Upload
gioveny-astaning-permana
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
antisipasi
Citation preview
EXECUTIVE SUMMARY
PENELITIAN TENTANG
ANTISIPASI PENGANGGURAN USIA REMAJA
DI SUMATERA UTARA
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
ABSTRAK
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dalam pembangunan
ekonomi di negara ini pengangguran merupakan masalah yang rumit. Masalah
pengangguran berpotensi menimbulkan dampak yang negatif bagi kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu program yang dicanangkan oleh
pemerintah untuk mengatasi pengangguran adalah melalui jalur pendidikan
nonformal dengan program Kursus Wirausaha Kota (KWK).
Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui program Kursus Wirausaha Kota (KWK) dalam membantu antisipasi
pengangguran remaja dan peran Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dalam
mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera Utara. Remaja yang diteliti
adalah yang berusia 15 24 tahun.
Populasi dalam penelitian ini adalah 62 (enam puluh dua) Lembaga Kursus
Penelitian (LKP) yang memperoleh dana block grant dalam program KWK pada
tahun 2010. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 (tujuh belas) LKP yang
ditentukan dengan menggunakan teknik quota sampling. Data didapat melalui
studi kepustakaan, observasi dan wawancara kemudian dianalisis dengan teknik
deskriptif interpretatif.
Pada akhir penelitian ditemukan bahwa program KWK telah berperan
mengurangi pengangguran dengan tingkat penyerapan kerja mencapai 93%, tetapi
belum bersifat antisipatif terhadap pengangguran remaja. Dari 709 peserta
terdapat 58,65% remaja penganggur berusia 1524 tahun. KWK berperan dalam
mengurangi pengangguran remaja dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan
melalui materi pembelajaran dan magang yang harus diikuti oleh siswa serta
kerjasama dengan mitra usaha sesuai dengan ketrampilan yang menjadi fokus
pelatihan di LKP. Namun sebagian besar lulusannya masih memilih untuk bekerja
di tempat-tempat kerja yang sudah ada, dan belum berwirausaha.
Kata Kunci: KWK, Pengangguran Remaja, Antisipasi Pengangguran
Pendahuluan
Masalah pengangguran berpotensi menimbulkan dampak yang negatif bagi
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pengangguran berdampak pada
munculnya beragam tindakan kriminal, bertambah banyaknya jumlah anak
jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan sebagainya. Dampak-
dampak tersebut selanjutnya menjadi patologi sosial atau kuman penyakit sosial
yang menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas. Penyakit sosial tersebut
sangat berbahaya dan bermuara pada jatuhnya korban-korban sosial yang tidak
ternilai harganya, menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak dihargainya
martabat dan harga diri manusia yang menjadi korban. Oleh karena itu, persoalan
pengangguran ini seyogyanya secepatnya dipecahkan dan dicarikan jalan keluar.
Di Sumatera Utara, menurut data BPS pada 1 Desember 2010 jumlah
angkatan kerja di Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2010 mencapai
6.617.377 orang. Angka pengangguran di Sumut berjumlah 491.806 orang dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,43 persen yang mencakup
pengangguran remaja usia 15 24 tahun sekitar 27,54 persen.
Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi
pengangguran adalah melalui jalur pendidikan non formal seperti Kursus
Wirausaha Kota (KWK). Kursus Wirausaha Kota (KWK) adalah program
pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada Pendidikan Kecakapan
Hidup (PKH) yang diberikan kepada peserta didik agar memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, menumbuh-kembangkan sikap mental berwirausaha dalam
mengelola diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan
berusaha di bidang usaha yang berspektrum perkotaan.
Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah: (1) Apakah program
Kursus Wirausaha Kota (KWK) dapat membantu mengantisipasi pengangguran
remaja di Provinsi Sumatera Utara?; (2) Bagaimanakah peran Lembaga Kursus
dan Pelatihan (LKP) dalam mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera
Utara?
