32
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak dasawarsa 1990-an kata kunci pembangunan bangsa-bangsa di dunia berkembang termasuk Indonesia adalah Sumber Daya Manusia atau SDM (Hasibuan, 2002). SDM yang bermutu baik perlu perhatian sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak khususnya anak balita dalam peningkatan status gizi (Supartini, 2004). Status gizi merupakan keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan derajat kebutuhan fisik (energi dan zat gizi lain) diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suhardjo, 2005). Keadaan gizi anak dapat mempengaruhi penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan (Moore, 1997). Anak yang sehat, cerdas dengan gizi yang seimbang adalah keinginan semua orangtua, untuk mewujudkannya orangtua harus memperhatikan, mengawasi dan merawat anak pada umur balita. Proses alamiah dalam pertumbuhan anak tergantung pada perilaku orangtua, karena pada masa usia balita merupakan periode penting PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN GIZI TUNGKU TERHADAP PERILAKU IBU DAN STATUS GIZI BALITA KURANG ENERGI PROTEIN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MODO KABUPATEN LAMONGAN

fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

1

1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak dasawarsa 1990-an kata kunci pembangunan bangsa-bangsa di dunia

berkembang termasuk Indonesia adalah Sumber Daya Manusia atau SDM

(Hasibuan, 2002). SDM yang bermutu baik perlu perhatian sejak dini yaitu

dengan memperhatikan kesehatan anak khususnya anak balita dalam peningkatan

status gizi (Supartini, 2004). Status gizi merupakan keadaan kesehatan individu

atau kelompok yang ditentukan derajat kebutuhan fisik (energi dan zat gizi lain)

diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara

antropometri (Suhardjo, 2005). Keadaan gizi anak dapat mempengaruhi

penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan (Moore, 1997). Anak

yang sehat, cerdas dengan gizi yang seimbang adalah keinginan semua orangtua,

untuk mewujudkannya orangtua harus memperhatikan, mengawasi dan merawat

anak pada umur balita. Proses alamiah dalam pertumbuhan anak tergantung pada

perilaku orangtua, karena pada masa usia balita merupakan periode penting dalam

perkembangan yang menentukan pembentukan fisik, psikis maupun

intelegensianya (Panggabean, 2002). Permasalahan pada perkembangan anak

dapat terjadi karena kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi sehingga mengalami

berbagai permasalahan gizi seperti gizi kurang energi protein (Suhardjo, 2005).

Gizi kurang energi protein (KEP) pada balita berakibat terganggunya

pertumbuhan jasmani dan kesehatan dan secara tidak langsung KEP dapat

menyebabkan balita mengalami defisiensi zat gizi yang dapat berakibat panjang,

yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak, penyakit infeksi dan

kecerdasan anak seperti halnya karena serangan penyakit tertentu. Anak yang

menderita KEP terutama pada tingkat berat (gizi buruk) mengalami hambatan

PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN GIZI TUNGKU TERHADAP PERILAKU IBU DAN STATUS GIZI BALITA KURANG

ENERGI PROTEIN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MODO KABUPATEN LAMONGAN

Page 2: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

2

dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, daya tahan terhadap penyakit

menurun sehingga meningkatkan angka kesakitan dan risiko kematian cukup

tinggi. Resiko Relative (RR) angka kematian bagi penderita KEP berat 8,4 kali,

KEP sedang 4,6 kali dan KEP ringan 2,4 kali dibandingkan dengan gizi baik

(Soekirman, 2000).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang status

kesehatan anak dunia bahwa Indonesia tergolong sebagai negara dengan status

kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004. Indonesia tahun 2004 tergolong

negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena 5.119.935 atau (28,47%)

dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk kelompok gizi kurang dan gizi

buruk. Berdasarkan data laporan tahunan dalam kesehatan ibu dan anak dalam

hasil penilaian status gizi oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur, jumlah gizi buruk

tahun 2009 sebanyak 1,39% (Rohman, 2010). Berdasarkan Laporan Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2010 tentang prevalensi status balita di

Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa 17,9% balita mengalami KEP dengan

prosentase 4,9% mengalami gizi buruk dan 13% mengalami gizi kurang (BP2K

Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Hasil Laporan PSG (Pemantauan Status Gizi) pada balita di Puskesmas

