Upload
truongcong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak dasawarsa 1990-an kata kunci pembangunan bangsa-bangsa di dunia
berkembang termasuk Indonesia adalah Sumber Daya Manusia atau SDM
(Hasibuan, 2002). SDM yang bermutu baik perlu perhatian sejak dini yaitu
dengan memperhatikan kesehatan anak khususnya anak balita dalam peningkatan
status gizi (Supartini, 2004). Status gizi merupakan keadaan kesehatan individu
atau kelompok yang ditentukan derajat kebutuhan fisik (energi dan zat gizi lain)
diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri (Suhardjo, 2005). Keadaan gizi anak dapat mempengaruhi
penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan (Moore, 1997). Anak
yang sehat, cerdas dengan gizi yang seimbang adalah keinginan semua orangtua,
untuk mewujudkannya orangtua harus memperhatikan, mengawasi dan merawat
anak pada umur balita. Proses alamiah dalam pertumbuhan anak tergantung pada
perilaku orangtua, karena pada masa usia balita merupakan periode penting dalam
perkembangan yang menentukan pembentukan fisik, psikis maupun
intelegensianya (Panggabean, 2002). Permasalahan pada perkembangan anak
dapat terjadi karena kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi sehingga mengalami
berbagai permasalahan gizi seperti gizi kurang energi protein (Suhardjo, 2005).
Gizi kurang energi protein (KEP) pada balita berakibat terganggunya
pertumbuhan jasmani dan kesehatan dan secara tidak langsung KEP dapat
menyebabkan balita mengalami defisiensi zat gizi yang dapat berakibat panjang,
yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak, penyakit infeksi dan
kecerdasan anak seperti halnya karena serangan penyakit tertentu. Anak yang
menderita KEP terutama pada tingkat berat (gizi buruk) mengalami hambatan
PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN GIZI TUNGKU TERHADAP PERILAKU IBU DAN STATUS GIZI BALITA KURANG
ENERGI PROTEIN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MODO KABUPATEN LAMONGAN
2
dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, daya tahan terhadap penyakit
menurun sehingga meningkatkan angka kesakitan dan risiko kematian cukup
tinggi. Resiko Relative (RR) angka kematian bagi penderita KEP berat 8,4 kali,
KEP sedang 4,6 kali dan KEP ringan 2,4 kali dibandingkan dengan gizi baik
(Soekirman, 2000).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang status
kesehatan anak dunia bahwa Indonesia tergolong sebagai negara dengan status
kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004. Indonesia tahun 2004 tergolong
negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena 5.119.935 atau (28,47%)
dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk kelompok gizi kurang dan gizi
buruk. Berdasarkan data laporan tahunan dalam kesehatan ibu dan anak dalam
hasil penilaian status gizi oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur, jumlah gizi buruk
tahun 2009 sebanyak 1,39% (Rohman, 2010). Berdasarkan Laporan Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2010 tentang prevalensi status balita di
Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa 17,9% balita mengalami KEP dengan
prosentase 4,9% mengalami gizi buruk dan 13% mengalami gizi kurang (BP2K
Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Hasil Laporan PSG (Pemantauan Status Gizi) pada balita di Puskesmas
Modo Kabupaten Lamongan, mengumpulkan data dengan kasus KEP pada tahun
2008 dengan prosentase gizi buruk 1,18%, gizi kurang 3,74% dan total KEP
4,92% (Puskesmas Modo Lamongan, 2009). Tahun 2009 kasus KEP di wilayah
kerja Puskesmas Modo dengan kasus gizi buruk 1,07%, gizi kurang 4.64% dengan
total kasus KEP sebesar 5,71% (Dinkes Lamongan, 2010). Pada tahun 2010 kasus
KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo sebesar 6,87% dengan 5,81% gizi kurang
dan 1,07% gizi buruk (Puskesmas Modo Lamongan, 2011). Pemerintah melalui
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RP-JPMN) 2010-2014 dalam
bidang kesehatan menargetkan untuk menurunkan prevalensi kejadian KEP
menjadi 3,4% pada tahun 2014. Target dalam menurunkan prevalensi kejadian
KEP yang ditetapkan oleh pemerintah dan berdasarkan hasil PSG balita di Modo
Kabupaten Lamongan, prevalensi KEP tidak memenuhi target yang ditetapkan
oleh WHO sebesar 1% kasus KEP. Prosentase prevalensi KEP lebih dari 1%
