34
Epistaksis Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris :epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung. Ada dua tipe pendarahan pada hidung: Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi. Tipe posterior (bagian belakang). Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah. Daftar isi [sembunyikan ] 1 Penyebab 2 Patofisiologi 3 Perawatan 4 Pendarahan hidung dalam cerita fiksi 5 Pranala luar [sunting ] Penyebab Secara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu : 1. Lokal 2. Sistemik Lokal Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung)yang disertai patah tulang hidung(seperti pada gambar di halaman ini),mengorek hidung yang terlalu keras sehingga

Epistaxis 12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medical

Citation preview

Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris:epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung

Epistaksis

Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris:epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung.

Ada dua tipe pendarahan pada hidung:

Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi.

Tipe posterior (bagian belakang).

Dalam kasus tertentu, darah dapat berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah.

Daftar isi

[sembunyikan] 1 Penyebab 2 Patofisiologi 3 Perawatan 4 Pendarahan hidung dalam cerita fiksi 5 Pranala luar

[sunting] PenyebabSecara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu:

1. Lokal

2. Sistemik

LokalPenyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung)yang disertai patah tulang hidung(seperti pada gambar di halaman ini),mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)

SistemikPenyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah dengue atau cikunguya, kelainan darah seperti hemofili, autoimun trombositipenic purpura.

[sunting] PatofisiologiSemua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan.

[sunting] PerawatanAliran darah akan berhenti setelah darah berhasil dibekukan dalam proses pembekuan darah. Sebuah opini medis mengatakan bahwa ketika pendarahan terjadi, lebih baik jika posisi kepala dimiringkan ke depan (posisi duduk)untuk mengalirkan darah dan mencegahnya masuk ke kerongkongan dan lambung.

Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian depan selama tiga menit. Selama pemencetan sebaiknya bernafas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang, jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter untuk bantuan.

Untuk pendarahan hidung yang kronis yang disebabkan keringnya mukosa hidung, biasanya dicegah dengan menyemprotkan salin pada hidung hingga tiga kali sehari.

Jika disebabkan tekanan, dapat digunakan kompres es untuk mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriksi). Jika masih tidak berhasil, dapat digunakan tampon hidung. Tampon hidung dapat menghentikan pendarahan dan media ini dipasang 1-3 hari.

Kematian akibat pendarahan hidung adalah sesuatu yang jarang. Namun, jika disebabkan kerusakan pada arteri maksillaris dapat mengakibatkan pendarahan hebat melalui hidung dan sulit untuk disembuhkan. Tindakan pemberian tekanan, vasokonstriktor kurang efektif. Dimungkinkan penyembuhan struktur arteri maksillaris (yang dapat merusak saraf wajah) adalah solusi satu-satunya.

[sunting] Pendarahan hidung dalam cerita fiksiPada anime dan manga Jepang, biasanya ditemukan adegan karakter mengalami pendarahan hidung, kadang-kadang disajikan dengan gaya ekstrim karena terangsang secara seksual. Ini adalah hal yang jarang terjadi di dunia nyata. Adegan ini didasarkan kisah masyarakat Jepang bahwa rangsangan seksual dapat menyebabkan hidung berdarah.

1. EPISTAXIS Nama lain : mimisan, pendarahan dari lubang hidung.

Penyebab penyakit :1. Trauma ( korek-korek lubang hidung dengan jari atau benda lain ; fraktur tulang hidung karena kecelakaan lalu lintas atau kena tinju.

2. Ada gangguan pembekuan darah ( demam berdarah, leukimia, dll )

3. Tekanan darah tinggi ( Angiofibroma, Karsinoma, dll )

4. Tumor didalam rongga hidung, apapun penyebabnya. Gejala : pendarahan dari rongga hidung, apapun penyebabnya.

Pertolongan pertama sebelum ke dokter :1. Penderita duduk dengan kepala menunduk

2. Cuping hidung pada lubang hidung yang keluar darah ditekan dengan jari penolong atau jari penderita sendiri selama 5 menit

3. Bila kedua lubang hidung keluar darahnya maka kedua cuping hidung ditekan, sehingga hidung dijepit dengan dua jari. Sementara mulut dibuka untuk bernafas.

