Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN DI DESA
SINDANGJAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN
CIANJUR JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Ernawati Firdaus
NIM 11150150000035
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Ernawati Firdaus (NIM : 11150150000035). Evaluasi Kemampuan
Lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa
Barat. Skripsi Konsentrasi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Kemampuan Lahan di
Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Populasinya
adalah seluruh lahan pertanian yang terdapat di Desa Sindangjaya seluas 512 ha.
Dalam penelitian ini, penentuan sampel berdasarkan hasil peta satuan lahan
sehingga didapatkan 13 titik lahan pertanian. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling. Dalam teknik pengambilan data baik primer maupun
sekunder diantaranya dengan observasi lapangan, wawancara dan analisis
laboratorium tanah. Metode analisis data menggunakan matching dan skoring.
Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga kelas kemampuan lahan aktual
yaitu kelas V, VI dan VII, dengan faktor penghambat tingkat kesuburan tanah
seperti ancaman banjir dan ancaman pada erosi. Dari hasil penelitian tersebut
memberi arti bahwa yang dalam meningkatkan kemampuan lahan dengan
pemupukan yang teratur, dan menggunakan teknik konservasi tanah. Rekomendasi
penggunaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan supaya lahan tidak rusak
dan dapat memberikan manfaat pada kehidupan masyarakat. Berdasarkan analisis
data dengan metode matching dan skoring di dapatkan evaluasi kemampuan lahan
dengan tingkat sebagian besar lahan dapat di gunakan untuk pertanian. .
Kata Kunci: Kemampuan Lahan, Evaluasi Lahan.
ii
ABSTRACT
Ernawati Firdaus ( NIM: 11150150000035). Evaluation Capability Land in
the District Cipanas Regency Cianjur Jawa Barat. Essay Concentration Education
Geography, Department of Science Knowledge Social, Faculty of Science of MT
and Teaching, University of Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
This study aims to determine the land capability evaluation in
Sindangjaya Village, Cipanas District, Cianjur Regency, West Java. The population
is all agricultural land in Sindangjaya Village covering an area of 512 ha. In this
study, the sample determination was based on the results of the land unit map in
order to obtain 13 agricultural land points. The research method used is a survey
method with a quantitative approach. The sampling technique was purposive
sampling. In data collection techniques, both primary and secondary, including
field observations, interviews and soil laboratory analysis. Methods of data analysis
using matching and scoring.
The results showed that there were three classes of actual land capability,
namely classes V, VI and VII, with inhibiting factors for soil fertility, such as the
threat of flooding and threats to erosion. From the results of these studies, it means
that in increasing the capacity of the land with regular fertilization, and using soil
conservation techniques. Recommendations for land use must be in accordance
with the capacity of the land so that the land is not damaged and can provide
benefits to community life. Based on the data analysis using the matching and
scoring method, an evaluation of the land capability was obtained, with the level
that most of the land could be used for agriculture.
Keywords: Land Capability, Land Evaluation.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobil’ alamin, segala puji bagi Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-nya serta usaha yang penulis lakukan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kemampuan
Lahan Di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa
Barat”. Shalwat berserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman
kebodohan kepada zaman yang terang benderang dengan kemajuan IPTEK.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan yang sangat berharga dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen Pembimbing I, Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang membimbing saya,
memberikan masukan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
6. Dosen Pembimbing II, Anissa Windarti, M.Sc yang selalu membimbing saya
dan memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi saya.
iv
7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayah dan Ibu yang senantiasa
memberikan dukungan baik material maupun spiritual dan do’a sepanjang
waktu.
8. Pak kades, Bu Juju, Pak Rt, dan seluruh warga desa Sindangjaya yang telah
membantu dengan memberikan informasi tentang Desa Sindangjaya atas
segala bantuan dan kebaikan semoga Allah membalasnya.
9. Pak Idih yang telah membantu saya untuk mendapatkan potongan harga dari
yang semestinya untuk melakukan tes Laboratorium Tanah.
10. Teman KKN Ana Hasanah, Fatia Nurul Ismi, dan Inayah yang selalu
menyemangati saya dalam proses pembuatan skripsi.
11. Teman sekaligus sahabat terbaik Mega Darmawanti, Nurrochmah Rahayu
Puji Astuti, Julia Mabruroh dan Putri Apriliana yang telah memberikan
pendapat dan dukungan dari awal skripsi ini di buat.
12. Seluruh keluarga besar pendidikan IPS angkatan 2015, khususnya teman-
teman Gografi 2015.
13. Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan,
semoga Allah membalas jasa kalian.
Jakarta, 22 Juni 2020
Penulis
Ernawati Firdaus
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori ..................................................................................... 7
1. Pengertian Lahan ........................................................................... 7
2. Penggunaan Lahan dan Tipe Penggunaan lahan ........................... 7
3. Sifat-sifat Lahan ............................................................................ 9
4. Kerusakan Lahan ........................................................................... 9
5. Pengertian Evaluasi Kemampua Lahan ...................................... 10
6. Struktur Klasifikasi kemampuan Lahan ...................................... 12
a. Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Kelas ............................... 12
b.Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Sub-Kelas........................ 18
c. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Unit ................................ 19
7.Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan..................................... 20
8.Pengertian Evaluasi Kemampuan Lahan Aktual dan Potensial .. 29
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................... 29
C. Kerangka Berfikir........................................................................... 38
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 41
1. Tempat Penelitian ......................................................................... 41
2. Waktu Penelitian........................................................................... 41
B. Metodologi Penelitian ....................................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 43
1. Populasi ........................................................................................ 43
2. Sampel .......................................................................................... 44
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 45
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 46
1. Observasi Langsung ..................................................................... 46
2. Analisis Laboratorium .................................................................. 47
3. Wawancara .................................................................................. 48
F. Instrumen Penelitian.......................................................................... 48
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 52
A. Metode Evaluasi Kemampuan Lahan ........................................... 52
B. Metode Analisis Data ................................................................ 69
1. Metode Matching ...................................................................... 69
2. Metode Skoring......................................................................... 69
I Diagram Alur Penelitian .................................................................... 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ....................................................... 71
1. Sejarah Desa Sindangjaya ............................................................ 71
2. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian ................................... 71
3. Keadaan Iklim Daerah Penelitian ................................................. 73
4. Kondisi Geologi Daerah Penelitian .............................................. 76
5. Kemiringan Lereng Daerah Penelitian ......................................... 77
6. Kondisi Tanah Daerah Penelitian ................................................. 78
7. Kondisi Hidrologi Penelitian ........................................................ 79
8. Penggunaan Lahan Daerah Penelitian .......................................... 80
B. Karakteristik Lahan sebagai Parameter Kelas Kemampuan Lahan di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur ............. 81
1. Faktor Menguntungkan................................................................. 81
2. Faktor Merugikan/Penghambat .................................................. 101
C. Penilaian (Pengharkatan) Lahan Berdasarkan Sampel Pengamatan di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur .......... 109
D. Upaya Perbaikan Lahan di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Bogor Jawa Barat .......................................................... 123
E. Hasil Wawancara ............................................................................ 145
F. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 146
G. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 149
vii
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 150
B. Implikasi ............................................................................................. 152
C. Saran ................................................................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Keterangan
Tabel 1.1 Luas Lahan Kritis di Kecamatan Cipanas 2015 ......................... 2
Tabel 2.1 Kecuraman Lereng .................................................................. 20
Tabel 2.2 Kepekaan Erosi (KE) Tanah (nilai K) .................................... 21
Tabel 2.3 Kerusakan Oleh Erosi yang Telah Terjadi ............................... 21
Tabel 2.4 Kedalaman Efektif Tanah ........................................................ 22
Tabel 2.5 Tekstur Tanah .......................................................................... 22
Tabel 2.6 Permeanbilitas .......................................................................... 23
Tabel 2.7 Drainase Tanah ........................................................................ 23
Tabel 2.8 Pengelompokan Batuan Kecil .................................................. 24
Tabel 2.9 Batuan Lepas yang Terletak di Atas Permukaan Tanah .......... 25
Tabel 2.10 Penyebaran Batuan Tersingkap............................................... 25
Tabel 2.11 Ancaman Banjir atau Penggenangan Air ................................ 26
Tabel 2.12 Salinitas Tanah ........................................................................ 26
Tabel 2.13 Tingkat Kepekaan Erosi .......................................................... 27
Tabel 2.14 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan .................................... 28
Tabel 2.15 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 35
Tabel 3.1 Perencanaan Kegiatan Penelitian ........................................... 42
Tabel 3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 46
Tabel 3.3 Pedoman Observasi ................................................................. 49
Tabel 3.4 Pedoman Analisis Laboratorium............................................. 50
ix
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Warga Desa Sindangjaya yang
Berprofesi Sebagai Petani ....................................................... 50
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Tokoh Masyarakat Desa
Sindangjaya ............................................................................ 51
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat ............. 51
Tabel 3.8 Faktor Penghambat ................................................................. 53
Tabel 3.9 Faktor bahaya .......................................................................... 53
Tabel 3.10 Kandungan N .......................................................................... 54
Tabel 3.11 Kandungan 𝐏𝟐𝐎𝟓% ................................................................ 54
Tabel 3.12 Kandungan 𝐊𝟐O% .................................................................. 55
Tabel 3.13 Kriteria harkat PN ................................................................... 55
Tabel 3.14 Tekstur tanah ........................................................................... 56
Tabel 3.15 Struktur Tanah......................................................................... 56
Tabel 3.16 Kandungan bahan organik ..................................................... 57
Tabel 3.17 Kriteria harkat PSM ................................................................ 57
Tabel 3.18 Kemasaman (ph) tanah............................................................ 58
Tabel 3.19 Fraksi lempung ........................................................................ 58
Tabel 3.20 Perbandingan C/N ................................................................... 59
Tabel 3.21 Kandungan organik ................................................................. 59
Tabel 3.22 Kretiria harkat FHC ................................................................ 60
Tabel 3.23 Kedalaman tanah efektif (cm) ................................................. 60
Tabel 3.24 Permeanbilitas (cm/jam) ......................................................... 60
Tabel 3.25 Kandungan debu ..................................................................... 61
x
Tabel 3.26 Bentuk Struktur tanah ............................................................. 61
Tabel 3.27 Taraf perkembangan struktur tanah ........................................ 61
Tabel 3.28 Kriteria harkat ES ................................................................... 62
Tabel 3.29 Batu besar/singkapan batuan................................................... 62
Tabel 3.30 Batu kecil/kebatuan ................................................................. 62
Tabel 3.31 Konkresi (khusus untuk daratan, dalam %) ............................ 63
Tabel 3.32 Muka Air Tanah (khusus untuk daratan, dalam cm ).............. 63
Tabel 3.33 Mikrorelief (khusus untuk daratan) ........................................ 63
Tabel 3.34 Makrorelief (khusus untuk perbukitan/pegunungan) .............. 64
Tabel 3.35 Lereng (khusus untuk perbukitan/pegunungan, dalam %) ..... 64
Tabel 3.36 Kekeringan (indikator, pasir kedalaman<100 cm ) ................ 65
Tabel 3.37 Kadar garam ............................................................................ 65
Tabel 3.38 Rata-rata luas wilayah ............................................................. 66
Tabel 3.39 Kriteria harkat Sa .................................................................... 66
Tabel 3.40 Banjir (bulan/tahun) ................................................................ 66
Tabel 3.41 Erosi ........................................................................................ 67
Tabel 3.42 Kriteria Pengharkatan Kemampuan Lahan ............................. 67
Tabel 4.1 Curah Hujan Stasiun Klimatologi Bogor Tahun 2019
dengan Bulan Basah – Bulan Kering ...................................... 75
Tabel 4.2 Kandungan Unsur Hara Tiap Sampel Pengamatan di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa
Barat ........................................................................................ 82
Tabel 4.3 Kandungan Nitrogen Beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupate Cianjur Jawa Barat ................ 83
xi
Tabel 4.4 Kandungan Pospor Beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat .............. 84
Tabel 4.5 Kandungan Potasium/Kalium Beserta Diharkat di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ........... 84
Tabel 4.6 Kriteria Harkat Kandungan Unsur Hara (PN) di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ........... 85
Tabel 4.7 Hubungan Kelembapan Tanah dengan Tanaman Tiap Sampel
Pengamatan di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur .................................................................. 86
Tabel 4.8 Tekstur Tanah beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 87
Tabel 4.9 Struktur Tanah beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ............................... 88
Tabel 4.10 Kandungan Bahan Organik beserta Diharkat di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ........... 89
Tabel 4.11 Kriteria Harkat Antara Kelembapan Tanah dan Tanaman (PSM)
di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
................................................................................................. 90
Tabel 4.12 Kapasitas Penyerapan Unsur Hara Tiap Sampel Pengamatan di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur .. 91
Tabel 4.13 Kemasaman ) Tanah beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur................................. 92
Tabel 4.14 Kandungan Lempung beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur................................. 93
Tabel 4.15 Perbandingan C/N beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 94
Tabel 4.16 Kandungan Bahan Organik beserta Diharkat di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ........... 95
Tabel 4.17 Kriteria Harkat Kapasitas Penyerapan Unsur Hara di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ........... 95
xii
Tabel 4.18 Kedalaman Tanah Efektif beserta Harkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 96
Tabel 4.19 Klasifikasi Permeanbilitas beserta Harkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 97
Tabel 4.20 Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Tiap Sampel Pengamatan di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur .. 98
Tabel 4.21 Kandungan Debu beserta Diharkat di Desa
Sindangjaya,7KecamatanCipanas, Kabupaten Cianjur ........... 99
Tabel 4.22 Bentuk Struktur Tanah beserta Diharkat di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 99
Tabel 4.23 Taraf Perkembangan Struktur beserta Diharkat di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ...... 100
Tabel 4.24 Kepekaan Tanah Terhadap Erosi di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ............................. 101
Tabel 4.25 Klasifikasi Batuan Besar (Singkapan Batuan) Tiap Sampel
Pengamatan Beserta Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................................. 101
Tabel 4.26 Klasifikasi Batuan Kecil (Kebatuan) Tiap Sampel Pengamatan
Beserta Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur ................................................................ 102
Tabel 4.27 Klasifikasi Konkresi Tiap Sampel Pengamatan Beserta Harkat
di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur…...............................................................................103
Tabel 4.28 Klasifikasi Kedalaman Muka Air Tanah Tiap Sampel
Pengamatan Beserta Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................................ 104
Tabel 4.29 Klasifikasi Mikrorelief Tiap Sampel Pengamatan Beserta Harkat
di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur..
