60
KEDUDUKAN ISTRI DALAM PERKAWINAN JUJUR PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN DI KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN PESISIR BARAT (Skripsi) Oleh NAUFAL AZMAR ALQAS NPM 1512011301 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

KEDUDUKAN ISTRI DALAM PERKAWINAN JUJURPADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN

DI KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUIKABUPATEN PESISIR BARAT

(Skripsi)

Oleh

NAUFAL AZMAR ALQASNPM 1512011301

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

ABSTRAK

KEDUDUKAN ISTRI DALAM PERKAWINAN JUJUR

PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN

DI KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI

KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

NAUFAL AZMAR ALQAS

Perkawinan jujur pada pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan

Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat dilaksanakan dengan menggunakan

uang jujur dari calon pengantin laki-laki kepada keluarga calon pengantin

perempuan. Akibat dari pelaksanaan perkawinan jujur ini adalah kedudukan istri

secara adat masuk ke dalam kekerabatan pihak suami. Permasalahan dalam

penelitian ini. Pertama, bagaimanakah pelaksanaan perkawinan jujur pada

masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten

Pesisir Barat. Kedua, bagaimanakah kedudukan istri dalam perkawinan jujur pada

masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten

Pesisir Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah empiris, dengan tipe

penelitian deskriptif dan pendekatan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik wawancara dan studi pustaka. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pelaksanaan perkawinan

jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui

Kabupaten Pesisir Barat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu prosesi adat

sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

perjodohan, lamaran dan penentuan maskawin; prosesi upacara perkawinan adat

baik di rumah pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan, serta prosesi

adat menetap setelah perkawinan yang menentukan bahwa pengantin baru

menetap di sekitar kediaman kaum kerabat suami. Kedudukan istri dalam

perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir

Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat adalah dengan diterimanya uang jujur dari

pihak suami maka istri lebih rendah dibandingkan suami, harta bawaan istri

disatukan ke dalam harta suami dan menjadi milik suami, istri masuk ke dalam

keluarga inti dan kekerabatan suami, dan kedudukan isteri diakui atau diterima

oleh masyarakat adat.

Kata Kunci: Kedudukan Istri, Perkawinan Jujur, Masyarakat Adat Saibatin

Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

THE POSITION OF THE WIFE IN JUJUR MARRIAGE ON INDIGENOUS

PEOPLE OF LAMPUNG SAIBATIN IN PESISIR TENGAH KRUI

DISTRICT OF PESISIR BARAT REGENCY

By

Naufal Azmar Alqas

ABSTRACT

An Jujur marriage to the indigenous people of Lampung Saibatin in the Central

Coast District of Krui West Coast Regency is carried out by using Jujur money from

prospective brides to prospective bride's family. The result of the implementation of

an Jujur marriage is that the wife customarily enters into the kinship of the husband.

The problem in this study. First, how to conduct an Jujur marriage to the indigenous

people of Lampung Saibatin in the Central Coast District of Krui West Coast District.

Secondly, what is the position of the wife in Jujur marriage people of Lampung

Saibatin custom in the Central Coast District of Krui West Coast Regency. The type

of research used is empirical normative, with descriptive research type and empirical

approach. Data collection is done using interview techniques and library studies.

Qualitative data analysis was performed. The results of the research and discussion

show that the practice of Jujur marriage in the indigenous people of Lampung

Saibatin in the Central Coast District of Krui West Coast Regency is carried out in

three stages namely the customary process before marriage, including mate selection,

introduction and placement, application and determination of masculinity; customary

wedding ceremonies in both the home of the groom and the bride, as well as the

customary process of settling after the marriage which determines that the newlyweds

reside around the residence of the relatives. The position of the wife in Jujur

marriages in the indigenous people of Lampung Saibatin in the Central Coast

District of Krui West Coast Regency is by receiving Jujur money from the husband

then the wife is lower than the husband, the wife's estate is consolidated into the

husband's estate and the husband's property, the wife enters the husband's core

family and kinship, and his wife's position is recognized or accepted by the

indigenous people.

Keywords:The Position of The Wife, Jujur Marriage, Indigenous People of Saibatin

Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

ii

KEDUDUKAN ISTRI DALAM PERKAWINAN JUJURPADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN

DI KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUIKABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

NAUFAL AZMAR ALQAS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum KeperdataanFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat
Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat
Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat
Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Naufal Azmar Alqas dan dilahirkan

di Bandar Lampung pada tanggal 02 Maret 1997. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Ir. Yon Farli dan Ibu Listina S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak TK Al-Amin Pahoman

dan pada tahun 2009 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD

Negeri 2 Rawa Laut. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada

tahun 2012 dan menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2015.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada

tahun 2015 melalui jalur SBMPTN. Penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) selama 40 hari di desa Bumi Tinggi, Kecamatan Bumi Agung,

Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2018.Selama menjadi mahasiswa, penulis

bergabung sebagai anggota di organisasi Persikusi. Kemudian pada tahun 2019

penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Hukum Universitas Lampung.

Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

vii

MOTO

“Ketika orang-orang menikah karena mereka pikir itulah kisah cinta

sepanjang hidup, mereka akan berpisah sesegera mungkin. karena semua kisah

cinta berakhir dengan kekecewaan. Pernikahan adalah sebuah pengakuan

dari sebuah identitas spiritual.”

(Joseph Campbell)

Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

viii

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,

aku persembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku, Ayah (Yon Farli) dan Ibu (Listina) yang selalu mencintaiku,

membimbingku dan mengasihiku dalam segala kekurangan yang ku miliki. Tak

ada di dunia ini yang kucintai melebihi kalian dan Tuhan YME. Kasihmu

membangun keinginanku untuk selalu berjuang dan terus maju.

Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

ix

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada

Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat meneyelesaikan

skripsi ini yang berjudul: “Kedudukan Istri dalam Perkawinan Jujur pada

Masyarakat Adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui

Kabupaten Pesisir Barat”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bantuan, bimbingan

serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik. Maka pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Hamzah S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan baik kritik

maupun saran serta mengarahkan penulis dan meluangkan waktunya

Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

x

sehingga proses penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan baik,

penulis sangat mengagumi beliau;

4. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang

penulis anggap sebagai ibu penyemangat, yang selalu mendorong penulis

untuk cekatan dalam menyelesaikan skripsi, terimakasih banyak untuk

beliau karena telah mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan

bimbingan baik kritik maupun saran serta mengarahkan penulis dan

meluangkan waktunya sehingga proses penyelesaian skripsi ini dapat

berjalan dengan baik;

5. Ibu Hj. Aprilianti, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik, koreksi, dan masukan yang membangun dalam

penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Dwi Rimadona, S.H., M.Kn., selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan kritik, koreksi, dan masukan yang membangun dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Rehulina, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan membantu penulis dalam perkuliahan di Fakultas

Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas

Lampung dan Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta segala

kemudahan dan bantuan selama penulis menyelesaiakan studi. Khususnya

Mba Yanti yang sudah membantu penulis untuk mengurus banyak

kebutuhan administrasi;

Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

xi

9. Informan penelitian Bapak Abdullah Mukhir selaku Punyimbang Adat dan

Bapak Tamzirullah selaku Tokoh Adat, beserta para responden penelitian

di Pekon Serai Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

Ibu Yeni Herawati, Ibu Fathimah, Ibu Salmawati, Ibu Siti Salamah dan

Ibu Zubaidah, yang telah membantu dan memberi informasi dalam

pelaksanaan penelitian.

10. Adikku yang aku sayangi, Ninda Helisia Sari yang selalu memberi

semangat dan perhatian kepada penulis. Serta seluruh keluarga besarku,

terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

11. Sahabat-sahabat seperjuanganku, Widita, Rizha, Winda, Robian,

Novalinda, Raditya, Taufiq dan Yasmin yang telah menjadi tempat

bercerita dan berkeluh kesah. Terima kasih atas semua motivasi dan

dukungannya. yang selalu ada disaat susah maupun senang, yang

membantu aku untuk terus maju menyelesaikan semua ini. Terima kasih

untuk kebersamaan, bantuan, serta canda tawa dan semangatnya selama

ini. Semoga semua impian dan cita-cita yang kita impikan dapat tercapai.

12. Sahabat-sahabat semasa SMA ku. Khususnya Ruci, Wafa, Novi, Bill, Duta

dan Vie. Terima kasih untuk kalian, semoga kita semua dapat menjadi

orang yang membanggakan.

13. Sahabat-sahabat virtual penulis. Dewi, Aric, Justin, Kira, Ryan, John,

Peggy, Dan, Aries, Chow dan Nico penulis mengucapkan terimakasih atas

semua bantuan dan dukungan moral yang yang telah diberikan selama ini.

14. Semua teman-teman perkuliahanku, Ridho, Mulei, Assyiva, Intan, Ririk,

Bima, Maul, Christy, Bambang, Raka, Angga, Nadya, Pabol, Luthfi serta

Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

xii

Adhi dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih telah menjadi bagian dari memori perkuliahan yang indah

dan berharga.

15. Teman-teman semasa KKN, Akbar, Eka, Mak, Windi, Lia dan Apri.

Terima kasih untuk 40 (empat puluh) hari yang telah kita lewati bersama.

Juga ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sutarni, Pak

Tejo dan adik – adik beserta keluarga dan seluruh aparatur perangkat Desa

Bumi Tinggi, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur.

16. Seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2015

dan Mahasiswa Himpunan Hukum Perdata Angkatan 2015.

