18
EKOLOGI DAN KONSERVASI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829) DI INDONESIA Oleh IDA AYU ARI JANIAWATI

Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presentasi ini disusun dengan uraian menarik mengenai katak sawah, dan bagaimana kegiatan konservasi yang dilakukan untuk menjaga eksistensi katak sawah di Indonesia. Katak sawah walaupun keberadaan di Indonesia sekarang begitu melimpah, kedepan bisa terancam akibat maraknya penangkapan katak sawah di alam, penangkapan ini dilakukan untuk memenuhi permintaan impor katak sawah sebagai komoditi perdagangan makanan.

Citation preview

Page 1: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

EKOLOGI DAN KONSERVASI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829)

DI INDONESIA

OlehIDA AYU ARI JANIAWATI

Page 2: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Latar BelakangAmfibi sangat rentan terhadap perubahan lingkungan alami seperti polusi dan perubahan iklim yang menyebabkan temperatur dan kelembaban berubah. (Bickford et al. 2010, Pounds et al. 2006, Semlitsch 2003).

42% spesies mengalami penurunan, di Indonesia terdapat 450 spesies atau 11 % dari jumlah amphibi di dunia.

Salah satu jenis yang mampu hidup di perairan

payau atau asin.

Katak sawah ini paling banyak ditemukan di areal persawahan,

namun kondisi sawah yang semakin menyempit menyebabkan

habitat jenis ini berkurang dan berdampak pada penurunan

jumlah populasi.

Terkenal sebagai komoditi perdagangan dan diperdagangkan secara besar-besaran

Manfaat tinggi, tapi pengetahuan dan upaya konservasi jenis ini belum memadai

Perlu pengetahuan tentang ekologi dan upaya konservasi Katak sawah (Fejervarya cancrivora)

Page 3: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Apa tujuannya??

Mengetahui ekologinya dan merumuskan upaya konservasi yang dilakukan pada spesies katak sawah (F. cancrivora) sehingga jenis ini tetap lestari.

Page 4: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Metodologi

Pustaka-pustaka Rangkum dan dikaji

Penyusunan upaya/manajemen

konservasi

Page 5: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Hasil dan Bahasan

Taksonomi dan Morfologi

Kondisi Populasi

Reproduksi dan Struktur Umur

Prey dan Predator

Karakteristik Habitat

Wilayah Jelajah dan Distribusi

Konservasi dan Manajemen

Page 6: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Taksonomi dan MorfologiKingdom : AnimaliaFilum : ChordataKlas : AmphibiaOrdo : AnuraFamili : RanidaeGenus : Fejervarya

Katak yang berasal dari marga ini berukuran relatif kecil (30 mm) sampai sedang (120 mm)Ciri-ciri fisik katak dewasa : tekstur kulit relatif halus, tetapi tertutup

oleh kelenjar kulit memanjang dan berbentu lipatan-lipatan.

Ujung jari tangan dan kaki tanpa bentuk dan tanpa pembesaran piring.

Selaput selalu melebihi bintil subartikulerterkahir jari kaki ke 3 dan ke 5

Warna katak ini seperti warna lumpur yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris berwarna gelap, namun ada juga yang berwarna hijau terang. (Iskandar, 1998)

TL (Total length) maksimal 40 mm. Sisir bibir bagian atas sebanyak 1 baris dan sisir bibir bagian

bawah berjumlah 2 baris (McKay, 2006)

Page 7: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Reproduksi dan Struktur Umur• Katak ini dapat bertelur 500 sampai

lebih dari 1000 telur, biasanya selama bulan gelap di dalam air yang menggenang seperti sawah (Iskandar, 1998)

• Ukuran telur Fejervarya cancrivora 1,25 mm (Alcala, 1962)

• Masa perkembangan telur 3,4 hari, masa larvanya mencapai 63 hari dengan persen hidup betina dewasa 20%. (Alcala, 1962)

• Sex ratio 1:3 (Susanto, 1998)

• Mekanisme kawin dengan amplexus

Courtesy youtube

Page 8: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Prey dan Predator

Produsen

Konsumen I

Konsumen II

Konsumen III

Page 9: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Ilustrasi Prey dan Predator

Page 10: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Karakteristik Habitat• Hidup di persawahan• Sangat jarang ditemukan di sepanjang sungai, tetapi

ditemukan tidak jauh dari sungai• Spesies ini tersebar luas mulai dari permukaan laut (0 mdpl)

hingga ke daerah-daerah pengunungan (1500 m dpl)• Ditemukan hidup di daerah pantai (hutan bakau) (Seki et al,

1995)• Mampu beradaptasi pada lingkungan perairan dengan

salinitas sampai 33 (Seki,et al., 1995)• Aktif pada suhu (ordo anura)

Page 11: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Wilayah Jelajah dan Distribusi

Daya jelajah katak sawah berkisaran 60 m2, hal ini tidak mutlak dan dapat berubah-ubah tergantung ketersediaan pakannya

Page 12: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Manajemen dan Upaya Konservasi

• Data ini tidak sesuai dengan realitas di lapangan

• Tidak masuk kategori perlindungan CITES

• Masuk dalam kajian spesies yang seharusnya dilindungi CITES (UNEP, 2007)

Page 13: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Apa penyebab penurunan populasinya?

