Upload
detideti29191
View
482
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif Kelly5.0EFUSI PLEURA, Gangguan Sistem Pernapasan: Pola Napas Tidak Efektif
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitan 50-60% penderita keganasan pleura primer atau
me-tastatik, Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50%
penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Efusi pleura keganasan memiliki dua sifat yang khas, yaitu cairan pleura lazim berwarna merah (hemoragik) dan pada
umumnya cepat terbentuk kembali setelah diaspirasi. Oleh karena itu, jumlah cairan pleura biasanya banyak, sehingga
mengakibatkan pendorongan mediastinum ke arah sisi yang sehat.
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari per-
mukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakatrtanda suatu penyakit. Pada keadaan
normal, ronggapleura hanya mengandung sedikit cairan se-banyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura
parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non-tuberkulosis, keganasan, sirosis
hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah Ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara barat, efusi
pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di
negara-negana yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberculosis
Alasan dari penulis memilih kasus ini karena penulis belum pernah mendapatkan kasus tersebut dan tertarik untuk mengambil
kasus tersebut.
STUDI PUSTAKA
EFUSI PLEURA
A. PENGERTIAN.
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi
paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama
inhalasi.
Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu :
1. Cairan serus (hidrothorax)
2. Darah (hemothotaks)
3. Chyle (chylothoraks)
4. Nanah (pyothoraks atau empyema)
1. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura)
Biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:
a. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
b. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga
pleura
c. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah
dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.
2. Empiema (nanah di dalam rongga pleura)
Bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
a. Infeksi pada cedera di dada
b. Pembedahan dada
c. Pecahnya kerongkongan
d. Abses di perut
e. Pneumonia
3. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada)
Kilotoraks disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan
saluran karena adanya tumor.
Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun yang disebabkan
oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.
B. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Apabila cairan yang
terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang
terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara
pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau
tumor.
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang
diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam
rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah
luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
6. Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto
thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA
ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini
disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose.
2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
3. Pemeriksaan hitung sel
4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan
transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara
pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis.
Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan
pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan
C. ETIOLOGI
Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis
hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae,
dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.
Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara berkembang termasuk Indonesia. Selain
TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE),
perdarahan (sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit pancreas, abses
intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi pleura karena adanya tumor ovarium).
D. GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak
nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang
beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:batuk, cegukan,
pernapasan yang cepat serta nyeri perut.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura. Aspirasi cairan menggunakan jarum dapat
dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis
atau pemasangan WSD. Efusi pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosan atau dapat dilakukan
tidakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan pleura ditempelkan sehingga tidak ada lagi ruangan yang akan
terisi oleh cairan.
BAB III
STUDY KASUS
Nama :
Hari/Tanggal : Senin, selasa
A. pengkajian
1. Biodata
a. Biodata pasien
Nama :
Alamat :
Umur :
No.RM :
Jenis kelamin : laki laki
Agama :
Tanggal RMS :
b. Biodata penangung jawab
Nama : Ny.
Hubungan dengan klien : Ibu
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama : Sesak napas .
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dalam kondisi BAB tidak lancar, makan sedikit, perut kembung kadang-kadang menggiggil, BAK tidak
lancar, Sklera Tampak Ikterik, ekstremitas bawah edema sudah satu minggu, TD; 100/70 mmhg, N: 64x/mnt, RR: 24x/mnt dan
T: 37,3C.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit yang serius sebelumnya, belum pernah dirawat dirumah sakit dan pernah sakit tapi
sembuh dg berobat ke puskesmas.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada penyakit menular ataupun penyakit turunan dalam keluarga Sdr. W.
.