17. Almamaterku Tercinta.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan

dan dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga

skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2019Penulis

Naufal Azmar Alqas

Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... iHALAMAN JUDUL ......................................................................................... iiHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ivPERNYATAAN ................................................................................................ vRIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viMOTO ................................................................................................................ viiPERSEMBAHAN.............................................................................................. viiiSAN WACANA ................................................................................................. ixDAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup.................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Masyarakat Adat ............................................................................... 8

1. Pengertian Masyarakat Adat....................................................... 82. Sistem Masyarakat Adat ............................................................. 103. Masyarakat Adat Lampung......................................................... 12

B. Perkawinan Adat ............................................................................... 19

1. Pengertian Perkawinan Adat....................................................... 192. Bentuk Perkawinan Adat Lampung............................................ 213. Sistem Perkawinan...................................................................... 25

C. Kedudukan Hukum Adat................................................................... 29

D. Kerangka Pikir .................................................................................. 37

III METODE PENELITIAN ..................................................................... 38

A. Pendekatan Masalah.......................................................................... 38

B. Data dan Sumber Data ...................................................................... 39

Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

xiv

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 40

D. Metode Pengolahan Data .................................................................. 40

E. Analisis Data ..................................................................................... 41

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42

A. Pelaksanaan Perkawinan Jujur pada Masyarakat Adat LampungSaibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui KabupatenPesisir Barat ...................................................................................... 42

B. Kedudukan Istri dalam Perkawinan Jujur pada Masyarakat AdatLampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui KabupatenPesisir Barat ...................................................................................... 54

V PENUTUP ............................................................................................... 66

A. Kesimpulan ....................................................................................... 66

B. Saran.................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adat Lampung merupakan masyarakat kekerabatan bertali darah

menurut garis ayah (geneologis-patrilinial), yang terbagi-bagi dalam masyarakat

keturunan menurut nenek moyang asalnya masing-masing yang disebut buay,

misalnya Buay Nunyai, Buay Unyi, Buay Nuban, Buay Subing, Buay Bolan,

Buayi Menyarakat, Buay Tambapupus, Buay Tungak, Buay Nyerupa, Buay

Belunguh dan sebagainya. Setiap Buay terdiri dari beberapa kerabat yang terikat

pada satu kesatuan rumah asal (nuwou tubou atau lamban tuha).

Masyarakat adat Lampung berdasarkan kekerabatannya terbagi dalam dua

golongan besar yakni masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat

Lampung Saibatin. Masyarakat adat Lampung Pepadun mendiami daerah

pedalaman atau daerah dataran tinggi Lampung dengan ciri khas memiliki budaya

kebangsawan yang kuat, pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan

demokratis. Nama “pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam

prosesi cakak pepadun, pepadun adalah bangku atau singgasana kayu berkaki

empat dan berukir yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga.1

1 Zuraida Kherustika dkk. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun . DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Negeri Provinsi LampungRuwa Jurai. Bandar Lampung. 1999. hlm. 38

Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

2

Masyarakat adat Lampung Saibatin atau disebut juga masyarakat Pesisir

merupakan kelompok masyarakat asli Lampung yang berdiam atau menempati

daerah-daerah pesisir pantai. Masyarakat adat ini menganut sistem kekerabatan

patrilineal (alternerend), yaitu suatu masyarakat adat yang mana para anggotanya

menarik garis keturunan ke atas melalui garis bapak, bapak dari bapak, terus ke

atas, sehingga akhirnya dijumpai seorang laki-laki sebagai moyangnya, sehingga

seorang istri yang karena perkawinannya, biasanya perkawinan dengan sistem

pembayaran uang jujur, dikeluarkan dari keluarganya, kemudian masuk dan

menjadi keluarga suaminya. Anak-anak yang lahir menjadi keluarga bapak

(suami), harta yang ada menjadi milik bapak (suami) yang nantinya diperuntukkan

bagi anak-anak keturunannya yang laki-laki.

Masyarakat adat Lampung menempatkan perkawinan sebagai masalah bersama

dalam keluarga dan seluruh anggota kerabat keluarga. Perkawinan bukan

tanggung jawab pribadi, tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh

keluarga yang terikat dalam suatu sistem kekerabatan. Pada umumnya setiap

orang Lampung Pepadun berkeinginan upacara perkawinannya dilaksanakan

dengan upacara adat. Dalam perkawinan adat biasanya seluruh masyarakat adat

yang bersangkutan ikut ambil bagian, karena perkawinan bagi masyarakat

Lampung bukan semata-mata urusan pribadi melainkan juga urusan pribadi

melainkan juga urusan keluarga, kekerabatan dan masyarakat adat.

Sistem perkawinan yang dianut oleh masyarakat adat Lampung Saibatin terbagi

menjadi dua macam, yaitu perkawinan jujur dan perkawinan semanda.

Perkawinan jujur merupakan perkawinan yang dilakukan dengan menggunakan

Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

3

uang jujur. Artinya di sini antara calon pengantin dan pihak keluarga laki-laki dan

keluarga wanita sudah sama-sama setuju dengan perkawinan yang akan

dilakukan. Perkawinan semanda merupakan perkawinan yang tidak dilakukan di

mana pihak pria tidak membayar uang jujur sepenuhnya. Hal ini berakibat

mempelai pria setelah kawin harus tinggal di rumah kerabat istri untuk bekerja

membantu pekerjaan atau usaha kerabat istri sampai saat saudara pria dari istri

dewasa, menikah dan dapat mandiri.2

Masyarakat adat Lampung Saibatin hingga kini masih memegang teguh adat

pemberian uang sebelum pelaksanaan perkawinan atau yang disebut dengan jujur

(jujukh). Uang jujur (jujukh) ini dimaknai sebagai pemberian wajib kepada

kerabat pihak calon istri pada saat lamaran. Proses ini adalah suatu tanda

penyerahan harta kekayaan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Harta itu

berupa uang dan terkadang diiringi dengan harta lain yang disebut sesan atau

benatok, seperti perhiasan, sandang dan pangan, perkakas rumah tangga seperti

almari, tempat tidur beserta isinya. Itu semua merupakan contoh dari barang

bawaan pada saat lamaran yang diserahkan kepada orang tua atau wali calon

pengantin perempuan yang disaksikan oleh kerabat-kerabatnya.

Uang jujur merupakan uang pemberian pihak laki-laki kepada pihak perempuan

pada perkawinan jujur. Perkawinan jujur sendiri merupakan bentuk perkawinan di

mana pihak laki-laki memberikan uang jujur kepada pihak perempuan. Benda

yang dapat dijadikan sebagai jujur biasanya benda-benda yang memiliki kekuatan

magis. Pemberian jujur diwajibkan dalam rangka mengembalikan keseimbangan

2 Hilman Hadikusuma, Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Mandar Maju. Bandung.1999, hlm. 42

Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

4

magis yang menjadi goyah karena terjadinya kekosongan pada keluarga

perempuan yang pergi karena pernikahan tersebut.3

Perkawinan jujur dapat dijumpai pada masyarakat patrilineal dengan ciri umum

yaitu istri wajib bertempat tinggal di kediaman suami atau keluarga suami. Secara

singkat, jujur adalah dimana muli (gadis) yang diambil oleh mekhanai (bujang)

untuk menjadi istrinya. Sebab itulah, mekhanai dan keluarganya harus

menyerahkan/membayar uang adat kepada ahli si muli berdasarkan permintaan

dari ahli keluarga si muli. Sedangkan permintaaan si muli kepada sang mekhanai

disebut kiluan juga harus dibayar/dipenuhi oleh sang mekhanai. Kiluan ini

menjadi hak si muli. Perkawinan dengan cara jujukh/Sakicik Betik, cara ini

dilakukan terang-terangan yaitu keluarga si bujang melamar langsung si gadis.

Lamaran dilakukan setelah ada kecocokan hari, tanggal pernikahan, uang jujukh

pengeni jama hulun tuha dan benda balak. Dalam sistem perkawinan jujukh ini

maka kedudukan seorang perempuan dari kelompok masyarakat adat Lampung

Saibatin berpindah tanggung jawabnya dari keluarga inti (pihak perempuan)

masuk ke dalam keluarga inti pihak laki-laki, sehingga hal-hal yang berkaitan

dengan masalah kekerabatan adat sepenuhnya menjadi hak pihak laki-laki.

Pemberian uang jujur atau jujukh dalam perkawinan adat diwajibkan atas calon

suami kepada calon istri. Pemberian ini merupakan salah satu syarat dari sahnya

suatu perkawinan menurut adat. Apabila uang jujur atau jujukh ini tidak diberikan

oleh laki-laki kepada perempuan maka perkawinan yang telah direncanakan bisa

3 M. Adnan Bahsan, Zulchilal Bahsan, dan Badri Bahsan, Pelestarian Nilai-nilai Adatdan Upacara Perkawinan Adat Lampung Pesisir, Tanjung Karang, 1982, hlm.6.

Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

5

batal. Pemberian itu haruslah sesuai dengan apa yang telah disepakati kedua belah

pihak (calon suami dan calon istri).

Perkawinan sistem jujur juga mengenal istilah mentudau, yaitu apabila muli akan

meninggalkan keluarganya dan tidak akan mendapat warisan dari keluarga si muli,

baik harta dan juga adok dari keluarga asal. Selanjutnya si muli akan diantar oleh

sanak keluarganya menuju rumah calon suami dan sepenuhnya akan menegakkan

rumah tangga dan keluarga suami. Biasanya muli yang mentudau ini akan

berangkat ke rumah suaminya dengan membawa keperluan rumah tangga yang

cukup di mana barang-barang bawaan kebayan ini dinamakan benatokyang hak

dan kekuasaannya melekat pada istri. Suami tidak berhak atas benatok tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa uang jujur sebagai harta atau uang yang diberikan

pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebelum dilaksanakannya akad nikah.

