24
CONTOH-CONTOH KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK PASAR DISUSUN OLEH DANIEL C PANJAITAN ELDA ADRIANI SIMARMATA RICHARDO SIAHAAN SULASTRI MARBUN KELAS : SI – 6E POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2015 W I W I K A S I J A B A T

Ekonomi Rekayasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Contoh kebijakan pemerintah mengenai pasar

Citation preview

Page 1: Ekonomi Rekayasa

CONTOH-CONTOH KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK PASAR

D I S U S U N O L E H

D A N I E L C P A N J A I T A N

E L D A A D R I A N I S I M A R M A T A

R I C H A R D O S I A H A A N

S U L A S T R I M A R B U N

KELAS : SI – 6E

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2015

W I W I K A S I J A B A T

Page 2: Ekonomi Rekayasa

CONTOH- CONTOH KEBIJAKAN PEMERINTAH

UNTUK PASAR DI INDONESIA

1.Kebijakan Pemerintah Terkait Pasar Tradisional

“Pasar tradisional kalah dari pasar modern karena aturan yang seharusnya melindungi justru bak macan ompong“

Di kota-kota besar, seperti Jakarta, pasar modern yang semakin menjamur berhasil menggerus keberadaan pasar tradisional. Selain beberapa keunggulan seperti lingkungan yang bersih, harga yang terjangkau, dan lokasi yang dekat, pasar modern menjadi lebih populer dari pasar tradisional juga karena kebijakan pemerintah yang dinilai Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) tidak melindungi pasar tradisional.

Ketua Umum IKAPPI, Abdullah Mansuri mencatat jumlah pasar tradisional yang sejak lahirnya UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan diubah namanya menjadi pasar rakyat, turun drastis. Saat ini, kata Mansuri, jumlah pasar tradisional 9.559, jauh lebh sedikit dibandingkan tahun 2007, yakni 13.450.

Menurut Mansuri, kondisi terjadi karena pasar tradisional minim promosi dan dukungan, baik itu dari pemerintah maupun pengelola pasar. Selain itu, Mansuri menilai aturan yang dibuat oleh pemerintah yang katanya untuk melindungi pasar rakyat justru bak macan ompong (tidak efektif, red).

1

Page 3: Ekonomi Rekayasa

Mansuri mencontohkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern. Pepres ini memberikan wewenang kepada pemerintah daerah (pemda) untuk mengatur soal zonasi. Namun, implementasinya, pemda malah membuat peraturan yang tidak jelas mengenai penataan pasar rakyat dan pasar modern.

“Sebagian yang lain justru membuat peraturan yang menguntungkan pasar modern,” keluh Mansuri dalam jumpa pers, Senin lalu (22/12). Dikatakan Mansuri, persoalan yang menyelimuti pasar tradisional juga berpangkal pada sejumlah kesalahan fundamental dalam memahami pasar tradisional sehingga kebijakan yang diambil pun salah.

Pertama, Pedagang pasar belum ditempatkan sebagai warga negara yang mempunyai hak konstitusional untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Padahal hak konstitusional itu sekaligus merupakan kewajiban konstitusional negara untuk memberikannya kepada pedagang sebagai warga negara.

“Sampai sekarang ini persoalan hak atas tempat usaha tidak mendapatkan perlindungan yang pasti. Pedagang memang diberi hak, tetapi selain statusnya berbeda-beda, rentan untuk dicabut sesuai kebijakan di masing-masing pasar,” paparnya.

Kedua, pedagang pasar dipersepsi sebatas “angka”, bukan sebagai “faktor produksi”; tempat usaha dipersepsi semata “fisik” bukan “alat produksi.” Dengan persepsi semacam ini, maka pengelola tidak peduli apakah pedagangnya maju atau tidak, tempat usahanya layak atau tidak.

Ketiga, pedagang pasar selalu dijadikan ‘kambing hitam’ jika pasar terkesan kumuh dan kurang nyaman. Menurut Abdulah, pengelola sendiri yang membuat kekumuhan itu terjadi. Banyak ruang kosong diperjual-belikan, banyak pedagang baru diberi izin berjualan hingga mengubah akses masuk-keluar menjadi tempat usaha.

“Singkatnya, tidak ada sejengkal tanah pun yang dibiarkan kosong selama itu memberikan keuntungan kepada pengelola padahal pada saat yang bersamaan merugikan pedagang yang membeli tempat usaha sejak pertama pasar dibangun,” tuturnya.

Keempat, organisasi pedagang pasar dianggap “musuh” oleh pengelola pasar. Kelima, pedagang diperlakukan sebagai “sapi perah” oleh pengelola pasar. Pedagang hanyalah objek bukan mitra apalagi subjek.

Di Surabaya misalnya, 80 persen pendapatan PD Pasar Surya bersumber dari retribusi. Tetapi yang dikembalikan dalam bentuk pelayanan tidak sampai 5 persen. Padahal retribusi tersebut harus dikembalikan lagi ke pasar dalam bentuk pelayanan dan pembinaan pedagang.

