56
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH USMAN NIM : 08C20101173 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI

PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PAJAK DAERAH

DI KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

USMAN

NIM : 08C20101173

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI

PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PAJAK DAERAH

DI KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

USMAN

NIM : 08C20101173

Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

Meulaboh

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2013

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemerintah berwenang dalam mengatur kehidupan bernegara menjalankan

fungsinya dalam penyelenggaraan negara sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku dalam suatu negara. Pemerintah sudah semestinya bertanggung

jawab pada kehidupan rakyatnya. Peranan pemerintah sangat besar dalam

menjalankan kehidupan masyarakatnya.

Perubahan berbagai kebijakan nasional sebagaimana dimaksud membawa

harapan besar bagi daerah untuk membangun daerahnya dengan menggali potensi

daerahnya masing-masing sebagai sumber pendapatan daerah, khususnya

pendapatan daerah di Kabupaten Nagan Raya. Harapan dari daerah tersebut

merupakan hal yang wajar, karena diberikannya berbagai urusan pemerintahan

sebagai urusan rumah tangganya dibarengi dengan muatan kewenangan untuk

mengurus keuangannya secara otonom dalam membiayai penyelenggaraan

otonomi, baik dalam menggali sumber-sumber keuangan, pemanfaatannya serta

pertanggung jawabannya.

Fokus perhatian berkenaan dengan pembiayaan dalam penyelenggaraan

otonomi daerah bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal dari

berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari

kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pada sisi lain

berjalannya pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah dalam

membiayai daerah, memberikan peluang untuk menggali potensi daerah melalui

pungutan daerah berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai sumber

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

2

pendapatan daerah ke dalam penetapan kebijakan hukum berupa Perda. Gejala

yang tidak terhindarkan terjadi pada daerah adalah adanya beberapa perda yang

menetapkan subjek dan objek pajak daerah dan retribusi daerah dibatalkan oleh

pemerintah pusat, diantaranya dengan alasan objek yang dipungut pada pajak

daerah dan retribusi daerah tersebut pada dasarnya sudah dikenakan sebagai objek

pajak pusat, terutama dalam memberikan jawaban atas adanya dugaan telah terjadi

tumpang tindih objek pajak daerah dan retribusi daerah. Di samping itu adanya

rumor yang berkembang, sejak era reformasi terkesan pada setiap daerah saling

berlomba memperbesar tingkat pendapatan daerahnya melalui instrumen pajak

daerah dan retribusi daerah, sehingga dinilai telah menambah beban bagi investor

yang mau berusaha atau menanamkan modalnya di daerah yang bersangkutan.

Salah satu fungsi negara adalah melindungi negara dan rakyatnya. Dalam

menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan fungsinya tersebut pemerintah

atau penguasa setempat memerlukan dan atau modal yang besar. Untuk

memperoleh dana yang besar, pemerintah menyediakan pos penerimaan yaitu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu penerimaan negara

yang masuk dalam APBN adalah penerimaan pajak.

Pajak merupakan salah satu jenis penerimaan yang bersumber dari dalam

negeri, sering dikemukakan bahwa pemungutan pajak masih perlu ditingkatkan

lagi, sejalan dengan perkembangan yang ada dan di sadari bahwa banyak masalah

yang tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, sehingga menuntut adanya

penyempurnaan undang-undang perpajakan, diharapkan penerimaan negara yang

bersumber dari sektor pajak dapat lebih maksimal.

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

3

Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

pusat saja melainkan juga menjadi perhatian pemerintah daerah (pemda).

Terutama sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang

luas, nyata dan bertanggung jawab maka pembiayaan Pemerintah dan

pembangunan Daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah perlu di

tingkatkan.

Pajak daerah merupakan sumber pembiayaan yang paling penting dimana

komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah

dan retribusi daerah. Pajak daerah berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun

2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah atau retribusi

berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pemungutan daerah

sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan. Disisi lain masyarakat sebagai pihak yang diberi perlindungan memiliki

kewajiban untuk ikut serta dalam menjalankan fungsinya yang bisa ditujukan

melalui keikut sertanya dalam pembiayaan negara.

Pajak Penerangan Jalan merupakan bagian dari Pajak Daerah diharapkan

menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelengaraan pemerintah dan

pembangunan daerah untuk meningkatkan dan kesejahteraan masyarakat. Pajak

penerangan jalan atau yang sering disebut dengan pajak penerangan jalan Umum

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

4

(PJU) merupakan hal yang perlu dikaji karena menimbulkan beberapa

permasalahan di masyarakat. Pemungutan pajak penerangan jalan dilakukan

bersamaan dengan pembayaran rekening listrik. Hal ini menimbulkan adanya

anggapan pada masyarakat bahwa dengan telah dibayarkannya pajak penerangan

jalan maka masyarakat berhak menikmati secara langsung fasilitas penerangan

jalan di tempatnya atau tanpa izin PT. PLN. Hal ini selanjutnya dikenal adanya

penerangan jalan umum secara liar yang menimbulkan kerugian di pihak PT. PLN

sekaligus membawa dampak adanya kemungkinan bahaya kebakaran. Pajak

penerangan jalan merupakan salah satu sumber penghasilan negara untuk

membiayai semua kebutuhan tentang penyelenggaraan negara. Berkaitan dengan

adanya otonomi daerah maka pajak merupakan sumber keuangan daerah yang

utama. Mengingat salah satu unsur pendapatan asli daerah adalah pajak daerah.

Pajak penerangan jalan merupakan salah satu jenis pajak daerah.

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang memiliki potensi yang sangat

besar peranannya untuk dikembangkan khususnya di Kabupaten Nagan Raya.

Dalam artian untuk meningkatkan sumber pendapatan asli daerah di Kabupaten

Nagan Raya. Sebagai gambaran bisa kita lihat secara lebih luas pajak penerangan

jalan tahun anggaran 2006 sampai dengan 2012 total penerimaan pajak

penerangan jalan yang diterima oleh pemerintah daerah Kabupaten Nagan Raya

sangat memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kontribusi penerimaan

pajak penerangan jalan yang diterimanya cukup menyakinkan dengan total

sebesar 200.5 persen, dalam kurun waktu lima tahun.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

5

Penduduk sebagai orang yang berperan penting dalam mewujudkan

peningkatan Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah di

Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis ingin

meneliti tentang “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Pajak

Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Nagan Raya”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah

faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kontribusi Pajak Penerangan

Jalan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Nagan Raya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Nagan

Raya ?

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan bagi penulis sebangai bahan perbandingan antara teori yang

telah dipelajari di kampus dengan praktek yanag telah diterapkan.

b. Bagi Lingkungan Akademik

Menjadikan sebagai bahan referensi mahasiswa-mahasiswa di lingkungan kampus

agar dapat membantu proses perkuliahan.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

6

1.4.2. Manfaat Praktis

Peneliti ini berharap juga menjadikan sebagai referensi dilingkungan untuk

dapat menjadi tolak ukur bagi Pemerintah khususnya Pemerintah Daerah

Kabupaten Nagan Raya terutama dalam mengelola berbagai sumber-sumber

penerimaan daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah di Kabupaten Nagan

Raya.

1.5. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika pembahasan dalam karya Skripsi ini terdiri

dari lima bagian yaitu :

Bagian pertama terdiri dari, Pendahuluan tentang Latar Belakang,

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dari Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Pembahasan.

Bagian kedua berisi tentang Tinjauan pustaka yang digunakan sebagai

dasar pijakan dalam penulisan skripsi.