3. Pengkajian primer
a) Breath
o RR = 20 x/menit
o Bunyi nafas bronkovesikuler.
o Penggunaan otot bahu pernafasan +( Sternokleidomastoideus).
o Terpasang O2 via nasal kanul 5l/mnt.
o Suara paru vesikuler.
o Tidak ada sekret
b) Blood
o Nadi 65 x/menit
o TD 110/70 mmHg
o suhu 37 C
o Bunyi jantung reguler, S1dan S2.
o CRT <2 detik
o Konjungtiva anemis
o Akral hangat.
o Warna kulit pucat
o Sklera ikterik.
c) Brain
o Tingkat kesadaran = CM (GCS = E4 M5 V5)
o Pupil = isokor +2mm/+2mm
o Rangsang cahaya = +/+
d) Bladder
o Terpasang DC no:16
o warna urine kuning kemerahan.
o Urine 500cc
e) Bowel
o BAB -.
o Bentuk abdomen datar, simetris, hipertimpani.
o Mual/muntah -
f) Bone
o Ekstemitas atas
Kanan terpasang infuse D5%
Ada edema pada ekstremitas atas.
o Ekstremitas bawah
Kanan = edema +
Kiri = edema +
2. Pengkajian Kesehatan Fungsional (Virginia Handerson)
a) Pernafasan
o Sebelum sakit
Klien bernafas spontan tanpa alat bantu nafas, pola nafas reguler.
o Saat sakit
Klien bernafas dengan batuan O2 via nasal kanul 5l/mnt, bunyi nafas bronkovesikuler, menggunakan otot bantu penafasan.
b) Nutrisi
o Sebelum sakit
Klien makan 3x sehari. Menu makanan sehari-hari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk (tahu, tempe dll)
o Saat sakit
Klien makan dengan bantuan perawat.
c) Eliminasi
o Sebelum sakit
Klien tidak mengalami kesulitan BAB
o Saat sakit
Semenjak sakit dan setelah masuk ICCU klien belum BAB.
d) Aktivitas
o Sebelum sakit
Klien biasa beraktifitas sesuai dengan kemampuanya sebagai anak laki-laki di rumah. Setiap hari klien beraktivitas mandiri
tanpa bantuan orang lain.
o Saat sakit
Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, klien hanya bisa tidur dan Semua aktivitas harian klien dibantu oleh perawat.
e) Tidur dan Istirahat
o Sebelum sakit
Klien biasa tidur 7-9 jam sehari yaitu tidur malam pkl 22.00-04.00 WIB.
o Saat sakit
Klien bisa tidur namun sering terbangun.
f) Berpakaian
o Sebelum sakit
Klien memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
o Saat sakit
Selama di ICCU klien di bantu oleh perawat.
g) Personal Hygiene
o Sebelum sakit
Klien mandi 2 kali sehari dan gosok gigi sehari minimal 2 kali sehari, dan keramas minimal seminggu sekali.
o Saat sakit
Klien mandi 1 kali sehari dan di bantu perawat.
h) Aman dan Nyaman
o Sebelum sakit
Klien nyaman saat bersama keluarga.
o Saat sakit
Klien harus sendirian di ruangan tanpa ditemani keluarga dan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh perawat tapi pasien tetap
merasa nyaman.
i) Komunikasi
o Sebelum sakit
Klien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
o Saat sakit
Klien terlihat kecapaian saat berkomunikasi
.
j) Keyakinan dan Nilai
o Sebelum sakit
Klien seorang muslim, klien biasa menjalankan ibadahnya.
o Saat sakit
Klien tidak dapat beribadah seperti biasa selama di ICCU
5. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : composmetis (GCS = E4 V5 M5)
b) Kepala : Bentuk mesocepal
o Kulit kepala : tidak ada lesi, cukup bersih
o Mata : reaksi cahaya +/+, konjungtiva ananemis, sklera ikhterik, pupil isokor 2mm/2mm.
o Hidung : sedikit serumen
o Mulut : Bau khas, bersih.
o Telinga : Bersih, serumen ada.
c) Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan ada distensi vena jugularis +3 mm.
d) Toraks : Bunyi jantung normal S1 dan S2 tidak ada kardiomegali, suara napas bronkovesikuler, bentuk dada simetris,
ada penggunaan otot bantu pernapasan.
e) Abdomen : Tidak ada masa, ada hipertimpani.
f) Ekstrimitas : Kekuatan otot ada di semua ekstremitasnya, eksremitas atas kanan terpasang infuse D5%, Edema di semua
ekstremitas.
g) Genetalia : Tidak ada lesi, Terpasang DC no.16.
h) Kulit : Akral hangat, turgor kulit baik, Warna Kulit Pucat.
i) Kuku : kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, CRT < 2 detik.