Uang jujur ini merupakan syarat sah dalam perkawinan. Uang jujur ini muncul

karena adanya perkawinan jujur, yaitu suatu bentuk perkawinan yang bertujuan

untuk meneruskan garis keturunan dari pihak laki-laki (ayah). Dalam perkawinan

semacam ini pihak laki-laki harus menyerahkan sesuatu sebagai jujur. Esensi dari

perkawinan jujur adalah istri ikut atau masuk ke dalam keluarga suami.4

Kedudukan anak perempuan di dalam keluarga Lampung Saibatin dalam hal

perkawinan dan pewarisan berada dalam kepemimpinan dan pengayoman

keluarga besar, khususnya anak laki-laki tertua. Pemahaman ini mempertegas

bahwa anak laki-laki tertua menjadi titik sentral dalam pewarisan pada masyarakat

4 Ibid, hlm.7.

Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

6

adat Lampung Saibatin, dan berhak menerima serta menjadi penanggung jawab

atas harta warisan orang tua, dengan pemanfaatannya untuk semua ahli waris.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis melaksanakan penelitian

yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Kedudukan istri dalam

perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir

Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

dirumuskan:

a. Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat?

b. Bagaimanakah kedudukan istri dalam perkawinan jujur pada masyarakat adat

Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir

Barat?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah ruang lingkup hukum keperdataan dengan

spesifikasi hukum perkawinan adat. Lingkup kajian penelitian ini adalah

pelaksanaan perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin. Lingkup

lokasi penelitian adalah Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

dan waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun 2019.

Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan menganalisis:

a. Pelaksanaan perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

b. Kedudukan istri dalam perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai upaya pengembangan ilmu

pengetahuan, ilmu dibidang Hukum Keperdataan khususnya dibidang hukum

perkawinan adat.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai upaya pengembangan

kemampuan dan pengetahuan hukum bagi Penulis khususnya pemahaman

pada bidang ilmu pengetahuan hukum perkawinan dan sebagai bahan

informasi bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi mahasiswa Bagian

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Masyarakat Adat

1. Pengertian Masyarakat Adat

Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama dalam suatu

tempat tertentu yang berinteraksi secara terus menerus dalam jangka waktu yang

tidak tertentu, sehingga menimbulkan pola-pola yang menjadi ciri-ciri, dan

mempunyai kebudayaan sendiri yang dipertahankan.5 Masyarakat adat sebagai

komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun temurun yang hidup di

wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi ekonomi, politik,

budaya dan sosial yang khas, masyarakat ini masih memegang nilai-nilai tradisi

dalam sistem kehidupan.

Masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah satu sama lain saling sama

adat istiadatnya maupun sistem kekerabatannya berbeda dengan penduduk asli

struktur kekerabatan adatnya patrinial sedangkan penduduk pendatang struktur

kekerabatannya adanya matrinial, tetapi dalam kenyataannya mereka dapat hidup

rukun dan damai. Oleh karena itu, hukum adat pada masyarakat yang satu berbeda

dengan hukum masyarakat lainnya, walaupun hukum yang demikian itu lahir dari

nilai yang sama, kebutuhan yang sama, akan tetapi penerapannya disesuaikan

dengan konteks waktu, tempat, dan personal, maka keberlakuan hukum

5 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990,hlm. 28.

Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

9

masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat lainnya. Pengertian masyarakat

adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa orang manusia yang dengan

atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan saling mempengaruhi satu

sama lainnya.

Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, menerangkan masyarakat hukum adat

merupakan satu kesatuan manusia saling berhubungan dengan pola berulang tetap,

yaitu suatu masyarakat dengan pola-pola perilaku yang sama, di mana perilaku

tumbuh dan diwujudkan oleh masyarakat, dari pola tersebut diwujudkan aturan-

aturan untuk mengatur pergaulan antar masyarakat. Suatu pergaulan hidup dengan

pola yang sama, hanya akan terjadi apabila adanya suatu komunitas hubungan

dengan pola berulang tetap.6

Ruang lingkup hukum adat dapat dilihat dari dua sisi yaitu ruang lingkup dalam

arti tempat (space) dan ruang lingkup dalam arti substansi. Berdasarkan pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adat adalah suatu`perilaku atau

pedoman hidup masyarakat yang tercermin dalm kehidupan sehari-hari dalam

suatu masyarakat atau kebiasaan yang terwujud atau diterapkan pada manusia atau

pada tingkah laku manusia sehari-hari. 7

Hukum adat merupakan hukum asli bangsa Indonesia yang bersumber pada

peraturan-peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang yang

dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.8 Di dalam hukum adat

terdapat bagian yang sangat penting yaitu masyarakat hukum adat yakni

6 Soleman B. Taneko dan Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta,2000, hlm. 12.

7 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 21.8 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 115.

Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

10

sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga

bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas

dasar keturunan.9

Hukum adat adalah aturan kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat, sejak

manusia diturunkan ke muka bumi, maka ia memulai hidupnya berkeluarga,

kemudian bermasyarakat, dan kemudian bernegara. Sejak manusia itu berkeluarga

mereka telah mengatur dirinya dan anggota keluarganya menurut kebiasaan

mereka. Apabila dilihat dari perkembangan hidup manusia, terjadinya hukum itu

mulai dari pribadi manusia yang diberi Tuhan akal pikiran dan perilaku.

Perilaku yang terus menerus dilakukan perorangan menimbulkan “kebiasaan

pribadi”. Apabila kebiasaan pribadi itu ditiru oleh orang lain, maka ia akan juga

menjadi kebiasaan kebiasaan orang tersebut. Lambat laun di antara orang yang

satu dan orang yang lain di dalam kesatuan masyarakat melakukan perilaku

kebiasaan tadi. Kemudian apabila seluruh anggota masyarakat melakukan perilaku

kebiasaan tadi, maka lambat laun kebiasaan itu menjadi “adat” dari masyarakat

tersebut. Adat adalah kebiasaan masyarakat sebagai keharusan yang berlaku

dalam lingkungan tempat tinggal atau daerahnya, dilakukan oleh anggota

masyarakat dan menjadi tradisi atau budaya masyarakat itu sendiri sehingga

menjadi “hukum adat”.

2. Sistem Masyarakat Adat

Sistem masyarakat adat merupakan keseluruhan adat dan hidup dalam masyarakat

berupa kesusilaan, kebiasaan dan kelaziman yang mempunyai akibat hukum.

9 Soleman B. Taneko dan Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm.12.

Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

11

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hukum adat merupakan hukum yang

mengatur tingkah laku manusia dalam hubungan satu sama lain, baik yang

merupakan keseluruhan dalam kelaziman dan kebiasaan yang benar-benar hidup

di masyarakat adat karena di anut dan dipertahankan dalam anggota-anggota

masyarakat baik berupa hukum yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang

merupakan keseluruhan peraturan-peraturan apabila dilanggar akan dikenakan

sanksi adat berupa celaan atau dikeluarkan dari lingkungan masyarakat.

Sistem masyarakat adat membentuk masyarakat hukum adat dalam masyarakat

hukum sebagai berikut:

a. Masyarakat Hukum Teritorial

Masyarakat hukum teritorial adalah masyarakat yang tetap dan teratur, yang

anggota-anggota masyarakatnya terikat pada suatu daerah kediaman tertentu,

baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun dalam kaitan

rohani sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh leluhur. Para anggota

masyarakatnya merupakan anggota-anggota yang terikat dalam kesatuan yang

teratur baik ke luar maupun ke dalam. Di antara anggota yang pergi merantau

untuk waktu sementara masih tetap merupakan anggota kesatuan territorial itu.

Begitu pula orang yang datang dari luar dapat masuk menjadi anggota

kesatuan dengan memenuhi persyaratan adat setempat.

b. Masyarakat Hukum Genealogis

Masyarakat atau persekutuan hukum yang bersifat genealogis adalah suatu

kesatuan masyarakat yang teratur, di mana para anggotanya terikat pada suatu

garis keturunan yang sama dari satu leluhur, baik secara langsung karena

hubungan darah (keturunan) atau secara tidak langsung karena pertalian

Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

12

perkawinan atau pertalian adat. Menurut para ahli hukum adat di masa Hindia

Belanda masyarakat yang genealogis itu dapat dibedakan dalam tiga macam

yaitu yang bersifat patrilinial, matrilinial dan bilateral atau parental.

c. Masyarakat Teritorial-Genealogis (Campuran)

Masyarakat hukum teritorial-genealogis adalah kesatuan masyarakat yang

tetap dan teratur di mana para anggotanya bukan saja terikat pada tempat

kediaman pada suatu daerah tertentu, tetapi juga terikat pada hubungan

keturunan dalam ikatan pertalian darah dan atau kekerabatan.10

3. Masyarakat Adat Lampung

Berdasarkan adat istiadatnya penduduk suku/adat Lampung terbagi dalam dua

golongan besar yakni masyarakat Lampung beradat pepadun dan masyarakat

Lampung beradat saibatin atau pesisir/peminggir.

a. Masyarakat Lampung Saibatin

Menurut istilahnya saibatin berasal dari kata sai atau satu, yang dimaksudkan

adalah persatuan para Punyimbang adat dan Punyimbang marga untuk

permusyawaratan dalam melaksanakan peradilan adat yang diadili para

pemuka adat setempat. Saibatin sesusngguhnya berarti permusyawaratan

(peradilan) yang diadakan oleh paksi-paksi adat untuk menyelesaikan

peristiwa-peristiwa adat yang terjadi dengan rukun dan damai.