“Persoalan pasar tradisional semakin rumit karena ketidakharmonisan antara kebijakan pemerintah pusat (Perpres), perda provinsi, dan perda kota/kabupaten. Akibatnya, pedagang pasar yang

2

Page 4: Ekonomi Rekayasa

bertolak dari perpres atau perda tingkat I mentah di Perda Tingkat II dengan alasan otda,” ujar Mansuri.

RevitalisasiSementara itu Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Sri Agustina mengatakan, sejauh ini pemerintah berusaha untuk  mempertahankan keberadaan pasar tradisional melalui bermacam kebijakan. Salah satunya, pemerintah melakukan revitalisasi fisik pasar dengan membangun 560 pasar.

“Tetapi kemudian ada evaluasi dan pedagang didampingi selama tiga tahun. Hasilnya cukup menonjol karena pasar dikunjungi oleh banyak pengunjung,” kata Sri pada acara yang sama.

Selain melakukan revitaliasi pada fisik atau bangunan, pemerintah juga melakukan revitalisasi pada manajemen. Kedepan, tak hanya  menyangkut dua hal itu saja. Sri menjelaskan akan ada revitalisasi ekonomi dan revitalisasi sosial budaya. Bahkan dalam revitalisasi bangunan, pemerintah juga akan membangun fasilitas cool storage agar sayuran dan daging tetap segar layaknya di pasar modern.

“Kita (Kemendag) target dalam lima tahun 5000 pasar direvitalisasi, tapi dana dari APBN tidak mencukupi. Nah kita akan mencoba menggaet investor untuk masuk ke sini,” pungkasnya.

2.Kebijakan Pemerintah untuk Membuat Pasar Sehat

“Masyarakat Menilai Percontohan Pasar Sehat Sulit Terwujud”

BITUNG-Tekad Pemerintah Kota Bitung untuk menjadi percontohan pasar sehat bagi Kabupaten/Kota lain, mendapat tanggapan beragam dari

3

Page 5: Ekonomi Rekayasa

kalangan masyarakat.  Darma Baginda, aktivis Kota Bitung kepada manadoline.com, Kamis (14/5), meragukan hal tersebut bisa terwujud. 

“Tekad Pemkot untuk menjadi percontohan pasar sehat perlu diapresiasi, tetapi hal tersebut sulit untuk diwujudkan. Kompleksnya persoalan terkait penataan pasar dikota Bitung yang sangat amburadul, sampai saat ini masih belum terselesaikan diantaranya pasar Girian, pasar Winenet dan pasar Sagerat,” ungkap Baginda. 

Peraturan Presiden RI nomor 112/2007 tentang penataan dan pembinaan pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, serta Permenkes RI nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, menuntut langkah tegas pihak Pemkot Bitung untuk menata pasar yang ada, bahkan keberanian merelokasi para pedagang di pasar tradisional Girian yang jelas sangat mengganggu arus lalulintas.

“Kesan kumuh, jorok dan tidak sehat sangat kental terpancar dari beberapa pasar strategis yang ada di Kota Cakalang sangat kontras dengan kriteria pasar sehat sesuai dengan Perpres dan Permenkes. Bagaimana mungkin mewujudkan sesuatu hal yang sampai saat ini masih belum terselesaikan akar permasalahannya, karena pihak Pemerintah dalam hal ini instansi terkait terkesan tidak berani mengambil langkah kebijakan,” pungkasnya. (jones)

3.Kebijakan Pemerintah Menaikkan Harga Beras

“Kemendag Siap Tanggung Jawab jika Harga Beras Tinggi”

Derry Sutardi

4

Page 6: Ekonomi Rekayasa

JAKARTA - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan, siap bertanggung jawab apabila terjadi kelangkaan dan kenaikan harga-harga komoditas pangan, terutama beras menjelang bulan puasa dan Lebaran. Sejauh ini pihaknya memastikan stok beras menjelang puasa dan Lebaran aman dengan harga yang stabil.

"Kemendag bertanggung jawab terhadap pengamanan ketersediaan dan stabilisasi harga komoditas pangan di pasar. Sekaligus sebagai salah satu lembaga yang ikut menjaga pengendalian laju inflasi. Saat ini kami pastikan stok beras dalam kondisi aman dan harga terkendali," ujar Rachmat, Sabtu (9/5). Untuk mengamankan stok beras nasional, mendag bersama Kementerian Pertanian dan Bulog tengah melakukan verifikasi data stok beras nasional. Selanjutnya, perkembangan data stok beras secara berkala akan dilaporkan kepada presiden, wakil presiden, menteri sekretaris negara, kepala staf kepresidenan, dan menteri terkait lainnya. "Perkembangan stok beras nasional ini akan menentukan kebijakan pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga di pasar, termasuk dalam menentukan operasi pasar di sejumlah wilayah yang terjadi gejolak harga," tutur Rachmat.Dengan demikian, kekurangan pasokan beras untuk kebutuhan pangan masyarakat bisa dipenuhi dengan baik sehingga tidak terjadi lonjakan harga yang dapat merugikan rakyat, serta mempengaruhi perekonomian nasional dan kesejahteraan petani. Sebab, pada umumnya petani juga konsumen beras. 