Modo Kabupaten Lamongan, mengumpulkan data dengan kasus KEP pada tahun

2008 dengan prosentase gizi buruk 1,18%, gizi kurang 3,74% dan total KEP

4,92% (Puskesmas Modo Lamongan, 2009). Tahun 2009 kasus KEP di wilayah

kerja Puskesmas Modo dengan kasus gizi buruk 1,07%, gizi kurang 4.64% dengan

total kasus KEP sebesar 5,71% (Dinkes Lamongan, 2010). Pada tahun 2010 kasus

KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo sebesar 6,87% dengan 5,81% gizi kurang

dan 1,07% gizi buruk (Puskesmas Modo Lamongan, 2011). Pemerintah melalui

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RP-JPMN) 2010-2014 dalam

bidang kesehatan menargetkan untuk menurunkan prevalensi kejadian KEP

menjadi 3,4% pada tahun 2014. Target dalam menurunkan prevalensi kejadian

KEP yang ditetapkan oleh pemerintah dan berdasarkan hasil PSG balita di Modo

Kabupaten Lamongan, prevalensi KEP tidak memenuhi target yang ditetapkan

oleh WHO sebesar 1% kasus KEP. Prosentase prevalensi KEP lebih dari 1%

Page 3: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

3

dapat dinyatakan sebagai Kejadian Luar Bisa (KLB) di suatu Negara atau wilayah

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Kejadian Luar Biasa (KLB) KEP di berbagai daerah di Indonesia ditindak

lanjuti oleh pemerintah melalui upaya perbaikan status gizi anak meliputi

pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), penyuluhan gizi,

fortifikasi pangan, dan pemberian supplement zat gizi tertentu seperti vitamin

(Wong, 2009). Upaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya

masih banyak keluarga yang mempunyai perilaku gizi tidak sehat, asuhan gizi

tingkat keluarga belum memadai dan hanya mampu meningkatkan status gizi anak

pada saat program berjalan, oleh karena itu perlu adanya pelaksanaan program

peningkatan status gizi anak yang berkelanjutan dalam mencegah dan

menanggulangi KLB gizi buruk melalui pemberdayaan keluarga (Departemen

Kesehatan RI, 2008).

Dinkes Sulsel, (2007) menyatakan bahwa salah satu langkah yang cukup

strategis bentuk pemberdayaan keluarga dalam peningkatan status gizi anak

adalah melakukan kegiatan pendampingan gizi yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan keluarga dalam mencegah dan mengatasi sendiri

masalah gizi anggota keluarganya. Pendampingan gizi dilakukan dengan

memberikan perhatian, menyampaikan pesan menyemangat mengajak,

memberikan pemikiran, memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan dan

bekerjasama. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menekan angka gizi kurang dan

gizi buruk melalui upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat khususnya

keluarga yang memiliki anak balita KEP (Dinkes Sulsel, 2007).

Pendampingan gizi dilaksanakan dengan metode pendidikan individual

(perorangan) dalam bentuk pendekatan penyuluhan (konseling), sehingga kontak

antara ibu anak dengan petugas lebih intensif. Kegiatan pendekatan diwujudkan

dalam aplikasi asuhan gizi anak dengan kegiatan pendampingan pengolahan

makanan dan cara memberikan makanan (waktu pemberian, frekuensi, porsi dan

jenis) dalam bentuk kunjungan rumah, konseling, diskusi kelompok, dilakukan

selama tiga sesi meliputi sesi intensif selama satu minggu (hari ke-1 sampai hari

ke-7), sesi penguatan dilaksanakan selama satu minggu (hari ke-8 sampai hari ke-

14) dengan dua kali pertemuan, dan sesi praktek mandiri pada setiap individu

Page 4: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

4

dilakukan selama dua minggu (hari ke-15 sampai hari-28) dengan tidak lagi di

kunjungi, kecuali pada hari ke-28 untuk melakukan penilaian output

pendampingan, namun program pendampingan gizi seperti ini belum

dilaksanakan oleh semua provinsi di Indonesia (Dinkes Sulsel, 2007).

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian status gizi balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten

Lamongan dengan alasan terdapatnya kasus KEP sebanyak 6,87% (Puskesmas

Modo Lamongan, 2010) dengan melakukan intervensi model pendampingan gizi.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

model pendampingan gizi terhadap status gizi balita kurang energi protein di

wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

masalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh model pendampingan gizi

terhadap pengetahuan, sikap, perilaku ibu dan status gizi balita kurang energi

protein di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan”.

