Upload
vothuan
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EKSPRESI TEKANAN BATIN TERHADAP KEADAAN SOSIAL MELALUI MEDIASENI LUKIS
Tamban Arif Maulana*Triyono Widodo**Fenny Rochbeind**
Progran Studi Pendidikan Seni Rupa FS Universitas Negeri Malang,Jl. Semarang 5 Malang 65145Alamat e-mail: [email protected]
Abstrak: Penciptaan ini bertujuan untuk mengetahui proses penciptaan karya lukis yangmerupakan ekspresi tekanan batin terhadap keadaan sosial dan mengetahui wujud karya seniyang merupakan ekspresi tekanan batin terhadap keadaan sosial. Dalam penciptaan karya senilukis ini pencipta menggunakan metode dengan menggabungkan tiga teknik yaitu pertamadalam pembuatan latar belakang (background) dilakukan dengan teknik cipratan. Teknik yangkedua adalah dalam pembuatan objek, dengan teknik yang berbeda yaitu menuangkan pigmencat langsung dari botol sehingga tercipta pengelompokan-pengelompokan (genangan-genangan) pigmen cat yang terpisah. Teknik yang ketiga adalah mempertegas bagian-bagiandari objek yang tercipta dari genangan pigmen cat sebelumnya menggunakan unsur garislengkung.Kata kunci: seni lukis, keadaan sosial
Dalam bahasa Inggris lukisan dikenal sebagai istilah painting. Sedangkan proses
untuk menghasilkan painting disebut dengan to paint yang berarti mengecat, yaitu
mengecatkan bahan tertentu pada suatu permukaan. Lukisan dapat diartikan sebagai suatu
jenis karya seni rupa yang perwujudannya terdiri atas unsur-unsur bidang berwarna
(Widodo,1992:4).
Mengecat bahan warna pada permukaan seperti yang diungkapkan pada uraian diatas,
tidak disamakan pengertiannya dengan mengecatkan bahan warna pada permukaan tembok
atau kayu ataupun pada permukaan bidang lain yang sifatnya untuk menutupi sifat
(karakteristik) bahan karena pengecatan warna pada lukisan akan membentuk elemen-elemen
visual seperti titik, garis, bidang, bentuk, ruangan dan tekstur dengan prinsip-prinsipnya.
Selain itu, lukisan sebagai karya yang memiliki nilai seni yang dihasilkan dari ekspresi
pencipta, dapat memberikan pengalaman baru bagi penerimanya.
Seni lukis dari sudut pandang sikap mental berkarya dapat didefinisikan sebagai
aktivitas berolah rupa yang pada prosesnya lebih menekankan pada kebebasan ekspresi
pencipta (Widodo, 1992). Seorang pencipta memiliki kebebasan untuk menciptakan
visualisasi karya yang diciptakan.
Deformasi bentuk atau mengganti warna pada jenis karya seni atau visualisasi karya
bentuk imajinatif (abstrak) merupakan proses penciptaan karya yang wajar dan sah. Seorang
pelukis realis tidak harus meniru bentuk seperti yang tampak. Pelukis realistis,
representational atau abstrak berhak untuk menambahkan ide berdasarkan pengalaman yang
dimiliki ke dalam lukisan yang diciptakan.
Lukisan diciptakan untuk berbagai tujuan seperti menciptakan keindahan,
memberikan hiasan, menampakkan kebenaran, mengungkapkan nilai-nilai religious,
mengungkapkan fantasi, mencatat pengalaman, mencerminkan keadaan sosial budaya atau
untuk mengungkapkan masalah secara umum. Karya seni dengan berbagai peran ini
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan rohani, yaitu sebagai media ekspresi bagi pencipta atau
sebagai media apresiasi bagi penerimanya dapat disebut sebagai lukisan. Menurut Widodo
(1992:11) seni lukis dari sudut pandang fungsi dapat didefinisikan sebagai karya seni yang
diciptakan semata-mata sebagai sarana curahan isi hati penciptanya.
Keadaan sosial merupakan suasana/situasi yang sedang berlaku yang berkenaan
dengan masyarakat, berkaitan dengan definisi seni dari pandangan Susane K. Langer yaitu
seni bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi penerima lewat indera dan penciteraan,
kegembiraan, gairah, ketegangan, tekanan pikiran, atau emosi yang kompleks dalam
kehidupan manusia. Dari hal ini dapat dilihat bahwa peranan keadaan/kehidupan sosial
mempengaruhi seniman dalam menciptakan karyanya.
