40
KEBIJAKAN PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF KEWILAYAHAN (PIK) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DALAM RANGKA INTEGRASI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 Oleh : WALUYO.,M.Si PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2013 copyright: [email protected] Visi : ”Bandung Barat Cermat” Bersama Membangun Masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis, dan Sehat Berbasis pada Pengembangan Kawasan Agroindustri dan Wisata Ramah Lingkungan.

Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF

KEWILAYAHAN (PIK) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DALAM RANGKA INTEGRASI

PEMBANGUNAN DAERAHTAHUN 2014

Oleh :

WALUYO.,M.Si

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 2013copyright: [email protected]

Visi :”Bandung Barat

Cermat” Bersama Membangun

Masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis, dan

Sehat Berbasis pada

Pengembangan Kawasan

Agroindustri dan Wisata Ramah Lingkungan.

Page 2: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat
Page 3: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

PENTINGNYA MENYUSUNAN PAGU INDIKATIF ANGGARAN Penyusunan pagu indikatif anggaran ini menjadi

penting karena pagu indikatif anggaran adalah merupakan salah satu variabel penunjang keberhasilan implementasi konsep perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, agar dengan keterbatasan sumber daya keuangan yg ada dapat disusun program dan kegiatan yg lebih fokus dan sesuai kebutuhan.

Dalam peraturan perundang-undangan juga disebutkan bahwa agar setiap satuan kerja sebagai entitas anggaran (fiscal entity) dapat mulai menyusun rancangan anggaran satuan kerjanya maka perlu ditetapkan pagu anggaran indikatif bagi setiap satuan kerja, untuk membiayai program dan kegiatan yg betul-betul menjadi prioritas.

BAPPEDA

Page 4: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN………………………………..

Kita memahami bahawa Belanja APBD tidak dpt didefinisikan sepihak oleh Pemda dan DPRD tetapi dalam porsi terbatas, juga oleh masyarakat.

Dengan adanya pagu indikatif akan memberikan kepastian bahwa setiap usulan Musrenbang Desa Kecamatan, maupun Kabupaten akan didanai, oleh APBD, jika tidak melebihi pagu indikatif yg telah ditentukan.

Dengan Pagu Indikatif juga memperbesar peluang usulan musrenbang yg menjadi prioritas akan diakomodasi oleh APBD.

Dengan Pagu indikatif juga diharapkan dpt mendidik masyarakat untuk mengusulkan kebutuhan yg sangat prioritas bukan sekedar daftar keinginan (long list ) belaka

Mendidik SKPD dan masyarakat untuk menyusun program/kebutuhan berdasarkan skala prioritas untuk mencapai RPJMD, Renstra SKPD dan SPM SKPD

BAPPEDA

Page 5: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN ………………………………….

Pagu indikatif anggaran ini sebenarnya menurut konsepsinya dibeberapa literatur sebenarnya sering dikenal dengan sebutan SAB ( Standar Analisis Biaya ).

Stantar Analisis Biaya ini adalah merupakan standar biaya atau kebutuhan anggaran yang diperlukan oleh sebuah institusi / kelembanagan pemerintah ( SKPD/OPD) untuk dapat membiayai dan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan urusan wajibnya.

BAPPEDA

Page 6: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN ………………………………. Sampai sejauh ini, pada kenyataannya SAB

ini belum dapat disusun sebagaimana mestinya, pada hal SAB ini sangat diperlukan untuk menghitung berapa sebenarnya kebutuhan biaya yang dibutuhkan oleh setiap SKPD/OPD untuk dapat menjalankan aktifitasnya.

Hal ini disebabkan karena untuk menyusun SAB ini dibutuhkan sebuah instrumen yaitu adanya Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) dari setiap SKPD yang ada sesuai dengan urusan wajib yang dilaksanakannya ( sesuai PP 65/2005 ) ttg pedoman penyusunan dan penerapan SPM

BAPPEDA

Page 7: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN …………………………….. Menurut PP 65/2005 Ttg Pedoman

Penyusunan dan Penerapan SPM pasal 4 menjelaskan bahwa sebenarnya yang harus menyusun SPM adalah Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah : Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-

Departemen sesuai dengan urusan wajibnya, dimana penyusunan SPM dimaksud mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur urusan wajib. SPM yang disusun tersebut selanjutnya dijadikan pedoman bagi pemerintah daerah, untuk menyelenggarakan urusan wajib yang harus dilaksanakan.