5

Page 7: Ekonomi Rekayasa

Rachmat memastikan opsi untuk menambah stok beras akibat anomali cuaca yang mempengaruhi kegiatan musim tanam dan panen segera diatasi dengan tetap mengikuti garis kebijakan dan instruksi presiden. Kemungkinan panen raya masih akan terjadi bulan Juli. "Koordinasi kementerian akan kami lakukan dengan intensif, untuk menjaga hal-hal yang tidak kita inginkan," ujar Rachmat Sementara itu, terkait kebijakan impor beras yang selama ini diwacanakan, mendag meyakinkan bahwa impor beras merupakan langkah terakhir yang akan diambil pemerintah. "Impor itu opsi terakhir yang harus ditempuh untuk memperbesar stok minimal Bulog sebagai cadangan beras pemerintah," kata Rachmat. Impor beras yang dilakukan pemerintah ini diperkirakan lantaran Bulog tak mampu menyerap beras petani. Pasalnya, penyerapan gabah saat ini tidak hanya dilakukan oleh Bulog. Di beberapa wilayah penyerapan gabah justru dilakukan oleh selain Bulog, dengan harga lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP), bahkan mencapai Rp 4.000 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP). Akibatnya, target pengadaan Bulog tahun ini yang sebesar 2,7 juta ton, kemungkinan hanya mampu mencapai 470.000 ton, atau 20% saja. “Saya khawatir fenomena ini kembali akan menaikkan laju inflasi pada bulan Mei ini, dan sangat mungkin menurunkan angka nilai tukar petani lagi. Ini yang harus diwaspadai,” kata pengamat pertanian Bustanul Arifin. Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) sendiri menyatakan kesanggupannya menyerap beras hasil panen petani nasional tahun ini sebanyak 2,7 juta ton. Penyerapan tersebut akan dioptimalkan melalui dua tahap. Pertama (April-Juni), kedua (Juli-Agustus). Adapun penyerapan dari awal tahun hingga akhir Maret, Bulog baru merealisasikan sekitar 100 ribu ton setara beras. Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pelitasari mengatakan, penyerapan beras pada musim panen pertama tahun ini diperkirakan diluar harapan. Beberapa faktor kendala seperti musim panen yang mundur yang mengakibatkan harga gabah di kalangan petani terbilang cukup tinggi, sehingga Bulog mengalami hambatan. Pasalnnya, harga pembelian pemerintah (HPP) petani tidak sesuai. "Target penyerapan pada tahap pertama (April-Juni) sebenarnya sebanyak 1 juta ton. Tapi melihat keadaan seperti ini, kita pastikan menjadi 500 ribu ton. Masing-masing selama dua bulan 250 ribu ton," kata Lely.Menurut dia, rendahnya target penyerapan beras pada musim panen pertama tahun ini disebabkan terjadinya kegagalan panen yang dialami oleh petani di sejumlah daerah. Adapun fokus penyerapan tahap awal ini

6

Page 8: Ekonomi Rekayasa

akan diprioritaskan di wilayah Jawa, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.Pada musim panen kedua, Bulog menargetkan mampu menyerap beras yang diproduksi dalam program upaya khusus (upsus) pembukaan lahan pertanian seluas 350 ribu hektare yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian. Dengan asumsi tingkat produktivitas lahan sekitar 5 ton gabah kering giling per hektare, maka produksi beras dari program ini  akan mencapai sekitar 1,75 juta ton. "Upaya lain yang sedang dilakukan adalah kerja sama dengan Perum Perhutani.  Perhutani sendiri memiliki lahan sawah seluas sekitar 100 ribu ha," ujar Lely.

4.Pemerintah Melanggar Konstitusi Dalam Kebijakannya Menaikkan Harga BBM (Artikel 3 Pelengkap)

Mahkamah Konstitusi RI (MK) telah menguji Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, apakah isinya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar kita.

Vonisnya ditetapkan dalam Rapat Permusyawaratan 9 (sembilan) Hakim Konstitusi pada hari Rabu, tanggal 15 Desember 2004, dan dituangkan dalam PUTUSAN Perkara Nomor 002/PUU-I/2003.

7

Page 9: Ekonomi Rekayasa

Putusan MK tersebut yang tentang kebijakan harga BBM berbunyi sebagai berikut : “Pasal 28 ayat (2) dan (3) yang berbunyi (2) Harga Bahan Bakar Minyak dan Harga Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar; (3) Pelaksanaan kebijaksanaan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengurangi tanggung jawab sosial Pemerintah terhadap golongan masyarakat tertentu”; Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.”

Jadi menentukan harga BBM yang diserahkan pada mekanisme persaingan usaha dinyatakan bertentangan dengan Konstitusi kita, walaupun persaingan usahanya dikategorikan sehat dan wajar.

Setelah vonis tersebut, terbit sebuah ”pedoman” oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen ESDM. Isinya mengatakan bahwa sebagai implikasi dari vonis MK “dilakukan perubahan atas Pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas yang berkaitan dengan harga BBM dan Gas Bumi.