.............................................................................................. 104
xiii
Tabel 4.30 Klasifikasi Makrorelief Tiap Sampel Pengamatan Beserta
Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur.. ................................................................................ 105
Tabel 4.31 Klasifikasi Lereng Tiap Sampel Pengamatan Beserta Harkat di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
.............................................................................................. 106
Tabel 4.32 Kandungan Pasir Tiap Sampel Pengamatan Beserta Harkat di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
.............................................................................................. 107
Tabel 4.33 Salinitas Tiap Sampel Pengamatan Beserta Harkat di Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ......... 107
Tabel 4.34 Klasifikasi Bahaya Banjir Tiap Sampel Pengamatan Beserta
Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur ................................................................................... 108
Tabel 4.35 Klasifikasi Bahaya Erosi Tiap Sampel Pengamatan Beserta
Harkat di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur ................................................................................... 109
Tabel 4.36 Kelas Kemampuan Lahan Aktual Tiap Sampel Pengamatan di
Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
.............................................................................................. 110
Tabel 4.37 Rekomendasi Perbaikan Lahan di Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................................... 125
Tabel 4.38 Rekomendasi Penggunaan Lahan di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ............................. 139
Tabel 4.39 Tingkat Laju Erosi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur ................................................................ 188
Tabel 4.40 Pengharkatan Kelas Kemampuan Lahan di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur .............................. 191
xiv
DAFTAR GAMBAR
Keterangan
Gambar 2.1 Skema Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan
Itensitas dan Macam Penggunaan Lahan yang Dapat di Adaptasi
dari Hockensmith dan Steele ................................................... 17
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .................................................................... 40
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian .............................................................. 41
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian .......................................................... 70
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat ................................................. 73
Gambar 4.2 Peta Curah Hujan Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat ................................................. 76
Gambar 4.3 Peta Geologi Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur Jawa Barat ................................................................... 77
Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat ................................................. 78
Gambar 4.5 Peta Jenis Tanah Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat ................................................ 79
Gambar 4.6 Sungai Ciwalen ........................................................................ 80
Gambar 4.7 Peta Penggunaan Lahan Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat ................................................. 81
Gambar 4.8 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas V s ................................. 112
Gambar 4.9 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas V s ................................. 113
Gambar 4.10 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas VI s-e ............................ 114
Gambar 4.11 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas VI s .............................. 115
Gambar 4.12 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas VI s-e ........................... 117
xv
Gambar 4.13 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas VI s-e ........................... 118
Gambar 4.14 Lahan yang Terdapat Pada Subkelas VII s-e ......................... 119
Gambar 4.15 Peta Satuan Lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur .................................................................. 143
Gambar 4.16 Peta Sebaran Sampel Penelitian di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur .................................................... 143
Gambar 4.17 Peta Kelas Kemampuan Lahan Aktual di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 144
Gambar 4.18 Peta Kelas Kemampuan Lahan Potensial di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur ................................ 145
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Keterangan
Lampiran 1 Data Monografi Desa Sindangjaya ......................................... 158
Lampiran 2 Pedoman Obserasi Lapangan ................................................... 162
Lampiran 3 Pedoman Observasi Laboratorium ........................................... 164
Lampiran 4 Hasil Observasi Lapangan ........................................................ 165
Lampiran 5 Hasil Uji Laboratorium ............................................................ 170
Lampiran 6 Data Curah Hujan ................................................................... 172
Lampiran 7 Perhitungan Erosi Tanah dengan Metode USLE ..................... 173
Lampiran 8 Pengharkatan Kelas Kemampuan Lahan .................................. 191
Lampiran 9 Pertanyaan dan Jawaban Wawancara ....................................... 202
Lampiran 10 Dokumentasi . ........................................................................... 218
Lampiran 11 Surat-Surat . ............................................................................. 224
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi
segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan
dengan hati-hati dan harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak
mengurangi tataguna dan dayaguna lahan serta menurunkan produktivitas
lahan. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, manusia akan cenderung
memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan, padahal ketersediaannya
amat terbatas. Apabila kecendrungan tersebut dibiarkan terus berlangsung
dikhawatirkan dalam waktu dekat akan terjadi kerusakan lahan atau tanah
sebagai akibat tekanan penduduk atas lahan yang melebihi tingkat
kemampuannya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
Pasal 1 tentang Konservasi Tanah dan air. Konservasi tanah dan air adalah
upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi tanah
pada lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan lahan untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.1
Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian
potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan,
pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan.2
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti belum menemukan hasil penelitian yang
relevan terhadap evaluasi kemampuan lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Maka dari itu peneliti merasa perlu
melakukan evaluasi keemampuan lahan di Desa Sindangjaya
1 Undang-undang nomor 37 tahun 2014 2 Bintang Mariani Sembiring dan Julpan Lynneus, “Evaluasi Kemampuan Lahan Desa
Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir”, jurnal Agribisnis
Sumatera Utara Vol.8 No.1/April 2015, h.48
2
Perubahan lahan akan terus berlangsung sejalan dengan meningkatnya
jumlah dan aktifitas penduduk dalam menjalankan kehidupannya (ekonomi,
sosial, dan budaya). Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif maupun
negatif sebagai konsekuensi dari pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.
Penggunaan lahan yang tidak optimal dapat menimbulkan degradasi lahan
terutama pada lahan berlereng. Degradasi lahan adalah proses penurunan
produktivitas lahan, baik yang sifatnya sementara maupun tetap. Akibat lanjut
dari proses degradasi lahan adalah timbulnya area-area yang tidak produktif
atau dikenal sebagai lahan kritis.
Tabel 1.1
Luas Lahan Kritis di Kecamatan Cipanas 2015
No Kecamatan Kritis Tahun 2015
(ha)
Penanaman
Tahun
2016 ha
Luas Lahan Kritis
Tahun
2016 (ha)
1 Cipanas 841,98 - -
Sumber : Kata Pengatar-Pemkab Cianjur, (http://cianjurkab.go.id)
Perilaku manusia telah menyebabkan banyak lahan di Cianjur menjadi
kritis dan bahkan mulai terdegradasi. Tiap tahun terjadi peningkatan kerusakan,
padahal pemerintah terus berupaya untuk memulihkan kerusakan sumber daya
alam (SDA) dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit, tetapi nyatanya
masih banyak lahan kritis.3
Luas lahan kritis di Indonsia adalah sekitar 14 juta Ha, dimana di Profinsi
Jawa Barat seluas 911.192 ha (6,51%), dan di Kabupaten Cianjur seluas
161.746 ha (17,75% dari lahan kritis Profinsi Jawa Barat.4
Lahan kritis adalah kondisi lahan yang terjadi karena tidak sesuainya
kemampuan lahan dengan penggunaan lahannya. Kondisi ini mengakibatkan
lahan di daerah tersebut semakin menurun dalam tingkat kemampuan lahan.
3 Dinas Komuniksi Informatika, Cianjur Kembali Rehabilitasi Lahan dan Hutan Kritis,
(http://cianjurkab.go.id) diakses Minggu 10 Agustus 2020 pukul 21:00 Wib. 4 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Luas Lahan Kritis
(http://ppid.menlhk.go.id/demo/berita/siaran-pers/5241/pentingnya-pennaman-pohon-bagi-penyelamatan-das-citarum) diakses Minggu 10 Agustus 2020 pukul 22:00 Wib.
3
Oleh sebab itu untuk tetap menjaga kelas kemampuan lahan perlu dilakukan
upayaupaya penanggulangan dan pencegahan melalui evaluasi kemampuan
lahan.
Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification) adalah
penilaian bahan (komponen-komponen lahan) secara sisteematik dan
pengelompokan kedalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang
merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari.5
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti belum menemukan hasil penelitian
yang relevan terhadap klasifikasi kemampuan lahan di Desa Sindangjaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Berdasarkan hasil observasi awal, mengenai klasifikasi kemampuan lahan
belum ada yang meneliti kondisi tersebut di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Maka dari itu peneliti merasa perlu
mengetahui kondisi kemampuan lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat.6 untuk mengetahui kelas lahan yang
baik untuk ditanami tanaman.
“Kecamatan Cipanas merupakan salah satu kecamatan yang termasuk
wilayah di Kabupaten Cianjur. Menurut peta rupa bumi Indonesia (RBI) lembar
1209-124 Salabintana, lembar 1209-142 Cisarua, lembar 1209-213 Cugenang
dan lembar 1209-231 Cipanas, lokasi penelitian berada diantara 106˚57’30” BT
dan 107˚04’00” BT dan 06˚39’00” LS sampai dengan 06˚47’30” ”.7 yang
terletak pada ketinggian 1.600 m dpl dengan suhu antara 16˚C - 28˚C luas
wilayah kecamatannya adalah 40,2 . Dengan batas wilayah :
Sebelah Utara : Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan : Kecamatan Pacet.
Sebelah Barat : Kecamatan Cisarua dan Kabupaten Sukabumi.
5 Rivaldo Restu Wirawan dkk, “Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan
di Kota Palu” Jurnal Spasial Vol. 6. No.1 2019 h.138 6 Wawancara dengan Agus, pada tanggal 27 Oktober 2019 pukul 12.30 WIB. 7 Muhammad Ridwan Pauji “Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Bencana Tanah
Longsor di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur” Laporan Akhir Penelitian Universitas
Pendidikan Indonesia, 2017, h. 38
4
Sebelah Timur : Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Bandung
Wilayah yang terletak di kaki Gunung Gede yang merupakan daerah
rawan bencana letusan Gunug Gede. Kecamatan Cipanas memiliki tingkat
kerentanan yang tinggi karena jumlah penduduk yang padat, pemukiman yang
padat, banyaknya sekolah yang berada di kawasan kaki Gunung Gede,
bangunan hotel dan vila yang merupakan beberapa indikator dari aspek
kerentanan. lahan berbukit dengan kemiringan lereng 3-40%. Mata pencaharian
penduduk di wilayah kecamatan Cipanas sebagian besar bergantung kepada
sektor pertanian.
Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sekitar 512 hektar yang terbagi
atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang dan Gunung
Batu. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah timur dengan Desa Sindanglaya, dan
bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Taman Nasional Gede
Pangrango). Desa Sindangjaya merupakan di daerah dataran tinggi yang
terletak pada ketinggian 1.100 – 1.350 m dpl. Kisaran suhu antara 21˚C - 24˚C
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani holtikultura.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai evaluasi kemampuan lahan di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat, terutama ingin
mengetahui bagaimana kemampuan lahan yang terdapat di Desa Sindangjaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Dengan demikian peneliti
mengajukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kemampuan Lahan di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Belum adanya hasil klasifikasi kemampuan lahan yang terdapat di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabuaten Cianjur Jawa Barat.
5
2. Terjadinya peningkatan kerusakan lahan kritis di Kabupaten Cianjur Jawa
Barat.
3. Belum adanya hasil evaluasi kemampuan lahan yang terdapat di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabuaten Cianjur Jawa Barat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah agar lebih khusus maka, penulis
memfokuskan kembali pembatasan masalah yaitu :
1. Klasifikasi kemampuan lahan yang terdapat di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabuaten Cianjur Jawa Barat.
2. Evaluasi kemampuan lahan yang terdapat di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabuaten Cianjur Jawa Barat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang diatas, masalah pokok yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana klasifikasi kemampuan lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabuaten Cianjur Jawabarat?
2. Bagaimana evaluasi kemampuan lahan yang terdapat di Desa Sindangjaya
Kecamatan Cipanas Kabuaten Cianjur Jawabarat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah disampaikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi lahan di wilayah Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.
2. Mengevaluasi kemampuan lahan yang sesuai di wilayah Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur
6
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Penelitian ini sebagai bahan bacaan menambah wawasan mengenai
Evaluasi Kemampuan Lahan di Kawasan Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur dan hasil penelitian dapat dipakai sebagai
referensi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan tentang
Evaluasi Kemampuan Lahan di Kawasan Desa Sindangjaya Kecamatan
Cipanas Kabupaten Cianjur kepada:
a. Bagi Dinas Pertanian
Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan kepada dinas
pertanian Kecamatan Cipanas, untuk perencanaan pengembanggan lahan
pertanian dan penataan kembali penggunaan lahan agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan efisien.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini mampu memberikan pengetahuan kepada
masyarakat sekitar Desa Sindagjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur Jawa Barat mengenai kemampuan lahan agar masyarakat sekitar
dapat mengola lahan secara bijaksana sehingga keadaan lahan disana akan
tetap layak diolah sesuai dengan peruntukanya oleh mayarakat sekitar
sehingga mendapatkan keuntungan.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Lahan
“Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya”.8 Serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia di masa lalu maupun sekarang. Seperti adanya penebangan hutan,
dan mengakibatkan adanya erosi.
Lahan merupakan salah satu komponen abiotik lingkungan utama yang
merupakan matriks dasar kehidupan. Evaluasi daya dukung lahan merupakan
bagian dari evaluasi daya dukung lingkungan. Melalui evaluasi tersebut,
perencanaan penggunaan lahan dapat diarahkan agar lahan dapat digunakan
sesuai dengan kemampuannya.9
Berdasarkan pengertian di atas, lahan dapat dipandang sebagai suatu
sistem yang tersusun atas beberapa komponen. Komponen-komponen ini
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu (1) komponen struktural yang sering
disebut karakteristik lahan; dan (2) komponen fungsional yang sering disebut
kualitas lahan. Kualitas lahan merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang
menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan berbagai macam
pemanfaatan tertentu.
2. Penggunaan Lahan dan Tipe Penggunaan lahan
“Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat
dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
8 Sarwono hardjowigeno dan widiatmaka., Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
tata guna lahan, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), h. 19 9 (Tan, 2009 dan costantini 2009 ) dalam Jurnal Widiatmaka dkk, “Daya Dukung
Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan di Tuban, Jawa Timur”, Jurnal Manusia dan
Lingkungan, Vol. 22 No.2, Juli 2015, h.247
8
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.10 Secara tidak langsung
perkembangan suatu wilayah terkait erat dengan pemanfaatan lahan pada
wilayah tersebut.
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan
dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan
tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya
perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya
seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan
tingkat erosi yang telah terjadi.11
Tipe penggunaan lahan merupakan macam penggunaan lahan yang
lebih rinci dari penggunaan lahan utama, sesuai dengan kualitas lahan yang
ada dan persyaratan penggunaan lahan. di dalam tipe penggunaan lahan
tertentu dapat dijumpai hanya satu jenis pengunaan/komoditi atau lebih, untuk
itu tipe penggunaan lahan ganda (Multiple land utilization type) dan tipe
penggunaan lahan majemuk (compound land utillization type).
a. “Tipe Penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan dengan lebih dari
satu jenis sekaligus, dimana masing-masing jenis memerlukan input, syarat-
syarat dan memberikan hasil yang berbeda”.12Sebagai contoh kawasan
hutan lindung yang dilengkapi dengan daerah wisata, dimana dua tipe
penggunaan lahan ini membutuhkan persyaratan lahan, input dan hasil
berbeda.
b. “Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan dengan lebih
dari satu jenis, tetapi untuk tujuan evaluasi dianggap sebagai satu satuan”.13
sebagai contoh tipe penggunaan lahan tumpang sari atau pergiliran
tanaman.
10 Sinata Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2009), h. 305 11 Siswanto, Evaluasi Kemampuan Lahan, (Jawa Timur : UPN Press, 2006) Ebook, h.2
12 Sarwono hardjowigeno dan widiatmaka., Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
tata guna lahan, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011., h.21 13 Ibid.,
9
3. Sifat-sifat Lahan
Sifat-sifat lahan (Land Characteristics) adalah atribut atau keadaan
unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau di perkirakan, seperti tekstur tanah,
struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan,
temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Sifat-sifat lahan
belum menunjukan kemungkinan penampilan lahan jika digunakan untuk
suatu penggunaan, sehingga belum dapat menentukan kelas kemampuan
lahan.14
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat lahan hanya
memberikan deskripsi dari perhitungan hasil nilai-nilai fisik lahan yang dapat
diukur, belum dapat menyajikan deskripsi mengenai kelas kemampuan lahan.
4. Kerusakan Lahan
“Sektor lingkungan hidup dan pertambangan mengartikan degradasi
lahan sebagai kerusakan lahan sehingga satu atau lebih fungsinya yang
mengakibatkan daya dukung lahan tersebut bagi kehidupan diatasnya
berkurang atau bahkan hilang”.15
“Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan yang
sifatnya sementara maupun tetap, dicirikan dengan penurunan sifat fisik kimia
dan biologi”.16 Degradasi secara fisik diantaranya terjadi dalam bentuk
pemadatan, pergerakan, ketidak seimbangan air, terhalangnya erosi dan
drainase, dan kerusakan struktur tanah. Degradasi kimiawi terdiri dari
asidifikasi, pengurasan dan pencucian hara, ketidak seimbangan unsur hara
dan keracunan, salinization (salinisasi), acidification (pemasaman) dan
alkalinization (alkanisasi), serta polusi (pencemaran). Degradasi biologi
14 Sinata Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2009), h. 306
15 Wahyunto dan Ai Dariah, “Degradasi Lahan di Indonsia : kondisi Exiting, Karakteritik
dan Penyeragaman Definisi Mndukung Gerakan Menuju Satu Peta”, Jurnal Sumberdaya
Lahan, Vol. 8 No.2, 2014, h.83
16 (Shresta 1995, Singer 2006, Sitorus 2011) dalam Ibid., h.82
10
meliputi penurunan karbon organik tanah, penurunan keanekaragaman hayati
tanah dan vegetasi, serta penrunan kabon biomas.