Bagian ketiga berisi tentang ruang lingkup penelitian, data penelitian

yanag didalamnya mengenai jenis dan sumber data serta pengumpulan data,

model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotensis.

Bagian kempat berisi tentang Pembahan, Statistik Deskriptif Variabel

Penelitian, Hasil Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian : Faktor-

faktor yang mempengaruhi Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pajak

Daerah di Kabupaten Nagan Raya, Analisis Laju Pertumbuhan.

Bagian lima merupakan bab penutup yang berisikan tentang simpulan hasil

dan Saran.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi

menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan

penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan

sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan

penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan

maupun penurunannya (http://vionasasya.blogspot.com) diakses 21 Oktober 2013.

2.1.1. Pengertian Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis

Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang

dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan

oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi (http://blog.unsri.ac.id)

diakses 26 Oktober 2013.

2.1.2. Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bluto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah

barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh

daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun.

penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan

harga konstan. PDRB harga atas harga berlaku merupakan nilai tmabah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun yang

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

8

bersangkutan sementasra atas harga konstan dihitung dengan menggunakan harga

pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (http://economicbappedakpkak.com)

diakses 25 Oktober 2013.

2.1.3. Kontribusi

adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.

Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang

bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak

lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu

berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan

dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,

seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana

asli di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi

penduduk maupun pendatang. (http://Feprints.uny.ac.id) diakses 20 Oktober 2013.

2.2. Pengertian Pajak

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu

banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk

mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau bangsa negara dalam pembiayaan

pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

kepentingan bersama (Waluyo 2007, h. 1).

Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh Pemerintah

dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

9

pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjukan secara langsung. Namun

secara logika pajak yang dibayar oleh masyarakat tersebut mempunyai dampak

secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan,

dan tempat-tempat umum lainnya (Suprianto 2011, h. 11).

Pajak daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Setiawan & Musri

2006, h. 349).

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,

dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan,

yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah (Muljono 2007, h. 237).

Berdasarkan definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari

pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur.

Apa bila memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak

dapat dibedakan berbagai macam ragamnya yaitu dari segi ekonomi, segi hukum,

segi sosiologi dan lain sebagainya. Hal ini juga mewarnai titik berat yang

diletakannya, sebagai contoh segi penghasilan, segi daya beli, namun kebanyakan

lebih bercorak pada ekonomi (Waluyo 2007, h. 6).

2.2.1. Prinsip-Prinsip Perpajakan

Ada dua prinsip yang lazim digunakan dalam prinsip perpajakan

diIndonesia khususnya yaitu:

a. Prinsip keuntungan, yang menyatakan bahwa individu harus dibebani

pajak dengan proporsi untuk keuntungan yang mereka dapatkan dari program-

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

10

program pemerintah. Sama seperti orang membayar uang secara pribadi dalam

proporsi untuk konsumsi mereka atau roti pribadi, pajak seseorang harus berkaitan

dengan pemakaian mereka atau barang-barang kolektif seperti jalan-jalan atau

taman-taman umum.

b. Prinsip kemampuan untuk membayar, yang menyatakan bahwa jumlah

pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus berkaitan dengan pendapatan atau

kesehatan mereka. Semakin tinggi pendapatan atau kesehatan, semakin tinggi pula

pajaknya. Biasanya sistem pajak yang diatur dengan prinsip kemampuan

membayar juga bersifat redistributive yang berarti bahwa mereka mendapatkan

dana dari orang-orang dengan pendapatan yang tinggi untuk meningkatkan

pendapatan dan konsumsi kelompok-kelompok yang lebih miskin (Samuel &

Nordhaus 2003, h. 392).

2.2.2. Tinjauan Pajak Berbagai Aspek

Masalah perpajakan tindaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan

sebangian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya

terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak

dapat di dekati atau ditinjau dari berbagai aspek (Waluyo 2007, h. 3).

a. Aspek Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang

digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.

Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Meskipun

kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan mengandalkan mekanisme

pasar bebas, mekanisme pasar bebas Pemerintah memerlukan Pajak dari

masyarakat.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

11

Pelayanan yang diberikan Pemerintah merupakan suatu kepentingan

umum (public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir

dari masyarakat akhirnya kembali kemasyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan

kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan kenaikan

pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan. Dalam negara yang

menganut ekonomi bebas, semua orang ingin dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan atau keinginan mereka, cukup makan, tersedianya perumahan yang

memadai, pelayanan kesehatan yang baik, fasilitas pendidikan yang cukup, dan

sebagainya. Ini semua dapat dicapai apabila Pemerintah mampu menyediakan

berbagai prasarana untuk menunjak pembangunan ekonomi. Prasarana dapat

berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air, listrik, dan sebagainya. Apabila prasarana

ekonomi tersebut kurang memadai otomatis perekonomian tidak dapat

berkembang.

Prasarana ekonomi tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan eko nomi

tanpa pertumbuhan ekonomi. Negara tidak dapat meningkat kesejahteraan

warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran membayar pajak,

pemerintah tidak dapat menigkat prasarana ekonominya. Untuk itu diperlukan

usaha mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber pada tabungan

masyarakat. Tabungan Pemerintah, serta penerimaan devisa yang berasal dari

ekspor dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut harus di tingkatkan

dengan cepat, sehingga peranan bantuan luar negeri semakin berkurang.

Perlu diperhatikan dalam beberapa tahun anggaran. Pemerintah selalu

mengalami defisit anggaran hal ini perlu disampaikan kepada pembayaran pajak

bahwa ekonomi nasional tidak selalu baik. Pemerintah, untuk melindungi sesuatu

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

12

yang lebih penting, sering kali harus melaksanakan kebijakan yang seolah-olah

bertentangan dengan dunia usaha tindakan untuk menurunkan inflasi, sebagai

contoh : yaitu dengan melakukan kontraksi moneter atau kebijakan uang

ketetapan sehinga tingkat bunga perbankan baik. Keadaan seperti ini tidak dapat

dijadikan dalih atau alasan bagi wajib pajak untuk melalaikan kewajibannya

(Waluyo 2007, h. 3).

b. Aspek Hukum

Hukum pajak di indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan

yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang pengaturan pemerintah,

Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan secara ketat.

Peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan yang tingkatannya lebih tinggi.

Pajak merupakan masalah keuangan negara yaitu : pasal 23 Amandemen

Undang-Undang Dasar 1945 (pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa

untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang). Meskipun Undang-

Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka

(diganti sejak Tahun 1950-1959), kemudian diperlukan kembali dengan Dekrit

Presiden Tahun 1959, undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-

undang zaman kolonial Belanda sampai pembaruan perpajakan sesuai Tahun

1983. Kemudian pembaruan kembali pada Tahun 1997 terdapat pula undang-

undang baru yang dilahirkan pada Tahun 1997 telah melahirkan yaitu Undang-

undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah, Undang-undang

Nomor 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa dan Undang-

undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

13

Pembangunan. Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan ini

memberikan dasar hukum dalam pemungutan pajak dengan kelengkapan

perundang-undangan diharapkan pemerintah dapat menegakkan dibidang

perpajakan (Waluyo 2007, h. 4).

c. Aspek keuangan

Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi hanya

lebih menitik beratkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian yang sagat

penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi

keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak

dan gas bumi, tetapi lebih berupa untuk menjadikan pajak sebangai primadona

penerimaan negara. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan

yaitu tabungan Pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam

negeri dan pengeluaran rutin. Alat ukur yang digunakan sebagai indikator efektif

dan produktifnya. Pemungutan Pajak yaitu dalam fungsinya pengumpulan

penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju

suatu sistem pajak suatu negara akan semakin tinggi (tax ratio) yaitu perbandingan

antara penerimaan pajak dan jumlah produk domestik bruto (PDB) di Indonesia

baru mencapai 11,1 persen, yang diharapakan pada Tahun 2004 dapat mencapai

16 persen (Waluyo 2007, h. 5).

d. Aspek Sosiologi

Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ini bahwa pajak ditinjau dari segi

masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas

pungutan dan hasil apakah yang dapat di sampaikan kepada masyarakat. Jelas

bahwa pajak sebangai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

14

rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berati, dengan

pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itulah, karena dana yang

dihimpun berasal dari rakyat (private saving), atau berasal dari pemerintah (publik

saving). Dengan demikian terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan

melakukan pembangunan diberbagai sektor (Waluyo 2007, h. 6).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

yang melekat pada pengertian pajak adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya komtraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerinth

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat suplus, dipergunakan untuk membiayai

publik investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur

(Waluyo 2007, h. 8).