• Hilangnya habitat dan Lahan basah

• Pencemaran

• Konsumsi dan komoditi perdagangan

Page 14: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Bagaimana Upaya/Manajemen Konservasinya?

• Upaya pembinaan Habitat

• Penelitian populasi F. cancrivora untuk seluruh Indonesia

• Perkenalan Budidaya katak Sawah (F. cancrivora) kepada masyarakat sebagai upaya konservasi insitu

• Pembatasan Kuota Impor F. cancrivora yang ditangkap dari Alam

Page 15: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Kesimpulan• F. cancrivora merupakan jenis katak yang habitatnya berbeda dari jenis

katak lain dan penyebarannya luas serta mendapat banyak ancaman dari fase berudu hingga dewasa, namun belum banyak penelitian yang mengungkap ekologi jenis katak ini di Indonesia.

• Ancaman utama keberadaan jenis F. cancrivora adalah kerusakan habitat dan manusia

• Terdapat empat bentuk kegiatan konservasi yang dapat dilakukan untuk kelestarian jenis F. cancrivora yaitu pembinaan habitat, kajian dan penelitian populasi jenis F. cancrivora, upaya perkenalan budidaya F. cancrivora sebagai upaya konservasi insitu, dan pembatasan kuota impor F. cancrivora yang ditangkap di alam.

Page 16: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Saran

• Untuk konservasi F. cancrivora perlu dilakukan banyak kajian dan penelitian yang membahasan keseluruhan ekologi dan fisiologis katak jenis ini di Indonesia.

• Bagi pemerintah perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait pelestarian jenis katak ini, sehingga departemen kehutanan dapat bekerjasama dengan departemen pertanian dalam upaya perkenalan budidaya katak ini di masyarakat, hal ini akan membuat kegiatan penangkapan F. cancrivora di alam berkurang.

• Pemerintah dalam hal ini kementrian kehutanan dapat membuat aturan tertulis terkait pembatasan kuota impor F. cancrivora yang ditangkap di alam, sehingga masyarakat akan berusaha memanfaatkan katak budidaya.

Page 17: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Daftar PustakaAlcala,A.C. 1962. Breeding Behavior and Early Development of Frogs of Negros, Philippine Islands. Copeia. 1962:679-726.Arsyad,S., Rustiadi, E. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. - Environmental management. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. -p 287Berven, K.A. 1981. Mate Choised in The Wood Frogs. Rana sylvatica. Evolution. 35: 707-722.Bickford, D. et al. 2010. Impacts of climate change on the amphibians and reptiles of Southeast Asia. Biodiv. Conserv. 19: 1043-1062.Bowler, J.K. 1977. Longevity of Reptiles and Amphibians in North American Collections. Herpetol. Circ. 6:1-32. Brown, R. M., & Diesmos A. C. (2002). A pplication of lineage-based species concepts to oceanic island frog populations: the effects of differing taxonomic philosophies on the estimation of Philippine biodiversity. The Silliman Journal. 42(1), 133-162.Canapes to Extinction. 2011. The International Trade in Frogs' Legs and Its Ecological Impact. Washington,DC: Pro Wildlife and Animal Welfare Institute.Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan . LISPI. Dharminto. (2013, Maret 17). Dipetik September 15, 2013, dari http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf. Dubois, A. and Ohler, A. 2000. Systematics of Fejervarya limnocharis (Gravenhorst, 1829) (Amphibia, Anura, Ranidae) and Related species. 1. Nomenclatural status and Type-specimens of the Nominal species Rana limnocharis Graventhorst, 1829. Alytes.