Degradasi lahan dapat disebabkan secara alami, misalnya kerusakan
yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi, gempa bumi ataupun tsunami.
Namun degradasi lahan dapat juga disebabkan oleh faktor manusia yang
dengan sengaja maupun tidak telah merusak lingkungan. Lahan terdegradasi
adalah lahan pertanian yang produktivitasnya telah menurun akibat kondisi
lahan khususnya tanah permukaannya (top soil) telah memburuk.
5. Pengertian Evaluasi Kemampuan Lahan
Evaluasi kemampuan lahan adalah proses penilaian keragaman atau
kinerja (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi
pelaksanaan dan interpretasi survai dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi,
ikim, dan aspek lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat
perbandingan penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan.17 Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lahan adalan proses
penilaian terhadap lahan untuk dilakukan identifikasi ke dalam bentuk kelas-
kelas lahan.
“Kemampuan lahan (land capability) adalah potensi lahan yang
didasarkan atas kecocokan lahan untuk penggunaan pertanian secara umum
yaitu daerah pertanian, padang pengembalan (ternak), hutan dan cagar
alam”.18
“Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu komponen yang
penting dalam proses perencanaan penggunan lahan (land use planing).”19
hasil dari evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-
batas kemungkinan penggunaan serta tindakan-tindakan pengeola yang
diperlukan supaya lahan dapat digunakan secara lestari.
17 (FAO 1976) dalam Sinata Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press,
2009), h. 307 18 Sarwono Hardjowigeno, Ilmu Tanah,( Jakarta : CV Akdem Ika Pressindo, 2015), h.260 19 Bartelli et al.1976; FAO 1976; Ongaro 1998 di dalam Sinata Arsyad, op. cit., h.303
11
Evluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian
potensi lahan sangat di perlukan terutama dalam rangka penyusunan
kebijakan pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secara
berkesinambungan.20
Klaifikasi kemampuan lahan (Land capability classification)
merupakan penilaian lahan atau komponen-komponen lahan secara sistematik
dan pengelompokan ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat
yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara
lestari.21
Lahan yang merupakan objek penelitian keadaan kompleks dan tidak
merupakan suatu unsur fisik atau sosial ekonomi. Evalusi kemampuan lahan
melibatkan unit dalam pemetaan lahan terkait untuk jenis penggunaan lahan
tertentu. Tipe-tipe penggunaan dianggap terbatas pada yang tampaknya
relevan dibawah fisik umum, ekonomi dan kondisi sosial yang berlaku di
suatu daerah. Jenis penggunaan lahan ini berfungsi sebagai subjek evaluasi
lahan mereka dapat terdiri dari jenis utama penggunaan lahan atau jenis
pemanfaatan lahan.
Karena evaluasinya bersifat secara luas dan menyeluruh maka evaluasi
kemampuan lahan digunakan untuk penggunaan lahan dalam suatu wilayah,
misalkan penggunaan lahan pada bidang pertanian atau penggunaan lahan
pada bidang pemukiman maka yang dilakukan adalah evaluasi kemampuan
lahan pemukiman yang terdapat pada wilayah tertentu.
20 Bintang Mariani Sembiring dan Julpan Lynneus, “Evaluasi Kemampuan Lahan Desa
Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir”, jurnal Agribisnis
Sumatera Utara Vol.8 No.1/April 2015, h.48
21 Jaka Suyana dan Endang Setia Muliawati, “Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem
Pertnian di Sub-Das Serang daerah Tangkapan Waduk Kedung Ombo”, Jurnal Ilmu Tanah
dan Agrokimatologi, Vol.11 No.2, 2014, h.140
12
6. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan
“Klasifiksi kemampuan lahan merupakan upaya untuk mengevaluasi
lahan untuk penggunaan tertentu, sedangkan evaluasi kemampuan lahan
adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan)”.22 Secara sistematik
dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas
sifatsifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan secara
lestari.
“Terdapat tiga kategori dalam klasifikasi kemampuan lahan, yaitu
kelas kemampuan, yang merupakan kategori tertinggi, sub kelas kemampuan,
dan unit kemampuan”.23 Dengan perkataan lain klasifikasi lahan bertujuan
untuk mengelompokan lahan berdasarkan dengan kemampuan yang dimiliki
serta menetapkan jenis pengelolaan yang tepat terhadap suatu penggunaan
lahan agar suatu lahan dapat tetap berproduksi berkesinambungan dan terus
menerus tanpa menimbulakan kerusakan dalam jangka panjang.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan ke
dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuan untuk penggunaan yang
paling intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan secara
terus-menerus. Dengan kata lain, klasifikasi ini akan menetapkan jenis
penggunaan yang paling sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk
dapat digunakan sebagai produksi pertanian secara lestari.24
a. Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Kelas
“Tanah dikelompokan ke dalam delapan kelas yang ditandai dengan
huruf Romawi dari I sampai VIII”.25
22 Menurut arsyad, 2006 dalam Mahedra Hardianto dkk, “ Evaluasi Kemampuan Lahan
untuk Arahan Penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai Lawo, Sulawesi Selatan”, Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol. 5 No.1, 2016, h. 2 23 Dedi hermon, Geografi Bencana Alam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015),
h.138 24 Opcit., h.139 25 Menurut Sistem Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) Klingebiel dan
Montgomery dalam Sinata Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2009),
h. 313
13
dimana semakin tinggi kelas semakin terbatas penggunaannya karena
memiliki beberapa faktor penghambat.
1). Kelas I.
Tanah pada kelas I mempunyai sedikit hambatan yang
membatasi penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai
penggunaan pertanian (tindakan pemupukan dan usaha-usaha
pemeliharaan struktur tanah diperlukan agar dapat mempertahankan
kesuburan dan produktivitasnya) mulai dari tanaman semusim (dan
tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, hutan dan
cagar alam. Lahan kelas 1 mempunyai sifat-sifat lahan dan kualitas
lahan sebagai berikut: (1) terletak pada topografi hamper datar, (2)
ancaman erosi kecil, (3) mempunyai kedalaman tanah efektif yang
dalam, (4) umumnya berdrainase baik, (5) mudah diolah, (6)
kapasitas menahan air baik, (7) subur atau responsif terhadap
pemupukan, (8) tidak terancam banjir, (9) di bawah iklim setempat
yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman umumnya.
2). Kelas II.
Tanah pada lahan kelas II memiliki beberapa hambatan atau
mengakibatkan memerlukan tindakan konservasi tanah sedang.
Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati termasuk di
dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan
atau memperbaiki hubungan air dan udara jika lahan di usahakan
untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada lahan kelas II
sedikit, tindakan yang diperlukan mudah diterapkan. Tanah-tanah ini
sesuai untuk penggunaan tanaman semusim, tanaman rumput,
padang pengembalaan, hutan produksi dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan pada kelas II adalah salah
satu atau kombinasi dari pengaruh berikut: (1) lereng yang landai, (2)
kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang, (3) kedalaman tanah,
14
efektif agak dalam, (4) struktur tanah dan daya olah agak kurang baik,
(5) salinitas ringan sampai sedang atau terdapat garam natrium yang
mudah dihilangkan. Di dalam penggunaannya diperlukan tindakan-
tindakan pengawetan yang ringan seperti pengolahan tanah menurut
kontur, penanaman dalam jalur (strip cropping), penggiliran tanaman
dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan,
pemupukan dan pengapuran. Kombinasi tindakan-tindakan yang
diperlukan bervariasi dari suatu tempat ketempat lain, tergantung dari
sifat-sifat tanah, iklim dan sistem usaha tani yang dilakukan.
3). Kelas III.
Tanah pada lahan kelas III mempunyai hambatan berat yang
mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan
konservasi tanah, khusus dan keduanya. Lahan kelas III mempunyai
pembatas yang lebih berat dari lahan kelas II dan jika dipergunakan
bagi tanaman yang memerlukan pengelolaan tanah dan tindakan
konservasi tanah yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan
dipelihara. Lahan kelas III dapat dipergunakan untuk tanaman
semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman
rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan suaka
magasatwa.
Hambatan yang terdapat pada kelas III membatasi lama
penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengelolaan, pilihan
tanaman atau kombinasi dan pembatasan-pembatasan tersbut,
hambatan atau ancaman kerusakan mungkin disebabkan oleh salah
satu relief atau beberapa sifat lahan berikut: (1) lereng yang agak
miring atau bergelombang, (2) peka terhadap erupsi atau telah
mengalami erosi yang berat, (3) seringkali mengalami banjir yang
mengalami banjir yang merusak tanaman, (4) lapisan bawah tanah
yang berpermenbilitas lambat, (5) kedalaman tanah dangkal di atas
batuan, lapisan padas keras, lapisan lempung padat yang membatasi
15
perakaran dan simpanan air, (6) terlalu basah atau masih terus jenuh
air setelah di drainase, (7) kapasitas menahan air rendah, (8) salinitas
atau kandungan natrium sedang, atau
(9) hambatan iklim agak besar.
4). Kelas IV.
Tanah pada lahan kelas IV memiliki hambatan dan ancaman
kerusakan lebih besar dibandingkan dengan lahan III, dan pilihan
tanaman juga lebih teratas. Jika dipergunakan untuk tanaman
semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hatidan tindakan
konservasi tanah lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras
bangku, saliran bervegetasi, dan pengendali di samping tindakan
yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Lahan di dalam kelas IV dapat dipergunakan untuk tanaman
semusim dan tanaman pertanian pada umumnya, tanaman rumput,
hutan produksi, padang pengembalan, hutan lindung atau suaka alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan lahan kelas IV disebabkan oleh
salah satu kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng miring atau
relief berbukit, (2) kepekaan erosi yang besar, (3) pengaruh erosi
agak berat yang telah terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas
menahan air yang rendah, (6) sering tergenang yang menimbulkan
kerusakan berat pada tanaman, (7) kelebihan air dan ancaman
kejenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase, (8)
salinitas atau kandungan natrium yang tinggi, dan (9) keadaan iklim
yang kurang menguntungkan.
5). Kelas V.
Tanah pada lahan kelas V tidak terancam erosi, akan tetapi
mempunyai hambatan lain yang tidak dihilangkan dan membatasi
pilihan penggunaannya. Sehingga hanya sesuai untuk tanaman
rumput, padang pengembalaan hutan produksi atau hutan lindung
16
dan suaka alam. Lahan di dalam kelas V mempunyai hambatan yang
mempunyai pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan
menghambat pengelolaan tanah bagi tanaman semusim.
Lahan ini terletak pada topografi datar atau hampir datar tetapi
tergenang air, sehingga terlanda banjir, berbatu-batu iklim yang
kurang sesuai atau mempunyai kombinasi hambatan tersebut.
Contoh lahan kelas V adalah: (1) lahan yang sering dilanda banjir,
sehingga sulit dipergunakan untuk penanaman tanaman semusim
secara normal, (2) lahan datar yang berada pada kondisi iklim yang
tidak memungkinkan produksi tanaman secara normal. (3) lahan
detar atau hampir datar yang berbatu-batu dan (4) lahan tergenang
yang tidak layak didrainase untuk tanaman semusim tetapi dapat
ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan.
6). Kelas VI.
Tanah pada lahan kelas VI mempunyai hambatan berat yang
menyebabkan lahan ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian,
penggunaan terbatas untuk tanaman rumput atau padang
pengembalan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam.
Lahan dalam kelas VI mempunyai pembatas atau ancaman
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan berupa salah satu atau
kombinasi faktor-faktor sebagai berikut: (1) terletak pada lereng
yang curam, (2) bahaya erosi berat, (3) telah tererosi berat, (4)
mengandung garam larut atau natrium, (5) berbatu-batu, (6) daerah
perakaran sangat dangkal, (7) atau iklim yang tidak sesuai.
Lahan kelas VI terletak pada lereng agak curam jika
dipergunakan untuk pengembalaan dan hutan produksi harus
dikelola dengan baik untuk menghindari erosi.
7). Kelas VII.
17
Tanah pada lahan kelas VII tidak sesuai untuk budi daya
pertanian. Jika dipergunakan sebagai padang rumput atau hutan
produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang
berat. Lahan kelas VII tidak peka erosi jika digunakan untuk
tanaman pertanian harus dibuat teras bangku yang ditunjang
dengan cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah, disamping
tindakan pemupukan. Lahan kelas VII mempunyai beberapa
hambatan atau ancaman kerusakan berat dan tidak dapat
dihilangkan seperti: (1) terletak pada lereng yang curam, (2) telah
teresolasi sangat berat bahkan berupa erosi parit dan (3) daerah
perakaran sangat dangkal.
8). Kelas VIII.
Tanah pada lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budi daya
pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami.
Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi
atau cagar alam pembatas atau ancaman kerusakan pada kelas VIII
dapat berupa: (1) terletak pada lereng yang sangat curam, (2) berbatu
atau (3) kapasitas menahan air sangat rendah. Contoh kelas VIII
adalah tanah mati, batu tersingkap, pantai pasir dan puncak
pegunungan.
Gambar 2.1
Skema Hubungan antara Kelas
Kemampuan Lahan dengan Itensitas dan
Macam Penggunaan Lahan yang Dapat di
Adaptasi dari Hockensmith dan Steele.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
18
b. Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Sub- Kelas
Sesuai pengelompokan dalam sub kelas berdasarkan atas
jenis faktor penghambat atau ancaman kerusakan. Jadi, sub kelas
adalah pengelompokan unit kemampuan lahan yang mempunyai
jenis hambatan atau ancaman dominan yang sama jika digunakan
untuk pertanian. Beberapa tanah terancam erosi jika tidak
dilindungi, sedangkan lainnya secara alami selalu tergenang atau
berlebihan air yang harus di drainase agar dapat ditanami.
Terdapat tanah yang dangkal atau mudah kekeringan atau
mempunyai kekurangankekurangan lain. dan terdapat tanah yang
terletak di daerah yang mempunyai iklim sedemikian rupa
sehingga membatasi penggunaan tanah. Lahan dalam satuan yang
sama dapat dipergunakan untuk budi daya tanaman yang sama,
memerlukan pengelolaan dan konservasi yang tidak berbeda, serta
potensi produksi yang sebanding.
Terdapat beberapa jenis hambatan atau ancaman yang
dikenal dalam subkelas yaitu: (e) menunjukan ancaman erosi atau
tingkat erosi yang telah terjadi merupakan masalah utama.
Ancaman erosi didapatkan, kecuraman lereng, dan kepekaan
erosi tanah. (w) menunjukan bahwa tanah mempunyai hambatan
yang disebabkan oleh drainase buruk, atau kelebihan air dan
terancam banjir yang merusak tanaman. (s) menunjukan tanah
mempunyai hambatan daerah perakaran. Daerah perakaran
adalah kedalaman tanah terhadap batu atau lapisan yang
menghambat perkembangan akar, adanya batuan dipermukaan
lahan, kapasitas menahan air rendah, sifat-sifat kimia yang sulit
diperbaiki seperti salinitas atau kandungan natrium atau
senyawa-senyawa kimia lainnya yang menghambat pertumbuhan
tanaman yang tidak praktis dihilangkan. (c) menunjukan adanya
faktor iklim (temperature dan curah hujan) menjadi pembatas
penggunaan lahan.