Masyarakat Lampung saibatin seringkali juga dinamakan Lampung pesisir

karena sebagian besar berdomisili disepanjang pantai timur, selatan dan barat

Lampung Saibatin bermakana satu batin atau memiliki satu junjungan hal ini

10 Rafael Raga Maran, Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar.Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hlm. 26-27.

Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

13

sesuai dengan tatanan sosial dalam suku saibatin, hanya ada satu raja dalam

setiap generasi kepemimpinan. Masyarakat Lampung Saibatin terbagi dalam

perserikatan adat:

1) Kelompok marga putih.

2) Kelompok marga pertiwi.

3) Kelompok marga kelumbayan.

4) Kelompok marga badak.

5) Kelompok marga limau.11

Adat Saibatin berazaskan persamaan derajat dan hak antar marga Saibatin. Hal

ini sesuai dengan tatanan sosial dalam suku Saibatin, hanya ada satu raja adat

dalam setiap generasi kepemimpinan serta musyawarah dan mufakat dalam

persidangan Punyimbang yang sederajat. Semua keputusan yang di hasilkan

merupakan kemufakatan bersama para Punyimbang (tokoh adat) yang terdiri

dari tamanggung yang mewakili dan para paksi. Struktur kepenyimbangan

dapat di ketahui dari strata hirarki gelar adat yang berlaku dalam kebumian

masing-masing. Penobatan seseorang yang berasal dari kerabat penyimbang

menjadi penyimbang resmi beserta pemberian gelar sesuai dengan

kedudukannya dalam adat menurut adat dalam masyarakat Saibatin, pada

umumnya saat upacara proses perkawinan adat. Sedangkan apabila terjadi

permasalahan atau suatu kasus di dalam kepunyimbangan pemekonan, maka

di adakan musyawarah tamunggung yang di pimpin oleh Punyimbang arga

dan yang berhak memutuskan adalah Punyimbang marga yang di setujui oleh

para tamunggung.

11 Abdullah A. Soebing, Kedatuan di Gunung Keratuan di Muara, UI Press, Jakarta,1983. hlm. 54.

Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

14

Masyarakat adat Saibatin merupakan sebutan untuk masyarakat adat suku

Lampung yang bermukim di daerah sepanjang Pantai Teluk Lampung, Teluk

Semangka, Krui Semangka, Krui Belalau, yang disebut orang Melinting

sebagai Meningting Raja Basa, peminggir Semangka dan Krui-Belalau. Selain

itu tergolong penganut adat Saibatin adalah orang-orang Ranau/Muara Dua,

Komering/ Kayu Agung yang berdiam di daerah Sumatera Selatan.

Masyarakat adat Lampung Saibatin menggunakan bahasa Lampung dalam

dialek Belalau atau dialek Api dengan berbagai logat yaitu logat Belalau, logat

Krui, logat Melinting, logat Way Kanan, logat Pubian, logat Sungkay dan

logat Jelema Daya atau logat Komering.12

Masyarakat Lampung Saibatin dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok:

1. Belalau/Krui, terdiri dari Sakau, Liwa, Kembahang, Batu Bekhak, Kenali,

Sekincau.

2. Peminggekh Semaka, terdiri dari Belungu, Benawang, Pematang Sawah,

Way Ngarip.

3. Peminggekh Pemanggilan, terdiri dari Kelumbayan, Pekhtiwi, Putih Doh,

Badak, Limau, Waylima, Gunung Alip.

4. Peminggekh Teluk, terdiri dari Teluk Betung, Menanga Khatai, Punduh

Pidada.

5. Melinting, terdiri dari Jabung, Melinting, Sekampung Udik, Sekampung

Ilir.

6. Meninting, terdiri dari Dantaran, Raja Basa, Ketibung.

12 Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hlm. 13.

Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

15

7. Komering/ Kayu Agung

8. Semendawa Suku I, Semendawa Suku 2, Semendawa Suku 3, Buai

Pemuka

9. Ranau/ Muara Dua

10. Cikoneng Banten13

Masyarakat Saibatin ditandai oleh kesempatan menduduki jabatan sebagai

kepala adat, terbatas sampai tingkat Kepala Adat Pekon dengan syarat telah

ada wilayah dan ada pengikutnya, dengan kata lain Ngangkat Saibatin. Kepala

adat tingkat marga (marga geneologis) secara turun-temurun (tidak pernah

bertambah). Di lihat dari strukturnya, maka masyarakat adat Saibatin

dikelompokkan pada masyarakat hukum Adat Bertingkat, karena masyarakat

terbagi dalam masyarakat hukum lainnya di mana beberapa masyarakat

hukum bawahan tunduk pada hukum atasan.

Tertatanya masyarakat adat Lampung yang beradat Saibatin adalah Piil

pesenggiri, piil (dari kata fiil bahasa Arab) artinya perilaku dan pesenggiri

maksudnya bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban.

Piil pesenggiri merupakan potensi sosial budaya daerah yang memiliki makna

sebagai sumber motivasi agar setiap orang dinamis dalam usaha

memperjuangkan nilai-nilai positif, hidup terhormat, dan dihargai di tengah-

tengah kehidupan masyarakat. Marga Saibatin sangat berpegang teguh pada

agama yang dianutnya karena agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan

bermasyarakat antar marga Saibatin. Masyarakat Saibatin menganut sistem

13 Ibid. hlm. 15

Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

16

kekeluargaan unilateral patrilinial murni dan masih percaya bahwa benda-

benda kuno atau antik mempunyai kekuatan sakti, misalnya alat perlengkapan

adat seperti alam geminser dan awan geminser, yaitu alat upacara adat

Saibatin yang dianggap mempunyai ketinggian dan keagungan Saibatin.

Masyarakat Lampung mempunyai falsafah yaitu sebagai berikut:

1) Juluk Adek, yaitu semua anggota masyarakat lampung mempunyai gelar

adat.

2) Nemui Nyimah, yaitu sikap pemurah, terbuka, suka memberi dan

menerima dalam arti material sesuai dengan kemampuan.

3) Nengah Nyappur, yaitu suka bergaul dan bermusyawarah dalam

menyelesaikan suatu masalah.

4) Sakai Sambayan, yaitu saling tolong menolong dan bergotong royong.

5) Piil pesenggiri, yaitu pantang mundur tidak mau kalah dalam sikap, tindak

dan perilaku.

b. Masyarakat Lampung Pepadun

Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi

Lampung. Berbeda dengan saibatin yang memiliki budaya kebangsawan yang

kuat, pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Nama

“pepadun” berasal dari perangakat adat yang digunakan dalam prosesi cakak

pepadun, pepadun adalah bangku atau singgasana kayu berkaki empat dan

berukir yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga.14

14 Zuraida Kherustika Op.Cit. hlm. 38

Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

17

Masa kekuasaan Mataram berlaku peradilan di bawah pimpinan jaksa selaku

wakil kesultanan mataram. Untuk menyelesaikan perkara-perkara adat yang

tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kerabat yang bersangkutan. Jadi pepadun

yang sesugguhnya berarti permusyawaratan adat yang diadakan oleh perwatin

adat untuk menyelesaikan peristiwa adat yang terjadi dengan rukun dan damai.

Masyarakat pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti

garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi pada

anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “penyimbang”. Gelar

penyimbang ini sangat dihormati dalam adat pepadun karena menjadi penentu

dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini akan

diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari penyimbang. Berdasarkan sejarah

perkembangannya, masyarakat pepadun berkembang di daerah Abung, Way

Kanan, dan Way Seputih (Pubian).

Masyarakat adat Lampung Pepadun disebut juga Lampung Siwo Mego. Secara

bahasa Siwo berarti Sembilan dan Mego berarti marga, dengan demikian Siwo

Mego berarti masyarakat Lampung Abung yang memiliki sembilan marga

geneologis, yaitu Buay Unyi, Buay Unyai, Buay Uban, Buay Subing, Buay

Beliuk, Buay Kunang, Buay Selagai, Buay Anak Tuha dan Buay Nyerupa.

Masyarakat adat Lampung Siwo Mego menempati wilayah tanah yang ada di

sekitar Way Rarem, Way Terusan, Wai Pengubuwan dan Way Seputih.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Lampung berdialek “o” atau nyow.

Masyarakat Lampung Abung Siwo Mego berasal dari keturunan Ratu

Dipuncak. Ratu Dipuncak pada mulanya bermukim di daerah Sekala Beghak

Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

18

ini keturunan Ratu Dipuncak menyebar ke masing-masing daerah, ada yang ke

Utara dan ada yang ke Selatan di antaranya ke daerah Komering dan Kayu

Agung Sumatera Selatan dan lain sebagainya. Sedangkan yang lain lagi untuk

pertama kali ke daerah Way Abung Lampung Utara. Di Way Abung ini

keturunan Ratu Dipuncak mengadakan kata sepakat tentang adat mereka yaitu

adat Lampung Abung Siwo Mego.

Pembentukan kesatuan Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga), diawali

pertemuan di suatu tempat di pinggir Way Abung, di sinilah pertemuan dan

perundingan pada Siwo Mego yang pertama dengan keputusan delapan orang

saudara Nunyai mendapat hak adat ngejuk ngakuk, tetapi belum mendapat adat

kebumian. Besarnya pengakuk untuk Nunyai tetap 600 (enam ratus)

sedangkan bagi yang lain baru 400 (empat ratus). Mereka yang menjadi saksi

atau peninjau hanya boleh mendengar dan mengetahui (belum mendapatkan

hak keadatan), dari sinilah lahir istilah Abung Siwo Mego atau Pak Sumbai.

