24
I. REKAM MEDIS A. Anamnesis 1. Identifikasi Nama : Ny. A Med Rec/Reg : 9022214 / RI 15029447 Umur : 30 tahun Suku Bangsa : Sumatera Agama : Islam Pendidikan : SLTA Pekerjaan : IRT Alamat : Dusun IV Desa Tugu Agung, Lempuing, Ogan Komering Ilir MRS : 12-11-2015 Pukul 14:01 WIB 2. Riwayat perkawinan Kawin 1 kali, lama 2 tahun 3. Riwayat Reproduksi Menarche 12 tahun, lama haid 3-7 hari, siklus haid teratur 28 hari, HPHT lupa 4. Riwayat kehamilan/melahirkan 1. 2006, abortus, dukun, tidak dikuret

eklampsia post partum SLT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eklampsia post partum

Citation preview

Page 1: eklampsia post partum SLT

I. REKAM MEDIS

A. Anamnesis

1. Identifikasi

Nama : Ny. A

Med Rec/Reg : 9022214 / RI 15029447

Umur : 30 tahun

Suku Bangsa : Sumatera

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Dusun IV Desa Tugu Agung, Lempuing, Ogan

Komering Ilir

MRS : 12-11-2015 Pukul 14:01 WIB

2. Riwayat perkawinan

Kawin 1 kali, lama 2 tahun

3. Riwayat Reproduksi

Menarche 12 tahun, lama haid 3-7 hari, siklus haid teratur 28 hari, HPHT

lupa

4. Riwayat kehamilan/melahirkan

1. 2006, abortus, dukun, tidak dikuret

2. 2006, spontan, aterm, dukun, perempuan, 3000 g, sehat

3. Hamil ini

5. Riwayat penyakit dahulu :

Disangkal

Page 2: eklampsia post partum SLT

2

6. Riwayat gizi / sosioekonomi :

Sedang / sedang

7. Anamnesis Khusus

Keluhan utama: hamil kurang bulan dengan darah tinggi

Riwayat perjalanan penyakit:

Os kiriman dari RSUD Kayu Agung, dengan diagnosis G3P1A1 hamil 30

minggu belum inpartu dengan PEB janin tunggal hidup presentasi kepala. Os

telah dirawat 3 hari dan diberikan pengobatan protocol PEB namun tekanan

darah tidak turun (MgSO4, metildopa 3 x 250 mg, nifedipine 4 x 10 mg, inj.

Dexamethasone 2 x 6 mg ). Riwayat nyeri perut menjalar ke pinggang (-),

riwayat keluar darah lender (-), riwayat pandangan mata kabur (-), riwayat

nyeri perut/ulu hati (-), riwayat mual muntah (-), riwayat darah tinggi

sebelum hamil (+), riwayat darah tinggi hamil sebelumnya (-), riwayat darah

tinggi dalam keluarga (+) ayah os. Os mengaku hamil cukup bulan dengan

gerakan anak masih dirasakan.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

a. Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Berat badan : 62 kg

Tinggi badan : 155 cm

Tekanan darah : 220/150 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,3°C

Page 3: eklampsia post partum SLT

3

b. Keadaan khusus

Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik

Leher : Tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O,

Massa tidak ada

Toraks : Jantung: HR 84x/m, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Sonor, vesikuler normal, ronki tidak ada,

wheezing tidak ada

Abdomen : Status Obstetri

Ekstremitas : Edema tidak ada, varises tidak ada, refleks

fisiologis +/+, refleks patologis -/-.

