7
Etiologi Diastema Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan. Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai seluruh rahang. Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara gigi insisif sentral rahang atas (Proffit dan Fields, 2000) Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema ini menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di anterior, sementera bagi sebagian orang, diastema ini dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut dan bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh karena bagi sebagian orang diastema sentral ini merupakan suatu gangguan estetik terhadap penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan meminta pertolongan dari dokter gigi untuk mengkoreksi kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan tersebut, mereka berharap akan lebih menambah baik penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya dirinya (Bishara, 2001; Moyers, 1988) Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa disebabkan oleh: 1. Gigi desidui

Etiologi Dan Analisis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etiologi Dan Analisis

Etiologi Diastema

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan.

Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung

rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai seluruh

rahang. Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara gigi insisif

sentral rahang atas (Proffit dan Fields, 2000)

Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan

ciri khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali

diastema ini menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama diastema

yang terdapat di anterior, sementera bagi sebagian orang, diastema ini dianggap

sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut dan bukan merupakan gangguan bagi

penampilan estetiknya. Oleh karena bagi sebagian orang diastema sentral ini

merupakan suatu gangguan estetik terhadap penampilannya, maka banyak orang yang

mencari dan meminta pertolongan dari dokter gigi untuk mengkoreksi kelainan tersebut.

Dengan telah dikoreksinya kelainan tersebut, mereka berharap akan lebih menambah

baik penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya dirinya (Bishara, 2001;

Moyers, 1988)

Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa disebabkan oleh:

1. Gigi desidui

2. Perlekatan abnormal dari frenulum

3. Mikrodonsia (insicivus lateral)

4. Adanya mesiodens

5. Hilangnya gigi karena trauma atau kongenital

6. Kebiasaan buruk (mendorong lidah, menghisap jari, dll)

7. Herediter

8. Predisposisi ras, negro

Page 2: Etiologi Dan Analisis

Diastema midline hadir saat pertumbuhan gigi desidui. Ini merupakan tanda sehat dan

mengindikasian adanya ruang untuk erupsi gigi permanen. Diastema dapat mucul saat

umur 9-11 tahun atau saat mixed dentition. Erupsi caninus rahang atas menyebabkan

penutupan otomatis. Diastema juga memiliki predisposisi ras. Populasi negro

menunjukkan insidensi tertinggi dari diastema. Diastema juga dapat hadir karena

keturunan. Satu atau kedua orang tua diastema maka akan terlihat diastema pada anak

mereka.

Diastema midline juga dapat disebabkan karena lengkung rahang diskrepansi. Hal ini

dapat terjadi sebagai manifestasi dari mikrodonsia sejati (sangat jarang), mikrodonsia

relative, dan mirkorodonsia terlokalisasi. Tebalnya frenulum juga dapat menyebabkan

diastema. Frenulum labialis yang tebal tertananam pada papia insisivus sehingga

menyebabkan jarak pada midline.

Page 3: Etiologi Dan Analisis

Kebiasaan buruk juga dapat menyebabkan diastema. Menghisap ibu jari/jari dan

seringnya mendorong-dorong lidah ke depan berperan dalam terjadinya diastema.

Bernafas lewat mulut kemungkinan dapat menyebabkan jarak pada insisivus sentralis.

Kombinasi dari penyebab yang telah disebutkan diatas juga dapat terjadi. Yang paling

sering adalah akibat tidak adanya benih gigi insicivus lateral dan adanya gigi

mesiodens.

Conical supernumeraries (mesiodens) biasanya dekat dengan midline diantara insicivus

sentral. Mesiodens terkadang terbalik dan posisinya bisa erupsi sempurna atau berada

di atas apeks insicivus. Mayoritas tidak mengganggu erupsi gigi insicivus namun dapat

menyebabkan perpindahan atau diastema (Welbury dkk, 2005).

Mesiodens prevalensinya 0,15%-1,19% dapat tunggal atau multiple dan berupa

unilateral atau blateral, prevalensi pada anak lelaki lebih tinggi dibandingkan

perempuan. Sekitar seperlima dari yang mengalami mempunyai dua atau tiga

mesiodens, 25% mesiodens dapat erupsi spontan dan mempunyai arah erupsi yang

normal, akan tetapi sebagian mempunyai arah erupsi terbalik menuju ke rongga hidung

(Koch dkk., 1991; Russel dan Folwarczna, 2003).