Harga jual BBM ditetapkan oleh Pemerintah dengan Peraturan Presiden.”

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi pasal 72 ayat (1) berbunyi sebagai berikut.

(1)

Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi kecuali Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil, diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan.

Jadi sangat jelas bahwa Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2004 tersebut tetap mengatakan bahwa harga BBM diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan”, walaupun oleh MK dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Yang dikecualikan Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil.

Dalam berbagai penjelasannya, dalam menentukan harga BBM pemerintah memang mendasarkan diri pada persaingan usaha, bahkan persaingan usaha yang tidak sehat dan tidak fair.

Bagaimana penjelasannya? Kita ambil bensin jenis premium sebagai contoh. Ketika harga minyak mentah yang ditentukan berdasarkan mekanisme pasar atau mekanisme persaingan yang diselenggarakan oleh New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencapai US$ 60 per barrel, harga bensin premium yang Rp. 2.700 per liter dinaikkan menjadi Rp. 4.500 per liter. Angka ini memang ekivalen dengan US$ 61,50 per

8

Page 10: Ekonomi Rekayasa

barrelnya. Seperti kita ketahui, biaya lifting, refining dan transporting secara keseluruhan rata-ratanya US$ 10 per barrel. Kalau kita ambil US$ = Rp. 10.000, keseluruhan biaya ini adalah (10 : 159) x 10.000 = Rp. 628,9 atau dibulatkan menjadi Rp. 630 per liter. Jadi kalau harga bensin premium per liter dikonversi menjadi harga minyak mentah per barrel dalam US$, jadinya sebagai berikut : (4.500 – 630) x 159 : 10.000 = US$ 61,53. Ketika itu harga minyak di New York US$ 60 per barrel. Maka Wapres JK mengatakan bahwa mulai saat itu tidak ada istilah “subsdi” lagi untuk bensin premium, karena harga bensin premium sudah ekivalen dengan harga minyak mentah di New York.

Ini adalah bukti bahwa harga bensin di Indonesia ditentukan atas dasar mekanisme pasar atau mekanisme persaingan usaha yang berlangsung di NYMEX.

Artinya, ketika itu pemerintah tetap saja mendasarkan diri sepenuhnya pada mekanisme pasar atau mekanisme persaingan usaha, bahkan yang berlangsung di NYMEX.

BAGAIMANA SEKARANG?

Tindakan pemerintah menaikkan harga BBM yang berlaku mulai tanggal 24 Mei 2008 jam 00 melanggar Konstitusi. Bagaimana penjelasannya?

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro

Kompas tanggal 24 Mei 2008 memberitakan keterangan Menteri ESDM yang mengatakan bahwa “dengan tingkat harga baru itu, pemerintah masih mensubsidi harga premium sebesar Rp. 3.000 per liter karena ada perbedaan harga antara harga baru Rp. 6.000 per liter dan harga di pasar dunia sebesar Rp. 9.000 per liter.

Dari mana angka Rp. 9.000 per liter yang disebut harga dunia itu? Harga BBM Rp. 9.000 per liter dikurangi dengan biaya lifting, refining dan transporting sebesar Rp. 630 per liter, sehingga harga minyak mentahnya Rp. 9.000 – Rp. 630 = Rp. 8.370. Per barrelnya = Rp. 8.370 x 159 = Rp. 1.330.830. Kalau nilai rupiah kita ambil US$ 1 = Rp. 10.000, harga minyak mentah di pasar dunia sama dengan 1.330.830 : 10.000 = UD$ 133,08.

Sangat-sangat jelas isi pikirannya bahwa harga BBM untuk rakyatnya harus diserahkan sepenuhnya pada “mekanisme persaingan usaha” yang berlangsung di NYMEX, yang oleh MK dinyatakan bertentangan dengan Konstitusi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

9

Page 11: Ekonomi Rekayasa

Sekarang memang dinaikkan menjadi Rp. 6.000 per liter. Tetapi ini untuk sementara. Dalam pemberitaan yang sama di Kompas tanggal 24 Mei 2008 tersebut Menteri Keuangan menyatakan bahwa harga ini masih belum final. Argumentasinya jelas mendasarkan diri pada mekanisme persaingan usaha yang berlangsung di NYMEX. Kami kutip : “Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan “Jika harga minyak terus meningkat secara signifikan, pemerintah bisa melakukan tindakan untuk menekan harga subsidi BBM (baca : mengurangi subsidi berarti menaikkan harga BBM).” Selanjutnya diberitakan “Menurut dia, hal itu dimungkinkan karena pemerintah memiliki kewenangan untuk menyesuaikan (baca : menaikkan) lagi harga BBM”.

Menko Boediono

Sebelumnya, yaitu seperti yang dimuat di Kompas tanggal 17 Mei 2008 Menko Boediono mengatakan : “Pemerintah akan menyamakan harga bahan bakar minyak atau BBM untuk umum di dalam negeri dengan harga minyak di pasar internasional secara bertahap mulai September 2008. Ini dilakukan karena anggaran subsidi akan ditekan lebih rendah dan pemerintah ingin mengarahkan kebijakan harga BBM pada mekanisme penyesuaian otomatis dengan harga dunia.”