Masa Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga) sekitar abad ke-18. Suatu

sistem keterbukaan adat telah diberlakukan sejak zaman Minak Trio Diso,

yakni adanya sistem Mewari (adopsi) untuk menjadi anggota adat Abung bagi

orang-orang dari luar, di mana orang-orang yang diadopsi ini menjadi sama

hak dan kewajibannya di dalam kemasyarakatan dan adat, dan mereka pun

menjadi pimpinan (penyimbang) pula pada buwai masing –masing. Disamping

itu ada pula di antara penyimbang-penyimbang tersebut yang melakukan

“Seba” ke Banten. Penyimbang-penyimbang yang telah seba dan para

penyimbang yang atas persepakatan yang disahkan oleh perwatin, lalu

Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

19

membentuk persekutuan bersama, yakni sebanyak sembilan migo termasuk

keturunan dari Minak Trio Diso sebagai penyimbang inti. 15

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa masyarakat adat Lampung terdiri dari

masyarakat Lampung Saibatin dan Papadun yang secara kekekrabatan terikat oleh

hubungan pertalian adat, yaitu kerabat yang ditimbulkan karena adanya ikatan

perkawinan dan adat, kerabat yang disebabkan karena pergaulan sehari-hari, dan

saudara sekandung. Sistem kekerabatan dalam kehidupan masyarakat adat

Lampung menganut prinsip patrilineal.

B. Perkawinan Adat

1. Pengertian Perkawinan Adat

Menurut Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang

didasarkan pada ketuhanan Yang Maha Esa.

Ketentuan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI), menyebutkan bahwa

perkawinan adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau untuk menaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Tergantung budaya

setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda

juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep

15 A. Abdulah Soebing. Kedatuan di Gunung Keratuan Di Muara. Uni Press. Jakarta1983. hlm. 41-43

Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

20

perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya

dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Nani Soewondo menegaskan

bahwa dalam masyarakat adat, perkawinan tidak hanya menjadi kepentingan

orang-orang yang bersangkutan, tetapi seluruh keluarga dan masyarakat adat juga

ikut berkepentingan. Perkawinan harus merupakan perbuatan yang “terang”,

karena pelanggaran adat yang mungkin dilakukan oleh salah satu anggota, dapat

mengggangu kebahagian hidup dan ketertiban seluruh keluarga dan masyarakat

yang bersangkutan. Inilah sebabnya, kepala adat selalu turun tangan langsung

dalam proses pelaksanaan perkawinan.16

Dengan demikian di dalam perkawinan sudah jelas mengenal yang dinamakan

kekerabatan yaitu kekerabatan patrilineal dan matrilineal. Pengertian patrilineal

adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan yang berasal dari

pihak ayah. Penganut patrilneal di Indonesia antara lain adalah suku Batak, suku

rejang dan suku Gayo. Sedangkan matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang

mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari kata mater

yang artinya ibu dan linea yang artinya garis. Jadi matrilineal berarti mengikuti

garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. 17

Adanya perbedaan bentuk hukum perkawinan adat lebih disebabkan karena

terdapatnya perbedaan sistem kekerabatan atau sistem keturunan yang dianut oleh

masing-masing masyarakat adat di Indonesia. Di kalangan masyarakat adat yang

mengatur sisem kekerabatan “patrilneal”, maka hukum perkawinan adat yang

16 Nani Soewondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. GhaliaIndonesia, Jakarta, 1984, hlm. 42

17 Eman Suparman. Hukum Waris Indonesia (Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW).Bandung: PT Rafika Aditama, 2005, hlm. 11.

Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

21

berlaku adalah bentuk perkawinan “jujur”. Di daerah Rejang disebut “beleket”,

“mangoli” di Batak, “nuku” di Palembang, “nagkuk,hibal” di daerah Lampung.

2. Bentuk Perkawinan Adat Lampung

Menurut ketentuan-ketentuan adat sistem perkawinan masyarakat Lampung

Saibatin menganut dua bentuk yaitu:

a. Perkawinan Nyakak atau Perkawinan Jujur

Perkawinan ini disebut perkawinan jujur karena lelaki mengeluarkan uang

untuk membayar jujur/jujukh kepada pihak keluarga gadis (calon istri).

Dengan diterimanya uang atau barang jujur oleh pihak perempuan berarti

setelah perkawinan, istri akan mengalihkan kedudukannya ke dalam

kekerabatan suami selama dia mengikatkan dirinya dalam perkawinan itu atau

sebagaimana berlaku di daerah Lampung untuk selama hidupnya.

b. Sistem Perkawinan Cambokh Sumbay atau Perkawinan Semanda

Perkawinan semanda pada umumnya berlaku di lingkungan masyarakat adat

yang “matrilineal” dalam rangka mempertahankan garis keturunan pihak ibu.

Bentuk perkawinan ini merupakan kebalikan dari bentuk perkawinan jujur,

pihak suami tidak mengeluarkan uang jujur kepada pihak isteri, bahkan

sebaliknya berlaku adat pelamaran dari pihak perempuan pada pihak laki-laki.

Suami setelah melaksanakan akad nikah melepaskan hak dan tanggungjawab

dan berkewajiban mengurus dan melaksanakan tugas-tugas di pihak isteri.

Masyarakat adat suku Lampung Saibatin yang menganut garis keturunan Bapak

(patrilineal) mengenal dua jenis perkawinan secara adat yaitu:

Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

22

a. Sistem perkawinan Nyakak atau Mantudaw disebut juga perkawinan “jujukh”

karena si bujang harus mengeluarkan uang untuk membayar jujukh (bandi

lunik) kepada pihak keluarga gadis (calon istri). Sistem perkawinan ini dapat

dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

1) Cara Sebambangan, yaitu si gadis dilarikan oleh si bujang dari rumahnya

dibawa ke rumah adat atau kerumah si bujang. Biasanya pertama kali si

gadis ditempatkan di rumah adat atau Jukhangan baru dibawa pulang ke

rumahnya oleh keluarga si bujang. Tata cara adat sebambangan sampai

penyelesaiannya sebagai berikut:

a) Tengepik artinya peninggalan, yaitu benda sebagai tanda kepergian

gadis bersuami, berupa surat dan sejumlah uang yang ditinggalkan si

gadis ketika ia berangkat meninggalkan rumahnya untuk menuju ke

tempat bujang yang dicintainya. Uang Tengepik bernilai 20 rial (Rp.

20.000,- Rp. 200.000,-). Menurut adat gadis itu harus berangkat dari

rumahnya sendiri, bukan dari ladang atau tepat lain. Sesampainya si

gadis di tempat si bujang, maka orang tua keluarga bujang harus segera

melaporkan kepada Punyimbangnya. Punyimbang segera mengadakan

musyawarah menyanak untuk menunjuk utusan yang akan

menyampaikan kesalahan kepada pihak gadis, disebut ngattak

Pengundur senjata.

b) Pengundur senjata atau tali pengendur atau juga disebut ngattak salah,

adalah tindakan yang dilakukan pihak kerabat bujang yang melarikan

gadis dengan mengirim utusan yang membawa keris adat dan

menyampaikannya kepada kepala adat pihak gadis. Ngattak

Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

23

(mengantar) Pengundur senjata ini harus dilakukan di dalam waktu 1 x

24 jam di dalam kota atau 3 x 24 jam di luar kota setelah gadis berada

di tangan kerabat bujang. Pengundur senjata ini harus diterima kepala

adat gadis dan segera pula ia memberitahukan keluarga gadis dan

menyanak wari lainnya, serta menyatakan bahwa anak gadis mereka

sudah berada di tangan kepala adat pihak bujang. Biasanya setelah

Pengundur senjata disampaikan, pihak bujang segera mengirimkan

bahan makanan kepada pihak gadis. Bahan makanan itu berupa

rempah-rempah sayuran dan ikan untuk makanan sehari-hari.

c) Cakak Ngumung, Anjau Kepunyimbangan, Sujud, apabila telah didapat

berita bahwa pihak gadis bersedia menerima pihak bujang, maka pihak

bujang mengirim utusan tua-tua adatnya untuk cakak ngumung (naik

bicara), guna menyatakan permintaan maaf dan memohon

penyelesaian agar sebambangan itu dapat diselesaikan dengan baik ke

arah perkawinan. Jika tiada aral melintang, maka dari pertemuan yang

telah diadakan kedua belah pihak, maka dilakukan anjau

kepunyimbangan (kunjungan menantu pria), di mana calon mempelai

pria diantar oleh beberapa anggota keluarganya untuk

memperkenalkan diri kepada keluarga orang tua gadis. Dapat

dilanjutkan dengan acara sujud, di mana kepunyimbangan diantar oleh

kerabatnya untuk diperkenalkan dan bersujud pada semua tua-tua adat

pihak gadis dalam suatu acara tertentu di tempat gadis.

d) Pegadu Rasan, Cuwak Mengan, setelah acara anjau kepunyimbangan,

sujud dilakukan pihak bujang maka sampailah pada acara pegadu

Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

24

rasan, yaitu mengakhiri pekerjaan, maksudnya melaksanakan akad

nikah dengan acara nyuwak mengan (mengundang makan), di mana

pada suatu hari yang telah ditentukan dilaksanakan akad nikah kedua

mempelai dan pihak pria mengundang semua kerabat pihak wanita

untuk makan bersama dan para undangan sebagai tanda bahwa acara

perkawinan itu berlangsung dengan baik, rukun dan damai.

