Upload
buithuy
View
269
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
DI BALARAJA KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
MOHAMAD NOVIAN
NIM : 6661102962
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015
ABSTRAK
Mohamad Novian. 6661102962. 2015. Skripsi. Efektivitas Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pembimbing I Dr.Suwaib Amirudin, S.Sos, M.Si. Pembimbing II. Yeni
Widyastuti, S.Sos, M.Si.
Kata Kunci : Manajeman, Pengawasan
Fokus penelitian ini adalah Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Di Balaraja
Kabupaten Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen Penelitian ini yaitu peneliti sendiri
sedangkan sumber penelitiannya adalah PNS di BLHD Kabupaten Tangerang.
Kecamatan Balaraja dan Masyarakat umum di Sekitar Lokasi penelitian. Data
diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan serta
menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Uji keabsahan
data triangulasi dan membercheck. Peneliti ini meneliti tentang pengawasan maka
peneliti menggunakan teori Handoko tentang karakteristik-karakteristik
pengawasan efektif (373:2000). Berdasarkan hasil penelitian Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
Di Balaraja Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih kurangnya sumber
daya yang berkompetensi, serta sosialisasi kepada masyarakat umum yang tidak
ada.
ABSTRACT
Mohamad Novian. 6661102962. 2015. Thesis. The effectiveness of supervision
Regional Environmental Agency in the Environment Pollution Control In Balaraja
Tangerang District. Study Program of Public Administration. Faculty of Social
Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. Ist : Dr.Suwaib
Amirudin, S.Sos, M.Si. 2nd : Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si.
Keywords : management, supervision
The focus of this research is the effectiveness of supervision Regional
Environment Agency Monitoring In Pollution Control Environment In Balaraja
Tangerang District. The purpose of this study to determine how the shape
Monitoring Regional Environmental Agency in the Environment Pollution
Control In Balaraja Tangerang District. The method used is qualitative method.
This research instrument that researchers themselves while the source of the study
was the civil servants in BLHD Tangerang Regency. Subdistrict Balaraja and the
general public in Nearby study. Data were obtained through interviews,
observation, documentation and study of literature as well as using data analysis
techniques according to Miles and Huberman. Test the validity of the data
triangulation and membercheck. The researchers studied the supervision of the
researchers used Handoko theory about the characteristics of effective supervision
(373: 2000). Based on the research results Monitoring Regional Environmental
Agency in the Environment Pollution Control In Tangerang regency Balaraja not
optimal due to the lack of competent resources, as well as the dissemination to the
general public that does not exist.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim..
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di Kabupaten Tangerang”
dengan metode kualitatif deskriptif. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelengkapan
dalam memperoleh gelarsarjana Strata 1 (S-1) pada program studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Banten. Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan
baik apabila tidak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil untuk kelancaran skripsi ini. Sehubungan
dengan hal itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos, M.M, Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati S.Sos, M.Si, Ketua Jurusan/Prodi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si Sekretaris Program Studi Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Titi Setiawati, S.Sos, M.Si, Wakil Ketua Jurusan/Prodi Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Dr. Suwaib Amirudin, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing I Skripsi Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing II Skripsi Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
11. Adul Hamid, Ph.D, selaku Penguji Sidang Skripsi Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Para Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
atas segala sumbangsihnya.
13. Seluruh Pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yang mengizinkan penulis meminta wakttu dan tenaganya dalam
membantu penulis mencapai tujuan penelitian.
14. Kedua Orang tuaku tercinta yakni Ayahanda H.Sardi Winata dan Ibunda
Hj.Ueng Suehaeni, S.Pd yang tidak henti-hentinya selalu memberikan
dukungan yang membangun, serta inspirasi berupa moril dan materil.
Terimakasih atas do’a yang selalu kalian panjatkan.
15. Adikku yang teramat ku sayang Intan Septianingsih, terimakasih telah
memberikan canda tawa selama ini.
16. Sahabat-sahabat terbaik yang selama ini memberikan dukungan, Rahmat
Tholib (Oday), Nurul Anam, Dede Sanyund, Sepupuku Rian terimakasih
kalian sangat luar biasa.
17. Untuk orang yang membantu dalam tawa, tangis dan duka. Ku
persembahkan hasil akhir Skripsi ini kepada Anita Octariani, S.ST.Keb,
terimakasih telah banyak memberikan semangat dan doa.
18. Rekan-rekan Program Ilmu Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2010 Nonreguler kelas F dan G.
19. Serta semua pihak yang telah terlibat membantu dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENNGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 38
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 40
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 40
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 40
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 40
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 41
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ASUMSI DASAR
2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 45
2.2 Teori Pengawasan ...................................................................................... 45
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Pengawassan .............................................. 52
2.2.2 Jenis-Jenis Pengawasan ............................................................ 59
2.2.3 Proses Pengawasan ................................................................... 63
2.2.4 Teknik-Teknik Pengawasan ...................................................... 66
2.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengawasan ...................... 66
2.3 Manajeman Strategis .................................................................................. 67
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 68
2.4.1 Peneliti Pertama ........................................................................ 68
2.4.2 Peneliti Kedua ........................................................................... 70
2.5 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 74
2.6 Asumsi Dasar ............................................................................................. 75
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 76
3.2 Fokus Penelitian ......................................................................................... 77
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 77
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 77
3.5 Informan Penelitian .................................................................................... 78
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 87
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 80
3.6.2 Teknik Analisis Data ................................................................. 88
3.7 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 90
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang.................................................. 91
4.1.1 Gambaran Umum BLHD Kabupaten Tangerang ...................... 92
4.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah BLHD ......................... 94
4.1.3 Tugas, Fungsi, danStruktur Organisasi ..................................... 100
4.1.4 Kepala BLHD Kabupaten Tangearng ....................................... 102
4.1.5 Sekretariat BLHD Kabupaten Tangerang ................................. 102
4.1.6 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan ................................... 103
4.1.7 Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan ...................... 104
4.1.8 Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan ................................. 104
4.1.9 Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah ........................ 105
4.1.10 Bidang Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan .......... 106
4.1.11 SDM BLHD Kabupaten Tangerang ........................................ 107
4.1.12 Pos Pengaduan Kasus Pencemaran ......................................... 113
4.2 Informan Penelitian .................................................................................... 114
4.3 Deskripsi Data danAnalisis Data ............................................................... 116
4.4 Pembahasan Hasil Peneltian ...................................................................... 116
4.4.1 Akurat ....................................................................................... 116
4.4.2 Tepat Waktu .............................................................................. 124
4.4.3 Obyektif .................................................................................... 128
4.4.4 Terpusat pada titik-titik pengawasan ........................................ 131
4.4.5 Realistik secara ekonomi .......................................................... 134
4.4.6 Realistik secara organisasional ................................................. 139
4.4.7 Terkoodinasi dengan Aliran organisai ...................................... 142
4.4.8 Fleksibel .................................................................................... 144
4.4.9 Bersifat sebagai petunjuk organisasional .................................. 146
4.4.10. Diterima paran anggota organisasi ......................................... 157
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 175
5.2 Saran .......................................................................................................... 176
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Lingkungan Hidup
Gambar 1.2 SOP pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kab. Tangerang
Gambar 2.1 Tujuan Pengendalian
Gambar 2.2 Langkah-langkah Proses Pengawasan
Gambar 2.3 Proses Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
Gambar 4.2 Tata Cara Penyusunan UKL-UPL BLHD Kab. Tangerang
Gambar 4.3 SOP Pengaduan Lingkungan Hidup
Gambar 4.4 Perusahaan
Gambar 4.5 Kawasan Perusahaan Baja Mas Balaraja
Gambar 4.6 Aksi Protes Warga Talagasari
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Industri Perusahaan Kab. Tangerang 2006-2013
Tabel 1.2 Rekapitulasi Rencana Program Kegiatan Belanja Langsung Program
Pilihan SKPD BLHD Kab. Tangerang
Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Tabel 3.2 Informan Wawancara
Tabel 4.1 Jumlah personil berdasarkan pendidikan di BLHD Kab.Tangerang
Tabel 4.2 Jumlah personil bersarkan pangkat di BLHD Kab.Tangerang
Tabel 4.3 Jumlah berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4 Jumlah berdasarkan Pendidikan Struktural
Tabel 4.5 Jumlah personil berdasarkan diklat fungsional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan suatu aspek penting dalam kehidupan makhluk
yang ada dimuka bumi ini karena lingkungan mempunyai segala pengaruh bagi
kehidupan umat manusia. Lingkungan yakni sistem kehidupan dimana terdapat
campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Karena lingkungan yang
bersih dan nyaman suatu bagian terpenting pada kehidupan manusia, pada
umumnya lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan umat manusia
dan ekosistem yang lainnya.
Pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup yang diuraikan dan
ditafsirkan di dalam Undang-Undang Dasar Lingkungan Hidup bermaksud agar
dapat dijalankan secara sistematik, terorganisasi dan ditaati oleh seluruh
masyarakat. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar yang jelas, teratur, efektif dan
efisien. Untuk pengawasan lingkungan telah terbentuk suatu lembaga
Internasional untuk lingkungan hidup dan pembangunan yang melibatkan
berbagai Negara. Kepentingan lingkungan hidup harus dipikirkan dalam waktu
yang panjang demi kesejahteraan umat manusia, walaupun dalam pelaksanaannya
dilakukan dalam bentuk skala lokal. Menghadapi perkembangan baik didalam
Negeri dan maupun diluar Negeri dan pesatnya persaingan global.
Menurut Undang-Undang Dasar Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup No 32 Tahun Pasal I angka 14 bahwa Pencemaran lingkungan
hidup adalah:
Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan /atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan, (Undang-Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 Pasal I
angka 14). Lingkungan terdiri dari abiotik dan biotik. Abiotik yaitu sesuatu yang
tidak bernyawa contohnya tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, dan
bunyi. Sedangkan biotik adalah sesuatu yang bernyawa contohnya tumbuhan,
hewan, dan manusia. Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan adalah ilmu
lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Berbagai elemen yang harus dilibatkan adalah pemerintah, wakil rakyat,
anggota perdagangan, perusahaan, industri, masyarakat dan organisasi non
pemerintah yang merupakan suatu lembaga atau istitusi yang diselenggarakan
oleh masyarakat yang sepatutnya secara bersama-sama perlu mempunyai
komitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup. Analisis mengenai dampak
lingkungan dalam Otto Soemarwoto (24:2007) mengatakan :
Pembangunan berkelanjutan selalu akan membawa perubahan. Sudah
barang tentu perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang baik menurut
ukuran manusia. Misalkan di suatu daerah terdapat penyakit malaria, kekurangan
pangan, dan sarana pendidikan yang rendah. Dalam keadaan ini tingkat kualitas
hidup adalah rendah dan dengan demikian kualitas lingkungan di daerah itu
adalah rendah. Pembangunan dilancarkan untuk mengubah kondisi tersebut.
Pada dasarnya daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk mendukung kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya di
muka bumi ini. Lingkungan yang bersih dan alami dengan segala keragaman
hayati sudah sulit didapatkan pada daerah perkotaan. Namun pada dasarnya
lingkungan terjaga bersih dengan campur tangan manusia itu sendiri, karena
kondisi lingkungan berpengaruh pada lingkugan hidup abiotik dan biotik yang
dipengaruhi manusia.
Ada kecenderungan yang begitu besar dimana upaya untuk
mempertahankan fungsi lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara
lestari masih jauh dari yang diharapkan. Karena perusahaan tidak pernah melihat
permasalahan dan rusaknya lingkungan serta tercemarnya lingkungan. Dengan
perkembangan jaman pada dekade terakhir ini pabrik-pabrik dan buruknya saluran
pembuangan-pembuangan bahan-bahan berbahaya, pestisida, jalan raya,
hilangnya hutan belantara, serta semakin punahnya kehidupan liar menyadari
adanya kebersamaan atas perjuangan mereka dari masyarakat. Menambah daftar
lingkungan yang tercemar semakin tidak terkontrol.
Pada jaman sekarang ini aktivitas manusia diperkotaan sangat berpengaruh
pada lingkungan, karena diperkotaan banyak faktor yang mempengaruhi
lingkungan adalah polusi dari sebagian faktor-faktor lainnya, apabila
memperhatikan makhluk hidup dalam habitatnya atau pada lingkungan tempat
hidupnya semuanya saling memiliki siklus satu dengan yang lainnya. Lingkungan
hidup yang alami merupakan lingkungan yang memberikan kesejukan dan
kedamaian pada umumnya. Beberapa persoalan yang mengancam keadaan air
sungai didaerah perkotaan disebabkan oleh faktor manusia. Kabupaten Tangerang
merupakan suatu daerah otonomi yang berkembang sangat pesat pada sekarang
ini. Namun kemajuan ini tidak terlepas dari daerah Kabupaten Tangerang yang
secara langsung berbatasan dengan kota-kota besar yaitu ibu Kota Jakarta dan
Pusat Propinsi Banten.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, Struktur Organisasi Badan Lingkungan
Hidup Daaerah Kabupaten Tangerang terdiri dari 1 (satu) Sekretariat yang terdiri
dari 2 (dua) Sub bagian, 4 (empat) bidang dengan masing-masing bidang terdiri
dari 2 (dua) sub bidang dan 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu
Laboratorium Lingkungan. Badan lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten
Tangerang mempuyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengarahkan,
mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
Lingkungan Hidup, sedangkan fungsinya adalah :
1. Perencanaan dan Perumusan Bahan Kebijakan Program Kerja
Badan Lingkungan Hidup ;
2. Pelaksanan Persiapan Fasilitasi Program Kerja Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah ;
3. Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah ;
4. Pembinaan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
5. Pengelolaan dan Tindak Lanjut Laporan/Pengaduan Masyarakat
Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan ;
6. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan Hidup ;
7. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Lingkungan Hidup Sesuai
Dengan Peraturan Perundang-undangan ;
8. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Kebijakan Program
Kerja Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah ;
9. Pelaksaan Koordinasi Dengan Instansi/Lembaga Lainnya Terkait
Dengan Kegiatan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah ;
10. Pelaksanaan Monitoring Dan Evaluasi Serta Pelaporan Kegiatan Badan Lingkungan Hidup ;
Dalam kata lain latar belakang pendidikan masyarakat di Kabupaten
Tangerang Kecamatan Balaraja harus mampu mempunyai latar pendidikan dan
ilmu pengetahuan yang lebih baik. Karena sebaiknya masyarakat harus
mengimbangi pesatnya perkembangan pembangunan pada era global ini. Pesatnya
pembangunan pun mempunyai dampak besar secara umum bagi lingkungan,
kesehatan, populasi penduduk meningkat, dan sosial budaya.