6. Pemeriksaan penunjang
a. laboratorium
No
Hari/tgl
Jenis pemeriksaan
Hasil
normal
ket
1
22/06/09
Hb
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Protein total
Albumin
Globulin
Ureum darah
Kreatinin darah
GDS
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium
HBSag
15,2
8700
39
4,92
953.000
6,12
3,06
3,06
55,6
1,30
115
130
2,9
87
7,1
( – )
14-18
4.800-10.800
40-48
4-5
15.000-400.000
6,3-8,2
3,5-5,0
2,7-3,2
15-36,4
0,7-1,2
<200
137-145
3,5-5,1
95-107
8,6-10,4
Normal
Normal
Turun
Normal
Naik
Turun
Turun
Normal
Naik
Naik
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
7. Terapi
no
Hari/tgl
Nama obat
Dosis
Waktu pemberian
pa
siang
Sore
malam
1
Senin,
KSR
Digoksin
Lasix
Cefotaxim
2×1 tabl
1×1 tabl
3x 2 ampl
1x1gr
pa
si
12
16
so
20
24
2
Selasa,
KSR
Digoksin
Lasix
Cefotaxim
2×1 tabl
1×1 tabl
3x 2 ampl
1x1gr
pa
si
12
16
so
20
24
B. Analisa Data
No
Data
Pathway
Etiology
Masalah
1
2.
DS: pasien mengatakan sesak napas
DO:RR: 20x/mnt, ada pergerakan dinding dada, pucat, sklera ikterik dan konju gtiva anemis
DS : pasien mengatakan lemes, cape.
DO : RR 20x/mnt, pucat, terlihat lemah, TD; 110/80mmhg
N: 64x/mnt
Efusi pleura
pengembangan paru terhambat
hiperventilasi
kelemahan otot-otot pernapasan
pola napas tidak efektif
efusi pleura
pengembangan paru terganggu
O2 ke sel dan jaringan turun
metabolisme anaerob
energi turun
intoleransi aktifitas
Kelemahan otot-otot pernapasan
Suplai 02 ke sel dan jaringan tidak seimbang dengan kebutuhan
Pola napas tidak efektif.
Intoleransi aktifitas
3
Ds: pasien mengatakan cape sesudah beraktifitas.
DO: pasien terlihat lemah
Pasien tidak mampu untuk memenuhi keb ADL nya ( mandi, berpakean ).
Efusi pleura
Suplai O2 yang tidak seimbang
kelemahan
Ketidakmampuan untu merawat dirinya sendiri
Defisit perawatan diri
kelemahan
Defisit perawatan diri
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakefektifan pola nafas b. d kelelahan otot-otot pernapasan
Intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai O2
Defisit perawatan diri b.d kelemahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatn 3×24 jam klien menunjukan pola napas yang efektif dengan kriterian hasil:
Status pernapasan yang tidak berbahaya. awal 2 tujuan 4.
Mudah dalam bernapas. awal 2 tujuan 4.
Tidak ada penggunaaan otot bantu pernapasan. awal 2 tujuan 5.
Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. awal 2 tujuan 4.
Keterangan:
1: Ekstrem
2: Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada gangguan
1. Intoleransi aktifitas yang biasa dilakukan ditunjukkan dengan daya tahan dan penghematan energi, penghematan energi
yang ditandai dengan: menyeimbangkan antara aktifitas dan istirahat, pasien menyadari adanya keterbatasan energi.
2. menampilkan pengelolaan pemeliharaan dirumah dengan beberapa bantuan.
3. menampilkan aktifitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan.