3
dapat dinyatakan sebagai Kejadian Luar Bisa (KLB) di suatu Negara atau wilayah
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
Kejadian Luar Biasa (KLB) KEP di berbagai daerah di Indonesia ditindak
lanjuti oleh pemerintah melalui upaya perbaikan status gizi anak meliputi
pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), penyuluhan gizi,
fortifikasi pangan, dan pemberian supplement zat gizi tertentu seperti vitamin
(Wong, 2009). Upaya perbaikan status gizi anak tersebut pada kenyataannya
masih banyak keluarga yang mempunyai perilaku gizi tidak sehat, asuhan gizi
tingkat keluarga belum memadai dan hanya mampu meningkatkan status gizi anak
pada saat program berjalan, oleh karena itu perlu adanya pelaksanaan program
peningkatan status gizi anak yang berkelanjutan dalam mencegah dan
menanggulangi KLB gizi buruk melalui pemberdayaan keluarga (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
Dinkes Sulsel, (2007) menyatakan bahwa salah satu langkah yang cukup
strategis bentuk pemberdayaan keluarga dalam peningkatan status gizi anak
adalah melakukan kegiatan pendampingan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mencegah dan mengatasi sendiri
masalah gizi anggota keluarganya. Pendampingan gizi dilakukan dengan
memberikan perhatian, menyampaikan pesan menyemangat mengajak,
memberikan pemikiran, memberikan nasihat, merujuk, menggerakkan dan
bekerjasama. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menekan angka gizi kurang dan
gizi buruk melalui upaya pemberdayaan keluarga dan masyarakat khususnya
keluarga yang memiliki anak balita KEP (Dinkes Sulsel, 2007).
Pendampingan gizi dilaksanakan dengan metode pendidikan individual
(perorangan) dalam bentuk pendekatan penyuluhan (konseling), sehingga kontak
antara ibu anak dengan petugas lebih intensif. Kegiatan pendekatan diwujudkan
dalam aplikasi asuhan gizi anak dengan kegiatan pendampingan pengolahan
makanan dan cara memberikan makanan (waktu pemberian, frekuensi, porsi dan
jenis) dalam bentuk kunjungan rumah, konseling, diskusi kelompok, dilakukan
selama tiga sesi meliputi sesi intensif selama satu minggu (hari ke-1 sampai hari
ke-7), sesi penguatan dilaksanakan selama satu minggu (hari ke-8 sampai hari ke-
14) dengan dua kali pertemuan, dan sesi praktek mandiri pada setiap individu
4
dilakukan selama dua minggu (hari ke-15 sampai hari-28) dengan tidak lagi di
kunjungi, kecuali pada hari ke-28 untuk melakukan penilaian output
pendampingan, namun program pendampingan gizi seperti ini belum
dilaksanakan oleh semua provinsi di Indonesia (Dinkes Sulsel, 2007).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian status gizi balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten
Lamongan dengan alasan terdapatnya kasus KEP sebanyak 6,87% (Puskesmas
Modo Lamongan, 2010) dengan melakukan intervensi model pendampingan gizi.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
model pendampingan gizi terhadap status gizi balita kurang energi protein di
wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
masalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh model pendampingan gizi
terhadap pengetahuan, sikap, perilaku ibu dan status gizi balita kurang energi
protein di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan”.
C. VISI DAN MISI PROGRAM
VISI : Cerdaskan Anak Bangsa Melalui Pendampingan Gizi Tunggu
MISI : Peningakatan Gizi Balita Melalui Pendampingan Gizi Model
Tungku
D. TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN
1) Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan perilaku pada Ibu yang
mempunyai balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten
Lamongan pada kelompok yang tidak dilakukan pendampingan gizi dan
kelompok yang dilakukan pendampingan gizi.
2) Mengidentifikasi status gizi balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
Kabupaten Lamongan pada kelompok yang tidak dilakukan pendampingan
gizi dan kelompok yang dilakukan pendampingan.
5
3) Menganalisis perbedaan pengaruh model pendampingan gizi terhadap
pengetahuan, sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita KEP di wilayah
kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan antara kelompok yang tidak
dilakukan pendampingan gizi dengan kelompok yang dilakukan
pendampingan gizi.