Kabupaten Tangerang mempunyai penduduk 1.798.601 jiwa pada tahun
2010 dan kepadatan 3.129 dan 29 Kecamatan yang tersebar di Kabupaten
Tangerang yang di bagi lagi atas 246 Desa dan 28 Kelurahan setelah mengalami
pemekaran wilayah atas Kota Tangerang Selatan. Rumah Sakit yang tersebar di
Kabupaten Tangerang yaitu sebanyak 17 Rumah Sakit.
Pencemaran lingkungan terutama air, karena air memegang peran penting
dalam kebutuhan sehari hari untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi. Di
samping itu sebagian besar air digunakan untuk pengairan sawah, ladang, dan
industri dan lain lain. Pemakaian air sering kali tidak melihat dampak lingkungan
pada pemakaian air yang digunakan masyarakat sehari hari contohnya mencuci
pakaian memakai deterjen secara tidak sengaja mempengaruhi kualitas air sungai
yang mencemari air.
Kabupaten Tangerang mempunyai 4 sungai yang meliputi daerah
lingkungan sekitar pemukiman warga di antaranya sungai Cidurian, sungai
Cirarab, sungai Cisadane, dan sungai Cimanceuri. Contohnya lingkungan air
sungai Cimanceuri yang meliputi beberapa kecamatan :
1. Kecamatan Jambe yaitu Jembatan Kutruk (Jl.Kutruk, Desa Pasir
Barat.
2. Kecamatan Tigaraksa yaitu Jembatan Surya Toto (Jl.Arya Jaya
Santika, Desa Pasir Bolang.
3. Kecamatan Balaraja yaitu Jembatan Balaraja (Jl.Raya Serang
Km.24, Desa Talagasari.
4. Kecamatan Kemiri yaitu Jembatan Barong (Desa Ranca Labuh).
5. Kecamatan Kronjo yaitu Jembatan Lontar ( Jalan Raya Kronjo ).
Pencemaran lingkungan hidup terjadi jika mengalami perubahan akan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam hal struktur dan fungsi lingkungan terjadi
akan terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi lingkungan terjadi karena
proses alam atau juga karena perbuatan manusia yang biasanya dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak
menimbulkan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan laporan status lingkungan hidup Daerah Kabupaten
Tangerang terdapat beberapa permasalahan yang ditemui di Kecamatan Balaraja,
berbagai permasalahan yang tersebut adalah :
1. Pengelolaan sampah yang kurang optimal.
2. Kemacetan lalu-lintas.
3. Pencemaran air sungai oleh limbah cair industri, rumah sakit dan
limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) serta limbah domestik.
4. Pencemaran udara oleh limbah gas sarana transportasi dan industri.
5. Penurunan kualitas lingkungan sosial, seperti : bertambahnya
jumlah penduduk, peningkatan jumlah pengangguran, penurunan
tingkat kesehatan dan meningkatnya kriminalitas.
Sumber : Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Pemberlakuan Undang-Undang Lingkungan Hidup adalah suatu kontrol
dalam peningkatan lingkungan hidup untuk memecahkan berbagai permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi dimuka bumi ini. Kabupaten Tangerang umumnya
masih banyak masyarakat yang masih menggunakan sarana prasarana dari
sejumlah sungai di Daerah Kabupaten Tangerang untuk digunakan keperluan
hidup sehari-hari.
Hal ini akan berdampak bagi lingkungan hidup baik secara langsung
maupun tidak langsung. Akan tetapi manusia juga dapat merubah keadaan
lingkungan yang tercemar. Akibat perbuatannya manusia itu sendiri menjadi
keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat
mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat
mencegah terjadinya pencemaran.
Hasil observasi dilapangan peneliti menemukan masih adanya masyarakat
yang menggantungkan hidup sehari hari dengan air sungai dan mengandalkan
kegunaan air itu setiap hari untuk memasak mandi serta mencuci pakaian. Apabila
air yang tercemar oleh bahayanya limbah industri yang membuang limbahnya ke
sungai maka tercemarlah lingkungan air tersebut dan tidak sehat untuk dipakai
sebab sudah tercemar oleh limbah-limbah industri yang membuang sejumlah
bahan limbah cair ke aliran sungai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang dilakukan peneliti
pada tanggal 2 Januari 2015 kepada masyarakat yang bermukim disekitar Daerah
Aliran Sungai yang bernama Bapak Andi yang menyatakan bahwa :
”Sungai Cimanceuri pada saat ini semakin hari semakin tercemar oleh
limbah industri yang kian hari keadaannya semakin memburuk dan sehingga
menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang bermukim disekitaran aliran
sungai Cimancueri, bahkan dampak yang masyarakat rasakan dengan kondisi air
sungai Cimanceuri dalam 10 tahun terakhir ini sudah tidak bisa dipakai
menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari lagi seperti mencuci
pakaian.” (Sumber : Wawancara dengan Bapak Andi pada tanggal 2 Januari 2015
Pukul 13.34 WIB).
Seorang masyarakat yang bermukim disekitar Daerah Aliran Sungai yang
bernama Bapak Suryanto mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh
Bapak Andi diatas yaitu :
“Adanya sejumlah pabrik disana yang melakukan pencemaran lingkungan
sungai. Air sungai kadang menjadi berubah warna dari warna coklat menjadi
hitam, apalagi pada musim kemarau. Kondisi sungai seperti ini warga tidak bisa
memakai air sungai untuk keperluan sehari-hari lagi. (Sumber : Wawancara
dengan Bapak Suryanto pada tanggal 2 Januari 2015 Pukul 14.00).”
Seorang masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di Desa Sangereng
yang bermukim disekitar Daerah Aliran Sungai Cimanceuri, yang bernama Bapak
Samid :
“Pada saat ini sering terjadi gumpalan busa yang ada pada aliran sungai
sampah-sampah rumah tangga yang bercampur dan menumpuk pada aliran sungai
Cimanceuri. Masyarakat juga belum pernah ada yang mengadukan permasalahan
ini ke instansi terkait. Karena dari instansi terkaitpun tidak ada datang kepada
masyarakat. Masyarakat sangat menyesali dengan kondisi sungai yang keadaan
nya seperti sekarang ini yang dulu sungai ini sangat penting bagi kehidupan
masyarakat kami. Seperti digunakan untuk mandi, mencuci pakaian. (Sumber :
Wawancara dengan Bapak Samid pada tanggal 2 Januari 2015 Pukul 14.20 WIB).”
Dengan berjalannya waktu serta bertambahnya populasi penduduk dan
transmigrasi arus penduduk yang dari kampung datang ke kota merubah
persebaran perusahaan perusahaan di Kabupaten Tangerang berkembang
seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Akibat pola perilaku ekonomi dan
kecerobohan umat manusia dalam mengekploitasi lahan sumber daya alam yang
tidak terkontrol dan cenderung makin memperburuk pada lingkungan sumber
daya karena perilaku manusia yang tidak ramah akan lingkungan.
Mengutip rencana strategis (Renstra 2013-2018) yaitu sebagai berikut :
Setiap tahunnya di wilayah Kabupaten Tangerang mengalami
perkembangan pembangunannya tergolong cepat ditandai dengan adanya
peningkatan kegiatan industri, pariwisata, perikanan, ekonomi, dan lain-lain.
Pesatnya pembangunan di Kabupaten Tangerang memberikan implikasi positif
terutama pada aspek perkembangan ekonomi.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang, seiring
dengan banyaknya pencemaran lingkungan yang semakin marak dilakukakan
karna tidak bisa menjaga kualitas sungai dan kualitas lingkungan hidup semakin
menurun sehingga sangat mengancam ekosistem yang ada pada lingkungan hidup.
Maka perlu dilakukan perlindungan dengan cara melakuakan suatu pengawasan
dan pengendalian mungkin dan lebih intensif oleh semua pemegang kedudukan
serta kepentingan khususnya Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupaten Tangerang dengan memeberikan teguran-teguran dengan sanksi yang
telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah daerah. Sebab apabila semakin tidak
terkontrolnya pencemaran lingkungan ini akan semakin berdampak luas pada
ekosistem makhluk hidup di muka bumi dan mengancam umat manusia.
Memuat dari harian Bisnis.com, Tangerang - Kepala Bidang Industri Agro
dan Kimia Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Bapak.
Rudiansyah Tholib menyatakan :
Pemerintah Provinsi Banten menyatakan bahwa tidak adanya grand
strategi industri yang berkualitas mengakibatkan pertumbuhan industri
besar dan sedang di Provinsi ini tidak berdampak pada pengurangan angka
pengangguran dan kemiskinan. Padahal, ujarnya, jumlah penduduk di
Banten kini mencapai 9 jiwa, permasalahan lain ujarnya, persebaran
industri terjadi tidak merata. Di Kabupaten Tangerang misalnya terdapat
628 unit perusahaan industri pengolahan, sementara di Kabupaten
Pandeglang hanya berjumlah 12 industri atau perusahaan. (Sumber :
HarianBisnis.com Selasa, 16 September 2014. Diakses pada tanggal 10
Januari 2015).
Masyarakat dalam melakukan pengaduan ke Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang yang mana terjadi pencemaran pada lingkungan
hidup dipemukiman masyarakat Kabupaten Tangerang. Dapat melaporkan
langsung terkait pencemaran ke kantor Badan Lingkungam Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang langsung datang ke bidang pengkajian dampak lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dengan tata cara
pengaduan pencemaran sebaai berikut :
Gambar 1.1
Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan
Lingkungan Hidup
1. Pengadu yang ingin melakukan pengaduan bisa berupa lisan maupun
tulisan.
2. Pengadu bisa mengadukan pengaduannya pada tingkat Kades (Lurah),
tingkat Camat, tingkat Bupati, tingkat BLH Kab, tingkat Kota (Gubernur),
ke tingkat Propinsi kemudian tingkat LH dan terakhir tingkat KLH.
3. Setelah pengaduan diterima, kemudian dilakukan proses telaah dan
dilakukan klasifikasi (pengelompokkan) sesuai unit kerja/instansi yang
terkait.
4. Kemudian setelah dilakukan klasifikasi di bagi menjadi dua bagian, yaitu
non lingkungan dan lingkungan.
5. Untuk yang non lingkungan hanya melibatkan instansi sektoral saja.
6. Sedangkan yang klasifikasi lingkungan dilakukan verifikasi untuk
keabsahan dari kebenaran pengaduan yang disampaikan.
7. Setelah dilakukan verifikasi data, pihak terkait melakukan tindak lanjut
untuk menetapkan pengaduan tersebut terbukti atau tidak.
8. Jika tidak terbukti instansi terkait tidak akan melakukan tindak lanjut atau
memberikan sanksi.
9. Jika terbukti benar pengaduan tersebut maka yang diadukan akan
mendapat sanksi berupa sanksi administrasi, penegakan hukum perdata
dan penegakan hukum pidana.
Setelah dilakukannya proses pengaduan secara langsung dalam bentuk tulisan
maupun lisan maka dilakukan tinjau lapangan untuk melihat hasil laporan yang
telah diadukan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Apabila terbukti terkait dugaan pencemaran oleh masyarakat, dijatuhkannya
sanksi berupa teguran sampai tinjau lapang untuk proses identifikasi dan verifikasi
sebagai bukti benar melakukan pencemaran lingkungan. Berikut sanksi bagi
pelaku pencemaran lingkungan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 mengandung berbagai ketentuan
aspek hukum, yakni Hukum Administrasi Negara (HAN), Hukum Perdata dan
Hukum Pidana, sehingga karenanya pemberian-pemberian sanksi terhadap pelaku
pencemaran lingkungan itu dapat dilakukan melalui :
A. Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara dapat berbentuk sebagai berikut :
1. Undang-Undang (UU)
2. Peraturan Pemerintah (PP)
3. Keputusan Menteri (Kepmen)
4. Peraturan Daerah Propinsi (Peraturan Daerah Kabupaten/Kota)
5. Keputusan Gubernur 6. Keputusan Bupati/Walikota
Hukum Administrasi Negara akan tampak berkaitan dengan pemerintah
untuk memberikan perizinan pendirian usaha dan melakukan langka
pengamanan lingkungan apabila ketentuan yang diisyaratkan dalam perijinan
dilanggar.
Ketentuan sanksi administrasi yang berkaitan dengan pelanggaran
perizinan diatur dalam pasal 25 UUPLH yang berbunyi :
1. Gubernur / Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan
pemerintan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, serta menanggulangi
akibat yang ditimbulakan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan
penyelamatan, penanggulangan dan/atau kegiatan kecuali ditentukan lain
berdasarkan Undang-Undang.
2. Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada
Bupati/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan
Daerah Tingkat I.
3. Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada
penjabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
4. Paksaan pemerintan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
didahului dengan surat perintah dari penjabat yang berwenang.
5. Tindakan penyelamatan, Penanggulanan dan/atau Pemulihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang tertentu”.
Kemudian dalam pasal 27 UUPLH, dijelaskan bahwa :
1. Pelanggaran tertentu dapat dijatuhkan sanksi berupa pencabutan izin usaha
dan/atau kegiatan.
2. Kepala Daerah dapat mengajukan usul dan mencabut izin usaha dan/atau
kegiatan kepada penjabat yang berwenang.
3. Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat
yang berwenang untuk mencabut izin usaha dan/atau kegiatan karena merugikan kepentingannya.
Selanjutnya untuk menjatuhkan suatu sanksi dapat dilakukan dari tingkat
menteri sampai pejabat ditingkat daerah, tergantung bobot dan pokok
pelanggarannya. Hal ini untuk memperoleh ketentuan-ketentuan yang lebih
jelas, yang kemudian dapat diterapkan bagi instansi-istansi yang terkait di
dalamnya.
