15
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN TENTANG ANTISIPASI PENGANGGURAN USIA REMAJA DI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

exsum_Antisipasi Pengangguran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

antisipasi

Citation preview

  • EXECUTIVE SUMMARY

    PENELITIAN TENTANG

    ANTISIPASI PENGANGGURAN USIA REMAJA

    DI SUMATERA UTARA

    PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

  • ABSTRAK

    Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dalam pembangunan

    ekonomi di negara ini pengangguran merupakan masalah yang rumit. Masalah

    pengangguran berpotensi menimbulkan dampak yang negatif bagi kelangsungan

    hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu program yang dicanangkan oleh

    pemerintah untuk mengatasi pengangguran adalah melalui jalur pendidikan

    nonformal dengan program Kursus Wirausaha Kota (KWK).

    Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

    mengetahui program Kursus Wirausaha Kota (KWK) dalam membantu antisipasi

    pengangguran remaja dan peran Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dalam

    mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera Utara. Remaja yang diteliti

    adalah yang berusia 15 24 tahun.

    Populasi dalam penelitian ini adalah 62 (enam puluh dua) Lembaga Kursus

    Penelitian (LKP) yang memperoleh dana block grant dalam program KWK pada

    tahun 2010. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 (tujuh belas) LKP yang

    ditentukan dengan menggunakan teknik quota sampling. Data didapat melalui

    studi kepustakaan, observasi dan wawancara kemudian dianalisis dengan teknik

    deskriptif interpretatif.

    Pada akhir penelitian ditemukan bahwa program KWK telah berperan

    mengurangi pengangguran dengan tingkat penyerapan kerja mencapai 93%, tetapi

    belum bersifat antisipatif terhadap pengangguran remaja. Dari 709 peserta

    terdapat 58,65% remaja penganggur berusia 1524 tahun. KWK berperan dalam

    mengurangi pengangguran remaja dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan

    melalui materi pembelajaran dan magang yang harus diikuti oleh siswa serta

    kerjasama dengan mitra usaha sesuai dengan ketrampilan yang menjadi fokus

    pelatihan di LKP. Namun sebagian besar lulusannya masih memilih untuk bekerja

    di tempat-tempat kerja yang sudah ada, dan belum berwirausaha.

    Kata Kunci: KWK, Pengangguran Remaja, Antisipasi Pengangguran

    Pendahuluan

    Masalah pengangguran berpotensi menimbulkan dampak yang negatif bagi

    kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pengangguran berdampak pada

    munculnya beragam tindakan kriminal, bertambah banyaknya jumlah anak

    jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan sebagainya. Dampak-

    dampak tersebut selanjutnya menjadi patologi sosial atau kuman penyakit sosial

    yang menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas. Penyakit sosial tersebut

    sangat berbahaya dan bermuara pada jatuhnya korban-korban sosial yang tidak

    ternilai harganya, menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak dihargainya

  • martabat dan harga diri manusia yang menjadi korban. Oleh karena itu, persoalan

    pengangguran ini seyogyanya secepatnya dipecahkan dan dicarikan jalan keluar.

    Di Sumatera Utara, menurut data BPS pada 1 Desember 2010 jumlah

    angkatan kerja di Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2010 mencapai

    6.617.377 orang. Angka pengangguran di Sumut berjumlah 491.806 orang dan

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,43 persen yang mencakup

    pengangguran remaja usia 15 24 tahun sekitar 27,54 persen.

    Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi

    pengangguran adalah melalui jalur pendidikan non formal seperti Kursus

    Wirausaha Kota (KWK). Kursus Wirausaha Kota (KWK) adalah program

    pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada Pendidikan Kecakapan

    Hidup (PKH) yang diberikan kepada peserta didik agar memperoleh pengetahuan,

    ketrampilan, menumbuh-kembangkan sikap mental berwirausaha dalam

    mengelola diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan

    berusaha di bidang usaha yang berspektrum perkotaan.

    Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah: (1) Apakah program

    Kursus Wirausaha Kota (KWK) dapat membantu mengantisipasi pengangguran

    remaja di Provinsi Sumatera Utara?; (2) Bagaimanakah peran Lembaga Kursus

    dan Pelatihan (LKP) dalam mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera

    Utara?

    Istilah remaja pada penelitian ini dibatasi pada mereka yang berusia 1524

    tahun berdasarkan pendapat WHO dan Hurlock.

    Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sejauh mana program Kursus

    Wirausaha Kota (KWK) telah berperan dalam membantu antisipasi pengangguran

    remaja di Provinsi Sumatera Utara; (2) Mengetahui peran Lembaga Kursus dan

    Pelatihan (LKP) dalam mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera

    Utara. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai sumber informasi dan dasar

    pertimbangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam membuat kebijakan dan

    program antisipasi pengangguran usia remaja di Provinsi Sumatera Utara.

  • Tinjauan Pustaka

    Pengangguran menurut Sadono Sukirno adalah suatu keadaan dimana

    seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan

    tetapi belum dapat memperolehnya. Sedangkan Payman J. Simanjuntak

    mendefinisikan pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan

    kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama

    seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

    Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang

    berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Awal masa remaja menurut

    Hurlock (1973) berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau

    tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun

    sampai delapan belas tahun. World Health Organization (WHO) pada tahun 1993

    membatasi usia remaja pada 10 19 tahun, sedangkan individu berusia 15 24

    disebut pemuda.

    Jumlah penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur dapat dilihat

    pada tabel berikut.

    Tabel 1

    Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur

    (000 jiwa) Tahun 2009

    No Golongan Umur Jumlah

    (1) (2) (3)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    0 4

    5 9

    10 14

    15 19

    20 24

    25 29

    30 34

    35 39

    40 44

    45 49

    50 54

    55 59

    60 -64

    65+

    1 423,7

    1 335,3

    1 404,7

    1 386,6

    1 326,4

    1 189,2

    990,2

    870,5

    794,4

    704,9

    586,5

    430,5

    284,3

    521,2

    Jumlah Total 13 248,4

    Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

  • Jika merujuk kepada batasan usia remaja seperti yang diungkapkan oleh

    WHO dan Hurlock, maka penduduk Sumatera Utara dalam kategori remaja

    sebanyak 2.713.000 (20,48%).

    Jumlah pengangguran terbuka di Sumatera Utara pada tahun 2009 sebesar

    8,45% atau sekitar 767.657 jiwa dimana jumlah penganggur terbesar berada di

    kota Sibolga (17,14%), kota Medan 14,27%, dan ketiga Deli Serdang dengan

    persentase pengangguran sebesar 10,87%.

    Tabel 2

    Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas

    menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009 dalam persen (%)

    No Kabupaten/Kota TPT

    1 Nias 2,65

    2 Mandailing Natal 5,64

    3 Tapanuli Selatan 3,33

    4 Tapanuli Tengah 7,34

    5 Tapanuli Utara 2,20

    6 Toba Samosir 3,39

    7 Labuhan Batu 8,88

    8 Asahan 9,23

    9 Simalungun 7,74

    10 Dairi 3,89

    11 Karo 2,06

    12 Deli Serdang 10,87

    13 Langkat 8,77

    14 Nias Selatan 3,96

    15 Humbang Hasundutan 1,66

    16 Pakpak Baharat 3,07

    17 Samosir 1,36

    18 Serdang Bedagai 5,70

    19 Batu Bara 6,23

    20 Madang Lawas Utara 2,27

    21 Madang Lawas 6,73

    22 Labuhan Batu Selatan X

    23 Labuhan Batu Utara X

    24 Nias Utara X

    25 Nias Barat X

    26 Sibolga 17,14

    27 Tanjungbalai 11,17

    28 Pematangsiantar 12,30

    29 Tebing Tinggi 11,47

    30 Medan 14,27

    31 Binjai 11,84

    32 Madangsidimpuan 10,52

    33 Gunung Sitoli X

    Sumatera Utara 8,45

    Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

  • Penduduk Sumatera Utara tahun 2009 berdasarkan umur 15 tahun ke atas

    sebanyak 9.084.700. Total pengaggur umur 15 tahun ke atas sebanyak 8,45% atau

    1.119.490 jiwa. Dengan asumsi jumlah remaja berdasarkan jumlah penduduk di

    atas sepuluh tahun sebesar 29,86%, maka jumlah penganggur remaja dengan

    kategori umur 15 24 sebesar 229.222 jiwa.

    Angka Penganggur Terbuka Menurut Umur

    di Sumatera Utara Tahun 2009

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    15TH+ 15-24 TH 25+

    Sumber : BPS, 2009

    Menurut data BPS pada 1 Desember 2010 jumlah angkatan kerja di

    Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2010 mencapai 6.617.377 orang.