BAPPEDA

Page 8: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN ………………………………

Sampai saat ini kenyatannya baru beberapa Departemen dan Lembanga Non departemen yang telah menyusun SPM, misalnya Departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan dan beberapa departemen lain, shg dpt dipedomasi oleh Pemerintah Daerah

Karena SPM ini masih menjadi persoalan, maka tentunya kita tidak mungkin menunggu dan menunggu sampai SPM tersusun semuanya, baru kita dpt menyusun SAB tsb.

Untuk mensikapi itu semua agar kita mampu mendistribusikan angaran secara terarah dan lebih fokus untuk dapat menyelenggarakan urusan wajib SKPD dan mendorong partisipasi masyarakat utk lebih terlibat dalam pembangunan daerah maka perlu disusun Model Pagu indikatif sebagaimana yang saat ini kita lakukan, dimana utk PIK disusun melalui 13 indikator dan untuk PI-SKPD menggunakan kombinasi beberapa model disamping beberapa indikator fokus yg telah ditetapkan sesuai sasaran-saran Draf substansi RPJMD yang operasionalisasinya telah kita gunakan dalam pelaksanaan Musrenbang beberapa waktu yang lalu.

BAPPEDA

Page 9: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN ……………………………….. Penyusunan Pagu indikatif ini, disamping dibeberapa

pengalaman telah memeberikan arah, tentunya masih banyak pula kelemahan-kelemahan, namun demikian hal ini sebenarnya adalah mrp bentuk inovasi yang dpt di lakukan saat ini, karena sampai hari ini hanya ada beberapa daerah yg telah menerapkan konsep yang sama dengan variasi yg berbeda. Saat ini dibeberapa daerah ada yg telah menerapkan dan juga ada yg baru mulai menyusun konsep serupa setalah terinspirasi dari apa yg kembangkan di Sumedang.

Inilah kiranya, yang sampai saat ini akan dan terus kita kembangkan,dgn harapan dpt memudahkan kita dalam proses penyusunan perencanaan dan penganggaran di daerah, dengan memperhitungkan distribusi SD anggaran yg lebih realistis dan berkeadilan.

BAPPEDA

Page 10: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LANJUTAN ……………………………….. Untuk itu, kalau didalam operasionalisasinya

masih banyak ketidakpuasan disana sini itu sangat kita maklumi bersama, oleh karenanya, masukan dan saran yang konstruktif untuk pengembangan lebih lanjut dalam penyusunan pagu indikatif ini kedepan lebih memadai dalam konteks sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masing daerah dalam konteks PI- SKPD dan PIK, tentunya semua ini akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kapasitas keuangan daerah kita masing-masing, pada setiap tahun anggaran.

BAPPEDA

Page 11: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

REALITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHSAMPAI SAAT INI

Perencanaan pembangunan daerah belum bersinergi dengan proses penganggaran

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah makin menurun

Perencanaan berbagai program pembangunan diantaranya masih berjalan tumpang tindih, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten

Perencanaan berbagai program pembangunan belum mampu mensinergikan kepentingan lintas sektor, lintas jenjang dan lintas wilayah

APBD masih diposisikan sebagai modal utama untuk membiayai berbagai prioritas kegiatan dalam perencanaan pembangunan

Perencanaan pembangunan dipahami dalam perspektif input-output ratio, kurang berorientasi pada cost-benefit ratio

Perencanaan pembangunan terlalu mengedepankan rasionalitas, dengan mengesampingkan spiritualitas dan emosionalitas

Belum terjadinya integrasi perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah yang terpadu antara berbagai progran satu dengan yang lainnya atau yang sering disebut Performance Planning and budgetting for All