B. Hukum Perdata
Ketentuan-ketentuan mengenai pemberian sanksi perdata ini diatur dalam
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, yang berbunyi :
1. Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkkungan yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tidakan tertentu”.
2. Selain pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tertentu tersebut”.
Adapun yang bertanggungjawab untuk memberkan ganti rugi adalah
penanggungjawab usaha selama pencemaran atau perusakan lingkungan hidup
itu tidak disebabkan bencana alam atau peperangan, karena keadaan terapaksa
di luar kemampuan manusia dan adanya tindakan pihak ketiga, hal itu
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 35 Undang-Undang Lingkungan Hidup
yang berbunyi sebagai berikut :
(1) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan usaha dan kegiatannya
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, bertanggungjawab secara
mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti
rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan.
(2) Penanggungjawab dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban
membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang
bersangkutan dapat membuktikan bahwa dan/atau perusakan ligkungan
hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini :
a.adanya bencana alam atau peperangan ; atau
b.adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia ; atau
c.adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. (3) Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga
bertanggungjawab membayar ganti rugi.
Dalam masalah penyelesaian ganti kerugian, hal ini diatur dalam Pasal
1243 dan Pasal 1365 KUHP Perdata untuk menentukan siapa yang telah
melakukan perbuatan hukum. Isi dari Pasal 1243 KUHP Perdata adalah :
Pergantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak berpenghuninya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila pihak si terutang setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatan, tetapi melalaikanya, atau jika suatu
yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat
dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya.
Sedangkan Pasal 1365 KUHPerdata berisi :
Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salanya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang
melakukan perbuatan melawan hukum dalam hal ini hukum lingkungan dengan
melakukan kerugian bagi orang lain, maka orang tersebut harus memberikan
ganti rugi terhadap pihak yang diinginkannya.
C. Hukum Pidana
Asas-asas tindak pidana lingkungan hidup meliputi :
1. Asas Legalitas (Principle Legality) : Dalam asas tersebut kapasitas
hukum dan kejelasan serta ketajaman dalam merumuskan peraturan
hukum pidana.
2. Asas Pembangunan berkelanjutan (The Principle Of Sustainable
Development) : Asas ini menegaskan bahwa pembangunan ekonomi
jangan sampai mengorbankan hak generasi yang akan datang untuk
menikmati lingkungan hidup yang sehat.
3. Asas Pencegahan (The Precautionary Principle) : Asas tersebut
menegaskan apabila terjadi kerusakan, maka kekurangsempurnaan
kepastian ilmiah hendaklah jangan dijadikan alasan untuk menunda Cost
Effective measures dalam rangka terjadinya degradasi lingkungan hidup.
4. Asas Pengendalian (The Principle of Retraint) : Menyatakan bahwa
sanksi pidana hendaknya baru dimanfaatkan apabila sanksi administrasi,
sanksi perdata, tidak tepat dan tidak efektif.
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dijelaskan mengenai
ketentuan-ketentuan pidana, antara lain : Pasal 41, yang menyatakan bahwa :
(1) Barangsiapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
(2) Jika tidak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun penjara dan didenda paling
banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa
: (1) Barangsiapa yang karena kealfaannya melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup,
diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, menyatakan bahwa :
(1) Barangsiapa yang melanggar ketentuan-ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, sengaja melepaskan dan membuang zat, energi, dan/atau
komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau di dalam
tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor
ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut,
menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat
beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan
pencemaran / perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
umum atau nyawa orang lain, diancam pidana paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), barangsiapa yang dengan sengaja memberikan
informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak
informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atau sangat
berlasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut padat menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan umum atau nyawa orang lain.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam
dengan pidana penjara paling lama (sembilan) tahun dan denda paling
banyak Rp. 450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menyatakan bahwa :
(1) Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, karena kealfaannya melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 43, diancam pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat pelaku tindak pidana diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, berarti terhadap pelaku
pelanggaran terhadap peraturan hukum lingkungan dapat dikenakan sanksi
pidana berupa sebagai berikut :
1. Sanksi Administratif, Pasal 25 dan 27 UUPLH
2. Sanksi Perdata, Pasal 34 dan 35 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997.
3. Sanksi Pidana, Pasal 41, 42, 43 dan 44 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997.
Pembangunan harus memerhatikan berbagai sektor, bahwa pembangunan
yang seimbang yaitu diperoleh adanya saling ketergantungan yang efesien dari
berbagai sektor, yaitu sektor industri, sektor pertanian dan sektor jasa, dimana
akan timbul banyak permasalahan apabila pembangunan hanya dipusatkan pada
satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai
sektor akan menyebabkan keseimbangan dan gangguan pada berbagai kegiatan
ekonomi sehingga pembangunan menjadi terhambat.
Pembangunan sektor industri merupakan bagian terpenting dari
pembangunan nasional yang secara potensial memberikan kontribusi yang sangat
besar untuk perekonomian di Negara Indonesia. Adanya peranan yang sangat
berarti dimana sektor industri mampu menumbuhkan kesejahteraan pada
masyarakat.
Meningkatnya laju angka pertumbuhan sektor industri yang selalu relative
dan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya seperti
sektor pertanian dan sektor jasa. Memperlihatkan bahwa sektor industri
mendominasi dalam perekonomian daerah dan skala nasional dibandingkan
dengan sektor lainnya.
Tabel 1.1
Data Industri Perusahaan Kabupaten Tangerang 2006-2013
Tahun Data Industri Kabupaten Tangerang
2006 404 Industri
2007 Mengingkat 285 Industri
2008 Meningkat 246 Industri
2009 Meningkat 171 Industri
2010 Meningkat 95 Industri
2011 Meningkat 142 Industri
2012 Meningkat 153 Industri
2013 Meningkat 232 Industri
Total 1728 Industri
(Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang )
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang ini
disebabkan karena meningkatnya sumbangan dari sektor industri sebesar 87%.
Pada periode 2006-2013 terlihat pada tabel diatas bahwa sektor industri mampu
menggeser peranan sektor pertanian sebagai sektor paling utama dalam
pembangunan daerah di Kabupaten Tangerang.
Perkembangan pada sektor industri tidak dapat dipisahkan dalam investasi
baik yaitu investasi asing dan investasi dalam negeri serta aspek lainnya yang ikut
berperan yaitu tenaga kerja disektor industri. Nilai investasi yang ditanamkan oleh
investasi asing maupun investasi dalam negeri akan selalu diikuti oleh
perkembangan tekhnologi.
Dengan perkembangan zaman terakhir ini industri perusahaan di
Kabupaten Tangerang dan buruknya saluran pembuangan-pembuangan bahan-
bahan berbahaya, rusaknya jalan raya, hilangnya hutan belantara, serta semakin
punahnya ligkungan yang bersih. Pencemaran menambah panjang daftar
lingkungan yang tercemar semakin tidak terkontrol. Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang bekerjasama dengan laboratorium untuk
menguji hasil segala pencemaran air salah satunya. Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang mempunyai tantangan dan peluang
pengembangan pelayanan BLHD Kabupaten Tangerang.
Penduduk Kabupaten Tangerang merupakan masyarakat yang heterogen
yang terdiri dari penduduk asli dan pendatang yang tinggal secara turun temurun
diwilayah ini. Para pendatang berasal dari berbagai daerah melalui proses
urbanisasi. Hal tersebut karena daya tarik Kabupaten Tangerang yang cukup
tinggi terutama dalam sektor tenaga kerja dengan melihat banyaknya jumlah
industri yang tersebar di wilayah Kabupaten Tangerang. (Sumber : Rencana
Strategis 2013-2018 BLHD Kabupaten Tangerang).
Beberapa alasan Kabupaten Tangerang terutama di Kecamatan Balaraja
dijadikan sektor perusahaan industri diantaranya adalah :
1. Arus urbanisasi dan Pertumbuhan Sektor Industri
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tangerang sangat pesat
dikarenakan arus urbanisasi dan migrasi dari luar daerah seperti
Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah. Maupun wilayah
Banten yaitu Lebak, Pandeglang, Serang, Labuan, Anyer, dan Cilegon.
Kabupaten Tangerang bertumbuh menjadi wilayah sektor industri
perusahaan, tercatat oleh 50% pekerja tetap di wilayah Kabupaten
Tangerang bekerja pada sektor industri. Menurut data BPS pada tahun
2013 Kabupaten Tangerang dihuni 3.157.780 jiwa. Dengan rata-rata
kepadatan penduduk secara perluasan per km2 mencapai angka 3.121
jiwa/km2 demikian hasil dari BPS Kabupaten Tangerang. Pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 3.34% dari data BPS
Kabupaten Tangerang. Sektor Industri akan terus bertumbuh dengan
banyaknya kawasan-kawasan industri yang banyak dibuka.
Para pekerja dari luar daerah imigran dari wilayah sekitar Kabupaten
Tangerang menjadikan tujuan untuk mencari penghasilan ekonomi.
Selain bekerja disektor industry banyak juga pengusaha dari luar daerah
Kabupaten Tangerang yang juga berhasil. Kabupaten Tangerang
terutama didaerah Kecamatan Balaraja sektor industri perusahaan
dalam gambaran Upah Minimum Regional (UMR) tergolong tinggi dan
hamper setara dengan Upah Minimum Regional DKI Jakarta. Tidak
heran para pekerja luar daerah lebih memilih di Kabupaten Tangerang.
Dari biaya hidup di Kabupaten Tangerang terutama di Kecamatan
Balaraja jauh lebih murah dari pada biaya hidup di DKI Jakarta, Bekasi,
dan Depok. Seperti itu yang menjadi daya tarik imigran luar daerah
yang datang ke Kabupaten Tangerang Kecamatan Balaraja.
Dari luas wilayah Industri di Kabupaten Tangerang dibagi menjadi tiga
sektor wilayah Industri skala besar mempunyai luas 8.407 Hektar di
Kecamatan Balaraja, Kecamatan Pasar Kemis, Cikupa, Jambe dan
Sepatan. Industri berskala sedang yaitu didaerah Kecamatan Curug,
Panongan, Legok, Cisauk, Sindang Jaya, Kronjo, dan Kosambi. Untuk
industry berskala kecil atau industri rumahan yaitu Kecamatan Pasar
Kemis, Cisoka, Solear, dan Curug.
Sektor industri dan manufaktur menyumbang angka 53.08% untuk
pendapatan regional bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang. Jadi
Pendapatan Asli Daaerah (PAD) Kabupaten Tangerang yaitu dengan
angka Rp.3.51 Trilyun baik dari sektor pajak dan nonpajak.
2. Pertumbuhan Pusat Bisnis dan Kawasan Pemukiman Modern
Dengan berjalannya perkembangan disektor industri yang tumbuh
semakin pesat di Kabupaten Tangerang daerah pertumbuhan sektor
industri berskala besar di Kecamtan Balaraja memicu kawasan bisnis
dan kawasan industri. Kawasan bisnis modern seperti jasa keuangan,
jasa niaga dan tumbuhnya kawasan pemukiman atau hunian modern
disebut juga dengan istilah property. Beberapa pengembang property
nasional menjadikan daerah Kabupaten Tangerang untuk membangun
kawasan bisnis dan kawasan pemukiman. Seperti contohnya yang
berada di daerah sekitar Kecamatan Balaraja pengembang pemukiman
hunian modern berdiri di Kecamatan Sindang Jaya yaitu diperumahan
Telaga Bestari serta mendirikan pusat pendidikan maskapai
penerbangan Lion Air di Kecamatan Sindang Jaya. Tahun ini telah ada
di daerah Kecamatan Balaraja yang sedang dibangun apartemen modern
yang terletak di Desa Sentul apartemen ini pertama berdiri di
Kecamatan Balaraja. Dengan angka pertumbuhan di Kecamatan
Balaraja memiliki RSUD Balaraja pun didirikan di Desa Tobat.
Kawasan modern yang bertumbuh dan berkembang di Kecamatan
Balaraja mempunyai nilai tambah bagi pertumbuhan laju perekonomian
di Kabupaten Tangerang. Kawasan bisnis dan kawasan industri tumbuh
dengan menyeimbangi perkembangan sektor industri berskala besar di
Kecamatan Balaraja. Merupakan daya tarik sektor bisnis untuk
membuka peluang tenaga kerja. Kawasan bisnis modern yang tumbuh
lebih di Kecamatan Balaraja karena melihat peluang pasar dari
pendapatan perkapita yang tinggi dari pada sektor lintas industry
perusahaan.
3. Akses Infrastruktur yang Strategis
Kabuaten Tangerang di daerah bagian barat yaitu Kecamatan Balaraja
memiliki akses infrastruktur yang strategis. Total panjang jalan yang
dimikili Kabupaten Tangerang yaitu memiliki jalan terpanjang 990.62
km. Jalan Provinsi Banten memiliki panjang yaitu 114,44 km dan Jalan
Nasional memiliki panjang mencapai 27,93 km. Kabupaten Tangerang
mempunyai jalur akses infrastruktur yaitu empat jalur sebagai berikut :
1. Jalur lintas selatan meliputi dari pertigaan munjul-pusat
pemerintahan Tigaraksa. Menghubungkan wilayah Kota
Tangerang Selatan, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Legok,
Kecamatan Panongan dan Kecamatan Tigaraksa. Jalan ini
mempunyai akses utama kawasan industri yang dikembangkan
di daerah Legok.
2. Jalur lintas utara meliputi dari Bandara Internasional Soekarno
Hatta dengan Kecamatan Kecamatan disekitar wilayah utara
Kabupaten Tangerang. Jalur lintas utara ini dibangun untuk
menekan angka pertumbuhan perekonomian menjadi positif
dengan adanya akses infrastruktur strategis. Jalur lintas utara ini
lebih ke sektor industri pertanian, peternakan, dan hasil laut.
3. Jalur lintas tengah meliputi Kecamatan Sukadiri, Rajeg, Pasar
Kemis, Cikupa dan Tigaraksa. Jalan lintas tengah ini
menghubungkan wilayah Kronjo, Ceplak, Jengkol dan Buni
Ayu, Daon, dan Kota Tangerang.