Setiap karya seni, sedikit-banyak mencerminkan setting masyarakat tempat seni itu
diciptakan. Sebuah karya seni ada karena seorang seniman menciptakannya, dan seniman itu
berasal dan hidup dari masryarakat tertentu. Bermasyarakat tersebut merupakan realita yang
langsung dihadapi sebagai rangsangan dan pemicu kreativitas kesenimannya. Seniman dapat
bertindak sebagai saksi masyarakat atau sebagai kritikus. Sebagai kritikus dalam hal ini,
seniman memainkan peran keberadaan dirinya yang bebas dari nilai-nilai yang dianut
masyarakatnya. Jadi, meskipun seniman hidup dalam suatu masyarakat dengan tata nilai
sendiri, dan belajar dari tata nilai tersebut, ia juga punya kebebasan untuk menyetujui atau
tidak menyetujui tata nilai masyarakat itu.
Seniman dan juga orang lain sebagai anggota suatu kelompok masyarakat, dibentuk
oleh nilai struktur (idiologi) yang dianut masyarakatnya. Namun dalam hal bermasyarakat
terdapat sisi individu atau pribadi-pribadi dengan moralitas yang berbeda pula. Hal ini
seharusnya membangun keadaan dan sistem sosial berdasarkan idiologi suatu masyarakat
tersebut. Akan tetapi tidak jarang terdapat individu-individu yang melenceng atau pembelot
dari idiologi berupa nilai norma maupun nilai religi, bahkan tidak disadari sehingga menjadi
kebiasaan dan mempengaruhi keadaan sosial atau yang sering disebut oleh masyarakat salah
kaprah. Dalam peran seniman sebagai saksi masyarakat pelaku seni dapat menjadikan
keadaan masyarakat ini sebagai suatu stimulus dengan reaksi berupa sebuah karya yang
bermuatan ide dan gagasan untuk dikomunikasikan kepada ornag lain agar orang lain
merasakan juga menyadari pemikiran dari hasil pengamatan dan sebagai pelaku dalam
bermasyarakat.(Sumardjo, J. 2000)
METODE
Metode merupakan cara yang dipakai dalam proses penciptaan karya seni. Dalam
penciptaan karya seni lukis ini pencipta menggunakan metode dengan menggabungkan tiga
teknik yaitu pertama dalam pembuatan latar belakang (background) dilakukan dengan teknik
cipratan. Pelaksaan teknik ini dengan cara mencipratkan cat acrylic secara spontan dari arah
atas menggunakan kuas pada permukaan media kanvas. Dalam kegiatan ini posisi kanvas
direbahkan terlentang pada lantai. Proses dalam teknik yang pertama ini memilki variasi
penggunaan ukuran kuas guna menciptakan hasil cipratan yang berbeda. Hasil cipratan kecil
menggunakan kuas kecil dan hasil cipratan besar dengan kuas yang besar pula.
Teknik yang kedua adalah dalam pembuatan objek, dengan teknik yang berbeda yaitu
menuangkan pigmen cat langsung dari botol sehingga tercipta pengelompokan-
pengelompokan (genangan-genangan) pigmen cat yang terpisah. Dari cat yang masih
menggenang ini kemudian dicipratkan kembali menggunakan kuas. Cipratan yang kedua ini
berbeda dengan cara yang dilakukan pada teknik pertama, perbedaannya adalah cipratan
dilakukan kearah samping (mendatar) menuju genangan-genangan cat yang berdekatan. Hal
ini dilakukan menggunakan pigmen cat dengan alasan pigmen memiliki karakter yang pekat,
tajam. Menghasilkan tampilan objek yang kuat serta kesinambungan antar genangan pigmen
cat dan menciptakan kesatuan pada objek dengan teknik cipatan mendatar.
Teknik yang ketiga adalah mempertegas bagian-bagian dari objek yang tercipta dari
genangan pigmen cat sebelumnya menggunakan unsur garis lengkung. Kemudian dilanjutkan
dengan memberikan gradasi dan menentukan pencahayaan untuk memunculkan efek tiga
dimensi pada objek. Cara ini digunakan untuk mengahasilkan detail dan bentuk objek pada
lukisan yang dihasilkan.
