemeriksaan

Hasil

normal

ket

1

22/06/09

Hb

Leukosit

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

Protein total

Albumin

Globulin

Ureum darah

Kreatinin darah

GDS

Natrium

Kalium

Klorida

Kalsium

HBSag

15,2

8700

Page 6: Efusi Pleura

39

4,92

953.000

6,12

3,06

3,06

55,6

1,30

115

130

2,9

87

7,1

( – )

14-18

4.800-10.800

40-48

4-5

15.000-400.000

6,3-8,2

3,5-5,0

2,7-3,2

15-36,4

0,7-1,2

<200

137-145

3,5-5,1

95-107

8,6-10,4

Normal

Normal

Turun

Normal

Naik

Turun

Turun

Normal

Naik

Naik

Turun

Turun

Turun

Turun

Turun

7. Terapi

no

Hari/tgl

Nama obat

Dosis

Waktu pemberian

pa

siang

Sore

malam

1

Senin,

Page 7: Efusi Pleura

KSR

Digoksin

Lasix

Cefotaxim

2×1 tabl

1×1 tabl

3x 2 ampl

1x1gr

pa

si

12

16

so

20

24

2

Selasa,

KSR

Digoksin

Lasix

Cefotaxim

2×1 tabl

1×1 tabl

3x 2 ampl

1x1gr

pa

si

12

16

so

20

24

B. Analisa Data

No

Data

Pathway

Etiology

Masalah

1

2.

DS: pasien mengatakan sesak napas

DO:RR: 20x/mnt, ada pergerakan dinding dada, pucat, sklera ikterik dan konju gtiva anemis

DS : pasien mengatakan lemes, cape.

DO : RR 20x/mnt, pucat, terlihat lemah, TD; 110/80mmhg

N: 64x/mnt

Efusi pleura

pengembangan paru terhambat

hiperventilasi

kelemahan otot-otot pernapasan

Page 8: Efusi Pleura

pola napas tidak efektif

efusi pleura

pengembangan paru terganggu

O2 ke sel dan jaringan turun

metabolisme anaerob

energi turun

intoleransi aktifitas

Kelemahan otot-otot pernapasan

Suplai 02 ke sel dan jaringan tidak seimbang dengan kebutuhan

Pola napas tidak efektif.

Intoleransi aktifitas

3

Ds: pasien mengatakan cape sesudah beraktifitas.

DO: pasien terlihat lemah

Pasien tidak mampu untuk memenuhi keb ADL nya ( mandi, berpakean ).

Efusi pleura

Suplai O2 yang tidak seimbang

kelemahan

Ketidakmampuan untu merawat dirinya sendiri

Defisit perawatan diri

kelemahan

Defisit perawatan diri

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidakefektifan pola nafas b. d kelelahan otot-otot pernapasan

Intoleransi aktifitas  b.d Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai O2

Defisit perawatan diri b.d kelemahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatn 3×24 jam klien menunjukan pola napas yang efektif dengan kriterian hasil:

Status pernapasan yang tidak berbahaya. awal 2 tujuan 4.

Mudah dalam bernapas. awal 2 tujuan 4.

Tidak ada penggunaaan otot bantu pernapasan. awal 2 tujuan 5.

Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. awal 2 tujuan 4.

Keterangan:

1: Ekstrem

2: Berat

3: Sedang

4: Ringan

5: Tidak ada gangguan

1. Intoleransi aktifitas yang biasa dilakukan ditunjukkan dengan daya tahan dan penghematan energi, penghematan energi

yang ditandai dengan: menyeimbangkan antara aktifitas dan istirahat, pasien menyadari adanya keterbatasan energi.

2. menampilkan pengelolaan pemeliharaan dirumah dengan beberapa bantuan.

3. menampilkan aktifitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan.

4. pasien mampu mengidentifikasi aktifitas/ situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktifitas

Page 9: Efusi Pleura

Setelah dilakukan perawatan diharapkan:

1. Menerima bantuan dari pemberi perawatan.

2. semua kebutuhan ADL pasien terpenuhi (makan, mandi dan berpakaian).