4. Jalur lintas barat meliputi Kecamatan Kresek, Gunung Kaler,
Kronjo, dan Mekar Baru. Jalan lintas barat iini dibangun akan
teritegrasi langsung dengan lintas tengah untuk mengurangi
beban jalan raya Serang yang mempunyai akses Kota
Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang.
Berikut empat jalur infrastruktur strategsi yang menghubungkan wilayah-
wilayah penyangga di Kabupaten Tangerang yang saling terintegrasi satu dengan
yang lainnya. Kecamatan Balaraja pada jalur lintas barat yang terintegritas berada
pada jalur tengah yang berhubungan langsung dengan Kota Tangereang dan
Kabupaten Serang. Strategis dengan perbatasan Kota Tangerang dan Kabupaten
Serang merupakan nilai positif bagi sektor pertumbuhan ekonomi.
Pencemaran yang terjadi di Kecamatan Balaraja akibat sektor industri
berskala besar yaitu pencemaran udara, air, dan tanah. Aliran sungai yang
meliputi wilayah Kecamatan Balaraja yaitu sungai Cimanceuri menunjukan
kualitas Baku Mutu Air sudah diatas Baku Mutu standar. Tersebarnya sektor
industri berskala besar yang makin bertumbuh di Kecamatan Balaraja membuat
Pengawasan yang dilakukan akan sulit dilakukan.
Dampak pencemaran memang sulit terhindarkan, masyarakat harus
dituntut berperan aktif dalam upaya memberantas persoalan pencemaran di
Kecamatan Balaraja. Pengawasan dari aparatur pemerintah saja tidak cukup
membuat jera para pelaku pencemaran yang dilakukan industry perusahaan.
Untuk meminimalkan dampak yang merugikan masyarakat harus mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan.
Sarana dan Prasarana Pendukung sistem tekhnologi UPT Laboratorium
Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang
merupakan Unit Pelaksana Teknis yang mempunyai tugas dan fungsi dalam
merencanakan, melakukan, mengkoordinasikan dan pengendalian dalam
menganalisis kuialitas lingkungan. Ditinjau berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Tangerang yang berkaitan dengan Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang, sarana dan prasarana
pendukung yang dimiliki adalah UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang, selain itu Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) Kabupaten Tangerang memiliki Pusat Data Pengendalian dan
Pemantauan Air Bawah Tanah dan Pos Pengaduan Kasus Pencemaran dan/atau
Perusakan Lingkungan Hidup.
Permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan terdapat beberapa
masalah yang patut untuk diperhatikan lebih lanjut dilingkungan wilayah
Kabupaten Tangerang karena permasalahan tersebut yaitu pertama, Pengawasan
yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten
Tangerang dan peneliti mengutip pembicaraan yang dilakukan peneliti kepada
kepala bidang pengawasan dan pengendalian limbah mempunyai proses dalam
mengawasi sebuah pelaksanaan industri dalam memproduksi barang dan jasa,
perencanaan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) Kabupaten Tangerang yaitu :
1. Dilakukan pendataan terdahulu.
2. Lalu melihat Letak industri
3. Industri
4. Perkiraan limbah yang akan dibuang
Setelah dilakukan pendataan pada tahap awal profil
perusahaan itu sangat penting dan harus dilakukan untuk lanjut ke
proses perencanaan pendirian sebuah perusahaan. (Sumber :
Wawancara dengan Kepala Bidang pengawasan dan pengendalian
limbah pada tanggal 19 Januari 2015).
Berikut SOP Pengawasan yang harus dilakukakan Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang :
(Sumber : BLHD 2015)
Gambar 1.2
SOP Pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Tangerang
Dari pernyataan kepala bidang pengawasan dan penegendalian limbah
dapat diketahui langkah-langkah pengawasan harus selalu dilakukan dalam
melaksanakan suatu program kegiatan perencanaan dan pelaksanan pengawasan
yang bertujuan mencegah permasalahan lingkungan yang paling utama pada
daerah perkotaan yakni masalah pengelolaan sampah, banjir, emisi kendaraan
bermotor, limbah cair domestik, minimnya ruang terbuka hijau (RTH), penataan
ruang kota dan sebagainya.
No Kegiatan Pelaksana Mutu Baku Ket
Kaban Sekban Kabid Tim perlengkapan waktu Output 1 Menyusun rencana tim pengawas
dan pelaku usaha yang ditinjau
kelapangan
Disposisi 1 Hari Disposisi
2 Menetapkan tim pengawas dan
pelaku usaha yang akan ditinjau ke
lapangan
Surat Tugas 1 Hari
Surat
Tugas
3 Pelaksanaan tinjau lapang Berita acara 1 Hari Berita
Acara
4 Hasil Berita Acara dilaporkan ke
Kepala BLHD Laporan 3 Hari Laporan
5 Tim Pengawas melakukan verifikasi
terhadap Berita Acara (Tinjau
Lapang Kedua)
Berita Acara
7 Hari s.d
90 Hari
Berita
Acara
6 Apresiasi Laporan 1 Hari Laporan
7 Pemberian Piagam oleh Kepala
BLHD Piagam 7 Hari Piagam
8 Membuat Surat Penjelasan terhadap
Perusahaan (Pemanggilan) Surat 3 Hari Surat
9 Pelaksanan Tinjau Lapang Ketiga Berita Acara 7 Hari s.d
90 Hari
Berita
Acara
10 Ketaatan Perusahaan terhadap
Berita Acara Hasil Penjelasan
Perusahaan (Pemanggilan)
Laporan 1 Hari Laporan
11 Tim Pengawas merekomendasikan
Sanksi Draf 7 Hari Draf
12 Kepala BLHD Menyetujui dan
menerbitkan Surat Keputusan
Sanksi
Surat
Keputusan 1 Hari
Surat
Keputusan
13 Tim Pengawas menyampaikan
Surat Keputusan Sanksi ke
Perusahaan dan ditembuskan ke
instansi terkait
Surat
Keputusan 3 Hari
Surat
Keputusan
Pola konsumsi masyarakat di perkotaan belum mengarah pada pola-pola
berawawasan lingkungan. Penggunaan kemasan berupa kertas, kantong plastic,
kaleng dan bahan bahan lainnya yang bersifat nonbiodegradable masih tinggi.
Menyebabkan tumpukan sampah menjadi meningkat sebesar 2-4 % pertahun
(sumber rencana kerja BLHD 2014). Peningkatan jumlah sampah yang
diperkirakan semakin meningkat pertahunnya melihat banyaknya pembangunan
yang berdampak kepada lingkungan. Hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dan instansi terkait agar dapat mengurai persoalan dalam
mengawasi dan mengendalikan pencemaran lingkungan.
Permasalahan lingkungan hidup yang berkaitan dengan pencemaran yaitu
air, tanah, dan udara di Kabupaten Tangerang yang penyebarannya sudah cukup
meluas dan terkait dengan industri maupun industri dengan segala jenis limbahnya
terutama limbah B3. Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang dalam melakukan aktivitas pengawasan sebagai tugasnya untuk
menyelesaikan atau melaksanakan suatu kegiatan yang terdapat kesalahan dalam
mengawasi serta mengendalikan pencemaeran lingkungan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Kasus pencemaran lingkungan ini perlu ditangani secara sistematik,
terencana, taat asas dan terus menerus dilakukan secara berkala dan perlu
penanganan khusus. Berdasarkan data yang didapat dilapangan kasus pencemaran
pada tahun 2011 tercatat pencemaran air dari industri sebanyak 25 kasus di
Kabupaten Tangerang, sedangkan tahun 2012 tercatat 24 kasus pencemaran
ditambah dengan ditemukannnya beberapa parameter kualitas air sungai yang
masih diatas ambang baku mutu kualitas air pada masing masing Daerah Aliran
Sungai (DAS), terutama bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cirarab dan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cimanceuri Balaraja.
Pada kenyataannya peneliti melihat pengawasan yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) pada bidang pengawasan dan
pengendalian limbah di Kabupaten Tangerang masih belum optimal dan efektif
dalam melakukan pengawasan. Hal lain yang menyebabkan suatu permasalahan
lingkungan yaitu kurangnya koordinasi dengan instansi terkait yang terpadu,
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh
industri belum mengarah pada kesadaran kelestarian lingkungan, hal ini menjadi
beban dan belum dirasakan manfaatnya oleh industri.
Kedua, Dampak penting dari pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang seharusnya masyarakat mengetahui yang
dilakukan oleh bidang pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupaten Tangerang dalam melakukan pengawasan pencemaran. Masyarakat
kalangan menengah kebawah yang masih menggantungkan hidup pada alam,
sementara pencemaran lingkungan yang sudah tidak wajar merupakan faktor
terpenting dalam permasalahan dampak lingkungan. Pemerintah harus selalu siap
akan dampak bahaya pencemaran lingkungan yang dilakukan pelaku usaha yang
tidak diketahui oleh masyarakat, merupakan penjebakan masyarakat yang akan
terkena dampak yang cukup memprihatinkan.
Perusahaan-perusahaan yang telah dilakukan pengawasan dan terbukti
melakukan pencemaran berdasarkan laporan masyarakat di Kecamatan Balaraja
yaitu :
1. PT.SMS Steall
2. Grand Habell : Memproduksi selkon, Batako Ringan, dan Kebauan
Seperti itu dampaknya. Kebocoran pipa cerobong asapnya
menghasilkan uap air karena suhu tinggi atau pemanasan tinggi uap air
itu (cerobongnya) diarahin ke atas langsung (by pass) ke lingkungan
tanpa ada filter prosesnya.
3. PT SGS : Tahun 2011 telah di laporkan dan telah dibina.
4. PT Sarana Eka Perkasa : Tahun 2012 Memproduksi kayu lapis atau
triplek.
5. PT Mutiara Hexagon
6. PT Baja Safana Besi
7. PT Rinnai
8. PT Pokphand Indonesia
9. Lautan Stell : Mengolah besi dan masih dalam proses penanganan 2015
(Sumber : Wawancara dengan Bidang Bina Hukum BLHD)
Sanksi yang diberikan oleh BLHD Kabupaten Tangerang apabila surat
teguran dan prosedur yang dilayangkan tidak ditanggapi, maka akan dilakukan
proses hukum yang berlaku sesuai peraturan daerah Kabupaten Tangerang.
Demikian fungsi pengawasan yang harus dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dalam megawasi pencemaran lingkungan
hidup, berdasarkan dengan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang.
Dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup.
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) yang mempunyai
kewenangan upaya menangani pencemaran lingkungan hidup. Dalam buku
rencana strategi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang
tertera beberapa peluang untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan tupoksinya
sebagai salah satu institusi pelayanan utama kepada masyarakat, yaitu bagian
Ketiga yaitu :
Dengan peran BLHD yang semakin dinamis dan terbuka, maka BLHD
akan semakin berpeluang untuk selalu didukung masyarakat yang mulai
memahami dan peduli terhadap usaha pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi ini
sejalan dengan semakin meningkatya pengetahuan masyarakat. Dengan kehidupan
bermasyarakat yang makin demokratis, transparan dan berani, memberikan
dukungan kuat bagi inisiatif masyarakat untuk control dan claim bagi pelaku-
pelaku perusakan lingkungan hidup, serta bagi prakarsa dan partisipasi dalam
pemeliharaan lingkungan hidup.
Berdasarkan rencana strategi yang seharusnya menjadi acuan dalam
menjadikan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang,
masyarakat harus berperan aktif dalam membantu pelaksanaan pengawasan. Pada
akhirnya masyarakat akan mengikuti dan memberikan dukungan apa yang
dilakukan oleh pemerintahan daerah untuk perkembangan berwawasan
lingkungan hidup yang semakin meningkatkan kualitas taraf lingkungan yang
baik. Namun pada kenyataan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) masih kurang optimal. Peluang bagi Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) sudah sangat cukup baik untuk acuan dalam mengatasi
pencemaran.
Pada dasarnya dampak pencemaran yang tidak terindentifikasi oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dalam mengatasi pengawasan dan
pengendalian yang harus ditindak sebagaimana yang telah diatur oleh Peraturan
Bupatii Tangerang No.54 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang. Bagian Ke 6 Pasal (15) Ayat (I) yakni :
(I) Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian limbah.
Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan daerah maka pemerintah
yang harus kerjasama dengan pihak pelaku usaha industri, perusahaan, harus
saling melakukan pengawasan dan pengendalian lingkungan. Memperhatikan
pencemaran yang terjadi agar masyarakat sadar atas haknya untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Ketiga, masih kurangnya sosialisasi dan koordinasi tentang bahaya limbah
B3 (bahan berbahaya dan beracun) serta limbah domestik dan lingkungan hidup
bagi kehidupan masyarakat. Pencemaran lingkungan yang sangat penting
dipecahkan permasalahan limbah kota dan limbah industri yang semakin
menjamur dan akan berdampak bagi kelangsungan hidup masyarakat sekitar
Kecamatan Balaraja. Berdasarkan rencana kerja (Rencana Kerja tahun 2014) :
Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga diselenggarakan
untuk menjaring dan membahas rencana program dan kegiatan fungsi dan sub
fungsi pemerintahan sesuai dengan tupoksi terkait, berdasarkan Rancangan Renja-
SKPD Kabupaten Tangerang dan Aspirasi Program dan Kegiatan Daerah baik itu
dari tingkat Kecamatan maupun masukan dari Stakeholeder terkait.
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten
Tangerang masih sangat rendah dalam mengawasi pelaku usaha yang menjual
hasil limbah yang tidak terpakai yakni sebagai contoh : Drum bahan kimia lainnya
yang diperjualbelikan oleh pelaku usaha yang marak di Kabupaten Tangerang.
Peneliti mengutip pembicaraan hasil wawancara pada kepala bidang pengawasan
dan pengendalian limbah yaitu menyatakan :
“Justru kita sosialisasi ke pelaku usaha, industri, ke rumah sakit, ke hotel,
klinik. Kita melakukan sosialisasi bahwa peraturan nya sekarang gini, bahwa anda
harus mengolah dulu, jangan melebihi baku ini baku ini. Harus ada ijinnya. Untuk
ke masyarakat kayanya engga deh.” (Sumber : Wawancara dengan Kabid
Pengawasan BLHD tanggal 19 Januari 2015).