Luar biasa, terang-terangan melecehkan dengan arogan Putusan MK yang menyatakan penyerahan harga BBM pada mekanisme pasar adalah bertentangan dengan Konstitusi kita.

Selanjutnya dikatakan : “Pemerintah tidak ragu memberlakukan harga pasar dunia di dalam negeri karena langkah ini sudah dilakukan di banyak negara dan berhasil menekan subsidi BBM”. Apakah masih perlu penjelasan bahwa yang dimaksud Menko Boediono adalah harga BBM di Indonesia diserahkan sepenuhnya pada mekanisme persaingan usaha yang berlangsung di NYMEX? Dan apakah masih perlu penjelasan lagi bahwa Pemerintah jelas-jelas bertindak melawan vonis MK yang dengan sendirinya juga melawan Konstitusi? Banyak negara yang tidak ikut NYMEX. Di Iran harga BBM ekivalen dengan Rp. 1.000 per liter dan Hugo Chavez juga menjual minyaknya kepada negara-negara sahabat dengan harga lebih rendah dari harga NYMEX.

PERSAINGAN YANG SEHAT DAN WAJAR?

Lebih gila lagi. Persaingan usaha yang dijadikan landasan mutlak bagi penentuan harga BBM di Indonesia sama sekali tidak sehat dan tidak wajar. Bagaimana penjelasannya?

1. Volume minyak yang diperdagangkan di sana hanya 30% dari volume minyak di seluruh dunia. Sisanya yang 70% diperoleh perusahaan-perusahaan minyak raksasa atas dasar kontrak-kontrak langsung

10

Page 12: Ekonomi Rekayasa

dengan negara-negara produsen minyak mentah. Di Indonesia melalui apa yang dinamakan Kontrak Bagi Hasil atau production sharing.

2. Bagian terbesar minyak dunia diproduksi oleh negara-negara yang tergabung dalam sebuah kartel yang bernama OPEC. Kalau mekanisme persaingan dirusuhi oleh kartel, apa masih bisa disebut sehat dan wajar? Toh para menteri ekonomi kita secara membabi buta menerapkan dalil bahwa harga minyak ialah yang ditentukan di NYMEX itu, walaupun ditentang keras oleh MK.

3. Harga yang terbentuk di NYMEX sangat dipengaruhi oleh perdagangan derivatif dan perdagangan oil future trading yang juga berlangsung di NYMEX. Sekarang ini para ahli mempertanyakan apakah betul bahwa permintaan minyak demikian drastis melonjaknya dan terus menerus seperti grafik harga minyak mentah di NYMEX? Banyak yang dengan argumentasi sangat kuat menuding spekulasi oleh hedge funds melalui future trading sebagai penyebabnya. Kok Indonesia terus ikut-ikutan lotre buntut ini secara membabi buta tanpa peduli apakah rakyatnya akan mati kelaparan atau tidak.

BAGAIMANA SEMESTINYA?

Apakah minyak yang walaupun milik rakyat Indonesia harus dibagikan dengan cuma-cuma kepada rakyatnya? Sama sekali tidak. Ketika harga bensin premium masih Rp. 2.700 per liter, rakyat dikenakan harga Rp. 2.070 per liternya (Rp. 2.700 – Rp. 630), dan ketika dinaikkan menjadi Rp. 4.500 rakyat dikenakan harga Rp. 3.870 (Rp. 4.500 – Rp. 630). Tetapi para teknokrat itu tidak terima. Dinaikkan lagi menjadi Rp. 6.000 per liter dan mulai September akan dinaikkan lagi!!

Ketika Bung Hatta dan kawan-kawan merumuskan pasal 33 UUD 1945 sudah dipikirkan dengan matang bahwa barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak ditentukan oleh pemerintah atas dasar hikmah kebijaksanaan sesuai dengan kepatutan dan daya beli rakyatnya, serta atas pertimbangan untuk menopang pengembangan ekonomi, karena minyak sangat strategis.

Sekarang semuanya diinjak-injak oleh para teknokrat yang sangat miskin akan hati nurani, visi, filosofi. Mereka hanyalah tukang-tukang yang selalu terpaku pada doktrin-doktrin para ahli Barat.

Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dimaksud sebagai pintu gerbang menuju pada kemakmuran yang berkeadilan dan kesejahteraan dijadikannya pintu masuk bangsa-bangsa lain untuk menghisap bangsa Indonesia yang lebih dahsyat lagi.

11

Page 13: Ekonomi Rekayasa

5.Persaingan Terhambat Karena Kebijakan Pemerintah yang Monopolistik

Tidak sedikit kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah menciptakan struktur pasar yang sangat monopolistik. Akibatnya, di antara pelaku usaha tidak terjadi persaingan dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya.

Apalagi dengan ditolaknya gugatan dari Monopoly Watch oleh majelis hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Monopoly Watch kemudian berencana akan mengajukan banding pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN). Salah satu gugatan tersebut ditolak karena yang bersangkutan tidak memiliki legal standing yang sah sebagai badan hukum.