Indeks gestosis Edema 1

Proteinuria 1

TD sistol 3

TD diastol 3

Jumlah 8

2. Pemeriksaan obstetri

Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 12 November

2015 pukul 17:50 WIB didapatkan :

- Pemeriksaan luar: tinggi fundus uteri sepusat (20 cm), memanjang, puka,

kepala, U floating, his (-), DJJ : 152 x/m, taksiran berat badan janin 1080

g

- Pemeriksaan dalam :

o Inspekulo: portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (-), E/L/P

(-)

o VT: portio lunak, posterior, effecement 0 %, ø kuncup, kepala,

ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai

Page 4: eklampsia post partum SLT

4

C. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (12-11-2015 pkl. 15:16 WIB)

Hb : 13,4 g/dL

RBC : 4.330.000/mm3

Ht : 39 %

Leukosit : 20.000/mm3

Trombosit : 134.000/mm3

DC : 0/1/55/36/8

SGOT : 39 U/L

SGPT : 24 U/L

LDH : 896 U/L

USG IRD (ASW) :

- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala

- Biometri janin :

o BPD : 82,8 mm

o HC : 279 mm

o AC : 223 mm

o FL : 52 mm

- Ketuban cukup, AFI: 12,7 cm

- Plasenta di corpus anterior

Kesan: Hamil 29 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala

D. Diagnosa kerja

G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu superimposed preeklampsia pada

hipertensi kronis + partial HELLP syndrome janin tunggal hidup presentasi

kepala

Page 5: eklampsia post partum SLT

5

E. Prognosis

Ibu : dubia

Janin : dubia

F. Terapi

- Ekspektatif

- Stabilisasi 1 – 3 jam, O2 3 L/m

- Observasi tanda vital ibu, tanda inpartu, DJJ

- IVFD RL XX /m

- Nifedipine 3 x 10 mg PO

- Cek laboratorium DR, CM, KD, UR

- Inj. MgSO4 sesuai protokol lihat hasil Mg

- Konsul PDL dan Mata

- Kateter menetap, catat I/O

- Evaluasi sesuai satgas gestosis

- R/ USG konfirmasi

- Lapor DPJP : Dr. H. Iskandar Zulqarnain, SpOG(K)

o Ekspektatif

o USG konfirmasi

o MgSO4 tunggu hasil Mg

FOLLOW UP

TanggalJam

Pemeriksaan Terapi

12-11-1516:00 WIB

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 84 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 152 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan

- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,

tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Inj. MgSO4 sesuai protocol

menunggu hasil Mg- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- R/ USG konfirmasi

Page 6: eklampsia post partum SLT

6

superimposed preeclampsia on chronic hypertension JTH presentasi kepala

Laboratorium (12-11-2015, 15:16)Hb: 13,4 WBC: 20.900 PLT: 134.000 SGOT: 39 SGPT: 24 LDH: 890 Ur: 45 Cr: 0,79 As. Urat: 6,10 Mg: 3,6 CRP: (+)

Urinalisa: Proteinuria (++)

-

Konsul MATAA/ saat ini tidak ditemukan tanda-tanda koroidiopati dan retinopati hipertensiP/ - Regulasi tekanan darah sesuai TS

- Konsul ulang jika terjadi penurunan visus mendadakKonsul PDLA/ Hipertensi stage II

- Cor pulmo kompensata- G3P1A1 hamil 26 minggu- P/ Metildopa 3 x 500 mg

19:30 WIB D/ G3P1A1 hamil 29 minggu belum inartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH preskepA/ Lapor DPJP

- Tetap ekspektatif- Cek labor ulang 12 jam lagi- Konsul Fetomaternal besok pagi- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg- Tunda pemberian MgSO4 kecuali tekanan darah naik

13-11-1507.00 WIB

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 84 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 152 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia pada hipertensi kronis + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,

tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV

USG Konfimasi (PM)- Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala- Biometri janin

BPD: 7,46 cm AC: 25,08 cmHC: 26,65 cm FL: 5,59 cmEFW: 1461 g

- Plasenta di corpus deppan- Cairan ketuban cukup, SP: 3,5 cm- BPP, FB: 2 FM: 2, FT: 2, ICA: 2 NST: 2

- K/ hamil 29 minggu JTH preskep + BPP 1014-11-15

07.00 WIBS : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 160/100 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala,

- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,

tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis

Page 7: eklampsia post partum SLT

7

penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 144 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia on chronic hypertension + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- R/ pindah bangsal gestosis

15-11-1507.00 WIB

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 150/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 144 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia on chronic hypertension + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

Laboratorium:Hb: 15,4 WBC: 16.500 PLT: 243.000SGOT: 26 SGPT: 24 LDH: 732Ur: 66 Cr: 0,77

- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,

tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab DR, KD

16-11-1507.00 WIB

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 130/90 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 132 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

LaboratoriumLDH: 1224

- Ekspektatif- Observasi tanda vital ibu, DJJ,

tanda inpartu- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab LDH / 24 jam- Lapor DPJP:

Inj. MgSO4 40 % 4 g boka/boki/ 6 jam IMPasang kateterKonsul PDLKonsul Fetomaternal

Konsul Fetomaternal- Terapi diteruskan

17-11-1507.00 WIB

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 210/150 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 128 x/m, TBJ 1080 g

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

- Observasi tanda vital ibu, DJJ, tanda inpartu

- O2 3 L/m- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Cek lab LDH / 24 jam- Inj. MgSO4 sesuai protocol- Pasang kateter

Page 8: eklampsia post partum SLT

8

LaboratoriumHb: 15,2 WBC: 21.100 PLT: 333.000SGOT: 26 SGPT: 26 Ur: 74 Cr: 0,86 Ca: 7,3Mg: 6,54 LDH: 990Konsul PDLA/ Hipertensi gestationalISKPartial HELLP sindromP/ Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gMetildopa 3 x 500 mgPasang kateter urineTerapi lain sesuai TS obgynSelanjutnya konsul ulang ke poli Ginjal-Hipertensi

18-11-1507.00 WIB

IG: 8BS: 3

S : hamil kurang bulan dengan darah tinggiO : St. present : KU: sedang TD : 210/120 mmHg RR: 20 x/m Sens: CM N : 88 x/m T: 36,8 ºCSt. Obstetri : PL : FUT sepusat (20 cm), memanjang, puka, kepala, penurunan U 5/5, floating,his (-), DJJ 128 x/m, TBJ 1080 gVT: portio lunak, posterior, eff 50%, Ø kuncup, kepala HI, ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai

A : G3P1A1 hamil 29 minggu belum inpartu dengan superimposed preeclampsia + partial HELLP syndrome JTH presentasi kepala

- Observasi tanda vital ibu, DJJ, tanda inpartu

- O2 3 L/m- IVFD RL XX /m- Nifedipine 3 x 10 mg PO- Metildopa 3 x 150 mg PO- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g IV- Cek kultur urine- Evaluasi sesuai satgas Gestosis- Inj. Dexamethasone 2 x 10 mg IV- Konsul Divisi Ginjal hipertensi- Lapor DPJP:

Konsul ulang fetomaternalAlih rawat divisi fetomaternal

08.00 WIB Konsul Fetomaternal:Lapor Prof. Dr. Kurdi, SpOG(K)

- Terminasi kehamilan- Pasang bandul- Pematangan serviks dengan misoprostol 25 mcg / 6 jam- Pindah VK

II. PERMASALAHAN

A. Apa penyebab gagalnya manajemen ekspektatif pada pasien ini?

B. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?

Page 9: eklampsia post partum SLT

9

III. ANALISA KASUS

A. Apa penyebab gagalnya manajemen ekspektatif pada pasien ini?

Pasien masuk dengan keluhan hamil kurang bulan dengan darah tinggi.

Pada pemeriksaan status present didapatkan tekanan darah 220/140 mmHg

dengan indeks gestosis 8. Hasil konsul dengan penyakit dalam didapatkan

kesan: Hipertensi gestasional dengan cor dan pulmo fungsional

kompensata. Hasil pemeriksaan USG IRD didapatkan kehamilan 29

minggu janin tunggal hidup presentasi kepala. Hasil pemeriksaan

laboratorium darah rutin didapati pasien dengan parsial HELLP syndrome.

