Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM DANA BERGULIR OLEH
BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) (STUDI ANALISIS DESKRIPTIF DI KELURAHAN PONDOK
BENDA KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG
SELATAN BANTEN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Fakhriy Naufal
NIM: 11150540000014
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019
i
ABSTRAK
Fakhriy Naufal
Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) (Studi Analisis Deskriptif Di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang
Selatan Banten)
Dana bergulir merupakan program pemerintah yang
berawal dari sejak tahun 2006. Program tersebut dinaungi oleh
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), seiring
berjalannya waktu pada tahun 2013 PNPM berubah menjadi
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Hasil dari program ini
memang mengalami penurunan angka kemiskinan yang cukup
siginifikan yaitu sekitar 8 juta jiwa dalam kurun waktu kurang
lebih 13 tahun. Disisi lain tingkat kemiskinan yang ada di Kota
Tangerang Selatan mengalami kenaikan dalam 3 tahun terakhir,
oleh karena itu dari sini ingin melihat tahapan evaluasi program
dana bergulir khususnya di Kelurahan Pondok benda.
Metodologi penelitian yang digunakan yaitu kualitatif
dengan pendekatan evaluasi deskriptif. Bahwa dalam cara-cara
penelitian ini, menggambarkan bagaimana kinerja yang dilakukan
oleh pemangku kebijakan terhadap program dana bergulir yang
sedang dilaksanakan sampai saat ini. Tujuan dari penelitian ini
ialah untuk mengetahui: Pertama, mengetahui tahapan-tahapan
proses dalam pelaksanaan dari program dana bergulir di
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan. Kedua, mengetahui evaluasi program yang
telah dilaksanakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat.
Hasil penelitian ini, memperlihatkan bahwa evaluasi
program yang telah diselenggarakan, mengalami dampak positif
bagi peserta dana bergulir tersebut. Akan tetapi tidak selamanya
program berjalan lancar begitu saja, sebab masih memiliki
kekurangan didalamnya, diantaranya yaitu program tersebut
memiliki beberapa hambatan baik dari pelembagaan maupun
pelaksanaannya. Tahap pelembagaan mempunyai kendala
diantaranya kegiatan tahap pinjaman dana lanjutan, masih banyak
peserta yang belum mengembalikan dana sepenuhnya dan dalam
kegiatan penguatan kapasitas, pelatihan ini masih pada ruang
lingkup peserta terpilih dari pihak BKM dan UPK bukan untuk
ii
masyarakat umum, terakhir dari tahap pelaksanaan, terjadinya
pembayaran yang tidak tepat waktu, sekitar dua sampai tiga orang
perkelompoknya terjadi stagnan.
Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Evaluasi, Program, Dana
Bergulir.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Waramahtullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji syukur peneliti ucapkan atas
segala nikmat dan karunia yang Allah Subhanahu wa ta‟ala
berikan. Dengan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat
melaksanakan tugas akhir yaitu skripsi dengan judul “Evaluasi
Program Dana Bergulir Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat
(Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan Pondok Benda,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan)”, skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelas sarjana Strata
satu (S-1 ) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam semoga
senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu
„Alaihi Wasalam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, dan
semoga kita termasuk ke dalam umat Nabi Muhammad yang
Allah izinkan untuk berkumpul bersama kelak di Syurga-Nya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti mengucapkan
terimakasih banyak atas saran, dorongan dan bimbingan, serta
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian
dan penulisan hasil skripsi ini, sebagaimana nama-nama
tercantum di bawah ini:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Dr. Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Muhtadi, M.S.i selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. WG Pramita Ratnasari, S.Ant, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Nurul Hidayati, S.Ag, M..Pd selaku Dosen Pembimbing yang
tak pernah lelah mengarahkan dan membimbing peneliti
dalam melaksanakan penelitian karya ilmiah ini.
8. Dr. Abdul Rozak, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberi masukan dan saran dari awal sampai
dengan akhir perkuliahan.
9. Kedua orangtua peneliti yang selalu mendoakan, mendukung,
dan memberikan inspirasi sehingga akhirnya dapat
menyelesaikan penelitian ini.
iv
10. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah mengajarkan banyak hal kepada peneliti selama
menjalankan perkuliahan.
11. Seluruh staff Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sudah
banyak memfasilitasi peneliti untuk mendukung pada
kegiatan perkuliahan.
12. H. Moch Sya`At Hs. Selaku Lurah Kelurahan Pondok Benda
yang telah memfasilitasi lokasi penelitian.
13. Soni selaku Sekretaris Kelurahan Pondok Benda yang telah
membantu memberikan informasi terkait profil kelurahan.
14. Ibu Sri, Ibu Agus, dan Ibu Dina selaku pengurus Badan
Keswadayaan Masyarakat dan Unit Pengelola Keuangan
(UPK) serta peserta dana bergulir yang sudah bersedia untuk
memberikan informasi data terkait penelitian yang telah
ditempuh.
15. Saudara-saudara peneliti yaitu Lutfi Adam, Faldi Azmi dan
Dzakiyy Ilmi yang mendukung terus saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat terdekat peneliti, Habib Geys Abdurrahman Assegaf
Lc. M.A, Faskan Aditama, dan M. Halim Ramdan yang
banyak memberikan kritik dan saran kepada peneliti.
17. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2015, kakak kelas maupun adik kelas.
Terimakasih atas doa dan dukungannya.
Peneliti sangat menyadari bahwa laporan dari penelitian ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu peneliti
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak
v
yang bersifat membangun guna melengkapi kekurangan dari
penelitian ini, agar peneliti dapat memperbaiki isi hasil skripsi,
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Wasssalaamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ciputat, 3 Oktober 2019
Fakhriy Naufal
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................ x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................... 10
1. Identifikasi Masalah ............................................... 10
2. Perumusan Masalah ............................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................... 11
1. Tujuan Penelitian ................................................... 11
2. Manfaat Penelitian ................................................. 11
D. Metodologi Penelitian ............................................... 12
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................ 12
2. Macam dan Sumber Data ....................................... 14
3. Subjek dan Objek Penelitian .................................. 14
4. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 15
5. Teknik Analisa Data ............................................... 16
6. Teknik Validasi Keabsahan Data ........................... 16
7. Teknik Penulisan .................................................... 18
vii
8. Tempat dan Waktu Penelitian................................ 18
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu .................................. 19
F. Sistematika Penulisan .............................................. 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................... 23
A. Evaluasi Program ..................................................... 23
B. Dana Bergulir ........................................................... 34
C. Pemberdayaan Masyarakat .................................... 35
D. Kerangka Berpikir ................................................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN .. 45
A. Gambaran Umum BKM .......................................... 45
B. Gambaran Umum Kelurahan Pondok Benda ....... 47
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............... 61
A. Data dan Temuan Tahapan-Tahapan Proses
Program Dana Bergulir ........................................... 61
B. Data dan Temuan Evaluasi Program Dana
Bergulir ..................................................................... 67
BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 71
A. Analisis Tahapan-Tahapan Proses Program
Dana Bergulir ........................................................... 71
B. Analisis Evaluasi Program Dana Bergulir ............. 86
BAB VI PENUTUP .............................................................. 91
A. Kesimpulan ............................................................... 91
B. Saran-Saran .............................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di
Kota Tangerang Selatan 2011-2017 ...................... 3
Tabel 2.1 Perbedaan Monitoring dan Evaluasi ...................... 41
Tabel 4.1 Nama-Nama Kelompok Swadaya Masyarakat ...... 61
Tabel 5.1 Tahap Perencanaan Program Dana
Bergulir Di Kelurahan Pondok Benda ................... 73
Tabel 5.2 Tahap Pelaksanaan Program Dana
Bergulir Di Kelurahan Pondok Benda ................... 79
Tabel 5.3 Tahap Pelembagaan Program Dana
Bergulir Di Kelurahan Pondok Benda ................... 82
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................. 43
Gambar 3.1 Peta Kelurahan Pondok Benda ........................... 47
Gambar 5.1 Mekanisme Monitoring ...................................... 85
xi
DAFTAR SINGKATAN
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
RT : Rukun Tangga
RW : Rukun Warga
UPK : Unit Pengelola Keuangan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Catatan Observasi
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Transkrip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber
daya alam, dan salah satu negara masuk ke dalam kategori
urutan ke 14 dengan wilayah terbesar di dunia, akan tetapi
sangat disayangkan momentum yang berharga ini tidak
dimanfaatkan sebaik mungkin dari pemerintah, karena sudah
terikat kontrak pada banyak perusahaan eksternal (freeport,
PT. Chevron Pacific, Petro Cina, Niko Resource),
sehingga sebagian masyarakat Indonesia tidak merasakan
kekayaan yang ada di negara ini.
Oleh karenanya, dari revolusi industri ini menimbulkan
banyak kompetisi, dimulai akan adanya daya saing sumber
daya manusia, pendidikan, perekeonomian, norma dan sumber
daya alam. Akan tetapi dalam kompetisi tersebut tidak semua
orang berhasil untuk menyaingi yang lain sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial, salah satunya yaitu
pengangguran maupun kemiskinan.
Mengenai kesenjangan sosial tidak ada habis-habisnya,
terkecuali dengan aksi nyata, maka dari itu dibutuhkan tenaga
ahli yang mampu memberdayakan masyarakat melalui
tahapan-tahapan yang terkonstruksi untuk mengentaskan
kemiskinan.
Di tahun 2007, pada masa orde pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono membuat sekian banyak program, yang
2
dimana salah satu didalamnya terdapat program bernama
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, melihat
hasil program tersebut secara umum banyak menurunnya
angka kemiskinan, yang awal mulanya sekitar 36,1 juta atau
sebesar 16,7% dari jumlah penduduk Indonesia sampai
bertemu di tahun 2013 yaitu 28, 1 juta atau 11,4% (Detiknews,
2014). Berarti penurunan angka kemiskinan 5,3% atau sekitar
8 juta penduduk di Indonesia.
Selanjutnya, saat masa orde pemerintahan Jokowi Widodo
(Michael Reily, 2019), bulan September 2018 tahun lalu,
jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita tiap bulan di bawah Garis Kemiskinan yaitu Rp.
410.670) di Indonesia mencapai 25,67 juta orang (9,66 %),
turun sekitar 1,74% atau berkisar 2,43 juta jiwa.
Dari data tersebut jumlah penduduk miskin terdapat pada
angka 25,67 juta orang, meskipun demikian penurunan angka
kemiskinan di Indonesia masih banyak permasalahan yang
harus dibenahi, seperti halnya peningkatan perekonomian,
pendidikan, kesehatan, kemudian dari segi infrastruktur,
fasilitas, komoditi dan lain-lain".
Akan tetapi apabila memandang lebih mengerucut ke
kota, salah satunya Kota Tangerang Selatan, mengalami angka
kemiskinan tertinggi jatuh pada akhir tahun 2017, yang dapat
dilihat pada tabel berikut;
3
Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin
di Kota Tangerang Selatan 2011-2017
Sumber: Badan Pusat Statistik Tangerang Selatan
Padahal di dalam isi pembukaan undang-undang dasar
1945 telah disebutkan pada alinea ke 4 yang berbunyi:
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial..."
(Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
2017: 10).
Berdasarkan pembukaan isi UUD 1945, kenyataannya
tidak sesuai dengan realita, banyak masyarakat yang masih
minim baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan.
Oleh karena itu pemerintah segera turun tangan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
Dalam Islam pun diajarkan pula untuk saling membantu
satu sama lain, sesuai dengan Firman Allah SWT pada QS. Al-
Maidah 2:
No Tahun Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)
Penduduk Miskin (Makro)
Jumlah
Jiwa
Presentase
1 2011 317.887 20.144 1,50
2 2012 366.605 18.747 1,33
3 2013 378.303 25.360 1,75
4 2014 401.696 25.290 1,68
5 2015 433.967 25.890 1,69
6 2016 472.968 26.380 1,67
7 2017 494.784 28.730 1,76
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.”(QS. Al-Maidah: 2)
Pertama, prinsip ta’āwūn, yakni bekerja sama untuk
saling bersinergi baik itu antar pemerintah, komunitas,
organisasi masyarakat, lembaga-lembaga dan kelompok lain
dalam melakukan usaha agar mengentaskan kemiskinan.
Penanganan kemiskinan akan lebih cepat jika dilakukan
secara menyeluruh meliputi sektoral maupun regional. Hal ini
harus memiliki sebuah sistem yang terorganisir untuk
5
menyelesaikan masalah kemiskinan yang ada di Indonesia,
salah satunya dengan cara mengajak masyarakat turut andil
dalam mengurangi kesenjangan sosial ini. Banyak dijelaskan
dalam Al-Qur‟an bahwa orang-orang yang harus ditolong ialah
orang-orang miskin, anak yatim, orang yang sedang
memerlukan pertolongan, dan orang yang meminta-minta,
Allah SWT berfirman pada QS. Al-Baqarah ayat 177:
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqarah:177)
6
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim (Imam Nawawi, 1999: 205), terkait tentang saling
tolong menolong, berbunyi:
ح ابي عبد انر خا ند انجهينى رضي هللا عنه و ع زيد ب
زيا فى سبيم هللا جهس غا قال:قال اننبي صهى هللا عهيه و سهى: ي
خهف غا زيا فى أههه بخير فقد غسا. فقد غسا.وي
Artinya: Dari Abu Abdirrahman bin Zaid bin Khalid Al-
Juhaniy ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa
saja yang menyediakan perbekalan perang di jalan Allah,
maka ia disamakan dengan perang, dan siapa saja yang
tidak ikut perang lalu menjaga baik-baik keluarga yang
ditinggalkan orang yang ikut perang, berarti ia ikut
berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim) Di ayat surat lain pun kita dituntut untuk membantu
keluarga terdekat kita, orang yang miskin, dan tidak boleh
menggunakan secara berlebihan atau pun boros, dalam kasus
pemerintahan berarti harus lebih bijak lagi dalam penggunaan
keuangan yang ada untuk fokus kepada pemberdayakan
masyarakat. Hal ini juga telah diterangkan pada QS. Al-Isro
ayat 26-27:
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (26).
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
7
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.(27)”(QS. Al-Isro: 26-27)
Kedua, prinsip syūrā, yakni prinsip musyawarah di antara
pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan persoalan
pemberdayaan masyarakat dalam satu program kepedulian
terhadap masalah kemiskinan dengan mengidentifikasi
masalah-masalah yang menyebabkan kemiskinan serta
merumuskan langkah-langkah penanggulangan yang
berkesinambungan. Berbicara bermusyawarah, itu memang
sudah menjadi tuntutan bagi kita ketika setiap ada masalah
haruslah dibicarakan dengan baik sehingga menghasilkan
keputusan bersama yang baik pula, Allah berfirman pada QS.
Asy-Syura ayat 38:
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.”(QS. Asy-
Syura: 38)
Prinsip syūrā disini bertujuan untuk mengenali masalah,
menemukan data yang akurat, melahirkan langkah yang cepat,
sebab penanggulangan kemiskinan tanpa social capital di atas
akan rapuh jika dilakukan tanpa berpegang pada prinsip syūrā.
Kemudian sebab prinsip syūrā ini berarti pengakuan dan
penghargaan atas eksistensi pemikiran, ide, kehendak,
8
pengalaman dari setiap komponen dalam komunitas. Terakhir,
dengan adanya mekanisme syūrā berarti memperluas tingkat
keterlibatan dan partisipasi setiap komponen masyarakat
dalam setiap tahapan pemberdayaan kaum fakir dan miskin
(Dede Rodin, 2015: 72-74). Adapun etika saat bermusyawarah
itu telah diterangkan pada QS. Ali-Imran ayat: 159
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”(QS. Ali-Imran: 159)
Dalam Hadits Riwayat Muslim (Imam Nawawi, 1999:
569-570) yang berkaitan ayat tersebut ialah:
ا ر رضى هللا عنه قال: ح عيا ض ب قا ل رسىل هللا صهى وع
تىا ضعىا حتى ال يفخر احد هللا اوحى انى ا هللا عهيه و سهى ا
.وال يبغى احد عهى احد عهى احد
Artinya: Dari Iyadh bin Himar ra., ia berkata: Rasulullah
saw. bersabda “Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu
kepadaku, yaitu hendaklah kalian bersikap tawadhu’
(merendahkan diri), sehingga tidak ada seorang pun
bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada
seseorang menganiaya yang lain.” (HR. Muslim)
9
Hadits yang diriwiyatkan Tirmidzi ini berkaitan pula
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad (Imam Nawawi,
1999: 290), dimana hadits tersebut berbunyi:
اننبى صهى هللا عهيه وسهى قال: عهى االريهة انساعىوعنهع
جا هد فى سبيم هللا.واحسبه قال: كاان سكي وان
ا ءو اليفطر وكانقاءو اليفتروكانص
Artinya: Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau
bersabda: “Orangyang mngurus janda dan orang miskin,
bagaikan orang yang berjuang di jalan Allah.: Saya juga
menduga beliau bersabda: “Bagaikan orang yang selalu
salat malam tetapi tidak pernah merasa lelah dan
bagaikan orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk
menghormati sikap dan pikiran yang dirasakan orang lain.
Sehingga ketika bermusyawarah tidak ada rasa sikap otoriter,
egois atau mementingkan dirinya sendiri.
Maka penjelasan yang telah diutarakan tersebut, kebijakan
pemerintah begitu penting untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memperhatikan lebih dalam lagi saat
memandang dari kesenjangan yang ada, bagaimana usaha
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di kalangan
masyarakat menengah ke bawah.