19
Hambatan atau ancaman yang disebabkan oleh bahaya
erosi, kelebihan air, kedangkalan, batuan, kapasitas menahan air
yang rendah, salinitas atau kandungan garam, dapat diubah untuk
sebagian dapat diatasi, merupakan pembatas yang didahulukan
dari pada iklim dalam menentukan sub kelas. Tanda pada sub
kelas dituliskan di belakang tanda kelas seperti IIIe, IVw atau
IVs.
c. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Unit (Satuan
Pengelolaan)
Satuan kemampuan memberikan informasi yang lebih
spesifik dan rinci untuk setiap bidang lahan dari pada sub kelas.
Satuan kemampuan adalah pengelompokan lahan yang sama atau
hampir sama kesesuaiannya bagi tanaman dan memerlukan
pengelolaan yang sama atau memberikan tanggapan (response)
yang sama terhadap masuknya pengelolaan atau perlakuan yang
diberikan. Tanah-tanah yang dikelompokan di dalam satuan
kemampuan yang sama harus cukup seragam dan sifat-sifat tanah
dan lingkungan yang mempengaruhi kualitas lahan sehingga
mempunyai potensi dan hambatan yang sama.
Lahan di dalam suatu satuan kemampuan harus cukup
seragam dalam (a) produksi tanaman pertanian atau rumput
dibawah tindakan pengelolaan yang sama, (b) kebutuhan akan
tindakan konservasi dan pengelolaan yang sama di bawah
vegetasi penutup yang sama, dan (c) mempunyai produktivitas
potensial yang setara (perbedaan hasil rata-rata dibawah sistem
pengelolaan yang sama tidak boleh lebih 25%.
20
7. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan
“Beberapa kriteria yang digunakan dalam kelas”.26
Untuk membatu klasifikasi diperlukan kriteria yang jelas yang
memungkinkan pengelompokan tanah pada setiap kategori yaitu kelas, sub
kelas dan satuan kemampuan. kriteria yang digunakan dalam pengelompokan
kelas adalah sebagai berikut:
a. Iklim
“Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan
adalah temperatur dan curah hujan”.26 Temperatur yang rendah
mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. faktor paling penting
yang mempengaruhi temperatur udara di daerah tropika adalah ketinggian
letak suatu tempat dari permukaan laut. “Udara yang bebas bergerak akan
turun temperatur pada umumnya dengan 1˚C untuk setiap 100 m naik di
atas permukaan laut”.27
b. Lereng
Kelas lereng diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemiringan atau
sudut dari lereng tersebut. “Faktor panjang (L) dan kemiringan lereng (S)
mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Makin panjang suatu lereng
maka erosi yang terjadi makin besar pula".28
Tabel 2.1
Kecuraman Lereng A ≤ 0 sampai 3% Datar
B > 3 sampai 8 % Landai atau Berombak
C > 8 sampai 15 % Agak Miring atau
Bergelombang
D > 15 sampai 30 % Miring tau Berbukit
26 Ibid., h. 327 26 Ibid., 27 Ibid., h. 328 28 Ramdan Kresnawan Hartanto, “Analisis Kemampuan Lahan untuk Arahan
Penggunaan Lahan Bidang Pertanian di Das Jono Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta ,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
2017, h.4
21
E >30 sampai 45% Agak Curam atau
Bergunung
F >45 sampai 65% Curam
G >65% Sangat Curam
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
Tabel 2.2
Kepekaan Erosi (KE)
Tanah (nilai K) KE1 0,00 sampai 0,10 Sangat Rendah
KE2 0,11 sampai 0,20 Rendah
KE3 0,21 sampai 0,32 Sedang
KE4 0,33 sampai 0,43 Agak Tinggi
KE5 0,44 sampai 0,55 Tinggi
KE6 0,56 sampai 0,64 Sangat Tinggi
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
Tabel 2.3
Kerusakan Oleh Erosi yang Telah Terjadi e0 Tidak ada Erosi -
e1 Ringan < 25% lapisan atas hilang
e2 Sedang 25-75% lapisan atas hilang
e3 Agak Berat > 75% lapisan atas hilang, <
lapisan bawah hilang
e4 Berat >75% lapisan bawah
hilang
e5 Sangat Berat Erosi parit
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
c. Kedalaman Tanah ( K )
“Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. lapisan tersebut dapat berupa
pada lapisan padas keras (hard pan), padas liat (clay pan), padas rapuh
(fragi-pan) atau lapisan phlintite”.29
29 Opcit., h. 331
22
Tabel 2.4
Kedalaman Efektif Tanah
K0 >90 cm Dalam
K1 90-50 cm (sedang) Sedang
K2 50-25 cm (dangkal) Dangkal
K3 25 cm (sangat dangkal) Sangat Dangkal
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
d. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kapasitas tanah untuk menahan air dan permeanbilitas tanah serta
berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
Tabel 2.5
Tekstur Tanah
t1 Halus Liat berpasir, liat berdebu dan liat.
t2 Agak Halus Lempung liat berpasir, lempung berliat,
lempung liat berdebu.
t3 Sedang Lempung, lempung berdebu, debu
t4 Agak Kasar Lempung berpasir, lempung berpasir halus,
dan lempung berpasir sangat halus
t5 Kasar Pasir berlempung dan pasir
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009
e. Permeanbilitas (p)
“Permeanbilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap ke
dalam tanah melalui pori-pori tanah, baik horizontal (kemampuan tanah
dalam menyerap air) cepat lambatnya perembasan air ini sangat
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah, maka
semakin cepat pula perembasan air”.30 Klasifikasi permeanbilitas
dikelompokan sebagai berikut pada tabel 2.6
30 Opcit., h.6
23
Tabel 2.6
Permeanbilitas
P1 Lambat <0,5 cm/jam
P2 Agak Lambat 0,5-2,0 cm/jam
P3 Sedang 2,0-6,25 cm/jam
P4 Agak Cepat 6,25-12,5 cm/jam
P5 Cepat >12,5 cm/jam
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 200
f. Drainase tanah (d)
“Drainase tanah adalah kemampuan tanah mengalir dan mengatur
kelebihan air yang berada dalam tanah maupun pada permukaan tanah. air
yang berlebihan mengenangi tanah disebabkan oleh pengaruh topografi,
air tanah yang dangkal, dan curah hujan”.31 Kriteria drainase tanah di
klasifikasikan sebagai berikut pada tabel 2.7
Tabel 2.7
Drainase Tanah d0 Berlebihan (excessively
drained)
Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat
sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga
tanaman akan segera mengalami
kekurangan air.
d1 Baik Tanah mempuyai peredaran udara baik.
seluruh profil tanah dari atas sampai ke
bawah (150 cm) berwarna terang yang
seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
berwarna kuning, coklat, atau kelabu.
d2 Agak Baik Lapisan tanah atas mempunyai peredaran
udara baik tidak terdapat bercak-bercak
berwarna kuning, berkabu atau coklat.
Bercak-bercak terdapat pada lapisan atas
dan bagian atas lapisan bawah (sampai
sekitar 60 cm dari permukaan tanah)
d3 Agak Buruk Lapisan atas tanah mempunyai peredaran
udara baik. tidak terdapat bercak-bercak
berwarna kuning, kelabu atau
coklat.bercak-bercak ditemukan pada
seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm
dari permukaan tanah).
d4 Sangat Buruk Seluruh lapisan permukaan tanah berwarna
kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna
kelabu atau terdapat bercak-bercak
31 Ibid.,
24
berwarna kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
g. Faktor –Faktor Khusus
“Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah
batuan-batuan, bahanya banjir dan salinitas”.32
1. Batuan-Batuan dan Krikil (b)
Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau diatas
permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm
atau di bagian atas tanah yang berukuran lebih besar dari 22 mm di
bedakan.
Krikil adalah bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 22
mm sampai 7,5 cm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu
panjang, jika berbentuk gepeng. Krikil di dalam lapisan 20 cm33.
Batuan kecil adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7,5 cm
sampai 25 cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran
15 cm sampai 40 cm jika berbentuk gepeng.
Tabel 2.8
Pengelompokan Batuan Kecil b0 Tidak ada atau sedikit 0-15% volume tanah
b1 Sedang 15-50 % volume tanah: pengolahan
tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan
tanaman agak terganggu.
b2 Banyak 50-90% volume tanah: pengolahan
tanah sangat sulit dan pertumbuhan
tanaman agak tergangu.
b3 Sangat banyak >90% volume tanah: pengelolaan tanah
tidak mungkin dilakukan dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
a). Batuan lepas yang terletak di atas permukaan tanah (stone).
Batuan lepas adalah batuan yang terbesar di atas
permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm
(berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm
32 Sinata Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2009), h. 336 33 Ibid.,
25
(berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan
tanah adalah sebagai berikut:34
Tabel 2.9
Batuan Lepas yang Terletak di Atas Permukaan Tanah b0 Tidak ada Kurang dari 0,01% luas area.
b1 Sedikit 0,01% sampai 3% permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah dengan mesin
agak terganggu tetapi tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman.
b2 Sedang 3% sampai 15% permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah mulai agak
sulit dan luas area produktif berkurang.
b3 Banyak 15% sampai 90% permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah dan
penanaman menjadi sulit.
b4 Sangat
banyak
>90% permukaan tanah tertutup: tanah
sama sekali tidak dapat digunakan untuk
produksi pertanian. Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
b). batuan tersingkap (rock).
Batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah yang
merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam
tanah.
Tabel 2.10
Penyebaran Batuan Tersingkap b0 Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup
b1 Sedikit 2% sampai 10% permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah dan
penanaman agak terganggu.
b2 Sedang 10% sampai 50 % permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah dan
penanaman terganggu.
b3 Banyak 50% sampai 90% permukaan tanah
tertutup: pengelolaan tanah dan
penanaman sangat terganggu.
34 Ibid., h. 337
26
b4 Sangat banyak >90% permukaan tanah tertutup: tanah
sama sekali tidak dapat digarap.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009
2. Ancaman Banjir/Genangan (O)
Banjir atau genangan akan menyebabkan kerusakan
bahkan kematian tanaman sehingga menurunkan produktifitas.
Penentuan daerah yang tercemar banjir dapat dilakukan melalui
pengamatan langsung di lapangan, sedangan periode banjir
dapat diperoleh dari wawancara dengan penduduk sekitar lokasi
penelitian.
Tabel 2.11
Ancaman Banjir atau Penggenangan Air
O0 Tidak pernah, dalam periode satu tahun tanah tidak pernah
tertutup banjir untuk waktu lebih 24 jam.
O1 Kadang-kadang, banjir yang tertutupi tanah lebih dari 24 jam.
Terjadi tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan.
O2 Selama waktu satu bulan dalam satu tahun, tanah secara teratur
tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
O3 Selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara teratur
selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam.
O4 Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir yang
selam lebih dari 24 jam.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
3. Salinitas (g)
Salinitas adalah keadaan dimana terjadi akumulasi garam
terlarut dalam tanah. sebagai berikut:
Tabel 2.12
Salinitas Tanah
g0 Bebas 0 – 0,15 % garam larut
g1 Terpengaruh sedikit 0,15%-0,35% garam larut.
g2 Terpengaruh sedang 0,35%-0,65% garam larut.
g3 Terpengaruh hebat >0,65% garam larut.
Sumber :Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
27
4. Erosi
“Tingkat kepekaan erosi dinilai berdasarkan nilai K. Nilai
diperoleh dari perhitungan beberapa data seperti tekstur tanah,
struktur tanah, kandungan organik tanah, dan permeanbilitas
tanah. kelas yang diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya
nilai K atau kepekaan erosi tanah tersebut”.35 Semakin kecil nilai
K, semakin kurang peka tanah terhadap erosi. Tingkat rendahnya
erodibilitas tanah dipengaruhi oleh keberadaan.
Tabel 2.13
Tingkat Kepekaan Erosi Nilai Klasifikasi Diharkat
e0 Tanpa 0
e1 Ringan 1-
e2 Sedang 2-
e3, e4 Berat 3-
Sumber: Ramdan Kresnawan Hartanto dalam Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017.
35 Ramdan Kresnawan Hartanto, “Analisis Kemampuan Lahan untuk Arahan
Penggunaan Lahan Bidang Pertanian di Das Jono Kecamatan Piyungan, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta, 2017, h.5
28
Tabel 2.14
Kriteria klasifikasi kemampuan lahan
No Faktor Penghambat
Kelas Kemampuan Lahan
I II III IV V VI VII VIII
1 Lereng Permukaan A B C D A E F G
2
Kepekaan Erosi
Ke1,K
e2
Ke3
Ke4,
Ke5 Ke6
(1) (1) (1) (1)
3 Tingkat Erosi e0 e1
e2 e3
(2) e4 e5
(1)
4 Kedalaman Tanah K0 K1
K2 K2
(1) K3 (1) (1)
5 Tekstur Lapisan
Atas
t1,t2,
t3,
t1, t2,
t3,
t1, t2,
t3,t4
t1, t2,
t3,t4
(1) t1, t2,
t3, t4
t1, t2, t3,
t4
t5
6 Tekstur lapisan
Bawah Sda Sda Sda Sda (1) Sda Sda Sda
7 Permeanbilitas
P2, P3 P2, P3
P2,P3
p4
P2,P3
p4 P1 (1) (( (1) P5
8 Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (2) (2) do
9 Kerikil/ Batuan
b0 b0 b1 b2 b3 (1) (1) b4
10 Ancaman Banjir O0
O1
O2
O3
O4 (2) (2)
(1)
11 Garam/Salinitas g0 g1 g2 (2) g3 g3 (1) (1)
Sumber : Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
Catatan : (1) = dapat mempunyai sembarang sifat
(2) = tidak berlaku
(3) = umumnya terdapat di daerah beriklim kering
29
8. Pengertian Evaluasi Kemampuan Lahan Aktual dan Potensial
Kemampuan lahan dapat bersifat pembawaan yaitu kemampuan aktual
yang merupakan pernyataan watak dan prilaku hakiki lahan, dan bersifat
potensi buatan (acquired) yaitu kemampuan potensial atau kemampuan yang
timbul dari tanggapan atas kemampuan tersebut.36
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya.
1. Sebagai bahan rujukan penelitian pertama adalah dari “Mahendra Harjianto
dkk (2016), Mahasiswa Jurusan Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
Universitas Pertanian Bogor (IPB), tentang kajian Evaluasi Kemampuan
Lahan untuk Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Lawo,
Sulawesi Selatan”.37 Berdasarkan hasil analisis evaluasi lahan menunjukan
bahwa, sebaran kelas kemampuan lahan di DAS Lawo terdiri atas kelas
kemampuan lahan III seluas 17.748,05 ha (50,45%), kelas kemampuan
lahan IV seluas 9.788,18 ha (27,83%), dan kelas kemampuan lahan VI
seluas 7.638,39 ha (21,72%), dengan faktor penghambat untuk seluruh
kelas kemampuan lahan adalah lereng (bergelombang-Curam), erosi
(sedang) dan batuan di permukaan tanah (sedang), serta drainase (agak
buruk). Lahan kelas III-e2,b1 dengan faktor pembatas kerusakan erosi (e2)
menempati areal seluas 5.847,66 ha (16,62%) terdapat pada satuan lahan 14
dan 16. Tanah dalam kelas III mempunyai hambatan berat yang mengurangi
pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau
keduanya. Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III antara
lain membatasi waktu penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu
pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut.
36 Anton S Sinery, Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, (Yogyakarta: Cv Budi
Utama, 2019, Ebook, h.17 37 Mahendra Harjianto dkk, “Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan
Lahan di Daerah Aliran Sungai Lawo, Sulawesi Selatan”, Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea, Vol. 5 Issue 1 (2016) h.4
30
2. Sebagai bahan rujukan penelitian kedua adalah “J. Manuputty., E. Y.
Gaspersz dan S. M. Talakua (2014), Mahasiswa Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, tentang kajian Evaluasi
Kemampuan Lahan dan Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran
Sungai Wai Tina Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku”.38 Berdasarkan
hasil analisis, DAS Wai Tina memiliki 69 unit lahan dan memiliki
penyebaran serta karakter atau sifat dari setiap unit lahan yang beragam.