C. VISI DAN MISI PROGRAM

VISI : Cerdaskan Anak Bangsa Melalui Pendampingan Gizi Tunggu

MISI : Peningakatan Gizi Balita Melalui Pendampingan Gizi Model

Tungku

D. TUJUAN DAN SASARAN

TUJUAN

1) Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan perilaku pada Ibu yang

mempunyai balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten

Lamongan pada kelompok yang tidak dilakukan pendampingan gizi dan

kelompok yang dilakukan pendampingan gizi.

2) Mengidentifikasi status gizi balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

Kabupaten Lamongan pada kelompok yang tidak dilakukan pendampingan

gizi dan kelompok yang dilakukan pendampingan.

Page 5: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

5

3) Menganalisis perbedaan pengaruh model pendampingan gizi terhadap

pengetahuan, sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita KEP di wilayah

kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan antara kelompok yang tidak

dilakukan pendampingan gizi dengan kelompok yang dilakukan

pendampingan gizi.

SASARAN

1) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

kabupaten Lamongan

2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

kabupaten Lamongan yang mengikuti program Posyandu (tercatat dalam

buku besar pemantauan balita)

3) Balita KEP dengan gizi kurang (BB/U ≥-3 SD s.d <-2 SD)

4) Ibu balita KEP yang bersedia di teliti dan menandatangi informed concent

5) Ibu balita KEP tidak bekerja dan Pendidikan ibu minimal lulus Sekolah

Dasar (SD)

6) KEP tanpa komplikasi (tidak sedang mengalami penyakit yang lain)

Page 6: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

KK 03 - 04

KP 01 X 02

6

BAB II

PROGRAM PENGEMBANGAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN (PKM)

Pada bab ini akan dijabarkan lebih jelas tentang metode penelitian yang

meliputi (A) Desain Penelitian, (B) Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling, (C)

Kerangka Kerja, (D) Identifikasi Variable dan Defenisi Operasional, (E)

Pengumpulan Data dan Analisis Data, (F) Etika Penelitian, serta (G)

Keterbatasan.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun

peneliti pada seluruh proses penelitian (Yani, 2008).

Nursalam, (2007) menyatakan bahwa desain penelitian adalah keseluruhan

perencanaan untuk menjawab riset question dan untuk mengantisipasi beberapa

kesulitan yang mungkin timbul selama proses riset.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy-Eksperiment pre-

post test control group design, yaitu suatu rancangan penelitian yang

menggunakan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol

disamping kelompok perlakuan (Nursalam, 2007).

Penelitian ini terdapat 2 (dua) kelompok yaitu kelompok yang tidak dilakukan

pendampingan gizi (kelompok kontrol) dan kelompok yang dilakukan

pendampingan gizi (kelompok perlakuan) yang diawali dengan pemberian pre test

dan dilanjutkan dengan post test diakhir penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

ingin mengetahui pengaruh model pendampingan gizi terhadap pengetahuan,

sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita kurang energi protein (KEP) di wilayah

kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.

S

Page 7: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

7

Gambar 1 Kerangka Desain Penelitian

Keterangan:

S : Kelompok

KP : Kelompok perlakuan

KK : Kelompok kontrol

01 : Pengukuran status gizi kelompok perlakuan sebelum pendampingan gizi

02 : Pengukuran status gizi kelompok perlakuan sesudah pendampingan gizi

03 : Pengukuran status gizi kelompok kontrol sebelum pendampingan gizi

04 : Pengukuran status gizi kelompok kontrol sesudah pendampingan gizi

X : Perlakuan (Pendampingan gizi)

B. Populasi, sampel, dan sampling

Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variable yang menyangkut masalah

penelitian (Nursalam, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu balita KEP

di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan pada bulan April 2011

s/d Juli 2011.

Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007)

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu sampel studi dan

sampel kontrol. Sampel studi adalah sebagian ibu balita KEP yang dilakukan

pendampingan gizi. Sampel kontrol adalah sebagian ibu balita KEP yang tidak

dilakukan pendampingan gizi.

Besar Sampel

Untuk mengetahui besarnya sampel dapat dipakai rumus (Purnomo,

2010).