Page 12: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

SKEMA INOVASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

ADANYA KESINAMBUNGAN

ANTARA PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN

TUMBUHNYA PARTISIPASI AKTIF

WARGA MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

SINERGI PEMBANGUNAN LINTAS

SEKTOR, LINTAS WILAYAH DAN LINTAS

JENJANG

SKEMA PAGU INDIKATIF (PI)

• PI SKPD• PI KEWILAYAHAN

FORUM DELEGASI MUSRENBANG (FDM)

• DELEGASI SEKTORAL• DELEGASI KECAMATAN

INTEGRASI PEMBANGUNAN (RKPD TRIPLE TRACK)• DIBIAYAI APBD

KABUPATEN• DIBIAYAI PROV & PUSAT• DIBIAYAI PNPM, CSR &

SWADAYA MASYARAKAT

BERDASARKAN REGULASI TERKAIT PROSEDUR PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN BABDUNG BARAT

Di harapkan mampu mendorong

Page 13: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

KONSEP INOVASI PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN

BANDUNG BARAT

Musrenbang Desa

Musrenbang Kecamatan

Musrenbang Kabupaten Tahunan

Forum SKPD

Usulan Kegiatan Masyarakat Desa

Usulan Kegiatan Wilayah Kecamatan

Rancangan Awal Renja SKPD

Rancangan Renja SKPD

Rancangan RKPD

Penyempurnaan & Penetapan

Rancangan RKPD Perbup RKPD

Nota Kesepakatan

Pagu Indikatif

Hasil Musrenbang Tahunan

PAGU INDIKATIF

KEWILAYAHAN

PAGU INDIKATIF SKPD

KABUPATEN

Page 14: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

SKEMA MUSRENBANG INTEGRASI

Diusulkan ke MusrenbangDesa

Penggalian Gagasan diTingkat Dusun Dilaksanakan Swadaya

Musrenbang DesaDilaksanakan dengan

APBD Desa

Musrenbang Kecamatan Dibiayai dengan BLM

Forum SKPD

Musrenbang KabupatenRKPD Track 3

(Dibiayai PNPM, CSR & Partisipasi)

Diusulkan ke MusrenbangKecamatan

Diusulkan ke Forum SKPD/Musrenbang

Dibiayai dengan PNPMDiusulkan ke

Musrenbang Kab

Waktu PelaksanaanDilaksanakan Tahun Berikutnya

Dilaksanakan Tahun Berjalan

RKPD Track 1 & 2

(Dibiayai APBD & APBN)

Page 15: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

PAGU INDIKATIF KEWILAYAHAN (PIK)

PIK adalah sejumlah patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada kecamatan berbasis kewilayahan yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh mekanisme partisipatif melalui Musrenbang Kecamatan dengan berdasarkan kepada kebutuhan dan prioritas program yang mendesak berdimensi strategis kewilayahan

Pagu Indikatif Kewilayahan tersebut dialokasikan melalui bantuan keuangan berbasiskan pada urusan dan prioritas target sasaran RPJMD dan RPJMDes di Wilayah Kabupaten Bandung Barat

Page 16: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

LATAR BELAKANG DAN ALASAN KEBIJAKAN PIK

Menurunnya partisipasi warga masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

Adanya kesenjangan proporsi alokasi pendanaan pembangunan antar wilayah / kecamatan yang menimbulkan kecemburuan sosial

Adanya inkosistensi antara pendanaan kegiatan pembangunan yang direncanakan melalui Musrenbang dengan realisasinya dalam APBD (penganggaran)

Page 17: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

DASAR HUKUM

UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Pasal 5 ayat (2) :

(2) Program-program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Pasal 7 ayat (1), (2) :

(1) Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

(2) Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Page 18: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

PP 54/2008 Ttg Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Pasal 17 ayat 4,5,6 :(4) Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka

ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(5) Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

(6) Rancangan RKPD menjadi bahan Musrenbang RKPD

Page 19: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Pasal 36 ayat 1 point b,c :

(1) Program, kegiatan dan pendanaan disusun berdasarkan:

a. pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah serta perencanaan dan penganggaran terpadu;

b. kerangka pendanaan dan pagu indikatif; c. program prioritas urusan wajib dan urusan

pilihan yang mengacu pada standar pelayanan minimal sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan masyarakat.