Diagnosis pada saat pasien masuk adalah G3P1A1 hamil 29 minggu belum

inpartu dengan superimposed preeklampsia, parsial HELLP syndrome

janin tunggal hidup presentasi kepala.

Pada kasus ini ditatalaksana sesuai satgas gestosis dan dilakukan

manajemen ekspektatif. Hipertensi dalam kehamilan merupakan

sekelompok gejala yang dapat terjadi dalam kehamilan. Angka kejadian

hipertensi dalam kehamilan lebih kurang 10% dimana angka kematian

perinatal lebih kurang 50%, sedangkan kematian maternal lebih kurang

33,3%. Preeklampsia berat adalah suatu keadaan dimana timbulnya

hipertensi disertai proteinuria dengan atau tanpa edema yang disebabkan

oleh kehamilan setelah minggu ke-20. Kriteria preeklampsia berat adalah

bila terdapat satu atau lebih gejala-gejala tekanan darah sistolik lebih dari

160 mmHg dan diastolik sama atau lebih dari 110 mmHg, proteinuria lebih

dari 2 g/24 jam atau secara kualitatif +2, oliguria, gangguan visus,

gangguan serebral, nyeri epigastrium, edema paru, sianosis, PJT dan

adanya sindroma HELLP.1,2,3

Preeklampsia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu,

sekitar 15%. Sebanyak 5-10% ibu hamil mengalami preeklampsia.

Preeklampsia merupakan suatu penyakit multiorgan yang ditandai dengan

Page 10: eklampsia post partum SLT

10

hipertensi, proteinuria yang timbul pada usia kehamilan diatas 20 minggu.

Etiologi preeklampsia masih belum jelas, tapi preeklampsia tampak sebagai

puncak dari beberapa faktor yang melibatkan faktor maternal, plasenta, dan

fetal, diantaranya adanya implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang

tidak normal arteri uterina; gangguan maladaptasi imunologis antara

jaringan maternal, paternal, dan fetal; maladaptasi maternal terhadap

perubahan kardiovaskuler atau inflamasi kehamilan normal; dan faktor

genetik termasuk pengaruh epigenetik.3,4,5,6

Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah :

1. Terminasi kehamilan dengan kemungkinan sedikit trauma pada ibu

maupun janin

2. Melahirkan bayi yang dapat bertahan hidup

3. Memulihkan kesehatan ibu.

Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui atau

diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm, kecenderungannya adalah

mempertahankan sementara janin di dalam uterus selama beberapa minggu

untuk menurunkan risiko kematian neonatus. Khusus pada penatalaksanaan

preeklampsia berat (PEB), penanganan terdiri dari penanganan aktif dan

penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB umumnya dilakukan

persalinan tanpa ada penundaan.5

Penanganan Aktif. Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan dengan

peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta mortalitas

ibu. Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah

usia kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi

definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.5

Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi pada

ibu maupun janin:

1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:

Page 11: eklampsia post partum SLT

11

a. kegagalan terapi medikamentosa:

setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi

kenaikan darah yang persisten

b. tanda dan gejala impending eklampsia

c. gangguan fungsi hepar

d. gangguan fungsi ginjal

e. dicurigai terjadi solusio plasenta

f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan

g. umur kehamilan ≥ 37 minggu

h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan

USG timbulnya oligohidramnion merupakan indikasi

penatalaksanaan PEB aktif

2. Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke sindrom

HELLP.

Penanganan ekspektatif. Terdapat kontroversi mengenai terminasi

kehamilan pada PEB yang belum cukup bulan. Beberapa ahli

berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai seaterm

mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia

kehamilan di atas 37 minggu. Adapun penatalaksanaan ekspektatif

bertujuan:

1. mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan

yang memenuhi syarat janin dapat dilahirkan.

2. meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi

keselamatan ibu.

Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia kehamilan, pada

pasien PEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24 minggu,

terminasi kehamilan lebih diutamakan untuk menghindari komplikasi

yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya perdarahan otak).

Page 12: eklampsia post partum SLT

12

Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34

minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan.5,6

Berdasarkan literatur di atas maka penatalaksanaan pasien ini sudah

tepat. Karena pasien dari awal didiagnosis dengan kehamilan kurang

bulan dengan preeklampsia berat, parsial HELLP syndrome maka

setelah diberikan informed consent pasien ditatalaksana manajemen

ekspektatif, dengan pemberian anti kejang Inj. MgSO4 sesuai protocol,

Nifedipine 3 x 10 mg sebagai antihipertensi dan inj. Dexamethasone 2 x

10 mg untuk penatalaksanaan partial HELLP sindrome.

Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi

Dalam Kehamilan di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis

magnesium sulfat sebagai berikut : 7

a. Preeklampsia berat

Dosis awal: 8 gram magnesium sulfat, (40% dalam 20 ml) intra

muskuler, dengan cara 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4

gram di bokong kanan (40% dalam 10 ml)

Dosis pemeliharaan : diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam

pemberian dosis awal, selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler

setiap 6 jam

b. Eklampsia

Dosis awal :4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml

intravena selam 4 menit, disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan

10 ml diberikan pada bokong kiri dan bokong kanan masing-

masing 4 gram.

Dosis pemeliharaan : Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram

intramuskuler.

Page 13: eklampsia post partum SLT

13

Dosis tambahan: bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2

gram intravena 2 menit. Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit

setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya

diberikan sekali dalam 6 jam saja. Bila setelah diberikan dosis

tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5

mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan. Pemberian dilanjutkan

24 jam post partum.

Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek

tendon dalam mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam

kadar 10 meq/liter. Oleh karena itu selama pengobatan magnesium

sulfat harus dikontrol refleks patella. Refleks patella akan

menghilang bila kadar magnesium plasma 9-13 mg/dl, depresi

pernapasan terjadi pada kadar 14 mg/dl. Sebagai antodotum untuk

toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium glukonas yang diberikan

secara intravena. Keseimbangan cairan harus dimonitor secara

ketat dan pemberian cairan secara intravena harus dibatasi untuk

mencegah terjadinya edema paru.7

Pada pasien ini setelah pemberian MgSO4 sesuai protokol dan

antihipertensi didapatkan keadaan umum dan tanda vital pasien stabil,

kemudian setelah 5 hari perawatan di bangsal, terjadi peningkatan

tekanan darah pada pasien, dimana tekanan darah menjadi 210/150

mmHg, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium LDH mengalami

penurunan menjadi 990. Kriteria gagal terapi ekspektatif, dibagi menjadi:

a. Ibu ( maternal )

- Hipertensi berat yang tidak terkontrol ( TD sistolik ≥ 160 mmHg,

TD diastolik ≥ 110 mmHg) setelah mendapatkan dosis maksimum

antihipertensi ( Labetalol i.v 220 mg, hidralazin dan nifedipin oral)

- Eklampsia atau gejala serebral yang menetap

Page 14: eklampsia post partum SLT

14

- Edema paru

- Solusio plasenta

- Trombositopenia (trombosit <100.000/mm3) atau peningkatan enzim

hati ( sindroma HELLP )

- Kreatinin serum ≥ 1,5 mg/dL atau oliguria (< 0,5 mL/kg/jam)

b. Janin ( fetal )

- IUGR berat (< presentil ke-5 usia kehamilan)

- Oligohidramnion persisten ( AFI < 5 pada minimal 2 kali

pemeriksaan dalam waktu > 24 jam )

- Dopler arteri umbilikalis menunjukkan persistent reverse end-

diastolic flow

- Prfil biofisik < 4 pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam

- Repetitive late deceleration atau severe variable deceleration atau

loss of variability

B. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?