Berikut pernyataan yang dilayangkan kepada peneliti terkait sosialisasi
yang bidang pengawasan dan pengendalian limbah. Maka masih minimnya akses
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang seharusnya disosialisasikan oleh
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang. Pada
kenyataannya pelaksanaanya hanya dilakukan kepada pelaku usaha, pelaku usaha
yang melakukan pencemaran. Minimnya masyarakat yang tidak mengetahui
seperti apa pencemaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Peneliti mengutip hasil pembicaraan dengan kepala bidang pengawasan
dan pengendalian limbah dalam menegakan peraturan kepada pelaku usaha :
Evaluasi setelah ada tindak lanjutnya kita evaluasi. Data wasdal ada
pelaporan ke pak kaban setiap tahunnya. Terus tahap evaluasi dari hasil
pengawasan pun kita evaluasi, bidang pengawasan pun memberikan sanksi
setelah dilakukan evaluasi, sanksi berdasarkan Undang-Undang 32 dan
perda juga.” (Sumber : wawancara dengan Kabid Pengawasan BLHD
tanggal 19 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bidang pengawasan dan
pengendalian limbah. Tindakan sanksi yang diberikan sudah berdasarkan undang-
undang setelah dilakukan evaluasi apabila ditemukanya kasus akan diberikan
sanksi yang telah ditelah diatur Undang-Undang dan sampai memberikan efek
jera kepada pelaku usaha yang melakukan pencemaran setelah diketahui oleh
bidang pengawasan dan pengendalian limbah Badan Lingungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang.
Keempat, pada tahun 2014 Anggaran Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) Kabupaten Tangerang mendapatkan anggaran APBD sebesar
Rp.10.886.735.141,- digunakan untuk Belanja Langsung SKPD Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang tahun anggaran 2014
terdiri dari 9 program dan 42 kegiatan, yang meliputi belanja langsung program
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terdiri dari 4 program dan 22 kegiatan
sebesar Rp.1.466.178.000,- dan belanja langsung program wajib pilihan satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) terdiri dari 5 program dan 19 kegiatan sebesar Rp
4.012.700.000,-
Maka Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang
merencanakan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran 2014 yang ada kaitannya
dengan “Peningkatan Aksesbilitas dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan serta
Pola Hidup Bersih dan Sehat “ dan “Peningkatan Kualitas dan Cakupan
Infrastruktur dengan Memperhatikan pada Daya Dukung dan Pengembangan
Wilayah serta Kualitas Lingkungan Hidup dan Penanganan Bencana “.
Kabupaten Tangerang khususnya dalam upaya-upaya mengatasi permasalahan
TARGET KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LINGKUNGAN HIDUP 6,040,470,000 6,040,470,000
BELANJA LANGSUNG 6,040,470,000 6,040,470,000
BELANJA LANGSUNG PROGRAM WAJIB PILIHAN SKPD 6,040,470,000 Rp 6,040,470,000
IProgram Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup 4,494,200,000 Rp 4,494,200,000
INDIKATOR KEGIATAN
NO. PROGRAM DAN KEGIATANAPBD
(Rp.)Volume Lokasi
TOLOK UKUR KINERJA KEGIATAN
KET
dan perusakan Lingkungan Hidup serta Renstra Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dan RPJMD Kabupaten Tangerang Tahun 2014.
Tabel 1.2 Rekapitulasi Rencana Program Kegiatan
Belanja Langsung Program Pilihan SKPD
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
(Sumber : Rencana Kerja BLHD 2014)
Rekapitulasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan APBD Tahun Anggaran
2014 pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang untuk Belanja
Langsung Program Wajib Pilihan SKPD. Anggaran yang telah direkapitulasi
merupakan untuk sasaran dari rencana kerja satuan kerja perangkat daerah Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang.
Untuk anggaran program dan kegiatan yang telah disediakan seharusnya
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) mengacu pada acuan yang telah diatur
pada tujuan dan sasaran rencana kerja (renja) Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut :
Tujuan Renja-SKPD adalah untuk memberikan arahan dan pedoman
perencanaan pembangunan Tahunan Kabupaten Tangerang untuk Tahun
Anggaran 2014 sesuai dengan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun 2014 yaitu :
1. Peningkatan Aksesbilitas dan Kualitas Pendidikan, Kesehatan serta Pola
Hidup Bersih dan Sehat.
2. Peningkatan Kualitas dan Cakupan Infrastruktur dengan Memperhatikan
pada Daya Dukung dan Pengembangan Wilayah serta Kualitas
Lingkungan Hidup dan Penanganan Bencana.
3. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat,
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 4. Peningkatan Efektivitas Pelayanan Publik dan Kinerja Birokrasi.
(Sumber : Rencana Kerja BLHD 2014)
Dari kempat Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2014
tersebut maka tema Pembangunan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 adalah
Pemantapan perekonomian daerah yang didukung oleh kualitas pelayanan dasar
dan infrastruktur wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengawasan adalah salah satu program pilihan wajib dalam Rencana
Kerja (renja) prioritas kebijakan dan program yang akan dilaksanakan Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Tahun 2014 di Kabupaten Tangerang
khususnya dalam upaya-upaya mengatasi permasalahan dan perusakan
Lingkungan Hidup serta Rencana strategi Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dan RPJMD Kabupaten Tangerang Tahun 2014, maka
Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang kenyatannya masih ditemukan tanggung jawab
pekerjaan didalam instansi masih belum optimal.
Kelima, Masih kurangnya kemampuan sumber daya manusia yang terdapat
pada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil obeservasi yang peneliti lakukan di Badan Lingkungan Hidup
Daerah mendapatkan beberapa masalah yang didapatkan dalam Rencana Strategis
(Rencana Strategi 2013-2018) yaitu :
Kemampuan sumber daya manusia yang terdapat pada Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang hingga saat ini masih terbatas. Jika
ditinjau berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) Kabupaten Tangerang masih jauh dari kriteria yang ideal yang
dibutuhkan oleh suatu instansi teknis yang menangani permasalahan lingkungan
hidup secara luas dan kompleks.
(Sumber : Rencana Strategis BLHD 2013-2018)
Badan Lingkungan Hidup Daereah Kabupaten Tangerang berdasarkan
Sumber daya manusia yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat
dibedakan berdasarkan jumlah pegawai berdasarkan pendidikan yaitu :
Tabel 1.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Orang)
1 S2 12
2 S1 25
3 D3 5
4 SLTA 22
5 SLTP 1
JUMLAH 65
(Sumber : Rencana Strategis BLHD 2013-2018)
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan pada tabel diatas terlihat sumber
daya manusia yang terbatas membuat kendala suatu tujuan tugas pokok dan fungsi
yang telah ditetapkan. Kemampuan yang dimiliki sangatlah penting untuk
menjadikan tolak ukur suatu keberhasilan suatu organisasi. Sebab diperlukan
sumber daya manusia yang mampu melaksanaan pekerjaan dalam pembagian
tugas pokok dan tujuan pada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupaten Tangerang. Apabila pembagian yang dilakukan tidak jelas dengan
perintah yang telah ditetapkan pada kemampuan dan bidang kemampuannya maka
sangatlah patal terjadi.
Peneliti mengutip wawancara dengan Kepala Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Limbah (Wasdal) beliau menyatakan :
“Tantangan LH kalo di Kabupaten menurut saya LH ya. Pabriknya ribuan
tenaga PPLHD hanya sekitar lima orang.” Pembagian tugasnya ya kita bagi dua
grup dalam seminggu tiga hari. Dan satu grup itu bisa mengawasi tiga sampai
empat perusahaan.”
(Sumber : Wawancara Kabid Pengawasan tanggal 19 Januari 2015).
Berdasarkan hasil pembicaraan peneliti dengan kepala bidang pengawasan
dan pengendalian limbah dan sumber daya manusia yang minim. Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) yang memiliki surat perintah
direkomendasikan oleh Bupati Tangerang dan Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang melaksanakan pengawasan pada
perusahaan di Kabupaten Tangerang.
Untuk melaksanakan pengawasan lingkungan yang baik dan benar
pengawas dituntut harus memiliki pengetahuan tentang pengawasan dan memiliki
kualfikasi seorang pengawas wajib mengetahui prinsip-prinsip pengendalian
pengawasan, proses-proses produksi perusahaan, limbah yang dikeluarkan dan
yang paling utama Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) wajib
memahami dan menerapkan peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan hidup.
Karena hasil pengawasan dapat memberikan gambaran kerja pengelolaan
lingkungan yang dilakukan perusahaan.
Kemampuan sumber daya manusia menentukan suatu kelembagaan
pemerintahan daerah seharusnya menjadikan alasan untuk bertujuan melemahkan
sumber daya manusia yang ada pada Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang. Seharusnya agar lebih meningkatkan tujuan yang telah ditetapkan
untuk mencapai apa yang telah Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan tugas fungsi yang telah diatur oleh
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 54 Tahun 2010.
Dalam usaha mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh
pengelolaan lingkungan hidup yang tidak benar, maka diperlukan suatu peraturan
yang bersifat mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat. Berdasarkan beberapa
permasalahn yang diurai diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten
Tangerang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut terdapat beberapa permasalahan-
permasalahan tersebut diantaranya :
1. Dalam pengumpulan data yang diminta oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang pengawasan memerlukan waktu
per 1 bulan. Berikut pernyataan kepada peneliti dari hasil wawancara
Bidang Dokumen AMDAL mengemukakan :
“Proses diterbitkan ijin konsultan yang membantu
pembangunannya itu kan ijin lingkungan kalo untuk amdal 3 bulan
sampai tak terhingga”. (wawancara dengan kasubbid evaluasi dampak lingkungan).
2. Kecukupan anggaran sudah memenuhi, namun masih adanya pegawai
yang tidak berkomitmen pada waktu masuk dan pulang jam kerja.
3. Kuantitas sumber daya manusia di Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) pada kenyataannya mempunyai gelar Sarjana Teknik (ST) dan
Sarjana Sains (S.Si) . Peneliti mengidentifikasi berdasarkan pendidikan :
S2 berjumlah 12 orang, S1 berjumlah 25 orang, D3 berjumlah 5 orang,
SLTA berjumlah 22 orang, dan SLTP berjumlah 1 orang.
4. Masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia di Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang. Terbatasnya jumlah
pegawai dengan latar belakang pendidikan terutama pada Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (WASDAL) dalam
melakukan pengawasan di Kabupaten Tangerang.
5. Kurangnya sosialisasi pemerintah khususnya Badan Lingkungan Hidup
Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang dalam mengawasi pencemaran
limbah perusahaan yang mengganggu masyarakat untuk pemakai
konsumsi air irigasi.
6. Komitmen Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten
Tangerang para pegawai masih belum berkomitmen pada waktu jam kerja
dan tanggung jawab.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti membatasi ruang
lingkup masalah dengan memfokuskan mengenai Bagaimana Efektivitas
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten Tangerang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan
Hidup Daerah (BLHD) Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di
Balaraja Kabupaten Tangerang ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Efektitvitas
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten Tangerang.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Penelitan Secara Teoritis
Penelitian ini memberikan kontribusi baik bagi penulis sendiri dan
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dalam pengendalian
pencemaran lingkungan hidup di Kabupaten Tangerang yang dapat
digunakan dalam pengembangan Ilmu Administrasi Negara.
1.6.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini akan dijadikan referensi dan pengetahuan
dalam memberikan solusi kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah
khususnya dalam pengendalian pencemaran limbah perusahaan di
Kabupaten Tangerang. Memotivasi masyarakat agar dapat menjaga
lingkungan agar tetap terjaga dan berkepanjangan bagi masa depan.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
secara umum mengenai isi prosposal ini agar jelas dan terstruktur, maka dibawah
ini disajikan secara garis besar sistematika skripsi yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah ini yang berisikakan tentang latar belakang
atau alasan mengapa peneliti mengambil permasalahan tersebut
sekaligus menjelaskan menjabarkan fakta – fakta yang ada dari fokus
penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan permaslahan yang terjadi di tempat
penelitian. Identifikasi masalah biasanya diketahui dari studi
pendahuluan ke fokus masalah, observasi dan wawancara sekedar
informasi yang masih berkaitan.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah, menghemat waktu yang dilakukan penelitian
agar lebih memfokuskan masalah yang diteliti, maka peneliti
melakukan pembatasan maslah. Batasan masalah mencakup
pembatasan masalah locus (tempat) dan fokus penelitian.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan perumusan atas masalah-masalah yang
terjadi dilapangan dalam laporan ini perumusan masalah berkaitan
dengan judul yang bersangkutan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah
dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan
rumusan permasalahan.
1.6 Manfaat Penelitian
Bagian ini menjelaskan manfaat penelitian untuk mengetahui manfaat
apa saja yang dihasilkan oleh peneliti laporan ini banyak manfaat yang
dapat diperoleh sesuai judul yang bersangkutan.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan untuk memudahkan pembaca untuk memahami
isi dan alur laporan ini.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan dan variable penelitian sehingga akan
memperoleh konsep penelitian yang jelas.
2.2 Kerangka Berpikir
Menggambarkan alur berpikir dari penelitian sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori yang telah dikemukakan dan memberikakn penjelasan
kepada pembaca tentang anggapan peneliti.
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti,
dan akan di uji kebenarannya dan dirumuskan berdasarkan kajian teori
dan kajian konseptual serta kerangka berpikir.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada sub bab ini menjelaskan tentang metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti.
3.2 Instrumen Penelitian
Menjelaskan bagaimana tentang proses penyususnan dan jenis alat
pengumpulan data yang digunakan.
3.3 Informan Penelitian
Sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti.
3.5 Menjelaskan tentang lokasi dan lamanya waktu yang digunakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Dalam sub bab ini, peneliti ingin menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi dimana dilakukan penelitian secara jelas, anggota
populasi dan sample yang telah ditentukan serta hal-hal lain yang
berhubungan didalamnya.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah di olah dengan menggunakan
teknik analisis data yang relevan.
4.3 Pembahasan
Peneliti selanjutnya melakukan pembahasan secara lengkap dan
terperinci terhadap analisis data yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam sub bab ini, peneliti akhirnya menyimpulkan hasil penelitian
yang diungkapkan secara singkat berdasarkan pada permasalahan.