(2) Program, kegiatan dan pendanaan disusun untuk tahun yang direncanakan disertai prakiraan maju sebagai implikasi kebutuhan dana.

Page 20: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

OPERASIONALISASI PASAL-PASAL DLM UU 25/2004, PP 8/2008 SERTA PERMENDAGRI 54/2010 DIMAKUD DIJABARKAN SEBAGAI BERIKUT :

1. Kepala Bappeda menyiapkan dan menyusun proyeksi pagu indikatif yang didasarkan pada indikator pembangunan dengan mengacu pada; a) prakiraan maju yang telah disetujui pada tahun sebelumnya, b) evaluasi pencapaian RPJMD sampai dengan tahun berjalan, c) sumber daya yang tersedia; d) kondisi aktual daerah, sebelum pelaksanaan pelaksanaan musrenbang Tahun berikutnya dilaksanakan.

2. Pagu indikatif sebagaimana dimaksud ini, memuat Rancangan Awal Program Pembangunan Prioritas, dan patokan maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD yang dirinci berdasarkan program dan Kegiatan di wilayah desa/kelurahan serta wilayah kecamatan.

3. Bupati menyampaikan pagu indikatif kepada DPRD untuk kemudian dibahas bersama dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan.

4. Nota Kesepakatan sebagaimana dimaksud ini, disosialisasikan kepada masyarakat Wilayah Kecamatan sebagai bahan untuk menyelenggarakan Musrenbang Tahunan Kecamatan dan kepada masyarakat sektoral serta SKPD sebagai bahan menyusun Rancangan Awal Renja SKPD.

5. Besaran pagu indikatif sebagai mana dimaksud yang telah disusun dan disepakati bersama, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Page 21: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

KONSEP KEBIJAKAN PROPORSI SHARE TOTAL PIK DI KABUPATEN BANDUNG

BARAT

RUMUS :

15 % x (DAU-(BEL.PEG+ADD)+(PAD-(BEL. DPRD+ BOP KDH )

Page 22: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

SIMULASI PERHITUNGAN SESUAI RUMUS PROPORSI SHERE TOTAL

DIATAS SBB :

URAIAN ANGGARAN 2013 BELANJA PEG + ADD DAU-KOLOM 3 GAJI & TUNJ

DPRD+BOP KDH PAD-KOLOM 5 KOLOM ( 4+6 ) 15% KOLOM 7PIK UTK

MUSRENBANG 2014

1 2 3 4 5 6 7 8 9

DAU

909,359,898,000

672,359,564,990

237,000,333,010

7,433,793,000

162,436,032,841

399,436,365,851

59,915,454,877.65

66,457,140,715

BEL. PEGAWAI

637,059,564,990

ADD

35,300,000,000

PAD

169,869,825,841

BEL GAJI & TUNJ DPRD

6,833,793,000

BOP KDH

600,000,000

BOP+GAJI+TUNJ KDH

761,753,031

Shere Total Besaran PIK KBB Tahun 2014 sebesar = Rp. 66,457,140,715.00

Note : Posisi Shere PIK KBB pada Pos BTL ( Ban Keu )

Page 23: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

FORMULA SHERE PIK SECARA UMUM

PIK = PID+ PIV

Keterangan :

PIK = Pagu Indikatif KewilayahanPID = Pagu indikatif Desa ( proporsional )PIV = Pagu Indikatif Variabel

Page 24: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

1. Pagu Indikatif Desa :

Keterangan :PID = Pagu Indikatif Desa D = Jumlah Desa di Kabupaten Sumedang∑PIK = Akumulasi Pagu Indikatif Kecamatan JD = Banyaknya Desa di Kecamatan

2. Pagu Indikatif Variabel :

Keterangan :A = Bobot VariabelX = Score Nilai Variabel1,2... = Jenis Variabel

PID = (25 % x ∑PIK/D) X JD

PIV = (∑ A1.X1 + A2.X2 + … A.13.X13) X 75 % ∑PIK

Variabel yang digunakan dalam merumuskan PI Kecamatan /Kewilayahan :