HASIL
1. Karya 1
Judul : “ Tak sadar menuhankan uang ”
Ukuran : 190cm x 150cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari visualisasi karya menjelaskan judul yaitu dalam suatu masyarakat pada
zaman sekarang ini banyak terdapat manusia yang lupa diri (mementingkan dirinya
sendiri) apalagi kalau sudah berhubungan dengan masalah perut. Dalam karya
terdapat figur burung ( dapat mewakili individu/manusia/oknum) yang mempunyai
sayap untuk terbang seharusnya dapat menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari
makanan yang lain namun dalam karya ini burung berebut dan memburu makanan
tersebut. Kaitannya dengan masyarakat sekarang adalah banyaknya orang yang tidak
peduli dengan yang lain baik itu saudara, teman, atasan/ bawahan, jika sudah di
butakan oleh kebutuhan dalam hal ini adalah uang. Bahkan mereka berpendapat
dapat melakukan segalanya dengan uang.
2. Karya 2
Judul : “ Terseret arus sesat “
Ukuran : 3 panel 80cm x 60cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari karya ini memunculkan figur ikan, merupakan binatang air yang berada
pada aliran atau arus air, hubungannya dengan kehidupan sekarang adalah
banyaknya individu/orang dalam suatu masyarakat yang terbawa oleh keadaan
sekitarnya yaitu menuju keadaan yang salah (dalam karya adalah warna yang lebih
gelap) walaupun salah satu ingin keluar dari arus, namun lebih banyak orang yang
menhimpitnya sehingga hanya bisa bertahan tanpa melakukan apa-apa, akhirnya
orang ini seperti membiarkan keadaan yang salah tersebut tetap berjalan walaupun
sebenarnya tidak setuju.
3. Karya 3
Judul : “ Mengagumi pemimpin semu “
Ukuran : 3 panel 80cm x 60cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari karya ini muncul sosok naga. Naga merupakan makluk imajiner dan
tidak ada di alam. Naga menurut sebagian orang atau masyarakat, dianggap
mempunyai kekuatan/ peranan yang luar biasa bahkan menjadi suatu yang
membanggakan. Demikian juga pada masyarakat sekarang banyak manusia (oknum)
yang menjadikan orang lain seorang pemimpin tanpa mengetahui kepribadiannya
bahkan visi dan misinya dalam memimpin. Yang mereka lihat hanya karena orang
lain ini dalam suatu masyarakat memiliki kemampuan dari segi perekonomian
(terpandang karna kaya/banyak uang).
4. Karya 4Judul : “ Dengan alasan kasih sayang “
Ukuran : 150cm x 60cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari visualisasi karya muncul figur perempuan. Perempuan (menurut
pengalaman pencipta) dalam menghadapi suatu permasalahan adalah lebih
cenderung mengedepankan perasaan atau mengambil mengambil titik aman. Akan
luar biasa jika perempuan tersebut dalam peranan seorang ibu akan tetapi jika
perempuan tersebut berada dalam posisi seorang atasan atau peminpin, maka
penyelesaian masalah akan berakrir menjadi apa yang dia iginkan bukan
penyelesaian secara logika yang berdampak pada tindakan atau kegiatan untuk
penyelesaian masalah melainkan sekedar menjadi perenungan.
5. Karya 5
Judul : “ Sistematika gang buntu “
Ukuran : 90cm x 70cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari visualisasi karya terbentuk gumpalan-gumpalan yang bergerak tidak
teratur dan berputar-putar hal ini mencerminkan keadaan seseorang ketika
dihadapkan pada banyak permasalahan. Tidak dapat fokus kepada penyelesaian satu
masalah kemudian beranjak untuk menyelesaikan yang lain melainkan merasa
bingung dan putus asa sehingga sering meninggalkan permasalahan tersebut, dengan
harapan dapat menyelesaikan hal yang lain tetapi pada kenyataannya sama saja dan
hanya terpontang-panting dalam hal-hal itu saja.
6. Karya 6
Judul : “ Kinerja iblis “
Ukuran : 4 panel 50cm x 40cm
Media : acrylic + pigmen pada kanvas
Tahun : 2012
Foto :
Penjelasan judul dengan perwujudan karya:
Dari visualisasi karya terdapat objek yang merupakan perubahan bentuk dari
objek sedikit demi sedikit menjadi bentuk lain tanpa jelas sosok yang ditampilkan.
Demikian pula cara kerja iblis dalam mempengaruhi manusia agar menjadi
pengikutnya sebagai penghuni neraka. Iblis mempengaruhi manusia agar manusia
tidak memiliki tujuan hidup/menuju ke arah yang berkebalikan dari keyakinan dalam
beragama.