5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari proses terhadap bidang yang dikaji atau
diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi Teori
Dalam suatu penelitian, teori merupakan hal yang sangat penting bila teori
yang digunakan tidak relevan dengan penelitian yang sedang diteliti dapat
mengakibatkan hasil dari penelitian tersebut tidak akan optimal. Menurut Siregar
(2010 : 118) bahwa definisi dari teori ialah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Berdasarkan definisi tersebut menurut Siregar (2010:188), teori memiliki
ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1. Teori adalah serangkaian preposisi antar konsep-konsep yang saling
berhubungan
2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara
menentukan hubungan antarkonsep.
3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara konsep mana yang
berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
2.2 Teori Pengawasan
Definisi pengawasan menurut Mockler dalam Handoko ( 1995 : 360 )
yang mengemukanan sebagai berikut :
“Pengawasan dalam manajeman merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah di
tetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan diperhatikan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh
Dale dalam Winardi (2000:224) dikatakan bahwa : “the modern concept of
control provides a historical record of what has happened and provides date the
eneble the executive to take corrective steps”. Hal ini berarti bahwa pengawasan
tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya
sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More
dalam Winardi (2000:226) menyatakan bahwa : ”there’s many a slip between
giving works, assignments to men and crrying them out. Get reports of what is
being done, compare it with what ought to be done, and do something about it if
the two aren’t the same”.
Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajeman (2003:359)
mendefinisikan pengawasan sebagai berikut :
“Pengawasan sebagai proseas untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajeman tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan”.
Kemudian Urwick dalam Kencana Syafe’I Ilmu Administrasi Publik
(2006:82) juga menganggap bahwa : “Pengawasan itu adalah upaya agar sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang
telah dikeluarkan”. Fayol mendefinisikan pengawasan dalam Kencana Syafe’I
Ilmu Administrasi Publik (2006:82) bahwa “Pengawasan adalah ketetapan dalam
menguji apapun sesuatu persetujuan, yang disesuaikan dengan instruksi dan
prinsip perencanaan, yang sudah tidak dapat dipungkiri lagi”.
Lain halnya dengan Siagian dalam Kencana Syafe’I Ilmu Administrasi
Publik (2006:82) juga mengemukakan mengenai definisi pengawasan yaitu
“Proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Selain itu, Terry dalam Kencana Syafe’I Ilmu Administrasi Publik
(2006:82) mengatakan :
“Controling can be defined as the process of determining what is to
accomplished, that tehe standard, what is being accomplished, that the
performance, evaluating the performance, and if necessary applying corrective
measure so that performance take place according to plan, that is in conformitiy with the standard”.
(Maksudnya, pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard/standar).
Pengawasan dilakukan agar keputusan yang telah dibuat dapat dijalankan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika hal ini tidak
dilaksanakan, besar kemungkinan akan timbul penyimpangan-penyimpangan atau
penyelewengan yang pada akhirnya akan berakibat tidak tercapainya tujuan yang
telah ditentukan. Atau jika tujuan tercapai, tujuan itu akan tercapai setelah
pengorbanan yang terlalu besar karena di dalam pelaksanaan terdapat inefisiensi
dan pemborosan dalam berbagai bentuk.
Menurut Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen (2003:361):
ada tiga tipe pengawasan yaitu:
1. Pengawasan Pendahuluan (feed forward control). Pengawasan
pendahuluan atau sering disebut steering controls, dirancang untuk
mngantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
kegiatan tertentu diselesaikan.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control). Pengawasan ini sering disebut pengawasan “Ya-
Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama selama
suatu kegiatan berlangsung.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control). Pengawasan umpan balik,
juda dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Pengertian tentang pengawasan sangat beragam dan banyak sekali
pendapat para ahli yang mengemukakannya, namun demikian pada prinsipnya
kesemua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli adalah sama yaitu merupakan
tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan dengan hasil yang
diinginkan, yang dilakukan dalam rangka melakukan koreksi atas penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan manajemen.
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang ke empat setelah
perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi
manajeman, mekanisme pengawasan didalam suatu organisasi memang mutlak
diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu
sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan
lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Definisi tentang pengawasan pun, banyak yang dikemukakan oleh para ahli
seperti :
Mockler dalam Certo (2008:480) beliau menyebutkan bahwa pengawasan
merupakan sebagai konsep pengawasan :
1. Harus adanya rencana, standar atau tujuan sebagai tolak ukur yang ingin
dicapai.
2. Adanya proses pelaksanaan kerja untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
3. Adanya usaha membandingkan mengenai apa yang telah dicapai dengan
standar, rencana, atau tujuan yang telah ada ditetapkan, dan
4. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian konsep
pengawasan dari Mockler ini terlihat bahwa ada kegiatan yang perlu
direncanakan dengan tolak ukur berupa kriteria, norma – norma dan
standar, kemudian dibandingkan, mana yang membutuhkan koreksi
ataupun perbaikan-perbaikan.
Definisi tentang pengawasan juga dikemukakan oleh seorang ahli lain
yaitu Siagian (1990:107) yang menyebutkan bahwa : “Pengawasan adalah proses
pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya”.
Ciri yang terpenting dari konsep yang dikemukakan oleh Siagian ini
adalah bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan-pekerjaan yang
sudah selesai dilaksanakan. Seorang para ahli pun seperti Terry (1986:395) juga
berpendapat tentang pengertian pengawasan ini, ia mengatakan bahwa :
“Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan
korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana”.
Jadi pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari
aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Lembaga Administrasi Negara (1996:159)
mengungkapkan bahwa:
“Pengawasan adalah salah satu fungsi organic manajeman, yang merupakan
proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan
sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai
dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ada
ditetapkan dan yang berlaku. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya
adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat mana pun”.
Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas – tugas organisasi.
Berdasarkan pendapat dalam buku Lembaga Administrasi Negara (LAN) di atas,
tampak bahwa subjek yang melakukan pengawasan adalah pimpinan. Berkaitan
dengan arti pengawasan sebagai suatu proses seperti diungkapkan oleh Lembaga
Administrasi Negara (LAN) tersebut, Soekarno dalam Situmorang dan Juhir
(1994:20) menyatakan bahwa Pengawasan adalah suatu proses yang menentukan
tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang dikerjakan sejalan dengan
rencana.
Certo dalam Ukas (2002:337) mengatakan bahwa : “Controlling is the
process managers go trough to control”. Hal senada juga ditegaskan oleh Koontz,
(1986:195) bahwa : Fungsi pengendalian harus dilaksanakan oleh tiap-tiap
manajer, mulai dari direktur sampai pengawas”. Sementara definisi lain tentang
pengawasan pun oleh Ukas (2004:337) yang menyatakan bahwa :
“Pengawasan adalalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk memantau,
mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas pelaksanaan perkerjaan
sehingga apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang di inginkan”.
Bertitik tolak dari pengertian para ahli tentang pengawasan sebagai mana
diungkapkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang sistematis untuk
membandingkan (memastikan dan menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta
tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan
standar, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan, guna pemanfaatan manusia dan sumber daya lain yang paling efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan.
Selain itu juga terdapat tentang pengawasan menurut seorang penulis,
bahwa pengawasan itu merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan
cara memantau dan mengendalikan terhadap suatu hal, agar berjalan sesuai
dengan prosedur dan sistematika yang telah ditetapkan sebelumnya, demi
tercapainya suatu tujuan bersama dan harapan yang diinginkan bersama sehingga
tidak merugikan serta mengakibatkan suatu negative impact terhadap suatu
elemen maupun organ yang lainnya.
Dalam melakukan pengawasan sangatlah perlu untuk dilakukan secara
efektif sehingga dapat tercipta efektivitas pengawasan yang baik. Menurut
Handoko (2000:373) untuk menjadi efektif, maka sistem dalam pengawasan harus
memenuhi beberapa karakteristik-karakteristik sebagaimana pengawasan yang
efektif tersebut ialah sebagai berikut :
1. Akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data
yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang kalian keliru atau bahkan
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan
dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3. Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan
bersifat obyektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic. Sistem pengawasan
harus memuaskan perhatian pada bidang-bidang di mana
penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau
yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan
harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan keguanaan yang
diperoleh dari sistem tersebut.
6. Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau
harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan
harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi karena setiap tahap
dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi suskes atau kegagalan
keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada
seluruh personalia yang memerlukannya.
8. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan bagi lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif
harus menunjukan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan
koreksi apa yang seharusnya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu
mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan
mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
Jadi pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai
dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditetapkannya atau
ditentukannya.
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya
tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada
dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan
mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut
Sitamorang dan Juhir (1994:22) fungsi pengawasan adalah untuk :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak.
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau
tidak.
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning, yaitu standar.
Rachman dalam Situmorang dan Juhir (1994:22) juga
mengemukakan tentang fungsi pengawasan, yaitu :
1. Untuk mengehtahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai
dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-
kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta. Mencegah
pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan efisien
dan apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut,
sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja,
dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau
tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi ke arah yang lebih
baik. Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Ukas (2004:337)
mengemukakan :
1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-
informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan
dilaksanakan.
2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-
rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti
dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan
atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.
3. Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para
pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai
produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang
memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.
Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan
pengawasan adalah :
1. Agar tercapainya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung
oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan
berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang
konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat
(control social) yang objektif, sehat dan bertanggung jawab.
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi dilingkungan aparat
pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
3. Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau
kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri masing-masing
aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat.
Dalam buku Situmorang dan Juhir (1994:26) mengemukakan
bahwa secara langsung tujuan pengawasan adalah untuk :
1. Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana,
kebijaksanaan dan perintah.
2. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan.
3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa
yang dihasilkan.
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi.
Pengawasan bertujuan hasil pelaksanaan kegiatan-kegiatan
diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini sesuai dengan pendapat :
Handayaningrat (1996:143) mengatakan bahwa : “Pengawasan
bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan”.
Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja
sesuai dengan yang direncanakan, apakah segala instruksi telah
dilaksanakan dan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang
dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekarno Tujuan pengawasan
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana
yang telah digariskan;
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan dengan
instruksi dengan azas-azas yang telah diinstruksikan;
3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan
dalam pekerjaan;
4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan efisien;
5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-
kesulitan, kelemahan atau kegagalan kea rah perbaikan”. Soekarno, (1985:105).
Sementara tujuan pengawasan menurut Makmur (2010:175)
mengatakan bahwa pengawasan :
“Sudah menjadi pendapat umum bahwa efektivitas pelaksanaan
pengawasan dari seluruh kegiatan dalam sebuah kelembagaan
publik maupun kelembagan privat, maka sangat dibutuhkan
profesionalisme pelaksanaan berbagai program kelembagaan
sehingga dapat memberikan hasil sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Apabila sesuatu program kelembagaan tidak memberikan hasil
sesuai dengan harapan sebelumnya, berarti minimal ada tiga jenis
kelembagaan, yaitu :
1. Kelemahan dari segi perencanaan yang tidak tepat sasaran yang
hendak dituju.
2. Pelaksanaan suatu kegiatan tidak ditangani oleh manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan.
3. Pengawasan yang dilakukan oleh manusianya itu sendiri.
Dari beberapa pendapat ahli diatas mengenai tujuan pengawasan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pengawasan adalah
untuk menemukan dan memperbaiki beberapa kelemahan,
penyimpangan yang terjadi dilapangan, agar pelaksanaan pekerjaan
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pengawasan bertujuan agar
hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan efektif
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Husnaini (2001:400), tujuan pengawasan adalah sebagai
berikut :
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan,
pemborosan, dan hambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan. Melakukan
tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik.
Menurut Griffin (2004:163), mendeskripsikan tujuan pengendalian
seperti berikut :
L
Gambar 2.1
Tujuan Pengendalian
(Sumber : Griffin 2004:163)
Berikut keterangan pengertian tujuan pengendalian menurut Griffin
(2004:163) :
a. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan
bisnis yang tidak stabil dan bergejolak. Dalam rentang
waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian tujuan,
banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang
dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau,
dan merespon perubahan. Beradaptasi dengan perubahan
lingkungan membatasi akumulasi kesalahan, pengendalian
membantu organisasi mengatasi kompleksitas, dan
meminimisasi biaya.
b. Membatasi akumulasi kesalahan
Beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
Membatasi akumulasi
kesalahan
Pengendalian membantu organisasi
Mengatasi Kompleksitas Meminimasi Biaya
Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan
kerusakan serius pada kinerja organisasi. Namun dari waktu
ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat terakumulasi dan
berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil
yang dapat berulang-ulang. Dengan adanya pengawasan,
manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan
dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.
c. Mengatasi kompleksitas organisasi
Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku
atau sumber daya, membuat satu jenis produk atau jasa,
memiliki desain organisasi yang sederhana, dan mengalami
permintaan produk yang konstan, maka para manajernya
dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan
sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi
produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan
sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain
organisasi yang rumit, serta memiliki banyak pesaing
memerlukan sistem yang canggih untuk membuat
pengawasan yang memadai
d. Meminimisasi biaya
Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan
meningkatkan output apabila dipraktekkan secara efektif.
Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat
penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat
salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu
diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian
menghukumnya tetapi untuk mendidik dan
membimbingnya.
Menurut Maringan (2004:61) menyatakan tujuan pengawasan
adalah sebagai berikut :
a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan,
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.
b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan
dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga
lebih bersifat mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan
tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan, maka
tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah
ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang
baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
2.2.2 Jenis-jenis Pengawasan
Beberapa para ahli ilmu administrasi atau manajemen berbeda-beda
dalam mengemukakan pendapat mengenai macam-macam dan syarat-
syarat pengawasan, hal ini dikarenakan sudut pandang dari berbagai
para ahli yang berbeda.
Menurut Maringan (2004:62) Pengawasan terbagi 4 yaitu :
a. Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran
perusahaan.
b. Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan. Ini
untuk kepentingan tertentu.
c. Pengawasan preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan.
Dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
d. Pengawasan represif
Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005:327) jenis pengawasan terbagi
menjadi tiga :
a. Pengawasan awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengawasan proses
Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan
tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan
tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapakan.
c. Pengawasan akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
Menurut Handayaningrat (1980:143) mengemukakan bahwa
pengawasan itu diuraikan dalam 4 macam yaitu :
1. Pengawasan dari dalam organisasi (internal control) adalah
pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/unit pengawasan
yang dibentuk didalam organisasi itu sendiri. Aparat/unit
pengawasan ini bertindak atas nama Pimpinan organisasi.
Data-data dan informasi ini dipergunakan oleh Pimpinan
untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam
pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula
dgunakan dalam menilai kebijaksanaan Pemimpin.
2. Pengawasan dari luar organisasi (exernal control) adalah
pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/unit pengawasan
dari luar organisasi itu. Aparat/unit pengawasan dari luar
organisasi itu Aparat pengawasan yang bertindak atas nama
atasan dan pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas
nama Pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
3. Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan
sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari pengawasan
preventif ini adalah untuk mencegah terjadinya
kekeliruan/kesalahan dalam pelaksanaan. Pengawasan
preventif dapat dilakukan dengan usaha-usaha sebagai
berikut :
a. Menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan sistem prosedur, hubungan dan tata kerjanya;
b. Membuat pedoman/manual sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan;
c. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggungjawabnya;
d. Mengorganisasikan segala macam egiatan, penempatan
pegawai dan pembagian pekerjaannya;
e. Menentukan sistem koordinasi, pelaporan dan
pemeriksaan;
f. Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pejabat yang
menyimpang dari peraturan yang telah diterapkan.
4. Pengawasan Repressif adalah pengawasan yang dilakukan setelah
adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan
ini adalah untuk menjamin kelangsungan pelakanaan pekerjaan agar hasilnya seuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan apabila mengacu pada Lembaga Administratif Negara
Republik Indonesia dalam bukunya Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia mengemukakan macam-macam pengawasan dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Subyek yang melakukan pengawasan
Berdasarkan subyek yang melakukan pengawasan, dalam Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia dikembangkan menjadi 4
macam pengawasan yaitu :
a) Pengawasan Melekat (Waskat), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan
kerja yang dipimpinnya.
b) Pengawasan Fungsional (Wasnal), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya melakukan
pengawasan. Seperti Itjen, Itwilprop, BPKP dan Bepeka.
c) Pengawasan Masyarakat (Wasmas), yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat, seperti yang termuat dalam media
massa.
2. Cara pelaksanaan Pengawasan
Berdasarkan faktor ini, dapat dibedakan antara pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.
a) Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilaksanakan di
tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inspeksi
dan pemeriksaan.
b) Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang
dilaksanakan dengan mengadakan permintaan dan pengkajian
laporan dari pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat
pengawasan fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan
masyarakat.
3. Waktu Pelaksanaan
a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai,
pengawasan ini antara lain dilakukan dengan mengadakan
pemeriksaan dan peretujuan atas rencana kerja dan rencana
anggarannya, penetapan petunjuk operasional (PO), persetujuan
atas rancangan peraturan perundangan yang akan ditetapkan
oleh pejabat/instansi yang lebih rendah. Pengawasan ini bersifat
preventif dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan, penyelewengan pemborosan, kesalahan,
terjadinya hambatan dan kegagalan.
b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang
berlangsung. Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan
membandingkan antara hasil yang nyata dicapai dengan yang
seharusnya telah dan yang harus dicapai dalam waktu
selanjutnya.
c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana dan hasil.
Ditinjau dari berbagai aspek, pada dasarnya terdapat berbagai
macam pengawasan yang dibedakan dalam subyek pengawasan, obyek
pengawasan dan waktu pengawasan.
Ditinjau dari segi subyek atau yang melaksanakan pengawasan,
menurut Adisamita (2010:132) maka fungsi dan kegiatan pengawasan
dibedakan dalam dua jenis, yakni :
a) Pengawasan internal adalah yang dilakukan oleh suatu
badan/lembaga pengawasan terhadap organ-organ dalam tubuh
suatu organisasi. Sebagai contoh mengenai pengawasan internal
ini dikemukakan oleh Sujamto (1986:62) yaitu BPKP ditinjau
dari Departemen yang bersangkutan, Inspektorat wilayah
Provinsi, Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota ditinjau dari
Provinsi dan Kabupaten/Kota masing-masing.
b) Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
perangkat, pejabat atau lembaga pengawasan diluar suatu unit organisasi.
Kedua jenis pengawasan diatas disebut pengawasan formal, sebab
yang melakukan ini adalah badan/lembaga yang mempunyai kedudukan
formal (legal), seperti Badan Pemriksa Keuangan (BPK).
Ditinjau dari segi objek pengawasan Manullang yang mengutip
Beishline (1983:177), membedakan objek pengawasan yaitu “(a)
Pengawasan Operatif, dan (b) Pengawasan Administratif”. Pengawasan
operatif untuk bagian terbesar berurusan dengan tindakan, akan tetapi
pengawasan administratif berurusan baik dengan tindakan maupun
dengan pikiran.
Dari segi pelaksanaannya, objek pengawasan dapat dibedakan
menjadi dua jenis kegiatan pengawasan, yakni :
a. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan (pimpinan) dalam suatu
organisasi terhadap bawahannya secara langsung dalam
melaksanakan pekerjaan di tempat berlangsungnya pekerjaan
(on the spot). Sistem pengawasan langsung yang dilakukan oleh
atasan ini disebut Buill of Controll. Dengan demikian, hal ini
mencakup pengertian Pemeriksaan (inspection).
b. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat atau pimpinan organisasi tanpa mendatangi objek
yang diawasi/diperiksa. Lazimnya, aparat atau pimpinan yang
melakukan pengawasan tidak langsung, memeriksa pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan laporan yang tiba kepadanya dengan
mempelajari serta menganalisis laporan atau dokumen yang berhubungan dengan objek yang diawasi.
2.2.3 Proses Pengawasan
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi
terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah merupakan
wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi
terhadap para bawahan. Oleh karena itu, sebagai suatu fungsi maka
proses pelaksanaan pengawasan oleh pimpinan dilakukan melalui
beberapa tahap, seperti yang diungkapkan Harahap (2000:11) bahwa :
“Manajemen control adalah pekerjaan yang harus dilakukan
oleh seorang pimpinan untuk meneliti dan mengatur pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai.”
Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Harahap di atas,
dapat diungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan harus melalui
tahapan-tahapan sebagai bentuk dari suatu proses kegiatan pengawasan.
Bersamaan dengan pendapat tersebut, terdapat banyak pendapat yang
mengungkapkan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengawasan. Hal tersebut diungkapkan dalam bentuk
langkah umum mengenai proses pengawasan, seperti yang diungkapkan
oleh Terry dalam Winardi (1986:397) yang mengemukakan bahwa :
Pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga
macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni :
1. Mengukur hasil pekerjaan.
2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard an
memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan), dan
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui
tindakan perbaikan.
Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur pokok atau tahapan-
tahapan yang selalu terdapat dalam proses pengawasan, yaitu :
1. Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta.
Standar ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum
ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap
bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
2. Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi.
Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat
berbuat sesuatu akan hal ini.
3. Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan
dalam suatu pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya
koreksi, jikalau dalam hal ini diketahuib bahwa aktivitas umum
tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah
fundamental dalam setiap prosesnya Griffin (2004:167). Langkah-
langkah tersebut diilustrasikan dalam gambar berikut :
Gambar 2.2
Langkah Langkah Proses Pengawasan
(Sumber : Griffin 2004:167)
Pengertian langkah-langkah dalam proses pengawasan sebagai
berikut :
a. Menetapkan standar
Control standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan
untuk kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk
tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat
diukur. Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan
organisasi. Dalam penentuan standar diperlukan
pengindentifikasian indikator-indikator kinerja adalah ukuran
kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung
dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil kerja karyawan pada
umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-
rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh
karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan
dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami
tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
b. Mengukur kinerja
Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi
sebagian besar organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif,
ukuran-ukuran kinerja harus valid. Kinerja karyawan
biasanyadiukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi
banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.
c. Membandingkan kinerja dengan standar
Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan
karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan.
Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis
yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus.
Selain itu atasan dapat juga langsung hasil pekerjaan atau
karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan.
Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah
dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan,
perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan
Menetapkan standar Mengukur Kinerja Membandingkan
kinerja dengan
standar
Menentukan
kebutuhan akan
tindakan koreksi
Mempertahankan
status quo
Mengoreksi
penyimpangan
Mengubah standar
menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan
pertama dipasar. Standar ini jelas dan relative mudah dihitung
untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum.
Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan
dengan lebih detail. Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar,
maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum
tindakan korektif dilakukan.
d. Menentukan kebutuhan tindakan korektif
Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat
bergantung pada keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer.
Setelah membandingkan kinerja dengan standar, manajer dapat
memilih salah satu tindakan : mempertahankan status quo (tidak
melakukan apa-apa, mengoreksi penyimpangan, atau mengubah
standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang
diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang
menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan,
maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada
beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan :
1. Kekurangan faktor produksi
2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human
resource dan resource lainnya dalam lingkungan organisasi 3. Sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya.
2.2.4 Teknik-Teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasanya
dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu :
a. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa
kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan
langsung dapat berbentuk :
1. Inspeksi langsung
2. On-the-spot observatition
3. On-the-spot report
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui
laporan yang dan disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupun lisan.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut menurut
para ahli :
Menurut Mulyadi (2007:770) mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pengawasan adalah :
a. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam
organisasi.
b. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal
karena adanya desentralisasi kekuasaan.
c. Kesalahan/penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan.
2.3 Manajeman Strategis
Manajeman strategis dapat didefinisikan dalam ilmu pengetahuan yang
membentuk sistem merumuskan, mengimplementasikan, mengevaluasi
keputusan-keputusan jabatan fungsional yang membuat sebuah organisasi berjalan
sebagai mana dengan tujuan dan fungsinya. Seperti dikemukakan didalam definisi
ini, manajeman strategis berfokus pada usaha untuk mensinergikan manajeman
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,
serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
Tujuan manajeman strategis untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai
peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya
berusaha untuk mengoptimalkan tren-tren dewasa ini untuk esok.
2.3.1 Tahap-Tahap Manajeman Strategis
Proses manajeman strategis terdiri atas tiga tahap: perumusan
strategis, penerapan strategis, dan penilaian strategis. Penerapan strategi
mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman
eksternal suatu orgnisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan
internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi
alternative, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Penerapan strategi seringkali disebut tahap “aksi” dari manajeman
strategis. Ini sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam
manajeman strategis, penerapan atau implementasi strategis membutuhkan
disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal. Keterampilan interpersonal
sangat penting bagi penerapan strategi yang berhasil.
Penilaian strategi adalah tahap akhir dalam manajeman strategis.
Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh
informasi ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik. Semua
strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena
berbagai faktor eksternal dan internal terus menerus berubah. Tiga
aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah (1) peninjauan ulang
faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi
saat ini, (2) pengukuran kinerja, (3) pengambilan langkah korektif.
Penilaian strategi diperlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak selalu
berhasil dimasa nanti. Keberhasilan menciptakan persoalan baru dan
berbeda.
2.4. Penelitian Terdahulu
2.4.1 Peneliti Pertama
a. Persamaan Berikut persamaan penelitian terdahulu yaitu merupakan
membahas suatu instansi Badan Lingkungan Hidup Daeah (BLHD).
Ghina Mangala Hadis Putri (B11109041), Fungsi Badan Lingkungan
Hidup Daerah Terhadap Pemberian Proper dalam Bidang
Pertambangan di Provinsi Sulawesi Selatan, dibimbing oleh Muh.
Yunus Wahid (selaku Pembimbing I) dan Irwansyah (selaku
Pembimbing II).
b. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan dan
mekanisme pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan serta untuk mengetahui pengaruh pemberian Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) terhadap
pengelolaan lingkungan hidup pada perusahaan-perusahaan di Provinsi
Sulawesi Selatan.
c. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber data melalui
wawancara dan observasi langsung di lapangan. PROPER merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
hidup melalui instrumen informasi. Kementerian Lingkungan Hidup
memberikan kewenangan pelaksanaan PROPER kepada pemerintah
provinsi yakni Gubernur selaku wakil pemerintah sebagai bentuk
dekosentrasi PROPER yang kemudian diberikan kepada Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi. Salah satu indikator
kinerja PROPER adalah tingkat ketaatan perusahaan terhadap
peraturan. Dalam faktanya, PROPER memberikan pengaruh positif
terhadap perusahaan pertambangan yang terdaftar sebagai peserta
PROPER untuk wilayah Sulsel yaitu PT Indomarmer Kuari Utama,
Pangkep dan PT Vale Indonesia Tbk, Luwu Timur.
2.4.2 Peneliti Kedua
a. Persamaan
Persamaan penelitan oleh peneliti sebelumnya yaitu bertempat
pada suatu organisasi instansi Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Akuntansi
Lingkungan (Studi pada KLH/BLH, Dinkeb, dan PDAM Kabupaten /
Kota di Provinsi Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh ukuran organisasi, pernyataan standar
akuntansi, dan manajemen lingkungan terhadap pelaksanaan akuntansi
lingkungan. Sampel yang digunakan adalah data primer yang berasal
dari badan lingkungan hidup (BLH)/kantor lingkungan hidup (KLH),
dinas kebersihan (Dinkeb), dan perusahaan daerah air minum
(PDAM) tingkat kabupaten/kota. Data dikumpulkan dengan mengirim
kuesioner secara langsung ke tiap responden. Total sampel yang
terkumpul adalah 17 KLH/BLH, 3 Dinkeb, dan 13 PDAM.
b. Perbedaan
Perbedaan pada penelitian terdahulu yakni memakai hipotesis
penelitian kuantitatif dengan 3 variabel yang mempunyai sifat
mempengaruhi Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian di atas,
maka penulis memprediksi ada korelasi positif antara tingkat
pelaksanaan akuntansi lingkungan dengan ukuran organisasi.
Sehingga, penelitian ini mengajukan hipotesis pertama yang tertulis di
bawah ini:
Hipotesis 1: Ukuran organisasi mempunyai pengaruh terhadap tingkat pelaksanaan akuntansi lingkungan.