Dengan permasalahan diatas, peneliti ingin melihat
upaya-upaya apa saja yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
untuk rakyatnya agar terlesaikannya masalah kemiskinan
tersebut, salah satunya melihat perkembangan perekonomian
10
yang sedang dikembangkan, khususnya pemerintah yang
berada di daerah Kota Tangerang Selatan.
Satu hal alasan kenapa peneliti mengambil di daerah Kota
Tangerang Selatan, dikarenakan sejak tahun 2014 sampai
tahun 2017 data kemiskinan selalu mengalami kenaikan,
berkisar dari yang terendah 25.290 jiwa sampai yang tertinggi
ialah 28.730 jiwa (Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2018
Municipality In Figur, 2018:141). Hal lain yang menjadi
alasan peneliti mengambil penelitian ini, yaitu ingin meninjau
kembali atas apa yang telah dilaksanakan oleh pemerintah.,
khususnya pada pelaksanaan program dana bergulir.
Maka dengan masalah tersebut, akhirnya peneliti
berkesimpulan dan merasa perlu membahas mengenai proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam
programnya yaitu Program Dana Bergulir. Kemudian untuk
menjawab persoalan diatas tersebut, peneliti mengambil
judul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif Di
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan, Banten)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam
penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian ini pada
ruang lingkup evaluasi program dana bergulir oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat di Kelurahan Pondok Benda,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
11
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka
peneliti dapat merumuskan masalah yaitu:
a. Bagaimana tahapan pelaksanaan program dana bergulir
di Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten?
b. Bagaimana pelaksanaan evaluasi program dana bergulir
oleh badan keswadayaan masyarakat di Kelurahan
Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang
Selatan, Banten?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan pelaksanaan
dana bergulir dan pelaksanaan evaluasi program dana
bergulir oleh badan keswadayaan masyarakat, di daerah
kelurahan pondok benda.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk
menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang
berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat Islam.
Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Akademis
12
1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan
memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya model-model dalam pengembangan
masyarakat. Disamping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
menemukan dan mengembangkan teori-teori dalam
pemberdayaan berbasis pendidikan.
b. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
contoh lembaga atau yayasan swasta lainnya dengan
melihat dan mengaplikasikan pemberdayaan
berlandaskan simpan pinjam dana bergulir.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada penggunaan metode penelitian ini, digunakan
melalui jenis penelitian deskriptif yang dimana dapat
diartikan sebagai untuk mengetahui perkembangan suatu
fasilitas tertentu atau jumlah terjadinya sesuatu aspek
daripada fenomena sosial, dan untuk menggambarkan
fenomena yang sedang terjadi secara terperinci (Suryana,
2010: 15). Peneliti disini menggambarkan evaluasi suatu
program yang telah dilakukan oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat, dan bukan untuk mengevaluasi program dana
bergulir tersebut.
13
Kemudian pendekatan penelitian, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara
menggali data melalui metode, observasi, wawancara dan
survei. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah
orang atau human instrument, yaitu peneliti. Selain itu
untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih
jelas dan bermakna (Sugiyono, 2013: 7-9). Agar penelitian
ini dapat berjalan baik, peneliti melakukan pembagian
waktu dalam menganalisis data dengan pemangku
kebijakan dan peserta program.
Di sisi lain peneliti disini menambahkan pendekatan,
yaitu pendekatan lapangan, di mana dalam penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu
unit sosial, individu, kelompok dan masyarakat. Pendekatan
ini mempunyai ciri sifat yang mendalam tentang suatu unit
sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang
lengkap dan terorganisir (Suryana, 2010: 14). Dengan
pendekatan ini, peneliti bisa mengetahui lebih mendalam
mengenai program pemerintah yaitu program nasional
pemberdayaan masyarakat berbasis perkotaan.
14
2. Macam dan Sumber Data
Sumber data yang akan ditelusuri untuk memperoleh
data lapangan terdiri atas 2 sumber yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang
diperoleh langsung dari narasumber yang akan diteliti
dengan cara wawancara mendalam, narasumber dalam
penelitian ini yaitu Sekretaris lurah Pondok Benda,
Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat, Pengurus
Unit Pengelola Keuangan, dan peserta yang mengikuti
program dana bergulir.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari
dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini
seperti buku-buku, catatan dan transkrip serta
dokumentasi.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Kelurahan Pondok
Benda, Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat,
Pengurus Unit Pengelola Keuangan, dan peserta yang
mengikuti program dana bergulir. Sedangkan yang
dijadikan objek penelitian adalah program dana bergulir
yang terdapat di Program Kota Tanpa Kumuh.
15
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan
beberapa tahap, yaitu:
a. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden/narasumber yang lebih mendalam. Mengenai
pembuatan wawancara disini, peneliti menggunakan
wawancara terbuka dan dilakukan dengan cara sistematis
artinya bahwa menggunakan unsur pertanyaan 5W+1H.
Peneliti disini membuat pemisah pertanyaan-pertanyaan
yang mana untuk para peserta program dan untuk para
pejabat yang berkaitan dengan program dana bergulir.
b. Observasi
Observasi menurut Suryana (Suryana, 2010: 226)
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-
obyek alam yang lain. Salah satu observasi yang sesuai
dengan penelitian kali ini adalah observasi partisipatif.
Hasil temuan dari observasi akan peneliti lihat sebagai
bahan perbandingan dengan hasil yang diperoleh dari
wawancara tersebut.
16
5. Teknik Analisa Data
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan
pendekatan analisis model Miles dan Huberman (Emzir,
2012: 129-133), yang didalamnya membahas tentang:
pertama, reduksi data ialah pengumpulan data,
memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja
yang dibutuhkan. Kedua, model data yaitu suatu proses
pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya masing-
masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan langkah
akhir pada sebuah kegiatan penelitian, dimana isinya
berisikan tentang ringkasan semua data yang diperoleh
sehingga muncul sebuah manfaat dan saran untuk
kedepannya.
6. Teknik Validasi Keabsahan Data
Teknik validasi keabsahan data ialah berfungsi sebagai
menjaga kebenaran dalam isi data yang telah didapat, dari
sini peneliti menggunakan taktik triangulasi, menurut
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (yang dikutip
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 436-437) taktik tersebut
berupaya membandingkan indeks-indeks yang ada, masing-
masing setiap indeks itu sendiri memiliki metode yang
berbeda pula untuk mendapatkannya, sehingga
mengarahkan kepada kesimpulan yang tepat. Adapun
terdapat 4 hal yang meliputi dalam triangulasi, yaitu
17
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara
membandingkan informasi atau data dengan cara yang
berdeda. Biasa yang dikenal dalam penelitian kualitatif
ialah menggunakan metode wawancara, observasi dan
survei. Agar mendapat data informasi tertentu, peneliti
bisa menggunakan cara wawancara bebas dan
terstruktur. Akan tetapi peneliti condong kepada
wawancara terstruktur, manfaatnya ialah supaya lebih
terarah dan lebih mengerucut atas pembahasan yang
sedang diungkapkan.
b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara
pengumpulan data yang menggunakan lebih dari satu
orang untuk menganalisis maupun mengumupulkan data.
Cara ini dapat menguntungkan dan merugikan peneliti,
dilihat dari untungnya ialah memperoleh pengetahuan
mengenai informasi yang sedang digali dengan banyak.
Kerugiannya yaitu ketika peneliti salah berinteraksi
dengan orang yang memang tidak memiliki pengalaman,
mempunyai tujuan maksud atau adanya kepentingan
sehingga memmunculkan bias yang baru.
c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran data
yang didapat melewati banyak cara dan sumber
perolehan data. Pada prakteknya, peneliti tidak hanya
melakukan wawancara, dan observasi, peneliti bisa
menggunakan dokumen tertulis, dokumen arsip,
dokumen sejarah, catatan resmi, dan gambar. Manfaat
dari triangulasi sumber data ialah memberikan sudut
18
pandang yang berbeda, saat mendapatkan bukti atau data
yang didapat itu tidak sama.
d. Triangulasi teori, merupakan hasil akhir penelitian
kualitatif berkaitan dengan rumusan informasi. Teknik
ini digunakan untuk membandingkan antara perspektif
teori yang berhubungan dengan pembahasan yang
sedang diangkat oleh peneliti, untuk menghindari bias
pemahaman atas temuannya. Manfaat dari teknik ini
yaitu untuk meningkatkan kedalaman pemahaman
peneliti dan mampu mencari pengetahuan teoritik secara
mendalam dari hasil analisis data yang diperolehnya
(Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif, 2010).
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017” yang
diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku
ceqda.
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pondok
Benda, Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan,
Banten. Penetapan lokasi ini dipilih sebagai tempat
penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi
objektif wilayah penelitian yang merupakan warganya
masih kurang mampu dalam segi perekonomian. Alasan
19
lain melakukan di tempat tersebut, peneliti yakin bahwa
kantor kelurahan memiliki data dan sumber yang cukup
dalam penelitian ini. Kemudian dari sudut lokasi tempat
penelitian dengan rumah tinggal peneliti berdekatan,
sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
penggalian data. Masa waktu penelitian dilakukan selama 3
bulan dimulai dari awal Maret 2019 sampai dengan selesai.
E. Tinjauan Pustaka Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, alangkah baiknya
peneliti melakukan survey atau meninjau skripsi terdahulu
yang dimana memiliki hampir sama berkaitan dengan skripsi
yang akan ditulis, dengan demikian peneliti akan memandang
perbedaan yang akan diteliti. Skripsi yang hampir sama
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, Skripsi tersebut berjudul “Pengaruh Program
Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap
Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus di Kelurahan Kricak
Kecamatan Tegahejo Kota Yogyakarta Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta)” yang ditulis oleh Paulina Rista Eli,
mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jurusan
Ekonomi Pembangunan tahun 2013. Dalam skripsi ini saudari
Paulina menjelaskan bagaimana pengaruh program dana
bergulir yang ada di Kecamatan Tegahejo, kemudian dari
pendekatan penelitian menggunakan deskriptif dan jenis
penelitian kuantitatif (Paulina Rista Eli, 2013: xv). Perbedaan
dari skripsi peneliti yang akan dibahas yaitu penggunaan
20
pendekatan penelitiannya, bahwa saudari Paulina memakai
jenis penelitian kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan
jenis penelitian kualitatif dan lokasi penelitian yang berbeda,
peneliti dilakukan di daerah Kota Tangerang Selatan berbeda
dengan Paulina di Daerah Yogyakarta. Selanjutnya dari segi
persamaannya, antara skripsi peneliti dan saudari Pauli ialah
sama-sama mengambil obyek penelitian yang sama yaitu
tentang PNPM Mandiri Perkotaan dimana sekarang diganti
dengan Program Kotaku dan menggunakan pendekatan
deskriptif.
Kedua, Skripsi tersebut berjudul “Evaluasi Pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan (PNPM-MP) Program Pinjaman Bergulir di
Kelurahan Siwalan Kecamatan Gayamsari Kota Semarang”
yang ditulis oleh Ines Ayu Fandari Putri, mahasiswi
Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ekonomi Pembangunan
tahun 2015. Dalam skripsinya menjelaskan mengenai
peningkatan jumlah produk, peningkatan usaha yang
dijalankan dan kelancaran usaha yang dijalankan setelah
mendapat usaha pinjaman bergulir PNPM-MP. Hasil
penelitian tersebut bahwa adanya peningkatan jumlah produk
ketika telah menggunakan usaha pinjaman bergulir, dari segi
usahanya pun menaik yang awalnya hanya menjual satu
barang ketika memakai usaha pinjaman bergulir langsung
menjual lebih dari satu jenis barang, dan melihat kelancaran
usahanya, awalnya begitu lambat akan tetapi setelah mendapat
bantuan, bahan-bahan tercukupi dan bisa digunakan untuk
21
menabung (Ines Ayu Fandari Putri, 2015: 75-76). Perbedaan
skripsi dari Ayu dengan bahasan yang akan dibahas oleh
peneliti yaitu saudari Ayu lebih berfokus kepada hasil
program, sedangkan dari peneliti melihat berdasarkan
gambaran evaluasi program Kotaku. Selanjutnya dalam
persamaannya, menggunakan pendekatan deskriptif.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang terdiri dari Pendahuluan,
memuat tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Landasan teoritis yang meliputi, Definisi Evaluasi
Program, Pengertian dan Fungsi Badan
Keswadayaan Masyarakat, Penjelasan tentang
Program Dana Bergulir, Konsep Pengembangan
Masyarakat, dan Kerangka Berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Membahas tentang Profil Badan Keswadayaan
Masyarakat dan Profil Kelurahan Pondok Benda
Pamulang Kota Tangerang Selatan.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
22
Merupakan hasil data dan temuan berawal dari
bentuk tahapan pelaksanaan lembaga pemberdaya
masyarakat dalam melakukan program dana
bergulir di Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, dan melihat
pelaksanaan evaluasi dari program dana bergulir di
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten.
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar
belakang, teori dan rumusan teori yang ada di
dalam penelitian.
BAB VI PENUTUP
Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Evaluasi Program
1. Pengertian
Evaluasi ialah kata serapan dalam bentuk bahasa
Indonesia, yang berasal dari kata bahasa Inggris
“evaluation”. Secara bahasa evaluasi yaitu menilai,
(Junaidi, 2011: 10) Di bawah ini akan menjelaskan
beberapa pengertian dari evaluasi menurut para ahli;
a. Ralph Tyler
Evaluasi adalah proses yang menentukan sampai
sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Kemudian Maclcolm dan Provus mendefinisikan
evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan
suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih
(Farida Yusuf Tayibnapis, 2008: 3).
b. Sudijono
Pengertian evaluasi adalah interpretasi atau
penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif,
sedang data kuantitatif merupakan hasil dari
pengukuran.
24
c. Nurkancana
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan
berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari
suatu hal.
d. Raka Joni
Evaluasi adalah proses untuk mempertimbangkan
sesuatu barang, hal atau gejala dengan
mempertimbangkan beragam faktor yang kemudian
disebut Value Judgment.
e. John M. Echols dan Hasan Shadily
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa
Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (Zakky, 2018).
Adapun untuk pengertian program, menurut para ahli
ialah akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Joan L. Herman,
Program (dikutp oleh Farida Yusuf Tayibnapis,
2008: 9) yaitu segala upaya yang dilakukan oleh
seseorang dengan ekspetasi dapat mendatangi suatu
hasil maupun pengaruh.
b. Charles O. Jones
Pengertian program adalah cara yang disahkan
untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik
tertentu yang dapat membantu seseorang untuk
mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program
atau tidak yaitu:
25
1) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya
untuk melaksanakan atausebagai pelaku program.
2) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri,
program kadang biasanyajuga diidentifikasikan
melalui anggaran.
3) Program memiliki identitas sendiri, yang bila
berjalan secara efektif dapatdiakui oleh public
(Ramandita Shalfiah, 2013: 978).
c. Arikunto dan Jabar
Ada dua pengertian untuk istilah “program”:
Program dapat diartikan dalam arti khusus dan
program dalam arti umum. Pengertian secara umum
program adalah sebuah bentuk rencana yang akan
dilakukan. ”Program” apabila dikaitkan langsung
dengan evaluasi program maka program diartikan
sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan
realisasi atau implementasi dari kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan
dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.
d. Tayibnapis
Program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan
seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil
atau pengaruh”.
26
e. Widoyoko
Program diartikan sebagai serangkaian kegiatan
yang direncanakan dengan saksama dan dalam
pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan banyak orang” (Ashiong P. Munthe,
2015: 5).
Jika digabungkan dari kedua istilah tersebut, dapat
disimpulkan bahwa evaluasi program ialah suatu metode
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
melihat seberapa besar pengaruh yang diperoleh selama
program telah dilaksanakan melalui sebuah pola yang
terstruktur. Selain itu evaluasi program dibagi menjadi
beberapa kelompok (dalam Wirawan, 2012: 17), yaitu:
Pertama, evaluasi proses (process evaluation), diartikan
sebagai meneliti dan menilai layanan program telah
dilaksanakan sesuai prosedur yang telah dibuat dan
bagaimana target populasi yang direncanakan sudah
dilayani. Kedua, evaluasi manfaat (outcome evaluation),
yaitu menelaah, menilai dan menentukan apakah program
telah menghasilkan perubahan yang diharapkan. Ketiga,
evaluasi akibat (impact evaluation) ialah menilai secara
detail apa saja kriteria-kriteria dari program tersebut
apakah telah berpengaruh sesuai harapan yang ingin
dicapai.
Peneliti disini tidak mengevaluasi program akan
tetapi hanya menggambarkan bagaimana evaluasi yang
27
diterapkan oleh pemerintah terkait dengan program dana
bergulir oleh Badan Keswadayaan Masyarakat dengan
menggunakan analisis deskriptif.
2. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan evaluasi program (Muri Yusuf, 2015: 146),
yaitu meninjau kembali pelaksanaan program, adanya
perbaikan rencana program/layanan, sistem penyampaian
yang akan disempurnakan, meningkatkan mutu yang ada
di program, dan dapat memperoleh kemudahan dari
pemangku kebijakan dalam mengambil keputusan tentang
program dengan alternatif: 1) dihentikan, 2) dilanjutkan,
atau 3) diperbaiki.
Maka dari sini, dapat dilihat pentingnya
pengevaluasian apapun bentuk dari program yang
dilaksanakan, karena akan mendapatkan informasi yang
valid serta reliabel untuk pengambil keputusan.
