PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD

  • Upload
    t-asta

  • View
    4.815

  • Download
    44

Embed Size (px)

Citation preview

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:TRI ASTARI

8146182041 KELAS: B 1 DIKDAS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan makalah Konsep Dasar Bahasa Indonesia ini yang berjudul PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD.

Shalawat dan rangkaian salam kehadirat nabi Muhammad SAW yang kita dari alam kegelapan menuju terang benderang.

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu Konsep dasar Bahasa Indonesia dan sebagai bahan perkuliahan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Wisman Hadi, S. Pd, M. Hum. yang telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, baik isi maupun penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Identifikasi Masalah 1

C. Pembatasan Masalah 2

D. Rumusan Masalah 2

E. Tujuan Pembahasan 2

F. Manfaat Pembahasan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Pendekatan Pembelajaran Bahasa 4

B. Strategi Pembelajaran Bahasa 12

C. Metode Pembelajaran Bahasa 17

D. Teknik Pembelajaran Bahasa 31

E. Evaluasi Pembelajaran Bahasa 33

BAB III PENUTUP62

A. Kesimpulam62

B. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu problem yang hingga kini masih dihadapi dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional adalah rendahnya kualitas pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya perubahan terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah/kelas. Perubahan tersebut dilakukan karena mengingat ketika sampai pada tataran implementasi kurikulum di kelas, maka guru harus dapat melakasanakan pembelajaran sesuai dengan keyakinan tentang hakikat serta pengajaran dan belajar bahasa, khususnya bagi siswa sekolah dasar.Ketidakberhasilan siswa SD dalam kemampuan berkomunikasi, salah satu penyebabnya guru kurang menguasai berbagai pendekatan pembelajaran bahasa sehingga kurang bervariasi dalam pemilihan strategi, metode, teknik atau evaluasi pembelajaran. Dengan melakukan perubahan pembelajaran di sekolah, diharapkan para praktisi pendidikan utamanya para guru memiliki komitmen yang tinggi untuk mempersiapkan masa depan kehidupan dan penghidupan bagi peserta didiknya.

Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas tentang beberapa pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas penulis melalukan pengidentifikasian masalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

2. Kurangnya guru memahami hakikat pengajaran dan belajar bahasa.

3. Guru kurang menguasai berbagai pendekatan pembelajaran bahasa sehingga kurang bervariasi dalam pemilihan strategi, metode, teknik atau evaluasi pembelajaran.4. Ketidakberhasilan siswa SD dalam kemampuan berkomunikasi.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah arah pembahasan masalah ini penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.

2. Berbagai pendekatan, strategi, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalah yang digunakan adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD?2. Jelaskan berbagai pendekatan, strategi, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD?E. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari makalah ini, antara lain:

1. Memahami pengertian dengan pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.

2. Menjelaskan berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.

F. Manfaat Pembahasan

Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat bagi kita semua. Dimana dengan adanya makalah ini dapat membantu semua kalangan baik itu pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum dalam memahami dan menjelaskan berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pendekatan Pembelajaran BahasaPendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.Pendekatan pembelajaran bahasa merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat peraturan/kaidah.Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.1. Pendekatan BehaviorismeKelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.

2. Pendekatan NativismePandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara alamiah.

3. Pendekatan KognitifKemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.

4. Pendekatan Interaksi Sosial

Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas. Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi. Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis mereka.5. Pendekatan Tujuan

Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan cara belajar tuntas. Dengan cara belajar tuntas, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.

6. Pendekatan Struktural

Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar struktur- struktur (tatabahasa).

7. Pendekatan Pragmatik

Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.

8. Pendekatan Whole LanguageWhole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004).Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole language, pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.

Ciri-ciri Kelas Whole LanguageAda tujuh ciri yang menandakan kelas whole language :a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan, misalnya: poster hasil kerja siswa dan karya tulis siswa menghiasi dinding kelas.b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas whole language hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.e. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah multiarah.f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.g. Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.Penilaian dalam Kelas Whole LanguageDalam kelas whole language guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Selain itu, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan portofolio.9. Pendekatan KontekstualPendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian, siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.Nathan Gage in Brown mendefinisikan pengajaran sebagai berikut, Teaching is guiding and facilitating learning, enabling the learner to learn, setting the conditions for learning, (H. Douglas Brown, 1994:7). Mengajar berarti memandu dan memfasilitasi belajar memungkinkan pemelajar untuk belajar, menciptakan kondisi belajar. Definisi di atas menunjukkan bahwa pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang diciptakan oleh guru untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang sangat memerlukan keterlibatan siswa. Demikian juga dengan pendekatan kontekstual yang berpusat pada siswa.Kontekstual adalah kaidah yang dibentuk berazaskan maksud kontekstual itu sendiri. Kontekstual seharusnya mampu membawa pelajar ke pemelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam kehidupan seharian mereka. Jadi, pemelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pemelajar untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja.Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu: Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri. bekerja sama. berpikir kritis dan kreatif. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang. mencapai standar yang tinggi. menggunakan penilaian autentik (Elaine B. Johnson, 2007:65-66).Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja. Tidak terkecuali dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut konsep CTL, Belajar akan lebih bermakna jika anak didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahui apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Hernowo, 2005:61).Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL:a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.b. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.10. Pendekatan KomunikatifPendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran 4 keterampilan berbahasa (mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.

Ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional (functional communication activies) dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi sosial (social interaction activies). Kegiatan komunikatif fungsional terdiri atas 4 hal, yakni: a) mengolah informasi; b) berbagi dan mengolah informasi; c) berbagi informasi dengan kerja sama terbatas; dan d) berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas. Kegiatan interaksi sosial terdiri atas 6 hal, yakni: a) improvisasi lakon-lakon pendek yang lucu; b) aneka simulasi; c) dialog dan bermain peran; d) sidang-sidang konversasi; e) diskusi; dan f) berdebat. Ada delapan aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif (David Nunan, 1989, dalam Solchan T.W., dkk. 2001:66), yaitu: a. Teori Bahasa Pendekatan Komunikatif berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.b. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.c. Tujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi komunikatif).d. Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan dan materi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan siswa.

e. Tipe kegiatan tukar menukar informasi, negosiasi makna atau kegiatan lain yang bersifat riil.f. Peran guru fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan tes, penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar.g. Peran siswa pemberi dan penerima, sehingga siswa tidak hanya menguasai bentuk bahasa, tapi juga bentuk dan maknanya. h. Peranan materi pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata.Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif lebih bersifat evolusioner daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan pembelajaran yang ditawarkan mereka adalah: penyajian dialog singkat, pelatihan lisan dialog yang disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan pengkajian, penarikan simpulan, aktivitas interpretatif, aktivitas produksi lisan, pemberian tugas, pelaksanaan evaluasi.

11. Pendekatan Integratif (Terpadu)Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antar bidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

12. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar membaca), dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.13. Pendekatan Keterampilan ProsesKeterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:a. keterampilan intelektualb. keterampilan socialc. keterampilan fisikKeterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses.Keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.

B. Strategi Pembelajaran BahasaStrategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126). Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru- peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil dalam Rohani, 2004:33).Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004:34). Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik pembelajaran ekspositoris, atau teknik penyampaian semacam kuliah (sering juga digunakan istilah chalck and talk). Strategi pembelajaran langsung merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah dan demonstrasi merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran langsung.

2. Strategi Pembelajaran Cooperative LearningCooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.Strategi pembelajaran Cooperative Learning mulai populer akhir-akhir ini. Melalui Cooperative Learning siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat harus membantu yang lambat karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok, dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson, mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi.Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, karena setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

3. Strategi Pembelajaran Problem SolvingMengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.

Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah, pertama, siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil; kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa menggunakan banyak pendekatan dalam belajar; keempat, hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) di antara semua siswa.

4. Strategi MengulangStrategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka pendek, seketika, dan sederhana.

Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya perlu diajarkan ke siswa agar terbiasa dengan cara demikian.

5. Strategi ElaborasiStrategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi itu. Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi. P4QR merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P4QR singkatan dar Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.

6. Strategi OrganisasiStrategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar.

Bentuk strategi organisasi adalah Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan, akronim, dan kata berkait.

C. Metode Pembelajaran BahasaSetelah guru memahami pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa, selanjutnya guru harus menentukan metode atau cara apa yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam bidang pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu. Jika approach masih bersifat filosofis atau aksioma, maka metode adalah implementasi atau cara melaksanakan pembelajaran tersebut, dalam hal ini proses belajar-mengajar bahasa.Secara ringkas metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Metode meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan Kurikulum 2004, maka langkah metode ditetapkan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikator- indikatornya. Dewasa ini ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang masih dipergunakan, baik secara terpisah-pisah maupun digabungkan beberapa metode dalam pelaksanaannya.1. Metode LangsungMetode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.2. Metode AlamiahMetode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau customary method. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia. Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.

3. Metode TatabahasaMetode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang

4. Metode TerjemahanMetode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.

5. Metode Pembatasan BahasaMetode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.

6. Metode Linguistik

Nama lain dari metode ini adalah metode oral aural. Prinsip yang menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat. Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa. Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan, kemudian baru perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan yang intensif. Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.7. Metode SAS

Metode SAS (struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagian- bagian dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya. Setelah mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek pembelajaran bahasa, sepert: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata pelajaran lain.

8. Metode Bibahasa

Metode ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka. Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dalam latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.

9. Metode Unit

Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut:

a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.

b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu murid.

c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan berikut tatabahasanya.

d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut, kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang dianggap sukar.e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai konteks pemakaiannya.f. Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah tatabahasa.g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan mengarang bebas.Selain metode pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, ada pula metode yang dikategorikan sesuai dengan kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang langsung dikaitkan dengan tekniknya.

1. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Mendengarkan di SDBelajar berbahasa dimulai dengan mendengarkan, coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak mendengar rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak mendengarkan ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah didengarnya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses mendengarkan, mengartikan makna, dan mempraktikkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancer berbicara.Melalui proses mendengarkan, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, dan menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, atau menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan mendengarkan memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran mendengarkan siswa diharapkan mampu: mendengarkan dongeng, wacana lisan tentang deskripsi benda, teks pendek, puisi anak lisan, pesan pendek, cerita anak, cerita teks drama, petunjuk denah, pengumuman, pembacaan pantun, narasumber, cerita rakyat, cerpen anak, dan berita (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).Guru bahasa Indonesia di SD harus berupaya agar pengajaran mendengarkan disenangi oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru benar-benar menguasai materi dan cara atau metode pengajaran mendengarkan. Khusus dalam metode pengajaran mendengarkan tersebut guru harus mengenal, memahami, menghayati, serta dapat mempraktikkan berbagai cara pengajaran mendengarkan. Metode pengajaran mendengarkan yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:a. Metode Audiolingual;b. Metode Komunikatif;c. Metode Integratif.Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran mendengarkan yang dapat diterapkan di SD, antara lain:a) Mendengarkan CeritaTujuan: Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan.Alat yang digunakan: Kaset cerita dan tape recorder. (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok)Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.b) Mendengarkan BerantaiTujuan: Siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.Alat yang digunakan: Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan (ada tiga catatan informasi yang direkayasa). (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara kelompok).

Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota perkelompok sama jumlahnya, (3) siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia, (5) siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya, (8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli (9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap, (10) siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.

2. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Berbicara di SDDalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Dialog dalam lingkungan keluarga antara anak dan orang tua, antara ayah dan ibu antara anak-anak, menuntut keterampilan berbicara. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi percakapan, diskusi, di antara teman dengan teman, tetangga dengan tetangga, kawan sepermainan, rekan sekerja, teman satu sekolah, dan sebagainya. Dari semua situasi di atas dituntut keterampilan berbicara setiap individu yang ikut berpartisipasi. Sebagai anggota masyarakat setiap individu dituntut terampil berkomunikasi. Terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan pikiran. Juga individu itu terampil pula menangkap informasi yang diterimanya. Kesimpulannya setiap individu harus terampil menyampaikan informasi dan terampil pula menerima informasi.Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran berbicara siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan: perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, deklamasi, gambar, percakapan sederhana, dongeng, kegiatan bertanya, bercerita, mendeskripsikan benda, memberikan tanggapan/saran, bertelepon, mendeskripsikan secara lisan tempat sesuai denah, petunjuk penggunaan suatu alat, berbalas pantun, menceritakan hasil pengamatan, berwawancara, diskusi, bermain drama, berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).Pengajaran berbicara di SD harus dilaksanakan sebaik-baiknya melalui materi pokok yang ada. Karena itu guru bahasa Indonesia di SD harus mengenal, mengetahui, menghayati dan dapat menerapkan berbagai metode, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat belajar berbicara bagi siswa. Metode pengajaran berbicara yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:a. Metode Audiolingual;b. Metode Produktif;c. Metode Langsung;d. Metode Komunikatif;e. Metode Integratif;f. Metode Partisipatori.Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan di SD, antara lain:a) Bermain PeranTujuan: Siswa dapat memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat. Siswa menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan ucapan yang mirip atau sama.Alat yang diperlukan: Lembar folio kosong. (Kegiatan dilakukan secara perorangan).Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa membagi diri ke dalam kelompok, (3) siswa mengidentifikasikan tokoh yang akan diperankan, (4) siswa memerankan tokoh di depan kelompok lain, (5) kelompok lain memberi komentar tentang peran dari anggota kelompok lain, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.b) Cerita BerangkaiTujuan: Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.Alat yang diperlukan: Buku catatan (Kegiatan dilakukan secara perorangan).Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa membagi kelompok, (3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas, (4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas, (5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.c) Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda LainnyaTujuan: Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain.Alat yang diperlukan: Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain- lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok).Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) siswa mengambil benda yang mereka kenal, (3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok, (4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya, (50 siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

3. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Membaca di SDPengembangan keterampilan membaca pertama-tama dibebankan kepada guru bahasa Indonesia SD. Melalui pengajaran bahasa Indonesia, guru harus mengarahkan siswanya agar dapat:a. membaca atau melek hurufb. memahami pengertian dan peranan membacac. memahami teori dasar membacad. memiliki minat bacae. memiliki keterampilan membacaBerdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran membaca siswa diharapkan mampu: memahami teks dengan membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi anak, membaca dalam hati, membaca intensif, membaca dongeng, memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata), membaca puisi, memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi, membaca pantun, membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, membaca sekilas, membaca memindai, membaca cerita anak, dan membaca teks drama (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).Guru harus berupaya agar pengajaran membaca disukai oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi. Dalam segi penyampaian materi guru harus sudah mengenal, memahami, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran membaca. Metode pengajaran membaca yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:a. Metode Membacab. Metode Komunikatif c. Metode Integratifd. Metode Tematik e. Metode Kuantumf. Metode PartisipatoriDari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran membaca yang dapat diterapkan di SD, antara lain:a) Mengubah Bacaan ke dalam GambarTujuan: Siswa dapat memaknai bacaan dengan cara membuat gambar menurut persepsinya. Siswa membaca sebuah bacaan. Kemudian, siswa membuat gambar yang dapat menampung isi bacaan.Alat yang digunakan: Teks bacaan dan alat tulis menulis. (Kegiatan tersebut dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok).Cara menerapkan: (1) guru memberikan pengantar mengenai teknik pembelajaran mengubah bacaan ke dalam gambar, (2) guru membagikan teks bacaan kepada masing-masing siswa, (3) siswa mulai membaca, setelah itu langsung menuangkan ke dalam gambar, (4) siswa memberikan makna gambar tersebut, (5) siswa mempresentasikan hasil pemaknaan yang mereka buat, (6) siswa lain mengomentari presentasi temannya, (7) guru memberikan refleksi hasil pembelajaran hari itu.b) Membaca Bergantian\

Tujuan: Tujuan teknik pembelajaran membaca bergantian adalah agar siswa dapat membaca bersuara sesuai dengan intonasi dan lafal dengan tepat. Siswa dengan bersuara membaca tiap paragraf secara bergantian dengan pasangannya.Alat yang diperlukan: Teks bacaan. (Kegiatan ini dilakukan secara berpasangan).Cara menerapkan: (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran hari itu, (2) guru mengajak siswa untuk berpasangan, (3) siswa membuka buku bacaan dan membaca pada bab yang sudah ditentukan dengan bersuara, (4) siswa (pasangannya) menyimak dan memberikan penilaian kepada pasangannya yang sedang membaca, (5) siswa saling berdiskusi mengenai kekurangan masing-masing baik intonasi dan lafal dalam membaca, (6) siswa mengomentari hasil pembelajaran tersebut, (7) guru merefleksikan kegiatan hari itu.c) Membaca MemindaiTujuan: Siswa dapat menemukan secara cepat kata, nomor, lambang, dan apa saja yang dibutuhkan dari daftar panjang, pengumuman, iklan, daftar telepon, dan nomor acak. Siswa dalam melakukan kegiatan membaca disuruh menemukan nomor, gambar, atau kata yang dianggap penting.Alat yang digunakan: Daftar kata, nomor, gambar, atau simbol. (Kegiatan dilakukan secara perorangan).Cara menerapkan: (1) guru memberikan sedikit pengantar tentang teknik membaca memindai, (2) guru memberikan daftar kata, nomor, atau simbol (pilih salah satu), (3) siswa mengidentifikasi daftar sambil memberi tanda garis bawah pada yang dianggap penting berdasarkan pertanyaan yang diberikan, misalnya cari nomor telepon 4266532, (4) siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, (5) siswa lain mengomentari hasil presentasi temannya, (6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.d) Membaca EkstensifTujuan: Siswa dapat mengintegrasikan isi bacaan dari berbagai bacaan dalam topik yang sama. Siswa menjelaskan inti bacaan menurut persepsinya masingmasing setelah membaca topik yang sama dari berbagai bacaan (koran, majalah, buku teks, dan buku pengetahuan tentang topik yang sama).Alat yang digunakan: Berbagai macam bacaan yang berbeda-beda dalam topic yang sama.