Istilah remaja pada penelitian ini dibatasi pada mereka yang berusia 1524
tahun berdasarkan pendapat WHO dan Hurlock.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sejauh mana program Kursus
Wirausaha Kota (KWK) telah berperan dalam membantu antisipasi pengangguran
remaja di Provinsi Sumatera Utara; (2) Mengetahui peran Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) dalam mengantisipasi pengangguran usia remaja di Sumatera
Utara. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai sumber informasi dan dasar
pertimbangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam membuat kebijakan dan
program antisipasi pengangguran usia remaja di Provinsi Sumatera Utara.
Tinjauan Pustaka
Pengangguran menurut Sadono Sukirno adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Sedangkan Payman J. Simanjuntak
mendefinisikan pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan
kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Awal masa remaja menurut
Hurlock (1973) berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau
tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun
sampai delapan belas tahun. World Health Organization (WHO) pada tahun 1993
membatasi usia remaja pada 10 19 tahun, sedangkan individu berusia 15 24
disebut pemuda.
Jumlah penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1
Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
(000 jiwa) Tahun 2009
No Golongan Umur Jumlah
(1) (2) (3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0 4
5 9
10 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 -64
65+
1 423,7
1 335,3
1 404,7
1 386,6
1 326,4
1 189,2
990,2
870,5
794,4
704,9
586,5
430,5
284,3
521,2
Jumlah Total 13 248,4
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Jika merujuk kepada batasan usia remaja seperti yang diungkapkan oleh
WHO dan Hurlock, maka penduduk Sumatera Utara dalam kategori remaja
sebanyak 2.713.000 (20,48%).
Jumlah pengangguran terbuka di Sumatera Utara pada tahun 2009 sebesar
8,45% atau sekitar 767.657 jiwa dimana jumlah penganggur terbesar berada di
kota Sibolga (17,14%), kota Medan 14,27%, dan ketiga Deli Serdang dengan
persentase pengangguran sebesar 10,87%.
Tabel 2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas
menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009 dalam persen (%)
No Kabupaten/Kota TPT
1 Nias 2,65
2 Mandailing Natal 5,64
3 Tapanuli Selatan 3,33
4 Tapanuli Tengah 7,34
5 Tapanuli Utara 2,20
6 Toba Samosir 3,39
7 Labuhan Batu 8,88
8 Asahan 9,23
9 Simalungun 7,74
10 Dairi 3,89
11 Karo 2,06
12 Deli Serdang 10,87
13 Langkat 8,77
14 Nias Selatan 3,96
15 Humbang Hasundutan 1,66
16 Pakpak Baharat 3,07
17 Samosir 1,36
18 Serdang Bedagai 5,70
19 Batu Bara 6,23
20 Madang Lawas Utara 2,27
21 Madang Lawas 6,73
22 Labuhan Batu Selatan X
23 Labuhan Batu Utara X
24 Nias Utara X
25 Nias Barat X
26 Sibolga 17,14
27 Tanjungbalai 11,17
28 Pematangsiantar 12,30
29 Tebing Tinggi 11,47
30 Medan 14,27
31 Binjai 11,84
32 Madangsidimpuan 10,52
33 Gunung Sitoli X
Sumatera Utara 8,45
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Penduduk Sumatera Utara tahun 2009 berdasarkan umur 15 tahun ke atas
sebanyak 9.084.700. Total pengaggur umur 15 tahun ke atas sebanyak 8,45% atau
1.119.490 jiwa. Dengan asumsi jumlah remaja berdasarkan jumlah penduduk di
atas sepuluh tahun sebesar 29,86%, maka jumlah penganggur remaja dengan
kategori umur 15 24 sebesar 229.222 jiwa.
Angka Penganggur Terbuka Menurut Umur
di Sumatera Utara Tahun 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
15TH+ 15-24 TH 25+
Sumber : BPS, 2009
Menurut data BPS pada 1 Desember 2010 jumlah angkatan kerja di
Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Agustus 2010 mencapai 6.617.377 orang.