Hal senada yang berkaitan dengan tujuan evaluasi
program menurut beberapa ahli ialah:
1. Menurut Arikunto dan Jabar mengatakan bahwa
tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk
mengetahui pencapaian tujuan program dengan
langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program. Ada tujuh elemen yang harus dilakukan
menurut Brikerhoff dalam Arikunto dan Jabar, untuk
pelaksanaan evaluasi, yaitu: 1) penentuan fokus yang
akan dievaluasi, 2) penyusunan desain evaluasi, 3)
28
pengumpulan informasi, 4) analisis dan intepretasi
informasi, 5) pembuatan laporan, 6) pengelolaan
evaluasi, dan 7) evaluasi untuk evaluasi.
2. Tujuan evaluasi program seperti yang dikemukakan
oleh Roswati adalah sebagai berikut: 1) menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu
program di masa depan, 2) penundaan pengambilan
keputusan, 3) penggeseran tanggung jawab, 4)
pembenaran/justifikasi program, 5) memenuhi
kebutuhan akreditasi, 6) laporan akutansi untuk
pendanaan, 7) menjawab atas permintaan pemberi
tugas, informasi yang diperlukan, 8) membantu staf
mengembangkan program, 9) mempelajari
dampak/akibat yang tidak sesuai dengan rencana, 10)
mengadakan usaha perbaikan bagi program yang
sedang berjalan, 11) menilai manfaat dari program
yang sedang berjalan, 12) memberikan masukan bagi
program baru (Ashiong P. Munthe, 2015: 7).
3. Model Evaluasi Program
Pengertian model evaluasi program menurut Daniel L
Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (dikutip oleh
Wirawan, 2012: 80) ialah sebagai bentuk rancangan
idealis untuk melakukan evaluasi program.
Terdapat banyak model evaluasi program yang
dipakai oleh para peneliti, diantaranya ada model evaluasi
berbasis tujuan, model evaluasi bebas tujuan, model
29
evaluasi formatif dan sumatif, model evaluasi
context,Input, Process, dan Product (CIPP), model
evaluasi Adversari, model evaluasi ketimpangan, model
evaluasi sistem analisis, model evaluasi bangku ukur,
model evaluasi kotak hitam dan masih banyak lagi model
evaluasi lainnya. Dari banyaknya model evaluasi ini
peneliti menggunakan model evaluasi formatif dan
sumatif.
Dalam penelitan ini, peneliti melihat apa yang
dilakukan dari evaluasi program dana bergulir di
Kelurahan Pondok Benda menggunakan model evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dikembangkan
oleh Michael Scriven tahun 1967, menurut Scriven
evaluasi formatif ialah loop balikan dalam memperbaiki
produk, evaluasi formatif ini bertujuan untuk mengukur
hasil pelaksanaan program secara berkala, untuk
mengukur apakah partisipan yang mengikuti program
tersebut bergerak sesuai arah tujuan yang telah
direncanakan, dan untuk mengukur apakah sumber-
sumber telah dipergunakan sesuai dengan rancangan yang
ada.
Kemudian evaluasi sumatif, evaluasi dilakukan pada
akhir pelaksanaan program, evaluasi ini bertujuan untuk
melihat kinerja akhir objek evaluasi. Adapun terdiri
indikator-indikator dalam evaluasi sumatif yaitu; hasil dan
intervensi program, apakah klien atau peserta
mendapatkan manfaat dari program, dan memberitahukan
30
evaluasi apa yang didapat kepada para pemangku
kepentingan (Wirawan, 2012: 89).
4. Desain Evaluasi Program
Desain evaluasi ialah gambaran proses saat
pelaksanakan evaluasi, memiliki rencana yang sudah
tertata, dan memperlihatkan data aktual sehingga dapat
diperoleh informasi dengan terukur atau hasil laporan
sementara dapat diuji secara tepat sehingga terdapat
tujuan evaluasi yang ingin dicapai.
a. Pendekatan
Mengenai pendekatan, peneliti menggunakan
pendekatan evaluasi kualitatif. Menurut Michail Quin
Parton berpendapat mengenai pengertian dari data
kualitatif yaitu terdiri dari menggambarkan secara rinci
mengenai situasi, kejadian-kejadian orang, interaksi-
interaksi, dan perilaku-perilaku yang terobservasi,
kutipan-kutipan langsung dari orang mengenai
pengalaman yang dialaminya, sikap, kepercayaan, dan
pikiran; kutipan atau keseluruhan bagian dari
dokumen-dokumen, rekaman dan kasus-kasus sejarah.
Adapun dalam prosesnya, Patton mengemukakan
bahwa evaluasi kualitatif dirancang dan dilaksanakan
dengan menggunakan sepuluh tema sebagai berikut:
1) Penelitian naturalistik: peneliti tidak melakukan
adanya manipulasi data, dan terbuka terhadap apa
yang didapat.
31
2) Analisis induktif : suatu pendekatan evaluasi
adalah analisis induktif dimulai dengan observasi
secara spesifik atau khusus dan membangun suatu
hasil data ke arah kerangka yang lebih umum.
3) Perspektif holistik: pendekatan ini diartikan bahwa
suatu deskripsi dan pemahaman mengenai
lingkungan sosial seseorang.
4) Data kualitatif: pendekatan ini melihat dari ciri,
data yang berbentuk narasi, berisi rinci, deskripsi,
melakukan penelitian mendalam, sering
digambarkan lewat oleh banyak pengalaman
orang-orang.
5) Kontak dan wawasan personal: peneliti langsung
terjun ke lapangan, diadakannya kontak personal
secara langsung dengan peneliti, kemudian
memahami situasi dan fenomena sekitar yang
sedang diteliti terhadap suatu program.
6) Sistem dinamika: memerhatikan proses, saat
perubahan terjadi secara kontinu, serta fokusnya
lebih kepada individual dan memandang budaya
yang terjadi secara menyeluruh.memerhatikan.
7) Berorientasi pada kasus yang unik: mempunyai
pendapat bahwa setiap kasus ialah khusus dan
unik. Tujuan pertama penelitian yaitu benar untuk,
menghargai dan membuat rincian kasus individual
yang sedang di studi.
32
8) Sensitivitas konteks: temuan-temuan tempat dalam
konteks sosial, historikal, dan temporal.
9) Empati netralitas: berupaya besar peneliti untuk
memahami dunia dalam semua kompleksitasnya,
tidak untuk membuktikan suatu hal, tidak melihat
dan membela dari agenda/program/kegiatan
personal, akan tetapi lebih condong memahami.
Peneliti memasukkan pengalaman personal dan
pandangan empatetik sebagai bagian dari data
yang relevan dan memberikan penilai netral atas
apa saja yang muncul.
10) Fleksibilitas desain: penelitian dilakukan terbuka,
beradaptasi saat memahami secara mendalam, dan
situasi berubah. penelitian yang terbuka dan
menyesuaikan diri dilakukan ketika pemahaman
makin mendalam dan/atau situasi berubah
(Wirawan, 2011: 154-156).
Dari kesepuluh tema tersebut, peneliti
menggunakan data kualitatif yaitu sksn
mendeskripsikan dan menarasikan secara rinci lewat
penelitian yang mendalam melalui pengalaman-
pengalaman peserta maupun pengalaman dari
pemangku kebijakan.
b. Kerangka Evaluasi Formatif dan Sumatif
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan
pengevaluasian suatu program, akan tetapi
33
mendeskripsikan evaluasi yang dilakukan oleh
pembuat program. Adapun gambarannya
kerangkanya terdapat ada beberapa tahap di
dalamnya, yaitu Pertama, Evaluasi Formatif,
dalam tahap ini peneliti memusatkan perhatian
pada penentuan masalah. a) Hal-hal apakah yang
perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
keberadaan program. b) Kebutuhan apakah yang
terpenuhi dengan adanya pelaksanaan program
tersebut. c) Apa tujuan jangka panjang dalam
program tersebut.
Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data
yang terkait langsung dengan masalah yang ada
dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang
telah diidentifikasi.
Disamping itu peneliti memusatkan perhatian
pada keterlaksanaan program. Dengan demikian,
peneliti diharapkan bisa mengetahui hambatan
suatu program karena harus mengumpulkan data
dan berbagai informasi dari pengembang program.
Kedua, Evaluasi Sumatif. Peneliti diharapkan
dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan
dampak dari program. Melalui evaluasi sumatif
ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang
dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan
jika belum, dicari bagian mana yang belum dan
apa penyebabnya (Jurnal Seminar Nasional
34
Pendidikan Olahraga Profesionalisme Tenaga
Profesi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan, 2017).
B. Dana Bergulir
1. Pengertian
Dana bergulir menurut Yulihardi (Yulihardi, 2015:
150-151) ialah program pemerintah, yang memfasilitasi
penyediaan dana kepada masyarakat melewati sebuah
ikatan perjanjian, dimana dana tersebut digunakan
sebagaimana mestinya dan bagi yang meminjam
diwajibkan untuk mengembalikan dana tersebut selama
jangka waktu yang telah ditentukan.
Di sudut lain, melihat arti dana bergulir dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009, diartikan
sebagai dana yang dikelola oleh kementerian
negara/lembaga/satuan kerja di badan layanan umum dalam
rangka untuk memperkuat modal usaha baik bagi koperasi,
usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang
berada di bawah pembinaan kementerian negara/lembaga.
2. Tujuan
Dana bergulir ini memiliki tujuan (Budi Waluyo: 50),
antara lain; untuk membantu perkuatan modal usaha guna
pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah,
dan usaha lainnya dalam upaya mengentaskan kemiskinan,
meminimalisir pengangguran, dan pengembangan ekonomi
nasional serta memberikan kemudahan kepada masyarakat
35
khususnya bagi Rumah Tangga Miskin (RTM).. Sementara
itu, menurut Panggabean, tujuan dana bergulir adalah:
1. Menaikkan aktivitas ekonomi pedesaan maupun
perkotaan;
2. Meningkatkan volume usaha koperasi dan UKM;
3. Membangun kualitas sumber daya manusia;
4. Muncul kembali semangat untuk berkoperasi;
5. Meningkatkan pendapatan anggota.
C. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat (Munawar Noor, 2011: 87)
ialah suatu istilah yang sering digunakan oleh orang-orang
sosial, didalamnya membahas banyak hal, diantaranya;
ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Pemberdayaan disini biasanya melihat dari kemampuan
orang, yang lebih berfokus kepada kelompok lemah untuk
memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya
dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan, dan berpartisipasi dalamproses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Istilah pemberdayaan ialah berasal dari terjemahan
empowerment, kemudian memberdayakan sendiri
merupakan terjemahan dari empower. Merriam Webster
dan Oxford English Dictionary, menjelaskan kata empower
mengandung dengan dua pengertian, yaitu :
36
1. Hak wewenang yang mewakili untuk memberi kekuatan
kepada pihak membutuhkan.
2. Upaya berkeinginan keras untuk memberikan
kepedayaan.
Gambaran pemberdayaan dijadikan sebagai
wacana pembangunan, saat orang ingin mengetahui atau
mempunyai pikiran untuk mempertanyakan makna
pembangunan. Di wilayah Eropa, perencanaan
pemberdayaan muncul ketika adanya industrialisasi
sehingga menciptakan masyarakat penguasa dengan
membuahkan produksi dan masyarakat pekerja yang
dikuasai oleh para penguasa. Di sisi lain, pada negara-
negara berkembang wacana pemberdayaan muncul saat
pembangunan menimbulkan terjadinya turun interaksi
sosial, ekonomi yang masih tidak stabil, eksploitasi
besar-besaran terhadap sumberdaya alam, dan
keterasingan masyarakat dari penyebab produksi oleh
penguasa.
Hal tersebut menjadikan dua kelompok tersebut
dikatakan sebagai dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan manusia yang dikuasai. Maka untuk
membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, harus
dilakukan usaha pembebasan melalui suatu proses
pemberdayaan bagi yang dikuasai.
Karl Marx, menyatakan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless
(masyarakat yang dikuasai) untuk memperoleh nilai
37
tambah sebagai hak normatifnya. Perjuangan
memperoleh nilai tambah ini dilakukan lewat distribusi
penguasaan faktor-faktor produksi dan perjuangan dalam
distribusi penguasaan faktor-faktor produksi harus
diupayakan melalui sebuah perjuangan politik.
Kemudian menurut Friedmann, pemberdayaan
diawali dari pemberdayaan rumah tangga adalah
pemberdayaan yang didalamnya meliputi aspek sosial,
psikologis dan politik. Pertama, Pemberdayaan sosial
adalah melakukan usaha rumah tangga yang lemah
mendapat dukungan dari pemerintah maupun masyarakat
sekitar dengan berbagai akses informasi, pengetahuan,
keterampilan, serta saling berpartisipasi dan memperoleh
akses sumber-sumber keuangan. Kedua, pemberdayaan
politik merupakan usaha bagaimana rumah tangga yang
lemah mempunyai akses dan ikut berkontribusi dalam
proses kebijakan pengambilan keputusan publik yang
dapat mempengaruhi masa depan mereka. Ketiga,
pemberdayaan psikologis adalah usaha untuk
meningkatkan rasa percaya diri rumah tangga yang
lemah, seperti salah satu contohnya, mengadakan
seminar motivasi.
Dari beberapa pandangan mengenai konsep
pemberdayaan, maka dapat disimpulkan, bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
penguatan dari faktor-faktor produksi, penguatan
pemguasaan baik pemasaran maupun distribusi,
38
mengadvokasi masyarakat lemah untuk mendapatkan
gaji yang memadai, membantu masyarakat lemah agar
mendapatkan informasi, pengetahuan dan keterampilan,
serta masyarakat lemah harus selalu diajak dalam
mengambil suatu kebijakan (Andi Nugraha, 2009: 122-
123).
Menurut Reza Rinaldy (Reza Rinaldy dkk, 2017:
270) pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat yang dilakukan melalui
sebuah tahapan-tahapan yang terorganisir sesuai dengan
rencana, agar dalam memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat itu tertata dengan baik, sehingga akhirnya
membangkitkan rakyat lemah agar menjadi rakyat kuat
yang mandiri dan mewujudkan cita-cita bahwa akan
lahir masyarakat madani.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Morris dan Binstovk terdapat tiga strategi
perencanaan dan aksi dalam pengembangan masyarakat.
Dengan perencanaan dan aksi ini dapat dilaksanakan antara
lain:
a. Mengubah pola sikap dan perilaku dengan pendidikan
maupun dengan aksi lainnya.
b. Mentransformasikan kondisi sosial dengan mengubah
kebijakan-kebijakan organisasi formal.
c. Penataan ulang pada peraturan dan sistem fungsional
suatu masyarakat.
39
Selanjutnya, perubahan merupakan fokus dari
pengembangan masyarakat, dan ada tiga tipe perubahan,
yaitu:
a. Perubahan evolusioner, merupakan proses kejadian
secara natural, sebagai contoh perumahan diperlukan
bagi orang-orang untuk domisili dan mereka dapat
membangunnya. Lembaga-lembaga baru diperlukan dan
dipelihara. Tipe ini bukan dikategorikan sebagai
pengembangan masyarakat,tetapi disebut sebagai
development “in the natural course of events.”
b. Perubahan tak terencana, merupakan perubahan yang
terjadi sebagai hasil suatu aktivitas yang tak
direncanakan. Kekuatan yang diorganisir untuk tujuan-
tujuan tertentu dapat menghasilkan konsekuensi-
konsekuensi yang tak dapat diantisipasi, salah satu
contohnya terjadi musim panceklik kemudian
pemerintah melakukan penyimpanan pangan pokok
untuk rakyatnya.
c. Perubahan berencana, merupakan terjadinya campur
tangan langsung yang terorganisasi sesuai dengan
aturan-aturan kemanusiaan untuk mencapai sasaran-
sasaran spesifik. Perubahan berencana ini lebih
menguntungkan daripada tipe perubahan evolusioner dan
tak terencana. Dengan demikian, asumsinya ialah bahwa
perubahan berencana atau dapat dikatakan
pengembangan masyarakat sedang dilakukan atau terjadi
(Fredian Tonny Nasdian, 2014: 60-61).
40
3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Mengenai tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat
(dalam Tantan Hermansah, 2016: 47-49) setidaknya
memiliki empat tahapan yang wajib dilaksanakan dalam
permberdayaan, diantaranya:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, partisipasi masyarakat dapat dilihat
dengan adanya keikutsertaan anggota masyarakat dalam
musyawarah penentuan program, identifikasi masalah,
ataupun pembuatan formula kegiatan/program
kemasyarakatan tersebut.
b. Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan, anggota masyarakat
mengikuti pelaksanaan program yang telah dibuat dan
ditetapkan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga
masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun pemanfaatan
program. Masyarakat sebagai pelaksana, mereka
misalnya berpartisipasi dalam perumusan prosedur,
aturan main dan mekanisme pelaksanaan program serta
aktif dalam pelaksanaan itu sendiri.
c. Tahap Pelembagaan Program
Dalam tahap pelembagaan, partisipasi anggota
masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan
program. Langkah partisipasinya, masyarakat berperan
aktif dalam merumuskan dan membuat model-model
pendanaan program, penguatan lembaga-lembaga
41
pengelola program dan melakukan pengkaderan anggota
masyarakat sebagai salah satu dalam penguatan sumber
daya manusia bagi program tersebut.
