19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya, matematika dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan hidupnya yang akhirnya berkembang dan dipelajari di sekolah. Setelah matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah, matematika sering dipandang sebagai pelajaran yang sulit, sehingga matematika kurang disukai oleh sebagian besar siswa. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang hanya dipelajari di sekolah saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari banyak konsep matematika yang digunakan, salah satu nya permainan rakyat. Oleh karena itu, matematika selayaknya dipelajari dan dikuasai karena matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Etnomatematika mempunyai peranan penting dalam pengajaran matematika di sekolah, adapun materi matematika yang dianggap potensial untuk dikembangkan di sekolah menurut Bishop (Sukandar, 2009 : 8-9) antara lain : Menghitung, Menentukan Lokasi, Mengukur, Mendesain, Bermain, dan Menerangkan. Dalam permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau dapat ditemukan aktivitas bernuansa matematika pada saat proses permaianan tersebut berlangsung. Permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau merupakan salah satu kebudayaan yang masih hidup hingga saat ini. Sekarang ini sudah jarang sekali orang-orang, terutama anak-anak yang memainkan permainan rakyat. Peran 1 | GAmpang aSIk MenyenaNGkan

Etnomatematika Gasing.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etnomatematika Gasing.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu yang berkembang seiring dengan perkembangan

kebudayaan manusia. Pada awalnya, matematika dikembangkan oleh masyarakat untuk

keperluan hidupnya yang akhirnya berkembang dan dipelajari di sekolah. Setelah matematika

menjadi pelajaran wajib di sekolah, matematika sering dipandang sebagai pelajaran yang

sulit, sehingga matematika kurang disukai oleh sebagian besar siswa. Matematika dianggap

sebagai pelajaran yang hanya dipelajari di sekolah saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari

banyak konsep matematika yang digunakan, salah satu nya permainan rakyat. Oleh karena

itu, matematika selayaknya dipelajari dan dikuasai karena matematika erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari.

Etnomatematika mempunyai peranan penting dalam pengajaran matematika di sekolah,

adapun materi matematika yang dianggap potensial untuk dikembangkan di sekolah menurut

Bishop (Sukandar, 2009 : 8-9) antara lain : Menghitung, Menentukan Lokasi, Mengukur,

Mendesain, Bermain, dan Menerangkan. Dalam permainan masyarakat Melayu Kepulauan

Riau dapat ditemukan aktivitas bernuansa matematika pada saat proses permaianan tersebut

berlangsung. Permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau merupakan salah satu

kebudayaan yang masih hidup hingga saat ini. Sekarang ini sudah jarang sekali orang-orang,

terutama anak-anak yang memainkan permainan rakyat. Peran masyarakat dalam upaya

melestarikan permainan rakyat sangat penting dengan menjadikannya sebagai perangkat

dalam kehidupan masyarakat. Perangkat yang dimaksud meliputi wadah hiburan dan kreasi,

serta penanaman sikap. Salah satu permainan rakyat yang terdapat di Kepulauan Riau adalah

Permainan Gasing.

Untuk memanfaatkan etnomatematika di kelas dalam pembelajaran matematika perlu

diawali dengan penggalian pengetahuan informal yang telah diserap siswa dari kehidupan

masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Karena pada dasarnya peserta didik memiliki konsep

awal yang bersifat individual. Di sekolah guru hendaknya memulai pembelajaran dengan

menggali pengetahuan awal dengan memotivasi siswa agar lebih tertarik mempelajari

matematika dengan mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan contoh konkret model

matematika materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat memanfaatkan

pengetahuan informal siswa untuk menerima pengetahuan baru yang didapat dari kegiatan

1 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 2: Etnomatematika Gasing.docx

belajar di kelas sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam menerima pengetahuan baru

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mempelajari konsep-konsep

matematika yang terkandung dalam permainan masyarakat Melayu Kepulauan Riau serta

ingin melestarikan kebudayaan yang ada di masyarakat terutama permainan masyarakat

Melayu Kepulauan Riau yang sekarang sudah jarang dimainkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang di dapat adalah sebagai

berikut?

1. Bagaimana keberadaan etnomatematika pada Permainan Gasing?

2. Bagaimaana aktivitas matematis yang terdapat pada pembuatan Gasing oleh Masyarakat

Kepulauan Riau?