    Angka pengangguran di SUMUT berjumlah 491.806 orang dan Tingkat

    pengangguran terbuka (TPT) mencapai 7,43 persen. Berdasarkan data sementara

    jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2010 menurut kategori umur 15 24

    (usia remaja) yang berjumlah 1.253.715 jiwa maka diperkirakan jumlah

    pengangguran remaja pada tahun 2010 sebesar 93.152 jiwa (27,54%).

    Ada beberapa karakteristik Pendidikan Luar Sekolah. Pertama, Pendidikan

    Luar Sekolah sebagai subtitute dari pendidikan sekolah menunjukkan bahwa

    pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena

    beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan

    (formal).

  • Kedua, Pendidikan Luar Sekolah sebagai supplement pendidikan sekolah

    menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah

    pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah.

    Ketiga, Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan

    sekolah menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk

    melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh

    di dalam pendidikan sekolah.

    Undang-Undang No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur,

    yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan

    luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui

    kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan.

    Satuan pendidikan luar sekolah meliputi kursus/lembaga pendidikan ketrampilan

    dan satuan pendidikan yang sejenis.

    Kursus Wirausaha Kota (KWK) adalah program Pendidikan Kecakapan

    Hidup yang diselenggarakan untuk memberikan kesempatan belajar bagi

    masyarakat di bidang usaha yang berspektrum perkotaan guna memperoleh

    pengetahuan, keterampilan, menumbuh-kembangkan sikap mental berwirausaha,

    dalam mengelola diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk

    bekerja dan berusaha.

    Metode Penelitian

    Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menjabarkan data-

    data yang berkenaan dengan program KWK untuk mengantisipasi pengangguran

    usia remaja di Provinsi Sumatera Utara.

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Lembaga Kursus dan Pelatihan

    (LKP) di Sumatera Utara yang memperoleh dana block grant dari Direktorat

    Pemibinaan Kursus dan Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal

    dan Informal untuk program Kursus Wirausaha Kota pada tahun 2010 yang

    berjumlah 62 (enam puluh dua) lembaga (Direktorat Pembinaan Kursus dan

    Pelatihan, 2010).

  • Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling

    berdasarkan jenis ketrampilan. Adapun jenis ketrampilan dari LKP di Sumatera

    Utara yang memperoleh block grant pada program KWK adalah sebagai berikut:

    Tabel 3

    Jenis Ketrampilan pada LKP Program KWK

    di Sumatera Utara Tahun 2010

    No Jenis Ketrampilan Jumlah

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    Tata Rias/Kecantikan

    Menjahit/Bordir

    Mekanik Sepeda Motor

    Komputer/Teknisi Komp/Desain

    Bahasa Inggris

    Pertenunan

    Bimbingan Belajar

    Jurnalistik

    Tata Boga

    Sablon

    16

    14

    1

    21

    3

    1

    1

    2

    2

    1

    Jumlah 62

    Sumber: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, 2010

    Dengan teknik quota tersebut ditentukan sampel yang representatif sebanyak

    17 LKP.

    Adapun LKP di Sumatera Utara pada Program KWK yang menjadi sampel

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • Tabel 4

    Nama-nama LKP Sampel

    No Nama Lembaga Kursus/Pelatihan Jenis Ketrampilan

    1

    2

    3

    4

    5

    LKP Githa Salon

    LKP Nucia Salon

    LKP PLS Rohani Salon

    LKP LPP Yayasan Srikandi

    LKP PLS Winda

    Kecantikan

    Kecantikan

    Kecantikan

    Menjahit

    Menjahit

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    LKP Lembaga Pendidikan Keterampilan Anisa

    LKP Intel Com Global Indo

    LKP Nadzifah Computer

    LKP Frontline Computer

    Perguruan Pribumi Abdi

    LKB BBC

    PKBM Bina Taruna

    PKBM Matahalasan

    LKP Mutiara Kasih

    LKP Alberto

    UPT. BLK Sidikalana

    LKP Kursus Wartawan/Jurnalis Medan

    Menjahit

    Komputer

    Komputer

    Komputer

    Komputer

    Bahasa Inggris

    Tata Boga

    Sablon

    Pertenunan

    Bimbingan Belajar

    Mekanik Sp. Motor

    Jurnalistik

    Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

    diperoleh dengan teknik observasi terhadap subjek penelitian. Kemudian

    dilakukan juga wawancara terhadap Pimpinan Kursus dan Instruktur. Sedangkan

    data sekunder diperoleh dengan mempelajari buku-buku, makalah, jurnal

    penelitian, dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik

    penelitian.