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap monitoring dan evaluasi, masyarakat ikut
serta mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini
menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut
dapat memiliki kinerja yang baik secara administratif
maupun subtantif. Kinerja administrasi artinya tata
pelaksanaan dapat dipertanggungjawabkan dengan
dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya berlaku
atau sesuai dengan perundang-undangan. Kinerja
subtantif berarti bahwa program dapat memberikan
perubahan nyata baik kemaslahatan publik.
Adapun perbedaan antara monitoring dengan evaluasi
(dalam artikel Panduan Perencanaan, Monitoring dan
Evaluasi, 2011) terlihat seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Monitoring dan Evaluasi
Perbedaan
Monitoring Evaluasi
1. Merencanakan sistem
untuk mengumpulkan
1. Memperlihatkan pada
program, apa perbedaan
2. informasi yang
berhubungan dengan
indikator.
3. Mengumpulkan dan
mencatat informasi.
yang ingin dibuat? Apa
dampak yang ingin
dihasilkan?
2. Mengkaji kemajuan
program atau organisasi
42
Monitoring Evaluasi
4. Menganalisa informasi. 3. yang ingin didapatkan
sebagai target/ dampak.
4. Memperlihatkan bagaimana
hal tersebut bekerja.
Bagaimana keberlanjutan
kerja program atau
organisasi? Nagaimana
pelaksanaan untuk berbagai
stakeholder dana cara kerja
organisasi mereka
Sumber: Monitoringevaluation.wordpress.com
D. Kerangka Berpikir
Program dana bergulir merupakan program yang dibuat
oleh pemerintah dengan tujuan untuk mensejahterakan
masyarakat serta meningkatkan taraf perekonomian di
Indonesia. Tujuan program tersebut ingin memfasilitasi
masyarakat dalam hal simpan pinjam dengan persyaratan yang
mudah dan efisien.
Untuk melihat lebih dalam agar mengetahui hambatan-
hambatan didalam program ini maka peneliti akan
menggambarkan skema atau gambar kerangka berpikir supaya
mendapatkan hasil yang sesuai diharapkan.
43
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber Diolah Peneliti
Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh
BKM
Tahapan-Tahapan Proses Program Dana
Bergulir
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pelembagaan
Evaluasi Program
Dana Bergulir
1. Evaluasi Formatif
2. Evaluasi Sumatif
Mengetahui Hambatan-hambatan Dalam Program
Dana Bergulir
45
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM)
BKM merupakan suatu organisasi masyarakat yang ada
di suatu kelurahan, didalamnya mempunyai kepemimpinan
kolektif ini dimana anggota-anggotanya dipilih berdasarkan
dari nilai-nilai kemanusiaan, sehingga berperan secara
penuh untuk memimpin masyarakat warga.
Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka
memperkuat kemampuan individu untuk dapat
menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan
bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling
asah dan saling asih antar anggota yang pada akhirnya akan
menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat, dan
transparansi.
Masyarakat warga adalah terjemahan dari civil society,
yaitu himpunan masyarakat yang diprakarsai dan dikelola
secara mandiri, yang dapat memenuhi kebutuhan atau
kepentingan bersama, memecahkan persoalan bersama dan
atau menyatakan kepedulian bersama dengan tetap
menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan
tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap
institusi negara, keluarga, agama dan pasar.
Dengan demikian BKM merupakan alternatif pilihan
bagi warga masyarakat, sebagai lembaga yang menjadi
46
motor penggerak dalam penanggulangan kemiskinan seperti
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
BKM sebagai kepemimpinan kolektif dari masyarakat
warga, harus menggerakkan perubahan masyarakat, BKM
harus membangun sikap dan perilaku masyarakat untuk
menjadi masyarakat yang saling percaya di antara mereka,
dan bisa dipercaya pihak luar karena kepercayaan merupakan
salah satu unsur yang penting dalam membangun
kebersamaan.
Kepercayaan bisa tumbuh dan terbangun apabila dilandasi
oleh kejujuran, keterbukaan, saling mengerti, saling
menghargai, tidak mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Masyarakat yang berhubungan atau membangun ikatan
sosial seperti di atas, akan menjadi kuat dan mandiri
khususnya dalam penanggulangan kemiskinan. Karena
tingkat kemandirian yang paling tinggi apabila ada saling
ketergantungan di antara berbagai pihak, dimana hubungan
sosial antar berbagai pihak dilandasi oleh kesetaraan
(keadilan).
Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi
mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas
disebut modal sosial. Modal sosial bisa dilembagakan
(menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil
ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti negara.
Oleh karena itu modal sosial yang harus ditumbuhkan
oleh BKM adalah :
47
1. Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara
anggota BKM/LKM
2. Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara
BKMdengan masyarakat
3. Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar
kelompok masyarakat
4. Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM,
masyarakat dan pihak luar (Membangun BKM/LKM,
2015: 2-3).
Adapun struktur BKM ialah diketuai oleh Ibu Sriwati
dan untuk pengurus Unit Pengelola Keuangan (UPK)
dikoordinatori oleh Ibu Titik Indrawati dan Ibu Kasdatik.
B. Gambaran Umum Kelurahan Pondok Benda
1. Sejarah Berdirinya Kelurahan Pondok Benda
Gambar 3.1 Peta Kelurahan Pondok benda
Sumber: googlemaps
Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No.3 Tahun 2005
48
tentang Pembentukan 77 Kelurahan di lingkungan
Pemerintah Darah Kabupaten Tangerang. Sebelumnya
berubah status dari Desa menjadi Kelurahan.
Dari awal berdirinya Desa Pondok Benda menjadi
Kelurahan Pondok Benda silih berganti kepemimpinan,
diantaranya :
a. Misan Bin Gede
b. H. Abdul Rozak Bin Sama`Un
c. Sanan
d. H. Si`Un Bin Sanan
e. H. Muhammad Husin
f. H. Achmad Lelet Si`In
g. H. Moch Sya`At Hs.
Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang
luas dan bertanggung jawab sesuai dengan undang-
undang No.32 Tahun 2004 dan terbitnya UU No.51
Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Tangerang
Selatan di Provinsi Banten bertujuan untuk meningkatkan
Pelayanan Bidang Pemerintahan, Pembangunan,
Kemasyarakatan yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan Good Goverment yaitu Pemerintahan yang
bertanggung jawab, baik bersih dan berwibawa. Hal ini
perlu upaya sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan
yang dilaksanakan serta melaksanakan prakarsa dan
dengan dorongan partisipasi masyarakat.
49
2. LANDASAN HUKUM
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten.
b. Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi
Banten.
c. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6
Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota
Tangerang Selatan.
d. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 33
Tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi Pokok dan Tata
Kerja pada Kelurahan di Kota Tangerang Selatan.
3. KONDISI INTERNAL ORGANISASI
a. Kondisi Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang
Selatan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan ditetapkan :
a) Pasal 114 ayat (1) menyatakan “Kelurahan
merupakan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat
daerah kota yang berkedudukan di wilayah
Kecamatan”.
b) Pasal 114 ayat (2) menyatakan “Kelurahan di
pimpin oleh Lurah, berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Camat.”
50
b. Susunan Organisasi
Berdasarkan pasal 116 ayat (1) Peraturan Daerah
Kota Tangerang Selatan Nomor 06 Tahun 2010 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan
disebutkan bahwa susunan organisasi kelurahan terdiri
dari :
1) Kepala Kelurahan
2) Sekretaris Kelurahan
3) Seksi Pemerintahan
4) Seksi Kesejahteraan Sosial
5) Seksi Ekonomi dan Pembangunan
6) Seksi Pelayanan Umum
c. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang
Selatan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja pada Kelurahan adalah:
1) Kepala Kelurahan
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengarahkan, mengawasi, mengadilkan, serta
menyelenggarakan pembangunan dan
kemasyarakatan.
2) Sekretaris Kelurahan
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan
pembinaan, mengarahkan dan mengendalikan
penyelenggaraan bidang kesekretariatan yang
meliputi administrasi keuangan, kepegawaian,
51
rumah tanga, perlengkapan umum ketatausahaan
serta membantu mengkoordinasikan kegiatan di
kelurahan.
3) Seksi Pemerintahan
Mempunyai tugas membantu lurah dalam
merencanakan, elaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian di
bidang kependudukan dan catatan sipil, tenaga
kerja dan transmigrasi serta ketertiban umum.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, Seksi Pemerintahan menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengadministrasian surat keterangan
kelahiran, kematian dan perkawinan.
b. Penyelengaraan penyusunan rencana kerja,
kinerja dan anggaran tahunan Seksi
Pemerintahan.
c. Pelaksanaan rekomendasi Kartu Keluarga (KK).
d. Pelaksanaan penertiban Surat Keterangan Pindah
antar Kelurahan, antar Kecamatan atau antar
Provinsi.
e. Pelaksanaan pendataan terhadap warga negara
asing (WNA)
f. Pelaksanaan pendataan izin rumah tingal dan
pendataan potensi rumah tinggal yang belum
memiliki izin.
g. Pelaksanaan pelaporan pendataan, pendaftaran,
52
penelitian, pencatatan, mutasi dan identitas
penduduk ke kekecamatan.
h. Pelaksanaan pendataan kelompok usaha keluarga.
i. Pelaksanaan fasilitas kegiatan penyuluhan
Keluarga Berencana (KB).
j. Pelaksanaan fasilitas penyuluhan tertib
administrasi kependudukan dan catatan sipil.
k. Pelaksanaan fasilitas pengawasan dan
punyusunan terhadap pelangaran teknis
kependudukan.
l. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan
program KB diwilayah kelurahan.
m. Pelaksanaan pemberdayaan keluarga pra
sejahtera.
n. Pelaksanaan penyelenggaraan pelaksanaan Bina
Keluarga Balita (BKB) dan Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
o. Pelaksanaan pengembangan sektor informal,
usaha mandiri, penerapan teknologi tepat guna
dan padat karya.
p. Pelaksanaan fasilitas program transmigrasi
q. Pelaksanaan pengawasan terhadap ketentraman
dan ketertiban
r. Pembinaan dan memfasilitasi proses hukuman
disiplin kepada bawahannya (secara berjenjang)
yang melakukan pelanggaran disiplin dengan
berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan
53
yang mengatur tentang disiplin Pegawai Negeri.
s. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
4) Seksi Kesejahteraan Sosial
Mempunyai tugas membantu lurah merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta
pengawasan dan pengendalian di bidang kesehatan,
pendidikan, kebersihan dan pertamanan, kebudayaan,
keagamaan, sosial, pemakaman, olahraga, dan pemuda.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,
Seksi Kesejahteraan Sosial menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a) Pelaksanaan koordinasi pelayanan
kesehatan pada tingkat
kelurahan dan penyuluhan tentang kesehatan.
b) Penyelenggaraan penyusunan rencana kerja,
kinerja dan anggaran tahunan seksi kesejahtreaan
sosial.
c) Pelaksanaan program-program yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak, gizi dan usia
lanjut.
d) Pemberdayaan kelurahan dalam kemandirian
untuk hidup sehatdan pemberdayaan fungsi
Posyandu / UKBM.
e) Pelaksanaan penyuluhan tentang kebersihan
kepada masyarakat.
f) Pelaksanaan pengendalian, pengaliran dan
54
pemeliharaan kebersihan dan jalan.
g) Pengembangan manajemen pengelolaan sampah,
termasuk tempat pembuangan sementara untuk
selanjutnya di kirim ke tempat pembuangan
akhir.
h) Pemeliharaan, penataan dan pengembangan
kawasan taman.
i) Pembinaan kegiatan pengembangan bidang
generasi muda, kepramukaan dan olahraga serta
pembinaan keterampilan anak yang putus
sekolah.
j) Rekomendasi izin-izin kursus keterampilan dan
rekomendasi pendirian pendidikan prasekolah
dan SD, SMP, SMA.
k) Pembinaan dan penyuluhan tentang masalah
kesejahteraan sosial, anak nakal, korban
narkoba, bekas hukuman, tuna susila dan waria.
l) Pembinaan, pengawasan terhadap penderita
cacat fisik dan mental.
m) Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat
di kawasan rawan bencana, kerusuhan sosial,
orang terlantar dan lanjut usia.
n) Pengawasan pelaksanaan sumbangan sosial.
o) memberikan fasilitas dalam pembentukan
satuan-satuan perlindungan masyarakat.
p) Penanggulangan terhadap bencana alam dan
kerusuhan sosial.
55
q) Persiapan personel untuk mengikuti latihan bela
negara maupun keterampilan penanggulangan
bencana alam
Pembinaan dan memfasilitasi proses hukuman
disiplin kepada bawahannya (secara berjenjang)
yang melakukan pelanggaran disiplin dengan
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang disiplin pegawai negeri.
5) Seksi Ekonomi dan Pembangunan
Mempunyai tugas membantu lurah dalam
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian di
bidang tata ruang, pertahanan, bina marga dan
pengairan, bangunan dan pemukiman, pertanian
dan peternakan, perikanan, perindustrian dan
perdagangan, kopasi, usaha kecil dan menengah
serta pariwisata.
Untuk melaksanakan rincian tugas sebagaimana
dimaksud, seksi ekonomi dan pembangunan
menyelengarakan fungsi, sebagai berikut :
a) Pelaksanaan pelaporan kerusakan jalan dan
jembatan dilingkungan kelurahan yang diluar
kewenangannya, kepada instansi yang
berwenang.
b) Penyelenggaraan penyusunan rencana kerja,
kinerja dan anggaran tahunan seksi Ekonomi dan
Pembangunan.
56
c) Pelaksanaan pengawasan terhadap kondisi jalan
dan jembatan di lingkungan kelurahan.
d) Pelaksanaan pengawasan terhadap pengguna
jalan dan jembatan di wilayah kelurahan.
e) Pelaksanaan koordinasi pendataan terhadap
kemungkinan pembangunan jalan baru di
wilayah kelurahan.
f) Pendataan pelaksanaan terhadap kebutuhan
pembangunan jembatan baru diwilayah
kelurahan.
g) Pelaksanaan inventarisasi data jalan dan
jembatan meliputi peta jalan dan jembatan,
jumlah jalan dan jembatan, kondisi jalan dan tipe
jalan.
h) Pelaksanaan pembangunan jalan penghubung
antar kelurahan dan jalan-jalan dilingkungan
pemukiman, jembatan penghubung dilingkungan
pemukiman jembatan kayu dengan rentang tidak
lebih 3m.
i) Pelaksanaan pemeliharaan jalan dan jembatan
serta bangunan pelengkap lainnya diwilayah
kelurahan.
j) Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan irigasi
dilingkungan kelurahan yang diluar
kewenangannya kepada instansi yang
berwenang.
k) Pengkoordinasian dan mengendalikan rencana
57
pengadaan tanah bagi kepentingan pemerintah.
l) Pelaksanaan sosialisasi dalan pengadaan tanah
dan pelaksanaan dan pengamanan tanah yang
telah dibebaskan.
m) Pelaksanaan pendataan kebutuhan pangan
diwilayah kelurahan.
Pelaksanaan pembinaan kelompok tani
6) Seksi Pelayanan Umum
Mempunyai tugas membantu lurah
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian
dibidang pelayanan umum, untuk melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud, seksi pelayanan
umum menyelenggarakan fungsi :
a) Pengkoordinasian tugas pelayanan pada
lingkungan kelurahan.
b) Penyelenggaraan penyusunan rencana kerja,
kinerja dan anggaran tahunan seksi pelayanan
umum.
c) Pelaksanaan rekomendasi surat izin keramaian.
d) Pelayanan kebersihan berkaitan tentang
pengangkutan sampah.
e) Penyiapan rekomendasi keluarga tidak mampu
untuk kepentingan pelayanan pendidikan dan
pelayanan kesehatan dirumah sakit.
f) Penyiapan rekomendasi izin pendirian
operasional yayasan sosial dan panti asuhan.
58
g) Pelaksanaan fasilitas sengketa tanah-tanah
pemerintah ditingkat kelurahan.
h) Memfasilitasi dalam pendataan kegiatan
koperasi, usaha kecil dalam pengembangan
usaha.
i) Pelaksanaan administrasi penertiban IPR
terhadap permohonan pendirian bangunan sarana
ibadah dan bangunan yang berdampak luas
terhadap lingkungan.
j) Pelaksanaan pelayanan dalam rangka fasilitasi /
koordinasi pemberian rekomendasi IMB untuk
bangunan industry dan perumahan dan
perumahan sastra dilingkungan kelurahan.
k) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
4. KONDISI GEOGRAFIS
a. Potensi Fisik Dasar Kelurahan
1) Tipologi Kelurahan : Jasa dan Perdagangan
2) Luas Wilayah : 412,28 Ha²
3) Batas Wilayah
a) Utara : Kecamatan Ciputat
b) Timur : Kelurahan Pamulang
Barat
c) Selatan : Kelurahan Pondok Petir –
Depok
d) Barat : Kecamatan Setu
59
b. Pemerintahan
1) Alamat Kantor dan Kode Pos
Jalan Raya Siliwangi No.1 RT.001/001
Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Kode
Pos 15416.