SASARAN
1) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
kabupaten Lamongan
2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
kabupaten Lamongan yang mengikuti program Posyandu (tercatat dalam
buku besar pemantauan balita)
3) Balita KEP dengan gizi kurang (BB/U ≥-3 SD s.d <-2 SD)
4) Ibu balita KEP yang bersedia di teliti dan menandatangi informed concent
5) Ibu balita KEP tidak bekerja dan Pendidikan ibu minimal lulus Sekolah
Dasar (SD)
6) KEP tanpa komplikasi (tidak sedang mengalami penyakit yang lain)
KK 03 - 04
KP 01 X 02
6
BAB II
PROGRAM PENGEMBANGAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN (PKM)
Pada bab ini akan dijabarkan lebih jelas tentang metode penelitian yang
meliputi (A) Desain Penelitian, (B) Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling, (C)
Kerangka Kerja, (D) Identifikasi Variable dan Defenisi Operasional, (E)
Pengumpulan Data dan Analisis Data, (F) Etika Penelitian, serta (G)
Keterbatasan.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
peneliti pada seluruh proses penelitian (Yani, 2008).
Nursalam, (2007) menyatakan bahwa desain penelitian adalah keseluruhan
perencanaan untuk menjawab riset question dan untuk mengantisipasi beberapa
kesulitan yang mungkin timbul selama proses riset.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy-Eksperiment pre-
post test control group design, yaitu suatu rancangan penelitian yang
menggunakan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol
disamping kelompok perlakuan (Nursalam, 2007).
Penelitian ini terdapat 2 (dua) kelompok yaitu kelompok yang tidak dilakukan
pendampingan gizi (kelompok kontrol) dan kelompok yang dilakukan
pendampingan gizi (kelompok perlakuan) yang diawali dengan pemberian pre test
dan dilanjutkan dengan post test diakhir penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
ingin mengetahui pengaruh model pendampingan gizi terhadap pengetahuan,
sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita kurang energi protein (KEP) di wilayah
kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.
S
7
Gambar 1 Kerangka Desain Penelitian
Keterangan:
S : Kelompok
KP : Kelompok perlakuan
KK : Kelompok kontrol
01 : Pengukuran status gizi kelompok perlakuan sebelum pendampingan gizi
02 : Pengukuran status gizi kelompok perlakuan sesudah pendampingan gizi
03 : Pengukuran status gizi kelompok kontrol sebelum pendampingan gizi
04 : Pengukuran status gizi kelompok kontrol sesudah pendampingan gizi
X : Perlakuan (Pendampingan gizi)
B. Populasi, sampel, dan sampling
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variable yang menyangkut masalah
penelitian (Nursalam, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu balita KEP
di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan pada bulan April 2011
s/d Juli 2011.
Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007)
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu sampel studi dan
sampel kontrol. Sampel studi adalah sebagian ibu balita KEP yang dilakukan
pendampingan gizi. Sampel kontrol adalah sebagian ibu balita KEP yang tidak
dilakukan pendampingan gizi.
Besar Sampel
Untuk mengetahui besarnya sampel dapat dipakai rumus (Purnomo,
2010).
N tot={Z∝√2 π (1−π )+Z β √π 1 (1−π 1 )+π 2 (1−π 2 ) }²(π 1−π 2) ²
Keterangan:
n : Besar sampel yang dikehendaki
Z∝ : Nilai standar normal untuk ∝ = 1,96
8
Zβ : Nilai standar normal untuk β = 0,84
π1 : Proporsi responden kelompok perlakuan = 70% adalah 0,7 yang
diharapkan
π 2 : Proporsi responden kelompok kontrol = 30% adalah 0,3 yang
diharapkan
π : proporsi gabungan = π 1+π 2
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh besar sampel yaitu:
π = π 1+π 2 = 0,7+0,3 = 0,5
n tot={1,96 √2 .0,5 (05 )+0,84√0,7 (0,3 )+0,3 (0,7 )}²(0,4) ²
= 5,520,16
= 34,4 dibulatkaan menjadi 34
Perhitungan Sampel dalam Penelitian ini sebanyak 34 responden. Besar
sampel yang diambil sebanyak 34 responden terbagai dalam 2 kelompok yang
masing-masing berjumlah 17 responden, 1 kelompok mendapat perlakuan melalui
pendampingan gizi dan 1 kelompok lainnya sebagai kontrol tanpa perlakuan
pendampingan gizi.