2.2.3. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat Dan Pungutannya

Pajak dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, adalah sebagai

berikut :

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

15

2.2.4. Menurut Golongan

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembayarannya tidak dapat dilimpahkan

pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang

bersangkutan. Sebagai contoh : pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan

kepihak lain. Sebagai contoh : pajak pertambahan nilai.

2.2.5. Menurut Sifat

Pembangian pajak menurut sifat dimaksud pembedaan dan pembagiannya

berdasarkan ciri-ciri prinsip.

a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objeknya dalam arti

memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak objektif adalah Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya tanpa memerhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah.

2.2.6. Menurut Pemungutan dan Pengelolanya

a. Pajak pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea materai.

b. Pajak daerah adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak

Reklame, Pajak Hiburan (Waluyo 2008, h. 12).

Beberapa para ahli memaparkan pengertian pajak:

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

16

Pengertian pajak menurut Feldman, dalam buku De Over Heidsmiddelen

Van Indonesia (terjemahan) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh

dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran umum.

Pajak menurut Rochmat, Mengatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksa), dengan

tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Kemudian beliau

menjelaskan bahwa kata“dapat dipaksakan” artinya bila utang pajak tidak dibayar,

utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti surat paksa dan

sita, dan juga menyenderaan, terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan

adanya jasa timbal balik tertentu seperti halnya di dalam retribusi. Akan tetapi,

apa yang dikemukakan diatas kemudian dikoreksi. Dalam bukunya yang berjudul

pajak dan pembangunan, Tahun 1974, definisi tersebut diubah menjadi “pajak

adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan’’surplus’’nya digunakan untuk (public saving), yang

merupakan sumber utama untuk membiayai publik investment.

Pajak menurut Soeparman, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau

barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna

menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum. “Istilah iuran wajib diharapkan dapat memenuhi ciri bahwa

pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan wajib pajak, sehingga

perlu dihindari penggunaan istilah paksaan”. Apabila suatu kewajiban harus

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

17

dilaksanakan berdasarkan Undang-undang. Apabila kewajiban tersebut tidak

dilaksanakan, maka sebagai konsekuensinya, Undang-undang menunjukkan cara

pelaksanaannya. Hal tersebut tidak hanya dalam hal pajak saja, melainkan juga

untuk hal-hal yang lain juga dikenal. Cara tersebut terutama dimaksudkan untuk

memaksa.

Pajak menurut Adriani, Pengertian pajak adalah “iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh negara yang wajib membayarnya”.

Menurut perundang-undangan dengan tidak mendapat prestasi kembali, biaya

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi Andriani ini terlihat bahwa pajak

dianggap sebagai pengertian yang merupakan (species) dari sebuah (genus)

berupa pungutan.

Pajak menurut Smeets, dalam bukunya De Economische Betekenis der

Belastingen mengatakan pengertian pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang

terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya

adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Pudyatmoko 2004, h. 3 – 4).

2.3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak

mempunyai beberapa fungsi yaitu :

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

18

2.3.1. Fungsi Anggaran

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan

melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat

diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan

rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,

yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan

pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan

pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan

dari sektor pajak.

2.3.2. Fungsi Mengatur

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik

dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fas ilitas keringanan

pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan

bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

2.3.3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran

uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan

efisien.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

19

2.3.4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat (http://khandraa.blogspot.com diakses 19

Januari 2013).

2.4. Jenis - jenis Pajak

2.4.1. Menurut Administratif Yuridis

Dari segi yuridis suatu jenis pajak adalah suatu jenis pajak dikatakan

sebagai pajak langsung apabila dipungut secara periodik, yakni dipungut secara

berulang-ulang, tidak hanya satu kali pungut saja, dengan menggunakan

penetapan sebagai dasarnya dan kohir yaitu harus dipikul sendirir oleh wajib pajak

dan tidak dapat dilimpahkan pada orang lain. Misalnya, bea materai, Pajak

Pertambahan Nilai atas barang dan jasa (Tarigan 2005, h. 19).

Dari segi ekonomi suatu jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apa

bila beban pajak tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Jadi dalam hal ini

antara pihak yang benar-benar memikul beban pajak, merupakan pihak yang sama

(Tarigan 2005, h. 19).

2.4.2. Berdasarkan Titik Tolak Pungutannya

Perbedaan pajak dengan menggunakan dasar titik tolak pungutannya ini

akan menghasilkan dua jenis yaitu :

Pajak subyektif adalah pajak yang penggunaannya berpangkal pada diri

orang/badan yang dikenai pajak (wajib pajak). pajak subyektif dimulai dengan

menetapkan orangnya baru kemudian dicari syarat-syarat obyeknya. Jadi, yang

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

20

diperhatikan pertama kali adalah subyeknya (orang atau badan) baru kemudian

dicari obyeknya.

Pajak obyektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada obyek

yang dikenai pajak, dan untuk mengekan pajaknya harus dicari subyeknya. Jadi,

pertama-tama yang dilihat adalah obyeknya yang selain benda dapat pula berupa

keadaan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan timbulnya kewajiban

membayar, kemudian baru dicari subyeknya (orang atau badan) yang

bersangkutan langsung tanpa mempersoalkan apakah subyek itu sendiri berada di

Indonesia atau tidak. Sebagai contoh dapat dilihat dari pajak penghasilan (PPH),

(Tarigan 2005, h. 22)

2.4.3. Berdasarkan Sifatnya

Pembagian pajak dengan mendasarkan sifatnya ini akan memunculkan apa

yang disebut dengan pajak yang bersifat pribadi dan pajak kebendaan. Pembagian

yang seperti itu kurang disetujui oleh Prof. PJA. Adrian dan Prof. Smeets sebagai

nama lain pajak subyektif dan obyektif, karena dapat disalah artikan dan

ditafsirkan seolah-olah dalam menetapkan pajak ini tidak diindahkan sama sekali

pribadi seorang wajib pajak. Pada hal dalam banyak hal keadaan wajib pajak

mempengaruhinya walaupun bersifat sekunder.

Pajak yang bersifat pribadi yakni pajak yang dalam penetapannya

memperhatikan keadaan dari diri serta keluarga wajib pajak. Dalam penentuan

besarnya utang pajak, keadaan dan kemampuan wajib pajak diperhatikan.

Misalnya, status wajib pajak kawin/belum, berapa tanggungannya dan sebagainya

sehingga kemampuan bayar dari wajib pajak itu diperhatikan, atau sering kali

disebut dengan daya pukul wajib pajak itu sendiri.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

21

Pajak yang bersifat kebendaan adalah pajak yang dipungut tanpa

memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang bersifat kebendaan ini

umumnya merupakan pajak tidak langsung, sebagai contoh bea materai (Tarigan

2005, h. 22).