Cara menerapkannya: (1) guru memberikan penjelasan mengenai teknik pembelajaran membaca ekstensif, (2) guru memberikan masing-masing siswa bacaan dengan topik yang sama, antara siswa yang satu dengan yang lain tetapi berbeda sumber (ada yang dari koran, majalah, dsb), (3) dalam waktu tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan, (4) siswa memberikan penjelasan inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca, (5) siswa lain memberikan tanggapan mengenai penjelasan temannya, (6) guru memberikan refleksi kegiatan hari itu.

4. Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Menulis di SDHasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menulis paling kecil bila dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, atau membaca. Urutan anak-anak yang belajar berbahasa selalu mulai menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam literatur pengajaran bahasa pun urutan keempat keterampilan selalu ditulis menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Walaupun posisi menulis selalu di belakang tidak berarti peranan menulis juga di belakang atau kecil. Berbagai aktivitas orang terpelajar menunjukkan bahwa peranan menulis cukup penting dalam kehidupan manusia modern. Di sekolah pihak yang paling berkompeten menumbuhkan keterampilan menulis itu adalah guru bahasa Indonesia. Mereka harus melatih anak didiknya agar terampil menulis. Lebih-lebih guru bahasa Indonesia di SD harus dapat menumbuhkan keterampilan menulis ini pada setiap siswa.

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi pembelajaran menulis siswa diharapkan mampu: menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi. Menyalin huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte. Menyalin melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte. Mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraf dan puisi dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat. Menulis pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas informasi secara tertulis dalam bentuk formulir, ringkasan, dialog, dan parafrase naskah pidato dan surat resmi (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).

Guru harus berupaya agar pengajaran menulis disukai oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi. Dalam segi penyampaian materi guru harus sudah mengenal, memahami, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran menulis. Metode pengajaran menulis yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:

a. Metode Produktif

b. Metode Komunikatif

c. Metode Integratif

d. Metode Tematik

e. Metode Kuantum

f. Metode Partisipatori

g. Metode Konstruktif.

Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan di SD, antara lain:

a) Menulis dari GambarTeknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan secara persorangan maupun secara kelompok.

Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru menempelkan beberapa gambar di depan kelas, (3) setelah siswa melihat gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat tulisan secara runtut dan logis, (4) guru bertanya kepada siswa tentang alas an tulisan yang dibuatnya, dan (5) guru merefleksikan pembelajaran tersebut. Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu. Guru dapat memilih gambar yang cocok dengan karakteristik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali untuk bahan pembelajaran berikutnya.

b) Menulis Objek LangsungTujuan: Agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas, misal boneka, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarka objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara berkelompok.

Cara menerapkan: (1) guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang beberapa objek di depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa membuat tulisan secara runtut dan logis, (5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan (6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

c) Pembandingan Objek LangsungTeknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis perbandingan berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan dua benda (objek) yang sama tetapi berbeda bentuk, warna, fungsi, dan lain-lain. Siswa menulis dengan cara membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan objek yang dilihat.

Alat yang dibutuhkan adalah benda-benda yang bervariasi sesuai denga tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan baik perorangan maupun kelompok.

Cara menerapkan: (1) Guru menyampaikan pengantar, (2) guru memajang dua benda (objek) yang sama namun lain warna, fungsi, bentuk, dan lain-lain di depan kelas, (3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek, (4) siswa menulis perbandingan secara runtut dan logis, (5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya. (6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.

d) Meneruskan TulisanDari teknik pembelajaran meneruskan tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut, siswa berada dalam kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam komunitas belajar yang kompetitif.

Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya, (tulisan tersebut semestinya 10 paragraf tetapi yang 3 paragraf terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan paragraf sesuai dengan idenya. Fotokopi sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat berupa persorangan atau kelompok.

Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan persepsi lewat berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Dalam pelaksanaan teknik ini (1) guru memberikan persepsi atau pengantar, (2) bagi kelompok (kalau penerapannya dalam kelompok), (3) guru memberikan rambu-rambu pelaksanaan, (4) guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa, (5) setelah diberi waktu dan aba-aba, siswa mengerjakan tugas berupa meneruskan tulisan yang belum selesai dengan idenya sendiri, (6) setelah waktu yang diberikan habis, siswa melaporkan hasilnya di depan kelas, (7) guru bertanya kepada siswa alasan tulisan tersebut, dan (8) guru merefleksikan hasil kegiatan tersebut.D. Teknik Pembelajaran BahasaSetelah Anda memahami pendekatan dan metode pembelajaran bahasa, berikutnya Anda harus memahami dan dapat menggunakan strategi atau teknik- teknik dalam pembelajaran bahasa yang dalam pengajaran umum lazim juga disebut metode. Strategi yang dimaksud adalah: ceramah, diskusi, demonstrasi, bermain peran, karyawisata dsb. Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun berdasarkan metode dan pendekatan yang dipilih guru.Di bawah ini akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling abadi seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.1. Teknik CeramahTeknik ini digunakan untuk menyampaikan informasi. Bagi siswa sekolah dasar kelas rendah, teknik ini diperlukan sebagai latihan keterampilan menyimak. Pelaksanaan teknik dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Selesai ceramah, dapat diikuti dengan teknik tanya jawab.

2. Teknik Tanya JawabPenggunaan teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,berbicara,membaca dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa, juga dapat dilakukan siswa yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau bercerita. Di samping itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan pada akhir pembelajaran yang disebut posttest.

3. Teknik Diskusi KelompokTeknik ini dapat dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.

4. Teknik Pemberian TugasTeknik ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu. Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.5. Teknik Bermain PeranTeknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, tukang becak dsb. Tokoh-tokoh dari benda-benda sekitar, misal: gunung, pohon, binatang, awan,angin, matahari dsb. Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih untuk menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih kerja sama dengan orang lain.