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah Kriteria umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dalam penelitian (Nursalam, 2007). kriteria inklusi
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah:
1) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
kabupaten Lamongan
2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
kabupaten Lamongan yang mengikuti program Posyandu (tercatat dalam
buku besar pemantauan balita)
3) Balita KEP dengan gizi kurang (BB/U ≥-3 SD s.d <-2 SD)
4) Ibu balita KEP yang bersedia di teliti dan menandatangi informed concent
2
2 2
9
5) Ibu balita KEP tidak bekerja dan Pendidikan ibu minimal lulus Sekolah
Dasar (SD)
6) KEP tanpa komplikasi (tidak sedang mengalami penyakit yang lain)
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2008). Kriteria eksklusi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam
penelitian ini adalah:
1) Ibu balita KEP dan balita KEP yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Modo Kabupaten Lamongan berpergian keluar kota selama masa
pendampingan gizi.
2) Ibu balita KEP dan balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
Kabupaten Lamongan yang tidak pernah dilakukan pendampingan gizi
yang sama dengan model pendampingan gizi yang peneliti lakukan.
3) Balita KEP dengan status gizi sangat rendah (< -3 SD)
4) Balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo kabupaten Lamongan yang
tidak mengikuti program Posyandu.
5) Keluarga balita KEP tidak tahan pangan (tidak memiliki persediaan beras
minimal 15 kg/bulan)
6) Ibu balita KEP tidak bisa membaca/buta aksara
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini sampel diambil dengan
cara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, cara ini
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Hidayat, 2007)
C. Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terdapat kegitan penelitian yang
akan dilakukan meliputi subjek penelitian, variabel yang akan diteliti dan variabel
yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2007). Kerangka kerja dalam
penelitian ini digambarkan secara skematis sebagai berikut:
Teknik Sampling:Simple Random Sampling
Desain penelitian: Quasy-Eksperiment pre-post test control group design
Sampel:Sebagian ibu yang mempunyai balita KEP
N= 34 Responden
Populasi:Semua Ibu yang mempunyai balita KEP di wilayah kerja Puskesmas Modo
Analisis perbedaan dengan uji statistik:Wilcoxon Signed Rank test dan Mann Whitney
Penyajian Hasil & Kesimpulan
Pengukuran akhir
Kelompok perlakuan n=17 Kelompok kontrol n=17
Pengukuran awal Pengukuran awal
Intervensi pendampingan gizi Tanpa Intervensi pendampingan gizi
Variabel Independent:Pendampingan Gizi
Variabel Dependen:Pengetahuan,sikap dan Perilaku Ibu serta Status Gizi
Balita KEP
10
D. Variabel Penelitian
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variable independent dan
variabel dependent.
Gambar 2. Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Model Pendampingan Gizi Terhadapa Status Gizi Balita Kurang Energi Protein di Wilayah Kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.
11
1. Variabel Independent
Variabel independent adalah suatu variabel yang nilainya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel independentnya
adalah model pendampingan gizi.
2. Variabel Dependent
Variabel Dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel
lain (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel dependentnya adalah
pengetahuan, sikap, perilaku Ibu dan status gizi balita KEP.
Definisi Operasional
Table 1 Definisi Operasional Pengaruh Model Pendampingan Gizi terhadap
Status Gizi Balita Kurang Energi Protein di Wilayah Kerja Puskesmas
Modo Kabupaten Lamongan tahun 2011.
Variabel Definisi Operasional Indikator Instrumen Skala Kategori
IndependentPendampingan gizi
Kegiatan pemberian dukungan dan layanan bagi keluarga untuk mengatasi masalah gizi, dilakukan selama tiga sesi (30 hari) yang dilanjutkan sampai 3 bulan pada setiap individu atau kelompok yang telah ditentukan.
Pemenuhan Asuhan gizi anak dalam pendampingan pengolahan makanan (MP-ASI) dan cara memberikan makanan (MP-ASI)
Modul pendampingan gizi
Dilakukan pendampingan = Kode 1
Tidak dilakukan pendampingan = Kode 2
Dependent:Pengetahuan Ibu Balita KEP
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang penyedian makanan (MP-ASI) yang bergizi.