Satuan analisis untuk kemampuan lahan dalam penelitian ini menggunakan
unit lahan yang diperoleh dari hasil tumpang tindih antara peta topografi
(kemiringan lereng), peta bahan induk (geologi), peta jenis tanah, dan
penggunaan lahan. Topografi atau kemiringan lereng yang ditemui di lokasi
penelitian bila ditinjau berdasarkan total luas areal didominasi oleh
topografi agak curam yang tersebar dalam 16 unit. Sedangkan topografi
yang memiliki total luasan paling kecil adalah topografi landai yang
tersebar dalam 6 unit lahan. penghambat yang didominasi oleh lereng yang
bergelombang sampai sangat curam, tingkat erosi berat sampai sangat berat,
tekstur tanah sedang, permeabilitas agak cepat sampai lambat, kepekaan
erosi sedang, batuan kerikil dari sedang sampai banyak, dan ancaman banjir
agak sering. Kelas kemampuan lahan yang memiliki luas paling besar
adalah kelas IV dengan luasan sebesar 24.636 ha atau 51,19% dan kelas
kemampuan lahan yang memiliki luas paling kecil adalah kelas V dengan
luasan sebesar 2.944,75 ha atau 6,12%.
3. Sebagai bahan rujukan ketiga adalah “Bintang Mariani Sembiring dan
Julpan Lynneus (2015), Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, tentang kajian Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Lumban
Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir”.39 Berdasarkan
38 J. Manuputty., E. Y. Gaspersz dan S. M. Talakua, “Evaluasi Kemampuan Lahan dan
Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran Sungai Wai Tina Kabupaten Buru Selatan
Provinsi Maluku”, jurnal Penelitian Agrologia, Vol. 3 No. 1 April, 2014, h.65 39 Bintang Mariani Sembiring dan Julpan Lynneus, “Evaluasi Kemampuan Lahan Desa
Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir”, jurnal Agribisnis
Sumatera Utara Vol.8 No.1/April 2015, h.51
31
hasil analisis, dapat dilihat bahwa hambatan terberat adalah terrain (tanah
lapang) dengan lereng yang agak miring dan jumlah batuan yang cukup
banyak pada kedalaman 20 cm; media perakaran dengan tekstur agak kasar
dan bahaya erosi yang sedang dan permiabilitas agak lambat. Praduga kelas
kemampuan lahan di Desa Lumban Lobu adalah Kelas III dengan faktor
penghambat kelerengan, tingkat erosi dan tekstur. Dengan adanya usaha
perbaikan maka faktor penghambat diharapkan/diupayakan dapat
dikurangi. Data aktual menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan di
Desa Lumban Lobu adalah Kelas III. Hasil analisis laboratorium dan
pengamatan lapangan menunjukkan bahwa Desa Lumban Lobu mempunyai
kebaikan sifat / karakteristik lahan yakni kedalaman efektif yang besar
yakni ketebalan solum/kedalaman tanah >90 cm sehingga tempat jelajah
akar dapat mencapai kedalaman yang sangat jauh. Hal kegaraman dalam
tanah dan bahaya banjir tidak merupakan/menjadi ancaman di dalam
penggunaan lahan untuk pertanian
4. Sebagai bahan rujukan ke empat adalah “Rivaldo Restu Wirawan , Veronica
A. Kumurur & Fela Warouw (2019), Mahasiswa S1 Program Studi
Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi 2&3 Staf Pengajar
Prodi S1 Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam
Ratulangi, tentang kajian Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan
Lahan di Kota Palu”.40 Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui
bahwa SKL Morfologi di Kota Palu terdiri dari kemampuan lahan dari
morfologi yang kompleks dengan didominasi oleh kemampuan lahan dari
morfologi sedang 28%. Berdasarkan hasil analisis diatas untuk setiap
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kota Palu, berikut adalah peta Satuan
Kemampuan Lahan yang dianalisis berdasarkan PERMEN PU No. 27 tahun
2007 tentang Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta
Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Pengklasifikasikan
40 Rivaldo Restu Wirawan , Veronica A. Kumurur & Fela Warouw, “Daya Dukung
Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan di Kota Palu”, Jurnal Spasial Vol 6. No. 1,
2019, h.142
32
kemampuan lahan untuk Kota Palu Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Pengklasifikasikan
kemampuan lahan untuk Kota Palu dilakukan dengan cara mengoverlay
(intersect) setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil
pengalian nilai akhir (tingkatan kemampuan lahan pada setiap SKL) dengan
bobotnya secara satu persatu sehingga diperoleh peta jumlah nilai akhir
dikalikan bobot seluruh SKL secara kumulatif. Hasil pengalian nilai akhir
dengan bobot setiap satuan, dalam analisis ini disebut dengan istilah skor
(Skor = nilai_akhir x Bobot).
5. Penelitian dari “Gandang Maulana Andira (2016), lulusan SI Jurusan Ilmu
Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian
Bogor. Tentang Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Budidaya di
Kecamatan Jasinga dan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil yang
terjabar dari penelitian tersebut menunjukan bahwa Zona industri tidak
ditemukan pada Kecamatan Cigudeg, hal ini disebabkan Kecamatan
Cigudeg tidak memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk mendukung
kegiatan industri, dan didominasi kemiringan lereng 3045% sehingga dapat
mengganggu aktivitas perindustrian. Sedangkan berdasarkan Permen PU
No. 41 tahun 2007 lereng yang sesuai untuk zona industri adalah lereng 3-
8%, dan Perda Kab. Bogor No. 19 2008 menyatakan bahwa zona industri
harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik seperti jalan dan
penyediaan hunian yang layak.41 Kecamatan Jasinga memiliki zona industri
karena memiliki kemiringan lereng yang sesuai dan memiliki prasarana
yang lebih lengkap dibandingkan Cigudeg, yaitu jalan kolektor primer serta
merupakan pusat permukiman perkotaan ber-orde III. Kecamatan Jasinga
juga memiliki persentase luas kawasan pemukiman yang lebih banyak
dibandingkan Cigudeg. Hal ini dipengaruhi oleh kemiringan lereng, 15
41 Gandang Maulana Andira, “Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Budidaya Di
Kecamatan Jasinga Dan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”Skripsi Universitas
Pertanian Bogor, Bogor, 2016, h.14 dipublikasikan
33
seperti yang disebutkan di dalam Permen PU No. 41 tahun 2007 bahwa
lereng yang tepat untuk kawasan pemukiman harus berada pada lereng
maksimal 8%. Selain itu, kawasan pertanian lahan basah juga ditemukan
lebih luas di Kecamatan Jasinga dibandingkan dengan di Kecamatan
Cigudeg. Permen PU No. 41 tahun 2007 juga menyatakan bahwa
kemiringan lereng yang cocok untuk kawasan pertanian lahan basah adalah
0-3%.
6. Penelitian dari “Gunawan (2018), lulusan SI Jurusan Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor.
Tentang Keselarasan Kelas Kemampuan Lahan Skala Semidetil Terhadap
Pola Ruang dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus
Kecamatan Rancabali)”.42 Hasil yang tejabar dalam penelitian tersebut
bahwa alokasi ruang pada Kawasan lindung berupa hutan lindung sebesar
38.2% yang menyebar di bagian utara, timur dan selatan lokasi penelitian.
Pola sebaran ini terbentuk karena kemiringan lereng pada bagian utara,
timur dan selatan lokasi penelitian didominasi oleh kemiringan lereng 1530
dan 30-45%. Kondisi tersebut sesuai dengan PP No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan yang menyatakan bahwa kemiringan lereng 30-
40% merupakan kemiringan yang tepat untuk digunakan sebagai kawasan
hutan. Adanya kawasan hutan dimungkinkan karena vegetasi hutan dapat
membantu meningkatkan resapan air kedalam tanah sehingga
meminimalisir erosi dan longsor. Kawasan budidaya terluas adalah kawasan
pertanian tahunan/perkebunan yaitu mencapai 49.79% dari luas total yang
menyebar dominan pada lereng datar hingga agak landai (08%). Hal ini
sesuai dengan pendapat Ritung et al. (2011) yang menyatakan bahwa
Kawasan Perkebunan sangat sesuai pada kemiringan.
42 Gunawan, “Keselarasan Kelas Kemampuan Lahan Skala Semidetil Terhadap Pola
Ruang
Dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Kecamatan Rancabali)”
Skripsi Universitas Pertanian Bogor, Bogor, 2018, h.13 dipublikasikan
35
Tabel 2.15
Hasil Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul Hasil Perbedan Persamaan
1. Mahendra Harjianto dkk
(2016)
Evaluasi Kemampuan
Lahan untuk Arahan
Penggunaan Lahan di
Daerah Aliran Sungai
Lawo, Sulawesi
Selatan
Berdasarkan hasil analisis Hasil evaluasi lahan
menunjukan bahwa, sebaran kelas kemampuan lahan di
DAS Lawo terdiri atas kelas kemampuan lahan III
seluas 17.748,05 ha (50,45%), kelas kemampuan lahan
IV seluas 9.788,18 ha (27,83%), dan kelas kemampuan
lahan VI seluas 7.638,39 ha (21,72%), dengan faktor
penghambat untuk seluruh kelas kemampuan lahan
adalah lereng (bergelombang-Curam), erosi (sedang)
dan batuan di permukaan tanah (sedang), serta drainase
(agak buruk).
Peneliti sebelumnya meneliti
kemampuan lahan di DAS.
Meneliti kelas
kemampuan lahan
2. J. Manuputty., E. Y. Gaspersz dan S. M.
Talakua (2014)
Evaluasi Kemampuan Lahan dan Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran Sungai Wai Tina Kabupaten Buru Selatan Provinsi
Maluku
DAS Wai Tina memiliki 6 kelas kemampuan lahan,
yaitu kelas kemampuan lahan III, IV, V, VI, VII, dan
VIII dengan faktor penghambat yang didominasi oleh
lereng yang bergelombang sampai sangat curam,
tingkat erosi berat sampai sangat berat, tekstur tanah
sedang, permeabilitas agak cepat sampai lambat,
kepekaan erosi sedang, batuan kerikil dari sedang
sampai banyak, dan ancaman banjir agak sering. Kelas
kemampuan lahan yang memiliki luas paling besar
adalah kelas IV dengan luasan sebesar 24.636 ha atau
51,19% dan kelas kemampuan lahan yang memiliki luas
paling kecil adalah kelas V dengan luasan sebesar
2.944,75 ha atau 6,12%. 6 kelas kemampuan lahan
tersebut terbagi dalam 17 sub kelas kemampuan lahan
dan tersebar dalam 69 unit lahan.
Peneliti sebelumnya meneliti
dengan arahan pemanfaatan
lahan DAS.
Meneliti kelas
kemampuan lahan dan
menggunakan metoda
matching
36
3. Bintang Mariani
Sembiring dan Julpan
Lynneus. (2015)
Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir
Hasil analisis laboratorium dan pengamatan lapangan
menunjukkan bahwa Desa Lumban Lobu mempunyai
kebaikan sifat / karakteristik lahan yakni kedalaman
efektif yang besar yakni ketebalan solum/kedalaman
tanah >90 cm sehingga tempat jelajah akar dapat
mencapai kedalaman yang sangat jauh. Hal kegaraman
dalam tanah dan bahaya banjir tidak
merupakan/menjadi ancaman di dalam penggunaan
lahan untuk pertanian. Faktor penghambat yang ada
adalah lereng (s) yang agak miring dan bergelombang
serta bahaya erosi (e) dengan kriteria sedang. Kedua
faktor penghambat ini dapat diatasi dengan membuat
teras dan pertanaman yang mengikuti garis kontur
(memotong lereng) untuk dapat mengurangi atau
menghindarkan ancaman erosi sehingga kelas potensial
lahan dapat ditingkatkan.
Penelitian seblumnya
meneliti di Desa Lumban
Lobu Kecamatan Bonatua
Lunasi Kabupaten Toba
Samosir
Meneliti mengenai evaluasi kemampuan lahan dengan faktor menguntungkan dan
merugikan
4. Rivaldo Restu
Wirawan , Veronica A. Kumurur & Fela
Warouw (2019)
Daya Dukung
Lingkungan Berbasis
Kemampuan Lahan di
Kota Palu
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui bahwa
SKL Morfologi di Kota Palu terdiri dari kemampuan
lahan dari morfologi yang kompleks dengan didominasi
oleh kemampuan lahan dari morfologi sedang 28%.
Berdasarkan hasil analisis diatas untuk setiap Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Kota Palu, berikut adalah
peta Satuan Kemampuan Lahan yang dianalisis
berdasarkan PERMEN PU No. 27 tahun 2007 tentang
Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang. Berdasarkan hasil analisis, maka
dapat diketahui bahwa SKL Morfologi di Kota Palu
terdiri dari kemampuan lahan dari morfologi yang
kompleks dengan didominasi oleh kemampuan lahan
dari morfologi sedang 28%.
Penelitian sebelumnya
meneliti daya dukung
lingkungan yang terdapat
di kota palu.
Meneliti mengenai evaluasi kemampuan lahan dengan menggunakan Pengklasifikasikan kemampuan lahan
37
5. Gandang Maulana
Andira (2016)
Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Budidaya Di Kecamatan Jasinga Dan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Hasil yang terjabar dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa Zona industri tidak ditemukan pada Kecamatan
Cigudeg, hal ini disebabkan Kecamatan Cigudeg tidak
memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk
mendukung kegiatan industri, dan didominasi
kemiringan lereng 30-45% sehingga dapat mengganggu
aktivitas perindustrian. Sedangkan berdasarkan Permen
PU No. 41 tahun 2007 lereng yang sesuai untuk zona
industri adalah lereng 3-8%, dan Perda Kab. Bogor No.
19 2008 menyatakan bahwa zona industri harus
didukung oleh sarana dan prasarana yang baik seperti
jalan dan penyediaan hunian yang layak.
Penelitian sebelumnya
meneliti Kemampuan Lahan
Kawasan Budidaya
Meneliti mengenai kemampuan lahan menggunakan overlay
6. Gunawan (2018) Keselarasan Kelas Kemampuan Lahan Skala Semidetil Terhadap Pola Ruang dan PenggunaanLahan Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Kecamatan Rancabali)
Hasil yang tejabar dalam penelitian tersebut bahwa
alokasi ruang pada Kawasan lindung berupa hutan
lindung sebesar 38.2% yang menyebar di bagian utara,
timur dan selatan lokasi penelitian. Pola sebaran ini
terbentuk karena kemiringan lereng pada bagian utara,
timur dan selatan lokasi penelitian didominasi oleh
kemiringan lereng 15-30 dan 30-45%. Kondisi tersebut
sesuai dengan PP No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan yang menyatakan bahwa
kemiringan lereng 30-40% merupakan kemiringan yang
tepat untuk digunakan sebagai kawasan hutan. Adanya
kawasan hutan dimungkinkan karena vegetasi hutan
dapat membantu meningkatkan resapan air kedalam
tanah sehingga meminimalisir erosi dan longsor.
Peneliti sebelumnya meneliti
Keselarasan Kelas
Kemampuan Lahan Skala
Semidetil Terhadap Pola
Ruang Dan Penggunaan
Lahan
Meneliti kelas
kemampuan lahan
dengan memakai kelas
kemampuan lahan yag
sama.