6. Teknik KaryawisataTeknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat membawa siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian secara bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau mendeskripsikan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karyawisata lainnya.

7. Teknik SinektikTeknik pengajaran sinektik merupakan suatu teknik untuk menciptakan kelas menjadi suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan- gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya, kreativitas seseorang dapat dideskripsikan, didorong dan dapat ditingkatkan dengan sengaja karena kreativitas pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas pada diri seseorang atau pada kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari proses kreatif dan memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas. Contoh dalam bahasa dengan meminta murid menggunakan gaya bahasa analogi atau metapora. Kelebihan teknik ini antara lain:1. Teknik ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.2. Teknik ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.3. Teknik ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.4. Teknik ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.5. Teknik ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.E. Evaluasi Pembelajaran Bahasa1. Hakikat Evaluasi dan Kedudukanya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa, sebagaimana halnya dalam penyelenggaraan pembelajaran bidang-bidang yang lain, evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, pembelajaran bahasa diselenggarakan untuk mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan-tujuan pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang secara matang dan saksama dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar tujuan-tujuan pembelajaran itu dicapai secara semestinya.Evaluasi tidak boleh dipandang sebagai kumpulan teknik-teknik saja tetapi lebih merupakan sebuah proses yang berdasar pada prinsip-prinsip. Dalam hal itu Depdiknas mengkategorikan prinsip-prinsip umum evaluasi yang harus diperhatikan sebagai berikut.1. Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam proses evaluasi. Efektivitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi tentang apa yang akan dievaluasi dan salah satu faktor yang melatarbelakangi pengembangan pengukuran perilaku siswa.2. Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan harus dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. Evaluasi yang komprehensif menuntut berbagai teknik. Salah satu alasan perlunya berbagai teknik evaluasi adalah karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang unik tetapi terbatas tentang perilaku siswa. Guna mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang pencapaian siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai teknik.2. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

2.1 Evaluasi Hasil BelajarEvaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data (Purwanto, 1992). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran. Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa evaluasi ialah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.Mengenai hubungan antara evaluasi dengan pengajaran, disebutkan oleh Parnel (Purwanto, 1984) bahwa pengukuran merupakan langkah awal pengajaran. Tanpa pengukuran tidak akan terjadi penilaian. Tanpa penilaian tidak akan terjadi umpanbalik. Tanpa umpanbalik tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui apakah pembelajar mampu menguasai materi yang telah diajarkan, (2) apakah mereka bersikap sebagaimana yang diharapkan, (3) apakah mereka telah memiliki keterampilan berbahasa, (4) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dan (5) menentukan kebijakan selanjutnya.Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan juga mengacu pada ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dari pembelajar tidak dapat diketahui dengan pasti. Padahal, kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk menentukan kebijakan selanjutnya.Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1) struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak. Ujian menyimak biasanya merupakan ujian yang berat bagi pembelajar. Mereka sering cemas dan tegang sebelum atau pada waktu ujian dilaksanakan. Nontes digunakan untuk menguji kompetensi (1) berbicara dan (2) menulis dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi berbicara dan menulis dilakukan. Untuk melakukan penskoran digunakan lembar pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang.

2.2 Tujuan Evaluasi Bahasa

Tes adalah alat, prosedur evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan testee dengan menggunakan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan. Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, misalnya: tes seleksi, tes masuk, tes penempatan, tes diagnostik, tes keberhasilan, tes perkembangan, tes hasil prestasi belajar, dan tes penguasaan.Tes bahasa sangat penting dalam pembelajaran bahasa karena tes dapat memonitor keberhasilan, baik pembelajar maupun pembelajar dalam mencapai tujuannya. Bagi pembelajar, tes dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar hasil yang telah dicapai, yaitu kemampuan yang telah diperoleh, sedangkan bagi pembelajar, tes dapat digunakan untuk mengetahui keefektivan pendekatan, metode, teknik, serta fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaaran.Pada dasarnya, tes dilakukan untuk keuntungan kedua belah pihak, yaitu pembelajar dan pembelajar. Tujuan tes ialah untuk menjajaki seberapa besar kemampuan pembelajar dalam menyampaikan materi kepada pembelajar dan bagi pembelajar sebagai penjajagan seberapa banyak materi yang mampu mereka serap selama proses pembelajaran. Dari hasil tes, pembelajar/penyusun silabus dapat mengubah/memperbaiki silabus, metode, dan media. Tes merupakan pengumpul informasi (Zuhud,1995:10).Tidak terlepas dari kepentingan tes dalam belajar-mengajar bahasa, menurut Harris (1967:2-4) tes bahasa mempunyai enam tujuan yang berhubungan dan tidak saling mengecualikan, yaitu: (1) untuk menentukan kesiapan pembelajar menerima suatu program pelajaran, (2) untuk mengelompokkan atau menempatkan pembelajar pada kelas yang tepat, (3) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan khusus individu yang dites, (4) untuk mengukur bakat belajar, (5) untuk mengukur luas pencapaian tujuan belajar pada pembelajar, dan (6) untuk menilai keefektivan pelajaran.Secara ringkas, enam butir itu digolongkan menjadi tes kemampuan umum atau general profiency (1-3), tes bakat atau aptitude, (4) dan tes prestasi atau achievement (5 dan 6). Tes kemampuan umum digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang pada waktu dites (sebagai hasil keseluruhan belajarnya), yang dapat juga digunakan sebagai dasar untuk meramalkan kecakapan yang mungkin dicapai selanjutnya. Tes bakat menunjukkan kemudahan individu untuk memperoleh kerterampilan khusus dan kemudahan mempelajari sesuatu. Tes prestasi menunjuk-kan luasnya keterampilanmdan pengetahuan individu yang diperoleh dalam belajar secara formal.Tujuan tes bahasa asing, seperti TOEFL (Tes of English as Foreign Language) dapat dimasukkan ke dalam golongan tes kemampuan umum sebab biasanya TOEFL dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam berbahasa Inggris secara umum, bukan kemampuan hasil program pendidikan tertentu. Seperi dikatakan oleh Hughes (1989:9), tes kemampuan dirancang untuk mengukur kecakapan seseorang dalam suatu bahasa tanpa memandang latihan apapun yang telah dilakukannya dalam bahasa itu. Tes bahasa Indonesia untuk pelajar asing di sini, juga dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan orang asing dalam berbahasa Indonesia secara umum . Tes ini dapat disebut TBIPA (Tes Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing).