Angka pengangguran di SUMUT berjumlah 491.806 orang dan Tingkat
pengangguran terbuka (TPT) mencapai 7,43 persen. Berdasarkan data sementara
jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2010 menurut kategori umur 15 24
(usia remaja) yang berjumlah 1.253.715 jiwa maka diperkirakan jumlah
pengangguran remaja pada tahun 2010 sebesar 93.152 jiwa (27,54%).
Ada beberapa karakteristik Pendidikan Luar Sekolah. Pertama, Pendidikan
Luar Sekolah sebagai subtitute dari pendidikan sekolah menunjukkan bahwa
pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena
beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan
(formal).
Kedua, Pendidikan Luar Sekolah sebagai supplement pendidikan sekolah
menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah
pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah.
Ketiga, Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan
sekolah menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk
melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh
di dalam pendidikan sekolah.
Undang-Undang No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur,
yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan
luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan.
Satuan pendidikan luar sekolah meliputi kursus/lembaga pendidikan ketrampilan
dan satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus Wirausaha Kota (KWK) adalah program Pendidikan Kecakapan
Hidup yang diselenggarakan untuk memberikan kesempatan belajar bagi
masyarakat di bidang usaha yang berspektrum perkotaan guna memperoleh
pengetahuan, keterampilan, menumbuh-kembangkan sikap mental berwirausaha,
dalam mengelola diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk
bekerja dan berusaha.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menjabarkan data-
data yang berkenaan dengan program KWK untuk mengantisipasi pengangguran
usia remaja di Provinsi Sumatera Utara.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Lembaga Kursus dan Pelatihan
(LKP) di Sumatera Utara yang memperoleh dana block grant dari Direktorat
Pemibinaan Kursus dan Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal
dan Informal untuk program Kursus Wirausaha Kota pada tahun 2010 yang
berjumlah 62 (enam puluh dua) lembaga (Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan, 2010).
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling
berdasarkan jenis ketrampilan. Adapun jenis ketrampilan dari LKP di Sumatera
Utara yang memperoleh block grant pada program KWK adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Jenis Ketrampilan pada LKP Program KWK
di Sumatera Utara Tahun 2010
No Jenis Ketrampilan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tata Rias/Kecantikan
Menjahit/Bordir
Mekanik Sepeda Motor
Komputer/Teknisi Komp/Desain
Bahasa Inggris
Pertenunan
Bimbingan Belajar
Jurnalistik
Tata Boga
Sablon
16
14
1
21
3
1
1
2
2
1
Jumlah 62
Sumber: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, 2010
Dengan teknik quota tersebut ditentukan sampel yang representatif sebanyak
17 LKP.
Adapun LKP di Sumatera Utara pada Program KWK yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Nama-nama LKP Sampel
No Nama Lembaga Kursus/Pelatihan Jenis Ketrampilan
1
2
3
4
5
LKP Githa Salon
LKP Nucia Salon
LKP PLS Rohani Salon
LKP LPP Yayasan Srikandi
LKP PLS Winda
Kecantikan
Kecantikan
Kecantikan
Menjahit
Menjahit
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
LKP Lembaga Pendidikan Keterampilan Anisa
LKP Intel Com Global Indo
LKP Nadzifah Computer
LKP Frontline Computer
Perguruan Pribumi Abdi
LKB BBC
PKBM Bina Taruna
PKBM Matahalasan
LKP Mutiara Kasih
LKP Alberto
UPT. BLK Sidikalana
LKP Kursus Wartawan/Jurnalis Medan
Menjahit
Komputer
Komputer
Komputer
Komputer
Bahasa Inggris
Tata Boga
Sablon
Pertenunan
Bimbingan Belajar
Mekanik Sp. Motor
Jurnalistik
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan teknik observasi terhadap subjek penelitian. Kemudian
dilakukan juga wawancara terhadap Pimpinan Kursus dan Instruktur. Sedangkan
data sekunder diperoleh dengan mempelajari buku-buku, makalah, jurnal
penelitian, dan bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik
penelitian.