1. Jumlah penduduk2. Luas Wilayah per Kecamatan3. Angka Partisipasi Murni 4. Angka Buta Huruf 5. Jumlah Penduduk Miskin6. Jumlah Kematian Ibu7. Kematian Bayi8. Data Gizi Buruk Kecamatan9. Laju Pertumbuhan Ekonomi10. Kondisi Ruang Kelas Sekolah Dasar/MI yang rusak11. Kondisi Prasarana Jalan yang rusak di Kecamatan.12. Irigasi yang rusak di Kecamatan13. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Page 25: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Jenis Variabel dan Bobot Formula PIV

PIV = (∑A1.X1+A2.X2+............+A13.X13) x 80 % ∑PIK

No Variabel Bobot

1 Jumlah Penduduk 5%

2 Luas Wilayah 5%

3 APM 5%

4 Buta Huruf 5%

5 AKB 5%

6 AKI 5%

7 Gizi Buruk 15%

8 Angka LPE 5%

9 Sarana Jalan/Jembatan 5%

10 Sarana Irigasi 5%

11 Sarana Ruang Kelas 5%

12 PBB 15%

13 Rumah tangga miskin 20%

JUMLAH 100%

X= Skor Nilai Variabel

A= Bobot Variabel

1, 2, 3, ….., 13 = Jenis Variabel

Contoh Perhitungan

Page 26: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

ARGUMENTASI PEMILIHAN 13 VARIABEL INDIKATOR PIK

Secara umum kontribusi resources untuk aktivitas pembangunan adalah merupakan prasyarat mutlak menyusun sebuah perencanaan pembangunan.

Untuk menentukan shere kapasitas anggaran yang akan dialokasikan untuk membiayai aktivitas pembangunan secara rasional dan proporsional sehingga memenuhi azas pemerataan dan keadilan tentunya membutuhkan ukuran-ukuran yang jelas.

Ukuran-ukuran tersebut sering kita sebut dengan indikator pembangunan dan tentunya rasionalitas pemilihan indikator tsb disesuaikan dengan relevansi kebutuhannya agar indikator yang ditetapkan dapat mengukur sesuatu yang memang selayaknya untuk diukur.

Page 27: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Oleh karenanya pemilihan indikator yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap proses shere perhitungan distribusi alokasi anggaran dalam kebijakan Penyusunan PIK.

Secara prinsip 13 variabel indikator tersebut adalah merupakan penjabaran dari indikator komponen-komponen IPM yang tersusun melalui beberapa agregat penyusunnya yaitu :

1. Pendidikan2. Kesehatan3. Daya Beli

Page 28: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

RASIONALITAS PENJABARANNYA SEBAGAI BERIKUT :

Pendidikan1. Angka Partisipasi Murni

2. Angka Buta Huruf

3. Kondisi Ruang Kelas Sekolah Dasar/MI yang rusak

Kesehatan4. Jumlah Kematian Ibu

5. Kematian Bayi

6. Data Gizi Buruk Kecamatan

Daya Beli7. Laju Pertumbuhan

Ekonomi

8. Kondisi Prasarana Jalan yang rusak di Kecamatan.

9. Irigasi yang rusak di Kecamatan

10. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

11. Jumlah penduduk

12. Luas Wilayah per Kecamatan

13. Jumlah Penduduk Miskin

Page 29: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

• UNTUK OPTIMALISASI ALOKASI PIK DAPAT DIHITUNG PULA MELALUI FORMULA MODIFIKASI SEBAGAI BERIKUT= PAGU INDIKATIF VARIABEL (PIV) + PAGU INDIKATIF CASHBACK DAN STIMULUS (PICS).