Sebagaimana biasanya pihak wanita menyampaikan pesan (barang

bawaan) mempelai wanita, yang nilainya seimbang atau lebih dari

nilai-nilai biaya adat dan biasa lainnya yang telah disampaikan pihak

pria. Dalam penyelesain adat perkawinan sebagai akibat terjadinya

sebambangan itu dipihak pria berlaku acara-acara seperti tindih sila,

posok, pemberan gelar dan sebagainya. Begitu juga pemberian gelar

dari pihak wanita ketika berlaku acara sujud. Namun ada kemungkinan

dikarenakan permintaan pihak mempelai wanita maka acaranya

menjadi besar, di mana mempelai wanita “diulikan” (digadiskan

kembali), artinya diambil kembali oleh orang tuanya untuk

melaksanakan acara bumbang aji atau ibal sebu.

Pada masyarakat adat Lampung merupakan peristiwa yang diagung-

agungkan dan diwujudkan dalam pelaksanaan upacara perkawinan adat

(begawi). Begawi dilaksanakan bersamaan dengan proses pengambilan

gelar, yaitu seseorang berhak mendapatkan gelar tertinggi dalam adat,

yaitu gelar Suttan. Selain itu upacara perkawinan juga bertujuan untuk

meningkatkan status adat seseorang dalam kekerabatan, hal ini

Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

25

dikarenakan seseorang telah mempunyai kesempatan untuk duduk dalam

sesat atau balai adat bersama-sama dengan para penyimbang lainnya pada

saat bermusyawarah peradilan adat. Terlebih lagi bagi keluarga anak tertua

laki-laki, di mana keluarga rumah tangganya akan menjadi pusat

kepemimpinan kerabat bersangkutan. Masyarakat Lampung menempatkan

perkawinan sebagai masalah bersama dalam keluarga dan seluruh anggota

kerabat keluarga. Perkawinan bukan tanggung jawab pribadi, tetapi

merupakan tanggung jawab bersama seluruh keluarga yang terikat dalam

suatu sistem kekerabatan.

2) Cara Tekhang/ Sakicik Betik, cara ini dilakukan terang-terangan yaitu

keluarga si bujang melamar langsung si gadis. Lamaran dialakukan setelah

ada kecocokan hari, tannggal pernikahan, uang jujukh pengeni jama hulun

tuha, benda balak (maskawin). Dalam sistem tekhang ini uang Tengepik

dan surat pemberitahuan tidak ada.

b. Sistem perkawinan Cambokh Sumbay ini disebut juga perkawinan Semanda.

Untuk perkawinan ini calon suami tidak mengeluarkan jujukh kepada calon

istri, si bujang setelah akad nikah melepaskan tanggung jawab terhadap

keluarganya, selanjutnya ia bertanggung jawab kepada kelurga istrinya.18

3. Sistem Perkawinan

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan YME. Di dalam hukum perkawinan adat

dikenal adanya beberapa sistem perkawinan yaitu:

18 Ibid. hlm. 16

Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

26

a. Perkawinan monogami adalah perkawinan antara seorang pria dan seorang

wanita. Bentuk perkawinan ini paling ideal dan sesuai dengan ajaran agama

serta Undang-Undang Perkawinan.

b. Perkawinan poligami adalah perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari

satu wanita. Berkaitan dengan poligami ini juga dikenal perkawinan poliandri

yaitu perkawinan antara seorang wanita dengan lebih dari satu pria.

c. Perkawinan eksogami adalah perkawinan antara pria dan wanita yang

berlainan suku dan ras.

d. Perkawinan endogami adalah perkawinan antara pria dan wanita yang berasal

dari suku dan ras yang sama.

e. Perkawinan homogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan

sosial yang sama. Contohnya, pada zaman dulu anak bangsawan cenderung

kawin dengan anak orang bangsawan juga.

f. Perkawinan heterogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan

sosial yang berlainan.

g. Perkawinan cross cousin adalah perkawinan antara saudara sepupu, yakni

anak saudara laki-laki ibu (anak paman) atau anak dari saudara perempuan

ayah.

h. Perkawinan parallel cousin adalah perkawinan antara anak-anak dari ayah

mereka bersaudara atau ibu mereka bersaudara.

i. Perkawinan eleutherogami adalah seseorang bebas untuk memilih jodohnya

dalam perkawinan, baik itu dari klen sendiri maupun dari klen lainnya.19

19 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1990,hlm. 67-68

Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

27

Adapun bentuk-bentuk perkawinan adat secara umum adalah sebagai berikut:

a. Bentuk perkawinan menurut susunan kekerabatan, terdiri dari:

1) Perkawinan pada susunan kekerabatan patrilineal, si wanita berpindah ke

dalam kekerabatan suaminya dan melepaskan diri dari kerabat asal.

2) Perkawinan pada susunan kekerabatan matrilineal, meskipun telah terjadi

perkawinan, namun suami istri masing-masing tetap berada pada

kelompok kerabatnya sendiri, sedangkan anak-anak masuk ke kelompok

kekerabatan ibunya.

3) Perkawinan pada susunan kekerabatan parental, setelah perkawinan suami

istri masuk ke dalam kerabat suami dan kerabat istri. Anak-anak juga

masuk dalam kerabat bapaknya dan kerabat ibunya.

b. Bentuk perkawinan anak-anak

Perkawinan ini dilakukan terhadap calon suami dan istri yang belum dewasa,

yang biasanya dilaksanakan menurut ketentuan hukum islam, sedang pesta

dan upacara menurut hukum adat ditangguhkan. Sebelum upacara perkawinan,

suami belum boleh melakukan hubungan suami istri, ditangguhkan sampai

mereka dewasa dan dilangsungkan pesta dan upacara menurut hukum adat.

c. Bentuk perkawinan permaduan

Permaduan adalah ikatan perkawinan antara seorang pria dengan dua atau

lebih wanita dalam waktu bersamaan. Pada daerah yang mengenal lapisan

masyarakat, wanita yang dari lapisan tinggi (sama) dijadikan istri pertama dan

wanita yang dari lapisan bawah dijadikan istri (kedua dan seterusnya). Para

istri yang dimadu (selir), masing-masing beserta anaknya berdiam dan

membentuk rumah berpisah satu sama lain.

Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

28

d. Bentuk perkawinan ambil anak

Perkawinan ini terjadi pada kekerabatan patrilineal, yaitu pihak laki-laki tidak

perlu membayar jujur, dengan maksud mengambil si laki-laki (menantunya)

itu ke dalam keluarganya agar keturunannya nanti menjadi penerus silsilah

kakeknya. Bentuk perkawinan ini juga bisa terjadi pada masyarakat semendo

yang disebut perkawinan semendo ambik anak, dalam rangka penerus silsilah

menurut garis perempuan.

e. Bentuk perkawinan mengabdi

Perkawinan ini terjadi sebagai akibat adanya pembayaran perkawinan yang

cukup besar, sehingga pihak laki-laki tidak mampu membayarnya. Dalam

bentuk ini suami istri sudah mulai berkumpul, sedang pembayaran perkawinan

ditunda dengan cara bekerja untuk kepentingan kerabat mertuanya sampai

jumlah pembayaran perkawinan terbayar lunas.

f. Bentuk perkawinan meneruskan (sororat)

Adalah suatu perkawinan seorang duda (balu) dengan saudara perempuan

mendiang istrinya. Perempuan tersebut meneruskan fungsi istri pertama tanpa

suatu pembayaran (jujur). Perkawinan ini disebut kawin turun ranjang atau

ngarang wulu (Jawa).

g. Bentuk perkawinan mengganti (leverat)

Adalah perkawinan yang terjadi apabila seorang janda yang menetap di

lingkungan kerabat suaminya, kawin dengan laki-laki adik mendiang

suaminya. Perkawinan ini sebagai sarana perkawinan jujur, yang di

Palembang dan Bengkulu dikenal dengan kawin anggau. 20

20 Ibid, hlm. 69-70

Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

29

C. Kedudukan Hukum Adat

Kedudukan hukum adat khususnya pada masyarakat Lampung berporos pada

prinsip keturunan menurut garis bapak (patrilineal) di mana kedudukan anak laki-

laki tertua (anak Punyimbang) memegang kekuasaan sebagai kepala rumah tangga

yang bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, kerabat dan marga atau

masyarakat adatnya. Terdapat perbedaan kedudukan hak dan kewajiban antar

kerabat ayah dan kerabat ibu, yang berfungsi sebagai pengatur adalah pihak laki-

laki dan pihak perempuan hanya bersifat membantu. Anak laki-laki tertua menjadi

titik sentral dalam pewarisan pada masyarakat adat Lampung Saibatin yang

berhak menerima dan menjadi penanggung jawab atas harta warisan orang tua,

sedangkan pemanfaatannya untuk semua ahli waris.

Sistem kekerabatan Lampung yang berpokok pangkal pada satu rumah besar

(lamban balak dan lamban gedung) anak Punyimbang tidak hanya berfungsi

sebagai pemimpin keluarga tetapi juga berfungsi sebagai pengayom keluarga.

Pengayom keluarga tidak hanya memimpin keluarga dalam adat kekerabatan saja

tetapi mencakup keseluruhan fungsi sebagai anak Punyimbang adat dan

Punyimbang marga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap keluarga dan

marga adatnya. Misalnya saja sebagai pengganti ayah, anak Punyimbang harus

membesarkan adik-adiknya, mendidik dan membiayai sekolah adik-adiknya,

menanggung beban pengeluaran kehidupan sehari-hari serta bertanggung jawab

membiayai pernikahan adik-adiknya.