3. Bagaimana aplikasi etnomatematika permainan gasing pada Pembelajaran Matematika?

1.3 Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengembangkan etnomatematika

pada permainan tradisional masyarakat Kepulauan Riau. Secara khusus tujuan penelitian ini

adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang kandungan pemikiran

matematika dalam permainan tradisional masyarakat Kepulauan Riau yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.

2 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 3: Etnomatematika Gasing.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etnomatematika pada Permainan Gasing

Etnomatematika mempunyai peranan penting dalam pengajaran matematika di sekolah,

adapun materi matematika yang dianggap potensial untuk dikembangkan di sekolah menurut

Menghitung, Menentukan Lokasi, Mengukur, Mendesain, Bermain, dan Menerangkan.

Dalam permainan masyarakat Gasing Melayu Kepulauan Riau dapat ditemukan aktivitas

bernuansa matematika pada saat proses permaianan tersebut berlangsung. Permainan

masyarakat Gasing Melayu Kepulauan Riau merupakan salah satu kebudayaan yang masih

hidup hingga saat ini dan masih diperlombakan. Peran masyarakat dalam upaya melestarikan

permainan gasing sangat penting dengan menjadikannya sebagai perangkat dalam kehidupan

masyarakat Kepulauan Riau. Perangkat yang dimaksud meliputi wadah hiburan dan kreasi,

serta penanaman sikap.

Adapun contoh-contoh dari bentuk-bentukgasing dapat diperhatikan pada gambar berikut

ini:

3 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 4: Etnomatematika Gasing.docx

Apabila permainan gasing dicermati dengan baik,

maka dapat diperhatikan adanya beberapa konsep matematika yang terkandung di dalamnya.

1. Konsep Himpunan pada Permainan Gasing

Gasing berindu tidak digunakan untuk dipangkakkan karena mempunyai bentuk

kepala kecil (pasaknya halus) sehingga hanya diadu lamanya berputar, gasing dibiarkan

berputar sampai akhirnya gasing tersebut mati sendiri atau berhenti berputar. Permainan

gasing berupa bangun datar berbentuk lingkaran. Permainan ini biasa dimainkan per

orang atau beregu/tim. Pembentukan regu ini berkaitan dengan konsep matematika

yaitu himpunan, karena setiap regu mempunyai anggota dengan syarat tertentu.

4 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 5: Etnomatematika Gasing.docx

2. Konsep Peluang pada Permainan Gasing

Gasing pangkak adalah gasing yang di adu kekuatannya dalam memangkak gasing

lawan. Gasing ini berbentuk bagok( gendut), berukuran lebih besar dari gasing berindu.

Permainan gasing pemangkak dimainkan secara beregu.Bidang permainan berupa

bangun datar yang berbentuk lingkaran, pemain menentukan anggota dari tiap regu.

Dimana anggota tiap regu harus sama banyak. Penentuan jumlah anggota dari setiap

regu berkaitan dengan konsep bilangan genap dan himpunan dalam matematika.

3. Konsep

Pengukuran Waktu

Bertanding Gasing Bersamaan. Tujuan dari bertanding gasing bersamaan adalah

menstimulasi siswa untuk membandingkan durasi waktu dari kejadian-kejadian yang

berlangsung bersamaan. Siswa diberikan gasing untuk dimainkan. Dalam perkiraan

peneliti, siswa akan melakukan perbandingan langsung untuk menentukan

pemenangnya. Siswa diminta untuk bertanding gasing secara bergantian melawan

anggota kelompoknya sendiri. Peneliti memperkirakan siswa akan menggunakan

perkiraan waktu putar gasing dan melakukan hitungan lisan

5 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 6: Etnomatematika Gasing.docx

2.2 Aktivitas Matematis yang terdapat pada Pembuatan Gasing oleh Masyarakat

Kepulauan Riau

Dalam pembuatan gasing perlu memperhatikan beberapa hal, dikarenakan tidak semua

kayu dapat dijadikan gasing begitu juga dengan talinya.

1. Bahan

Gasing terbuat dari kayu diantaranya adalah sebagai berikut: Kayu Mbaris, kayu

Keranji, kayu Belian (ulin), kayu Laban tanduk ,kayu Mampat, kayu ntigi, kayu

semelawan, kayu Akasia, kayu Asam jawa, kayu Pertai cina, kayu Mirau, kayu jeruk

sambal (batang limau calung), kayu dungun. Pasak gasing terbuat dari basi, paku atau

jarum.