- Mengetahui pengertian KEP
- Mengetahui pengertian makanan bergizi dan MP-ASI
- Mengetahui manfat makanan (MP-ASI)
- Mengetahui cara pengolahan makanan (MP-ASI)
- Mengetahui cara memberikan makanan (MP-ASI)
Kuesioner Ordinal Jawaban Benar = 1Jawaban salah = 0
Kategori:1. Baik : 76-100%2. Cukup : 56-75%3. Kurang : < 56%
(Arikunto, 2000)
Dependent:Sikap Ibu
Respon Ibu terhadap informasi gizi dalam pemberian makanan yang mengandung
Sikap Ibu tentang upaya pemenuhan gizi bagi balita KEP
Kuesioner Ordinal Peryataan positif : (soal No 1 s/d 7), dengan Kriteria:Sangat setuju (SS) = 5
12
energi, protein dan zat gizi lainnya.
- Memahami tentang KEP dan makanan bergizi
- Memahami cara pengolahan makanan (MP-ASI)
- Memahami cara pemberian makanan (MP-ASI)
Setuju (S) = 4Tidak setuju (TS) = 2Sangat tidak setuju (SS) = 1
Peryataan negatif : (soal No 7 s/d 14), dengan Kriteria:Sangat setuju (SS) = 1Setuju (S) = 2Tidak setuju (TS) = 4Sangat tidak setuju (SS) = 5
Kategori Skor:Sikap positif = T> mean dataSikap negatif = T< mean data (Azwar, 2003)
Dependent:Perilaku Ibu
Tindakan yang dilakukan ibu dalam pemberian makanan yang mengandung energi, protein dan zat gizi lainnya.
Ibu melakukan tindakan pemenuhan gizi balita KEP:- Menunjukkan
cara pengolahan makanan (MP-ASI)
- Memberikan makanan (MP-ASI)
Lembar Observasi
Ordinal Jawaban Ya = 1Tidak = 0
Kategori1.Kurang :≤ 55%2.Sedang : 56-75%3.Baik : 76-100%
Dependent:Status Gizi
Keadaan tubuh yang dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan seseorang.
Indeks antropometri BB/U
Timbangan, lembar observasi, dan skor Z
Ordinal 1. BB sangat rendah (gizi buruk): <-3 SD
2. BB rendah (gizi kurang); ≥-3 SD s.d < -2 SD
3. BB normal (gizi baik): ≥-2 SD s.d + 2 SD
Instrumen Penelitian
Instrument peneltian adalah alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah:
(1) Modul pendampingan gizi yang disusun oleh peneliti dengan konsultasi
kepada Kepala bagian gizi Puskesmas Modo Lamongan
(2) Alat ukur berat badan yaitu timbangan merck Infant Scale RG2-20
(3) Alat ukur panjang badan dengan menggunakan merck butterfly Brand
(4) Formulir Informed Consent
(5) Lembar observasi
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten
Lamongan
13
E. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data diperoleh setelah peneliti mendaptkan izin dan
persetujuan dari Bagian Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan, Kepala Badan
KESBANGPOL dan LINMAS, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan
dan Kepala Puskesmas Modo maka tahap-tahapan yang dilakukan adalah:
(1) Identifikasi data sekunder dan identifikasi subyek. Perolehanan data
tersebut peneliti bekerjasama dengan petugas gizi Puskesmas dan kader
posyandu untuk mendapatkan data anak KEP yang selanjutnya dilakukan
penyaringan data untuk memperoleh subjek sesuai kriteria inklusi.
(2) Melakukan koordinasi dengan pengumpul data (petugas lapangan) untuk
menyamakan persepsi tentang cara pengukuran variable penelitian.
Pengumpul data (enumerator) adalah sebanyak 3 (tiga) ibu kader.
(3) Penyamaan persepsi antara peneliti dan enumerator meliputi penyampaian
maksud dan tujuan penelitian kepada responden, teknik wawancara,
pemahaman kuesioner, penjelasan jenis data yang diperlukan, cara
memperolehnya dan cara pengisian data secara lengkap dan tepat.