Untuk menganalisis data yang telah masuk dilakukan dengan teknik analisis
kualitatif. Teknik analisis data kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah teknik analisa dengan menggunakan teknik deskriptif interpretatif terhadap
data-data yang diperoleh berdasarkan dokumen, wawancara atau keterangan yang
didukung oleh data lapangan dan informasi yang akurat. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh gambaran mengenai program KWK dalam
mengantisipasi pengangguran remaja di Sumatera Utara.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang disajikan dapat dilihat bahwa Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) penerima dana block grant program KWK sebanyak 62 lembaga
dengan total peserta sebanyak 709 orang sehingga rata-rata setiap LKP menerima
11.5 peserta pada tahun 2010. Dari jumlah total peserta (195 orang) dari sampel
sebanyak 58,97% di antaranya adalah kategori remaja (18 24 tahun), sedangkan
41,35% lainnya tidak masuk dalam kategori remaja. Di dalam penelitian
ditemukan bahwa 93% lulusan LKP dalam program KWK telah bekerja sesuai
bidang pelatihan yang diikutinya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
program KWK telah berperan dalam membantu mengurangi pengangguran.
Namun demikian program KWK belum bisa dikatakan sebagai sebuah
program yang secara efektif mengantisipasi pengangguran usia remaja. Hal itu
bisa dilihat dari dua indikator. Pertama, tidak terdapat persyaratan khusus
berdasarkan usia remaja (18 24) bagi peserta program, sehingga calon peserta
yang tidak berusia remaja juga bisa secara leluasa memanfaatkan kesempatan
bersaing untuk menjadi peserta program. Efeknya, kesempatan para remaja yang
sedang menganggur juga semakin kecil. Kedua, perekrutan yang dilakukan
terhadap peserta dikhususkan pada mereka yang sudah menganggur sehingga
program ini hanya berfungsi sebagai program untuk mengurangi penganggur dan
belum berfungsi sebagai program untuk mengantisipasi pengangguran. Jika KWK
ditujukan dalam konsep antisipasi pengangguran maka sasaran calon peserta
adalah para remaja yang berpotensi menjadi penganggur.
Penerima dana block grant terbanyak adalah Medan sebanyak 10 LKP
(16,13%) dengan 102 peserta (14,39) sesuai dengan kondisi Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk umur 15 tahun ke atas kota Medan yang
berada di urutan kedua (14,27%) dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara (data BPS, Agustus 2009). Berbeda dengan kota Sibolga yang
menerima dana block grant terkecil (1 LKP) padahal menurut data BPS pada
Agutus 2009 termasuk kota yang paling banyak TPT umur 15 tahun ke atas
(17,4%).
LKP yang paling menerima dana block adalah bidang ketrampilan komputer
sebanyak 21 (33,8%) lembaga dari 62 LKP disusul ketrampilan kecantikan
25,81%, dan ketrampilan menjahit 22,58%. Kuantitas tiga LKP yang menjadi
LKP terbanyak menerima dana block grant dalam program KWK
mengindikasikan bahwa saat ini ketiga jenis ketrampilan tersebut adalah LKP
yang aktif memiliki kegiatan pelatihan di masyarakat dan sangat mungkin
representasi dari minat masyarakat karena dianggap bahwa dengan ketiga
ketrampilan tersebut akan memudahkan mereka untuk mencari kerja di bidang
ketrampilan tersebut. Minat masyrakat terhadap ketiga ketrampilan tersebut
nampak pada jumlah peserta pada program KWK di mana peserta terbanyak
adalah peserta pada bidang ketrampilan komputer sebesar 237 orang (33,43%),
disusul ketrampilan bidang kecantikan diikuti oleh 185 orang (26,09%), dan
bidang ketrampilan menjahit yang diikuti oleh 159 perserta (22,43%).