• HAL INI DIDASARKAN PADA APRESIASI PEMDA THD KONTRIBUSI KINERJA PENDAPATAN DARI MASING-MASING WILAYAH KECAMATAN THDP PAD SERTA DISISI LAIN SEBAGAI BENTUK TANGGUNGJAWAB PEMDA DALAM MENGATASI DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH KHUSUSNYA WILAYAH-WILAYAH YANG MASIH TERTINGGAL DAN MEMBUTUHKAN PERHATIAN KHUSUS DARI PEMERINTAH DAERAH UTK MENDORONG AKSELERASI PEMBANGUNAN

PIK = PIV + PICS

MODIFIKASI FORMULA PIK

Page 30: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Jenis Indikator Cashback + Stimulus

dan Bobot

Formula PICS

PICS = (∑B1.X1+B2.X2) x 20 % ∑PIK

X= Skor Nilai Indikator

B= Bobot Indikator

1, 2= Jenis Indikator

No Indikator Bobot1 Kontribusi/Jumlah

Pendapatan dan shere-nya thd PAD

50%

2 Tipologi Kecamatan 50% JUMLAH 100%

Contoh Perhitungan PICS Stimulus

MENU

Page 31: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

PROSES PERENCANAAN PIK Bappeda menyusun rancangan PI (PI SKPD dan PIK) untuk disepakati oleh

Bupati dan DPRD dalam sebuah nota kesepakatan bersama PIK disosialisasikan ke tiap-tiap kecamatan dalam Pra Musrenbang

Kecamatan Kecamatan menginformasikan besaran PIK serta arah kebijakannya

kepada desa-desa dalam Pra Musrenbang Desa Pembahasan usulan kegiatan pembangunan desa yang akan dibiayai oleh

PIK dalam Musrenbang Desa Pembahasan usulan kegiatan pembangunan dari tiap-tiap desa yang akan

dibiayai PIK dalam Musrenbang Kecamatan (berdasarkan skala prioritas dan prinsip keadilan)

Pembahasan usulan kegiatan pembangunan dari tiap-tiap kecamatan yang akan dibiayai PIK dalam Forum SKPD

Check and recheck usulan kegiatan pembangunan dari tiap-tiap kecamatan yang akan dibiayai PIK dalam Musrenbang Kabupaten

Penetapan usulan kegiatan pembangunan yang akan dibiayai PIK dalam RKPD dan Renja SKPD

Page 32: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

DAMPAK KEBIJAKAN PIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT

Diharapkan Masyarakat desa dapat menyambut positif kebijakan PIK, antara lain terlihat dari hal-hal sbb : Semakin meningkatnya antusiasme

masyarakat dalam Pelaksanaan Forum Musrenbang baik Desa/Kec, karena mereka mendapatkan kepastian pagu anggaran yang akan dialokasikan di wilayahnya

Semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Forum Musrenbang, karena mereka diberikan kesempatan untuk merencakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan nya dalam perspektif desa dan kecamatannya

Page 33: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

DAMPAK KEBIJAKAN PIK TERHADAP KUALITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan pembangunan lebih membidik persoalan real di lapangan karena direncanakan secara partisipatif mulai dari tingkat desa dan kecamatan (partisipatif)

Perencanaan pembangunan lebih membidik target-target kinerja RPJMD karena sebelumnya diarahkan secara teknokratis melalui penyampaian arah kebijakan dalam Pra Musrenbang (teknokratis)

Perencanaan pembangunan bukan hanya didasarkan pada skala prioritas tetapi juga memperhatikan prinsip keadilan dan keseimbangan antar wilayah (berkeadilan)

Perencanaan pembangunan dijadikan rujukan utama dalam proses penganggaran (konsisten)

Perencanaan pembangunan memberikan ruang bagi aktualisasi pendekatan politis oleh DPRD maupun Bupati karena PIK disepakti bersama oleh kedua belah pihak (politis)

Page 34: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

DAMPAK KEBIJAKAN PIK TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Masyarakat semakin cerdas untuk terlibat aktif dalam manajemen pembangunan daerah, baik pada fase perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, maupun evaluasinya (peran sentral FDM)

Masyarakat semakin kritis terhadap hak dan kewajibannya dalam pembangunan daerah

Masyarakat semakin mandiri untuk mendayagunakan modal sosial dalam pembangunan daerah, tidak hanya bertumpu pada modal finansial (APBD)

Page 35: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

KEMUNGKINAN INTEGRASI PEMBANGUNAN DESA DAN

KABUPATEN MELALUI KEBIJAKAN PIK

PIK merupakan instrumen strategis untuk mengintegrasikan pembangunan desa dan kabupaten dalam spirit partisipatif teknokratis