4. pasien mampu mengidentifikasi aktifitas/ situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktifitas
Setelah dilakukan perawatan diharapkan:
1. Menerima bantuan dari pemberi perawatan.
2. semua kebutuhan ADL pasien terpenuhi (makan, mandi dan berpakaian).
1. Pantau kecepatan, irama respirasi
2. Observasi adanya penggunaan otot bantu pernapasan
3. Auskultasi bunyi napas
4. Pantau pola pernapasan
5. Pantau supali O2
6. Pantau peningkatan kegelisahan
1. Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas.
2. Pantau asupan nutrisi untuk memastukan keadekuatan sumber-sumber energi.
3. Pantau pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
4. Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan tehnik management waktu untuk mencegah kelelahan,
5. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik/ relaksasi untuk merencanakan dan memantau program aktifitas sesuai
kebutuhan.
6. Rujuk pada ahli gizi untuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang tinggi energi.
1. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
2. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktifitas.
3. Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian dan melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri.
D. Implementasi
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan otot-otot pernapasan
No
Hari/Tanggal
Implementasi
Respon
1
Senin,
21.00
22.00
23.00
21.00
Memonitor TTV dan KU pasien
Mengauskultasi bunyi napas dan adanya bunyi napas tambahan
Mengevaluasi respon pasien terhadap pemberian O2
Memposisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
KU lemah, TD :100 /61 mmhg, N : 140 x/mnt, RR : 22x/mnt.
Bunyi nafas bronkovesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
RR : 25x/mnt, masih ada penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada sianosis.
Posisi semi fowler
2.
Selasa,
21. 00
22.00
23.00
Memonitor KU dan TTV
Memantau kecepatan, irama, kedalaman dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
Mengevaluasi respon pasien terhadap pemberian O2
KU lemah, TD : 90/61mmhg, N : 125x/mnt, RR : 25x/mnt, KU lemah.
RR : 32x/mnt, irama reguler, ada penggunaan otot bantu pernafasan.
RR : 24x/mnt, tidak ada sianosis, masih ada penggunaan otot bantu pernafasan, terpasang NRM
10L/mnt.
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara supali dengan kebutuhan O2.
No
Hari/tanggal
implementasi
respon
1
Senin,
21.00
06.30
22.00
23.00
Memonitor KU dan TTV
Membantu pasien memenuhi ADLnya (makan).
Menyarankan kepada pasien untuk jangan terlalu banyak bergerak
Memantau status oksigenasi pasien (pemenuhan oksigen)
KU lemah, TD : 94/61 mmhg, N : 140 x/mnt
Makan habis setengah porsi
Pasien beristirahat (tidur).
RR : 20x/mnt, penggunaan otot bantu berkurang, sianosis tidak ada.
2
Selasa,
22.00
06.00
23.00
24,00
Memonitor KU dan TTV
Membantu pasien memenuhi ADLnya (makan).
Memantau status oksigenasi pasien (pemenuhan oksigen)
Memonitor KU dan TTV
Pemberian obat
KU lemah, TD : 97/66mmhg, N : 114x/mnt, RR : 22x/mnt, KU lemah.
.
Pasien makan satu porsi
RR : 20x/mnt, penggunaan otot bantu berkurang, sianosis tidak ada.
KU lemah, TD : 99/69mmhg, N : 118x/mnt, RR : 25X/mnt.
Obat masuk
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan.
No
Hari/Tanggal
Implementasi
Respon
1
Senin,
06. 00
06.30
06.45
Memonitor TTV dan KU
Mengkaji kemampuan pasien untuk beraktivitas
Membantu makan
KU lemah, TD : 94/61 mmhg, N : 140 x/mnt, RR : 22x/mnt.
Pasien masih lemas, minta disuapin
Pasien habis setengah porsi minum 200cc
2
selasa,
21. 00
06. 15
06.45
Memonitor TTV dan KU
Membantu makan
Menyarankan untuk istirahat
KU lemah, TD : 122/95 mmHg, N : 83x/mnt, MAP : 105, RR : 29x/mnt, SaO2 : 94%, T : 37 C.