18 (1-2). 15-50.Duellman, W.E.,Linda, Trueb. 1994. Biology of Amphibians. United States: The John Hopkins University Press. Elliot, A. B., and L, Karunakaran. 1974. Diet of Rana cancrivora In Fresh Water and Brackish Water Environments. J.Zool. (London), 174:203-215. Emerson, S.B. and Berrigan, D. 1993. Systematic of Southeast Asian Ranidae: Multiple origins of Voicelessness in the Sub Genus Limnonectes (Fitzinger). Herpetologica.19:22-31.Flower, S.S. 1936. Futher Notes on The Durationof Life in Animals. –II Amphians. Proc, Zool, Soc, London. 1936:369-394. Gelder, J.J.v., and H.C.M. Hoedemaekers. 1971. Sound Activity and Migration during The Breeding Period of Rana temporaria L., R. arvalis Nilsson, Pelobates fuscus Laur. and R. esculenta L. The J. Animal Ecol. 4:559-568. Gelder, J.J.v., P.M.G. Evers and G.J.M. Maagnus. 1978. Calling and Associated Behavior of The Common Frog, Rana temporaria, during breeding activity. J. Animal Ecology. 47:667-676. Graventhorst. 1829. web. Encyclopedia of Life detail (learn more) eol.org/pages/330512/details, akses 9 Oktober 2013, 20.25 wibInternational Union for the Conservation of Nature IUCN.2008. Global Amphibian Assessment Update. Available at: www.iucnredlist.org/ initiatives/amphibians/analysis.Iskandar, T. D. 1998. Amfibi Jawa Bali (1st edition ed.). (S. Kartikasari, Ed.) Bogor: Puslitbang LIPI.IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 20 October 2013.Kusrini, M. D. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Kusrini, M.D. & Alford, R.A. 2006. Indonesia’s exports of frogs’ legs. TRAFFIC Bulletin 21. (1): 13-24.Kusrini, M.D. 2005. Edible frog harvesting in Indonesia: Evaluating its impacts and ecological context. Thesis , School of Tropical Biology, James Cook University.Lynch, J.D. 1973. “The Transition form Archaic to Advanced frogs”, in J.L Vial (ed). Evolutionary Biology of The Anurans Contemporary Reseach on Major Problems. Columbia: University Missouri Press. pp 133-182.Martof, B.S. 1953. Home range and Movements of Green Frog (Rana clamitans). Ecology. 34:529-543. McKay, J.L. 2006. A Field Guide to The Amphibians and Reptiles of Bali. Malabar, Florida: Krieger Publishing Company.Nasaruddin. 1998. Tesis : Morfologi dan Variasi Genetik Katak Sawah Rana cancrivora Graven horst dari beberapa wilayah di Jawa Tengah . Institut Pertanian BogorNoble, G.K. 1931. The Biology of The Amphibia. McGraw-Hill Publ. Co., Inc. New York.Porter, K. R. 1972. Herpetology. Philadelphia: W.B. Saunders Co.Pounds, J.A. et al. 2006. Widespread amphibian extinctions from epidemic disease driven by global warming. Nature. 439: 161-167.Ren, Z., Zhu, B., Ma, E., Wen, J., Tu, T., Cao, Y., Hasegawa, M., and Zhong, Y. 2009. Complete Nucleotide Sequence and Gene Arrangement of The Mitochondrial Genome of The Crab-eating Frog Fejervarya cancrivora and Evolutionary Implications. Gene.

441: 149-155.Seki, T., S. Kikuyama, and N. Yanaihara. 1995. Morphology of the Skin of The Crab-eating Frog (Rana cancrivora). Zoological Science. 12:623-626.Semlitsch, R. 2003. Amphibian Conservation. Smithsonian Institution Press, Washington, USA.Susanto, Heru. 1998. Budidaya Kodok Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.Teixeira, R.D. et al. 2001. The world market for frog legs. FAO, Rome. Globefish version 68: 1-44.United Nations Environment Programme World Conservation Monitoring Centre (UNEP WCC). 2007. Review of Non-CITES Amphibia Species that are Known or Likely to be In The International Trade. United Kingdom: UNEP World Conservation Monitoring

Centre, Cambridge, UK.Wager, V.A. 1965. The Frogs of South Africa. Capetown: Purnell & Sons.

Page 18: Ekologi dan Konservasi Katak Sawah di Indonesia

Terimakasih-Matur Nuwun-Hatur Nuhun-Terimo Kasih-Amanai-Muliate-

Suksma- Tampiaseh-Tarimokasi-Kurusumanga-Sauweghele-Tarima Kasih-Sakalangkong-Makaseh-

Makase-Teurimong Gaseh Beh-Thank You-

Gracias-Mahalo-Kiitos-Merci beaucop-Gamsa hamnida-Xie Xie-Danke-Arigato-Dank Je-Grazie-Obrigado-Syukron-Toda-Dua Netjer-Shukrya-Takk-Salamot-Khwap khun-

Anugurihiitusomi