(4) Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan pada orang tua/wali
subjek yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi.
(5) Intervensi dilakukan terhadap ibu balita KEP dan balita KEP selama tiga
bulan dengan melakukan pendampingan gizi pada kelompok perlakuan.
(6) Kelompok kontrol hanya dilakukan oleh tenaga posyandu penyuluhan gizi
satu kali setiap penimbangan di posyandu. Intervensi model pendampingan
dilakukan dengan tiga sesi yaitu (1) sesi pendampingan intensif pada hari
ke 1 – 7. Sesi ini dilakukan pendampingan oleh peneliti guna membantu ibu
dalam cara pengolahan makanan (MP-ASI) dan cara pemberikan makanan
(MP-ASI); (2) Sesi penguatan dilakukan pada hari ke 8 – 14. Pada sesi ini
ibu tidak didampingi setiap hari tetapi hanya dua kali seminggu, tujuannya
untuk memberi penguatan kepada ibu kesesuaian dengan rekomendasi cara
pengolahan makanan dan cara memberikan makanan (waktu pemberian,
frekuensi, porsi dan jenis) yang telah diberikan; (3) Sesi praktek mandiri
14
pada hari ke 15 – 28. Sesi ini peneliti tidak lagi mengunjungi responden
kecuali pada hari ke 30. Indikator yang dilihat adalah berat badan anak,
setelah melewati tiga sesi tersebut penelitian dilanjutkan dua bulan lagi
untuk melihat apakah ibu benar-benar telah mengerti dan mempraktekkan
rekomendasi yang telah di berikan.
(7) Pengukuran skor pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dilakukan dengan
cara pre dan post test dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran
dilakukan pada bulan ke-0, bulan ke-1, bulan ke-2 dan bulan ke-3
intervensi.
(8) Data status gizi diukur dua kali (2X) sebulan selama tiga bulan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Pengukuran antropometri dilakukan dengan
alat ukur BB dengan timbangan yang sama. Hasil pengukuran BB diolah
dengan menggunakan program WHO Antro 2005 untuk memperoleh nilai
skor Z BB/U.
Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan penyuntingan, coding, dan scoring
kemudian data disajikan dalam bentuk tabulasi, narasi dan ditabulasi silang antara
variabel dependen dengan variabel independent. Memasukkan data pada tabel
terus menghitungnya, kemudian jawaban responden diberi bobot sesuai dengan
ketentuan.
Untuk kategori pengetahuan Ibu tentang gizi dibedakan atas :
1. Baik : 76 – 100%.
2. Cukup : 56 - 75%
3. Kurang : < 56%.
Untuk kategori sikap Ibu dibedakan atas :
1. Positif : T> mean data
2. Negatif : T< mean data
Untuk kategori perilaku Ibu dibedakan atas :
1. Baik : ≥ 75%-100%
2. Cukup : 56-75%
15
3. Kurang : ≤55%
Untuk kategori status gizi Balita KEP dibedakan atas :
1. BB sangat rendah (gizi buruk) : <-3 SD
2. BB rendah (gizi kurang) : ≥-3 SD s.d < -2 SD
3. BB normal (gizi baik) : ≥-2 SD s.d + 2 SD
Data yang sudah terkumpul, dikelompokkan, tabulasi data dan kemudian
dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank test dan Mann Whitney.
Peneliti melakukan pengujian data menggunakan statistik Wilcoxon Signed Rank
test (Pre-Post) terhadap satu sampel untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan skala data ordinal dan tingkat
kemaknaan α ≤ 0,05 artinya jika hasil uji statistik menunjukkan α ≤ 0,05, maka
ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.
Uji Mann Whitney (kelompok perlakuan-kelompok kontrol) dengan derajat
kebermaknaan p < 0,05, jika hasil analisis penelitian didapatkan p < 0,05 maka Ho
ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh model pendampingan gizi terhadap
status gizi balita KEP di Wilayah Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan
F. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat community agreement dari tokoh
masyarakat dalam hal ini Kepala Badan KESBANGPOL dan LINMAS
Kabupaten Lamongan dan Kepala Puskesmas Modo Lamongan, barulah peneliti
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
Persetujuan Responden atau Informed Consent
Lembar persetujuan yang diberikan pada responden sebagai subjek yang
akan ditelti. Subjek bersedia diteliti apabila telah menandatangani lembar
persetujuan, sebaliknya jika menolak maka peneliti tidak akan memaksa diri.