38
C. Kerangka Berfikir
Evaluasi kelas kemampuan lahan merupakan bagian dari kegiatan evaluasi
lahan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan sebidang lahan untuk
menentukan arahan penggunaan lahan yang tepat. Lahan merupakan suatu kondisi
lingkungan fisik yang terdiri atas beberapa unsur antara lain iklim, topografi, tanah,
hidrologi, dan vegetasi dimana pada kondisi tertentu akan berpengaruh terhadap
kemampuan lahan dan penggunaan lahan itu sendiri. Pada setiap penggunaan lahan
akan diperlukan beberapa kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh lahan tersebut,
namun kriteria tersebut akan sangat tergantung pada kualitas lahan. Kualitas lahan
itu sendiri merupakan perilaku lahan yang akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, yang juga akan ditentukan oleh karakteristik lahannya.
Karakteristik lahan dapat diamati secara langsung di lapangan, selain itu juga
dapat dilakukan analisa laboratorium guna mengetahui unsur– unsur kimia tanah
seperti karakteristik tanah, yang meliputi tekstur dan struktur tanah, salinitas tanah,
drainase, unsur hara dalam tanah seperti kandungan bahan organik. Kualitas lahan
dapat berperan positif maupun negatif tergantung pada karakteristiknya, sehingga
hal ini dapat digunakan untuk menentukan kelas.
Penggunaan lahan yang sesuai akan memperoleh hasil yang baik dan tidak
membahayakan lingkungan. Penggunaan lahan merupakan salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi lahan sangat
diperlukan dalam rangka penyusunan kebijaksanaan, pemanfaatan dan pengelolaan
lahan secara berkesinambungan.
Kemampuan lahan dicirikan oleh beberapa faktor yang mendukung maupun
faktor penghambat terhadap berbagai aspek penggunaan lahan. Faktor-faktor
tersebut berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dan menyebabkan
perbedaan kemampuan lahan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut dibuat klasifikasi
lahan di setiap wilayah. Evaluasi merupakan proses penilaian potensi suatu lahan
39
untuk penggunaan-penggunaan spesifik yang dilakukan dengan cara-cara tertentu,
yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
penggunaan lahan. Evaluasi lahan dilakukan dengan cara perbandingan dan
interprestasi data dasar yang terdiri atas tanah, vegetasi, iklim dan lahan.
Evaluasi lahan dalam hal ini menyediakan data untuk perencanaan
penggunaan lahan. Data tentang penggunaan lahan diperoleh dari survei tanah. Dari
hasil evaluasi kemampuan lahan dengan menggunakan parameter yang sesuai
kriteria klasifikasi kemampuan lahan dan ditentukan pada kelas kemampuan lahan.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam satuan-satuan
khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif untuk perlakuan yang
diperlukan untukdapat digunakan secara terus-menerus. Dengan kata lain,
klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan
untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari.
Desa Sindangjaya memiliki luas wilayah sekitar 512 hektar yang terbagi atas
lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang dan Gunung Batu.
Sebeah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Sukatani, sebelah timur dengan Desa Sindanglaya, dan bagian barat
berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Taman Nasional Gede Pangrango). Desa
Sindangjaya merupakan di daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 1.100
– 1.350 m dpl. Kisaran suhu antara 21˚C - 24˚C .
40
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
Evaluasi kemampuan lahan
Karakteristik tanah di Desa Sindngjaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur
Jawa Barat.
Tekstur tanah
Struktur tanah
Permeanbilitas
Kedalaman tanah
Drainase
Batuan
Salinitas
Kemasaman (pH)
Kandungan bahan organik
Kemiringan Lereng
Data sekunder Persiapan Sampel tanah
Uji laboratorium
Data kemampuan
Kelas kemampuan lahan
Kerja lapangan
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitan
Waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dalam kurun
waktu bulan Mei 2019 sampai dengan Juni 2020 dengan Timeline
dijabarkan pada tabel berikut:
42
Tabel 3.1
Perencanaan Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Waktu Penelitian
Juni
2019
Juli
2019
September
2019
Oktober
2019
November
2019
Februari
2020
Maret
2020
April
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi Awal
2 Menentukan Judul Penelitian
3 Mengurus Izin Penelitian
4
Membuat Peta Penelitian
untuk Penentuan Sampel
5 Menyiapkan Alat Penelitian
6
Pengumpulan Data Penelitian
a. Observasi Kondisi Fisik
Wilayah
b. Pengambilan Sampel Tanah
c.wawancara
7 Analisis Laboratorium
8
Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian
9
Pengujian data dengan
Metode Matching dan Skoring
10 Penyusunan Laporan
43
B. Metode Penelitian
Peran metode penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data
yang diperlukan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan dengan tujuan deskriptif untuk mendeskripsikan kondisi wilayah
penelitian sebagai langkah untuk menarik kesimpulan dari masalah aktual yang
terjadi di wilayah yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, dengan strata satuan lahan dan analisa datanya dengan
pengharkatan.
Survei mencakup penelitian-penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi faktual guna mendeskripsikan fenomena yang ada. Ia
mencakup penelitian-penelitian yang menjelaskan hubungan-hubungan,
membuat prediksi, komparasi, dan evaluasi.43
Metode penelitian kuantitatif dan disebut sebagai metode interpretive
karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data
yang ditemukan dilapangan.44
“Penelitian deskriptif ditunjukkan untuk mendeskripsikan suatu keadaan
atau fenomena-fenomena apa adanya”.45 Penelitian deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi secara faktual,
sistematis dan akurat. Pada penelitian ini penulis mendeskripsikan peristiwa yang
menjadi pusat penelitian.
C. Populasi dan Sampel
a). Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.46
43 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),
h.127 44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 7 45 Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018),
h.82 46 Menurut Kurniwan 2012, dalam buku Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2018), h.166
44
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa populasi adalah
sekelompok orang, kejadian, atau benda-benda alam yang lain, yang
memiliki karakteristik tertentu dan dijadikan sebagai objek penelitian.
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh lahan pertanian yang
terdapat di Desa Sindangjaya dan mempunyai luas wilayah sekitar 512 ha
yang terbagi atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya,
Ciherang dan Gunung Batu.
b). Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan suatu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam penelitian.47 Sampel dapat diartikan sebagai sebagian
dari populasi yang diambil dengan teknik atau metode tertentu untuk diteliti
dan digeneralisasikan terhadap populasi.
Metode pengambilan sampel dari penelitian ini adalah purposive
sampling, sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya mengenai populasi, yaitu pengetahuan mengenai
elemenelemen yang terdapat pada populasi, dan tujuan penelitian yang
hendak dilakukan.48
Pengambilan sampel dengan Purposive Sampling karena tidak semua
sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh
sebab itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang dapat
menetapkan kriteria serta pertimbangan dalam pengambilan sampel.
Desa Sindangjaya yang memiliki luas wilayah 512 ha yang terbagi
atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang dan
Gunung Batu. Penulis menentukan sampel dalam penelitian ini di
gambarkan sebagai berikut
Observasi ke lapangan untuk mengecek peta satuan lahan yang di
peroleh melalui metode overlay dengan peta curah hujan, geologi,
kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan dengan
47 Ibid; h.167 48 Morrissan, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : Kencana, 2012), h.117
45
menggunakan aplikasi ArcGIS 10.0, sehingga di dapatkan 6 unit lahan
dengan kemiringan lereng yang berbeda.
Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah untuk bahan analisis di
laboratorium ditentukan dengan Purposive Sampling pada 6 unit lahan
sehingga diperoleh 13 titik sampel.
Desa Sindangjaya adalah sebuah desa yang terletak di di kaki Gunung
Gede. Desa Sindangjaya berada di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
Provinsi Jawa Barat tepatnya. Memiliki luas wilayah sekitar 512 ha yang
terbagi atas lima kedusunan yaitu Kemang, Jolok, Sindangjaya, Ciherang
dan Gunung Batu. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cimacan,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah timur dengan
Desa Sindanglaya, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten
Sukabumi (Taman Nasional Gede Pangrango). Desa Sindangjaya
merupakan di daerah dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 1.100 –
1.600 m dpl. Kisaran suhu antara 25˚C - 30˚/ 18-22° C .
Secara geografis desa Sindanjaya memiiki batas-batas wilayah
sebelah utara desa Palasari, sebelah selatan desa Cipanas dan Sukatani,
sebelah barat Desa Cimacan dan sebelah timur Desa Sukanagilih.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Variabel bebas (Variabel X)
Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.49 Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah faktor menguntungkan (tekstur,
struktur, kedalaman tanah, permeanbilitas, unsur hara, kandungan bahan
organik, kemasaman (pH tanah)) dan faktor merugikan (drainase, batu-
batuan, kemiringan lereng, salinitas, ancaman banjir dan erosi)
49 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R7D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h.39
46
2. Variabel terikat (Variabel Y)
Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel terikat.50Variabel
terikat pada penelitian adalah kelas kemampuan lahan pertanian di
Desa Sindangjaya.
Tabel 3.2
Variabel Penelitian
Variabel Bebas (x) Variabel Terikat (y)
1. Faktor menguntungkan
a. Tekstur
b. Struktur
c. Kedalaman tanah
d. Permeanbilitas
e. Unsur hara
f. Kandungan bahan organic
g. Kemasaman (pH tanah)
2. Faktor merugikan
a. Drainase
b. Batu-batuan
c. Kemiringan lereng
d. Salinitas
e. Ancaman banjir
f. Erosi
Kelas Kemampuan Lahan
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data (baik data primer maupun data sekunder) maka
dalam pelaksanan pengumpulan data digunakan terknik sebagai berikut:
1. Observasi Langsung
“Observasi atau pengamatan langsung adaah kegiatan pengumpulan
data dengan melalukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan
objek penelitian”.51
50 Ibid., 51 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengapi dengan Penghitungan
manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2013), h.19
47
Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan secara
langsung pada objek yang di observasikan, bahwa penelitian secara langsung
melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian.52
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah metode atau teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melihat langsung objek yang akan diteliti. Dalam observasi lapangan peneliti
melakukan cek mengenai kondisi fisik lahan yang berada pada sampel
penelitian yang telah di tentukan. Dan peneliti mengambil sampel tanah
untuk dikukan analisis laboratorium. Pengambilan sampel tanah utuh untuk
analisis fisika tanah, menggunakan ring dengan kedalaman (0-30 cm) dari
lapisan tanah bagian atas pada setiap unit lahan yang telah dibuat. Sedangkan
pengambilan sampel tanah tidak utuh untuk analisis kimia tanah, dilakukan
dengan cara dikomposit tanah tidak utuh di setiap 3 titik sampel pada tiap
lahan kemudian dicampurkan setelah itu dimasukan kedalam kantong
plastik.
2. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Tanah, Tanaman,
Pupuk, Air Badan Penelitian dan pengembangan pertanian Jl. Tentara pelajar
No.12, kampus penelitian pertanian, Cimanggu Bogor 16114. Telp.
(0251)8336757,fax.(0251)8321608;8322933,email:[email protected]
anian.go.id. Untuk menganalisis tanah berdasarkan sifat fisika dan kimia
tanah. Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai tanah
yang di perlukan di dalam menganalisis kemampuan lahan. Analisis
laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan N, kandungan P2O5,
kandungan K2O, testur tanah, kemasaman tanah perbandingan C/N,
kandungan bahan organik, permeanbilitas dan kadar garam
Pengambilan sampel tanah utuh untuk analisis fisika tanah,
menggunakan ring dengan kedalaman (0-30 cm) dari lapisan tanah bagian
atas pada setiap unit lahan yang telah dibuat. Sedangkan pengambilan sampel
52 Burhan Bungin, Metodeelogi Penelitian Kuantitatif,(Jakarta: Kencana, 2005) h.134
48
tanah tidak utuh untuk analisis kimia tanah, dilakukan dengan cara
dikomposit tanah tidak utuh di setiap 3 titik sampel pada tiap lahan kemudian
dicampurkan setelah itu dimasukan kedalam kantong plastik.
3. Wawancara
“Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui
interaksi verbal/lisan. Wawancara memungkinkan kita menyusup kedalam
“alam” pikian orang lain, tepatnya hal-hal yang berhubungan dengan
perasaan, pikiran, pengalaman, pendapat dan lainnya yang tidak bisa
diamati”.53
Teknik wawancara adalah salah satu cara mengumpulkan data yang
dikerjakan secara sistematis dan berlandasan pada penyelidikan. Wawancara
adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan
menggunakan format tanya jawab yang terencana.
Dalam pelaksanaan penelitian ini jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan sebelumnya. Wawancara
dilakukan sebagai data pelengkap dari observasi yang dilakukan. Wawancara
dilakukan kepada Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas, Petani
(responden berjumblah 5 orang yang di ambil dari 5 dusun di Desa
sindangjaya ) dan tokoh masyarakat desa sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.54
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument
penelitian adalah alat bantu bagi peneliti yang digunakan untuk mengukur data.
53 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014),
h.48
54 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2012), hal. 51
49
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi langsung,
analisis laboratorium dan wawancara
a. Instrument observasi
Tabel 3.3
Pedoman Observasi
N0 Parameter yang di observasi Hasil
1. Penggunaan lahan
2. Kedalaman efektif tanah
3. Drainase
4. Batuan besar
5. Batuan kecil
6. Makroralief
7. Lereng
8. Penggunaan lahan yang dominan
9. Pola tanaman
10. Tanaman penutup
11. Teknik konservasi
12. Banjir
13. Kordinat
14. Ketinggian
15. Bahaya erosi
50
b. Analisis Laboratorium
Tabel 3.4
Pedoman Analisis Laboratorium N0 Parameter yang di Analisis Laboratorium Hasil
1. Kandungan N (%) total
2. Kandungan P2O5(%) tersedia
3. Kandungan K2O(%) tersedia
4. Tekstur tanah (tiga fraksi)
5. Kemasaman tanah (pH)
6. Perbandingan C/N
7. Kandungan bahan orgnik (%)
8. Permeanbilitas (cm/jam)
9. Kadar garam (%)
C. Wawancara
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Warga Desa Sindangjaya yang Berprofesi
sebagai Petani
No 1ndikator Sub Indikator Instrumen No Pedoman
Wawancara
1.
Keadaan
Petani
a. Profesi petani di Desa
Sindangjaya
Pedoman
Wawancara 1, 3
b. Pengelolaan lahan
pertanian
2.
Keadaan
Tanaman a. Tanaman Pertanian
Pedoman
Wawancara 2, 8 b. Keadaan produktivitas
tanaman
3.
Keadaan
Panen a. Penghasilan panen Pedoman
Wawancara 4, 5 b. Keadaan panen
4.
Keadaan
Lahan a. Kemanfatan lahan Pedoman
Wawancara 6, 7, 9. 10
b. Kendala pemanfaatan
lahan
c. Kerusakan lahan
d. Kondisi lahan
51
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Tokoh Masyarakat Desa
Sindangjaya
No 1ndikator Sub Indikator Instrumen No Pedoman
Wawancara
1.
Banjir a. Keadaan daerah
pertanian
Pedoman
Wawancara 1
2.
Mata
Pencaharian
a. Profesi pekerjaan
Pedoman
Wawancara 2, 3
b. Profesi pekerjaan di
Desa Sindangjaya
3.
Tanaman a. Tanaman pertanian
Pedoman
Wawancara 4, 5, 8 b. Hasil pertanian
c. Keadaan panen
4.
Lahan a. Pemanfaatan lahan
Pedoman
Wawancara 6, 7, 9,10
b. Kendala pemanfaatan
lahan
c. Kerusakan lahan
d. Kondisi lahan
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat
No Indikator Sub Indikator Instrumen No Pedoman
Wawancara
1.
Keadaan
Balai
Penyuluhan
a. Profesi pekerjaan Pedoman
Wawancara 1
2.
Mata
Pencaharian
a. Jumlah warga yang
berprofesi menjadi
petani Pedoman
Wawancara 2, 3
b. Profesi pekrjaan di
Desa Sindangjaya
3.