2.4.4. Menurut Kewenangan Pemungutannya

Menurut kewenangan pemungutannya, pajak dapat digolongkan menjadi

pajak pusat dan pajak daerah.

a. Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang kewenanganya berada

pada pemerintah pusat. Yanag termasuk pajak pusat ini adalah pajak

pengahasilan (PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB) Pajak Pertambahan

Nilai (PPN), bea materai , bea lelang, bea masuk dan bea cukai.

b. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah daerah, baik pada pemerintah provinsi maupun pemerintah

kabupaten kota. Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah disebutkan dalam pasar 2 undang-undang

tersebut (Ansari 2006, h. 2).

2.5. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Menurut Pengaturan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, Pada Bab II tentang Pajak dan Jenis Pajak, Pasal 2

adalah sebagai berikut :

2.5.1. Jenis Pajak Provinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

22

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau

penguasaan kendaraan bermotor. semua kendaraan beroda beserta gandengannya

yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya

menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan

bermotor yang dioperasikan di air.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak

milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan

sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,

atau pemasukan ke dalam badan usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan

bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah

semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.

d. Pajak Air Permukaan

Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan

air permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan

tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.

e. Pajak Rokok

Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

Pemerintah.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

23

2.5.2. Jenis Pajak Kabupaten Kota

a. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel

adalah fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait

lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk

pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,

serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

b. Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan

sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

c. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah

semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau keramaian yang

dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,

orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau

dinikmati oleh umum.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

24

e. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam

dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan

jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor.

h. Pajak Air Tanah

Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat kualitas dalam lapisan tanah atau batuan

di bawah permukaan tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan

atau pengusahaan sarang burung walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas

bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

25

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Prolehan hak atas tanah dan bangunan

adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang diperolehnya hak atas tanah dan

bangunan oleh orang pribadi atau badan (Sapto 2010, h. 19).

2.6. Tarif Pajak

Pungutan pajak tidak terlepas dari keadilan. Dengankeadilan dapat

mencibtakan keseimbangan sosial yang sangat penting untuk kesejahteraan

masyarakat. Dalam penetapan tarif harus mendasarkan pada keadilan. Yang

dimaksud dengan tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak

terutang (pajak yang harus dibayar).

Filsafah dan landasan yang menjadi latar belakang dan dasar undang-

undang ini tercermin dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem dan

mekanisme tersebut menjadi ciri dan corak tersendiri dalam system perpajakan

Indonesia karena kedudukan Undang-undang ini yang akan menjadi “ketentuan

umum” bagi perundang-undangan perpajakan yang lain (Waluyo 2005, h. 4).

Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah:

1. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dan pengabdian dan

peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama

melakukan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan

negara dan pembangunan nasional.

2. Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat

melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui system menghitug,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

26

(self assessment). Sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan

diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan

mudah untuk dipahami oleh anggota, masyarakat wajib pajak.

3. Sistem pemungutan pajak mempunyai arti bahwa penentuan penetapan

besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan

melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah

dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

perpajakan. Dengan sistem ini diharapkan pula pelaksanaan administrasi

yang terlalu membebani wajib pajak dan birokratis akan dapat dihindari.

Sejalan dengan harapan dalam upaya peningkatan pelayanan masyarakat

tersebut wewenang direktur jendral pajak yang bersifat teknis administratif

dapat dilimpahkan kepada aparat bawahannya. Dalam Undang-undang ini

digariskan bahwa administrasi perpajakan berperan aktif dalam

melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawaan, dan penetapan sanksi

sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan. Pembinaan masyarakat

wajib pajak dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain pemberian

penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media massa maupun

penerangan langsung kepada masyarakat.

4. Dengan berpegang teguh kepada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan

kesederhanaan.

Menunjang usaha terciptanya aparat perpajakan yang makin mampu dan

bersih, peningkatan pelayanan kepada wajib pajak termasuk penyederhanaan dan

kemudahan prosedur dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, peningkatan

pengawasan atas pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut, serta

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

27

peningkatan penegakan pelaksanaan ketentuan hukum yang berlaku (Waluyo

2005, h. 4).

2.6.1. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-

asas pemungutan dalam memilih alternatif pemugutannya, sehingga terdapat

keserasian pemungutan pajak dengan tujuan asas yang masih diperlukan lagi yaitu

pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak

sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the

Nature and Cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak

hendaknya didasarkan pada :

1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar

pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil

dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk

pengeluaran Pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat

yang diminta.

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,

wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

28

3. Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan

saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat

wajib pajak memperoleh penghasilan.

4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,

demikian pula beban yang pikul wajib pajak (Gujarati 2003, h. 13).

2.6.2. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah dan retribusi daerah harus mengacu pada Undang-undang

Pajak daerah dan retribusi daerah, agar dapat diberlakukan kepada masyarakat

sebagai wajib pajak atau wajib retribusi dan dengan dibuatkan peraturan daerah

oleh daerah yang bersangkutan. Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak,

adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah (Setiawan &

Musri 2006, h. 349).

Sesuaidengan bunyi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yang

dimaksud dengan pajak daerah adalah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut

Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Setiawan & Musri 2006, h. 349).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

29

2.6.3. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran yang dilakukan oleh orng pribadi atau badan

kepada daerah tampa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah

(Ahmad Yani 2002, h. 45)

2.6.4. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari

penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu

sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain- lain pendapatan yang sah.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004)

http://sonnylazio.blogspot.com diakses 27 Oktober 2013.

2.6.5. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah.

Di dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

30

pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan

pajak (Saragih 2003, h. 123).

2.6.6. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari :

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil Pengolahan kekayaan Daerah

lainnya yang dipisahkan

d. Lain- lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Ahmad yani 2002, h. 39).

Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbaru berdasarkan

Nomor 13 Tahun 2006 terdiridari : Pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang

sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan

sesuai dengan Undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek

pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan

milik daerah atau BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milik pemerintah atau BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada

perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

Jenis lain- lain Pendapatan Asli Daerah yang sah disediakan untuk

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah,

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dip isahkan dirinci

menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang

tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti

kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, atau pun bentuk lain sebagai

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

31

akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah,

penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,

pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda

pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan,

pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari

angsuran atau cicilan penjualan (Gregory 2006, h. 12).

Pendapatan asli daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan

kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk

membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah

sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam

memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat

mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah

(Rusyadi 2005, h. 52).

2.6.7. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Pemerintah daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri

dengan sebaik-baiknya maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang

cukup. Tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada

daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Pasal 157 tentang pemerintah daerah,

menyebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi :

1. Pajak Daerah

Adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ditetapkan melalui peraturan

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

32

daerah yang dikenakan pada semua obyek pajak seperti orang atau badan,

bergerak atau tidak bergerak.

2. Retribusi Daerah

Adalah pungutan yang dilakukan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa

yang diberikan oleh daerah secara langsung dan nyata.

3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Adalah penerimaan merupakan bagian laba bersih Badan Usaha Milik

Daerah yang terdiri dari laba bersih bank pembangunan daerah, bagian dari laba

bersih perusahaan daerah.

4. Penerimaan Dari Dinas-dinas Daerah

Adalah penerimaan daerah dari dinas-dinas yang tidak merupakan

penerimaan-penerimaan dari pajak daerah. Misal penerimaan dari dinas pertanian,

penerimaan dari dinas pertenakan, dari dinas kesehatan dan lain- lain.