2. Alat dalam permainan

Tali: Tali terbuat dari kulit katu seperti: Kulit kayu temaran, kulit melinjo, kulit

Peluntan, kulit Baruk, dan dapat juga dibuat dari tali nyilon. Khusus untuk tali

yang terbuat dari kulit kayu cara pembuatannya adalah dengan terlebih dahulu

6 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 7: Etnomatematika Gasing.docx

direndam beberapa hari, kemudian di pukul-pukul untuk membuang bagian kulit

luarnya, lalu di jemur dan selanjutnya dipintal menjadi tali sesuai yang diinginkan,

Pada bagian ujungnya lebih kecil, sedangkan pada bagian tengahnya berdiameter

±0,5-1,0 cm, panjangnya disesuaikan penggunaannya. Sedangkan untuk tali

nyilon, tali harus dibuka terlebih dahulu kemudian dipintal lagi sebab tali buatan

pabrik pintalannya kiri oleh karena itu tali tersebut dibuka dan dipintal

disesuaikan dengan yang diinginkan.

Pencedok: Pencedok digunakan khusus untuk gasing berindu, terbuat dari

potongan triplek ataupun kayu tipis dengan panjang kira-kira 7×9 cm.

Pancang/Tonggak kayu: Pancang/tonggak kayu panjangnya ±2 m dengan

keliling 20 -30 cm yang digunakan untuk tonggak tempat mengembankan gasing

untuk gasing berindu, kemudian tonggak tersebut ditancapkan pada tanah tempat

dimana permainan gasing akan dilaksanakan.

Kaca: digunakan untuk beradu.

Lapangan: tanah lapang dengan ukuran kira-kira 8 atau 9x9 m. Lapangan yang

bagus adalah tanah liat yang agak keras. Karena putaran gasing akan lebih laju

dan pada tanah dibuat garis (tempat untuk memutar gasing).

Perlengkapan lainnya seperti: Getah kayu moras yang berguna agar tali tidak

licin pada saat tali dibolang (diikatkan kegasing). Damar; berguna agar gasingnya

tidak licin pada saat tali dibolang. Aplas; berguna untuk mengamplas pasak gasing

agar cocok dengan tempat atau tanah dimana gasing akan dimainkan (khusus

gasing pangkak).

3. Pembuatan Gasing

Alat pembuatan gasing

1. Bindu

2. Pahat

3. Keke

4. Tali

5. Papan sebagai penyangga

6. Pernis

7. Minyak oli

8. Jarum, paku atau besi

7 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 8: Etnomatematika Gasing.docx

4. Tata cara pembuatan gasing berindu

Dalam pembuatan gasing biasanya di lakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas

menarik tali, satu orang lagi bertugas membentuk gasing dengan menggunakan pahat.

Dalam pembuatan gasing, untuk orang yang telah mahir memerlukan waktu satu jam

untuk membuat satu gasing, jika belum mahir maka akan lebih lama waktunya. Untuk

pembuatan gasing berindu dapat dilakukan dua cara:

Cara Diraut:

1. Dengan cara diraut; pertama-tama kayu dibakal, dibulatkan sesuai bentuk

bakal gasing.

2. Setelah berbentuk seperti gasing, pekerjaan meraut tetap dilakukan, gasing

diputar dan diberi tanda dengan spidol dimana yang terkena spidol ditempat

itulah yang perlu diraut, sampailah akhirnya kesemua bagian dari gasing

terkena spidol selesai sebagian membuat gasing berindu.

3. Pembuatan pasak. Pasak dibuat dari jarum jahit, bagian bawah (burit gasing)

dilobangi dengan bor/gurdi dengan ukuran 0,5 0,8 mm kemudian disopak

dengan kayu sepang yang terlebih dahulu diraut berbentuk bulat yang

disesuaikan dengan mata bor sebagai pelobang. Pasak tersebut ditancapkan

pada kayu sepang dengan sedikit demi sedikit diansah/dipotong dengan batu

canai (batu ansahan) sampai benar-benar gasing tersebut layak untuk

dimainkan.

Dibubut/dilarik

1. Kayu dibakal berbentuk seperti gasing(dibulatkan sesuai bentuk gasing)

2. Setelah berbentuk seperti gasing, bakal gasing tersebut dilarik/dibubut dengan

mesin bubut, sampai menjadi bentuk gasing yang diinginkan

3. Pembuatan pasak dan pemberian pasak sama halnya dengan cara pembuatan

gasing yang Diraut.

5. Tata cara pembuatan gasing pangkak

Untuk pembuatan gasing pangkak dapat dilakukan dua cara:

1. Dengan cara diraut sebagai mana pembuatan gasing berindu namun dengan cara

ini memerlukan waktu yang cukup lama,untuk mencapai hasil yang memuaskan.

