Upload
rizky-saraswati-indraputri
View
40
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
epilepsi
Citation preview
Epilepsy
1. Definisi
Epilepsy adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan
gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh muatan listrik neuron
kortikal secara berlebihan (Mardjono, 2000).
2. Patofisiologi
Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listriknya. Fenomena elektrik ini adalah wajar
manifestasi biologiknya berupa gerak otot atau suatu modalitas sensorik, tergantung dari
neuron kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya. Bilamana bagian somatosensorik
melepaskan muatannya, muncullah perasaan protopatik atau proprioseptif. Demikian pula
akan timbul perasaan panca indera apabila neuron daerah korteks panca indera melepaskan
muatan listriknya.neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial membrannya
direndahkan oleh potensial post sinaptik yang tiba pada dendrite. Potensial aksi itu disalurkan
melalui akson yang bersinaps dengan dendrite neuron lain.
Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat mekanik atau toksik dapat menurunkan
potensial membran neuron, sehingga neuron melepaskan muatan listriknya. Pada tumor
cerebrii atau iskemia cerbrii neuron kortikal neuron kortikal dapat memperoleh gangguan
pada potensial membrannya sehingga ia melepaskan muatan listrik. Manifestasi klinis berupa
kejang atau terasanya suatu modalitas perasaan. Beberapa penyelidikan mengungkapkan
bahwa neurotransmitter asetylcholine merupakan zat Yng cukup merendahkan potensial
membrane postsinaptik. Apabila sudah cukup acetylcholine tertimbun di permukaan otak,
maka pelepasan muatan listrik neuron-neuron kortikal dipermudah (Widjojo,2000)
3. Kelompok penderita epilepsy
Kelompok penderita epilepsy dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: (Ngoerah,
1990).
a. Kelompok I:
Epilepsy primer. Mereka yang tidak dapat kita ketahui penyebab dari bangkitan
epilepsynya. Kelompok I dinamai epilepsy primer atau genuine (epilepsy esensiil,
epilepsy genetic).
b. kellompok II:
Epilepsy Sekunder Mereka yang dapat diketahui penyebab dan bangkitan
epilepsynya. Kelompok II dinamai epilepsy sekunder atau simtomatik. Lepas muatan
sudah barang tentu mulai di suatu tempat di korteks cerebrii. Tetapi yang menyebabkan
timbulnya lepasan muatan itu tidak selalu berada dalam ruang tengkorak itu sendiri.
Penyebab bangkitan epilepsy dapat berasal intracranial, tetapi dapat pula berada di
ekstrakranial.
- penyebab yang terletak intracranial. Misalnya: kerusakan pada SSP bayi (seewaktu
persalinan, seperti misalnya karena anoksi, perdarahan, maturitas, dan lain-lain), anomaly
congenital, sisa cacat bekas meningitis atau ensefalitis, atrofia korteks cerebrii bekas
ensefalomalasi, sisa cacat bekas trauma kapitis, tumor cerebrii, arterio-venosus
malformasi.
-Penyebab yang terletak ekstrakranial. Misalnya: anoksia, uremia, eklampsi, gangguan
endokrin seperti misalnya hipoglikemi dan gipokalsemi, keracunan seperti misalnya
karena alcohol, dieldrin, dan anti-depresan.
5. Kelompok epilepsy
Epilepsy dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (Guyton, 2007).
–Epilepsy Grand Mal
Merupakan suatu bentuk epilepsy yang ditandai dengan pelepasan muatan listrik yang
berlebihan dari neuron di seluruh area otak-dalam korteks serebri, di bagian dalam
serebrum, dan bahkan di batang otak. Juga, muatan listrik yang dijalarkan melalui semua
jaras ke medulla spinalis kadang-kadang menimbulkan kejang tonik umum di seluruh tubuh,
serta menjelang akhir serangan yang diikuti oleh kontraksi otot-otot tonik dan kemudian
spasmodik secara bergantian, yang disebut kejang tonik klonik. Seringkali pasien
menggiggit atau “mengunyah” lidahnya dan dapat mengalami kesulitan dalam bernapas,
yang terkadang menimbulkan sianosis. Sinyal yang dijalarkan dari otak ke visera juga
seringkali menimbulkan proses miksi dan defekasi.
Kejang grand mal biasanya berlangsung selama beberapa detik sampai 3-4 menit. Kejang
ini juga ditandai dengan keadaan depresi pascakejang di seluruh sistem saraf; pasien tetap
dalam keadaan stupor selama 1 sampai beberapa menit sesudah serangan kejang berakhir
dan kemudian seringkali tetap lelah dan tertidur selama berjam-jam sesudahnya.
Tampak rekaman EEG yang khas pada hampir semua regio korteks selama fase tonik
serangan grandmal. Adanya gambar EEG dapat menjelaskan adanya pelepasan impuls
bervoltase dan berfrekuensi tinggi yang terjadi di seluruh korteks. Selanjutnya, pada saat
yang bersamaan juga timbul pelepasan impuls yang sama di kedua sisi otak, yang
menggambarkan adanya sirkuit neuron abnormal yang bertanggung jawab atas timbulnya
serangan hebat yang melibatkan region basal otak yang mengendalikan kedua sisi cerebrum
secara bersamaan.