2) Sarana / Prasarana Kelurahan
a) Jenis Bangunan :Permanen
b) Luas Tanah : ± 1.000 M²
c) Luas Bangunan : ± 600 M²
d) Status Bangunan : Wakaf
5. Visi dan Misi Kelurahan Pondok Benda
a. Visi Kelurahan Pondok Benda
“ Terwujudnya Kelurahan Pondok Benda Yang
Sejahtera, Dilandasi Iman dan Taqwa (IMTAQ),
Berwawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)”.
b. Misi Kelurahan Pondok Benda
1) Meningkatkan Pelayanan Prima Terhadap Masyarakat
2) Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Yang
Berhasil
3) Mempererat Tali Silaturahmi Antar Umat Beragama
4) Meningkatkan Rasa Toleransi Dalam Kehidupan
Bermasyarakat
5) Terciptanya Kesadaran Warga Dalam Pembinaan
Lingkungan Yang Tertib, Aman, Nyaman dan
60
Harmonis
c. Motto Kelurahan Pondok Benda
“CERDAS, BERDAYA GUNA DAN BERPRESTASI”
6. Jenis – Jenis Pelayanan
a. Surat Pengantar Untuk Pembuatan Kartu Keluarga
b. Surat Pangantar Untuk Pembuatan Akta Kelahiran dan
Akta Kematian
c. Surat Pengantar Untuk Pindah Alamat
d. Surat Keterangan Izin Keramaian
e. Surat Pengantar Nikah
f. Surat Keterangan Tidak Mampu
g. Surat Keterangan Domisili Usaha
h. Surat Keterangan Usaha
i. Akta Jual Beli
j. Surat Keterangan Waris
k. Surat Keterangan Lainnya.
Penjelasan profil Kelurahan Pondok Benda ini diambil
langsung dari dokumen lembaga tersebut (Pengurus
Kelurahan Kelurahan Pondok Benda Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan, 2018).
61
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Hasil Temuan Tahap Pelaksanaan Dana Bergulir
Terdapat beberapa temuan yang peneliti temukan di
lapangan, yaitu di Lembaga Badan Keswadayaan
Masyarakat, Unit Pengelola Keuangan dan peserta dana
bergulir. Adapun permasalahan paling utama terkait pada
penelitian ini ialah tahapan serta evaluasi dari program dana
bergulir yang diselenggarakan oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM).
1. Tahapan-Tahapan Dalam Program Dana Bergulir
a. Tahap Perencanaan
Kelurahan Pondok Benda mempunyai jumlah
Rukun Warga (RW) sebanyak 24 RW dan program
dana bergulir sudah tersebar luas di Kelurahan
tersebut, kurang lebih mempunyai 13 Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) atau 13 kelompok yang
mengikuti program dana bergulir, seperti yang
diutarakan oleh Ibu A selaku koordinator UPK:
“...di kelurahan Pondok Benda sendiri sudah punya
13 Kelompok Swadaya Masyarakat”.(Wawancara
dengan Ibu Agus, 2019)
Tabel 4.1 Nama-Nama Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) No Nama KSM Jumlah Anggota
1. KSM Stroberi (RW 4) 13
2. KSM Kiwi (RW 5) 12
62
No Nama KSM Jumlah Anggota
3. KSM Kenanga (RW 5) 6
4. KSM Melon (RW 9) 20
5. KSM Sawo (RW 9) 20
6. KSM Mangga (RW 8) 10
8. KSM Kelengkeng (RW 5) 10
9. KSM Marqisa (RW 3) 10
10. KSM Sedap Malam (RW 5) 5
11. KSM Blimbing (RW 5) 10
12. KSM Dukuh (RW 5) 5
13. KSM Dahlia (RW 5) 7
14. KSM Anggrek (RW 5) 6
Jumlah Total 134
Sumber: wawancara pribadi dengan pengurus Unit Pengelola
Keuangan
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 24 RW
yang mengikuti program tersebut ada 5 RW, dan
perekonomian yang masih dapat dikatakan kurang,
mayoritas ada di wilayah RW 5 sebanyak 8
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Ada beberapa tahap perencanaan yang dilakukan
oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, tahapan
tersebut telah dijelaskan oleh Ibu S:
“Badan pinjaman dana bergulir yang dibuat oleh
pemerintah, diperuntukkan untuk orang menengah
ke bawah yang mempunyai usaha dan dilakukan
secara perkelompok”. (Wawancara dengan Ibu S,
sebagai ketua BKM, 2019).
Kemudian Ibu A dan Ibu D menambahkan:
“Satu kelompok ada 10-20 orang perkelompoknys,
setelah di data kemudian diadakan pelatihan
63
wajib kelompok (PWK) dilakukan dengan selama
3 hari, sosialisasi (nama-namanya dulu),
kemudian dibuat perkelompok, perkenalan,
pemilihan ketua, sekretaris dan bendahara yang
bertanggung jawab, menjelaskan aturan-
aturannya, tanggung renteng (orang yang tidak
mampu untuk membayar dikarenakan suatu
penyakit) dan bisa diantisipasi oleh kelompok
sendiri”. (Wawancara dengan Ibu Agus dan Ibu
Dina, 2019).
Adapun di sisi lain oleh para peserta dana bergulir
menambahkan, yaitu:
“Kaya yang punya wilayah sini, pak RW, ada
pinjaman berkelompok, tertarik lah, karena agak
ringan seminggu segini, daripada kita pinjam ke
bank, syarat-syaratnya KK sama KTP terus
langsung ke pak RW disuruh kumpul, ada 30
orang langsung dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
15 orang, satu orang mendapat pinjaman sejuta
waktu tahap pertama, kemarin dapat pinjaman 1,5
juta cuman bayarnya yang udah bagus-bagus,
sekarang masih banyak yang mandeg, jadi pilihin
yang bagus-bagus bayarnya boleh diberi
pinjaman lagi. Setelah dibagi ketua, sekretaris,
dan bendahara, kemudian pak RW ngasih saran
bahwasanya untuk memberikan penyuluhan berisi
tentang pinjamannya, dan setiap orang harus
memiliki anggaran untuk usaha”. (Wawancara
dengan Ibu Amsani, 2019).
“Awalnya tau dari RW, Cuma bilang, mau ada
pinjaman dana, foto copy keluarga, ktp dan
persetujuan dari suami. Disuruh bayarnya yang
bagus, biar kedepannya bisa dipercaya lagi. UPK
syariah: sebetulnya menurut saya pinjaman
gampang, mudah, bunganya kecil, dan untuk
pembayaran tidak diuber-uber. Untuk dana
sendiri digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,
64
sekolah.” (Wawancara dengan Ibu Aswiyah dan
Ibu Parni, 2019)
Dari pendapat narasumber, peneliti
menginterpretasikan bahwa mekanisme dari segi
tahapan perencanaannya, diantaranya yaitu Pertama,
berawal memberikan pemberitahuan tentang dana
bergulir dari pemerintah kepada Rukun Warga (RW)
setempat.
Kedua, RW memberitahu kepada masyarakat apa
yang dimaksud dana bergulir dan ketika ada warga
yang berminat untuk mengikuti program tersebut,
diharapkan lapor terlebih dahulu ke RW atau bisa
langsung ke pengurus UPK Syariah.
Ketiga, persyaratan mengikuti pinjaman ini,
terutama orang yang memiliki syarat berikut; a)
memiliki usaha kecil atau besar, b) fotocopy Kartu
Keluarga, c) fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP),
d) mendapat persetujuan dari suami, f) membuat
proposal dana anggaran.
Keempat, ketika sudah dipenuhi persyaratannya,
maka sudah dianggap sebagai peserta dana bergulir.
Peserta wajib mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
pengurus Unit Pengelola Keuangan Syariah. Pelatihan
tersebut bernama pelatihan wajib kelompok yang
dilakukan selama tiga hari. Rangkaian acara kegiatan
pelatihan ini mengenai sosialisasi (mengenal satu
sama lain), pembuatan kelompok dari pengurus UPK
65
Syariah. Satu kelompoknya terdiri dari 15-20 orang.
Ketika sudah dibuat pengelompokan akan ada
pemilihan ketua kelompok, sekretaris dan bendahara
yang bertanggung jawab terhadap kelompoknya
masing-masing. Dengan demikian koordinator dari
UPK Syariah dapat memantau melewati pengurus
kelompoknya. Kelompok peserta ini dinamakan
sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat yang
disetiap kelompok ada namanya tersendiri, salah satu
contohnya; Kelompok Swadaya Masyarakat Naga
atau disingkat menjadi (KSM Naga).
b. Tahap Pelaksanaan
Mengenai tahap pelaksanaannya, tentang
bagaimana cara peminjaman uang dan proses
pengembalian dananya, telah diuraikan oleh
pengurus Unit Pengelola Keuangan dana bergulir
maupun peserta dana bergulir:
“Kita minjam sejuta, kemudian angsurannya
perminggu membayar Rp. 26.000 selama 52
minggu, membantu rakyat kecil, yang penting
kami bisa nyicil dan lunas” (Wawancara dengan
Bapak Taif, 2019).
“Misalnya bagus bayarnya, bisa minjem lagi ke
tahap kedua Rp. 1.500.000 dan tahap ketiga Rp.
2.000.000” (Wawancara dengan Bapak Taif,
2019)
“Membayarnya harus lancar dan bertahap,
awalnya satu juta nggak langsung segini, Batasan
waktu pengembalian 50 minggu, ngobrol-ngobrol
dulu oleh ketua kelompok dan lingkungan
sekitarnya bener gak bisa diajak, kalau bisa baru
66
boleh diajak.” (Wawancara dengan Ibu Agus,
2019).
Dari pernyataan narasumber, peneliti
menginterpretasikan bahwa dalam tahap pelaksanaan
dana bergulir ketika pelaksanaannya, peserta dikasih
waktu sampai jangka waktu yang ditetapkan yaitu 50-
52 Minggu atau satu tahun dalam pengembalian
dananya. Peserta yang baru mengikuti pinjaman dana,
diperbolehkan masuk ke dalam tahap pinjaman
pertama, sebesar Rp. 1.000.000 maka peserta
mengembalikan kepada program dana bergulir
sebesar Rp. 1.300.000 dengan bunga 30%. Oleh
karenanya peserta menyetor kepada bendahara
kelompok sebesar Rp. 26.000 setiap minggu, dan
bendahara melaporkan kepada pengurus UPK
Syariah.
Untuk tahap kedua, yaitu sebesar Rp. 1.500.000
pada tahapan ini peserta membayar dengan
mengembalikan dananya sebesar Rp. Rp. 1.950.000
dan tahap ketiga sebesar Rp. 2.000.000. Oleh
karenanya peserta harus mengembalikan dana
berjumlah Rp. 2.600.000.
c. Tahap Pelembagaan
Selanjutnya pada tahap pelembagaan dalam
program dana bergulir ini yaitu pada saat situasi dan
kondisi dimana peserta harus melunasi tepat waktu
67
sesuai jangka batas waktu yang telah ditetapkan oleh
UPK Syariah, dan apabila peserta ada yang terjadi
stagnansi maka peserta tidak boleh meminjam dana
pada tahap berikutnya. Hal ini dikarenakan peserta
tidak mengembalikan tepat waktu. Di bawah ini
pernyataan dari peserta dana bergulir dan pengurus
Unit Pengelola Keuangan (UPK):
“Membayarnya harus lancar dan bertahap...”
(Wawancara dengan Ibu A dan Ibu D, 2019).
“Ketika sudah bagus-bagus bayarnya, baru boleh
minjem lagi” (Wawancara dengan Ibu AM, 2019).
“Kalau lancar bayarnya boleh minjem lagi.”
(Wawancara dengan Ibu AS, 2019).
B. Hasil Temuan Evaluasi Dana Bergulir
1. Pelaksanaan Evaluasi
Berdasarkan hasil pelaksanaan evaluasi program dana
bergulir oleh Badan Keswadayaan Masyarakat dilakukan
satu atau dua kali perbulan di Kelurahan Pondok Benda.
Adapun yang menjadi pokok bahasannya antara lain:
permasalahan pengembalian dana dari peserta dana
bergulir, penerapan tanggung renteng dan saling
memberikan saran antara koordinator Unit Pengelola
Keuangan dengan peserta dana bergulir.
Dana bergulir ini berasal dari dana pemerintah yaitu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang
pelaksanaannya dari tahun 2013, dengan dana Rp.
230.000.000, di wilayah Kelurahan Pondok Benda. Hal ini
68
diutarakan oleh pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat
dan pengurus Unit Pengelola Keuangan:
“Biasanya yang dibicarakan, siapa saja yang masih
macet-macet bayarnya, dan memberikan saran-
saran.” (Wawancara dengan Ibu Sri, 2019)
“Tanggung renteng (orang yang tidak mampu untuk
membayar dikarenakan suatu penyakit) dan bisa
diantisipasi oleh kelompok sendiri.” (Wawancara
dengan Ibu A dan Ibu D, 2019)
“Terdapat Rp. 230.000.000” (Wawancara dengan Ibu
S sebagai Ketua BKM, 2019)
“Dari Pemerintah” (Wawancara dengan Ibu S
sebagai Ketua BKM, 2019)
Dampak yang dirasakan peserta dana bergulir, dapat
memutarkan dana usaha yang dijalankan oleh peserta,
membantu orang pensiun agar tidak menganggur. Selain
itu, untuk monitoring dilakukan setiap seminggu sekali
dengan jadwal setiap hari Senin sampai hari Kamis pukul
14.00-16.00 di lokasi KSM yang berbeda. Kemudian untuk
kinerja dari UPK Syariah maupun BKM sudah baik, hanya
saja peserta dana bergulir harus lebih disiplin saat ada
jadwal untuk pengembalian dana. Berikut pernyataan dari
peserta dana bergulir:
“Kita bisa putar usaha ya balik lagi modalnya, putar
lagi, bisa belanja lagi.” (Wawancara dengan Ibu
Amsani, 2019).
“Banyak ya mas manfaatnya, tergantung dengan si
peminjam, ada yang digunakan untuk usaha, ada
yang uang stak disitu aja tidak berputar.”
(Wawancara dengan Ibu Aswiyah, 2019).
“Bisa membantu orang yang udah pensiun. untuk
membantu orang yang sudah pensiun, daripada
nganggur,, belum ada kegiatan pengembangan
69
kapasitas dari upk syariah.” (Wawancara dengan
Bapak Taif, 2019).
Melihat penyebab kemiskinan yang ada di Kota
Tangerang Selatan, khususnya di Kelurahan Pondok Benda
masih banyak orang yang bekerja serabutan, malas bekerja
dari sumber daya manusianya, dan lingkungan yang tidak
mendukung. Untuk kedepannya dari pihak BKM ingin
mengadakan program rumah tidak layak huni, keterampilan
lewat pelatihan-pelatihan memasak, dan pelatihan
masyarakat, akan tetapi yang masih sulit belum
mendapatkan formula untuk meningkatkan kapasitas laki-
laki. Berikut ini paparan dari ketua Badan Keswadayaan
Masyarakat dan pengurus Unit Pengelola Keuangan:
“Masih banyak yang serabutan, malas bekerja dari
SDMnya, lingkungannya tidak mendukung.”
(Wawancara dengan Ibu A dan Ibu D, 2019).
“Kedepannya ingin mengadakan program rumah
tidak layak huni, keterampilan lewat pelatihan-
pelatihan memasak, dan pelatihan masyarakat, hanya
yang susah masih belum mendapatkan formula untuk
meningkatkan kapasitas laki-laki.” (Wawancara
dengan Ibu Sri, 2019).
71
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Temuan Tahapan Pelaksanaan Program Dana
Bergulir
Untuk menjawab rumusan masalah lebih dalam, maka
peneliti perlu adanya menganalisis dari apa yang telah
ditemukan pada pembahasan sebelumnya. Adapun dalam hal
analisis ini, akan mengulas terkait tahapan-tahapan dalam
pelaksanaan program dana bergulir yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan pelembagaan, serta evaluasi
program dana bergulir.
1. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Program Dana
Bergulir
a. Perencanaan
Pada tahap ini, partisipasi masyarakat dapat dilihat
dengan adanya keikutsertaan anggota masyarakat
dalam musyawarah penentuan program, identifikasi
masalah, ataupun pembuatan formula kegiatan/program
kemasyarakatan tersebut. Rincian kegiatan dari
perencanaan yang dilakukan diantaranya ialah tahap
sosialisasi, dan pelatihan wajib kelompok (PWK).
1) Tahap Sosialisasi
Tahap sosialisasi merupakan tahap awal dari
program dana bergulir, oleh karenanya tahap ini
begitu penting, sebab masyarakat akan tahu berita
atau informasi yang ada dan apabila sosialisasi ini
tidak ada maka program ini tidak berjalan secara
72
menyeluruh. Seperti yang diterangkan oleh Ibu A
dan Ibu D;
“Iya, soalnya banyak temen, dari omongan-
omongan ke RW, RT, dan acara posyandu”
(Wawancara dengan Ibu Agus, 2019)
Selanjutnya pelatihan wajib kelompok (PWK)
merupakan suatu proses pengenalan antara
pengurus badan keswadayaan masyarakat (BKM),
unit pengelola keuangan (UPK) dengan peserta
dana bergulir yang dilakukan selama tiga hari, dan
isi rangkaian pelatihan PWK selain pengenalan
ialah membuat kelompok yang disebut Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) dalam kelompok
tersebut akan ada yang ditunjuk sebagai ketua,
sekretaris dan bendahara, setelah itu memberikan
informasi bagaimana aturan program dana bergulir
tersebut. Berikut ialah pernyataan dari Ibu A dan
Ibu D:
“...Setelah di data kemudian diadakan pelatihan
wajib kelompok (PWK) dilakukan dengan selama
3 hari, sosialisasi (nama-namanya dulu),
kemudian dibuat perkelompok, perkenalan,
pemilihan ketua, sekretaris dan bendahara yang
bertanggung jawab, menjelaskan aturan-
aturannya, tanggung renteng (orang yang tidak
mampu untuk membayar dikarenakan suatu
penyakit) dan bisa diantisipasi oleh kelompok
sendiri.” (wawancara dengan Ibu Amsani, 2019).