Makan masuk 2/3 piring, minum 200cc.
E. Evaluasi
No.
Hari/Tgl
DX kep
Evaluasi
1.
senin,
Ketidakefektifan pola nafas b.d disfungsi neuromuskular
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan.
Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskular.
S : -
O : RR 20x/mnt, penurunan penggunaan otot bantu pernapasan, terpasang O2 via nasal kanul 4l/mnt.
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. Pantau status oksigenasi pasien
2. Memonitor TTV dan KU per jam
3. evaluasi respon pasien terhadap pemberian oksigen
S. : pasien mengatakan masih lemes, cape.
O: KU lemah, TD: 93/57mmhg, RR: 20x/mnt, N:130x/mnt, masih terlihat pucat
A. Masalah Intoleransi aktifitas belum tertasi..
P. lntervensi dilanjutkan.
1. batasi aktifitas klien
2. bantu setiap aktifitas yang akan dilakukan klien
3. penuhi kebutuhan O2 KLIEN
S: Pasien Mengatakan Masih Lemes, Cape
O: GCS: 14, pasien belum mampu untuk melekukan aktifitas harina secara mandiri (makan)
A: Masalah defisit perwatan diri belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan, bantu pasien dalan pemenuhan aktifitas harianya.
pencarian yang hadir:
pengertian efusi pleura,pathway efusi pleura,lp intoleransi aktivitas,lp efusi pleura,patofisiologi oksigenasi,woc
konjungtivitis,laporan pendahuluan efusi pleura,lp kardiomegali,woc cva bleeding,makalah efusi pleura,patofisiologi gangguan
oksigenasi,abdomen supel adalah,penentuan kadar albumin plasma,askep efusi pleura pdf,woc efusi pleura,yhs-004,efusi
pleura dextra,laporan kasus oksigenasi,sap efusi pleura,pengertian isokor,pengertian ekstremitas,pathway intoleransi
aktivitas,lp oksigenasi,leaflet efusi pleura,efusi pleura sinistra,pemeriksaan cairan lambung,dasar teori mikropipet,asuhan
keperawatan hipoalbumin,makalah pemeriksaan cairan limfe,LP cairan dan elektrolit,contoh askep oksigenasi,contoh kasus
oksigenasi,pengertian neuromuskular,intervensi efusi pleura,contoh kasus efusi pleura,pathways snh,sistem
neuromuskular,pertanyaan tentang efusi pleura,prosedur pemeriksaan cairan limfe,pathway kardiomegali,laporan pendahuluan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,contoh soap kasus endometritis,reaksi pleura,makalah mikropipet,laporan kasus
efusi pleura,pathways ckr,pengertian syok listrik,askep pada pasien kardiomegali,askep apn,pengertian ekstremitas
kesehatan,pathway trauma tumpul abdomen,definisi ekstremitas atas,contoh kasus penyakit tbc,pengertian iccu,laporan kasus
kolik abdomen,patway efusi pleura,pathway kebutuhan nutrisi,skema patofisiologi efusi pleura,kti efusi pleura,pathway ca
paru,woc aneurisma,askep aneurisma,latar belakang peritonitis,macam gangguan neurovaskuler,laporan kasus askep efusi
pleura,patway snh,biodata pasien,hubungan ca mammae dengan efusi pleura,pathway tumor mammae,pathway trauma
mata,tumor mammae dx,gangguan pola nafas tidak efektif,pengkajian perforasi gaster,contoh laporan kasus efusi pleura,KTI
CA MAMAE,arti efusi pleura,pengertian ekstremitas atas,pathway ca mamae,pathway defisit perawatan diri,laporan
pendahuluan pemenuhan kebutuhan cairan,contoh laporan pendahuluan keseimbangan cairan dan elektrolit,definisi efusi
pleura,laporan kasus ge,implementasi peritonitis,efusi pleura sinistra adalah,pathway apendik,pengertian
bronkovesikuler,analisa data pada efusi pleura,pengkajian kardiomegali,laporan pendahuluan tb abdomen,pengertian efusi
