Upload
arditya-romy-stay-cool
View
214
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
essay komunikasi
Citation preview
KOMUNIKASI DALAM TIM
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti
betul apa yang dimaksut oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.( Komarudin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1995; Koontz & Weihrich, 1988). Pengertian komunikasi
bagi perawat yaitu merupakan sarana bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien
yang berujung pada kebersihan dalam melakukan intervensi keperawatan dan merupakan
sarana yang istimewa, karena tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi hubungan terapeutik
antara perawat dan klien (Stuart dan Sundeen, dalam Nurjannah I, 2001:37). Ada tiga jenis
komunikasi yaitu verbal, tertulis, dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Misalnya kita sebagai perawat harus memenuhi kebutuhan pasien secara mutlak (tidak
setengah-setengah). Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi terapeutik tidak saja
akan mudah membina hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga dapat mencegah
terjadinya masalah legal etik, selain itu dapat memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit
dalam memberikan pelayanan. Komunikasi serah terima adalah interaksi dengan pasien,
keluarga dan petugas lain dalam kegiatan serah terima pasien yang baru masuk di ruang
perawatan (Panduan komunikasi perawat/RSA/2006). Komunikasi efektif mempunyai (3)
tiga unsur yaitu kecepatan, kecermatan dan keringkasan. Komunikasi dapat efektif apabila
pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk
hal itu.(Hardjana, 2003).
Saya akan mengambil kasus tentang masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
kerja dalam tim (dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya). Dirumah sakit yang
biasanya terjadi adalah kerjasama antara dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lain.
Perawat sudah mengembangkan diri sebagai perawat profesi tersendiri. Dokter seharusnya
memahami perubahan ini dan tidak lagi memperlakukan perawat sebagai pembantu dokter.
Dalam pendektan seperti ini mungkin dianggap kurang menghargai profesi perawat. Untuk
bekerja sama lebih baik hendaknya masing-masing profesi lebih mengutamakan kepentingan
pasien. Untuk petugas kesehatan dapat berkontribusi sebagaimana dengan kemampuannya
dalam menatalaksana pasien. Dalam bekerjasama setiap tim dibutuhkan ketua tim namun
hendaknya dihindari pendapat bahwa dokter adalah petugas kesehatan yang paling penting
yang harus ditaati pendapatnya. Masing-masing profesi kesehatan sudah memahami sehingga
dalam masalah keperawatan misalnya perawat lebih mudah memahami dibandingkan dengan
petugas kesehatan lain. Dalam persoalan seperti ini dibutuhkan juru bicara yang akan
berkomunikasi dengan pasien dan keluarga. Juru bicara ini harus disepakati karena jika setiap
anggota tim memberikan penjelasan maka pasien akan menjadi bingung. Bila perlu setiap
anggota tim untuk memberikan penjelasan khusus misalnya mengenai gizi maka harus
diberikan juru bicara (misalnya dokter) akan memperkenalkan ahli gizi terhadap pasien agar
pasien mengetahui dengan siapa dia berbicara.
Dari kasus di atas dapat di analisa bahwa dokter, perawat dan petugas kesehatan
lainnya harus menganut paham gotong royong namun pada pelaksanaannya tidak berarti kita
semua sudah terampil untuk bekerjasama dalam setiap tim. Ketrampilan seorang petugas
kesehatan harus ditingkatkan salah satunya dalam komunikasi efektif. Karena dengan komuni
kasi efektif kita sebagai petugas kesehatan akan mudah mengerti apa yang disampaikan
dokter maupun petugas lainnya. Sebagaimana dalam komunikasi efektif mempunyai 3 unsur
yaitu kecepatan, kecermatan dan keringkasan. Tiga unsur tersebut dibutuhkan dalam tim
maupun individu.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya komunikasi yang baik dan
gotong royong untuk melakukan tindakan dalam tim maupun individu. Selalu melihat situasi
kondisi ketika melakukan tindakan dan menyampaikan informasi agar tidak salah dalam
melaksanakan tindakan selanjutnya. Dan tidak lupa pada saat melakukan tidakan harus dicek
telebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan data pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Juliane M. Taufik. 2001. Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalm Praktik Kebidanan.
Penerbit Salemba Medika: Jakarta.
Priyanto Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Penerbit Salemba: Jakarta.
Sundeen dalam Nurjannah I , Stuart. 2001:37. Hubungan Terapeutik dan Klien. Yogyakarta:
PSIK FK UGM.