Tanpa Nama atau Anonimity
Menjaga kerahasiaan identitas subjek peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner, cukup dengan
member nomor kode masing-masing lembar tersebut.
16
Kerahasiaan atau Confidentiality
Kerahasian informasi yang diberikan oleh subjek dirahasiakan oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sehingga rahasia tetap
terjaga.
G. Keterbatasan
Keterbatasan adalah bagaian dari riset keperawatan yang menjelaskan
keterbatasan dalam penulisan riset dalam setiap penelitian pasti ada kelemahan-
kelemahan yang ada, kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan (Hidayat,
2007)
Sampel
Sampel yang digunakan terbatas hanya 17 orang Ibu yang mempunyai
balita KEP dan balita KEP di masing-masing kelompok kontol dan kelompok
perlakuan di wilayah kerja Puskesmas Modo Kabupaten Lamongan.
Lembar Kuesioner
Instrumen pengumpulan data dimodifikasi dan belum pernah di uji coba,
oleh karena itu validitas dan reliabilitasnya masih perlu diuji cobakan.
4.7.3 Kemapuan Peneliti
Peneliti yang baru kali pertama melakukan penelitian ini, memungkinkan
banyak kekurangan dalam hasil penelitian maupun penulisan penelitian.
17
BAB III
ANALISIS KEBUTUHAN/RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
Tabel 2. Tabel Rancangan Biaya Pelaksanaan Program
No Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1. Bahan Habis Pakai 1.1 Administrasi Birokrasi 1 Paket 300.000 300.0001.2 Kertas A4 80 gram 4 Rim 40.000 160.0001.3 Kaset video (dokumentasi wawancara) 2 Paket 250.000 500.0001.4 Lembar kuasioner 1 OH 200.000 200.000Sub Total 1.160.000
2. Biaya Perjalanan dan Pelaksanaan Kegiatan2.1 Obsevasi dan survey 3 OH 75.000 225.0002.2 Transportasi 20x 200.000 4.000.0002.4 Modul pendampingan 34 paket 15.000 510.0002.5 Tes perilaku ibu Paket 1.500.000 1.500.0002.6 Seminar penelitian 1 Paket 1.000.000 1.000.0002.7 Modisco selama 3 bulan 1 paket 2.500.000 2.500.000Sub Total 9.735.000
3. Kesekretariatan3.1 Penggandaan Proposal Program 5 Paket 17.000 85.0003.2 Pelaporan & Penggandaan Laporan
Kemajuan dan Lapoaran Akhir10
Paket15.000 150.000
3.3 Penelusuran Pustaka 1 Paket 100.000 100.0003.4 Komunikasi 1 Paket 300.000 300.000Sub Total 635.000Total Anggaran 11.530.000
18
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Gizi (AKZI), 2003. Buku Antropometri WHO NCHS (persen terhadap median), diktat tidak dipublikasikan, Akademi Gizi (AKZI), Surabaya.
Akhmadi, 2009. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi, www.rajawan.com. Diakses tanggal 18 Januari 2011
Almatsier S, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Cipta, Jakarta
Almatsier S, 2004. Penuntun Diet. PT. Gramedia Cipta, Jakarta.
Andarwati, D. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Skripsi www.digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 18 Januari 2011.
Anoraga, Panji, 2005, Psikologi Kerja, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Edisi 4. Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 6. Rineka Cipta, Jakarta
Armar, et.al., 2000. Poor Maternal Schooling Is the Main Constraint to Good Child Care Practices in Acra. The American Society for Nurtition Sciences. Journal of Nutrition. 130:15971607.
Aswatini, dkk. 2004. Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Sosial Demografi Rumah Tangga, PKK-LIPI, Jakarta.
Azwar S, 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bakri B, 2000. Peniaian Status Gizi. Akademi Gizi Depkes Malang, Malang
Baliwati, Y.F, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009, Jakarta.