5. Penerimaan Lain- lain

Adalah penerimaan dari selain pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba

usaha milik daerah dan penerimaan dari dinas-dinas, Misal hasil penjualan barang

milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan bermotor roda

empat dan roda dua, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah daerah, dan

lain- lain (Rusyadi 2005, h. 52).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menyangkut data jumlah pajak

penerangan jalan terhadap pajak daerah Jumlah Penduduk dan PDRB di

Kabupaten Nagan Raya. Mengingat luasnya aspek analisis maka data yang

diambil oleh penulis hanya di batasi selama 7 tahun yakni pada kurun waktu

tahun 2006 - 2012.

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yaitu data yang

dikumpulkan dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara langsung

diperoleh dari penelitian. Pada penelitian ini data yang diambil bersumber dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Studi Pustaka ( Library Research )

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang di perlukan dengan

cara membaca buku-buku dan literatur lainnya baik yang di wajibkan maupun

yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan

di bahas dalam penelitian ini.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

34

2. Penelitian lapangan ( Field Research )

Metode ilmiah ini dilakukan dengan cara mngumpulkan data sekunder

secara langsung dari sumbernya dengan cara :

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang dapat

memberikan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan di

bahas. Dalam penelitian ini, penulis ingin melakukan wawancara langsung

pada kepala kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan hasil dari semua data yang di

dapatkan dari kantor atau perusahaan, kemudian data-data tersebut di

jadikan sebagai input dalam penelitian.

3.3 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi

linear Sederhana, Analisis Korelasi, Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi

dan Uji t yang akan diolah dengan menggunakan program statistik SPSS

17.0 dengan penjelasan berikut :

3.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan sebagai alat peramal nilai pengaruh suatu

variabel bebas (x) terhadap satu variabel terikat (y), dengan rumus sebagai

berikut (Supranto 2000, h.174) :

𝒚 = 𝒂 + 𝒃1 𝒙 1+𝒃2 𝒙 2+𝒆………………………………(𝟏)

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

35

Dimana

𝑦 = Variabel terikat (kontribusi) yang dilihat dalam persen

a = koefesien regresi

b1 = Koefisien Regresi faktor 𝑥 1

b2 = Koefesien Regresi faktor 𝑥 2

𝑥 1 = Jumlah Penduduk

𝑥 2 = PDRB

E = error term

𝒚 = α +b1 Ln 𝒙 1 + b2 Ln 𝒙 2 + 𝒆 ……………………… (2)

Persamaan 2 (dua) merupakan persamaan yang akan digunakan untuk

memperkecil data kontribusi, dan pertumbuhan ekonomi dalam persen dengan

dilogaritma terlebih dahulu. Sementara untuk jumlah penduduk hanya di ukur

dalam jiwa, jadi tanpa menggunakan log Sehingga data kontribusi dan PDRB

dapat lebih kongkrit.

3.3.2. Analisis Korelasi (r)

a. Koefisien Korelasi (r)

Koefesien Korelasi merupakan indeks atau bilangan yang di

gunakan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah, atau tidak ada) hubungan

antar variabel yang datanya berbentuk data interval atau rasio. Disimbulkan

dengan r dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hasan 2002, h.233) :

𝐊𝐏𝐁 𝐫.𝟏𝟐 =𝐛𝟏∑𝐱𝟏 𝐘+𝐛𝟐 ∑𝐱𝟐 𝐘

∑𝐲𝟐 ……………………………… 3)

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

36

∑𝐲𝟐 = ∑𝐘𝟐 − (∑𝐘)𝟐

𝐧 ……………………………………….… (4)

Dimana :

KPB = Koefesien Penentu Berganda (determinasi)

Y = Variabel Terikat Kontribusi Pajak Penerangan jalan (dalam persen)

X1 = Jumlah Penduduk

X2 = PDRB (dalam persen)

b. Koefesien Korelasi Berganda

Koefesien korelasi berganda di simbolkan r r12 merupakan ukuran keeratan

hubungan antar variabel terikat dan semua variabel bebas secara bersama-sama.

Koefesien Korelasi Berganda akar dari Koefesien Determinasi Berganda di

rumuskan:

r r.12== 𝐛𝟏 ∑𝐗𝟏 𝐘+ 𝐛𝟐 ∑𝐗𝟐𝐘

∑𝐲𝟐 ………………………………… (5)

Dimana :

r = koefesien korelasi

Y = Variabel Terikat Kontribusi (dalam persen)

X1 = Jumlah Penduduk

X2 = PDRB

c. Koefesien Korelasi Parsial

Koefesien korelasi parsial merupakan koefesien dua variabel, jika variabel

lainnya konstan dirumuskan sebagai berikut :

1. Koefesien Korelasi Parsial antara Y dan X1 dimana X2 tetap

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

37

𝐫𝐫𝟏 .𝟐 =𝐫𝐫𝟏.𝟐−𝐫𝟐.𝐫𝟏.𝟐

𝟏−𝐫𝟐𝐫𝟐 𝟏−𝐫𝟏.𝟐𝟐

............................................. (6)

2. Koefesien Korelasi Parsial antara Y dan X2 dimana X1 tetap.

𝒓𝒓𝟏.𝟐 =𝒓𝒓𝟐−𝒓𝟐.𝒓𝟐.𝟏

𝟏−𝒓𝟐𝒓𝟐 𝟏−𝒓𝟐.𝟏𝟐

............................................ (7)

d. Koefisien Determinasi Parsial

Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan

besarnya pengaruh nilai suatu variabel bebas (X) terdapat naik atau turunnya

(variasi) nilai variabel terikat (Y) yang dapat dirumuskan sebagai barikut

(Hasan,2002, h. 236).

1. Koefesien determinasi Parsial antara Y dan X1 dimana X2 tetap

𝐊𝐃𝐏 = 𝒓𝟏.𝟐𝟐 𝝌𝟏𝟎𝟎% ..................................................................... (8)

2. Koefesien determinasi Parsial antara Y dan X2 dimana X1 tetap

𝐊𝐃𝐏 = 𝒓𝟐.𝟏𝟐 𝝌𝟏𝟎𝟎% ..................................................................... (9)

3.3.3. Uji t

Uji signifikasi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikasi dari pengaruh variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dan jumlah pendududk terhadap variabel terikat kontribusi secara

individual dengan rumus sebagai berikut (Hasan 2002, h. 241).

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

38

𝐭 = 𝐧− 𝐫𝟐

𝟏− 𝐫𝟐

Dimana :

n = Jumlah Tahun.

r = Koefisien Korelasi.

3.3.4. Uji F

Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefesien

regresi yang di dapat signifikan atau tidak. Uji F diperuntukkan guna melakukan

uji hipotesis koefesien regresi secara bersama-sama yaitu antara X1 dan X2

terhadap Y. Dengan rumus sebagai berikut (Nachrowi dan Usman 2006 h. 16-17):

𝐅 =𝐑𝟐/ 𝐤−𝟏

𝟏−𝐑𝟐/(𝐧−𝐤) ........................................................... (10)

Dimana :

K = banyaknya variabel bebas

R2 = koefesien determinasi

3.4. Definisi Operasional Variabel

Adapun defenisi operasional variabel dalam penelitian ini meliputi:

a. Jumlah Penduduk (X1) adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal atau

berdomisili pada suatu wilayah atau daerah yang memiliki mata pencaharian

tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang

berlaku di Kabupaten Nagan Raya dalam kurun waktu 2006-2012

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

39

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X2) adalah jumlah nilai tambah

yang ditimbulkan dari seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Nagan

Raya, yang diukur dalam jutaan rupiah dalam kurun waktu 2006-2012

c. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah (Y) Pajak

Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang

dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Pajak Daerah

merupakan pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang ditetapkan melalui

peraturan daerah dan dikenakan pada semua objek pajak seperti orang atau

badan, bergerak atau tidak bergerak di Kabupaten Nagan Raya pada kurun

waktu 2006–2012 yang di ukur dalam persen.