Mesiodens dapat diklasifikasikan berdasarkan terbentuknya yaitu pada gigi permanen

(mesiodens rudimenter) atau pada gigi sulung (mesiodens suplementer) dan menurut

morfologinya yaitu konus, tuberkel, molariform dan odontoma (Russel dan Folwarczna,

2003; Millet dan Welburry, 2005)

Analisis

Mesiodens merupakan kelainan jumlah gigi yang terletak di regio gigi insisivus sentral

atas yang sering ditemui oleh dokter gigi pada geligi bercampur. Kelainan ini sering

ditemukan karena keluhan orang tua bahwa gigi anaknya belum erupsi sedangkan gigi

di sisi sebelahnya sudah erupsi dengan baik atau gigi yang telah erupsi mempunyai

bentuk yang tidak sesuai dengan bentuk gigi alamiah, dan dapat pula karena gigi yang

Page 4: Etiologi Dan Analisis

disebelahnya tumbuh dengan posisi yang salah (Koch dkk., 1991; Dean dkk., 2000;

Millet dan Welbury, 2005).

Pada kasus ini mesiodens menyebabkan erupsi gigi 11 terhambat dan diastema. Tidak

diketemukan gigi lebih pada kedua orangtua dan saudara kandungnya dan tidak ada

riwayat gigi lebih pada anggota keluarga yang lain. Hal ini menunjukkan penyebab gigi

berlebih ( supernumerary) mesiodens bukan dikarenakan keturunan.

Terhambatnya erupsi gigi 11 karena mesiodens tidak hanya menyebabkan diastema

pada anak melainkan dapat menyebabkan penurunan estetis dan penurunan fungsi

fisiologis seperti fungsi berbicara (fonetik), fungsi mengunyah (mastikasi), dan fungsi

menelan. Dari segi estetika, adanya mesiodens menyebabkan adanya ruang yang tak

bergigi akibat terhambatnya erupsi gigi insisivus sentralis rahang atas dan berakibat

estetika kurang baik. Estetika yang kurang ini dapat berakibat pada psikologis anak,

anak menjadi minder atau malu sehingga dapat menghambat penyesuaian sosial di

lingkungan dalam maupun luar. Padahal saat ini anak berusia tujuh tahun, pada usia ini

anak lebih banyak berhubungan dengan lingkungan luar seperti sekolah dan bermain.

Fungsi berbicara anak juga akan terganggu, seperti yang telah kita ketahui gigi

merupakan salah satu alat bantu bicara. Pengucapan beberapa huruf yang melibatkan

gigi dalam pengucapannya akan terganggu seperti pengucapan huruf-huruf dentolabial

atau linguodental. Dari fungsi mengunyah juga akan terganggu karena gigi insisivus

yang belum erupsi sehingga fungsi gigi insisivus sebagai pemotong makanan yang

akan dikunyah tidak berfungsi. Hal ini dapat menyebabkan pemotongan makanan

dengan gigi sebelahnya atau dengan gigi mesiodens yang belum erupsi sempurna.

Pada kasus lain, jika gigi insisivus sentralis telah erupsi sempurna dan terjadi diastema

dapat menyebabkan mudahnya impaksi makanan dan merupakan predisposisi

terjadinya karies.

Bishara, S. E. 2001. Textbook of Orthodontics. W. B. Saunders Company. Philadelphia

Page 5: Etiologi Dan Analisis

Koch, G. dkk. 1991. Pedodontic. Munksgaard. Copenhagen.

Moyers, R. E. 1988. Handbook of Orthodontics 4th ed. Year Book Medical Publisher.

Chicago

Proffit, W. R., Fields, H. W. 2000. Contemporary Orthodontics 3rd ed. Mosby. Missouri.

Russel, K. A., Folwarezna, M. A. 2003. Mesiodens – Diagnosis and Management of a

Common Supernumerary Tooth. J Can Dent Assoc. 69(6):362-366

Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontic. Jaypee. New Delhi.

Welbury, R. R. dkk, 2005. Paediatric Dentistry. Oxford. New York.