Objek gugatan dalam persidangan tersebut adalah SK Menag No 525 tahun 2001 tentang Penunjukan Perum Peruri dan SK No Dalam SK Menteri Agama No. 519 tahun 2001 yang secara implisit menunjuk MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai badan standarisasi halal.

Terkait dengan penolakan tersebut, Muhammad Udin Silalahi selaku Wakil Ketua Komite Eksekutif mengatakan bahwa pihaknya akan mengajukan banding. Berdasarkan undang-undang yang berlaku, Monopoly Watch sudah sah secara hukum. "Nama dan bidang kerja Kami sudah tercatat di notaris," tegas Silalahi.

Menurut Monopoly Watch, dua Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Menag tersebut merupakan contoh dari kebijakan pemerintah yang jelas menghambat persaingan diantara pelaku usaha. Tidak sedikit kebijakan

12

Page 14: Ekonomi Rekayasa

pemerintah yang sangat menghambat kegiatan usaha, misalkan pemberian ijin tertentu kepada pelaku usaha tertentu.

Ambil contoh kasus PT Bogasari Flour Mills yang telah memperoleh izin dari pemerintah untuk mengimpor gandum dan memproduksinya menjadi terigu. Pada saat itu, PT Bogasari adalah satu-satunya perusahaan yang memproduksi terigu dengan pangsa pasar 85%.

Kemudian Kepmen No 91/Kp/1992 memberi ijin kepada Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh sebagai pelaku usaha pembali cengkeh dari petani dan menjualnya kembali pada produsen rokok. Petani diharuskan menjual cengkeh tersebut dengan harga yang sudah ditentukan.

Silalahi menjelaskan bahwa pada kasus cengkeh, petani tidak dapat langsung menjual cengkehnya kepada produsen rokok. "Dengan demikian, para petani cengkeh tidak bisa bersaing pada pasar yang bersangkutan, " kata Silalahi

Pemerintah harus hati-hati

Mencermati begitu banyaknya kebijakan pemerintah yang menyebabkan persaingan tidak sehat, Silalahi menyatakan bahwa sebaiknya pemerintah lebih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan tersebut. "Intinya jangan sampai menimbulkan distorsi terhadap pasar dan menghambat persaingan," ujar Silalahi.

Lihat saja, SK Menag penunjukan Peruri untuk mencetak lebel halal tersebut. "Memangnya hanya Peruri yang bisa melakukan pencetakan dengan kualitas yang sama dengan Peruri. Banyak kok, percetakan yang bisa melakukan pencetakan tersebut," ujar Silalahi.

Sementara itu menurut laporan Bank Dunia, masalah penetapan harga, kartel, dan kontrol produksi harus didukung oleh pemerintah. Misalkan, dengan menentukan sektor mana saja yang dimungkinkan diberikan "dispensasi" berlangsungnya praktek monopoli.

Hambatan persaingan berdasarkan sektor tertentu.

Bentuk Hambatan SektorKartel Semen, Kayu, Kertas,

PupukKontrol Harga Semen, Gula, BerasEntry Barrier Kayu, Retail businessIzin Khusus Cengkeh, Tepung,

GandumDominasi BUMN Baja, Pupuk, Produksi

Minyak

13

Page 15: Ekonomi Rekayasa

Sumber Bank Dunia tahun 1995

Pelaku usaha belum mengerti

Silalahi sendiri tidak menafikan bahwa praktek monopoli itu masih berlangsung di dalam masyarakat. Ketika ditanya di manakah persoalan selama ini, Silalahi mengemukakan bahwa masih sedikit pelaku usaha yang mengerti subtansi dari UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat.

Terkait dengan masalah sosialisasi, Monopoly Watch sedang mengupayakan sosialisasi atas UU tentang Persaingan Usaha yang selama ini dinilai masih belum dimengerti oleh pelaku usaha. "Monopoly Watch saat ini sedang mencari partner dalam kegiatan sosialisasi tersebut," kata Silalahi.

Menyinggung masalah benturan kepentingan dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), Silalahi menegaskan bahwa pihaknya menempatkan diri sebagai mitra kritis dari KPPU yang dibentuk oleh pemerintah agar penegakan hukum bisa berjalan dengan baik.

Sementara itu, Samuel Nitisaputra, Sekretaris Komite Eksekutif Monopoly Watch mengatakan bahwa selain faktor kebijakan, juga perlu diperhatikan adalah praktek dumping. Praktek tersebut merupakan penjajahan modern melalui penguasaan di bidang ekonomi.

Suatu hal yang sangat membingungkan, jika pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan pemerintah yang justru nantinya akan mendukung berlangsungnya praktek dumping. "Praktek dumping jelas sangat merugikan pelaku usaha dan menyengsarakan bagi perekonomian, " tegas Samuel.

14

Page 16: Ekonomi Rekayasa

6.Kebijakan Pemerintah Menaikkan Harga BBM

Kebijakan Pemerintah ‘Biangkerok’ Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA (SK)- Menurunnya pertumbuhan perekonomian Indonesia dinilai karena ulah pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan tak populer. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik, dan beberapa kebijakan lainnya adalah beberapa penyebabnya.