PEMBAHASAN
Penciptaan karya lukis ini tidak lepas dari hasil pemikiran yang dilandasi faktor
kepribadian pencipta, dimana kepribadian seorang manusia terbentuk sejak lahir serta dalam
masa perkembangannya. Pencipta sendiri dilahirkan sebagai orang jawa serta di besarkan
oleh orang tua yaitu dari ayah yang agamis. Dalam masa remaja, pencipta mengikuti berbagai
organisasi termasuk menjadi seorang praja muda karana. Dari beberapa hal ini cukup
membetuk karakter pribadi pencipta yaitu seorang yang nasionalis, religius, serta tidak sedikit
kearifan-kearifan jawa terdapat dalam karakter dan kepribadiannya.
Pengaruh kepribadian pencipta terhadap munculnya ide yang dituangkan dalam karya
adalah ketika terdapat banyaknya masalah yang wajar dialami oleh setiap manusia, diataranya
dalam berkehidupan sosial, adaptasi sosial atau bermasyarakat. Ada saatnya keadaan sosial/
masyarakat yang dialami manusia tidak sesuai dengan karakter dan kepribadiannya, maka
yang akan terjadi adalah masalah atau peristiwa yang mengusik bahkan bertolak belakang
dengan diri pencipta. Melalui kepekaan dan perenungan suatu masalah ini, maka muncul
respon dari pencpita yaitu bahwa diri pencipta sedang bergejolak baik dari perasaan, nurani
maupun pemikirannya yang harus diungkapkan.
Gejolak yang timbul ini menjadi ide dan tema pokok dalam penciptaan dan visualisasi
karya-karya pencipta. Gejolak ini disimbolisasikan pada suatu yang bergerak dan menggeliat
dan unsur sederhana yang mampu mewakili, dalam hal ini adalah unsur garis yaitu garis
lengkung. Namun hal ini tidak cukup untuk sebuah penyelesaian masalah, jika hanya ada
garis lengkung (gejolak) yang akan menimbulkan tindakan yang egois dan mencari
kebenaran dari pencipta sendiri maka pencipta melengkapi ide bahwa iklim, suasana atau
kondisi sosial juga berperan, dalam hal ini adalah visualisai dari latar belakang objek dari
warna yang homogen atau dominasi satu warna.
Hasil pemikiran pencipta juga berperan dalam penyelesaian ide yaitu menjadikan
suatu gagasan bahwa bagaimana karya seni itu tetap menjadi curahan pemikiran, emosi,
perasaan namun juga memiliki nilai estetik yang menarik orang lain yang melihat.
Berdasarkan pada pengamatan pencipta dimana karya lukis utamanya yang berobjekkan
abstraksi sering terlewatkan begitu saja oleh pengamat(masyarakat umum) tanpa tahu isi
maupun pesan yang disampaikan pelukis. Dengan adanya kualitas estetik, media estetik, serta
prinsip organisasi estetik akan membentuk visualisasi yang menarik untuk orang lain
berapresiasi yang selanjutnya menuju ranah kritis maupun keingintahuan terhapat maksud (isi
dan pesan) dari pencipta. Serta dalam penggarapannya pencipta menggunakan tiga teknik
yaitu teknik cipratan baik dari arah atas maupun teknik cipratan mendatar . Juga
menggunakan teknik tata susun atau komposisi, dalam hal ini memperhatikan tampilan detail
,warna, cahaya , dsb. Dalam proses penggarapan (pengerjaan) enam buah karya pencipta
yaitu membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan, mengingat dari tiga teknik yang dipakai
tersebut teknik terakhir yaitu proses detail dan pencahayaan merupakan teknik yang paling
lama. Dari pembahasaan dua hal terakhir menunjukkan orisinalitas karya dan merupakan
sebuah proses kriatif dari pencipta.
Dalam penciptaan karya-karyanya pencipta sangat memperhatikan aspek-aspek.
Menurut Anggraini.M (2007:35) aspek adalah pokok pandangan atau pemunculan gagasan,
masalah, situasi, dsb sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu. Dalam
hal ini aspek tersebut dalah organisasi visual yang menampilkan wujud karya (lukisan)
sebagai karya yang mampu berdiri sendiri yaitu karya yang objektif. Diantaranya dalam
visualisasi karya-karya pencipta terdapat aspek kualitas estetik yaitu pada setiap objeknya
tersusun kesinambungan yang teratur membentuk atribut kesatuan atau kebulatan, serta
terdapat atribut variasi baik dari warna maupun objeknya yang akan menampilkan atribut
keragaman.