Masyarakat Adat Lampung mengelompokkan anak yang berhak mendapat waris

dibedakan menjadi:

Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

30

a. Anak Kandung

Semua anak yang dilahirkan dari suatu hubungan perkawinan yang sah

menurut ketentuan hukum adat maupun hukum negara ataupun ketentuan

agama Islam. Dari sudut status dapat dibedakan antara anak kandung laki-laki

dan perempuan adat. Anak kandung adat adalah anak kandung yang sudah

dilakukan upacara adat oleh orang tuanya yang disebut dengan upacara

selamatan. Upacara ini dimaksudkan sebagai media pengumuman dan

penegasan kepada anggota masyarakat adat bahwa suatu keluarga adat sudah

bertambah anggotanya, disamping itu juga memenuhi perintah petunjuk

agama islam. Sedangkan anak yang belum dilakukan upacara selamatan untuk

tetap sebagai anak kandung adat. Karena dalam aturan adat saibatin suatu

keturunan yang sedarah tetap sebagai anak kandung adat terutama anak laki-

laki tertua. Anak kandung adat yang mewarisi kedudukan dan harta warisan.

b. Anak Angkat

Adalah seorang anak yang bukan hasil keturunan dari kedua orang tua suami

istri namun dianggap oleh orang tua angkatnya sebagai anak keturunannya

sendiri. Anak angkat tersebut akan diresmikan atau akan ditetapkan sebagai

anak orang tua yang mengangkatanya dengan suatu upacara adat tertentu.

Pengangkatan anak atau adopsi dalam masyarakat Lampung dapat dilakukan

karena suatu keluarga tidak mempunyai anak sama sekali, atau karena

keluarga hanya mempunyai anak perempuan saja tidak mempunyai anak laki-

laki. Seorang anak angkat dengan status anak angkat adat bisa menjadi

pelanjut keturunan dari orang tua angkatnya.

Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

31

c. Anak Pungut

Anak yang bukan hasil keturunan dari perkawinan kedua orang tua yang

dirawat serta dianggap oleh orang tua angkatnya sebagai anak turunannya

sendiri. Anak pungut hampir sama dengan anak angkat namun pada anak

pungut pelaksanaannya tanpa melalui suatu upacara adat sehingga ia tidak

mempunyai status adat, karena ia akan menjadi tenaga pekerja dan membantu

kegiatan sehari-hari dalam suatu keluarga adat tersebut. Oleh karena itu anak

pungut tidak mempunyai hak dalam mewarisi.

d. Anak di Luar Perkawinan

Anak yang di lahirkan dari suatu hubungan perkawinan yang tidak sah atau

perkawinan yang terjadi setelah ibunya hamil lebih dahulu. Anak di luar

perkawinan ini tetap mempunyai hak waris dari orang tua laki-lakinya karena

anak ini adalah keturunan sedarah, jadi anak ini tetap bisa menjadi pemimpin

dalam suatu masyarakat adat. Anak yang demikian ini pada masyarakat

Lampung adalah anak yang hina namun tetap dihormati oleh masyarakat biasa

karena anak ini adalah anak kandung adat. 21

Laki-laki sebagai tokoh adat berkedudukan sebagai simbol dari marga yang di

wakilinya, tokoh adat ini berperan penuh dalam memimpin upacara-upacara adat,

mulai dari upacara perkawinan, upacara kematian dan upacara-upacara adat

lainnya. Tokoh adat ini tingkatannya berbeda-beda antara lain:

21 Ibid. hlm. 39-41.

Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

32

a. Kerabat Punyimbang Marga, adalah kerabat yang bertindak sebagai penguasa

adat, penguasa tanah ulayat, pemegang alat perlengkapan dan kekayaan adat.

Berlambang warna putih sebagai simbol ketinggian seorang raja Saibatin

(payung agung warna putih, warna pakaian serba putih).

b. Kerabat Punyimbang Tiyuh, adalah kerabat yang bertindak sebagai penguasa

adat, setingkat kampung penguasa tanah ulayat pemegang alat perlengkapan

dan kekayaan adat tingkat kampung. Berlambang warna kuning (payung

agung warna kuning, warna pakaian serba kuning).

c. Kerabat Punyimbang Adat, adalah kerabat yang bertindak sebagai penguasa

adat, setingkat kampung penguasa tanah ulayat pemegang alat perlengkapan

dan kekayaan adat kampung. Berlambang warna kuning (payung agung warna

kuning, warna pakaian serba kuning).

d. Kerabat Punyimbang Suku, adalah kerabat yang bertindak sebagai penguasa

adat, setingkat kampung penguasa tanah ulayat pemegang alat perlengkapan

dan kekayaan adat tingkat suku. Berlambang kuning (payung agung warna

kuning, warna pakaian juga serba kuning).

e. Golongan Orang Asing adalah pendatang yang tidak menetap dan bukan

anggota pada suatu marga Saibatin, sering disebut juga ulun luwah yang tidak

memiliki simbol apapun dari marga Saibatin tersebut. 22

Masyarakat Adat Lampung Saibatin merupakan kelompok masyarakat adat

Lampung yang menjaga kemurnian daerah dalam mendudukkan seseorang pada

jabatan adat yang oleh sekelompok masyarakat Lampung yang disebut

Kepunyimbangan. Saibatin sesungguhnya diartikan status yang ada dalam adat

22 Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hlm. 50

Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

33

untuk membina kerukunan dalam bermasyarakat yang mengikat hubungan

persaudaraan sehingga berkembang menjadi suatu kedudukan dengan adanya

penyimbang Saibatin.

Penyimbang adalah seseorang yang berhak mewarisi masalah adat, berarti yang

berhak menduduki jabatan sebagai kepala adat atau pimpinan adat yang

kepemimpinannya diwarisi secara turun-temurun sejak dahulu pada anak-anak

laki-laki yang tertua. Sedangkan penyimbang bila dihubungkan dengan masalah

keturunan umumnya berarti anak penyimbang nyawa (anak laki-laki tertua) yang

berhak mewarisi semua harta kedudukan pangkat di lingkungan kekerabatan adat

dari pihak ayahnya. Orang Lampung secara historis berasal dari daerah Skala

Berak (daerah penggunungan bukit barisan sekitar Krui), kemudian melakukan

perpindahan. Dalam perpindahan tersebut rombongan terpecah menjadi 2 bagian.

Bagian yang pertama melewati bagian dalam daerah Lampung, sedangkan bagian

kedua mengmbil jalan menyusuri sepanjang daerah pantai Lampung dan

kelompok inilah yang selanjutnya dinamakan masyarakat adat Lampung Saibatin.

Tingkat susunan masyarakat adat pada masyarakat adat Lampung Saibatin

tersebut dipengaruhi oleh agama Islam yang masuk dari Banten, tingkat susunan

masyarakat adat ini dapat dikatakan sudah tidak ada pengaruh. Namun di

kalangan Saibatin sewaktu-waktu masih nampak penonjolan kebangsawan

desanya, contohnya dalam hal penggunaan adok (gelar) pada masyarakat adat

yang menunjukkan status sosial sesorang. Sebaliknya, di kalangan masyarakat

adat itu masih nampak sisa-sisanya sehingga masih ada anggapan bahwa golongan

yang satu lebih rendah dari golongan yang lain. Adanya anggapan demikian ini

Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

34

telah menyebabkan angkatan muda Lampung menjadi tidak begitu tertarik lagi

untuk melaksanakan upacara-upacara adat yang masih bersifat feodal desa.

Adat istiadat masyarakat Saibatin memutuskan seseorang tidak dapat menaikkan

status adatnya walaupun memiliki potensinya seperti kekayaan, kharisma, bila

tidak mempunyai garis keturunan. Kedudukan dalam adat berdasarkan turun

temurun (ascribed status). Kedudukan adat yang dikenal dengan nama

penyimbang, hanya dapat diperoleh dengan turun temurun. Aturan status adat ini

selain menyangkut kedudukan sebagai pemimpin adat, berlaku juga dengan

berbagai atribut yang dikenakan, yang berlaku pada umumnya hanya pada waktu

upacara adat dan majelis keadatan atribut tadi merupakan status simbol.

Masyarakat adat Saibatin masih memegang hukum adat dan menjunjung tinggi

berbagai aturan, norma dan kebiasaan yang sudah berkembang dalam masyarakat.

Salah satunya adalah menyangkut rangkaian atau proses perkawinan, masyarakat

Saibatin akan tetap berpegang teguh pada aturan adat dan hukum adat yang

berlaku.

Sistem Kekerabatan dalam Adat Lampung Saibatin cenderung diikat oleh

hubungan adat dan hubungan batin secara alamiah. Kecenderungannya mengarah

ke masyarakat “Paguyuban” atau tipe “Gemeinschaft” yang telah dipengaruhi pula

oleh tipe “Geselscaft” yakni masyarakat “Patembayan”. Pertemuan dua tipe ini

akibat adanya asimilasi kebudayaan yang timbul dari perkawinan penduduk asli

dengan pendatang. Apabila kegiatan yang bersifat kekeluargaan maka tipe

paguyuban lebih menonjol, tetapi bila kegiatan bersifat sosial kemasyarakatan

maka yang nampak adalah tipe patembayan.

Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

35

Hal ini dapat dipahami di mana pemikiran masyarakat sedang dalam proses

transisi dari pola tradisional menuju pola modern. Gambaran hubungan

kekerabatan berdasarkan hubungan darah dan perkawinan serta kepunyimbangan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam hubungan kerjasama dalam

penyelesaian suatu masalah atau pekerjaan yang berat, semua harus dilibatkan

untuk kerjasama atau bergotong-royong sampai dengan asal nenek (lebu). 23

Kekerabatan yang berdasarkan hubungan kelurga patrilineal (bapak) merupakan

pokok utama dalam menangani suatu pekerjaan berat yang diatur dalam adat di

mana rasa ini terpanggil dari dasar hubungan darah, sedangkan hubungan

kekerabatan yang berdasarkan kepunyimbangan, didasari bahwa rumah keluarga

hanya merupakan bilik (kamar) dari rumah besar (Lamban Balak, Gedung) di

mana kepala adat tinggal. Dengan kata lain sebuah kelurga merupakan unit kecil

dari suatu kesebatinan (Bandakh, pimpinan adat). Apabila bujang dan gadis

berlarian untuk kawin, maka perbuatan mereka itu disebut sebambangan. Dilihat

dari pihak gadis, gadis yang pergi bersuami atas kehendaknya sendiri disebut

nakat. Apabila si gadis diambil pihak bujang dengan jalan paksa (ditarik dan

sebagainya) bukan atas kehendaknya sendiri, maka perbuatan itu disebut ditekep.

Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan pelanggaran adat muda-mudi, tetapi

kebanyakan dapat diselesaikan dengan damai oleh tua-tua adat kedua pihak.

Selain itu pandangan hidup orang Lampung Saibatin di jiwai oleh rasa harga diri

yang disebut dengan Pi’il Pesenggiri, yang terdiri dari:

23 Ibid. hlm. 17

Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

36

1) Sakai Sembayan

Meliputi pengertian yang luas termasuk di dalamnya gotong royong, tolong

menolong, bahu-membahu dan saling memberi segala sesuatu yang diperlukan

bagi pihak lain, bukan hanya bersifat materi saja tetapi juga dalam arti moril

dan pemikiran

2) Nemui Nyimah

Berarti bermurah hati, ramah-tamah terhadap semua pihak baik orang dalam

sekeluarga atau orang lain

3) Nengah Nyappur

Berarti keharusan ikut bergaul di tengah masyarakat dengan ikut serta

berpartisipasi dalam segala hal yang baik

4) Bejuluk Beadok

Diwarisi turun-temurun menghendaki agar seseorang di samping mempunyai

nama, juga diberi gelar sebagai panggilan untuknya. Ini berarti perjuangan

dalam meningkatkan derajat kehidupan dalam masyarakat

Sistem kekerabatan masyarakat Lampung Saibatin cenderung aristokratis karena

kedudukan adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan dan tidak ada

upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.

Ciri lainnya adalah perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya

adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki

tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adok,

yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Selain itu,

ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan

sebagai bagian dari arak-arakan adat, di antaranya dalam prosesi pernikahan

Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

37

D. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan skema di atas dapat terlihat bahwa muli dan mekhanai yang akan

melaksanakan perkawinan adat dalam masyarakat Adat Lampung Saibatin dapat

menempuh perkawinan jujur. Dalam sistem perkawinan jujur ini maka kedudukan

seorang perempuan dari kelompok masyarakat adat Lampung Saibatin berpindah

tanggung jawabnya dari keluarga inti (pihak perempuan) masuk ke dalam

keluarga inti pihak laki-laki, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan masalah

kekerabatan adat sepenuhnya menjadi hak pihak laki-laki. Penelitian ini akan

membahas mengenai pelaksanaan perkawinan jujur pada masyarakat adat

Lampung Saibatin dan kedudukan istri dalam perkawinan jujur.

Perkawinan Adat

Perkawinan Jujurpada Masyarakat Adat

Lampung Saibatin

Pelaksanaan perkawinanjujur pada masyarakat adat

Lampung Saibatin

Kedudukan istri dalamperkawinan jujur

Muli Mekhanai

Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

38

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah,yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.24

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-

undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat.25

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang

menggambarkan secara jelas, terperinci, dan sistematis mengenai peristiwa hukum

tentang kedudukan istri dalam perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

24 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Pengantar,Rajawali Press, Jakarta, 2014, hlm. 6.

25 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,2004, hlm. 24.

Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

39

3. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan empiris

adalah penelitian lapangan yang meneliti secara langsung dengan cara wawancara

dengan beberapa informan dan responden mengenai kedudukan istri dalam

perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir

Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat. Tahap-tahap pendekatan masalah yang

telah ditentukan oleh peneliti adalah:

1. Penentuan pendekatan yang lebih sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian

2. Identifikasi pokok bahasan berdasarkan rumusan masalah

3. Pembuatan rincian subpokok bahasan berdasarkan setiap pokok bahasan hasil

identifikasi

4. Pengumpulan, pengolahan, menganalisis data, dan kesimpulan

B. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yaitu tokoh

masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui

Kabupaten Pesisir Barat dan responden yaitu istri melakukan perkawinan jujur

di di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber

dokumentasi untuk memperjelas data primer

Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

40

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Pengumpulan data-data sekunder

adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari, membaca, mencatat dan

mengutip bahan kepustakaan yang hubungannya dengan kedudukan istri

dalam perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin.

2. Wawancara

Wawancara yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data primer

tentang objek yang diterangkan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka kepada:

a. Informan tokoh masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir

Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat, yaitu:

1) Abdullah Mukhlis Gelar Raja Bangsawan

2) Tamzirullah Gelar Radin Bungsu

b. Responden yang melakukan perkawinan jujur di Kecamatan Pesisir

Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat

1) Yeni Herawati

2) Fathimah

3) Salmawati

4) Siti Salamah

5) Zubaidah

Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

41

D. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Seleksi data yaitu memilih data yang sesuai dengan bidang pembahasan agar

dapat dipertanggungjawabkan dan apabila terdapat data yang kurang

lengkap atau keliru maka akan dilakukan perbaikan;

2. Klasifikasi data yaitu yang telah diseleksi selanjutnya diklasifikasi dengan

menempatkan data menurut kelompok yang susunannya yang telah

ditentukan agar mudah pembahasan;

3. Sistematika data yaitu menyusun data sesuai dengan tata urutan yang telah

ditetapkan sesuai dengan konsep

E. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diolah, selanjutnya bahan tersebut

akan dianalisis dan dibahas secara kualitatif, yaitu dengan cara

mengintepretasikan data ke dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang

mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan

guna menjawab permasalahan penelitian.26

26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 105.

Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

66

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dilatarbelakangi hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung Saibatin di

Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat dilakukan melalui

tiga tahapan yaitu prosesi adat sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh,

perkenalan dan tempat perjodohan, lamaran dan penentuan maskawin; prosesi

upacara perkawinan adat baik di rumah pengantin laki-laki maupun pengantin

perempuan, serta prosesi adat menetap setelah perkawinan yang menentukan

bahwa pengantin baru menetap di sekitar kediaman kaum kerabat suami.

2. Kedudukan istri dalam perkawinan jujur pada masyarakat adat Lampung

Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat adalah

dengan diterimanya uang jujur dari pihak suami maka istri lebih rendah

dibandingkan suami, harta bawaan istri disatukan ke dalam harta suami dan

menjadi milik suami, istri masuk ke dalam keluarga inti dan kekerabatan

suami, dan kedudukan isteri diakui atau diterima oleh masyarakat adat.

Segala perbuatan istri harus berdasarkan persetujuan suami atau atas nama

Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

67

suami atau atas persetujuan kerabat suami baik dalam hubungan kekerabatan

maupun hubungan kemasyarakatan.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada istri yang melaksanakan perkawinan jujur agar benar-benar dapat

menjaga nama baik suami dan keluarga besarnya, karena setelah

dilaksanakannya perkawinan jujur maka kedudukan istri telah beralih masuk

ke dalam keluarga dan kekerabatan suami. Hal ini penting untuk dilaksanaakn

dalam rangka menjaga hubungan yang baik antara keluarga besar pihak suami

dengan keluarga besar istri sebagai masyarakat adat Lampung Saibatin

2. Kepada masyarakat adat Lampung Saibatin di Kecamatan Pesisir Tengah

Krui Kabupaten Pesisir Barat hendaknya masih memegang teguh budaya adat

yang ada khususnya kedudukan istri perkawinan jujur. Hal ini penting untuk

dilaksanakan mengingat kebudayaan daerah merupakan bagian dari

kebudayaan nasional yang harus terus dipertahankan kelestariannya.

Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR …digilib.unila.ac.id/60411/4/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.… · sebelum perkawinan, meliputi pemilihan jodoh, perkenalan dan tempat

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Bandung.

Bahsan, M. Adnan, Zulchilal Bahsan, dan Badri Bahsan. 1982. Pelestarian Nilai-nilai Adat dan Upacara Perkawinan Adat Lampung Pesisir, TanjungKarang.

Hadikusuma, Hilman. 1999. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, MandarMaju, Bandung.

Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kherustika, Zuraida dkk. 1999. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat JenderalKebudayaan. Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai. BandarLampung.

Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta

Maran, Rafael Raga. 2006. Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif IlmuBudaya Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra AdityaBakti, Bandung.

Soebing, Abdulah A. 1983. Kedatuan di Gunung Keratuan di Muara, UI Press,Jakarta.

Soewondo, Nani. 1984. Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum danMasyarakat. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suparman, Eman. 2005. Hukum Waris Indonesia (Dalam Perspektif Islam, Adat,dan BW). Bandung: PT Rafika Aditama.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2014. Penelitian Hukum Normatif, RajawaliPress, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1990. Hukum Adat Indonesia, Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Taneko, Soleman B. dan Soerjono Soekanto. 2000. Hukum Adat Indonesia,Rajawali, Jakarta.