pleura dextra,pathway pola nafas tidak efektif,pathways oksigenasi,efusi pleura pada ca mammae,effusi pleura
sinistra,diagnosa keperawatan kardiomegali,pengertian isokor pada pupil,askep gangguan pola nafas tidak efektif,penyebab
pola nafas tidak efektif,contoh kasus anc normal,laporan pendahuluan gangguan sistem pernafasan,contoh kasus sistem
pernafasan,analisa sintesa gds,contoh kasus sor,pengertian pleura,pengertian efusi,kasus ekstremitas bawah,bunyi nafas
pada efusi pleura,hubungan sirosis hepatis dengan efusi pleura,askep efusi pleura dextra,askep efusi pleura ec
keganasan,contoh askep gagal jantung kiri,pengkajian neuromuskular,komplikasi tumor mammae,contoh kasus
pernafasan,kumpulan makalah efusi pleura,pathways kanker payudara,pathways efusi pleura,laporan pendahuluan gangguan
sistem pernapasan,askep gangguan pola nafas,mesocepal,intervensi gangguan pola nafas,arti mesocepal,pengertian cairan
pleura,efusi pleura dextra adalah,analisa data efusi pleura,pengertian TB abdomen,laporan pendahuluan Ganguan oksigenasi
pola napas pada pasien TB Paru,pengertian efusipleura,pathway gangguan aktivitas,contoh askep kasus efusi pleura,pathway
keperawatan sle,contoh askep efusi pleura,contoh askep pasien efusi pleura,pengkajian primer efusi pleura,laporan
pendahuluan gangguan pola nafas tidak efektif,pathway keganasan efusi pleura,hidrothorax,yhs-fh_lsonswrow,implementasi
efusi pleura,hubungan kanker payudara dengan efusi pleura,LP Dan WoC efusi pleura,pathway intoleran aktifitas,pathway
gangguan pernapasan,laporan pendahuluan dengan gangguan sistem pernapasan pada anak,kumpulan askep kti infeksi
pleura,mesocepal adalah,efusi sistem pernapasan,paru kanan ada cairan minimalis,gambar gangguan pola
pernafasan,GAMBAR PATHWAY TBC PADA ANAK,gambar pathway trauma mata,kasus tumor intra abdomen,mengapa ca
mammae komplikasi efusi pleura,kasus tumor apdomen,efusi pleura pada ca mamae,bunyi napas pada pasien efusi
pleura,penyimpangan kdm pada gangguan pola tidur,contoh kasus askep efusi pleura,pola pernafasan pada klien dengan
gangguan kardiovaskuler,penyimpanan KDM diagnosa efuSi pleura,penyimpangan kdm penyakit pleura,pengertian nrm,contoh
pathway kanker payudara,arti ekstremitas atas,gambar pathway efusi pleura,contoh makalah efusi pleura di ruang
icu,pengkajian primer hemotoraks,soapier pasien efusi pleura,askep pada klien dengan gangguan pernapasan emboli paru
aplikasi nanda,contoh konjungtiva anemis,pengertian pathway efusi pleura,woc efusi pleura pada ca paru,pengertian
ekstremitas atas dan bawah,pertanyaan seputar empiema,cairan nrm,peran perawat dalam kasus pungsi pleura,effusi pleura
dextra,pengertian efusie Peura,pengertian epusi pleura,effusi pleura dextra e c abses paru,pleura efusi dextra,respirasi pada
efusi pleura,oksigenasi RM n NRM,pathway gangguan pada pernafasan,pengertian efusi pluera sintrstra,pthway
kardiomegali,pathway gangguan pernafasan,pathway gangguan pola nafas pada bayi tidak normal,pupil – pengertian
isokor,pernafasan tidak efektif,pola pernafasan pada efusi pleura,polanapas tb paru,pathway dm intoleransi aktifitas,pathway
dengan gangguan aktivitas,pleural efusi dextra,pathway dari tumor intraabdomen,pernapasan pada pluera,pola nafas tidak
efektif karena efusi pleura,pola napas tidak efektif