19
Departemen Kesehatan RI, 2005. Gizi dalam Angka Propinsi SulSel. Kanwil Depkes Prop. SulSel, Makassar.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Gizi dalam Angka Sampai Tahun 2003. Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Program Perbaikan Gizi Makro, http: // www. Gizi net. Kebijakan Gizi. Domnload 26 januari 2007.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Direktorat BGM Dirjen Binkesmas Depkes, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2007. Data Dasar Program Tenaga Gizi Pendamping tahun 2006. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan, Makassar
Dinkes Kabupaten Lamongan, 2007. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.
Dinkes Kabupaten Lamongan, 2008. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.
Dinkes Kabupaten Lamongan, 2009. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.
Dinkes Kabupaten Lamongan, 2010. Profil Dinkes Kabupaten Lamongan, Dinkes Kabupaten Lamongan.
Fakultas Ilmu Kesehatan. 2009. Pedoman Penyusunan Tugas Akhir (Karya Tulis Ilmiah/Skripsi), FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Gizi.Net. 2006. Prevalensi KEP di Indonesia. www. GiziNet.Com. Diakses, 12 Januari 2010.
Green L.W., 1991. Health Promotion Planning an Educational and Environmental Approach, second edition. Mayfield Publishing Company, USA: 87-150.
Hardiani, R. 2009. Pola Makan Sehat. www. Kharisma.co.id. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
20
Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Salemba Medika, Jakarta.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisi Data, Salemba Medika, Jakarta.
Jus’at I, dkk. 2000. Penyimpangan Positif Masalah KEP di Jakarta Utara dan di Pesedesan Kab. Bogor-Jabar. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII 2000. LIPI, Jakarta
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penangulangan Gizi buruk. Bhatara Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Moore, M.C. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, Edisi II, Hipokrates Jakarta.
Munawaroh, L. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola Makan Balita Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun 2006, Skripsi www. digilib.unnes.ac.id. Diakses tanggal 18 Januari 2011.
Nadimin. 2007. Buku Pedoman Pelaksanaan Pendampingan Gizi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dinkes Prop. Sulsel, Makassar.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
Noviati, 2005. Pengaruh Intensifikasi Penyuluhan Gizi di Posyandu Terhadap Arah Pertumbuhan Anak Usia 4-18 Bulan. Tesis Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Nursalam, 2007, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan, Salemba Medika, Jakarta.
Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Panggabean, Mutiara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pudjiadi. S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. FKUI, Jakarta.
21
Purnomo, Windu. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNAIR, Surabaya
Puskesmas Modo. 2007. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.
Puskesmas Modo. 2008. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.
Puskesmas Modo. 2009. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.
Puskesmas Modo. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Modo, Puskesmas Modo Lamongan.
Rahayu S, 2001. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Rohman, Faktur. 2010. Data Gizi Buruk Dinkes Surabaya Amburadul. www. fatkur.pks-surabaya.or.id. Diakses tanggal 3 Februari 2011
Santosa, Sugeng. 2003. Kesehatan dan Gizi. PT.Rieneka Cipta, Jakarta.
Sediaoetama, A.D. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Dian Rakyat, Jakarta.
Setiawan, B. 2008. Gizi Buruk dan Jerat Kemiskinan, www. unisosdem.org.com Diakses tanggal 3 Februari 2011.
Sirajuddin. 2006. Peranan Tenaga Gizi Pendamping dalam Peningkatan Status Gizi Balita. Makalah Sosialisasi Tenaga Gizi Pendamping, Makassar 15 Desember 2006.
Sirajuddin. 2007. Pengaruh tatus Gizi Anak Usia 12 – 59 Bulan di Kabupaten Selayar. Tesis Model Tungku Terhadap Sidak diterbitkan. Universitas Hasanuddin, Makassar
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Suhardjo. 2003. Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
Supariasa IDN. et.al., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
22
Susanto JC, 2003. Memahami kebutuhan gizi anak sesuai perkembangan keterampilan makan. Dalam: Seminar Ayahbunda-Nestle. Semarang.
Wigati, T.R. 2008. Resiko Pola Asuh Terhadap Kejadian Gizi Buruk pada Anak Balita di Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semapir Kota Surabaya, Tesis, www. adln.lib.unair.ac.id. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Wong, D.L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Yani, A. 2008. Buku Ajar Keperawatan, EGC, Jakarta
Zulkarnaeni, 2003. Pengaruh Pendidikan Gizi pada Murid SD Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Keluarga Mandiri Sadar Gizi di Kabupaten Wonogiri Hilir. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.