3.5. Pengujian Hipotesis

Hipotesa Statistik Yang Digunakan Dalam Penelitian ini adalah:

a. Ho; β=0, faktor- faktor yang diteliti tidak berpengaruh kontribusi pajak

penerangan jalan di Kabupaten Nagan Raya.

b. Hi; β ≠ 0, faktor- faktor yang teliti berpengruh terhadap kontribusi pajak

penerangan jalan di Kabupaten Nagan Raya.

Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak H1 diterima, artinya terdapat

pengaruh yang nyata antara pajak penerangan jalan terhadap faktor- faktor

yang mempengaruhinya di Kabupaten Nagan Raya

b. Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat

pengaruh yang nyata antara pajak penerangan jalan terhadap faktor- faktor

yang mempengaruhinya di Kabupaten Nagan Raya.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang Jumlah penduduk dan

Produk Regional Bruto (PDRB) dan kontribusi Pajak penerangan Jalan yang

menjadi variabel penelitian didalam skripsi ini di Kabupaten Nagan Raya dalam

kurun waktu 2006-2012.

4.1.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk di Kabupatan Nagan Raya memiliki penduduk yang

banyak didominasi oleh jenis kelamin perempuan dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.

Tabel 1

Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Di Kabupaten nagan Raya Tahun 2006 – 2012

NO Tahun Penduduk

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 2006 61513 62234 123747

2 2007 61815 62326 124141

3 2008 61914 62426 124340

4 2009 62426 62999 125425

5 2010 70606 69057 139663

6 2011 72223 70638 142861

7 2012 76164 75674 151838 Sumber : BPS Kabupaten Nagan Raya (Data Oktober 2013)

Berdasarkan tabel diatas penulis dapat menguraikan pada Tahun 2006 jumlah

penduduk Kabupaten Nagan Raya sebanyak 123.545 jiwa yang terdiri dari jumlah

penduduk laki- laki sebanyak 61.414 jiwa dan jumlah penduduk peerempuan

sebanyak 62.131 jiwa. Pada Tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Nagan

Raya sebesar 123.747 jiwa dengan rincian, jumlah penduduk laki- laki sebesar

61.513 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 62234 jiwa. Pada

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

41

Tahun 2007 jumlah penduduk di Kabupaten Nagan Raya sebesar 124.141 jiwa

yang terdiri dari jumlah laki- laki sebanyak 61.815 jiwa sedangkan jumlah

perempuan sebanyak 62.326 jiwa. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk di

Kabupaten Nagan Raya sebanyak 124.340 jiwa dengan rincian jumlah laki- laki

sebanyak 61.914 jiwa sedangkan jumlah perempuan sebanyak 62.426 jiwa. Pada

Tahun 2009 jumlah penduduk di Kabupaten Nagan Raya sebanyak 125.425 jiwa

dengan rincian jumlah penduduk laki- laki sebanyak 62.426 jiwa sedangkan

jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlh laki- laki yaitu

sebanyak 62.999 jiwa. Pada Tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Nagan

Raya yaitu sebanyak 139.663 jiwa jumlah penduduk laki- laki sebanyak 70.606

jiwa sedangkan jumlah penduduk wanita sebanyak 69.057 jiwa. Sedangkan pada

Tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Nagan Raya yaitu sebanyak 142.861

jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki- laki sebanyak 72.223 jiwa sedangkan

rincian jumlah penduduk perempuan sebesar 70.638 jiwa. Jika kita amati jumlah

penduduk di Kabupaten Nagan Raya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

baik itu dari penduduk laki- laki maupun penduduk perempuan.

4.1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel 2 Pertumbuhan Produk Regional Bruto

di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2006-2012

NO

Tahun Produk domestik

Regional Bruto

(PDRB)

Pertumbuhan

PDRB

1 2006 1.863.754.65 6,11

2 2007 1.905.922.36 24,30

3 2008 2.229.262.54 16,97

4 2009 2.375.115.21 6,54

5 2010 2.543.017.89 7,07

6 2011 2.766.291.01 8,78

7 2012 2.954.332,67 6,80 Sumber : BPS Kabupaten Nagan Raya (Data Oktober 2013)

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

42

Berdasarkan pada Tabel 2 diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

pertumbuhan PDRB Kabupaten Nagan Raya mengalami peningkatan secara

sengnifikan, keculi di Tahun 2011. Pada Tahun 2006 pertumbuhan PDRB Nagan

Raya sebesar 6,11 persen, yaitu dengan perolehan Rp 18.756.455,76. Pada Tahun

2007 pertumbuhan PDRB di Kabupaten Nagan Raya mengalami kenaikan yaitu

24,30 persen dengan perolehan sebesar Rp 1,905.922,36. Pada Tahun 2008

tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten Nagan Raya sebesar 16,97 persen

diperoleh dari Rp.2.229.262,54. Pada Tahun 2009 produk domestik bruto di

Kabupaten Nagan Raya mengalami peningkatan sebesar 13,44 persen diperoleh

dari Rp. 2.528.826,55. Pada Tahun 2010 PDRB mengalami peningkatan sebesar

11,79 persen diperoleh dari Rp.2.826.920,33. Pada Tahun 2011 produk domestic

bruto di Kabupaten Nagan Raya sebesar 8,78 persen, diperoleh dari Rp

2.766.291,01. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB di Nagan Raya semakin

membaik.

4.1.3. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah

Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten

Nagan Raya dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan Pajak

Penerangan Jalan dengan jumlah penerimaan Pajak Daerah. Besarnya kontribusi

Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah Kabupaten Nagan Raya dapat

dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

43

Tabel 3

Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Nagan RayaTahun 2006 – 2012

NO Tahun

Realisasi

Penerimaan Pajak

Penerangan Jalan

(Rp)

Realisasi

Penerimaan

Pajak Daerah

(Rp)

Kontribusi

(persen)

1 2006 1.134.874.123 2.354.765.125 48,2

2 2007 1.156.342.563 2.562.798.453 43,5

3 2008 1.196.068.974 2.706.482.529 44,2

4 2009 977.961.363 3.121.703.551 31,3

5 2010 1.236.298.134 3.223.411.898 38,4

6 2011 1.648.915.452 4.406.666.503 37,4

7 2012 1.784.490.168 5.177.766.976 34,5 Sumber : DPPKAD Kabupaten Nagan Raya (Data Oktober 2013)

Tabel 3 menjelaskan kontribusi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten

Nagan Raya selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2006 pajak Penerangan jalan

memberikan kontribusi terhadap pajak Daerah lumayan besar yaitu sebesar 48,2

persen. Tahun 2007 pajak penerangan jalan memberikan kontribusi sebesar 43,5

persen. Tahun 2008 Pajak Penerangan Jalan memberikan kontribusi sebesar 44,2

persen untuk pajak daerah Nagan Raya. Namun Tahun 2009 kontribusi Pajak

Penerangan Jalan dalam penerimaan pajak daerah Kabupaten Nagan Raya

memberikan kontribusi sebesar 31,3 persen untuk pajak daerah. Tahun 2010 Pajak

Penerangan Jalan memberikan kontribusi sebesar 38,4 persen terhadap pajak

daerah. Di Tahun 2011 Pajak Penerangan Jalan mengalami penurunan

memberikan kontribusi sebesar 37,4 persen. di Tahun 2012 kembali mengalami

penurunan dengan besaran kontribusi 34,5 persen. Jika kita amati dalam kurun

waktu 2006-2012 yang memberikan kontribusi terbesar adalah di Tahun 2006

yaitu sebesar 48,2 persen. Dan kontribusi terendah adalah tahun 2009 yaitu

sebesar 31,3 persen.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

44

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan

oleh factor- faktor yang mempengaruhi kontribusi pajak penerangan jalan terhadap

pajak daerah di kabupaten Nagan Raya, yang akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis regresi linier berganda yang akan diolah melalui