    Untuk menganalisis data yang telah masuk dilakukan dengan teknik analisis

    kualitatif. Teknik analisis data kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini

    adalah teknik analisa dengan menggunakan teknik deskriptif interpretatif terhadap

    data-data yang diperoleh berdasarkan dokumen, wawancara atau keterangan yang

    didukung oleh data lapangan dan informasi yang akurat. Pendekatan ini

    dimaksudkan untuk dapat memperoleh gambaran mengenai program KWK dalam

    mengantisipasi pengangguran remaja di Sumatera Utara.

  • Hasil dan Pembahasan

    Berdasarkan data yang disajikan dapat dilihat bahwa Lembaga Kursus dan

    Pelatihan (LKP) penerima dana block grant program KWK sebanyak 62 lembaga

    dengan total peserta sebanyak 709 orang sehingga rata-rata setiap LKP menerima

    11.5 peserta pada tahun 2010. Dari jumlah total peserta (195 orang) dari sampel

    sebanyak 58,97% di antaranya adalah kategori remaja (18 24 tahun), sedangkan

    41,35% lainnya tidak masuk dalam kategori remaja. Di dalam penelitian

    ditemukan bahwa 93% lulusan LKP dalam program KWK telah bekerja sesuai

    bidang pelatihan yang diikutinya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

    program KWK telah berperan dalam membantu mengurangi pengangguran.

    Namun demikian program KWK belum bisa dikatakan sebagai sebuah

    program yang secara efektif mengantisipasi pengangguran usia remaja. Hal itu

    bisa dilihat dari dua indikator. Pertama, tidak terdapat persyaratan khusus

    berdasarkan usia remaja (18 24) bagi peserta program, sehingga calon peserta

    yang tidak berusia remaja juga bisa secara leluasa memanfaatkan kesempatan

    bersaing untuk menjadi peserta program. Efeknya, kesempatan para remaja yang

    sedang menganggur juga semakin kecil. Kedua, perekrutan yang dilakukan

    terhadap peserta dikhususkan pada mereka yang sudah menganggur sehingga

    program ini hanya berfungsi sebagai program untuk mengurangi penganggur dan

    belum berfungsi sebagai program untuk mengantisipasi pengangguran. Jika KWK

    ditujukan dalam konsep antisipasi pengangguran maka sasaran calon peserta

    adalah para remaja yang berpotensi menjadi penganggur.

    Penerima dana block grant terbanyak adalah Medan sebanyak 10 LKP

    (16,13%) dengan 102 peserta (14,39) sesuai dengan kondisi Tingkat

    Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk umur 15 tahun ke atas kota Medan yang

    berada di urutan kedua (14,27%) dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi

    Sumatera Utara (data BPS, Agustus 2009). Berbeda dengan kota Sibolga yang

    menerima dana block grant terkecil (1 LKP) padahal menurut data BPS pada

    Agutus 2009 termasuk kota yang paling banyak TPT umur 15 tahun ke atas

    (17,4%).

  • LKP yang paling menerima dana block adalah bidang ketrampilan komputer

    sebanyak 21 (33,8%) lembaga dari 62 LKP disusul ketrampilan kecantikan

    25,81%, dan ketrampilan menjahit 22,58%. Kuantitas tiga LKP yang menjadi

    LKP terbanyak menerima dana block grant dalam program KWK

    mengindikasikan bahwa saat ini ketiga jenis ketrampilan tersebut adalah LKP

    yang aktif memiliki kegiatan pelatihan di masyarakat dan sangat mungkin

    representasi dari minat masyarakat karena dianggap bahwa dengan ketiga

    ketrampilan tersebut akan memudahkan mereka untuk mencari kerja di bidang

    ketrampilan tersebut. Minat masyrakat terhadap ketiga ketrampilan tersebut

    nampak pada jumlah peserta pada program KWK di mana peserta terbanyak

    adalah peserta pada bidang ketrampilan komputer sebesar 237 orang (33,43%),

    disusul ketrampilan bidang kecantikan diikuti oleh 185 orang (26,09%), dan

    bidang ketrampilan menjahit yang diikuti oleh 159 perserta (22,43%).