N tot={Z∝√2 π (1−π )+Z β √π 1 (1−π 1 )+π 2 (1−π 2 ) }²(π 1−π 2) ²

Keterangan:

n : Besar sampel yang dikehendaki

Z∝ : Nilai standar normal untuk ∝ = 1,96

Page 8: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

8

Zβ : Nilai standar normal untuk β = 0,84

π1 : Proporsi responden kelompok perlakuan = 70% adalah 0,7 yang

diharapkan

π 2 : Proporsi responden kelompok kontrol = 30% adalah 0,3 yang

diharapkan

π : proporsi gabungan = π 1+π 2

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh besar sampel yaitu:

π = π 1+π 2 = 0,7+0,3 = 0,5

n tot={1,96 √2 .0,5 (05 )+0,84√0,7 (0,3 )+0,3 (0,7 )}²(0,4) ²

= 5,520,16

= 34,4 dibulatkaan menjadi 34

Perhitungan Sampel dalam Penelitian ini sebanyak 34 responden. Besar

sampel yang diambil sebanyak 34 responden terbagai dalam 2 kelompok yang

masing-masing berjumlah 17 responden, 1 kelompok mendapat perlakuan melalui

pendampingan gizi dan 1 kelompok lainnya sebagai kontrol tanpa perlakuan

pendampingan gizi.

Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah Kriteria umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dalam penelitian (Nursalam, 2007). kriteria inklusi

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah:

1) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

kabupaten Lamongan

2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

kabupaten Lamongan yang mengikuti program Posyandu (tercatat dalam

buku besar pemantauan balita)

3) Balita KEP dengan gizi kurang (BB/U ≥-3 SD s.d <-2 SD)

4) Ibu balita KEP yang bersedia di teliti dan menandatangi informed concent

2

2 2

Page 9: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

9

5) Ibu balita KEP tidak bekerja dan Pendidikan ibu minimal lulus Sekolah

Dasar (SD)

6) KEP tanpa komplikasi (tidak sedang mengalami penyakit yang lain)

Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2008). Kriteria eksklusi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam

penelitian ini adalah:

1) Ibu balita KEP dan balita KEP yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Modo Kabupaten Lamongan berpergian keluar kota selama masa

pendampingan gizi.

2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

Kabupaten Lamongan yang tidak pernah dilakukan pendampingan gizi

yang sama dengan model pendampingan gizi yang peneliti lakukan.

3) Balita KEP dengan status gizi sangat rendah (< -3 SD)

4) Balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo kabupaten Lamongan yang

tidak mengikuti program Posyandu.

5) Keluarga balita KEP tidak tahan pangan (tidak memiliki persediaan beras

minimal 15 kg/bulan)

6) Ibu balita KEP tidak bisa membaca/buta aksara

Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini sampel diambil dengan

cara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, cara ini

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Hidayat, 2007)

C. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagan kerja terdapat kegitan penelitian yang

akan dilakukan meliputi subjek penelitian, variabel yang akan diteliti dan variabel

yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2007). Kerangka kerja dalam

penelitian ini digambarkan secara skematis sebagai berikut:

Page 10: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

Teknik Sampling:Simple Random Sampling

Desain penelitian: Quasy-Eksperiment pre-post test control group design

Sampel:Sebagian ibu yang mempunyai balita KEP

N= 34 Responden

Populasi:Semua Ibu yang mempunyai balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo

Analisis perbedaan dengan uji statistik:Wilcoxon Signed Rank test dan Mann Whitney

Penyajian Hasil & Kesimpulan

Pengukuran akhir

Kelompok perlakuan n=17 Kelompok kontrol n=17

Pengukuran awal Pengukuran awal

Intervensi pendampingan gizi Tanpa Intervensi pendampingan gizi

Variabel Independent:Pendampingan Gizi

Variabel Dependen:Pengetahuan,sikap dan Perilaku Ibu serta Status Gizi

Balita KEP

10

D. Variabel Penelitian

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variable independent dan

variabel dependent.

Gambar 2. Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Model Pendampingan Gizi Terhadapa Status Gizi Balita Kurang Energi Protein di Wilayah Kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.

Page 11: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

11

1. Variabel Independent

Variabel independent adalah suatu variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel independentnya

adalah model pendampingan gizi.

2. Variabel Dependent

Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel dependentnya adalah

pengetahuan, sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita KEP.

Definisi Operasional

Table 1 Definisi Operasional Pengaruh Model Pendampingan Gizi terhadap

Status Gizi Balita Kurang Energi Protein di Wilayah Kerja Puskesmas

Modo Kabupaten Lamongan tahun 2011.

