28
Emergensi pada Abdomen di Bagian Bedah

Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Emergensi pada Abdomen di Bagian Bedah

Page 2: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Penatalaksanaan pada kasus-kasus emergensi pada abdomen meliputi survey primer dan survey sekunder yang merupakan langkah-langkah yang sistematis, namun cepat untuk menilai kondisi pasien dan untuk segera menyelamatkan nyawa pasien.

SURVEI PRIMER• Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,

Disability, Exposure)• Survei ini dikerjakan secara serentak dan harus

selesai dalam 2-5 menit.

Page 3: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Airway– Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas

dgn bebas?– Jika ada obstruksi, lakukan :– Chin lift/ Jaw thrust– Suction– Guedel Airway– Intubasi trakea

Breathing– Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan:– Beri O2

Circulation– Menilai sirkulasi/peredaran darah– Hentikan perdarahan external bila ada– Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar (14-16G)– Beri infus cairan

Page 4: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil– Disability– Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah

psn sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale

Page 5: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Pengelolaan Jalan NafasPrioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar tetap bebas.

a. Bicara kepada pasien– Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda

bahwa jalan nafasnya bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan bantuan pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Jika ada cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trachea tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi inline.

b. Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas (selfinvlating)

Page 6: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

c. Menilai jalan nafas– Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :– Suara berkumur– Suara nafas abnormal (stridor, dsb)– Pasien gelisah karena hipoksia– Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak

dada paradoks– Sianosis– Waspada adanya benda asing di jalan nafas dan jangan

memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.

Page 7: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

d. Menjaga stabilitas tulang leher

e. Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan– Indikasi tindakan ini adalah :– Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi– Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar– Apnea– Hipoksia– Trauma kepala berat– Trauma dada– Trauma wajah / maxillo-facialObstruksi jalan nafas harus segera diatasi

Page 8: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Pengelolaan Nafas (Ventilasi)

Prioritas kedua adalah memberikan ventilasi yang adekuat.

a. Inspeksi / lihat frekwensi nafas (Look)– Adakah hal-hal berikut :– Sianosis– Luka tembus dada– Flail chest– Sucking wounds– Gerakan otot nafas tambahan

Page 9: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

b. Palpasi / raba (Feel)– Pergeseran letak trakhea– Patah tulang iga– Emfisema kulit– Dengan perkusi mencari hemotoraks dan atau pneumotoraks

c. Auskultasi / dengar (Listen)– Suara nafas, detak jantung, bising usus– Suara nafas menurun pada pneumotoraks– Suara nafas tambahan / abnormal

d. Tindakan Resusitasi– Jika ada distres nafas maka rongga pleura harus dikosongkan dari

udara dan darah dengan memasang drainage toraks segera tanpa menunggu pemeriksaan sinar X. Jika diperlukan intubasi trakhea tetapi sulit, maka kerjakan krikotiroidotomi.

Page 10: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Pengelolaan Sirkulasi

Prioritas ketiga adalah perbaikan sirkulasi agar memadai. ‘Syok’ adalah keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Pada pasien trauma keadaan ini paling sering disebabkan oleh hipovolemia.

Diagnosa syok didasarkan tanda-tanda klinis :Hipotensi, takhikardia, takhipnea, hipothermi, pucat, ekstremitas dingin, melambatnya pengisian kapiler (capillary refill) dan penurunan produksi urine.– Jenis-jenis syok adalah:

• Syok hemoragik (hipovolemik)• Syok kardiogenik • Syok neurogenik• Syok septik

Page 11: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Langkah-langkah resusitasi sirkulasi

Tujuan akhirnya adalah menormalkan kembali oksigenasi jaringan. Karena penyebab gangguan ini adalah kehilangan darah maka resusitasi cairan merupakan prioritas

• Jalur intravena yang baik dan lancar harus segera dipasang. Gunakan kanula besar (14 - 16 G). Dalam keadaan khusus mungkin perlu vena sectie

• Cairan infus (NaCL 0,9%) harus dihangatkan sampai suhu tubuh karena hipotermia dapat menyababkan gangguan pembekuan darah.

• Hindari cairan yang mengandung glukose.• Ambil sampel darah secukupnya untuk pemeriksaan dan uji silang

golongan darah.

Page 12: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Prioritas pertama : hentikan perdarahan

Cedera abdomen• Damage control laparatomy harus segera

dilakukan sedini mungkin bila resusitasi cairan tidak dapat mempertahankan tekanan sistolik antara 80-90 mmHg. Pada waktu DC laparatomy, dilakukan pemasangan kasa besar untuk menekan dan menyumbat sumber perdarahan dari organ perut (abdominal packing).

Page 13: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Prioritas kedua: Penggantian cairan, penghangatan, analgesia dengan ketamin

• Infus cairan pengganti harus dihangatkan karena proses pembekuan darah berlangsung paling baik pada suhu 38,5 C. Hemostasis sukar berlangsung baik pada suhu dibawah 35 C. Cairan oral maupun intravena harus dipanaskan 40-42 C.

• Resusitasi cairan hipotensif : Pada kasus-kasus dimana penghentian perdarahan tidak definitive atau tidak meyakinkan volume diberikan dengan menjaga tekanan sistolik antara 80 - 90 mmHg selama evakuasi.

Page 14: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Prioritas kedua: Penggantian cairan, penghangatan, analgesia dengan ketamin• Cairan koloid keluar, cairan elektrolit masuk ! Hasil penelitian terbaru

dengan kelompok kontrol menemukan sedikit efek negatif dari penggunaan koloid dibandingkan elektrolit untuk resusitasi cairan.