Tanaman a. Tanaman pertanian Pedoman
Wawancara 4, 5, 8 b. Keadaan Pertanian
c. Keadaan panen
4.
Lahan a. Pemanfaatan lahan Pedoman
Wawancara 6, 7, 9,10
b. Kendala pemanfaatan
lahan
c. Kerusakan lahan
d. Kondisi kerusakan
lahan
52
G. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan penelitian ini untuk menganalisis data yaitu dengan
metode matching dan pengharkatan (skoring) dalam pengukuran kemampuan
lahan. Untuk mendapatkan data kemampuan lahan.
Teknik Pengolahan Data Dalam melakukan pengolahan data kuantitatif ini,
terdapat suatu data data yang diperoleh akan diolah melalui tahapan berikut:
A. Metode Evaluasi Kemampuan Lahan
“Pada penelitian ini dilakukan dengan metode matching dilakukan
perbandingan antara nilai faktor penghambat pada unit lahan dengan tabel
konversi”.55Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan
tidak diikuti dengan usaha konservasi tanah yang baik yang baik akan
mempercepat terjadinya erosi.
Faktor- faktor yang menguntungkan dan merugikan.
a. Faktor-faktor yang menguntungkan
1. PN = Kandungan unsur hara
a. Kandungan N
b.Kandungan P2O5
c. Kandungan K2O
2. PSM = Hubungan kelembapan tanah terhadap tanaman
a. Tekstur tanah
b.Struktur tanah
c. Kandungan bahan organik
3. FHC = Kapasitas penyerapan hara
a. Kemasaman (Ph)
b.Fraksi lempung
c. Bahan organik
55 Rafael M Osok dkk, “Penetapan Kelas Kemampuan Lahan dan Arahan Rehabilitas
Lahan Wi Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku”, Jurnal Agrologia, Vol.7 No.1, April
2018, h.34
53
4. ED = Kedalaman efektif
5. P = Permeanbilitas
6. ES = Kepekaan tanah terhadap erosi
a. Kandungan debu
b. Bentuk struktur
c. Taraf perkembangan struktur
Faktor-faktor yang merugikan dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu
faktor penghambat dan faktor bahaya.
Tabel 3.8
Faktor Penghambat No Keterangan
1 R = Bauan/ singkapan batuan
2 St = Kebatuan
3 Cn = Konkresi
4 GW = Muka air tanah
5 MR = Mikrorelief
6 Re = Makrorelief
7 SI = Lereng
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/Harkat_PN _merupakan_jumlah_dari_Ketiga_ harkat_berikut_Tabel_2.7_kriteria_Harkat_PN.
Tabel 3.9
Faktor bahaya No Keterangan
1 D = Kekeringan
2 Sa = Salinitas
3 O = Banjir
4 E = Erosi
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/Harkat_PN
_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_ harkat_berikut_Tabel_2.7_kriteria_Harkat_PN.
54
Kriteria menentukan harkat untuk masing-masing faktor adalah sebagai
berikut
A. Faktor menguntungkan
1. PN = Kandungan unsur hara
a. Kandungan N (%)
Tabel 3.10
Kandungan N
Nilai Klasifikasi Diharkat
< 0,1 Amat rendah 1
0,1-0,2 Rendah 2
0,2-0,3 Sedang 3
0,3-0,5 Tinggi 4
>0,7 Amat tinggi 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_kr
iter ia_Harkat_PN.
b. Kandungan P2O5%
Tabel 3.11
Kandungan 𝐏𝟐𝐎𝟓% Nilai Klasifikasi Diharkat
<0,021 Amat rendah 1
0,021-0,040 Rendah 2
0,040-0,060 Sedang 3
0,060-0,100 Tinggi 4
>0,100 Amat tinggi 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_kr
iter ia_Harkat_PN
55
c. Kandungan K2O%
Tabel 3.12
Kandungan 𝐊𝟐O% Nilai Klasifikasi Diharkat
<0,021 Amat rendah 1
0,021-0,040 Rendah 2
0,040-0,060 Sedang 3
0,060-0,100 Tinggi 4
>0,100 Amat tinggi 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7
_kriter ia_Harkat_PN.
Tabel 3.13
Kriteria harkat PN
Jumlah harkat Harkat PN
(N+P205 – K2O)
<4 1+
4-7 2+
8-10 3+
10-15 4+
>15 5+ Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_kr
iteria_ Harkat_PN.
2. PSM = Hubungan antara kelembaban tanah dan tanaman
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan
permeanbilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah
lainnya.
56
Tabel 3.14
Tekstur Tanah Tekstur Diharkat
Kasar 1
Agak kasar 2
Sedang 3
Agak halus 4
Halus 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krite
r ia_Harkat_PN
.
b. Struktur Tanah
“Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir
tanah. gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu
dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan
organik,oksida-oksida besi dan lain-lain”.56
Tabel 3.15
Struktur Tanah Struktur tanah Diharkat
Butir tunggal 1
Gumpal/pejal/kubus/prisma 2
Remah 3
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krit
er ia_Harkat_PN.
56 Sarwono Hardjowigeno, Ilmu Tanah,( Jakarta : CV Akdem Ika Pressindo,
2015), h. 44
57
c. Kandungan bahan organik (%)
Tabel 3.16
Kandungan bahan organik Nilai Klasifikasi Diharkat
< 2 Rendah 1
2-6 Sedang 2
6-10 Agak Tinggi 3
10-30 Tinggi 4
> 30 Amat Tinggi 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krite
r ia_Harkat_PN.
Tabel 3.17
Kriteria harkat PSM
Jumlah harkat (tekstur+struktur_+ Harkat PSM
kandungan bahan organik)
<4 1+
4-6 2+
7-9 3+
9-11 4+
>12 5+ Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krite
r ia_Harkat_PN.
58
3.FHC = Kapasitas penerapan unsur hara
a. Kemasaman (ph) tanah
Tabel 3.18
Kemasaman (ph) tanah Nilai Klasifikasi Diharkat
< 4,5 Sangat masam 1
4,5-5,5 Masam 2
5,5-6,5 Agak masam 3
6,5-7,5 Netral 4
7,5-8,5 Agak alkalis 3
8,5-9,0 Alkalis 2
> 9,0 Amat alkalis 1
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krite
ria_ Harkat_PN.
b. Fraksi lempung (%)
Tabel 3.19
Fraksi lempung Nilai Kalsifikasi Diharkat
< 20 Rendah 1
20-40 Sedang 2
40-60 Agak tinggi 3
> 60 Tinggi 4
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_krite
ria_ Harkat_PN.
59
c. Bahan organik
1. Perbandingan C/N
Tabel 3.20
Perbandingan C/N Nilai Klasifikasi Diharkat
< 7 Rendah 1
7-10 Sedang 2
10-14 Agak tinggi 3
14-20 Tinggi 2
> 20 Amat tinggi 1
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_Tabel_2.7_
kr iteria_Harkat_PN.
2. Kandungan organik (%)
Tabel 3.21
Kandungan organik Nilai Klasifikasi Diharkat
< 2 Rendah 1
2-6 Sedang 2
8-10 Agak tinggi 3
10-30 Tinggi 4
> 30 Amat tinggi 5
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu
/10734238/Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_
Tabel_2.7_krit eria_Harkat_PN.
60
Tabel 3.22
Kretiria harkat FHC
Jumlah harkat (Ph + fraksi lempung Harkat FHC
+bahan organik
<5 1+
5-6 2+
7-8 3+
9-10 4+
>10 5+
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu
/10734238/Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut_
Tabel_2.7_kriteria _Harkat_PN
3. ED = Kedalaman tanah efektif (cm)
Tabel 3.23
Kedalaman tanah efektif (cm) Nilai Klasifikasi Diharkat
< 25 Dangkal 1
25-50 Sedang 2
> 50 Dalam 3
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu
/10734238/Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_berikut
_Tabel_2.7_krit eria_Harkat_PN
4. P = Permeanbilitas (cm/jam)
Tabel 3.24
Permeanbilitas (cm/jam) Nilai Klasifikasi Diharkat
> 12,50 Cepat/amat cepat 1
6,25-12,50 Agak cepat 2
2,00-6,25 Sedang 3
0,50-2,00 Agak lambat 2
< 0,50 Lambat/amat lambat 1
Sumber: Sinatala Arsyad dalam buku konservasi tanah dan air 2009.
61
5. ES = Kepekaan tanah terhadap erosi
a. Kandungan debu (%)
Tabel 3.25
Kandungan debu Nilai Klasifikasi Diharkat
> 50 Tinggi 1
50-30 Agak tinggi 2
30-15 Sedang 3
<15 Rendah 4
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN _merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_Tabel_2.7_kriteria_Harkat_PN.
b. Bentuk Struktur tanah
Tabel 3.26
Bentuk Struktur tanah Bentuk Diharkat
Lempeng/prisma/tiang/tuggal 1
Butir tunggal/granular 2
Remah 3
Kubus 4
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN _merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_Tabel_2.7_kriteria_Harkat_PN.
c. Taraf perkembangan struktur tanah
Tabel 3.27
Taraf perkembangan struktur tanah Taraf perkembangan Diharkat
Tanpa struktur 1
Lemah 2
Sedang 3
Kuat 4
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN _merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_Tabel_2.7_kriteria_Harkat_PN
62
Table 3.28
Kriteria harkat ES
Jumlah harkat (kandungan Harkat ES
debu + bentuk –perkembangan struktur
<5 1+
5-6 2+
7-8 3+
9-10 4+
>10 5+ Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/Harkat_PN_merupakan_jumlah_dari_Ketiga_harkat_ berikut_Tabel_ 2.7_ kriteria_Harkat_PN.
B. Faktor merugikan
Faktor penghambat :
a. R = Batu besar/singkapan batuan (%)
Tabel 3.29
Batu besar/singkapan batuan Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa batu besar 0
1-10 Sedikit 1-
10-25 Sedang 2-
< 25 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
b. S = Batu kecil/kebatuan (%)
Tabel 3.30
Batu kecil/kebatuan Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa batu kecil 0
1-3 Sedikit 1-
3-15 Sedang 2-
< 15 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
63
c. Cn = Konkresi (khusus untuk daratan, dalam %)
Tabel 3.31
Konkresi (khusus untuk daratan, dalam %) Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa batu kecil 0
1-3 Sedikit 1-
3-50 Sedang 2-
< 50 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
d. GW = Muka air tanah (khusus untuk daratan, dalam cm )
Tabel 3.32
Muka Air Tanah (khusus untuk daratan,
dalam cm ) Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa glei 0
> 100 Dalam 1-
50-100 Agak dalam 2-
< 50 Dangkal 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
e. MR = Mikrorelief (khusus untuk daratan)
Tabel 3.33
Mikrorelief (khusus untuk daratan)
Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa Mikrorelief 0
1-10 Sedikit 1-
10-50 Sedang 2-
< 50 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite ria_Harkat_PN.
64
f. Re = makrorelief (khusus untuk perbukitan/pegunungan)
Tabel 3.34
Makrorelief (khusus untuk
perbukitan/pegunungan) Klasifikasi Diharkat
Datar 0
Berombak 1-
Bergelombang 2-
Berbukit-bergunung 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite ria_Harkat_PN.
g.SI = Lereng (khusus untuk perbukitan/pegunungan, dalam %)
Tabel 3.35
Lereng (khusus untuk
perbukitan/pegunungan, dalam %) Nilai Klasifikasi Diharkat
< 3 Datar 0
3-8 Landai 1-
8-15 Miring 2-
< 15 Curam 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN
65
Faktor Bahaya :
1. D = Kekeringan (indikator, pasir kedalaman<100 cm )
Tabel 3.36
Kekeringan (indikator, pasir
kedalaman<100 cm )
Nilai Klasifikasi Diharkat
< 40 % Sedikit pasir 0
40-60% Cukup pasir 1-
60-80% Agak banyak pasir 2-
> 80% Banyak pasir 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
A. Sa = Salinitas
1. Kadar garam(%)
Tabel 3.37
Kadar garam Nilai Klasifikasi Diharkat
< 0,15 Tanpa 0
0,15-0,35 Sedikit 1-
0,35-0,65 Sedang 2-
> 0,65 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
66
2. Rata-rata luas wilayah (%)
Tabel 3.38
Rata-rata luas wilayah
Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa 0
1-5 Sedikit 1-
5-35 Sedang 2-
> 35 Banyak 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite ria_Harkat_PN.
Tabel 3.39
Kriteria harkat Sa
Jumlah harkat (kadar garam rata-rata Harkat Sa
luas wilayah
0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/ Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite ria_Harkat_PN.
3. O = Banjir (bulan/tahun)
Tabel 3.40
Banjir (bulan/tahun) Nilai Klasifikasi Diharkat
0 Tanpa 0
< 2 Jarang 1-
2-6 Sering 2-
> 6 Selalu 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
67
4. E = Erosi
Tabel 3.41
Erosi Nilai Klasifikasi Diharkat
Tanpa 0
Ringan 1-
Sedang 2-
Berat 3-
Sumber: Jupri, Sumber Daya Alam, https://www.academia.edu /10734238/
Harkat_PN_merupakan_jumlah _dari_Ketiga_harkat_ berikut_ Tabel_2.7 _krite
ria_Harkat_PN.
Rumus umum yang digunakan untuk pengharkatan kemampuan lahan
pada wilayah sebagai berikut :
Kemampuan Wilayah = Faktor menguntungkan – Faktor Merugikan
= PN+PSM+FHC+ED+P+ES-R-S-Cn-GW-
MR-Re-SI-D-Sa-O-E
Tabel 3.42
Kriteria pengharkatan kemampuan lahan
Jumlah
Harkat
Kelas
kemampuan
lahan
Arti kelas kemampuan wilayah Tanah
≥ 20 I Wilayah baik sekali, hampir tidak ada
penghambat, dapat digunakan untuk
segala macam usaha pertanian
Aluivial (bahan
vulkanik) di kaki
pegunungan.
16 – 19 II Wilayah baik, ada sedikit penghambat,
dapat digunakan untuk berbagai usaha
pertanian dengan sedikit intensifikasi
Aluivial (bahan
tersier ) dan latosol
(agak kurus)
andosol (di
lembah)
12 – 15 III Wilayah agak baik, beberapa penghambat
memerlukan investasi untuk usaha
peratnian
Latosol(vulkanik,
bergelombang)
68
8 – 11 IV Sedang, beberapa penghambat perlu
diatasi untuk suatiu usaha pertanian
Mediteran pada
gunung api dan
grumosol di antara
(agak jelek, kurang
air)
4 – 7 V Wilayah agak jelek, beberapa
penghambat memerlukan usaha
intensifikasi lebih banyak, usaha
pertanian mekanis tidak mungkin
Latosol pada
braksi
(kurus, banyak
tonjolanbatu,
berbukit)
0 – 3 VI Wilayah jelek, berbagai penghambat
alam membatasi penggunaan lahan
untuk pertanian biasa, baik untuk
tanaman tahunan, hutan produksi dan
peternakan
Regosol dan
andosol di kerucut
vulkan, rensina dan
grumosol di bukit
(berbatu, dangkal,
pada erosi),
padsolik merah
kuning di dataran
(kurus, masam
jelek, konkresi)
-3 – 0 VII Wilayah jelek sekali, pertumbuhan
tanaman/penggunaan lahan sangat
terbatas oleh faktor alam, agak baik
untuk tanaman tahunan dan hutan
produksi
Podsonik merah
kuning di bukit dan
laterik di daratan
(kurus, jelek, pada
erosi, konkresi,
dangkal, curam )
≤ -4 VIII Wilayah amat jelek, faktor-faktor alam
tidak memungkinkan untuk suatu usaha
pertanian hanya baik untuk hutan
lindung atau ,marga satwa
Podsol (kurus
sekali, masam,
jelek, air tanah,
peka erosi,
konkresi)
Sumber: Jamulyo dan Sunarto, 1996
69
B. Metode Analisis Data
1. Metode Matching
“Merupakan metode pencocokan antara krakteristik serta kualitas
lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan”.57 Membandingkan
antara karakteristik lahan terhadap Kriteria lahan yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan metode matching dilakukan pencocokan data dengan
metode evaluasi kemampuan lahan dari faktor menguntungkan dan
faktor merugikan. Setiap karakteristik lahan diurutkan dari yang terbaik
sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau
ancamanya sampai yang terbesar. Selanjutnya disusun table kriteria
untuk setiap kelas, penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik
dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.