73
2) Tahap Identifikasi Masalah
Sebagaimana dijelaskan oleh ketua BKM dari
Kelurahan Pondok Benda bahwa mereka
melanjutkan pelaksanaan kegiatan program dana
bergulir, maka dari sini peneliti mencari tahu
penyebab masalah atau isu akan pentingnya
diadakan program dana bergulir, bahwa terdapat
masyarakat yang sulit dalam simpan pinjam
sehingga masyarakat tidak dapat membuka usaha
dan masyarakat yang belum bisa mengakses ke
lembaga keuangan formal. Meskipun ada, itu
berasal dari bank keliling yang menawarkan jasa
simpan pinjam dengan bunga yang besar.
Oleh karenanya dengan munculnya program
ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang
ingin menjalankan usaha, sehingga menghasilkan
peningkatan perekonomian serta kesejahteraan
keluarga (Pedoman Panduan Optimalisasi Kinerja
Pengelolaan Dana Bergulir, 2016; 1).
Tabel 5.1
Tahap Perencanaan Program Dana Bergulir
Di Kelurahan Pondok Benda
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
1. Sosialisasi
BKM,
UPK, RT,
RW,
Tokoh
masyarakat
Mengumpul
kan warga
dan
mendatangi
ke rumah
Warga
akan tahu
bahwa ada
program
dana
Tidak ada
kendala pada
saat
sosialisasi,
sebab hanya
74
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
warga bergulir memberitahu
kan saja ke
warga
2.
Pelatihan
Wajib
Kelompok
(PWK)
BKM,
UPK, dan
Peserta
dana
bergulir.
Diskusi Saling
mengenal,
dan
mendapat
informasi
terkait
aturan
yang ada
di program
dana
bergulir
Saat
kegiatan
PWK tidak
terjadi
masalah,
bahkan
warga
antusias
dengan
program
tersebut
3 Identifikasi
Masalah
BKM, Diskusi
formal
terdapat
masyarakat
yang sulit
dalam
simpan
pinjam
sehingga
masyarakat
tidak dapat
membuka
usaha dan
masyarakat
yang
belum bisa
mengakses
Tidak ada
kendala saat
membahas
terkait
identifikasi
masalah ini.
75
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
ke lembaga
keuangan
formal.
Meskipun
ada, itu
berasal
dari bank
keliling
yang
menawark
an jasa
simpan
pinjam
dengan
bunga
yang besar.
Sumber: wawancara pribadi dengan narasumber pengurus UPK
b. Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan, anggota masyarakat
mengikuti pelaksanaan program yang telah dibuat dan
ditetapkan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga
masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun
pemanfaatan program. Masyarakat sebagai pelaksana,
mereka misalnya berpartisipasi dalam perumusan
prosedur, aturan main dan mekanisme pelaksanaan
program serta aktif dalam pelaksanaan itu sendiri.
Dalam tahap ini akan dijelaskan secara rinci, bermula
76
dari penjelasan persyaratan, pengembalian dana, dan
jadwal waktu pengembalian.
1) Persyaratan Program Dana Bergulir
Sebelum warga mengikuti secara aktif ketika
pelaksanaan simpan pinjam ialah ada hal-hal yang
perlu dikumpulkan diantaranya:
a) Foto copy Kartu Keluarga (KK)
b) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c) Memiliki usaha
d) Membuat proposal anggaran dana
e) Dan mendapat persetujuan dari suami.
Persyaratan ini merupakan pernyataan dari
pengurus UPK, berikut pernyataannya:
“Syarat mengikuti untuk pinjaman di UPK
Syariah yaitu harus lancar dalam
melaksanakan pembayarannya, hanya foto copy
KK dan KTP, dapat persetujuan dari suami dan
membuat anggaran proposal” (wawancara
dengan Ibu Dina, 2019)
Kemudian pernyataan dari ketua BKM
menambahkan:
“...diperuntukkan untuk orang menengah ke
bawah yang mempunyai usaha dan dilakukan
secara perkelompok”. (wawancara dengan Ibu
Sri, 2019).
77
2) Pengembalian Dana dan Jadwal Waktu
Pengembalian
Terkait pengembalian dana bahwa warga yang
sudah menjadi sebagai peserta dana bergulir, harus
mentargetkan dalam jangka waktu satu tahun atau
kurang lebih 52 minggu sudah melunasi simpan
pinjam kepada UPK, dimana pada tahap awal UPK
akan memberikan pinjaman kepada peserta dana
bergulir sebesar Rp. 1.000.000 agar lebih
terkontrol maka peserta ini dibuat perkelompok,
yang satu kelompoknya terdiri dari 10-20 orang
yang disebut sebagai Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). Berikut pernyataan dari
peserta dana bergulir maupun pengurus UPK:
“...dilakukan perkelompok, 10-20 orang
perkelompoknya...” (wawancara dengan Ibu
Agus, 2019)
“Kita minjam sejuta, kemudian angsurannya
perminggu membayar Rp. 26.000 selama 52
minggu, membantu rakyat kecil, yang penting
kami bisa nyicil dan lunas” (wawancara dengan
Bapak Taif, 2019).
“Membayarnya harus lancar dan bertahap,
awalnya satu juta nggak langsung segini,
Batasan waktu pengembalian 50 minggu,
ngobrol-ngobrol dulu oleh ketua kelompok dan
lingkungan sekitarnya bener gak bisa diajak,
kalau bisa baru boleh diajak.” (wawancara
dengan Ibu Agus, 2019)
Adapun dalam pengembalian dana, terkait
bunga tergantung kesepakatan bersama yang telah
78
dimusyawarahkan antara pengurus Unit Pengelola
Keuangan dengan peserta dana bergulir, dimulai
dari 20% sampai dengan 30%. Salah satu
contohnya, jika peserta meminjam dana Rp.
1.000.000 dengan bunga sebesar 20%, maka
pengembalian dana berjumlah Rp. 1.200.000.
Disisi lain peneliti melihat suku bunga antara dana
bergulir dengan bank hanya berbeda 10% sampai
20% yaitu dana bergulir dimulai dari 20% sampai
30% sedangkan bunga yang ada di bank mayoritas
sebesar 0,1 atau 10%.
Berkaitan dengan jadwal pengembalian, peserta
dana bergulir pada setiap kelompoknya akan
dikoordinatori langsung dari pengurus UPK, dan
proses waktu pengembaliannya ini berbeda-beda
di setiap kelompoknya. Jadwal pengembalian dana
dilakukan setiap seminggu sekali perkelompoknya
dengan jumlah Rp. 26.000, akan tetapi dari pihak
UPK yang bertugas sebagai koordinator akan
mengelilingi KSM setiap hari senin sampai dengan
hari Kamis di tempat KSM yang berbeda, setelah
ashar atau pukul 15.30. Berikut merupakan
ungkapan peserta dana bergulir:
“...angsurannya perminggu membayar Rp.
26.000 selama 52 minggu, membantu rakyat
kecil...” (wawancara pribadi dengan bapak
Thaif, 2019).
79
“Setiap senin sore, di rumah ketua KSM”
(wawancara dengan Ibu Amsani, 2019).
“Setiap hari kamis, waktunya sore” (wawancara
dengan Bapak Taif, 2019).
Tabel 5.2
Tahap Pelaksanaan Program Dana Bergulir
Di Kelurahan Pondok Benda
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
1.
Persyarat
an Dana
Bergulir
Peserta
Dana
Bergulir
Pengump
ulan data
Mudahnya
untuk
melihat
data yang
mengikuti
program
dana
bergulir
Tidak ada
kendala
selama
pengumpula
n dokumen
berlangsung,
persyaratann
ya pun
mudah yaitu
foto copy
Kartu
Keluarga
(KK), Foto
copy Kartu
Tanda
Penduduk
(KTP),
Memiliki
usaha,
Membuat
proposal
anggaran
dana, dan
80
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
mendapat
persetujuan
dari suami.
2.
Pengemb
alian
Dana dan
Jadwal
Pengemb
alian
Peserta
Dana
Bergulir
Mengum
pulkan
ke
bendahar
a, dan
diberikan
ke
koordinat
or KSM
masing-
masing
Dapat
memutar
kembali
dana
sehingga
tidak
terjadi
collapse
dalam
usahanya
Hambatanny
a ialah
terjadi
pembayaran
yang tidak
tepat waktu,
di setiap
masing-
masing
kelompok
terdapat 2-3
orang yang
terhambat.
Sumber: Wawancara dengan Informan
c. Tahap Pelembagaan Program
Dalam tahap pelembagaan (Tantan Hermansah,
2016: 47-49), partisipasi anggota masyarakat ikut serta
merumuskan keberlanjutan program. Langkah
partisipasinya, masyarakat berperan aktif dalam
merumuskan dan membuat model-model pendanaan
program, penguatan lembaga-lembaga pengelola
program dan melakukan pengkaderan anggota
81
masyarakat sebagai salah satu dalam penguatan sumber
daya manusia bagi program tersebut.
1) Tahap Pinjaman Dana Bergulir
Terdapat tiga tahapan saat peminjaman dana
bergulir, UPK memberikan pinjaman sebesar Rp.
1.000.000 pada tahap pertama dengan bunga 30%
artinya bahwa pengembalian yang akan dibayar
oleh peserta sebesar Rp. 1.300.000. Kemudian
tahap kedua, memberi pinjaman dengan jumlah
Rp. 1.500.000, peserta mengembalikan dana
sebesar Rp.1.950.000 termasuk bunga 30%. Tahap
ketiga, UPK memberikan pinjaman dana
berjumlah Rp. 2.000.000, dengan pengembalian
dana sebesar Rp. 2.600.000 pada jangka waktu
satu tahun. Untuk keberlanjutan program dana
bergulir, maka UPK akan melihat dari keaktifan
dalam pengembalian dana, jika pihak peserta dana
bergulir tidak membayar secara tepat waktu berarti
ia tidak mendapat kesempatan peminjaman tahap
berikutnya.
“Misalnya bagus bayarnya, bisa minjem lagi
ke tahap kedua Rp. 1.500.000 dan tahap
ketiga Rp. 2.000.000” (wawancara dengan
Bapak Taif, 2019).
2) Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
(SDM)
Untuk penguatan kapasitas sumber daya
manusia di Kelurahan Pondok Benda belum ada
82
program terkait hal tersebut, akan tetapi baru
sedang direncanakan tahun ini untuk pelatihan-
pelatihan khususnya untuk pemberdayaan
masyarakat masuk ke ranah skill perempuan, dari
sini terlihat belum menyeluruh dikarenakan masih
terdapat kebingungan atas kemampuan apa yang
akan dikembangkan oleh para laki-laki. Hal ini
telah diutarakan oleh Ibu Sri:
“Kedepannya ingin mengadakan program
rumah tidak layak huni, keterampilan lewat
pelatihan-pelatihan memasak, dan pelatihan
masyarakat, hanya yang susah masih belum
mendapatkan formula untuk meningkatkan
kapasitas laki-laki.” (wawancara dengan Ibu
Sri, 2019)
Tabel 5.3
Tahap Pelembagaan Program Dana Bergulir
Di Kelurahan Pondok Benda
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
1.
Tahap
pinjaman
dana
lanjutan
Peserta
dana
bergulir
UPK akan
memberikan
pinjaman
kembali
dengan syarat
peserta yang
mengembalika
n dana tepat
waktu
Peserta
dapat
meminjam
dana
kembali
ketika sudah
melunasi
tahap
sebelumnya
Masih
banyak
peserta yang
belum
mengembali
kan dana
83
Sumber: wawancara pribadi dengan narasumber peserta dana
bergulir dan BKM
d. Pelaksanaan Tahap Monitoring
Pada tahap monitoring dan evaluasi (dalam
Tantan Hermansah, 2016:47-49), masyarakat ikut
serta mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan
ini menjadi penting agar program pemberdayaan
tersebut dapat memiliki kinerja yang baik secara
administratif maupun subtantif. Kinerja administrasi
artinya tata pelaksanaan dapat
dipertanggungjawabkan dengan dokumen-dokumen
pelaporan yang semestinya berlaku atau sesuai
dengan perundang-undangan. Kinerja subtantif berarti
No Kegiatan Partisipan Metode Output Kendala
2.
Penguatan
Kapasitas
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
Pengurus
BKM,
UPK, dan
peserta
dana
bergulir
Pengurus baik
BKM maupun
UPK
memberikan
pelatihan
Hasilnya
ialah peserta
bisa
menambahk
an
pengetahuan
dan dapat
meningkatka
n
kemampuan
mereka
dalam hal
usahanya
Pelatihan ini
masih ada
pada
cakupan
lingkup
peserta
terpilih
bukan untuk
masyarakat
secara
keseluruhan
84
bahwa program dapat memberikan perubahan nyata
baik kemaslahatan publik.
Berkaitan dengan hasil lapangan, memandang
monitoring ini dijalankan dengan jangka waktu
seminggu sekali, yang dimulai dari setiap hari Senin
sampai dengan hari Kamis, pukul 15.30 di lokasi
yang berbeda-beda dalam arti koordinator UPK
memonitori KSM pada waktu satu hari ialah ada
empat KSM yang dikunjungi.
Apabila pembayarannya bagus, akan ada
penambahan modal bagi peserta yang ingin
melakukan peminjaman kembali dari pihak UPK, dan
peminjam pertama dana bergulir apabila
menginginkan pinjaman maka masuk ke dalam tahap
kedua dengan nilai Rp. 1.500.000.
85
Gambar 5.1 Mekanisme Monitoring
Sumber Wawancara Pribadi dengan Pengurus UPK
Dalam mekanisme monitoring dilakukan dengan
berbagai cara, disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang ada. Untuk monitoring di lapangan dilakukan
melewati sebuah diskusi bersama para peserta dana
bergulir dengan stakeholder yang ada dengan tujuan
menyepakati waktu pada saat pelaksanaan monitoring.
Ketika setelah disepakati waktunya, terdapat beberapa
tahap dalam pelaksanaan monitoring yang bisa dilihat
pada gambar 5.1 yaitu, peserta melakukan absensi akan
Absensi
Peserta Mengembalikan Dana Lewat Ketua
Kelompok Swaadaya Masyarakat
Unit Pengelola Keuangan Mengirim ke Rekening Program Dana
Bergulir
UPK Membuat Laporan Keuangan
Melapor Kepada Badan Keswadayaan Masyarakat
86
tetapi dilihat dari kolektif pembayaran kepada ketua
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), selanjutnya dana
yang telah dikumpulkan dari ketua KSM diberikan kepada
koordinator Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan
koordinator UPK mengirim ke rekening bank yang
bertuju ke admin program dana bergulir tersebut, setelah
itu membuat data laporan keuangan serta dilaporkan
kepada ketua Badan Keswadayaan Masyarakat maupun
fasilitator kelurahan.
B. Analisis Temuan Tahap Evaluasi Program
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan
pengevaluasian suatu program, akan tetapi mendeskripsikan
evaluasi yang dilakukan oleh pembuat program. Adapun
gambarannya kerangkanya terdiri dari 2 tahap yaitu evaluasi
Formatif dan Sumatif. Pertama, Evaluasi Formatif, dalam
tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada penentuan
masalah. a) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan
sehubungan dengan keberadaan program. b) Kebutuhan
apakah yang terpenuhi dengan adanya pelaksanaan program
tersebut. c) Apa tujuan jangka panjang dalam program
tersebut.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait adanya
program tersebut ialah banyak warga kesulitan mencari
pinjaman yang syarat serta pelaksanaannya yang mudah, dan
pengembalian pinjamannya pun tidak besar bunganya. Melihat
dari kebutuhan masyarakat bahwa adanya pelaksanaan
program tersebut sudah terpenuhi, dikarenakan banyak
87
masyarakat yang ikut serta mengikuti program dana bergulir.
Mengenai tujuan jangka panjang kegiatan ini, pemerintah
memberikan dorongan kepada masyarakat ketika ingin
membuat usaha sehingga tidak terjadinya dependensi dengan
yang lain.
Selanjutnya peneliti mengumpulkan data yang terkait
langsung dengan masalah yang ada dan mengarah pada
pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi. Dari data
yang didapat bermula dari tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun pelembagaan sudah sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan. BKM dan UPK selalu memberikan pelayanan atau
memfasilitasi kepada masyarakat seperti mesosialisasikan
berhubungan dana bergulir baik secara formal maupun
informal, bahwa program ini mempunyai aturan persyaratan
yang mudah dengan pengembalian dana yang tidak besar dan
jadwal pengembalian yang cukup lama.
Selain itu melihat dari tahap pelembagaan pun pihak
BKM maupun UPK mengapresiasi terhadap peserta yang telah
mengikuti pelaksanaan program dengan baik dan tidak
melanggar. Atas apresiasinya maka peserta yang
mengembalikan dana tepat waktu akan diberikan pinjaman
lebih dari UPK. Adapun disisi lain pihak BKM mulai
membuat kegiatan dimana sudah mulai masuk ke ranah
pemberdayaan meskipun memang masih dalam bentuk
rancangan kegiatan.
Disamping itu ini peneliti memusatkan perhatian pada
keterlaksanaan program. Dengan demikian, peneliti
88
diharapkan bisa mengetahui hambatan suatu program karena
harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari
pengembang program.