    Kecenderungan ini bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan pendataan

    terhadap ketiga jenis ketrampilan tersebut dan memberdayakannya agar

    penyerapan tenaga kerja lebih banyak lagi.

    Peran yang dilakukan oleh KWK dalam mengurangi dan berupaya

    mengantisipasi pengangguran adalah dengan melakukan pelatihan gratis sehingga

    peserta yang memang pada persyaratannya dari kalangan pengangguran dan

    miskin akan menyambut dengan antusias.

    Design program KWK juga mampu membangun keterampilan yang

    memang dibutuhkan oleh dunia kerja, menumbuhkan motivasi, dan memupuk

    percaya diri para peserta. Konsep 70% praktek dan 30% teori serta kewajiban

    menjalani magang mampu menyiapkan praktisi yang siap kerja. Para peserta

    langsung bisa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan kerja yang terjadi di

    lapangan.

    Pemberian sertifikat lokal sebagai pengakuan terhadap ketrampilan yang

    dimiliki oleh peserta sangat membantu para peserta untuk memanfaatkan peluang-

    peluang kerja di bidang-bidang sesuai dengan ketrampilan yang didapatkan

    melalui program Kursus Wirausaha Kota (KWK) yang diikutinya.

  • Kesimpulan dan Rekomendasi

    1. Kesimpulan

    a. Program Kursus Wirausaha Kota (KWK) dapat mengantisipasi

    pengangguran remaja di Provinsi Sumatera Utara walaupun belum

    optimal.

    1) Tingkat penyerapan kerja pada peserta yang telah menyelesaikan

    Kursus dan pelatihan sangat tinggi mencapai 93% dari 195 orang pada

    LKP sampel.

    2) Ditemukan 58,97% peserta KWK pada LKP sampel yang berusia

    remaja (15 24 tahun).

    3) Peserta KWK adalah orang-orang yang sudah menganggur, sehingga

    program KWK baru efektif untuk mengurangi pengangguran dan

    belum berfungsi mengantisipasi pengangguran remaja.

    4) Pemberian dana untuk program KWK tidak berbasis tingkat

    pengangguran di daerah. Hal ini terlihat dari Kota Sibolga yang

    memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka terbanyak di Sumatra Utara

    (17,4%) tetapi menerima dana block grant program KWK paling kecil.

    5) Jenis ketrampilan yang menerima data belum merata, hanya tiga dari

    sepuluh jenis ketrampilan yang paling banyak dengan selisih angka

    yang relatif jauh dengan jenis ketrampilan yang lain. Ketiga jenis

    ketrampilan tersebut adalah ketrampilan komputer, ketrampilan

    kecantikan, dan ketrampilan menjahit.

    b. Lembaga Kursus dan Pelatihan berperan penting dalam mengurangi

    penganggruan remaja dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Hal itu

    tercermin dalam materi pembelajaran yang berisi 70% dalam bentuk

    praktek dan 30% dalam bentuk teori. Keharusan untuk mengikuti magang

    telah memberikan kepercayaan mereka untuk bersaing dalam dunia kerja.

    Namun sebagian besar dari lulusannya belum mampu berwirausaha

    meskipun telah memiliki ketrampilan untuk berwirausaha. Mereka

    cenderung untuk bekerja di tempat-tempat kerja yang sudah ada.

  • 2. Rekomendasi

    a. Diperlukan adanya pemetaan tentang Lembaga Kursus dan Ketrampilan

    (LKP) dengan jenis ketrampilan yang diminati para remaja yang tidak

    mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak

    adanya pemetaan tentang LKP dengan jenis ketrampilan menyebabkan

    adanya kemungkinan ketidaksesuaian sasaran dalam menyalurkan dana

    bantuan kepada lembaga-lembaga kursus dan pelatihan yang mengajukan

    permohonan dana bantuan.

    b. Perlunya dibuat regulasi tentang persyaratan lembaga kursus dan pelatihan

    penerima dana bantuan yang memuat persyaratan peserta khusus bagi usia

    remaja (15 24 tahun).