Pada percobaan/eksperimen, serangan grand mal dapat ditimbulkan oleh pemberian zat
perangasang neuron, seperti obat pentilentetrazol, atau dengan menimbulkan keadaan
hipoglikemia akibat insulin, atau dengan cara mengalirkan listrik langsung melalui otak.
Perekaman listrik pada thalamus serta pada formasio retikularis batang otak selama serangan
grand mal, menunjukkan gambaran aktivitas bervoltase tinggi yang khas di kedua area
tersebut, yang serupa dengan gambaran korteks serebri. Oleh karena itu, mungkin, serangan
grand mal ini tidak hanya disebabkan oleh aktivasi yang abnormal pada thalamus dan
korteks serebri tetapi juga disebabkan oleh aktivasi yang abnormal di bagian batang otak
pada sistem aktivasi otak itu sendiri yang terletak di bawah thalamus.
- Epilepsy Petit Mal
Epilepsy petit mal hampir selalu melibatkan sistem aktivasi talamokortikal otak. Epilepsy
ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar (atau penurunan kesadaran)
selama 3 sampai 30 detik, dan selama waktu serangan, pasien merasakan kontraksi otot
seperti kedutan (twitch-like), yang biasanyanya terjadi di daerah kepala, terutama pengedipan
mata; keadaan ini selanjutnya diikuti dengan kembalinya kesadaran dan timbulnya kembali
aktivitas sebelumnya. Rangkaian kejadian keseluruhan ini disebut dengan absence syndrome
atau absence epilepsy. Pasien mengalami serangan ini satu kali dalam beberapa bulan atau
pada kasus yang jarang, dapat mengalami serangkaian serangan yang cepat, yaitu satu
serangan diikuti oleh serangan lainnya. Serangan petit mal biasanya terjadi pertama kali pada
anak-anak masa akil balik dan menghilang pada umur 30 tahun. Kadangkala, serangan
epilepsy petit mal dapat memicu timbulnya serangan grand mal.
Pola gelombang otak pada epilepsy petit mal yang ditunjukkan pada EEG ditandai
dengan adanya pola kubah dan paku (spike and dome pattern). Gambaran kubah dan paku ini
dapat direkam di sebagian besar atau seluruh bagian korteks serebri, dan menunjukkan
bahwa kejang yng timbul melibatkan sebagian besar sistem aktivasi talamokortikal otak. Dan
eksperimen pada hewan, menunjukkan bahwa hal ini dihasilkan dari gerakan osilasi dari
neuron retikular thalamus inhibitor (yang merupakan neuron penghasil gamma-aminobutirat
acid/GABA inhibitor) dan neuron talamokortikal dan kortikotalamik eksitator.
- Epilepsy Fokal
Epilepsy fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik region setempat pada
korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak.
Epilepsy fokal sering disebabkan oleh lesi organik setempat atau karena adanya kelainan
fungsional, seperti adanya jaringan parut di otak yang mendorong jaringan neuron di
dekatnya, adanya tumor yang menekan daerah otak, rusaknya suatu area pada jaringan otak,
atau kelainan sirkuit setempat yang diperoleh secara kongenital.
Lesi semacam ini dapat menyebabkan pelepasan impuls yang sangat cepat pada neuron
setempat; bila kecepatan pelepasan impuls ini mlebihi beberapa ratus per detik, gelombang
sinkron akan mulai menyebar di seluruh region kortikal di dekatnya. Gelombang ini mungkin
berasal dari sirkuit setempat yang secara bertahap membuat area korteks di dekatnya menjadi
zona lepas-muatan epileptik. Proses ini menyebar ke daerah di dekatnya dengan kecepatan
paling lambat beberapa millimeter per menit dan paling cepat beberapa sentimeter per detik.
Bila gelombang eksitasi semacam ini menyebar ke seluruh korteks motorik, gelombang ini
menyebabkan “deretan” kontraksi otot yang progresif di seluruh sisi tubuh yang berlawanan.
Keadaan ini disebut epilepsy Jackson. Serangan epilepsy fokal dapat terbatas hanya di suatu
area otak, namun pada sebagian besar kasus, sinyal yang kuat dari daerah korteks yang
mengalami kejang dapat merangsang bagian mesensefalik sistem aktivasi otak sedemikian
kuatnya sehingga serangan epilepsy grand mal juga terjadi.
Ada tipe lain epilepsy fokal yang disebut kejang psikomotor, yang dapat menyebabkan
timbulnya periode amnesia singkat, serangan kemarahan yang abnormal, adanya ansietas,
rasa tak nyaman, atau rasa takut yang timbul mendadak, dan bicara inkoheren yang singkat
atau bergumam dari ungkapan yang bertele-tele (trite-phrase). Kadangkala pasien tidak dapat
mengingat aktivitas yang telah dilakukannya selama serangan, namun pada saat lain, ia
menyadari segala sesuatu yang telah dilakukan tetapi tidak mampu mengendalikannya.
Serangan kejang tipe ini seringkali melibatkan bagian limbik otak, seperti hipokampus,
amigdala, septum, dan bagian korteks temporalis.
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Terjemahan
Irawati, et.al. Jakarta: EGC
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi klinis dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.
Ngoerah, I. G. N. D. 1990. Dasar-dasar ilmu penyakit saraf. Surabaya: Universitas
Airlangga Press. pp: 179-203.