Mengenai hal ini, terdapat beberapa hambatan antara lain
yaitu
a) Tahap Pelaksanaan: terjadi pembayaran yang tidak tepat
waktu, di setiap masing-masing kelompok terdapat 2-3
orang yang stagnan.
b) Tahap pelembagaan (kegiatan tahap pinjaman dana
lanjutan): masih banyak peserta yang belum
mengembalikan dana sepenuhnya.
c) Tahap pelembagaan (kegiatan Penguatan Kapasitas):
Pelatihan ini masih ada pada cakupan lingkup peserta
terpilih bukan untuk masyarakat secara keseluruhan
Kedua, Evaluasi Sumatif. Pada tahap kedua, yaitu evaluasi
sumatif, peneliti diharapkan dapat mengumpulkan semua data
tentang hasil dan dampak dari program. Melalui evaluasi
sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang
dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum,
dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya (Jurnal
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga Profesionalisme
Tenaga Profesi Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan,
2017: 396-397).
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Menteri Keuangan
tujuan utama dari Program Dana Bergulir adalah untuk
membantu perkuatan modal usaha guna pengembangan
koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya
89
dalam upaya mengentaskan kemiskinan, meminimalisir
pengangguran, dan pengembangan ekonomi nasional serta
memberikan kemudahan kepada masyarakat khususnya bagi
Rumah Tangga Miskin (RTM). Meninjau tujuan daripada
program tersebut sudah hampir sepenuhnya tercapai, hanya
bagian dari pengembangan ekonomi yang masih belum aktif
dan masih pasif sehingga masyarakat belum bisa merasakan
pengembangan diri secara totalitas dari pemerintah.
91
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil temuan penelitian maupun analisis data yang
telah peneliti laksanakan, dan peneliti telah uraikan di bab-bab
sebelumnya berkaitan apa yang diteliti yaitu terkait dengan
proses tahapan-tahapan dalam program dana bergulir serta
melihat evaluasi program yang dilakukan oleh pemegang
kebijakan di Kelurahan Pondok Benda. Maka peneliti
akanmenyimpulkan dari apa yang telah dipaparkan adalah
sebagai berikut:
1. Proses pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi
melalui program Dana Bergulir di Kelurahan Pondok
Benda, menggunakan teori Tantan Hermansah, adapun
peneliti menggunakan tiga tahapan diantaranya ialah:
a. Tahap Perencanaan, program dana bergulir dalam
proses perencanaannya dilakukan melewati beberapa
tahap yaitu tahap identifikasi masalah, tahap sosialisasi
dan pelatihan wajib kelompok. Tahap identifikasi
masalah merupakan salah satu cara bagaimana
menemukan program yang pantas sesuai dengan
permasalahan yang ada, bahwa berawal dari
masyarakat yang mengalami kesulitan ketika ingin
mendapat pinjaman, dengan persyaratan yang mudah
dan efisien. Kemudian tahap sosialisasi berkenaan
dengan menginformasikan program ini baik secara
92
formal maupun informal kepada masyarakat.
Selanjutnya pelatihan wajib kelompok merupakan
peserta yang sudah berkeinginan untuk melakukan
simpan pinjam, dimana kegiatan ini didalamnya saling
mengenal satu sama lain dan menjelaskan tata cara
aturan dalam simpan pinjam.
b. Tahap Pelaksanaan, program dana bergulir ini
dilanjutkan kembali oleh Program Kotaku sejak tahun
2013 sampai sekarang, mengenai pelaksanaannya
didalamnya sudah berjalan dengan baik, hal ini melihat
dari kinerja baik dari BKM dan UPK serta pihak-pihak
yang membantu dalam menyukseskan program ini.
c. Tahap Pelembagaan, merupakan kelanjutan dari
program tersebut prospek kedepannya seperti apa.
Bahwa ketika peserta dana bergulir ini dapat melunasi
dengan tepat waktu maka mereka bisa mendapatkan
pinjaman yang lebih besar lagi, akan tetapi begitu
sebaliknya jika mereka tidak dapat mengembalikan
dana secara tepat waktu maka ke depan tidak mendapat
pinjaman lagi. Pihak BKM dan UPK selalu bekerja
sama dengan baik, maka dengan kinerja ini program
tersebut bisa dijalankan sampai sekarang.
Meninjau dari beberapa proses tersebut, program dana
bergulir sudah bekerja dengan baik, oleh karenanya
program ini menjadikan masyarakat untuk berwirausaha
sebab dalam persyaratannya peserta harus memiliki sebuah
93
usaha agar dapat memutarkan hasil pendapatan.
2. Evaluasi Program Dana Bergulir di Kelurahan Pondok
Benda memiliiki beberapa tahap, sebagai berikut:
a. Evaluasi formatif, melihat dari kebutuhan masyarakat
bahwa masalah dari masyarakat akan adanya program
sudah terpenuhi atau teratasi. Pihak BKM dan UPK
selalu memberikan fasilitas kepada masyarakat yang
memang ingin mengajukan simpan pinjam. Adapun
dalam perencanaan program, dengan data yang
diperoleh berawal dari tahap perencanaan, pelaksanaan
serta pelembagaan bahwa sudah sesuai dengan hasil
analisis kebutuhan. Evaluasi ini bertujuan mengetahui
hambatan suatu program. Program tersebut memiliki
beberapa hambatan baik dari pelembagaan maupun
pelaksanaannya. Tahap pelembagaan mempunyai
kendala diantaranya kegiatan tahap pinjaman dana
lanjutan, masih banyak peserta yang belum
mengembalikan dana sepenuhnya dan dalam kegiatan
penguatan kapasitas, pelatihan ini masih pada ruang
lingkup peserta terpilih dari pihak BKM dan UPK
bukan untuk masyarakat umum. Terakhir dari tahap
pelaksanaan, terjadinya pembayaran yang tidak tepat
waktu, sekitar dua sampai tiga orang perkelompoknya
terjadi stagnan.
b. Evaluasi sumatif, melihat dampak dari sebuah program
yang dibuat. Data yang diperoleh ketika terjun di
94
lapangan, banyak peserta dana bergulir menyatakan
program tersebut banyak manfaatnya, diantaranya
meminimalisir pengangguran dan mengembangkan
usaha.
B. Saran-Saran
1. Untuk peserta dana bergulir di Kelurahan Pondok benda
disarankan untuk dapat mengembalikan dana secara tepat
waktu dengan artian tidak terlambat, dan melihat sebe
manfaat dana bergulir yang dirasakan oleh masyarakat.
Sehingga masyarakat lain bisa merasakan juga pinjaman
tersebut dari program dana bergulir.
2. Bagi pihak BKM dan UPK, diharapkan bisa lebih tegas lagi
dalam pelaksanaan program dana bergulir agar peserta dana
bergulir dapat menjalankan tata tertib yang telah dibuat
dengan baik.
95
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka
.... 2015. “Membangun BKM/LKM”. Jakarta: Direktorat Jenderal
Cipta Karya.
....2017. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Emzir. 2012. Metodologi penelitian Kualitatif Analisis Data.
Jakarta Rajawali Pers.
Hermansah Tantan. 2016. “Memberdayakan Masyarakat dengan
Mengaplikasikan Pendekatan Transformasi-Komunitas-
Institusinalisasi”. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.
Junaidi. 2011. “Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
PAI”. Jakarta: Direktorat PAI KEMENAG RI.
Nasdian Tonny Fredian. 2014. “Pengembangan Masyarakat”.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nawawi Imam. 1999. Terjemah Riyadush Shalihin Jilid 1.
Jakarta: Pustaka Amani.
Profile Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan 2018
Putri Ayu Fandari Ines. Evaluasi Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-
MP) Program Pinjaman Bergulir di Kelurahan Siwalan
Kecamatan Gayamsari Kota Semarang. Skripsi S1
Universitas Negeri Semarang, Jurusan Ekonomi
Pembangunan tahun 2015.
Rista, Paulina. Pengaruh Program Dana Bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan Terhadap Pendapatan Masyarakat
(Studi Kasus di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegahejo
Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta). Skripsi S1 Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Jurusan Ekonomi Pembangunan tahun
2013.
96
Rohidi Rohendi Tjetjep. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
UI Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian
Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: UPI.
Tayibnapis Yusuf Farida. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wirawan Bagus Ida. 2013. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga
Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan Perilaku
Sosial. Jakarta: Kencana
Wirawan. 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan
Profesi. Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf, Muri. 2015. “Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan”.
Jakarta: Prenamedia Group.
Artikel
... 2018. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2018
Municipality In Figure. BPS Tangerang Selatan.
... 2018. Profil Kemiskinan di Indonesia September 2017. Edisi No. 05/01/Th. XXI.
Dede Rodin. 2015. Pemberdayaan Ekonomi Fakir Miskin Dalam
Perspektif Al-Qur’an. Economica. Vol 6, Edisi 1.
P. Yuwono Budi. 2012. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan.. PNPM Perkotaan
Tim Penyusun Strategi Komunikasi PNPM. 2008. Pedoman
Pelaksanaan Strategi Komunikasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.”PNPM Mandiri.
Yulihardi. 2015. Analisa Pelaksanaan Penyaluran Dana Bergulir
Simpan Pinjam Perempuan Program PNPM-MP Di
Kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman.
Economica. Vol 3, No.2
97
Shalfiah Ramandita. 2013. “Peran Pemberdayaan Dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Mendukung
Program-Program Pemerintah Kota Bontang”. eJournal
Ilmu Pemerintahan, Volume 1 nomor 3.
Munthe P. Ashiong. 2015 “Pentingya Evaluasi Program Di
Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar, Pengertian,
Tujuan Dan Manfaat”, Scholaria, Vol. 5, No. 2.
Waluyo Budi. “Agensifikasi Pengelolaan Dana bergulir: Studi
Kasus Pada Badan Layanan Umum Pengelola Dana
Bergulir Tahun 2009-2013”, Politeknik Keuangan
STAN.
Noor Munawar. 2011. “Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal
Ilmiah CIVIS, Volume I, No. 2.
Nugraha Andi. 2009. “Pengembangan Masyarakat Pembangunan
Melalui Pendampingan Sosial Dalam Konsep
Pemberdayaan Di Bidang Ekonomi”, Jurnal Ekonomi
Modernisasi, Volume 5, No. 2.
Rinaldy Reza dkk. 2017. “Proses Community Development Pada
Program Kampung Iklim Di Desa Cupang Kecamatan
Gempol Kabupaten Cirebon (Studi Kasus Program Bank
Sampah Dalam Program Kampung Iklim)”. Jurnal
Penelitian & PKM, Vol 4 No. 2.
Internet
...„Jurus Jitu SBY Mengentaskan Kemiskinan‟, Detiknews artikel
diakses pada 9 Mei 2019 dari
<https://news.detik.com/berita/d-2720289/jurus-jitu-sby-
mengentaskan-kemiskinan>.
Michael Reily, „Inflasi Terjaga, Penduduk Miskin September
2018 Turun 280 Ribu Orang - Katadata News‟, 2019 artikel
diakses pada 8 Mei 2019 dari
<https://katadata.co.id/berita/2019/01/15/inflasi-terjaga-
penduduk-miskin-september-2018-turun-280-ribu-orang>.
98
...„Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif‟, Www.Uin-
Malang.Ac.Id artikel diakses pada 10 Mei 2019 dari
<https://www.uinmalang.ac.id/blog/post/read/101001/triang
ulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html>.
Zakky, “Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli dan Secara
Umum,” ZonaReferensi.com (blog), 20 Mei 2018, artikel
diakses pada 10 Oktober 2019 dari
https://www.zonareferensi.com/pengertian-evaluasi/.
Ikosnomos. “Panduan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi”.
Diakses pada 14 Oktober 2019 dari
https://monitoringevaluation.wordpress.com/2011/09/30/pa
nduan-perencanaan-monitoring-dan-evaluasi/.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-Surat
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Catatan Observasi
Catatan Observasi
No Tanggal Objek Observasi Deskripsi
1 13 Juni 2019 Proses
Perencanaan,
Pelaksanaan,
Monitoring dan
Evaluasi
Pada proses
perencanaan, tim
Badan Keswadayaan
Masyarakat dan Unit
Pengelola Keuangan
dilakukan tahap
sosialisasi, dan
dilakukan adanya
pelatihan wajib
kelompok bagi
masyarakat yang
mengikuti pinjaman
dana tersebut. Pada
pelaksanaannya,
peserta akan
diarahkan bagaimana
cara meminjam dana
tersebut dimulai dari
persyaratan, pinjaman
dana dan jadwal
pengembalian dana.
Terakhir bagian
monitoring yaitu
pengurus Unit
Pengelola Keuangan
selalu mengawasi
bagi peminjam agar
bayar tepat waktu,
adapun di bagian
evaluasi, para peserta
dana bergulir,
pengurus Badan
Keswadayaan
Masyarakat dan Unit
Pengelola Keuangan
memberikan saran
serta masukan agar
proses yang saat
dijalankan berjalan
lancar dengan baik.
2 18 Juni 2019 Tahap
Pengembalian
Dana
Pengembalian dana
dilakukan seminggu
sekali yang
jadwalnya sudah
ditentukan atau
disepakati bersama-
sama baik dari tim
Unit Pengelola
Keuangan dan peserta
dana bergulir dengan
ketentuan
pengembalian dana
sebesar 5%. Misal
satu peserta
meminjam dana
sebesar Rp. 1.000.000
maka yang harus
dikembalikan ialah
1.050.000
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
A. Pengurus BKM dan UPK
1. Bagaimana pandangan ibu tentang dana bergulir?
2. Bagaimana menurut ibu terkait perencanaan dana bergulir
diterapkan?
3. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan dan pelembagaan
dana bergulir?
4. Apakah terdapat kesesuaian pelaksanaan dengan visi dan
misi dalam program dana bergulir?
5. Berapa persen dana yang dialokasikan tersebut?
6. Apakah dana bergulir ini setiap tahunnya mendapatkan
dana yang sama ataukah tidak?
7. Apakah pemerintah memberitahu akan melaksanakan
dana bergulir di daerah tersebut?
8. Siapa saja sasaran program dana bergulir tersebut?
9. Dimana tempat pengumpulan dana dikumpulkan?
10. Sejak kapan pelaksanaan program dana bergulir
diselenggarakan?
11. Bagaimana evaluasi yang telah dilakukan selama ini?
12. Apakah partisipasi masyarakat terjadi secara merata di
tingkat kota?
13. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan dana
bergulir?
14. Kapan evaluasi program dana bergulir dilaksanakan?
15. Dimana biasanya ibu melakukan evaluasi dari
peminjaman bergulir tersebut?
16. Apa saja kendala dan bagaimana evaluasi pada
pelaksanaan dana bergulir?
17. Apa yang menyebabkan kemiskinan yang ada di Kota
Tangerang Selatan, khususnya di Kelurahan Pondok
Benda?
18. Apakah ada aturan yang membuat sulit peserta untuk
meminjam dana tersebut?
19. Apakah warga dilibatkan dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan program dana
bergulir? Jika iya, siapa saja yang dilibatkan?
B. Peserta Dana Bergulir
1. Bagaimana sistem program dana bergulir yang dilakukan
oleh pemerintah (perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan)?
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap program dana
bergulir?
3. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam
pelaksanaan dana bergulir?
4. Kemana peserta dana bergulir berkonsultasi ketika terjadi
masalah dalam simpan pinjamnya?
5. Dimana pembuatan kelompok swadaya masyarakat?
6. Saat kapan dana bergulir bisa dilakukan secara
berkelanjutan?
7. Apa saja hambatan yang dialami saat hendak melaksanakan
dana bergulir di suatu tempat?
8. Apa saja dampak yang dirasakan masyarakat setelah
menjalankan dana bergulir?
9. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program
dana bergulir di kelurahan?
10. Kapan ibu melakukan pelaporan dana? Siapa yang buat
dan dilaporkan ke siapa?
11. Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program
berikutnya?
12. Dimana perserta dana bergulir melakukan evaluasi secara
berkelompok?
13. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program
dana bergulir yang pernah dilaksanakan?
14. Berapa jauh perencanaan program dana bergulir telah
dilaksanakan ?
15. Kapan dan dimana ibu melakukan evaluasi dana bergulir?
Lampiran 5 Transkrip Wawancara
Lampiran Panduan Pertanyaan
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 18 Juni 2019
Lokasi wawancara : Di Rumah Ibu Amsani
Nama : Ibu Amsani
Jabatan : Anggota KSM Naga
Pertanyaan penelitian untuk peserta dana bergulir
1. Bagaimana sistem program dana bergulir yang dilakukan
oleh pemerintah (perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan)?
“Kaya yang punya wilayah sini, pak RW, ada pinjaman
berkelompok, tertarik lah, karena agak ringan seminggu
segini, daripada kita pinjam ke bank, syarat-syaratnya KK
sama KTP terus langsung ke pak RW disuruh kumpul, ada
30 orang langsung dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15
orang, satu orang mendapat pinjaman sejuta waktu tahap
pertama, kemarin dapat pinjaman 1,5 juta cuman bayarnya
yang udah bagus-bagus, sekarang masih banyak yang
mandeg, jadi pilihin yang bagus-bagus bayarnya boleh diberi
pinjaman lagi. Setelah dibagi ketua, sekretaris, dan
bendahara, kemudian pak RW ngasih saran bahwasanya
untuk memberikan penyuluhan berisi tentang pinjamannya,
dan setiap orang harus memiliki anggaran untuk usaha.”