Satu sisi PIK dapat menstimulasi partisipasi masyarakat dalam kerangka kepentingan pembangunan desa berdasarkan RPJMDes

Di sisi lain PIK dapat menginisiasi masyarakat agar memperhatikan kepentingan teknokratis pembangunan daerah berdasarkan RPJMD

Karena itu pula, PIK bukan hanya mampu mengintegrasikan pembangunan daerah dalam perspektif lintas jenjang pemerintahan, tetapi juga lintas sektor (integrasi antar urusan) dan lintas wilayah (integrasi antar desa dan kecamatan)

PIK bukan hanya menstimulai integrasi pembangunan lintas jenjang, tetapi juga lintas sektor, lintas wilayah

dan lintas pelaku pembangunan

Page 36: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

ISU-ISU TERKAIT YANG RELEVAN

Kemungkinan perencanaan PIK mengadopsi sepenuhnya metoda perencanaan partisipatif pada PNPM Mandiri Perdesaan / PNPM Integrasi

Kemungkinan pengelolaan PIK dilaksanakan melalui skema Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk memicu dan mengoptimalkan partisipasi dan swadaya masyarakat

Kemungkinan integrasi para pelaku/aktor PNPM (Fasilitator Desa dan Kecamatan) dengan para pelaku reguler (Forum Delegasi Musrenbang)

Kemungkikan menjadikan PIK sebagai skema alternatif untuk menggantikan BLM PNPM (program adhoc) pasca PNPM dinyatakan selesai (exit program)

Page 37: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

REKOMENDASI UNTUK TINDAK LANJUT

Proses integrasi pembangunan reguler dengan pembangunan berbasis pemberdayaan (PNPM) di daerah, dengan jembatan antaranya melalui PNPM Integrasi, hendaknya terus diakselerasi dan ditangani secara lebih serius, serta dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk berinovasi sesuai dengan kearifan daerah;

Kiranya disusun peraturan yang dapat memayungi daerah agar dapat merumuskan pola pendanaan melalui skema BLM dari APBD kepada kelompok masyarakat;

Pembangunan nasional ke depan agar didesain berdasarkan prinsip dasar pembangunan yang ajeg dan konsisten, tidak lagi diingkari oleh bergulirnya berbagai program yang bersifat adhoc, dengan mengatasnamakan urusan bersama yang faktanya justru seringkali membingungkan daerah

Page 38: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

Pembangunan nasional hendaknya dikelola secara konsisten berdasarkan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan berdasarkan kriteria :- Externalitas (spill-over) : siapa yang terkena dampak, mereka

yang berwenang mengurus- Akuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah tingkat

pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut- Efisiensi : dapat menciptakan pelayanan publik yang lebih

efisien serta meningkatkan skala ekonomi Pembangunan nasional hendaknya dilaksanakan

berdasarkan prinsip sharing of power yang profesional dan proporsional : - Pusat: Berwenang membuat norma-norma, standar,

prosedur, Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional

- Provinsi: Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas Provinsi (lintas Kab/Kota) dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat

- Kab/Kota: Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kab/Kota) dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat

Page 39: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

IMPLIKASI PEMBAGIAN URUSAN THD ANGGARAN

ACUAN REGULASIUU.32/2004, UU 33/2004

PP 55/2005, PP 58/2005, PP. 38/2007, PP.7/2008

BIDANG DAN SUBBIDANG URUSAN SEBAGAI

KEWENANGAN PUSAT

BIDANG DAN SUBBIDANG URUSAN SBG

KEWENANGAN PROV/KAB/KOTA

LAMPIRAN PP NO. 38 TH 2007

DEKON DAN TP

APBD PROV/KAB/KOTA

39

APBN

PENDAPATAN DAERAH:1. PAD

2. DAU, DAK, DBH 3. LAIN2 YG SAH

DUBDDUB

PMK 168/2009

DPIDPMK 25/

2011

Page 40: Ekspose Kebijakan Pik Bandung Barat

MEMBANGUN ITU INDAH ...HATUR NUHUN ..........