2. Untuk cara kedua ini; pertama-tama kayu dibulatkan,kemudian dibakal sehingga

berbentuk sebuah bakal gasing yang siap untuk dilarik /dibubut.

3. Pembuatan pasak. Pasak gasing terbuat dari besi baut ukuran 14 dan kikir bulat

dengan ukuran 8-12.

8 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 9: Etnomatematika Gasing.docx

Cara kerja pembuatannya sebagai berikut:

1. Baut dilobangi dengan menggunakan bor listrik sedalam 1 cm, kikir bulat

dipotong dengan menggunakan gerinda sepanjang 1,5 cm, kemudian diberi lem

kawin (lem besi), seterusnya kikir bulat yang telah dipotong dimasukkan kelobang

pada baut dirapikan/dihaluskan dengan menggunakan gerinda sesuaikan dengan

yang diinginkan.

2. Bila gasingnya telah selesai dibubut bagian bawahnya (burit) Dilobangi untuk

memasukkan pasak gasing yang telah tersedia disesuikan dengan panjangnya

pasak.

2.3 Bagaimana Pengaplikasian dari Aktivitas Matematis dalam Proses Pembelajaran

Matematika dalam Konsep Tertentu

Dari uraian sebelumnya, terlihat bahwa etnomatematika telah tumbuh dan berkembang

pada gasing. Ketiga contoh penggunaan konsep matematika pada permainan gasing merupakan

sebagian kecil dari banyaknya konsep matematika formal yang diterapkan dalam kehidupan

manusia. Bahkan, terdapat kemungkinan konsep-konsep matematika formal tersebut lahir setelah

digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran matematika dapat diambil manfaatnya, terutama sebagai sumber belajar

matematika. Selain untuk meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa dalam belajar,

penggunaan budaya tersebut dalam pembelajaran juga dapat membantu siswa mengaitkan

konsep-konsep matematika dengan kehidupan siswa.

Berikut akan diuraikan alternatif pembelajaran matematika yang menerapkan

etnomatematika pada permainan gasing:

1. Konsep Himpunan untuk SMP kelas VII

Permainan gasing berupa bangun datar berbentuk lingkaran. Permainan ini biasa

dimainkan per orang atau beregu/tim. Pembentukan regu ini berkaitan dengan konsep

matematika yaitu himpunan, karena setiap regu mempunyai anggota dengan syarat tertentu.

Misalkan anggota regu A adalah pemain yang menang suit dan anggota regu B adalah

pemain yang kalah suit, jumlah anggota dari tiap regu haruslah sama karena permainan ini

akan dimainkan secara berpasangan. Konsep bilangan genap terlihat pada penentuan jumlah

anggota setiap regu.

Permainan dimulai, masing-masing ketua dari tiap regu secara bersama-sama akan

masang (menjalankan gasingnya), pemain yang gasingnya berputar paling lama dan tetap

berada di dalam lingkaran adalah pemenang (mendapat poin). Aturan permainan ini

9 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 10: Etnomatematika Gasing.docx

menunjukan adanya konsep himpunan karena permainan dapat dilanjutkan apabila gasing

pemain berada di dalam lingkaran. Permainan dilanjutkan oleh anggota berikutnya, sampai

semua anggota mendapat giliran bermain. Regu yang mendapat poin terbanyak adalah

pemenang dalam permainan ini. Terdapat konsep matematika membilang bilangan bulat

dan operasi penjumlahan bilangan bulat pada tahap perolehan poin tiap regu, dan terdapat

konsep waktu pada saat menunggu lamanya perputaran gasing sampai mati/berhenti.

2. Konsep Peluang untuk SMP kelas IX

Permainan gasing pemangkak dimainkan secara beregu.Bidang permainan berupa

bangun datar yang berbentuk lingkaran, pemain menentukan anggota dari tiap regu.

Dimana anggota tiap regu harus sama banyak.