Variabel Definisi Operasional Indikator Instrumen Skala Kategori

IndependentPendampingan gizi

Kegiatan pemberian dukungan dan layanan bagi keluarga untuk mengatasi masalah gizi, dilakukan selama tiga sesi (30 hari) yang dilanjutkan sampai 3 bulan pada setiap individu atau kelompok yang telah ditentukan.

Pemenuhan Asuhan gizi anak dalam pendampingan pengolahan makanan (MP-ASI) dan cara memberikan makanan (MP-ASI)

Modul pendampingan gizi

Dilakukan pendampingan = Kode 1

Tidak dilakukan pendampingan = Kode 2

Dependent:Pengetahuan Ibu Balita KEP

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang penyedian makanan (MP-ASI) yang bergizi.

- Mengetahui pengertian KEP

- Mengetahui pengertian makanan bergizi dan MP-ASI

- Mengetahui manfat makanan (MP-ASI)

- Mengetahui cara pengolahan makanan (MP-ASI)

- Mengetahui cara memberikan makanan (MP-ASI)

Kuesioner Ordinal Jawaban Benar = 1Jawaban salah = 0

Kategori:1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56-75%3. Kurang : < 56%

(Arikunto, 2000)

Dependent:Sikap Ibu

Respon Ibu terhadap informasi gizi dalam pemberian makanan yang mengandung

Sikap Ibu tentang upaya pemenuhan gizi bagi balita KEP

Kuesioner Ordinal Peryataan positif : (soal No 1 s/d 7), dengan Kriteria:Sangat setuju (SS) = 5

Page 12: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

12

energi, protein dan zat gizi lainnya.

- Memahami tentang KEP dan makanan bergizi

- Memahami cara pengolahan makanan (MP-ASI)

- Memahami cara pemberian makanan (MP-ASI)

Setuju (S) = 4Tidak setuju (TS) = 2Sangat tidak setuju (SS) = 1

Peryataan negatif : (soal No 7 s/d 14), dengan Kriteria:Sangat setuju (SS) = 1Setuju (S) = 2Tidak setuju (TS) = 4Sangat tidak setuju (SS) = 5

Kategori Skor:Sikap positif = T> mean dataSikap negatif = T< mean data (Azwar, 2003)

Dependent:Perilaku Ibu

Tindakan yang dilakukan ibu dalam pemberian makanan yang mengandung energi, protein dan zat gizi lainnya.

Ibu melakukan tindakan pemenuhan gizi balita KEP:- Menunjukkan

cara pengolahan makanan (MP-ASI)

- Memberikan makanan (MP-ASI)

Lembar Observasi

Ordinal Jawaban Ya = 1Tidak = 0

Kategori1.Kurang :≤ 55%2.Sedang : 56-75%3.Baik : 76-100%

Dependent:Status Gizi

Keadaan tubuh yang dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan seseorang.

Indeks antropometri BB/U

Timbangan, lembar observasi, dan skor Z

Ordinal 1. BB sangat rendah (gizi buruk): <-3 SD

2. BB rendah (gizi kurang); ≥-3 SD s.d < -2 SD

3. BB normal (gizi baik): ≥-2 SD s.d + 2 SD

Instrumen Penelitian

Instrument peneltian adalah alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini instrumen yang

digunakan adalah:

(1) Modul pendampingan gizi yang disusun oleh peneliti dengan konsultasi

kepada Kepala bagian gizi Puskesmas Modo Lamongan

(2) Alat ukur berat badan yaitu timbangan merck Infant Scale RG2-20

(3) Alat ukur panjang badan dengan menggunakan merck butterfly Brand

(4) Formulir Informed Consent

(5) Lembar observasi

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten

Lamongan

Page 13: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

13

E. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data diperoleh setelah peneliti mendaptkan izin dan

persetujuan dari Bagian Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan, Kepala Badan

KESBANGPOL dan LINMAS, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan

dan Kepala Puskesmas Modo maka tahap-tahapan yang dilakukan adalah:

(1) Identifikasi data sekunder dan identifikasi subyek. Perolehanan data

tersebut peneliti bekerjasama dengan petugas gizi Puskesmas dan kader

posyandu untuk mendapatkan data anak KEP yang selanjutnya dilakukan

penyaringan data untuk memperoleh subjek sesuai kriteria inklusi.

(2) Melakukan koordinasi dengan pengumpul data (petugas lapangan) untuk

menyamakan persepsi tentang cara pengukuran variable penelitian.

Pengumpul data (enumerator) adalah sebanyak 3 (tiga) ibu kader.