Pada manajemen aktif pada preeklampsia berat, sedapat mungkin

persalinan diarahkan pervaginam.7,8

1. Indikasi Ibu

a. Kegagalan terapi medikamentosa : setelah 6 jam sejak dimulai

pengobatan medika mentosa terjadi kenaikan darah yang

persisten. Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medika

mentosa terjadi kenaikan tekanan darah yang persisten .

b. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia

c. Gangguan fungsi hepar

d. Gangguan fungsi ginjal

e. Dicurigai terjadi solusio plasenta

f. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan.

Page 15: eklampsia post partum SLT

15

2. Janin

a.Umur kehamilan > 37 minggu

b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG

c. NST non reaktif dan profil biofisik abnormal

d. Timbulnya oligo hidramnion

3. Laboratorium

Trombositopenia progresif yang menjurus adanya HELLP

syndrome.4,5

Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam :

1. Penderita belum inpartu

a. Dilakukan indikasi untuk persalinan pervaginam bila skor bishop ≥

8 bila perlu dilakukan pematangan servik dengan misoprostol.

Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24

jam. Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal dan harus

disusul dengan pembedahan sesar.

b. Indikasi pembedahan sesar:

1. tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam

2. induksi persalinan gagal

3. terjadi maternal distress

4. terjadi fetal distress

5. bila umur kehamilan < 33 minggu

2. Bila penderita sudah inpartu:

a. perjalanan persalinan diikuti dengan grafik friedman, dengan

memperpendek kala II

b. pembedahan sesar dilakukan bila terdapat maternal distress dan

fetal distress

c. primigravida direkomendasikan pembedahan sesar

Page 16: eklampsia post partum SLT

16

d. anestesi : regional anestesi, epidural anestesi, tidak dianjurkan

anestesia umum.12,13,14,15

Pada pasien ini dilakukan terminasi secara pervaginam. Pasien ini

dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu karena pasien masih dalam

keadaan belum inpartu.

RUJUKAN

1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Vaginal birth after previous cesarean delivery. ACOG Practice Bulletin No.115. Obstetrics nd Gynecology. 2010,116(2):450-463.

2. Walker JJ. Decker GA. The etiology and patophysiology of hypertension in pregnancy. In Walker JJ. Gant N, eds. Hypertension in pregnancy. London: Chapman and Hall Medical, 1997:47-8.

3. Roberts JM, Funai EF. Pregnancy-related hypertension. In: Creasy RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR, ed. Creasy & Resnik’s maternal-fetal medicine 6th ed. Philadelphia: Sauders Elsevier, 2009: 651-88.

4. Decherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufe N. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynaecology. 10th ed: Lange Mc-Graw-Hill;2016:321-7.

5. Pangemanan WT. Diagnosis dini dan prediksi hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Makalah lengkap POGI cabang Palembang PIT VI Surakarta, 1991; 1-28.

6. Sibai BM. Hypertension. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson Jl, Landon MB, Galan ML, Jauniaux ER eds. Obstetrics: Normal and problem pregnancies. 6 th. Philadelphia; Elsevier Saunders.2012:779-815.

7. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis POGI, 1985:1-24

8. American college of obstetricians and gynecologists. Diagnosis and management of preeclampsia and eclampsia, ACOG practice bulletin. No. 33. 2002;33.

9. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7 th edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6

10. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8

11. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7 th edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6

12. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8

13. Reynolds C, Mabie WC, Sibai BM. Hypertensive states of pregnancy. In: De Cherney AH, Nathan L, editors. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th ed. Los Angeles: Appleton & Lange; 2002. p. 1075-9.

14. Lain KY, Roberts JM. Management of preeclampsia. In: Ransom SB, Evans MI, Dombrowski MP, editors. Contemporary therapy in obstetrics and gynecology. Philadelphia: WB Saunders Company; 2002. p. 45-6.

15. Burrow GN, Ferris TF. Medical complications during pregnancy. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1982.

Page 17: eklampsia post partum SLT

17