2.3 Prinsip Penilaian

Implementasi penilaian dalam kurikulum 2004 dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip berikut.a. Sistem penilaian berkelanjutan(1) Menilai semua kompetensi dasar bukan sampling(2) Memberikan tindak lanjut (remedial dan pengayaan) berdasarkan analisis hasil penilaianb. Mencakup berbagai ranah dengan berbagai alat(1) Menilai aspek kognitif, keterampilan, dan aspek efektif (menyeimbangkan proses dan produk)

(2) Menggunakan tes, pengamatan, unjuk kerja, portofolioc. Mendeskripsikan penilaian secara kualitatif, kuantitatif, dan deskriptif(1) Perlu laporan secara rinci tentang profil KD yang dicapai(2) Tidak hanya angka tetapi deskripsi kompetensi

d. Mencakup berbagai fungsi(1) Tidak sekedar untuk memberikan nilai kepada siswa

(2) Membantu siswa menemukan kelemahan/kekuatannya

(3) Mengetahui keefektifan pembelajarane. Berdasarkan acuan patokan

(1) Berorientasi pada standar yang ada

(2) Mencapai ketuntasan belajar (mencapai 75 %)

f. Teknik self assesment, peer assesment, dan teacher assessment(1) Siswa diberi kesempatan menilai diri sendiri untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya

(2) Penilaian sejawat dan penilaian guru diperlukan sebagai alat belajar dan validasi hasil penilaian

3. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pada hakikatnya evaluasi adalah sebuah proses. Oleh karena itu pelaksanaan evaluasi pembelajaran meliputi beberapa tahap. Secara umum tahapan evaluasi pembelajaran terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan hasil, dan (4) tahap tindak lanjut.

Berikut ini penjelasan singkat tentang keempat tahap evaluasi pembelajaran tersebut.(1) Tahap PersiapanMenurut Damaianti (2007: 8) tahap ini disebut juga tahap perencanaan dan perumusan kriterium. Langkahnya meliputi:

(a) perumusan tujuan evaluasi;

(b) penetapan aspek-aspek yang akan dievaluasi;

(c) menetapkan metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes); (merencanakan waktu evaluasi;

(e) melakukan uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas dan reliabilitasnya.

Untuk evaluasi yang menggunakan tes, hasil dari tahap ini adalah kisi-kisi soal dan seperangkat alat tes: soal, lembar jawaban (untuk tes tulis), kunci jawaban, dan pedoman penilaian.

(2) Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan atau disebut juga dengan tahap pengukuran dan pengumpulan data adalah tahap untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi (siswa) dengan menggunakan teknik tes atau nontes. Bila menggunakan teknik tes, soal yang digunakan sebaiknya sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tes yang digunakan dapat berbentuk tes tulis, lisan, atau praktik.

(3) Tahap Pengolahan HasilTahap pengolahan hasil adalah tahap pemeriksaan hasil evaluasi dengan memberikan skor. Skor yang diperoleh siswa selanjutnya diubah menjadi nilai. Pada tes tulis pemeriksaan hasil dilakukan setelah tes selesai, sedangkan pada tes lisan dan praktik, pemberian nilai dilakukan bersamaan dengan waktu pelasanaan tes tersebut.

(4) Tahap Tindak LanjutTahap tindak lanjut atau disebut juga tahap penafsiran adalah tahap untuk mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dihasilkan pada tahap pengolahan hasil, misalnya:

a. memperbaiki proses belajar mengajar

b. memperbaiki kesulitan belajar siswa

c. memperbaiki alat evaluasi

d. membuat laporan evaluasi (rapor).

4. Ragam Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan melalui tes maupun nontes.4.1 Tes

Berdasarkan pelaksanaannya, tes yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah tes tulis, tes lisan, dan tes praktik/ perbuatan.Berdasarkan kompetensi berbahasa, tes dapat dibedakan menjadi tes kompetensi kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan kesastraan. Berikut ini contoh ragam soalnya.

1) Soal Kompetensi Kebahasaan

Menurut Damaianti (2007: 9) tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur dan kosakata. Sasaran tes struktur ini meliputi pemahaman dan penggunaan pembentukan kata, frasa, dan kalimat. Berikut ini contoh materi soalnya.a. Soal pembentukan kata: (1) menunjukkan kata asalApa kata asal bersalaman?(2) membentuk kata turunan

Berilah imbuhan yang tepat pada kata dalam kurung! Pak Harun selalu (jalan) tugasnya dengan baik.

(3) menyesuaikan bentuk kata

Pak Harun selalu tugasnya dengan baik. Manakah bentuk kata yang tepat untuk kalimat rumpang di atas?A. jalankan C. jalaniB. menjalankan D. menjalanib. Soal kata majemuk(1) membentuk kata majemukLengkapilah kalimat di bawah ini dengan kata majemuk yang tepat! Kakek sedang duduk di kursi pada saat kami datang.(2) menjelaskan makna kata majemuk

Apa makna kata rumah sakit pada kalimat Dia bekerja di rumah sakit ternama di kota itu?

c. Soal pembentukan kalimat(1) mengenal kalimatMereka sedang membuat kerajinan tangan.Berdasarkan aktivitas subjek, kalimat di atas termasuk kalimat .