    c. Perlu dilakukan penyuluhan tentang kewirausahaan dan informasi

    mengenai lembaga-lembaga kursus dan pelatihan yang dapat mereka ikuti

    dengan biaya pemerintah di sekolah-sekolah menengah dan perguruan

    tinggi sehingga siswa/mahasiswa yang tidak sanggup melanjutkan

    pendidikannya bisa mengikuti pelatihan untuk mendapatkan ketrampilan

    berwirusaha tanpa harus terlebih dulu menganggur. Penyuluhan ini

    penting untuk melakukan antisipasi terhadap pengangguran.

    d. Bantuan pendanaan kepada lembaga-lembaga kursus dan pelatihan

    hedaknya berbasis kepada peta pengangguran sehingga ada azas

    proposionalitas antara besaran dana yang diberikan dengan jumlah

    pengangguran di sebuah wilayah.

    e. Perlunya alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) secara

    khusus, bukan sekedar menyediakan dana pendampingan dalam

    pemberian block grant kepada LKP yang dinilai layak.

    f. Diperlukan sistem pendataan terpadu antara Dinas Pendidikan Provinsi

    Sumatera Utara dan Dinas Sosial dalam bidang pemetaan LKP dan potensi

    terjadinya pengangguran pada usia remaja. Sistem ini sangat berguna

    dalam mengantisipasi terjadinya pengangguran.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arfida BR, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia

    Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek, Jakarta : Rieneka

    Cipta

    Arikunto, Suharsimi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

    Bahaudin, Taufik, 2007. Brainware Leadership Mastery, Kepemimpinan Abad

    Otak dan Milenium Pikiran, Jakarta: PT. Elex Media Computindo.

    Depdiknas, 2009. Panduan Pengajuan Proposal Kursus Para Profesi. Direktorat

    Kelembagaan dan Kursus. Ditjen PNFI Depdiknas

    Edy Priyono, 2000. Mengapa Angka Pengangguran Rendah di Masa Krisis:

    Menguak Peran Sektor Informal Sebagai Buffer Perekonomian

    http://akademika.or.id/arsip/pengangguran-edy.pdf (19 agustus 2011)

    Elaine B. Johnson, Ph.D., 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is

    and why its here to stay, California : Corwin Press, Inc..

    Hurlock, Elizabeth B, 1973. Adolescent Development. 4th ed. New York :

    McGraw-Hill

    J Lofland & Lofland, 1971, Analizing Social Settings; A Guide to Qualitatif

    Observation and Analysis, Belmont, CA, Wodswath.

    Jurnal Dinamika HAM volume 2, No. 2, Januari Juni 2002, ISSN 1410-3982,

    Dimensi HAM dalam Dunia Industri

    Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 1999. Seminar Nasional Implikasi

    Penerapan PP No. 61 tahun 1999

    Lembaga Penelitian UNY, 2008. Pedoman Penelitian Edisi tahun 2008. Lembaga

    Penelitian UNY

    Republik Indonesia, 1995. UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: Sinar Grafika.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang

    Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah

    Otonom

  • Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

    Daerah

    Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005. Tentang Tim Koordinasi

    Penanggulangan Kemiskinan

    Resma Setia, M.S., Dapatkah Usaha Kecil Menjadi Basis Perluasan Desempatan

    Kerja Yang Layak, Jurnal Analisis Sosial Vol. 10 No. 1 Juni 2005,

    Perdebatan Konseptual tentang Kaum Marginal, ISSN 1411-0024, Bandung:

    Yayasan AKATIGA.

    Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model

    Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:

    Kencana.

    Soetanto Hadinoto & Djoko Retnadi, 2007. Micro Credit Challenge, cara efektif

    mengatasi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia, Jakarta: PT. Elex

    Media Komputindo

    Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Di

    Indonesia Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

    Thomas, Susan & Kaufman, Roger A., 1980. Evaluation without fear. New York:

    New Viewpoints.

    Tilaar, H.A.R., 2003. Kekuasaan dan Pendidikan, Suatu Tinjauan dari Perspektif

    Studi Cultural, Jakarta : Penerbit Indonesia Tera

    Umberto, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Kini dan Masa Depan

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

    Daerah

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

    Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional

    UNDP, 1999. Human Development Report.

    http://www.paudni.kemdiknas.go.id/bppnfi1/ (diakses pada tanggal 25 Juni 2011)

    http://www.infokursus.net/datakursus (diakses pada tanggal 25 Juni 2011)