Pengamat Perekonomian Fuad Bawazier mengatakan, banyak sekali masalah yang dibuat pemerintah yang menyebabkan sulitnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

“Jadi pemerintah harus sadar dan cepat mengkoreksi kebijakan yang tidak populer tersebut,” kata Fuad kepada Suara Karya di Jakarta, Minggu (10/5).

Dikatakan, dilepasnya harga BBM pada mekanisme pasar menjadikan harga jual di pasaran tak stabil. Kondisi ini sangat terpengaruh pada biaya transportasi, baik untuk angkutan masal maupun industri.

Kenaikan tersebut menurutnya, jelas memukul perekonomian masyarakat di mana penghasilan mereka tidak diimbangi kenaikan harga beberapa bulan belakangan ini.

Dampak lain yang jelas dirasakan ada pada sektor industri dan para pedagang di pasar tradisional maupun di pusat perbelanjaan modern. Mereka mengeluh daya beli masyarakat semakin menurun, khususnya di era pemerintahan Presiden Jokowidodo-Jusuf Kalla.

“Kebijakan yang diambil berantakan. Ini menjadikan inflasi terus tumbuh dan akhirnya membebani semua sektor,” kata Fuad.

Mantan Menteri Keuangan ini juga mengatakan, pertumbuhan perekonomian Indonesia sebagian besar ditunjang sektor konsumsi. Dengan penurunan tersebut secara otomatis tak akan bisa mendongkrak perekonomian nasional.

15

Page 17: Ekonomi Rekayasa

Selain itu, lambatnya pencairan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2015 menjadikan mandeknya program pemerintah, seperti rencana pembangunan infrastruktur dan sebagainya.

7.Perlu sinkronisasi kebijakan revitalisasi pasar tradisional

Jumat, 4 Mei 2012 17:36 WIB | 7.915 Views

Pewarta: Imam Santoso

Jakarta (ANTARA News) - Keberadaan pasar tradisional yang menjadi tumpuan ekonomi rakyat kelas bawah dan pelaku usaha mikro kian tergusur, sementara pasar moderen kian menjamur bahkan hingga ke pedesaan.

Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan jumlah pasar tradisional menurun sebesar 8,1 persen sepanjang 2011. Berbanding terbalik dengan pasar modern yang tumbuh 31,4 persen pada periode yang sama.

Program revitalisasi pasar tradisional yang tengah digalakkan Kementerian Perdagangan mungkin salah satu langkah yang tepat saat ini dalam upaya mempertahankan pasar yang menjadi penopang ekonomi rakyat kelas bawah itu.

Kementerian Perdagangan telah menganggarkan Rp400 miliar untuk revitalisasi pasar tradisional tahun ini, dan Mendag Gita Wirjawan mengatakan dana itu akan ditingkatkan pada tahun depan.

Lalu, bagaimana agar pasar tradisional tetap hidup, berkembang, dan berfungsi maksimal? Berikut wawancara khusus ANTARA News dengan pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, tentang keberadaan pasar tradisional di Indonesia.

Jumlah pasar tradisional di Indonesia semakin menurun, bagaimana Anda melihat ini?

Mungkin ini cerita sadis karena bagaimanapun pasar tradisional punya peran penting untuk memasarkan produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM).

Seharusnya hal itu menjadi catatan penting bagi pemerintah agar mengembalikan peran pasar tradisional yang bukan saja sebagai tempat transaksi pedagang dan pembeli, tapi lebih sebagai alternatif pemasaran produk UKM. Jika pasar tradisional lenyap, maka klaim ekonomi kerakyatan pemerintah harus dipertanyakan.

16

Page 18: Ekonomi Rekayasa

Pasar tradisional itu bisa mati, menurut saya, karena imbas negatif dari persaingan dengan industri, seperti pendirian supermarket dan minimarket waralaba yang sangat inklusif bahkan sampai ke pedesaan.

Dalam konteks ini, kalaupun pemerintah mau memprogramkan revitalisasi pasar tradisional, maka yang jadi fokus seharusnya bukanlah persoalan fisik saja. Selama ini, pemerintah mengatakan pro terhadap pasar tradisional maka yang dilakukan adalah membangun pasar, dari aspek fisiknya.

Selama ini, revitalisasi pasar tradisional itu terindikasi tukar guling. Ada pasar tradisional yang sudah lama berdiri, kemudian tergusur pusat perbelanjaan modern. Sementara lokasi pembangunan pasar tradisional yang baru tidak strategis.

Jadi, program revitalisasi itu sebaiknya diarahkan ke mana?

Fisik itu penting, tapi tidak substantif. (Solusi) yang dibutuhkan adalah bagaimana pemerintah mampu menata persaingan di antara pasar tradisional dengan pasar-pasar modern.

Di sejumlah negara yang menganut paham kapitalis pun masih ada aturan, tidak memperbolehkan pendirian pasar modern dalam radius tertentu dari pasar tradisional, seperti Paddy's Market di Sydney, Australia.