Kecenderungan ini bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan pendataan
terhadap ketiga jenis ketrampilan tersebut dan memberdayakannya agar
penyerapan tenaga kerja lebih banyak lagi.
Peran yang dilakukan oleh KWK dalam mengurangi dan berupaya
mengantisipasi pengangguran adalah dengan melakukan pelatihan gratis sehingga
peserta yang memang pada persyaratannya dari kalangan pengangguran dan
miskin akan menyambut dengan antusias.
Design program KWK juga mampu membangun keterampilan yang
memang dibutuhkan oleh dunia kerja, menumbuhkan motivasi, dan memupuk
percaya diri para peserta. Konsep 70% praktek dan 30% teori serta kewajiban
menjalani magang mampu menyiapkan praktisi yang siap kerja. Para peserta
langsung bisa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan kerja yang terjadi di
lapangan.
Pemberian sertifikat lokal sebagai pengakuan terhadap ketrampilan yang
dimiliki oleh peserta sangat membantu para peserta untuk memanfaatkan peluang-
peluang kerja di bidang-bidang sesuai dengan ketrampilan yang didapatkan
melalui program Kursus Wirausaha Kota (KWK) yang diikutinya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
a. Program Kursus Wirausaha Kota (KWK) dapat mengantisipasi
pengangguran remaja di Provinsi Sumatera Utara walaupun belum
optimal.
1) Tingkat penyerapan kerja pada peserta yang telah menyelesaikan
Kursus dan pelatihan sangat tinggi mencapai 93% dari 195 orang pada
LKP sampel.
2) Ditemukan 58,97% peserta KWK pada LKP sampel yang berusia
remaja (15 24 tahun).
3) Peserta KWK adalah orang-orang yang sudah menganggur, sehingga
program KWK baru efektif untuk mengurangi pengangguran dan
belum berfungsi mengantisipasi pengangguran remaja.
4) Pemberian dana untuk program KWK tidak berbasis tingkat
pengangguran di daerah. Hal ini terlihat dari Kota Sibolga yang
memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka terbanyak di Sumatra Utara
(17,4%) tetapi menerima dana block grant program KWK paling kecil.
5) Jenis ketrampilan yang menerima data belum merata, hanya tiga dari
sepuluh jenis ketrampilan yang paling banyak dengan selisih angka
yang relatif jauh dengan jenis ketrampilan yang lain. Ketiga jenis
ketrampilan tersebut adalah ketrampilan komputer, ketrampilan
kecantikan, dan ketrampilan menjahit.
b. Lembaga Kursus dan Pelatihan berperan penting dalam mengurangi
penganggruan remaja dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Hal itu
tercermin dalam materi pembelajaran yang berisi 70% dalam bentuk
praktek dan 30% dalam bentuk teori. Keharusan untuk mengikuti magang
telah memberikan kepercayaan mereka untuk bersaing dalam dunia kerja.
Namun sebagian besar dari lulusannya belum mampu berwirausaha
meskipun telah memiliki ketrampilan untuk berwirausaha. Mereka
cenderung untuk bekerja di tempat-tempat kerja yang sudah ada.
2. Rekomendasi
a. Diperlukan adanya pemetaan tentang Lembaga Kursus dan Ketrampilan
(LKP) dengan jenis ketrampilan yang diminati para remaja yang tidak
mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak
adanya pemetaan tentang LKP dengan jenis ketrampilan menyebabkan
adanya kemungkinan ketidaksesuaian sasaran dalam menyalurkan dana
bantuan kepada lembaga-lembaga kursus dan pelatihan yang mengajukan
permohonan dana bantuan.
b. Perlunya dibuat regulasi tentang persyaratan lembaga kursus dan pelatihan
penerima dana bantuan yang memuat persyaratan peserta khusus bagi usia
remaja (15 24 tahun).