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap program dana
bergulir?
“Bisa buat minjem uang dan tidak besar bunganya.”
3. Apakah ibu menjalin kerja sama dengan wirausahawan lain
untuk membantu dalam melakukan usaha?
“nggak ada.”
4. Kemana peserta dana bergulir berkonsultasi ketika terjadi
masalah dalam simpan pinjamnya?
“Ke pengurus UPK”
5. Dimana pembuatan kelompok swadaya masyarakat?
“Di rumah pak RW”
6. Saat kapan dana bergulir bisa dilakukan secara
berkelanjutan?
“Ketika sudah bagus-bagus bayarnya, baru boleh minjem
lagi”
7. Apa saja hambatan yang dialami saat hendak melaksanakan
dana bergulir di suatu tempat?
“Masih ada yang mandeg untuk bayar.”
8. Apa saja dampak yang dirasakan ibu setelah mendapatkan
pinjaman dana bergulir?
“kita bisa putar usaha ya balik lagi modalnya, putar lagi, bisa
belanja lagi.”
9. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program dana
bergulir?
“Seminggu sekali setiap selasa”
10. Kapan ibu melakukan pelaporan dana dan dilaporkan ke
siapa?
“Seminggu sekali, dan dilaporkan ke bu Dina sebagai
koordinator di KSM Naga.”
11. Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program
berikutnya?
“Iyaa,”
12. Dimana perserta dana bergulir melakukan evaluasi secara
berkelompok?
“Setiap senin sore, di rumah ketua KSM”
13. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program
dana bergulir yang pernah dilaksanakan?
“Awalnya berkumpul sambil membayar pinjaman, terus
siapa aja yang sudah membayar pinjaman dan yang belum
membayar.”
14. Berapa jauh perencanaan program dana bergulir telah
dilaksanakan ?
“udah bagus, komunikasinya sudah baik, karena selalu
dikontrol, kendalanya lambat dipembayarannya saja”
Lampiran Panduan Pertanyaan
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 18 Juni 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Parni
Nama : Ibu Aswiyah dan Ibu Parni
Jabatan : Anggota KSM Tulip dan Anggota
KSM Naga
1. Bagaimana sistem program dana bergulir yang dilakukan oleh
pemerintah (perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan)?
“Awalnya tau dari RW, Cuma bilang, mau ada pinjaman dana,
foto copy keluarga, ktp dan persetujuan dari suami. Disuruh
bayarnya yang bagus, biar kedepannya bisa dipercaya lagi.
UPK syariah: sebetulnya menurut saya pinjaman gampang,
mudah, bunganya kecil, dan untuk pembayaran tidak diuber-
uber. Untuk dana sendiri digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari, sekolah.”
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap program dana
bergulir?
“Dana bergulir itu bagus ya nggak seperti pinjaman yang lain
,meringankan persyaratannya, nggak memaksa hari ini harus
membayar.”
3. Apakah ibu menjalin kerja sama dengan wirausahawan lain
untuk membantu dalam melakukan usaha?
“Nggak ada.”
4. Kemana peserta dana bergulir berkonsultasi ketika terjadi
masalah dalam simpan pinjamnya?
“Ke ketua KSM atau ke pengurus UPK.”
5. Dimana pembuatan kelompok swadaya masyarakat?
“Di rumah bu RW.”
6. Saat kapan dana bergulir bisa dilakukan secara berkelanjutan?
“Kalau lancar bayarnya boleh minjem lagi.”
7. Apa saja hambatan yang dialami saat hendak melaksanakan
dana bergulir di suatu tempat?
“Masih ada yang stak bayarannya.”
8. Apa saja dampak yang dirasakan ibu setelah mendapatkan
pinjaman dana bergulir?
“Banyak ya mas manfaatnya, tergantung dengan si peminjam,
ada yang digunakan untuk usaha, ada yang uang stak disitu aja
tidak berputar.”
9. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program dana
bergulir di kelurahan?
“Seminggu sekali.”
10. Kapan ibu melakukan pelaporan dana?
“Untuk laporan dana setiap seminggu sekali”
11. Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program
berikutnya?
“iyaa”
12. Dimana perserta dana bergulir melakukan evaluasi secara
berkelompok?
“Di rumah ketua KSM biasanya”
13. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program dana
bergulir yang pernah dilaksanakan?
“Memberikan masukan dari UPK agar nggak lambat lagi
bayarnya.”
14. Berapa jauh perencanaan program dana bergulir telah
dilaksanakan ?
“Terlalu sabar, soalnya ada yang telat, nggak pernah diomelin,
sabarnya dia kan melihat dari situasi kondisi juga kan mungkin
dari situ juga menilainya.”
Transkrip Wawancara Peserta Dana Bergulir
Kelurahan Pondok Benda
Hari/tanggal wawancara : Selasa, 18 Juni 2019
Lokasi wawancara : Rumah Bu Sarti
Nama : Ibu Sarti dan Bapak Taif Effendi
Jabatan : Anggota KSM Melon
1. Bagaimana sistem program dana bergulir yang dilakukan
oleh pemerintah (perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan)?
“Awalnya tau dari bu dina, siapa yang mau ikut usaha,
langsung dibuat kelompok,awalnya dibuat sampai 15-20
orang. Kita minjam sejuta, kemudian angsurannya
perminggu membayar Rp. 26.000 selama 52 minggu,
membantu rakyat kecil, yang penting kami bisa nyicil dan
lunas,”
2. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terhadap program dana
bergulir?
“Bagus, membantu orang lain, bantu orang yang sedang
usaha, dan sekolah, yang penting kita bisa nyicil, lunas.”
3. Apakah bapak/ibu menjalin kerja sama dengan
wirausahawan lain untuk membantu dalam melakukan
usaha?
“nggak, nanti main tarik-tarikan, terus hasilnya dibagi dua.”
4. Kemana peserta dana bergulir berkonsultasi ketika terjadi
masalah dalam simpan pinjamnya?
“Ke Ibu Dina (Pengurus UPK)”
5. Dimana pembuatan kelompok swadaya masyarakat?
“Di rumah Pak Taif langsung dibuat oleh Ibu Dina.”
6. Saat kapan dana bergulir bisa dilakukan secara
berkelanjutan?
“misalnya bagus bayarnya, bisa minjem lagi ke tahap kedua
Rp. 1.500.000 dan tahap ketiga Rp. 2.000.000”
7. Apa saja hambatan yang dialami saat hendak melaksanakan
dana bergulir di suatu tempat?
“Tidak ada, paling cuma satu dua orang yang mandeg”
8. Apa saja dampak yang dirasakan ibu setelah mendapatkan
pinjaman dana bergulir?
“Bisa membantu orang yang udah pensiun. untuk membantu
orang yang sudah pensiun, daripada nganggur,, belum ada
kegiatan pengembangan kapasitas dari upk syariah.”
9. Berapa kali dilakukan monitoring dan evaluasi program dana
bergulir?
“Sebulan dua kali, tiap hari kamis.”
10. Kapan bapak/ibu melakukan pelaporan dana?
“Setiap hari kamis”
11. Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program
berikutnya?
“Iyaa biasanya juga dari UPK atau anggota KSM ngasih
saran”
12. Dimana perserta dana bergulir melakukan evaluasi secara
berkelompok?
“Di rumah ketua KSM”
13. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program
dana bergulir yang pernah dilaksanakan?
“Bagus, kalau ada apa-apa langsung cepet kasih tau. Dan
saling memberikan saran saja.”
14. Berapa jauh perencanaan program dana bergulir telah
dilaksanakan?
“Sudah bagus, hanya belum ada kapasitas untuk
pengembangan diri dari UPK.”
Transkrip Wawancara Ketua BKM
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 13 Juni 2019
Lokasi wawancara : Kelurahan Pondok Benda
Nama : Ibu Sriwati
Jabatan : Ketua BKM
Pertanyaan Penelitian Untuk Pengurus BKM dan UPK
1. Bagaimana pandangan ibu tentang dana bergulir?
“Badan pinjaman dana bergulir yang dibuat oleh pemerintah,
diperuntukkan untuk orang menengah ke bawah yang
mempunyai usaha dan dilakukan perkelompok, 10-20 orang
perkelompoknys”
2. Bagaimana menurut ibu terkait perencanaan dana bergulir
diterapkan?
“membayarnya harus lancar dan bertahap”
3. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan dan pelembagaan dana
bergulir?
“Syarat mengikuti untuk pinjaman di UPK Syariah yaitu harus
lancar dalam melaksanakan pembayarannya”
4. Apakah terdapat kesesuaian pelaksanaan dengan visi dan misi
dalam program dana bergulir?
“Telah sesuai rencana tapi belum begitu sempurna
sepenuhnya”
5. Berapa dana yang dialokasikan tersebut?
“Terdapat Rp. 230.000.000”
6. Apakah dana bergulir ini setiap tahunnya mendapatkan
anggaran tambahan lagi atau tidak?
“Tidak, karena program ini program lanjutan dari tahun-tahun
sebelumnya, hanya meneruskan saja”
7. Apakah pemerintah memberitahu akan melaksanakan dana
bergulir di daerah tersebut?
“Iya, soalnya temennya dari omongan-omongan ke RW, RT,
acara posyandu”
8. Siapa saja sasaran program dana bergulir tersebut?
“sasarannya orang yang memiliki usaha, karena sekarang lagi
macet, kalau tidak punya usaha bagaimana untuk
mengembalikan dananya.”
9. Dimana tempat pengumpulan dana dikumpulkan?
“Ke koordinator kelompok swadaya masyarakat”
10. Sejak kapan pelaksanaan program dana bergulir
diselenggarakan?
“Sejak tahun 2013”
11. Bagaimana evaluasi yang telah dilakukan selama ini?
“Kedepannya ingin mengadakan program rumah tidak layak
huni, keterampilan lewat pelatihan-pelatihan memasak, dan
pelatihan masyarakat, hanya yang susah masih belum
mendapatkan formula untuk meningkatkan kapasitas laki-
laki.”
12. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan dana bergulir?
“Dari pemerintah.”
13. Kapan evaluasi program dana bergulir dilaksanakan?
“Sebulan sekali atau dua kali”
14. Dimana biasanya ibu melakukan evaluasi dari peminjaman
bergulir tersebut?
“Di kelurahan Pondok Benda”
15. Apa saja kendala dan bagaimana evaluasi pada pelaksanaan
dana bergulir?
“Biasanya yang dibicarakan, siapa saja yang masih macet-
macet bayarnya, dan memberikan saran-saran.”
16. Apa yang menyebabkan kemiskinan yang ada di Kota
Tangerang Selatan, khususnya di Kelurahan Pondok Benda?
“Masih banyak yang serabutan, dari SDMnya,
lingkungannya tidak mendukung.”
17. Apakah ada aturan yang membuat sulit peserta untuk
meminjam dana tersebut?
“Tidak ada, persyaratannya hanya foto copy KK dan KTP,
dapat persetujuan dari suami”
18. Apakah warga dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan program dana bergulir? Jika iya,
siapa saja yang dilibatkan?
“Iya, BKM, UPK syariah dan Kelompok Swadaya
Masyarakat.”
Transkrip Wawancara Koordinator UPK
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 13 Juni 2019
Lokasi wawancara : Kelurahan Pondok Benda
Nama : Ibu Dina, dan Ibu Agus
Jabatan : Pengurus UPK Kelurahan Pondok
Benda
Pertanyaan Penelitian Untuk Pengurus BKM dan UPK
1. Bagaimana pandangan ibu tentang dana bergulir?
“Badan pinjaman dana bergulir yang dibuat oleh pemerintah,
diperuntukkan untuk orang menengah ke bawah yang
mempunyai usaha dan melskukan perkelompok, 10-20 orang
perkelompoknys, setelah di data kemudian diadakan pelatihan
wajib kelompok (PWK) dilakukan dengan selama 3 hari,
sosialisasi (nama-namanya dulu), kemudian dibuat
perkelompok, perkenalan, pemilihan ketua, sekretaris dan
bendahara yang bertanggung jawab, menjelaskan aturan-
aturannya, tanggung renteng (orang yang tidak mampu untuk
membayar dikarenakan suatu penyakit) dan bisa diantisipasi
oleh kelompok sendiri.”
2. Bagaimana menurut ibu terkait perencanaan dana bergulir
diterapkan?
“membayarnya harus lancar dan bertahap, awalnya satu juta
nggak langsung segini, Batasan waktu pengembalian 50
minggu, ngobrol-ngobrol dulu oleh ketua kelompok dan
lingkungan sekitarnya bener gak bisa diajak, kalau bisa baru
boleh diajak.”
3. Bagaimana menurut ibu pelaksanaan dan pelembagaan dana
bergulir?
“Syarat mengikuti untuk pinjaman di UPK Syariah yaitu harus
lancar dalam melaksanakan pembayarannya. syaratnya, hanya
foto copy KK dan KTP, dapat persetujuan dari suami”
4. Apakah terdapat kesesuaian pelaksanaan dengan visi dan misi
dalam program dana bergulir?
“Telah sesuai rencana tapi belum begitu sempurna
sepenuhnya”
5. Berapa dana yang dialokasikan tersebut?
“Terdapat Rp. 230.000.000”
6. Apakah dana bergulir ini setiap tahunnya mendapatkan
anggaran tambahan lagi atau tidak?
“Tidak, karena program ini program lanjutan dari tahun-tahun
sebelumnya, hanya meneruskan saja”
7. Apakah pemerintah memberitahu akan melaksanakan dana
bergulir di daerah tersebut?
“Iya, soalnya temennya dari omongan-omongan ke RW, RT,
acara posyandu”
8. Siapa saja sasaran program dana bergulir tersebut?
“Orang yang memiliki usaha”
9. Dimana tempat pengumpulan dana dikumpulkan?
“Ke koordinator kelompok swadaya masyarakat”
10. Sejak kapan pelaksanaan program dana bergulir
diselenggarakan?
“Sejak tahun 2013”
11. Bagaimana evaluasi yang telah dilakukan selama ini?
“Kedepannya ingin mengadakan program pelatihan
masyarakat”
12. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan dana bergulir?
“Dari pemerintah.”
13. Kapan evaluasi program dana bergulir dilaksanakan?
“Sebulan sekali atau dua kali”
14. Dimana biasanya ibu melakukan evaluasi dari peminjaman
bergulir tersebut?
“Di kelurahan Pondok Benda”
15. Apa saja kendala dan bagaimana evaluasi pada pelaksanaan
dana bergulir?
“Biasanya yang dibicarakan, siapa saja yang masih macet-
macet bayarnya.”
16. Apa yang menyebabkan kemiskinan yang ada di Kota
Tangerang Selatan, khususnya di Kelurahan Pondok Benda?
“Masih banyak yang serabutan, malas bekerja dari SDMnya,
lingkungannya tidak mendukung.”
17. Apakah ada aturan yang membuat sulit peserta untuk
meminjam dana tersebut?
“Tidak ada, persyaratannya hanya foto copy KK dan KTP,
dapat persetujuan dari suami”
18. Apakah warga dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pelaporan program dana bergulir? Jika iya,
siapa saja yang dilibatkan?
“Iya, BKM, UPK syariah dan Kelompok Swadaya
Masyarakat.”
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sarti
Alamat : RT 03/09
Pendidikan : SD
Jabatan : Ketua KSM Melon
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Selasa pukul 14.00 tanggal
18 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 18 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Taif Effendi
Alamat : RT 03/09
Pendidikan : SMA
Jabatan : Anggota KSM Melon
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Selasa pukul 14.00 tanggal
18 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 18 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Kasdatik
Alamat : Parakan RT 03/09 No. 12
Pendidikan : SMA
Jabatan : Manajer UPK Syariah Pondok Benda
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Kamis pukul 10.30 tanggal
13 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 13 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Parni
Alamat : Jalan Anggrek RT. 02, RW. 018 Pondok
Benda, Pamulang
Pendidikan : SMA
Jabatan : Anggota KSM Naga
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Selasa pukul 11.00 tanggal
18 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 18 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Aswiyah
Alamat : Jalan Anggrek RT 02/18 Pondok Benda
Pendidikan : SMA
Jabatan : Anggota KSM Tulip
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Selasa pukul 11.00 tanggal
18 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 18 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Amsani
Alamat : Pondok Benda RT. 01/18
Pendidikan : SD
Jabatan : Anggota KSM Naga
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Selasa pukul 09.30 tanggal
18 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 18 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sriwati
Alamat : Jalan TPU Parakan No 15 RT 002/09
Gang Resin Anen
Pendidikan : SLTA
Jabatan : Ketua BKM
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Kamis pukul 10.30 tanggal
13 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 13 Juni 2019
Informan
KETERANGAN INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Titik Indrawati
Alamat : Benda barat XI, Kap. Batan
RT.04/RW.09 Pondok Benda
Pendidikan : SLTA
Jabatan : Koordinator UPK
Menyatakan bahwa saya adalah benar informan dalam penelitian
yang berjudul: “Evaluasi Program Dana Bergulir Oleh Badan
Keswadayaan Masyarakat (Studi Analisis Deskriptif di Kelurahan
Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan
Banten)”. Saya setuju dengan seluruh hasil wawancara terhadap
saya diatas yang dilakukan pada hari Kamis pukul 10.30 tanggal
13 Juni 2019 di Pamulang, Tangerang Selatan.
Demikian, semoga keterangan ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Pamulang, 13 Juni 2019
Informan