(3) Penyamaan persepsi antara peneliti dan enumerator meliputi penyampaian

maksud dan tujuan penelitian kepada responden, teknik wawancara,

pemahaman kuesioner, penjelasan jenis data yang diperlukan, cara

memperolehnya dan cara pengisian data secara lengkap dan tepat.

(4) Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan pada orang tua/wali

subjek yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi.

(5) Intervensi dilakukan terhadap ibu balita KEP dan balita KEP selama tiga

bulan dengan melakukan pendampingan gizi pada kelompok perlakuan.

(6) Kelompok kontrol hanya dilakukan oleh tenaga posyandu penyuluhan gizi

satu kali setiap penimbangan di posyandu. Intervensi model pendampingan

dilakukan dengan tiga sesi yaitu (1) sesi pendampingan intensif pada hari

ke 1 – 7. Sesi ini dilakukan pendampingan oleh peneliti guna membantu ibu

dalam cara pengolahan makanan (MP-ASI) dan cara pemberikan makanan

(MP-ASI); (2) Sesi penguatan dilakukan pada hari ke 8 – 14. Pada sesi ini

ibu tidak didampingi setiap hari tetapi hanya dua kali seminggu, tujuannya

untuk memberi penguatan kepada ibu kesesuaian dengan rekomendasi cara

pengolahan makanan dan cara memberikan makanan (waktu pemberian,

frekuensi, porsi dan jenis) yang telah diberikan; (3) Sesi praktek mandiri

Page 14: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

14

pada hari ke 15 – 28. Sesi ini peneliti tidak lagi mengunjungi responden

kecuali pada hari ke 30. Indikator yang dilihat adalah berat badan anak,

setelah melewati tiga sesi tersebut penelitian dilanjutkan dua bulan lagi

untuk melihat apakah ibu benar-benar telah mengerti dan mempraktekkan

rekomendasi yang telah di berikan.

(7) Pengukuran skor pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dilakukan dengan

cara pre dan post test dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran

dilakukan pada bulan ke-0, bulan ke-1, bulan ke-2 dan bulan ke-3

intervensi.

(8) Data status gizi diukur dua kali (2X) sebulan selama tiga bulan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Pengukuran antropometri dilakukan dengan

alat ukur BB dengan timbangan yang sama. Hasil pengukuran BB diolah

dengan menggunakan program WHO Antro 2005 untuk memperoleh nilai

skor Z BB/U.

Analisis Data

Data yang terkumpul dilakukan penyuntingan, coding, dan scoring

kemudian data disajikan dalam bentuk tabulasi, narasi dan ditabulasi silang antara

variabel dependen dengan variabel independent. Memasukkan data pada tabel

terus menghitungnya, kemudian jawaban responden diberi bobot sesuai dengan

ketentuan.

Untuk kategori pengetahuan Ibu tentang gizi dibedakan atas :

1. Baik : 76 – 100%.

2. Cukup : 56 - 75%

3. Kurang : < 56%.

Untuk kategori sikap Ibu dibedakan atas :

1. Positif : T> mean data

2. Negatif : T< mean data

Untuk kategori perilaku Ibu dibedakan atas :

1. Baik : ≥ 75%-100%

2. Cukup : 56-75%

Page 15: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

15

3. Kurang : ≤55%

Untuk kategori status gizi Balita KEP dibedakan atas :

1. BB sangat rendah (gizi buruk) : <-3 SD

2. BB rendah (gizi kurang) : ≥-3 SD s.d < -2 SD

3. BB normal (gizi baik) : ≥-2 SD s.d + 2 SD

Data yang sudah terkumpul, dikelompokkan, tabulasi data dan kemudian

dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank test dan Mann Whitney.

Peneliti melakukan pengujian data menggunakan statistik Wilcoxon Signed Rank

test (Pre-Post) terhadap satu sampel untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen dengan skala data ordinal dan tingkat

kemaknaan α ≤ 0,05 artinya jika hasil uji statistik menunjukkan α ≤ 0,05, maka

ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.

Uji Mann Whitney (kelompok perlakuan-kelompok kontrol) dengan derajat

kebermaknaan p < 0,05, jika hasil analisis penelitian didapatkan p < 0,05 maka Ho

ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh model pendampingan gizi terhadap

status gizi balita KEP di Wilayah Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan

F. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat community agreement dari tokoh

masyarakat dalam hal ini Kepala Badan KESBANGPOL dan LINMAS

Kabupaten Lamongan dan Kepala Puskesmas Modo Lamongan, barulah peneliti

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

Persetujuan Responden atau Informed Consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada responden sebagai subjek yang

akan ditelti. Subjek bersedia diteliti apabila telah menandatangani lembar

persetujuan, sebaliknya jika menolak maka peneliti tidak akan memaksa diri.