4. Bila cara tersebut diatas tidak dapat menolong, maka penderita harus segera mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan terdekat. Komplikasi Epistaxis :1. Shok karena pendarahan

2. Anemia

3. Aspirasi ( darah tersedak kedalam paru-paru ) Cara pencegahan :1. Jangan mengorek-ngorek hidung

2. Pemeriksaan dini untuk mengetahui penyakit-penyakit sebagai penyebab EpistakxisOTOLARYGOLOGY FOR THE INTERNIST

EPISTAXISLuke K. S. Tan 1 2 MD, MMedSci, FRCS Karen H. Calhoun 1 MD, FACS

1 Department of Otolaryngology, University of Texas Medical Branch (KHC, LKST), Galveston, Texas2 Department of Otolaryngology, National University of Singapore, Singapore (LKST)

Address reprint requests toKaren H. Calhoun, MDDepartment of OtolaryngologyUniversity of Texas Medical BranchGalveston, TX 77555-0521

Patients presenting with epistaxis are anxious and fear bleeding to death. Although death from epistaxis is rare, it can occur, and significant morbidity is relatively common. [5] [34] Although most pediatric epistaxis is treated on an outpatient basis, older patients (>60 years old) more often require hospital admission. [25] [44] Initial management of epistaxis is directed at stopping the bleeding, and long-term treatment is directed at discovering and correcting the underlying cause. This article updates current management options.ANATOMIC CONSIDERATIONS IN EPISTAXISThe blood supply to the nose arises from the internal maxillary and facial arteries via the external carotid and the anterior and posterior ethmoid arteries via the internal carotid artery. The anteroinferior septum (Little's area) is supplied by a confluence of both systems (Kisselbach's plexus). Little's area is a common site of epistaxis because it is ideally placed to receive environmental irritation (cold, dry air, cigarette smoke) and is easily accessible to digital trauma. This area is easy to access and treat. Bleeding arising further within the nasal cavity can be difficult to reach. Surgical ligation of the contributing arteries can be challenging because of their deep location and complex anatomy.

PATHOPHYSIOLOGYMuch epistaxis ceases with pressure (digital or packing) over the bleeding point. An intact coagulation system with accumulation of platelets and clot formation is required. Abnormal platelet numbers or function or any abnormality in the coagulation cascade leads to failure of clot formation and persistent bleeding.

CAUSEEpistaxis results from an interaction of factors, damaging the nasal epithelial (mucosal) lining and vessel walls. The major causative factors include environmental factors (humidity, temperature), local factors (trauma, anatomic abnormalities, inflammation, allergies, iatrogenic, tumors), systemic factors (hypertension, platelet and coagulation abnormalities, renal failure, alcohol abuse), and medications affecting clotting (anticoagulants, nonsteroidal anti-inflammatory drugs [NSAIDs]).

Environmental FactorsCold, dry air increases cases of epistaxis. In countries with seasonal climates, hospital admissions for epistaxis increase during the winter months. [24] [44] [61] Patients were admitted at a rate of 0.829 patients per day for temperatures less than 5C compared with 0.645 patients per day for temperatures between 5.1C and 10C. [61] Most had some form of dry air heating, without humidification, in their homes.

Nasal ciliary activity decreases as temperature drops. Normal ciliary activity (at 32C to 40C) occurs at about 15 Hz frequency, dropping to less than 5 Hz below 20C. [16] Although extremely dry air is known to promote epistaxis, the exact humidification as a preventive measure remains undefined. Temperatures of above 52C have been associated with cellular damage. [56]

Local FactorsTrauma

Nose picking and accidental injury are the commonest traumatic causes of epistaxis. Except with severe facial trauma, such as motor vehicle accidents, this epistaxis is usually from an anterior nasal source and easily treated. [18]

Nasal Septal Deviation

Nasal septal deviation is common, but its role in epistaxis is not certain. In one study, 16% of patients with severe refractory epistaxis had marked septal deviation. [23] In another study of patients with recurrent epistaxis, 81% had septal deviation versus 31% in the control group. [46] The epistaxis group also had a higher incidence of radiologically demonstrated septal deviation compared with the control group (62% versus 37% [P