2. Metode Skoring
“Merupakan metode pengharkatan/ pemberian skor kepada tiap
tiap parameter”.58 Penghitungan harkat atau nilai yang diberikan adalah
nilai 10 - 100 atau 1 – 10 dari setiap parameter tersebut. Dalam
melakukan metode skoring skor tersbut di lihat dari metode evaluasi
kemampuan lahan yang di dapatkan dari metode maching yang telah
dilakukan terlebih dahulu.
Setiap nilai digabungkan dengan teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengharkatan yaitu teknik perjumlahan atau
pengurangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menjumlahkan atau
pengurangan harkat setiap parameter terhadap lahan, sehingga diperoleh
suatu nilai atau indeks tertentu yang menunjukan pada kelas
kemampuan lahan di wilayah penelitian.
57 M. Chrisna Satriagasa. Pemetaan kelas Kemampuan Lahan Das Krasak dengan
Metode Matchig dan Skoring, Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Air 2011,
(https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://woxxisme.files.wordpres
s.com/2011/02/tgs2-m-chrisna-satriagasa-6401daskrasakpdf&ved=2ahUKEwiRl5HttszhAhU
V 448KHc FCCO0QFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw2 Xa6kYXiPSsjFTL_eBAHGU)
diakses Senin 22 April 2019 Pukul 23:00 Wib.
58 Ibid.,
70
I Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.2
Diagram Alur Penelitian
Peta Rupa Bumi
Peta Penggunaan
Lahan Peta
Geologi Peta Jenis
Tanah
Peta
Curah
Hujan
Peta Kemiringan
Lereng
Peta Satuan Lahan
Sampling Data Primer
Tes Laboratorium
Kandungan N
Kandungan P2O5
Kandungan K2O
Testur Tanah
Kemasaman
Tanah
Perbandingan C/N
Kandungan Bahan
Organik
Permeanbilitas
Kadar garam
Observasi
Lapangan
Struktur Tanah
Kedalaman
Tanah
Drainase
Batuan
Salinitas
Kemiringan
Lereng
Curah Hujan
Data Sekunder Metode Evaluasi
Kemampuan
Lahan
Kelas Kemampuan Lahan
Evaluasi Kemampuan
Lahan
Rekomendasi
150
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur merupakan
wilayah pegunungan dengan sebagian besar lahannya dikelola untuk aktivitas
pertanian sayur-sayuran. Wilayah ini memiliki jenis tanah regosol dan andosol
dari dua jenis tanah tersebut sangat cocok untuk daerah pertanian karena tanah
regosol merupakan tanah hasil dari peristiwa vulkanisme . Maka dari itu tanah
regosol ini merupakan hasil dari erupsi gunung berapi yang berbutir kasar.
Tanah ini berupa endapan aluvial yang sangat baru. Bentuk wilayahnya
berombak sampai bergunung. Ciri umum tanah Regosol adalah rentan erosi,
keasaman normal, gembur dan kemampuan penyerapan air yang tinggi. Tanah
Regosol sangat baik untuk aktifitas pertanian seperti padi, kelapa, tebu,
sayuran, tembakau dan kopi. Sedangkan tanah andosol merupakan salah satu
jenis tanah Vulktanisme pada gunung berapi. Tanah andosol adalah salah satu
tanah yang subur dan paling produktif. Selain itu, tanah terebut kaya akan
unsur hara dan air sehingga bagus untuk tempat tumbuh tanaman.
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis karakteristik lahan pada bab
IV, secara umum daerah penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Klasifikasi kemampuan lahan yang terdapat pada Desa Sindangjaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Terdapat tiga kelas
kemampuan lahan aktual daerah penelitian yaitu V, VI, VII. Kelas V
berada pada sampel pengamatan VIII, XI, XII. Kelas VI berada pada
sampel pengamatan I, II, IV, V, VI, VII, IX, X. Kelas VII berada pada
sampel pengamatan III. Kelas kemampuan lahan aktual V, wilayah ini
memiliki hambatan yang membatasi pilihan penggunaan tanaman dan
menghambat pengelolaan tanah bagi tanaman semusim. Lahan pada kelas
tersebut sesuai untuk tanaman rumput, padang pengembalaan, hutan
lindung dan cagar alam.
151
151
Kelas kemampuan lahan aktual VI, wilayah ini memiliki hambatan yang
berat, yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk penggunaan
pertanian, tetapi cocok untuk pengembalaan ternak, hutan lindung atau
cagar alam. Sedangkan pada kelas kemampuan lahan aktual VII tidak
sesuai untuk budi daya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam
keadaan alami. Lahan pada kelas ini bermanfaat sebagai hutan lindung,
tempat rekreasi, atau pun cagar alam.
2. Evaluasi keemampuan lahan di desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat dapat di lihat dari iklim, karakteristik
geologi, faktor kemiringan lereng, jenis tanah dan kondisi hidrologi daerah
penelitian. Iklim sesuai dengan klasifikasi iklim Jughuhn, Desa
Sindangjaya berada pada zone iklim sedang dan sejuk dengan kisaran suhu
18-22° dan dengan ketinggian 1.100-1.600 Mdpl. Desa sindangjaya
memiliki karakteristik geologi Qvba (Aliran basal G. gegerbentang), Qvgy
(Aliran lava termuda), Qvpo (Endapan batuan gunung api tua) dan Qyg
(Endapan breksi dan gunung gede). Kondisi geologi daerah penelitian
berasal dari letusan Gunung Gede dan Gunung Pangrango. desa
Sindangjaya memiliki topografi berbukit-bukit, dataran tinggi/pegunungan
dan berlereng gunung. Didapatkan kemiringan lereng pada wilayah
pnelitian termasuk kedalam kelas lereng II (8-15%), III (15-25%), dan IV
(2545%) dengan topografi dataran tinggi dan berbukit, bukit. Tanah yang
terdapat dalam penelitian, tanah regosol dan andosol. Dalam kondisi
hidrologi, sumber daya air yang terdapat di Kabupaten Cianjur meliputi air
permukaan (berupa sungai-sungai) mata air, dan air tanah. Sumber air
tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri dan
lain-lain. di Desa Sindangjaya memiliki aliran sungai Ciwalen.
152
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan implikasi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan evaluasi kemampuan
lahan di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
1. Penelitian ini dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
2. Peran dinas pertanian dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian di
Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cinjur Jawa Barat dengan
tujuan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas ada beberapa saran agar penelitian di masa
depan menjadi lebih berkualitas dan lebih baik lagi. Diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagi Masyarakat Desa Sindangjaya
a. Penelitian ini diharapakan agar masyarakat dapat meningkatkan
produktivitas panen di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur Jawa Barat.
b. Penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat memanfaatkan peluang
dengan adanya hasil Produktivitas panen untuk meningkatkan kehidupan
ekonominya. Peluang tersebut seperti kesempatan untuk mendapatkan
hasil panen yang baik dan melimpah.
2. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas objek penelitian,
memperluas daerah survei dan memperbanyak ragam sampel sehingga
data yang diperoleh lebih valid.
b. Penelitian selajutnya disarankan menambah variable yang berpengaruh
terhadap kondisi sosial masyarakat.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan mempersiapkan biaya, mempersiapkan
lebih banyak waktu dan tenaga agar proses penelitian berjalan dengan
lancar, sesuai yang diharapkan dan tepat waktu dalam penyajian sehingga
hasil penelitian lebih berkualitas.
153
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ardiansyah, Andri Noor. Klimatologi Umum. Jakarta : Uin Jakarta Press, 2013
Arsyad, Sinata. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press, 2009
Burhan Bungin. Metodeelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005
Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan tata guna laha. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2011 Hardjowigeno, Sarwono. Ilmu Tanah. Jakarta : CV Akdem Ika
Pressindo, 2015
Hermon, Dedi. Geografi Bencana Alam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015
Indarto. Hidrologi Dasar-Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010
Morrisan. Metode Penelitian Survai. Jakarta : Prenadamedia Group, 2012
Sinery, Anton S. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan. Yogyakarta
: Cv Budi Utama, 2019 Ebook
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif dilengapi dengan Penghitungan
manual & SPSS. Jakarta: Kencana, 2013
Siswanto, Evaluasi Kemampuan Lahan. Jawa Timur : UPN Press, 2016 Ebook
Sitorus, Santun R.P. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito, 1996
Sudaryono, Metodologi Penelitian. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R7D. Bandung: Alfabeta,
2011
Suwartono. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset,
2014
Rumidin, Sukandar. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2012
Utomo, Muhajirin. Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengelolaan. Jakarta: Kencana,
2016
154
Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2012
Skripsi:
Afina, Nisa Silmi.“Rancang Bangun Sistem Informasi Promosi Komoditas
Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupten Cianjur”
Skripsi pada Universitas Pertanian Bogor, Bogor, 2013. dipublikasikan 153
Andira, Gandang Maulana. “Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Budidaya Di
Kecamatan Jasinga Dan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” Skripsi
Pada Universitas Pertanian Bogor, Bogor, 2016. dipublikasikan
Gunawan. “Keselarasan Kelas Kemampuan Lahan Skala Semidetil terhadap Pola
Ruang dan Penggunaan Lahan di Kabupaten Bandung (Studi kasus
kecamatan Rancabali),”Skripsi Pada Universitas Pertanian Bogr,Bogor,
2018. dipublikasikan
Hartanto, Ramdan Kresnawan. “Analisis Kemampuan Lahan untuk Arahan
Penggunaan Lahan Bidang Pertanian di Das Jono Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ,” Skripsi Pada Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017. Dipublikasikan
Pauji, Muhammad Ridwan. “Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Bencana
Tanah Longsor di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur” Laporan Akhir
Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia, 2017. Dipublikasikan
Sintaningrum dkk. “Kajian Sistem Tata Kelola dan Kelembagaan Kawasan
Agropolitan di Kabupaten Cianjur” Laporan Akhir Peenelitian pada
Universitas Padjadjara, Bandung, 2012. Dipublikasikan
155
Jurnal :
Dwiastuti, Sri dkk. Jurnal Proceeding Biology Education Conference.Bahan
Organik Tanah di Lahan Marjinal dan Faktor-faktor yang
mempeengaruhinya, Vol. 13 No.1, 2016
Harjianto, Mahedra dkk. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Evaluasi
Kmampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan lahan di Daerah Aliran
Sungai Lawo, Sulawesi Selatan, Vol. 5 No.1, 2016
Hasibuan Zannah, Andri Surya. Jurnal Of Agro Scince. Pemanfaatan Bahan
Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan
Kulon Progo, Vol. 3 No.1, Februari 2015
Mananta Yulinus R. dan Mashud Nurhaini. Jurnal B.Palma. Respons Pemupukan
N, P, K dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun Pada
Tanaman Muda Kelapa Sawit, Vol.16 No.1 Juni 2015
Manuputty, J dkk. jurnal Penelitian Agrologia. Evaluasi Kemampuan Lahan dan
Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran Sungai Wai Tina Kabupaten
Buru Selatan Provinsi Maluku, Vol. 3 No. 1 April 2014
Nazir, Muhammad dkk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. Pemetaan
Kemasaman Tanah dan Analisis Kebutuhan Kapur di Kecamatan Keula
Kabupaten Pidie,Vol.2 No.1 Februari 2017
Osok , Rafael M dkk. Jurnal Agrologia.Penetapan Kelas Kemampuan Lahan dan
Arahan Rehabilitas Lahan Wi Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku,
Vol.7 No.1, April 2018
Prabowo, Rosi dan Subantoro Rehan. Jurnal Agrobisnis. Analisis Tanah Sebagai
Indikator Tingkat Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian di Kota
Semarang, Vol.2 No.2 2017
Sembiring, Bintang Mariani dan Lynneus, Julpan. jurnal Agribisnis Sumatera
Utara. Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Lumban Lobu Kecamatan
Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir, Vol.8 No.1/April 2015
156
Suyana, Jaka dan Muliawati, Endang Setia. Jurnal Ilmu Tanah dan Agrokimatologi.
Analisis Kemampuan Lahan pada Sistem Pertnian di Sub-
Das Serang daerah Tangkapan Waduk Kedung Ombo, Vol.11 No.2, 2014
Wahyunto dan Dariah, ai. Jurnal Sumberdaya Lahan.Degradasi Lahan di Indonsia
: kondisi Exiting, Karakteritik dan Penyeragaman Definisi Mndukung
Gerakan Menuju Satu Pet, Vol. 8 No.2, 2014
Widiatmaka dkk, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Daya Dukung Lingkungan
Berbasis Kemampuan Lahan di Tuban, Jawa Timur,Vol. 22 No.2, Juli 2015
Wirawan, Rivaldo Restu dkk. Jurnal Spasial. Daya Dukung Lingkungan Berbasis
Kemampuan Lahan di Kota Palu, Vol 6. No. 1, 2019
Artikel:
Jam Pedas, Rencana Aksi Kesepakatan Kelola Lingkungan Berbasis Desa Sub
Das Cikundul Jawa Barat, 2007 (https://issuu.com/esp-
usaid/docs/rencanaaksi-sub-das-cikundul-jawa-barat) diakses pada Senin
9 Maret 2020 Pukul 17.30 Wib.
Muchtar, Irvan Rivano . Kata Pengatar-Pemkab Cianjur, (http://cianjurkab.go.id)
diakses Kamis 25 April 2019 Pukul 22.00 Wib.
Suryana, Nanang.Kecamatan CipanasDalamAgka2018,
(http://cinjurkab.bps.go.id) diakses rabu 24 April 2019 pukul 20.00 Wib.
Satriagasa, M. Chrisna. Pemetaan kelas Kemampuan Lahan Das Krasak dengan
Metode Matchig dan Skoring, Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Air
2011,(https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https:
//woxxisme.files.wordpress.com/2011/02/tgs2-m-chrisna-satriagasa-
6401daskrasak.pdf&ved=2ahUKEwiRl5HttszhAhUV448KHcFCCO0Q
FjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw2Xa6kYXiPSsjFTL_eBAHGU)
diakses Senin 22 April 2019 Pukul 23:00 Wib.
Dinas Komuniksi Informatika, Cianjur Kembali Rehabilitasi Lahan dan Hutan
Kritis, (http://cianjurkab.go.id) diakses Minggu 10 Agustus 2020 pukul
21:00 Wib.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Luas Lahan Kritis
(http://ppid.menlhk.go.id/demo/berita/siaran-pers/5241/pentingnya-
157
pennaman-pohon-bagi-penyelamatan-das-citarum) diakses Minggu 10
Agustus 2020 pukul 22:00 Wib.
Dokumen
Undang-undang nomor 37 tahun 2014
242
BIODATA PENULIS
Ernawati Firdaus, 11150150000035, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi
Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
Anak ke 2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak
Munasir dan Ibu Widayanah. Penulis Lahir di Lamongan
28 April 1997, bertempat tinggal di Gria Arum Sari Blok
B.1 No.3 Keecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SDN 01 Jagabaya tahun 2009,
SMPN 02 Parung Panjang tahun 2012, Madrasah Aliah Negri 5 Parung Panjang
tahun 2015 dan melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi yang penulis buat berjudul “Evaluasi Kemampuan Lahan di Desa
Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat”. Skripsi ini dibuat
melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si
dan Ibu Annisa Windarti M.Sc.