1. Pantau kecepatan, irama respirasi

2. Observasi adanya penggunaan otot bantu pernapasan

3. Auskultasi bunyi napas

4. Pantau pola pernapasan

5. Pantau supali O2

6. Pantau peningkatan kegelisahan

1. Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas.

2. Pantau asupan nutrisi untuk memastukan keadekuatan sumber-sumber energi.

3. Pantau pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.

4. Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan tehnik management waktu untuk mencegah kelelahan,

5. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik/ relaksasi untuk merencanakan dan memantau program aktifitas sesuai

kebutuhan.

6. Rujuk pada ahli gizi untuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang tinggi energi.

1. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu

2. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktifitas.

3. Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian dan melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri.

D. Implementasi

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan otot-otot pernapasan

No

Hari/Tanggal

Implementasi

Respon

1

Senin,

21.00

22.00

23.00

21.00

Memonitor TTV dan KU pasien

Mengauskultasi bunyi napas dan adanya bunyi napas tambahan

Mengevaluasi respon pasien terhadap pemberian O2

Memposisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan

KU lemah, TD :100 /61 mmhg, N : 140 x/mnt, RR : 22x/mnt.

Bunyi nafas bronkovesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan

RR : 25x/mnt, masih ada penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada sianosis.

Posisi semi fowler

2.

Selasa,

21. 00

22.00

23.00

Memonitor KU dan TTV

Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.

Mengevaluasi respon pasien terhadap pemberian O2

Page 10: Efusi Pleura

KU lemah, TD : 90/61mmhg, N : 125x/mnt, RR : 25x/mnt, KU lemah.

RR : 32x/mnt, irama reguler,  ada penggunaan otot bantu pernafasan.

RR : 24x/mnt, tidak ada sianosis, masih ada penggunaan otot bantu pernafasan,  terpasang NRM

10L/mnt.

2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara supali dengan kebutuhan O2.

No

Hari/tanggal

implementasi

respon

1

Senin,

21.00

06.30

22.00

23.00

Memonitor KU dan TTV

Membantu pasien memenuhi ADLnya (makan).

Menyarankan kepada pasien untuk jangan terlalu banyak bergerak

Memantau status oksigenasi pasien (pemenuhan oksigen)

KU lemah, TD : 94/61 mmhg, N : 140 x/mnt

Makan habis setengah porsi

Pasien beristirahat (tidur).

RR : 20x/mnt, penggunaan otot bantu berkurang, sianosis tidak ada.

2

Selasa,

22.00

06.00

23.00

24,00

Memonitor KU dan TTV

Membantu pasien memenuhi ADLnya (makan).

Memantau status oksigenasi pasien (pemenuhan oksigen)

Memonitor KU dan TTV

Pemberian obat

KU lemah, TD : 97/66mmhg, N : 114x/mnt, RR : 22x/mnt, KU lemah.

.

Pasien makan satu porsi

RR : 20x/mnt, penggunaan otot bantu berkurang, sianosis tidak ada.

KU lemah, TD : 99/69mmhg, N : 118x/mnt, RR : 25X/mnt.

Obat masuk

3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan.

No

Hari/Tanggal

Implementasi

Respon

1

Senin,

06. 00

06.30

06.45

Memonitor TTV dan KU

Page 11: Efusi Pleura

Mengkaji kemampuan pasien untuk beraktivitas

Membantu makan

KU lemah, TD : 94/61 mmhg, N : 140 x/mnt, RR : 22x/mnt.

Pasien masih lemas, minta disuapin

Pasien habis setengah porsi minum 200cc

2

selasa,

21. 00

06. 15

06.45

Memonitor TTV dan KU

Membantu makan

Menyarankan untuk istirahat

KU lemah, TD : 122/95 mmHg, N : 83x/mnt, MAP : 105, RR : 29x/mnt, SaO2 : 94%, T : 37 C.

Makan masuk 2/3 piring, minum 200cc.