Tanpa Nama atau Anonimity

Menjaga kerahasiaan identitas subjek peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner, cukup dengan

member nomor kode masing-masing lembar tersebut.

Page 16: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

16

Kerahasiaan atau Confidentiality

Kerahasian informasi yang diberikan oleh subjek dirahasiakan oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sehingga rahasia tetap

terjaga.

G. Keterbatasan

Keterbatasan adalah bagaian dari riset keperawatan yang menjelaskan

keterbatasan dalam penulisan riset dalam setiap penelitian pasti ada kelemahan-

kelemahan yang ada, kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan (Hidayat,

2007)

Sampel

Sampel yang digunakan terbatas hanya 17 orang Ibu yang mempunyai

balita KEP dan balita KEP di masing-masing kelompok kontol dan kelompok

perlakuan di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.

Lembar Kuesioner

Instrumen pengumpulan data dimodifikasi dan belum pernah di uji coba,

oleh karena itu validitas dan reliabilitasnya masih perlu diuji cobakan.

4.7.3 Kemapuan Peneliti

Peneliti yang baru kali pertama melakukan penelitian ini, memungkinkan

banyak kekurangan dalam hasil penelitian maupun penulisan penelitian.

Page 17: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

17

BAB III

ANALISIS KEBUTUHAN/RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

Tabel 2. Tabel Rancangan Biaya Pelaksanaan Program

No Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1. Bahan Habis Pakai  1.1 Administrasi Birokrasi 1 Paket 300.000 300.0001.2 Kertas A4 80 gram 4 Rim 40.000 160.0001.3 Kaset video (dokumentasi wawancara) 2 Paket 250.000 500.0001.4 Lembar kuasioner 1 OH 200.000 200.000Sub Total 1.160.000

2. Biaya Perjalanan dan Pelaksanaan Kegiatan2.1 Obsevasi dan survey 3 OH 75.000 225.0002.2 Transportasi 20x 200.000 4.000.0002.4 Modul pendampingan 34 paket 15.000 510.0002.5 Tes perilaku ibu Paket 1.500.000 1.500.0002.6 Seminar penelitian 1 Paket 1.000.000 1.000.0002.7 Modisco selama 3 bulan 1 paket 2.500.000 2.500.000Sub Total 9.735.000

3. Kesekretariatan3.1 Penggandaan Proposal Program 5 Paket 17.000 85.0003.2 Pelaporan & Penggandaan Laporan

Kemajuan dan Lapoaran Akhir10

Paket15.000 150.000

3.3 Penelusuran Pustaka 1 Paket 100.000 100.0003.4 Komunikasi 1 Paket 300.000 300.000Sub Total 635.000Total Anggaran 11.530.000

Page 18: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

18

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Gizi (AKZI), 2003. Buku Antropometri WHO NCHS (persen terhadap median), diktat tidak dipublikasikan, Akademi Gizi (AKZI), Surabaya.

Akhmadi, 2009. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi, www.rajawan.com. Diakses tanggal 18 Januari 2011

Almatsier S, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Cipta, Jakarta

Almatsier S, 2004. Penuntun Diet. PT. Gramedia Cipta, Jakarta.

Andarwati, D. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Skripsi www.digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 18 Januari 2011.

Anoraga, Panji, 2005, Psikologi Kerja, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta

Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Edisi 4. Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 6. Rineka Cipta, Jakarta

Armar, et.al., 2000. Poor Maternal Schooling Is the Main Constraint to Good Child Care Practices in Acra. The American Society for Nurtition Sciences. Journal of Nutrition. 130:15971607.

Aswatini, dkk. 2004. Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Sosial Demografi Rumah Tangga, PKK-LIPI, Jakarta.

Azwar S, 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Bakri B, 2000. Peniaian Status Gizi. Akademi Gizi Depkes Malang, Malang

Baliwati, Y.F, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009, Jakarta.