Program Statistik SPSS 17. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai

berikut:

Tabel 4

Standar Deviasi Rata-rata dan Observasi

Rata-rata Std. Deviasi Observasi

Kontribusi PPJ 39.629 5.9244 7

Jumlah Penduduk 11.786 .1069 7

PDRB 14.671 .1799 7

Sumber : Hasil Regresi (Dio lah Oktober 2013)

Berdasarkan Tabel 4 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa Rata-rata

variabel kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah (Y) di

Kabupaten Nagan Raya Selama kurun waktu 2006-2012 adalah 39.629 dengan

standar deviasi 5.924. di karenakan kontribusi Pajak penerangan jalan terhadap

pajak daerah setiap tahunnya mengalami naik turun dari tahun ketahun, hal

tersebut diakibatkan oleh indikator- indikator seperti banyaknya jumlah lampu

penerangan jalan. Sedangkan Rata-rata variable jumlah penduduk (X1) dengan

tahun yang sama 11.79 dengan Standar deviasi 0.1069 Rata-rata variabel PDRB

(X2) di Kabupaten Nagan Raya adalah sebesar 14.67 persen dengan standar

deviasi sebesar 0.1799 . Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang selama

7 (tujuh) tahun.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

45

4.2.1. Analisis Koefiesien Korelasi dan Determinasi

Tabel 5

Hasil Korelasi dan Determinasi

KontribusiI J.Penduduk PDRB

Pearson

Correlation

Kontribusi PPJ

Jumlah Penduduk

PDRB

1.000 -.452 -.807

-.452 1.000 842

-.807 ..842 1.000

Model Koefisien Korelasi (R)

Koefisien Dterminasi adjusted

Koefisien Determinasi (R2)

.911

.744

.829

Sumber : Hasil Regresi (Dio lah Oktober 20013)

Pada tabel ini terlihat koefisien korelasi antara kontribusi pajak

penerangan jalan (Y) dengan jumlah penduduk (X1) adalah -.452. koefisien

korelasi antara kontribusi pajak penerangan jalan (Y) dengan PDRB (X2) adalah .

- .807 Sedangkan koefisien korelasi antara jumlah penduduk (X1) dan PDRB (X2)

adalah 91.1 persen. Sedangkan Angka R square (R²) adalah 0.829. Hal ini ini

berarti besarnya sumbangan jumlah penduduk dan PDRB terhadap variasi (naik-

turunya) kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah sebesar 82,9

persen, sedangkan sisanya sebesar 8,9 persen disebabkan oleh faktor- faktor yang

lain.

Berdasarkan kriteria interprestasi untuk menentukan keeratan hubungan

atau korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien

korelasi sebagai patokan (Hasan 2002, h. 234) :

1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat

kuat dan positif.

2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukkan derajat hubungan yang kuat dan positif

3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukkan derajat hubungan korelasi yang sedang.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

46

4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukkan adanya derajat korelasi yang rendah.

5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang artinya hubungan derajat korelasi sangat rendah.

6. 0,0 tidak ada korelasi.

Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh jumlah penduduk

dan PDRB (X1 dan X2) terhadap kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak

daerah di kabupaten Nagan Raya, koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat

diketahui dengen menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Koefisien determinasi =R2 x 100%

Koefisien determinasi = (0,911)2 x 100%

Koefisien determinasi = 82,9%

Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai

koefesien determinasi (R2) Adjusted bernilai 0,744 persen. Dan menghasilkan R

squere (R2) sebesar 0,829 persen yang dapat diartikan bahwa 82,9 persen dapat

dijelaskan nilai yang cukup berarti yang disumbangkan oleh jumlah penduduk

dan PDRB (X1 dan X2), sedangkan sisanya sebesar 17,1 persen yang akan

dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

4.2.2. Uji Regresi linier Berganda Uji t (Parsial)

Tabel 6 Regresi linier Berganda Uji t (Parsial)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95.0% Confidence

Interval for B Correlations

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

Zero-

order

Partia

l Part

1 (Const

ant)

237.146 137.249

1.728 .159 -1.439E2 6.182E2

J.PEN 43.250 21.187 .780 2.041 .111 -15.575 1.021E2 -.452 .714 .421

PDRB -48.206 12.587 -1.464 -3.830 .019 -83.153 -1.326E1 -.807 -.886 -.791

Sumber : Hasil Regresi (dio lah Oktobel 2013)

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

47

Dari hasil perhitungan regresi linier berganda (lihat tabel coefficient) maka

persamaannya adalah :

y = 237.146 + 43.250 X1 – 48.206 X2 + e

a. Konstanta

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar .

237.146 nilai konstanta ini menyatakan apabila jumlah penduduk dan

PDRB sama dengan nol maka kontribusi pajak penerangan jalan terhadap

pajak daerah sebesar 237.146

b. Koefisien regresi X1

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai jumlah penduduk

(X1) sebesar 43.250. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah

penduduk sebesar 1 persen mengakibatkan kontribusi pajak penerangan

jalan terhadap pajak daerah akan mengalami peningkatan sebesar 43.250.

c. Koefisien regresi PDRB (X2)

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai PDRB (X2) sebesar

–48.206. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1

persen mengakibatkan meningkat sebesar –48.206.

4.2.3. Uji t (Uji Parsial/Individual)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar

variabel bebas jumlah penduduk dan PDRB (X1 dan X2) terhadap variabel terikat

kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah (Y) secara individual

dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 persen) yaitu :

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

48

a. Jumlah penduduk (X1)

Berdasarkan tabel diatas nilai thitung sebesar 2,041 > ttabel 1,533

dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.1 (derajat signifikan), maka,

H0 ditolak H1 diterima. Sehingga secara parsial jumlah penduduk mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kontribusi pajak penerangan jalan terhadap

pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya.

b. Produk Domestik Regional Bruto (X2)

Tabel diatas nilai thitung < ttabel (-3,830 < ttabel 2,313) dikarenakan nilai

probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (derajat signifikan), maka, H0 ditolak H1

diteriima. Sehingga secara parsial PDRB mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten

Nagan Raya.

4.2.4. Uji f (Uji Simultan)

Tabel 7

Hasil regresi uji F

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 174.683 2 87.341 9.728 .029a

Residual 35.912 4 8.978

Total 210.594 6

Sumber : Hasil Regresi (dio lah Oktobel 2013)

Tabel di atas terlihat nilai Fhitungl sebesar 9.728 > Ftabel sebesar 6,944

dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (derajat signifikan). Maka

H0 ditolak H1 diterima, sehingga variabel jumlah penduduk dan PDRB secara

bersama-sama (simultan) terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kontribusi

pajak penerangan jalan di Kabupaten Nagan Raya.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

49

4.3. Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas jumlah penduduk

mempunyai hubungan yang singnifikan terhadap kontribusi pajak penerangan

jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya. Artinya meskipun jumlah

penduduk pada tiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun ketahun hal ini

menunjukkan jumlah penduduk memberikan kontribusi yang singnifikan terhadap

pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan

bahwa nilai Fhitung > Ftabel. Artinya variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh

yang singnifikan terhadap kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak

daerah di Kabupaten Nagan Raya.