Aspek kedua yang dapat dikaji dalam karya-karya pencipta adalah dari penggunaan
unsur-unsur rupa yang merupakan media estetik yaitu pemanfaatan dan pengolahan unsur
garis yang akan mendukung terbentuknya unsur bentuk, penggunaan dan penempatan warna
yang juga mendukung munculnya tektur serta pencahayaan(cahaya). Dan yang terakhir unsur
ruang (keruangan) dari hasil pengolahan dan pemanfaatan arah dating cahaya melaui unsur
warna.
Aspek ketiga yag terdapat dalam karya-karya pencipta adalah hasil penerapan media
estetik yang membentuk struktur artistik melalui prinsip organisasi visual. Prinsip organisasi
visual yang terdapat dalam karya yaitu keselarasan/keserasian, ritme/irama,
kevariasian/emphasis, serta keseimbangan dan kesebandingan.
Keselarasan atau keserasian yang terdapat pada karya-karya pencipta adalah tata
susun yakni perulangan unsur bentuk pada setiap bagian objek serta terdapat banyaknya
perulangan garis. Dalam dua hal ini sekaligus mencapai/memunculkan prinsip irama atau
ritme. Sedangkan prinsip kevariasian atau emphasis pencipta memanfaatkan perbedaan warna
dan ukuran pada bagian objek. Sementara prinsip keseimbangan dan kesebadingan yang di
manfaatkan pencipta adalah keseimbangan asimetris juga informal dan tata letak objek yang
berbeda. Bukan berarti pencipta tidak memperhatikan kedua prinsip tersebut melainkan
kedua prinsip tersebut dimanfaatkan untuk menciptakan kesan bergejolak sesuai pada konsep
karya.
Dalam penciptaan karya seni lukis yang mengekspresikan tekanan batin tehadap
keadaan sosial ini pencipta mampu menghasilkan enam (6) karya seni lukis yang orisinil,
dalam jangka waktu tiga (3) bulan. Karya-karya pencipta juga merupakan hasil kreatif yang
menggunakan tiga teknik, yaitu teknik cipratan baik cipratan dari atas maupun cipratan
mendatar secara spontan (ekspresif) serta teknik memperindah wujud karya dengan
memperhatikan pencahayaan dan detail (forma).
Hasil karya pencipta yang berupa fisik (benda) yaitu lukisan mampu berdiri sendiri
sebagai karya seni yang objektif. Selain itu penggunaan unsur garis dan warna yang
merupakan media estetik yang paling menonjol berkaitan dengan isi pesan yang ingin
dikomunikasikan pencipta mampu ditelusuri (dikaji) sebagai karya yang subjektif.
Dari dua (2) hal tersebut, karya-karya hasil kreatifitas pencipta mampu memenuhi tiga
(3) fungsi pokok seni sekaligus, yaitu fungsi personal, fungsi sosial, serta fungsi fisik. Karya-
karya ini pada akhirnya dapat memberikan pengalaman kepada pengamat baik dari segi
visualisasi yaitu wujud dan teknik yang digunakan, segi isi pesan yang dikomunikasikan
maupun segi kepribadian, cara berfikir serta sudut pandang dari pencipta.
Daftar RujukanAnggraini, Mairna. 2007. Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: CV. Prakacita.
Darmaprawira, S. 2002. Warna Teori Dan Kreativitas Penggunaannya edisi ke-2.
Bandung: Penerbit ITB.
Indrawati, L. 2004. Nirmana (Organisasi Visual). Malang: Universitas Negeri Malang.
Sobur, A. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Soedarso, S. 2006. Trilogi Seni.Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Soedarso, S. 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern.Jakarta: CV.Studio.
Soedarso, S.1990. Tinjauan Seni .Yogyakarta:Saku dayar sana
Soehardjo ,A.J.2005. Pendidikan Seni. Malang: Balai kajian seni dan Desain. Universitas
Negeri Malang.
Soetjipto, K. 1989. Sejarah Perkembangan Seni Lukis Modern Jilid I. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sony, D, K. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Sony, D, K. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.
Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.
Sumarwahyudi. 2009.Pengetahuan Seni Rupa. Malang: Universitas Negeri Malang.
Susanto,M. 2002. Diksi rupa.Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penyusun Petunjuk Teknis. 2011. Petunjuk Teknis Kegiatan Akademik Jurusan Seni Dan
Desain, edisi 2011. Malang: Jurusan Seni Dan Desain Fakultas Sastra UM.
TIM UM. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Universitas Negeri Malang.
Widodo, T. 1992. Dasar-Dasar Seni Lukis (Buku I). Malang. Institut Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Malang.