A. berita C. tunggalB. verbal

D. aktif(2) membuat kalimatBuatlah sebuah kalimat perintah dengan kata kembali!(3) menyusun kalimatSusunlah kata-kata berikut ini menjadi kalimat yang benar!berlari setiap pagi mereka minggu

(4) mengubah kalimatUbahlah kalimat aktif berikut ini menjadi kalimat pasif! Saya sudah membaca novel Laskar Pelangi.d. Soal Kosakata(1) memberikan padanan kata (sinonim)Apa sinonim kata menjalankan pada kalimat Pak Harun selalu menjalankan tugasnya dengan baik?

(2) menjelaskan makna kataApa makna otak udang pada kalimat Tidak baik menyebut otang lain dengan sebutan otak udang?(3) melengkapi kalimatLengkapilah kalimat rumpang di bawah ini!Ir. Sukarno dikenal dengan sebutan karena mem-proklamasikan kemerdekaan RI.(4) melengkapi paragraf (klos)Lengkapilah paragraf berikut ini dengan kata yang tepat!Sebagai gadis remaja, Kustiyah kadang-kadang jengkel juga karena tak dapat bergembira ria seperti teman-teman lainnya. Ia terpaksa harus ikut (1) rumah tangga keluarganya. Beras (2) cukup sekuintal setiap bulannya. Jarang (3) di atas meja makan (4) lauk pauk yang enak. (5) itu-itu juga. Tahu dan (6) serta sayur mayur yang (7) dari kebun sendiri. Rasanya (8) tak pernah cukup setiap (9) untuk seisi rumah yang (10) empat belas orang.(dikutip dari Gelas-gelas Retak, Titik W.S.)2) Soal Keterampilan Berbahasa a. Soal MenyimakTes menyimak diselenggarakan dengan memperdengarkan wacana lisan sebagai bahan tes disertai dengan tugas yang harus dilakukan atau menjawab pertanyaan.Contohnya:(1) merumuskan inti wacanaSimaklah dialog berikut ini!(ada dialog yang diperdengarkan)Apa yang sedang diperbincangkan pada dialog itu.(2) menceritakan kembaliSimaklah dialog berikut ini!(ada dialog yang diperdengarkan)

Ceritakan kembali isi dialog itu dengan bahasa Anda sendiri.b. Soal BerbicaraTes kemampuan berbicara menuntut siswa menunjukkan kemampuan dan penguasaannya terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa yang diungkapkan secara lisan.Contohnya:

(1) bercerita singkatCeritakanlah pengalamanmu yang paling berkesan pada saat merayakan ulang tahun!(2) menceritakan kembali

Ceritakanlah kembali sebuah cerpen yang sudah Anda baca!(3) Berpidatoa. Pilihlah topik berikut ini sebagai materi pidato: Pemilihan Presiden 2009

Kasus Kekerasan pada Manohara

Nasib TKI di Luar Negeri

b. Ketentuan pidato waktu 10 menit menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan komunikatif

c. Penilaian pidato ketepatan diksi ketepatan waktu ketepatan ekspresi kekomunikatifan(4) berdialogBuatlah sebuah dialog tentang pemilihan presiden 2009 lalu praktikkan dengan anggota kelompokmu!c. Soal MembacaTes membaca dilaksanakan dalam bentuk tes esai dengan pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban panjang dan lengkap. Selain itu, tes membaca dapat pula disajikan dengan soal objektif, seperti pilihan ganda, melengkapi, menjodohkan, atau bentuk gabungan.Contohnya:(1) melengkapi wacanaLengkapilah wacana di bawah ini dengan kata yang tepat.KESEHATAN GINJALSelain akibat penyakit, peran obat herbal dan terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga dideteksi sebagai biang kerok kegagalan ginjal. Penelitian membuktikan banyak obat-obat herbal dan (1) bebas yang dimakan sembarangan dapat merusak(2). Obat-obatan dan suplemen herbal yang berpengaruh (3) fungsi ginjal biasanya banyak mengandung zat besi dan Pb.Tak bisa dimungkiri, banyak orang memiliki (4) mengonsumsi obat-obatan bebas setiap kali menderita (5). Kepala pusing langsung makan obat pengurang (6) sakit. Kebiasaan ini menjadi salah satu (7) gagal ginjal. Obat-obatan yang harus diwaspadai (8) obat-obatan pelangsing tubuh.Selain itu, pola (9) yang tidak sehat seperti merokok dan (10) minuman keras juga berakibat pada penurunan (11) ginjal.Kalau kedua ginjal sudah tidak (12) menjalankan fungsinya, racun dalam tubuh tak (13) dikeluarkan. Jika kondisi ini terjadi, satu-satunya (13) adalah dengan hemodialisis atau dengan CAPD. (14) vonis gagal ginjal jatuh pada seseorang, (15) ini tak pelak lagi membuat penderita shock (16) stres.Fungsi ginjal yang teramat penting (17) sayangnya tidak dibarengi dengan sikap peduli (18) organ yang satu ini. Salah satu (19) kekurangpedulian tersebut terlihat dari kenyataan bahwa (20) tak ada orang yang datang untuk (21) kesehatan ginjalnya lewat pemeriksaan urine. Umumnya (22) datang jika sudah merasa ada gangguan (23) sudah dalam tahap gagal ginjal dan (24) cuci darah.Ayo selamatkan mesin cuci darah alami (25), ginjal, yang fungsinya sangat vital ini. Mengeluarkan Rp20.000,00 tiga bulan sekali untuk periksa urine tak apa bukan?(2) menjawab pertanyaanBerdasarkan wacana yang berjudul Kesehatan Ginjal jawablah soal di berikut ini. Apa tema wacana di atas? Sebutkan salah satu penyebab seseorang gagal ginjal!(3) meringkas isi bacaanBuatlah ringkasan wacana di atas menjadi 10 kalimat.d. Soal MenulisTes menulis dapat berupa menulis bebas atau menulis berdasarkan rambu-rambu tertentu. Namun, sebaiknya untuk memudahkan siswa mengerjakannya dan guru me- meriksanya, bentuk menulis apa pun sebaiknya ada rambu- rambu sebagai petunjuknya.Contohnya:(1) menceritakan gambardiberikan gambar seriBerdasarkan gambar di atas, ceritakanlah gambar tersebut meliputi:a. judul,b. nama tokoh,

c. tempat,d. waktu, dane. peristiwa.Penilaian meliputi:a. kesesuaian dengan perintah, b. kesesuaian judul dengan isi, c. ketepatan diksi, dand. ketepatan tanda baca.(2) menceritakan kembaliCeritakanlah kembali cerpen yang telah Anda baca dengan ketentuan.