E. Evaluasi

No.

Hari/Tgl

DX kep

Evaluasi

1.

senin,

Ketidakefektifan pola nafas b.d disfungsi neuromuskular

Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan.

Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular.

S : -

O : RR 20x/mnt, penurunan penggunaan otot bantu pernapasan, terpasang O2 via nasal kanul 4l/mnt.

A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

1. Pantau status oksigenasi pasien

2. Memonitor TTV dan KU per jam

3. evaluasi respon pasien terhadap pemberian oksigen

S. : pasien mengatakan masih lemes, cape.

O: KU lemah, TD: 93/57mmhg, RR: 20x/mnt, N:130x/mnt, masih terlihat pucat

A.  Masalah Intoleransi aktifitas belum tertasi..

P.  lntervensi dilanjutkan.

1. batasi aktifitas klien

2. bantu setiap aktifitas yang akan dilakukan klien

3. penuhi kebutuhan O2 KLIEN

S: Pasien Mengatakan Masih Lemes, Cape

O:  GCS: 14, pasien belum mampu untuk melekukan aktifitas harina secara mandiri (makan)

A: Masalah defisit perwatan diri belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan, bantu pasien dalan pemenuhan aktifitas harianya.

pencarian yang hadir:

pengertian efusi pleura,pathway efusi pleura,lp intoleransi aktivitas,lp efusi pleura,patofisiologi oksigenasi,woc

konjungtivitis,laporan pendahuluan efusi pleura,lp kardiomegali,woc cva bleeding,makalah efusi pleura,patofisiologi gangguan

oksigenasi,abdomen supel adalah,penentuan kadar albumin plasma,askep efusi pleura pdf,woc efusi pleura,yhs-004,efusi

pleura dextra,laporan kasus oksigenasi,sap efusi pleura,pengertian isokor,pengertian ekstremitas,pathway intoleransi

Page 12: Efusi Pleura

aktivitas,lp oksigenasi,leaflet efusi pleura,efusi pleura sinistra,pemeriksaan cairan lambung,dasar teori mikropipet,asuhan

keperawatan hipoalbumin,makalah pemeriksaan cairan limfe,LP cairan dan elektrolit,contoh askep oksigenasi,contoh kasus

oksigenasi,pengertian neuromuskular,intervensi efusi pleura,contoh kasus efusi pleura,pathways snh,sistem

neuromuskular,pertanyaan tentang efusi pleura,prosedur pemeriksaan cairan limfe,pathway kardiomegali,laporan pendahuluan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,contoh soap kasus endometritis,reaksi pleura,makalah mikropipet,laporan kasus

efusi pleura,pathways ckr,pengertian syok listrik,askep pada pasien kardiomegali,askep apn,pengertian ekstremitas

kesehatan,pathway trauma tumpul abdomen,definisi ekstremitas atas,contoh kasus penyakit tbc,pengertian iccu,laporan kasus

kolik abdomen,patway efusi pleura,pathway kebutuhan nutrisi,skema patofisiologi efusi pleura,kti efusi pleura,pathway ca

paru,woc aneurisma,askep aneurisma,latar belakang peritonitis,macam gangguan neurovaskuler,laporan kasus askep efusi

pleura,patway snh,biodata pasien,hubungan ca mammae dengan efusi pleura,pathway tumor mammae,pathway trauma

mata,tumor mammae dx,gangguan pola nafas tidak efektif,pengkajian perforasi gaster,contoh laporan kasus efusi pleura,KTI