• Resusitasi cairan lewat mulut (per-oral) cukup aman dan efisien jika pasien masih memiliki gag reflex dan tidak ada cedera perut. Cairan yang diminum harus rendah gula dan garam. Cairan yang pekat akan menyebabkan penarikan osmotik dari mukosa usus sehingga timbullah efek negatif. Diluted cereal porridges yang menggunakan bahan dasar lokal/setempat sangat dianjurkan.

• Analgesia untuk pasien trauma dapat menggunakan ketamin dosis berulang 0,2mg/kg. Obat ini mempunyai efek inotropik positif dan tidak mengurangi gag reflex, sehingga sesuai untuk evakuasi pasien trauma berat.

Page 15: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

SURVEI SEKUNDER

• Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi PRIMARY SURVEY.

Page 16: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

• Pemeriksaan rongga perut (abdomen)• Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah• Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma

tumpul abdomen kecuali bila ada• trauma wajah• Periksa dubur (rectal toucher), menilai:– Tonus sfinkter anus– Integritas dinding rektum– Darah dalam rektum– Posisi prostat.

• Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus

Page 17: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)DPL dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). Indikasi untuk melakukan DPL sbb.:– Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya– Trauma pada bagian bawah dari dada– Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas– Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera

otak)– Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang

belakang)– Patah tulang pelvis– Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb.:– Hamil– Pernah operasi abdominal– Operator tidak berpengalaman– Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan

Page 18: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Problem spesifik lain pada trauma abdominal :– Patah tulang pelvis sering disertai cedera urologis dan

perdarahan masif.– Pemeriksaan rektum penting untuk mengetahui posisi

prostat dan adanya darah– atau laserasi rektum atau perineum.– Foto ronsen pelvis ( bila diagnosaklinis sulit ditegakkan).– Penata-laksanaan patah tulang pelvis termasuk :– Resusitasi (ABC)– Transfusi– Imobilisasi dan penilaian untuk operasi– Analgesik

Patah tulang pelvis sering menyebabkan perdarahan masif

Page 19: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

TRAUMA

Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru

Trauma tajam Trauma tumpul

Page 20: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Penyulit

1. Perdarahan• Kategori I, kategori membahayakan atau mengancam jiwa, bila

untuk mempertahankan TD sistolik sekitar 100mmHg diperlukan koreksi transfuse sebesar 2000mL atau lebih dalam waktu kurang dari delapan jam. Kondisi ini membutuhkan pertolongan bedah segera

• Kategori II, bila koreksi 2000mL diperlukan dalam waktu 8-24 jam. Kondisi ini harus dihentikan dengan intervensi bedah setelah persiapan yang lebih baik.

• Kategori III, bila koreksi 2000mL diperlukan dalam waktu lebih dari 24 jam. Tidak membutuhkan tindak bedah, namun harus diwaspadai karena mungkin ada gangguan koagulasi selain cedera pembuluh darah.

Page 21: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

2. Gangguan koagulasi3. Sepsis4. Gagal organ5. Syok

Page 22: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

TRAUMA ORGAN INTRA ABDOMEN

Dibagi menjadi:• Perlukaan organ padat seperti hati, limpa,

pankreas, ginjal.• Perlukaan organ berongga seperti lambung,

jejunum, kolon, buli-buli.

Page 23: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma organ padat

Trauma HeparLimpaPankreasginjal

Page 24: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma hepar

• Dapat merupakan trauma tajam / trauma tumpul

• Lobus kanan > sering terkena• Manifestasi klinis tergantung dari tipe

kerusakannya

Page 25: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma hepar

• Manifestasi klinis:– Pada ruptur capsula glisoni, tanda dan gejala

dikaitkan dengan tanda-tanda syok & iritasi peritoneum

– Adanya tanda-tanda syok hipovolemik yang memberikan gambaran suatu trauma hepar yaitu:• Hipotensi• Takikardi• Penurunan jumlah urine• Tekanan vena sentral yang rendah• dan adanya distensi abdomen

Page 26: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma hepar

Banyaknya perdarahan akibat trauma pada hepar akandiikuti dengan:• Penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit• Ditemukan leukositosis lebih dari 15.000/ul, biasanya setelah

ruptur hepar akibat trauma tumpul• Kadar enzim hati yang meningkat dalam serum darah

menunjukkan bahwa terdapat cidera pada hepar, meskipun juga dapat disebabkan oleh suatu perlemakan hati ataupun penyakit-penyakit hepar lainnya

• Peningkatan serum bilirubin jarang, dapat ditemukan pada hari ke-3 sampai hari ke-4 setelah trauma.

Page 27: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma hepar

Pemeriksaan RadiologiCT-scan– merupakan pemeriksaan pilihan pada pasien dengan trauma tumpul

abdomen dan sering dianjurkan sebagai sarana diagnostik utama

USG-FAST– prosedur lebih cepat, non invasif, murah– “More operator dependent”– USG dapat dengan cepat menunjukan cairan bebas intraperitoneal

dan trauma organ padat, mampu mengevaluasi daerah retroperitonium.

– kelemahan USG kurang mampu untuk mengidentifikasi secara pasti perforasi organ berongga.

Page 28: Emergensi Pada Abdomen Di Bagian Bedah

Trauma hepar

Penatalaksanaan:Exporasi laparotomi, mencari dan mengobati sumber perdarahan