a. diberi judul;b. alur sesuai dengan cerita cerpen;

c. menggunakan bahasa sendiri. Penilaian meliputi: kesesuaian isi dengan isi cerpen, ketepatan diksi, dan ketepatan tanda baca.(3) menyadur berdasarkan cerpen asingSadurlah sebuah cerpen asing dengan ketentuan sebagai berikut ini: a. alur sesuai dengan dengan cerita cerpen;b. menggunakan bahasa sendiri;c. panjang karangan kurang lebih 500 kata

Penilaian meliputi: kesesuaian isi dengan isi cerpen, ketepatan diksi, dan ketepatan tanda baca.(4) membuat ringkasan/rangkuman/synopsis

Buatlah sinopsis sebuah novel dengan ketentuan sebagai berikut ini:a. alur sesuai dengan dengan cerita novel;b. menggunakan bahasa sendiri;c. panjang karangan kurang lebih 500 kata

Penilaian meliputi: kesesuaian isi dengan isi cerpen, ketepatan diksi, dan ketepatan tanda baca.(5) menulis bebasTulislah sebuah karangan dengan syarat berikut ini.a. Pilihlah satu topik berikut : Pemilihan Presiden 2009

Kasus Kekerasan pada Manohara

Nasib TKI di Luar Negerib. Ketentuan karangan: panjang karangan kurang lebih 500 kata

menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

c. Penilaian karangan kesesuaian judul dengan isi ketepatan diksi ketepatan tanda baca dan huruf capital

(6) menulis naskah drama satu babakTulislah sebuah naskah drama satu babak dengan syarat berikut ini:a. Pilihlah satu topik berikut : Persahabatan dengan teman sekolah

Berbakti kepada Orang Tua

Perbedaan itu Indah

b. Ketentuan naskah: mengikuti struktur naskah drama.

terdapat konflik

panjang naskah minimal 500 kata

menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatifc. Penilaian karangan kesesuaian judul dengan isi ketepatan diksi ketepatan tanda baca dan huruf capital3) Soal Kesastraan

Secara umum soal kesastraan dapat berupa pengetahuan tentang sastra dan kemampuan apresiasi sastra. Soal yang menanyakan bahan yang bersifat teoretis dan historis dikategorikan soal pengetahuan sastra, sedangkan soal yang menguji kemampuan mengapresiasi karya sastra tertentu dikategorikan sebagai soal kemampuan bersastra.

Menurut Damaianti (2007: 11) tes kesastraan sebaiknya

diprioritaskan pada kemampuan apresiasi sastra yang meliputi hal-hal berikut ini.

(1) Soal kesastraan tingkat informasi

Soal bentuk ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan siswa yang berkaitan dengan data-data suatu karya sastra, selanjutnya data-data tersebut digunakan untuk menafsirkan karya sastra.

Contoh:

disediakan sebuah cerpena. Sebutkan para tokohnya?

b. Di mana latar cerita itu berlangsung?

(2) Soal kesastraaan tingkat konsep

Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau unsur-unsur yang ada pada karya sastra. Siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan data yang ada pada karya sastra yang bersangkutan.

Contoh:

disediakan sebuah cerpena. Apa tema cerpen tersebut?

b. Jelaskan karakter tokoh utamanya?

(3) Soal kesastraan tingkat perspektifSoal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana pandangan siswa sebagai pembaca terhadap sebuah karya sastra. Dengan memberikan pandangan dan reaksi terhadap karya sastra, siswa dituntut untuk memahami karya sastra yang bersangkutan. Siswa dituntut juga untuk menghubungkan antara sesuatu yang ada di dalam karya sastra dengan sesuatu yang ada di luar karya sastra.

Contoh:

disediakan sebuah cerpena. Apa hal yang menarik dalam cerpen tersebut?b. Tepatkah apa yang dilakukan oleh tokoh utama? Jelaskan pendapat Anda!c. Seandainya Anda menjadi tokoh utama, apa yang akan Anda laku- kan?(4) Soal kesastraaan tingkat apresiasiSoal bentuk ini berkaitan dengan usaha mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya lalu membandingkan keefektifannya dengan penuturan bahasa yang digunakan sehari-hari. Untuk dapat menjawab soal bentuk ini siswa dituntut untuk mengenali, menganalisis, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam karya sastra yang dianalisisnya. Contoh: disediakan sebuah cerpena. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen tersebut?Apakah cerita cerpen itu berdasarkan kehidupan yang nyata?4.2 Non TesDalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, proses evaluasi atau penilaian nontes dapat diperoleh melalui berbagai teknik, yaitu penilaian performansi, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.4.2.1 Penilaian Performansi

Penilaian performansi dikenal juga dengan sebutan penilaian unjuk kerja atau perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai konteks secara langsung.Pengukurannya dapat menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang berupa format daftar cek, skala rating, atau kotak isian yang terbagi atas kategori perilaku. Tingkat performansi dirinci untuk setiap kategori. Misalnya, guru dapat mengisi daftar dengan satu tanda centang ( ) untuk performansi yang paling rendah, dua centang ( ) untuk menengah, dan tiga centang () untuk tingkat tinggi.a. Dasar-dasar Penilaian PerformansiHarsiati (2003: 5) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun penilaian performansi ini.

1) Perencanaan Tugasa. Tugas diberi konteks yang jelas dan menuntut siswa berpikir tingkat tinggi.b. Tugas diidentifikasi dari konteks komunikasi yang nyata dan bermakna bagi siswa.c. Guru harus mempertimbangkan cara mengatas