Page 19: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

19

Departemen Kesehatan RI, 2005. Gizi dalam Angka Propinsi SulSel. Kanwil Depkes Prop. SulSel, Makassar.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Gizi dalam Angka Sampai Tahun 2003. Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Program Perbaikan Gizi Makro, http: // www. Gizi net. Kebijakan Gizi. Domnload 26 januari 2007.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Direktorat BGM Dirjen Binkesmas Depkes, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2007. Data Dasar Program Tenaga Gizi Pendamping tahun 2006. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan, Makassar

Dinkes Kabupaten Lamongan, 2007. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.

Dinkes Kabupaten Lamongan, 2008. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.

Dinkes Kabupaten Lamongan, 2009. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.

Dinkes Kabupaten Lamongan, 2010. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.

Fakultas Ilmu Kesehatan. 2009. Pedoman Penyusunan Tugas Akhir (Karya Tulis Ilmiah/Skripsi), FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Gizi.Net. 2006. Prevalensi KEP di Indonesia. www. GiziNet.Com. Diakses, 12 Januari 2010.

Green L.W., 1991. Health Promotion Planning an Educational and Environmental Approach, second edition. Mayfield Publishing Company, USA: 87-150.

Hardiani, R. 2009. Pola Makan Sehat. www. Kharisma.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2011.

Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Page 20: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

20

Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Salemba Medika, Jakarta.

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisi Data, Salemba Medika, Jakarta.

Jus’at I, dkk. 2000. Penyimpangan Positif Masalah KEP di Jakarta Utara dan di Pesedesan Kab. Bogor-Jabar. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII 2000. LIPI, Jakarta

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penangulangan Gizi buruk. Bhatara Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Moore, M.C. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, Edisi II, Hipokrates Jakarta.

Munawaroh, L. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola Makan Balita Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun 2006, Skripsi www. digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 18 Januari 2011.

Nadimin. 2007. Buku Pedoman Pelaksanaan Pendampingan Gizi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dinkes Prop. Sulsel, Makassar.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Noviati, 2005. Pengaruh Intensifikasi Penyuluhan Gizi di Posyandu Terhadap Arah Pertumbuhan Anak Usia 4-18 Bulan. Tesis Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Nursalam, 2007, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan, Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.

Panggabean, Mutiara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pudjiadi. S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. FKUI, Jakarta.

Page 21: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

21

Purnomo, Windu. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNAIR, Surabaya

Puskesmas Modo. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.

Puskesmas Modo. 2008. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.

Puskesmas Modo. 2009. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.

Puskesmas Modo. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.

Rahayu S, 2001. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rohman, Faktur. 2010. Data Gizi Buruk Dinkes Surabaya Amburadul. www. fatkur.pks-surabaya.or.id. Diakses tanggal 3 Februari 2011

Santosa, Sugeng. 2003. Kesehatan dan Gizi. PT.Rieneka Cipta, Jakarta.

Sediaoetama, A.D. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Dian Rakyat, Jakarta.

Setiawan, B. 2008. Gizi Buruk dan Jerat Kemiskinan, www. unisosdem.org.com Diakses tanggal 3 Februari 2011.

Sirajuddin. 2006. Peranan Tenaga Gizi Pendamping dalam Peningkatan Status Gizi Balita. Makalah Sosialisasi Tenaga Gizi Pendamping, Makassar 15 Desember 2006.

Sirajuddin. 2007. Pengaruh tatus Gizi Anak Usia 12 – 59 Bulan di Kabupaten Selayar. Tesis Model Tungku Terhadap Sidak diterbitkan. Universitas Hasanuddin, Makassar

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Suhardjo. 2003. Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

Supariasa IDN. et.al., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta

Page 22: fai.um-surabaya.ac.idfai.um-surabaya.ac.id/.../uploads/2016/10/PKM-P-2.docx · Web viewUpaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya masih banyak keluarga yang mempunyai

22

Susanto JC, 2003. Memahami kebutuhan gizi anak sesuai perkembangan keterampilan makan. Dalam: Seminar Ayahbunda-Nestle. Semarang.

Wigati, T.R. 2008. Resiko Pola Asuh Terhadap Kejadian Gizi Buruk pada Anak Balita di Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semapir Kota Surabaya, Tesis, www. adln.lib.unair.ac.id. Diakses tanggal 4 Maret 2011.

Wong, D.L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Yani, A. 2008. Buku Ajar Keperawatan, EGC, Jakarta

Zulkarnaeni, 2003. Pengaruh Pendidikan Gizi pada Murid SD Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Keluarga Mandiri Sadar Gizi di Kabupaten Wonogiri Hilir. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.