CA MAMAE,arti efusi pleura,pengertian ekstremitas atas,pathway ca mamae,pathway defisit perawatan diri,laporan

pendahuluan pemenuhan kebutuhan cairan,contoh laporan pendahuluan keseimbangan cairan dan elektrolit,definisi efusi

pleura,laporan kasus ge,implementasi peritonitis,efusi pleura sinistra adalah,pathway apendik,pengertian

bronkovesikuler,analisa data pada efusi pleura,pengkajian kardiomegali,laporan pendahuluan tb abdomen,pengertian efusi

pleura dextra,pathway pola nafas tidak efektif,pathways oksigenasi,efusi pleura pada ca mammae,effusi pleura

sinistra,diagnosa keperawatan kardiomegali,pengertian isokor pada pupil,askep gangguan pola nafas tidak efektif,penyebab

pola nafas tidak efektif,contoh kasus anc normal,laporan pendahuluan gangguan sistem pernafasan,contoh kasus sistem

pernafasan,analisa sintesa gds,contoh kasus sor,pengertian pleura,pengertian efusi,kasus ekstremitas bawah,bunyi nafas

pada efusi pleura,hubungan sirosis hepatis dengan efusi pleura,askep efusi pleura dextra,askep efusi pleura ec

keganasan,contoh askep gagal jantung kiri,pengkajian neuromuskular,komplikasi tumor mammae,contoh kasus

pernafasan,kumpulan makalah efusi pleura,pathways kanker payudara,pathways efusi pleura,laporan pendahuluan gangguan

sistem pernapasan,askep gangguan pola nafas,mesocepal,intervensi gangguan pola nafas,arti mesocepal,pengertian cairan

pleura,efusi pleura dextra adalah,analisa data efusi pleura,pengertian TB abdomen,laporan pendahuluan Ganguan oksigenasi

pola napas pada pasien TB Paru,pengertian efusipleura,pathway gangguan aktivitas,contoh askep kasus efusi pleura,pathway

keperawatan sle,contoh askep efusi pleura,contoh askep pasien efusi pleura,pengkajian primer efusi pleura,laporan

pendahuluan gangguan pola nafas tidak efektif,pathway keganasan efusi pleura,hidrothorax,yhs-fh_lsonswrow,implementasi

efusi pleura,hubungan kanker payudara dengan efusi pleura,LP Dan WoC efusi pleura,pathway intoleran aktifitas,pathway

gangguan pernapasan,laporan pendahuluan dengan gangguan sistem pernapasan pada anak,kumpulan askep kti infeksi

pleura,mesocepal adalah,efusi sistem pernapasan,paru kanan ada cairan minimalis,gambar gangguan pola

pernafasan,GAMBAR PATHWAY TBC PADA ANAK,gambar pathway trauma mata,kasus tumor intra abdomen,mengapa ca

mammae komplikasi efusi pleura,kasus tumor apdomen,efusi pleura pada ca mamae,bunyi napas pada pasien efusi

pleura,penyimpangan kdm pada gangguan pola tidur,contoh kasus askep efusi pleura,pola pernafasan pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler,penyimpanan KDM diagnosa efuSi pleura,penyimpangan kdm penyakit pleura,pengertian nrm,contoh

pathway kanker payudara,arti ekstremitas atas,gambar pathway efusi pleura,contoh makalah efusi pleura di ruang

icu,pengkajian primer hemotoraks,soapier pasien efusi pleura,askep pada klien dengan gangguan pernapasan emboli paru

aplikasi nanda,contoh konjungtiva anemis,pengertian pathway efusi pleura,woc efusi pleura pada ca paru,pengertian

ekstremitas atas dan bawah,pertanyaan seputar empiema,cairan nrm,peran perawat dalam kasus pungsi pleura,effusi pleura

dextra,pengertian efusie Peura,pengertian epusi pleura,effusi pleura dextra e c abses paru,pleura efusi dextra,respirasi pada

efusi pleura,oksigenasi RM n NRM,pathway gangguan pada pernafasan,pengertian efusi pluera sintrstra,pthway

kardiomegali,pathway gangguan pernafasan,pathway gangguan pola nafas pada bayi tidak normal,pupil – pengertian

isokor,pernafasan tidak efektif,pola pernafasan pada efusi pleura,polanapas tb paru,pathway dm intoleransi aktifitas,pathway

dengan gangguan aktivitas,pleural efusi dextra,pathway dari tumor intraabdomen,pernapasan pada pluera,pola nafas tidak

efektif karena efusi pleura,pola napas tidak efektif