Tapi pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan sudah mengeluarkan aturan tentang penyelenggaraan waralaba..

Iya, tapi dalam hal ini penegakan aturan yang dibutuhkan. Bahwa pasar moderen atau minimarket diatur agar tidak berlokasi di dekat pasar tradisional,  itu memang ada aturannya.

Namun, seringkali aturan itu tidak terimplementasi dengan baik. Apalagi ketika aturan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (pemda) tidak sejalan.

Seolah-olah yang kemudian terjadi adalah pasar tradisional dimiliki pemda karena ijin lokasinya diterbitkan pemda.

Di sini, terjadi kesenjangan. Pemerintah pusat berkeinginan untuk mengatur persaingan, tapi peraturan itu menjadi mandul karena ada "potong kompas" dari pemerintah daerah.

Ini jadi pelajaran, bahwa tidak ada sinkronisasi kebijakan ekonomi antara pemerintah pusat dan daerah.

Meskipun mungkin ada kontribusi pasar tradisional bagi pendapatan daerah, bisa jadi commitment fee dari pendirian supermarket lebih

17

Page 19: Ekonomi Rekayasa

menggiurkan para birokrat. Transparansi itulah yang semestinya menjadi perhatian.

Bagaimana dengan lonjakan kelas menengah di Indonesia yang mencapai  56,5 persen dari jumlah penduduk pada 2012?

Permasalahannya, ketika seseorang naik peringkat (ekonomi), dari kelas bawah ke kelas menengah, perubahan perilaku konsumsi akan mengikuti. Semula mereka (kelas bawah) menjadi konsumen pasar tradisional kemudian beralih ke pasar modern. Itu terjadi salah satunya karena ada persepsi bahwa pasar moderen itu lebih bergengsi dan nyaman.

Jika demikian, peluang peningkatan kelas menengah baru di Indonesia tidak menjadi kabar gembira bagi keberadaan pasar tradisional. Di sini lah peranan pemerintah dibutuhkan.

Peranan pemerintah seperti apa?

Pemerintah dapat memodifikasi perilaku konsumen. Modifikasi itu misalnya, ketika konsumen kecenderungan malas membawa duit banyak, mereka membutuhkan anjungan tunai mandiri (ATM) di dekat lokasi. Dalam kasus itu, pemerintah dapat memfasilitasi dengan mengajak industri perbankan agar menyediakan ATM keliling.

Sejumlah pemerintah daerah mengklaim telah berperan menyelamatkan pasar tradisional dengan berbagai promosi. Bagaimana dengan peranan seperti itu?

Promosi mungkin bagus sebagai bentuk himbauan moral. Tapi, yang justru dibutuhkan adalah keberlanjutan program dari kegiatan promosi.

Jika lokasi pasar tradisional berdekatan dengan pasar moderen, sedangkan barang yang ditawarkan lebih murah di pasar modern, kemungkinan semua promosi itu tidak efektif.

Promosi yang dilakukan pun semestinya lebih menyentuh. Misalnya, peningkatan kesegaran produk pasar tradisional dengan melibatkan sejumlah institusi penelitian. Promosi kesegaran itu menjadi 'senjata' yang dapat dipakai pemerintah. Selain kesegaran, mungkin proses tawar-menawar dalam pasar tradisional yang ditonjolkan sebagai promosi.

Dalam persoalan revitalisasi pasar tradisional, bagaimana peranan para pedagang? Adakah peranan yang dapat mereka lakukan?

Meskipun pedagang dapat mengantisipasi perubahan perilaku konsumen, tapi tetap dibutuhkan peranan fasilitator. Bagaimana memperkuat posisi pedagang, itu yang penting.

Pengelola pasar tradisional, misalnya, mampu memberikan arahan kepada pedagang untuk meningkatkan daya saing. Daya saing tidak

18

Page 20: Ekonomi Rekayasa

selalu mengarah pada harga, tapi dapat pula pada layanan penjualan, seperti keramahan atau kebersihan lokasi dagang.

Apalagi jika pengetahuan pedagang pasar tradisional belum menyentuh tren permintaan pasar. Stimulasi daya saing dilakukan bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh pengelola pasar tradisional.

Pengelola pasar tradisional juga dapat berbagi informasi dengan para pengelola pasar tradisional di daerah lain. Bagaimana pengelola pasar tradisional di Solo misalnya, dapat mempertahankan minta konsumen berbelanja di sana.

Pasar Beringhardjo di Yogyakarta juga bisa jadi contoh. Bagaimana masyarakat Yogyakarta masih setia dengan pasar itu.

Kalau disebutkan pasar tradisional di Yogyakarta dan Solo berarti ada pengaruh faktor budaya masyarakat?

Iya, ada faktor itu dan dibutuhkan pendekatan sosial untuk hal itu.

Jadi, sebenarnya masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan pasar tradisional?Iya, menurut saya masih ada. Sebenarnya yang harus dilakukan adalah ketegasan dari pemerintah terutama kepala daerah untuk mempertahankan pasar tradisional.

19