c. Perlu dilakukan penyuluhan tentang kewirausahaan dan informasi
mengenai lembaga-lembaga kursus dan pelatihan yang dapat mereka ikuti
dengan biaya pemerintah di sekolah-sekolah menengah dan perguruan
tinggi sehingga siswa/mahasiswa yang tidak sanggup melanjutkan
pendidikannya bisa mengikuti pelatihan untuk mendapatkan ketrampilan
berwirusaha tanpa harus terlebih dulu menganggur. Penyuluhan ini
penting untuk melakukan antisipasi terhadap pengangguran.
d. Bantuan pendanaan kepada lembaga-lembaga kursus dan pelatihan
hedaknya berbasis kepada peta pengangguran sehingga ada azas
proposionalitas antara besaran dana yang diberikan dengan jumlah
pengangguran di sebuah wilayah.
e. Perlunya alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) secara
khusus, bukan sekedar menyediakan dana pendampingan dalam
pemberian block grant kepada LKP yang dinilai layak.
f. Diperlukan sistem pendataan terpadu antara Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Utara dan Dinas Sosial dalam bidang pemetaan LKP dan potensi
terjadinya pengangguran pada usia remaja. Sistem ini sangat berguna
dalam mengantisipasi terjadinya pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Arfida BR, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek, Jakarta : Rieneka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Bahaudin, Taufik, 2007. Brainware Leadership Mastery, Kepemimpinan Abad
Otak dan Milenium Pikiran, Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Depdiknas, 2009. Panduan Pengajuan Proposal Kursus Para Profesi. Direktorat
Kelembagaan dan Kursus. Ditjen PNFI Depdiknas
Edy Priyono, 2000. Mengapa Angka Pengangguran Rendah di Masa Krisis:
Menguak Peran Sektor Informal Sebagai Buffer Perekonomian
http://akademika.or.id/arsip/pengangguran-edy.pdf (19 agustus 2011)
Elaine B. Johnson, Ph.D., 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is
and why its here to stay, California : Corwin Press, Inc..
Hurlock, Elizabeth B, 1973. Adolescent Development. 4th ed. New York :
McGraw-Hill
J Lofland & Lofland, 1971, Analizing Social Settings; A Guide to Qualitatif
Observation and Analysis, Belmont, CA, Wodswath.
Jurnal Dinamika HAM volume 2, No. 2, Januari Juni 2002, ISSN 1410-3982,
Dimensi HAM dalam Dunia Industri
Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 1999. Seminar Nasional Implikasi
Penerapan PP No. 61 tahun 1999
Lembaga Penelitian UNY, 2008. Pedoman Penelitian Edisi tahun 2008. Lembaga
Penelitian UNY
Republik Indonesia, 1995. UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: Sinar Grafika.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonom
Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah
Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005. Tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan
Resma Setia, M.S., Dapatkah Usaha Kecil Menjadi Basis Perluasan Desempatan
Kerja Yang Layak, Jurnal Analisis Sosial Vol. 10 No. 1 Juni 2005,
Perdebatan Konseptual tentang Kaum Marginal, ISSN 1411-0024, Bandung:
Yayasan AKATIGA.
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Soetanto Hadinoto & Djoko Retnadi, 2007. Micro Credit Challenge, cara efektif
mengatasi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Di
Indonesia Memasuki Milenium III, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Thomas, Susan & Kaufman, Roger A., 1980. Evaluation without fear. New York:
New Viewpoints.
Tilaar, H.A.R., 2003. Kekuasaan dan Pendidikan, Suatu Tinjauan dari Perspektif
Studi Cultural, Jakarta : Penerbit Indonesia Tera
Umberto, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Kini dan Masa Depan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
UNDP, 1999. Human Development Report.
http://www.paudni.kemdiknas.go.id/bppnfi1/ (diakses pada tanggal 25 Juni 2011)
http://www.infokursus.net/datakursus (diakses pada tanggal 25 Juni 2011)