Sebelum memulai permainan ketua dari setiap regu akan suit atau biasa juga

dilakukan dengan melempar koin. Regu yang menang akan menjadi pemangkak dan regu

yang kalah akan menjadi pemasang. Konsep matematika pada tahap penentuan giliran

adalah konsep peluang, karena pemain yang menang suit mempunyai peluang untuk

menjadi pemangkak dan peluang lebih besar memenangkan permainan. Pada saat

menjalankan gasingnya pemangkak harus bisa mengenai gasing lawan (gasing pemasang)

karena jika tidak mengenai gasing lawan maka pemangkak dianggap kalah dan penilaian

untuk mendapat poin dilihat dari ketahanan gasing berputar. Gasing yang berputar paling

lama adalah pemenang dan akan mendapat poin dengan syarat gasing tetap berada di dalam

lingkaran. Gasing yang harus berada di dalam lingkaran berkaitan dengan himpunan dalam

matematika. Penentuan pemenang dilihat dari jumlah poin yang di dapat aturan ini

berkaitan dengan operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga diperoleh regu yang

memiliki poin terbanyak.

3. Konsep Pengukuran Waktu untuk SD kelas V

Sebagai alat pembanding untuk menentukan pemenangnya. Siswa juga akan

menyadari bahwa hitungan lisan tidak dapat digunakan secara adil untuk mengukur

waktu.

Mengukur Waktu Putaran Gasing Menggunakan Jam. Tujuan dari aktivitas ini

adalah untuk mengenalkan siswa untuk melakukan pengukuran menggunakan satuan

standar. Siswa diminta untuk bertanding gasing bergantian dengan mengukur waktu

putarnya menggunakan jam. Diperkirakan siswa akan melakukan mengukur waktu

putar gasing dengan cara menghitung lisan bersamaan dengan bergeraknya jarum jam.

Menentukan Waktu Dalam Satuan Menit. Tujuannya adalah untuk mengenalkan

satuan menit dan mengembangkan strategi siswa dalam mengukur waktu menggunakan

jam. Siswa diminta untuk mendengarkan sebuah cerita dan mengukur lamanya.

10 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 11: Etnomatematika Gasing.docx

Kemudian siswa diberikan masalah untuk menentukan durasi dari sebuah kejadian yang

dideskripsikan yang berlangsung dalam satuan menit. Peneliti memperkirakan siswa

akan memilih satuan menit untuk menentukan waktu lamanya cerita menentukan durasi

waktu dengan mengingat posisi awal dan akhir jarum jam lalu menghitung interval

yang dilaluinya.

Menentukan Waktu Dalam Satuan Detik. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan strategi siswa dalam mengukur waktu dalam satuan detik

menggunakan jam. Siswa diminta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan

mengukur lamanya. Kemudian siswa diberikan masalah untuk menentukan durasi dari

sebuah kejadian yang dideskripsikan yang berlangsung dalam satuan detik. Peneliti

memperkirakan siswa menentukan durasi waktu dengan mengingat posisi awal dan

akhir jarum jam lalu menghitung interval yang dilaluinya.

11 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 12: Etnomatematika Gasing.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang diuraikan mengenai

etnomatematika pada Permainan Gasing Melayu Kepulauan Riau di atas yaitu sebagai berikut.

1. Etnomatematika telah tumbuh dan berkembang pada permainan gasing tradisonal. Terdapat

beberapa konsep matematika yang terkandung pada permainan gasing tradisional. Konsep-

konsep tersebut yaitu konsep himpunan, konsep peluang, dan konsep pengukuran waktu.

2. Etnomatematika pada permainan gasing tradisional dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran di kelas. Adapun pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran himpunan,

peluang dan pengukuran waktu. Dengan memasukkan etnomatematika ke dalam

pembelajaran memberikan alternatif kepada guru dalam membelajarkan siswa mengenaik

konsep matenatika. Selain itu juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang

berdampak pada pembelajaran yang bermakna.

3.2 Saran

Pembelajaran yang menyertakan konteks seperti permainan gasing tradisional

diharapkan dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika konsep himpunan,

peluang dan pengukuran waktu sebagai salah satu variasi pembelajaran yang dilakukan di

kelas. Siswa diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis

menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan diberikannya masalah-masalah

dalam konteks yang disajikan. Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan

terhadap guru dan siswa yang mengimplementasikan pembelajaran yang mengikutsertakan

keterkaitan antara matematika dengan kehidupan siswa.

12 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n

Page 13: Etnomatematika Gasing.docx

DAFTAR PUSTAKA

Artikel penelitian eksplorasi konsep matematika pada permainan masyarakat

melayu sambas

http://ikapemakepri-malang.blogspot.co.id/2015/02/permainan-tradisional-back-to-

future.html

http://muhammadfajarpb.blogspot.co.id/2013/10/permainan-rakyat-melayu-riau.html

13 | G A m p a n g a S I k M e n y e n a N G k a n