Jika dilihat dari nilai koefesien determinasi (R2) bahwa sumbangan yang

diberikan oleh variabel jumlah penduduk dan PDRB yang dapat mempengaruhi

kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan

Raya yaitu sebesar 82,9 persen merupakan yang dapat mempengaruhi kontribusi

pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya,

sedangkan sisanya sebesar 17,1 persen dipengaruhi oleh faktor lain.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penelitian yang dilakukan tentang Faktor- faktor Yang Mempengaruhi

Kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan

Raya, ditentukan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jumlah rata-rata kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah

di Kabupaten Nagan Raya, dalam kurun waktu 2006-2012 ssebesar 39.629

persen dan rata-rata jumlah penduduk dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun

sebesar 11,786. Sedangkan jumlah rata-rata persentase PDRB dalam kuru

waktu yang sama adalah sebesar 14.671 persen

2. Koefesien korelasi jumlah penduduk (X1) dan PDRB (X2) diperoleh R =

0.911 secara positif menjelaskan hubungan yang kuat dan positif terhadap

kontribusi pajak penerangan jalan (Y) sedangkan koefesien determinasi

(R2) menunjukan bahwa sumbangan yang diberikan oleh jumlah penduduk

dan PDRB terhadap kontribusi pajak penerangan jalan di Kabupatan

Nagan Raya sebesar 0.829, sehingga sisanya hanya 0.171 dipengaruhi oleh

variabel diluar model.

3. Hasil yang diperoleh untuk variabel jumlah penduduk nilai thitung sebesar

2.041 > ttabel 1.533 dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.1

(derajat signifikan). Artinya H0 ditolak H1 diterima maka, secara parsial

jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten

Nagan Raya. Sedangkan untuk variabel PDRB nilai thitung sebesar 3,830 =

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

51

ttabel 2,132 dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (derajat

signifikan) maka H0 ditolak H1 diterima secara parsial PDRB mempunyai

pengaruh yang singnefikan terhadap kontribusi pajak penerangan jalan di

Kabupaten Nagan Raya.

4. Dari hasil penelitian hipotesis ini maka diperoleh nilai Fhitung sebesar 9,728

> Ftabel sebesar 4,459 dikarenakan nilai probabilitasnya lebih besar dari

0.05 (derajat signifikan) maka Ho diterima H1 ditolak, sehingga variabel

jumlah penduduk dan PDRB secara bersama-sama (simultan) yang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kontribusi pajak

penerangan jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya.

5. Berdasarkan dari perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kontribusi pajak penerangan

jalan terhadap pajak daerah di Kabupaten Nagan Raya, Tahun 2006-2012

yaitu mencapai angka 82,9 persen, hasil tersebut diperoleh dari data yang

diambil penulis dari kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Nagan

Raya yang diolah dengan menggunakan SPSS 17.

5.2. Saran - Saran

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menyarankan beberapa hal

untuk pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya dalam upaya meningkatkan

pendapatan pajak daerah salah satunya pajak penerangan jalan agar lebih

mengutamakan pengembangan sektor unggulan dengan tidak mengabaikan

sektor dan sub sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

52

2. Pemerintah daerah dalam hal Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Nagan Raya ini harus

memperlengkap dan melakukan validasi data-data yang dimiliki oleh

daerah, khususnya data-data tentang pajak penerangan jalan, yang

berkerja sama dengan PT. PLN.

3. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD)

Kabupaten Nagan Raya harus melakukan perhitungan ulang terhadap

penetapan target karena target yang di tetapkan lebih besar dari

penerimaan pajak daerah maupun pendapatan asli daerah tujuannya agar

sesuai dengan potensi riil yang dimiliki.

4. Pada perusahaan baik perusahaan pemerintah maupun, perusahaan swasta

maupun masyarakat agar membayar pajak tepat pada waktu jatuh tempo

untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Nagan Raya.

5. Penelitian ini masih terbatas pada tahapan melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pajak daerah di

Kabupaten Nagan Raya, kepada peneliti lainnya disarankan untuk

melanjutkan penelitian tentang dua Sektor yang tergabung jumlah

penduduk (X1) dan (X2) dalam PDRB.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

53

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Tunggul, 2006. Pengantar Hukum Pajak . Bayumedia. Malang.

Gregory, 2006. Pendapatan Indonesia, ANDI. Yogyakarta

Gujrati, Domar. 2003. Azas - Azas dan kewenangan pajak. Jilid 1 edisi ketiga

Penerbit.

Husinyah, 2007. Kontribusi pendapatan petani karet terhadap pendapatan petani

kabupaten kutai barat. Progran study ekonomi pertanian, universitas

mulawarnan. Lamarinda.

Hasan, ikbal, 2002 .Pokok-Pokok Statistik 2 (Statistik Inferensif). Edisi 2 PT

Bumi Aksara. Jakarta.

Pudyatmoko, 2004. Pengantar Hukum Pajak. Edisi 2. ANDI. Yogyakarta

Rusyadi, Akhmad. 2005 “Peranan Pajak Reklame dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah” Universitas Islam Indonesia.

Sumber data Badan Pusat Stastistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya (Data diolah juni 2003).

Sumber data Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

DPPKAD Kabupaten Nagan Raya (Data diolah juni 2013).

J Supranto .2000. Statistik Teori dan Aplikasi Penerbit. Erlangga edisi ke-6.

Jakarta

Suprianto Edy 2011. Perpajakan di Indonesia, Edisi 1, GRAHA ILMU.

Yogyakarta.

Samuel & Nordhaus, 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. PT. Media Global Edukasi.

Jakarta.

Sapto, 2010. Pajak dan Retribusi Daerah. Andi Mattalatta. Jakarta.

Setiawan & Basri Musri, 2006 perpajakan umum, Edisi 1, PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Saragih, 2003. Retribusi dan Pendapatan daerah. Ghalia Indonesia. Bogor.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRIBUSI PAJAK ...repository.utu.ac.id/372/1/BAB I_V.pdf · Pemerintah Daerah. Pada saat ini prinsip otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata

54

Tarigan, Robinson. 2005. Pembagian Pajak dan Teori Aplikasi. Bumi Akasara,

Jakarta

Muljono Djoko 2007. PPH dan PPN untuk berbagai kegiatan usaha, Edisi 1,

ANDI offset, Yogyakarta.

Nocheowi dan Usman, 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.

Yani, Ahmad 2002. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah di

indonesia, Edisi 1, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wirartha I Made 2006. Metodelogi penelitian sosial ekonomi, Edisi 1, ANDI

offset, Yogyakarta

Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia Salemba Empat Jakarta.

_______ 2008. Perpajakan Indonesia Salemba Empat Jakarta.

_______ 2005, Perpajakan Indonesia Salemba Empat Jakarta.

http://khandraa.blogspot.com definisi-dan-fungsi-pajak. diakses 19 Mei 2012

http://Feprints.uny.ac.id. diakses 20 Oktober 2013.

http://vionasasya.blogspot.com Pengertian Pertumbuhan Penduduk diakses

21Oktober 2013.

http://economicbappedapakpak.com Pengertian PDRB dan cara Perhitungannya

diakses 25 Oktober 2013.

http://blog.unsri.ac.id teori-kependudukan diakses 26 Oktober 2013

http://sonnylazio.blogspot.com Pengerttian dan Sumber-sumber Pendapatan

diakses 27 Oktober 2013.