Oleh karena itu, penulis memasukkan variabel independen
pernyataan standar akuntansi ke dalam hipotesis karena akuntansi
sektor publik dan sektor private di Negara Indonesia memiliki
pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.
Sehingga, penelitian ini mengajukan hipotesis kedua yang tertulis di
bawah ini:
Hipotesis 2: Pernyataan standar akuntasi mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan akuntansi lingkungan.
Oleh karena itu, manajemen lingkungan dapat bersifat menjelaskan
pengungkapan lingkungan dan menjadi faktor penentu dari
pelaksanaan akuntansi lingkungan di sektor privat dan sektor publik.
Sehingga, penelitian ini mengajukan hipotesis ketiga yang tertulis di
bawah ini:
Hipotesis 3: manajemen lingkungan mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan akuntansi lingkungan.
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yaitu menggambarkan alur pikiran peneliti untuk
kelanjutan dari teori yang memberikan penjelasan kepada pembaca, berdasarkan
judul penelitian tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini secara garis
besarnya adalah pengawasan badan lingkungan hidup daerah dalam pengendalian
pencemaran.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang adalah
Badan yang memiliki kewenangan yang cukup besar terhadap kelestarian
lingkungan alam dan lingkungan hidup dengan memiliki suatu peranan yang
sangat besar dalam melakukan suatu pengawasan, dan mengendalikan terhadap
adanya suatu industri, rumah sakit, dan pelaku unit usaha lainnya yang melakukan
suatu pencemaran terhadap lingkungan.
Adanya pengendalian dalam pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang akan dapat
memberikan suatu peran yang sangat besar, guna mengatasi pencemaran yang
terjadi dilingkungan wilayah Kabupaten Tangerang terutama di Balaraja. Maka
dari itu dalam teori yang digunakan oleh penulis ini lebih menekankan kepada
teori efektivitas pengawasan yang sebagaimana telah dikemukakan oleh Handoko
(2000:373), bahwa demi terciptanya pengawasan yang efektif maka harus
terpenuhi karakteristik – karakteristik dari pengawasan seperti :
1. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang
tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi
mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah
yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat waktu. Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi
secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3. Obeyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat
obyektif serta lengkap.
4. Terpusat pada titik – titik pengawasan strategik. Sistem pengawasan harus
memusatkan perhatian pada bidang – bidang di mana penyimpangan –
penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan
mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus
lebih rendah, atau paling tidak sama, dengan keguanaan yang diperoleh
dari sistem tersebut.
6. Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau
harmonis dengan kenyataan – kenyataan organisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan harus
terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi karena setiap tahap dari proses
pekerjaan dapat mempengaruhi suskes atau kegagalan keseluruhan operasi,
dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukannya.
8. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan bagi
lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif harus
menunjukan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa
yang seharusnya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu
mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.
Dengan karakteristik-karakteristik dalam hal-hal tersebut, akan mampu untuk
menciptakan lingkungan hidup yang bersih, hijau, teduh, dan lestari alam sejuk di
Kabupaten Tangerang. Adapun kerangka berfikirnya seperti gambar berikut
dibawah ini :
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir Penelitian
Karakteristik dari pengawasan
yang efektif :
1. Akurat
2. Tepat waktu
3. Obyektif
4. Terpusat pada titik-titik
pengawasan
5. Realistik secara ekonomis
6. Realistic secara
organisasional
7. Terkoordinasi dengan aliran
kerja organisasi
8. Fleksibel
9. Bersifat sebagai petunjuk dan
operasional
10. Diterima para anggota
organisasi
Handoko (2000:373)
Efektivitas Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup Oleh Perusahaan Di Kabupaten Tangerang
PERTURAN BUPATI
TANGERANG
Nomor : 54 Tahun 2010
Tentang
Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata
Kerja
Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang
Identifikasi Masalah :
1. Pengumpulan data perusahaan yang dijadwalkan untuk kegiatan
pengawasan memerlukan waktu per 1 bulan.
2. Anggaran sudah tercukupi. Masih ditemukan pegawai yang tidak
berkomitmen waktu.
3. Kuantitas sumber daya manusia di BLHD.
4. Kualitas sumber daya manusia di BLHD.
5. Kurangnya sosisalisasi dari BLHD.
6. Komitmen BLHD Kabupaten Tangerang masih rendahnya rasa
tanggung jawab peraturan jam kerja.
(Sumber : Peneliti 2015)
Tercapainya Pengawasan yang efektif di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang
2.6 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah di jelaskan di atas,
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka peneliti berasumsi bahwa penelitian tentang Efektivitas
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Dalam Pengendalian
Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang tahun 2014 belum berjalan
dengan baik dan efektif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaraan suatu pengetahuan, usaha yang digunakan untuk mengetahui
metode ilmiah (Hadi,1984:4). Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada
latara alamiah atau pada konteks suatu keutuhan (entity). Dalam penelitian
kualitatif ini peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama (Moleong,2009:9). Bentuk penilaian kualitatif ini yaitu
dengan menggunakan penelitian eksploratif kualitatif merupakan metode yang
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
Dalam prakteknya tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan
klasifikasi data saja tetapi juga menganalisis dan menginterprestasikan tentang arti
data tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu paradigma
penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan
pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.
Metode penelitian ini ada karena terjadi perubahan paradigma dalam
memandang suatu fenomena sosial. Dalam paradigma ini fenomena sosial
dipandang sebagai sesuatu yang kompleks, dinamis dan penuh makna. Paradigma
yang demikian disebut paradigma positivisme. Paradigma positivisme
mengembangkan metode penelitian kualitatif, yang kali ini digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis
data bersifat induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono,2007:1).
3.2 Fokus Penelitian
Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Efektivitas Pengawasan Badan
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan
lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah
ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.
Penelitian yang dilakukan berlokasi di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupateng Tangerang.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif ini yaitu melakukan penelitian itu
sendiri, yaitu peneliti. Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil
penelitian yang diperoleh secara valid dan realibel dan ini sangat tergantung pada
kualitas data yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan
instrumen yang berkualitas. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang
yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara
cermat, tertib dan leluasa, dan bahan ada yang menyebutnya sebagai key
instrument (Satori dan Komariah,2010:61).
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, melainkan
situasi social atau dinamakan juga “social situation” yang terdiri atas tiga elemen,
yaitu: tempat (place), pelaku, (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan
responden tetapi sebagai narasumber atau partisipan informan.
(Sugiyono,2008:49-50).
3.5 Informan Penelitian
Informan penelitian yaitu menggambarkan secara umum informan-
informan yang diambil sebagai narasumber yang memiliki hubungan sangat dekat
dengan objek yang diteliti dan sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga data
dan informasi yang diambil mencapai taraf jenuh. Dalam sebuah penelitian social
dengan metode kualitatif, informan menjadi salah satu hal yang sangat
pentinguntuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan. Dalam menentukan
informan pada penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik Purposive, yaitu
menepatkan informan dari awal.
Dalam penelitian ini para pegawai Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang sebagai objek penelitian yang berkaitan tentang Efektivitas
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Di Balaraja Kabupaten Tangerang. Penentuan informan yang
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan key informan
(informan kunci) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan
focus penelitian. (Bungin, Burhan. 2007:53).
Penentuan key informan menurut Morse dalam Denzim disebut pemilihan
the primary selection (partisipan pertama), yaitu pemilihan secara langsung
memberi peluang bagi peneliti untuk menentukan sampel dari sekian informan
yang langsung ditemui. Sedangkan jika peneliti tidak dapat menentukan partisipan
secara langsung, sebagai cara alternatif peneliti dapat melakukan pemilihan
secondary selection (informan kedua) (Denzin K, Norman dan Yvonna S
Lincoln:290).
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Kode Informan Keterangan
1 I1 Kepala Bidang
Pengawasan dan
Pengendalian
Limbah
Key Informan
2 I2 Kepala Bidang Bina
Hukum dan
Informasi
Lingkungan
Key Informan
3 I3 Kassubid Evaluasi
Dampak
Lingkungan
Key Informan
4 I4 Camat Balaraja Key Informan
5 I5 Tokoh Masyarakat
Desa Talagasari
Seccondary
Informan
6 I6 Masyarakat Desa
Talagasari
Seccondary
Informan
7 I7 PT Adis Dimension
Footwear
Secondary
Informan
8 I8 LSM Wahana
Fortuna Banten
Key Informan
(Sumber : Peneliti 2015)
Berdasarkan tabel di atas, yang menjadi key informan dalam penelitian ini
adalah para aparatur pelaksana seperti Kepala Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Limbah, Kepala Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan,
Kasubbid Evaluasi Dampak Lingkungan, Tokoh masyarakat Desa Talagasari ,
Camat Balaraja, LSM Wahana Hijau Fortuna, dan PT Adis Footwear.
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan
(Sugiyono 2010;62).
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan
dalam empat cara yaitu sebagai berikut;
1. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.Dalam
penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian ini peneliti
langusung terhadap objek yang di teliti, kemudian dari pengamatan
tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh berkaitan dengan
aktivitas penelitian. Sehubungan dengan itu Bungin dalam Satori dan
Komariah (2010:105) mengartikan observasi sebagai metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan. Pada penggunaan metode
observasi dalam penelitian ini ditekankan pada pengawasan yang meliputi
indikator-indikator yang telah ditentukan.
2. Wawancara
Mulyana (2006:180) mengartikan wawancara sebagai bentuk
komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.Wawancara secara
garis besar dibagi dua, yakni wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.Wawancara tidak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara
terbuka (open ended interview), wawancara etnografis.
Wawancara mendalam adalah tekhnik pengolahan data yang
pengumpulan datanya didasarkan percakapan secara intensif dengan suatu
tujuan tertentu. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai
informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian,
wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian.
Adapun yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, menurut
Sugiyono (2010:197) wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang
bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan, yaitu kriteria informan dan pedoman
wawancara yang disusun dengan rapih serta terlebih dahulu dipahami oleh
peneliti. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
2. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
3. Menjelaskan instutusi atau badan yang melaksanakan penelitian.
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan
serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur,
selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh
dengan cara pemendekan kata-kata dan merangkainya kembali dalam
bentuk kalimat. (Nazir, 1985:234-242).
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah :
1. Buku catatan : untuk mencatat percakapan dengan sumber data.
2. Alat perekam : untuk merekam semua percakapan karena jika
hanya menggunakan buku catatan, peneliti sulit untuk mendapatkan informasi yang diberikan oleh informan.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
terbagi atas data primer dan sekunder. Data primer diambil langsung dari
informan penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui
wawancara.Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung
berasal dari informan. Data sekunder yang dipakai yaitu data Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan sumber data primer diatas berupa hasil wawancara
untuk mempermudah dan memfokuskan masalah penelitian maka
disusunlah pedoman wawancara dengan berdasarkan indikator variabel
penelitian, yaitu sebagai berikut:
Table 3.2
Pedoman Wawancara
No Dimensi Sub Dimensi Informan
1 Akurat
Perencanan
Kegiatan
I1
I2
I3
I4
I5
I6
Pelaksanaan
Kegiatan
Koordinasi
dengan
Instansi
lainnya
lembaga
terkait I7
I8
2 Tepat Waktu
Pelaksanaan
pengumpulan
data – data
perusahaan
I1
I2
I3
I4
I5
I6
I7
I8
Evaluasi dari
\pelaksanaan
pengumpulan
data
Dievaluasi
Pengendalian
waktu dalam
melakukan
pekerjaan
3 Obyektif
Informasi
harus mudah
dipahami dan
bersifat
obyektif
I1
I2
I3
I4
I5
I6
Mengerjakan
suatu
pekerjaan
yang sesuai
4
Terpusat pada
titik titik
pengawasan
Memusatkan
pada bidang
yang sering
terjadi
penyimpangan
I1
I2
I4
I5
I6
Menilai
pelaksanaan
pengawasan
5 Realistik secara
ekonomis
Biaya
pelaksanaan
pengawasan
harus lebih
rendah I1
I2
I7
I8
Biaya
pelaksanaan
apabila tidak
lebih rendah
atau paling
tidak sama
dengan
kegunaan
yang
diperoleh.
6 Realistik secara
organisasional
Sistem
pengawasan
harus sesuai
dengan
tupoksi
I1
I2
I4
I5
7
Terkoordinasi
dengan aliran
kerja organisasi
Informasi
pengawasan
harus diterima
oleh aliran
kerja
organisasi
I1
I2
I4
I5
I6
I7
I8
Proses
pekerjaan
dapat
mempengaruhi
sukses atau
kegagalan
organisasi
8 Fleksibel
Memberikan
tanggapan
atau reaksi
terhadap
ancaman
Kesempatan
I1
I2
I4
I5
Meningkatkan
kinerja
organisasi
9
Bersifat sebagai
petunjuk dan
operasional
Menunjukan
baik deteksi
atau deviasi
dari standar
tindakan
koreksi
I1
I2
I4
I5
I6
Koreksi untuk
meniadakan
kesalahan
10
Diterima para
anggota
organisasi
Bertanggung
jawab dan
berprestasi
I1
I2
I4
I5
I6
I7
I8
Informasi
yang diberikan
oleh pimpinan
Keterbukaan
Publik
(Sumber : Peneliti 2015)
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualtitatif (Sugiyono 2010;82)
4. Triangulasi
Dalam penelitian ini validitas data atau keabsahan data diperiksa
dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Moleong 2004:178).
Triangulatian menurut Patton dalam Moleong (2004:178-179)
dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :
1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa
wawancara yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu
tertentu.
2. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1)
pengecekan terhadap derajat kepercayan penemuan hasil penelitian
dengan beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi Peneliti, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan. Pengambilan data dilakukan oleh beberapa orang.
4. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama
dan datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori
yang berbeda.
Semua macam triangulasi data diatas, peneliti dalam melakukan
analisis data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber yaitu konfirmasi terhadapsuatu informasi dengan
membandingkan data hasil wawancara dari pada informan yang dituju.
2. Triangulasi metode yaitu konfirmasi terhadap data observasi,
dokumentasi dan wawancara.
3.6.2 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak
peneliti melakukan kegiatan sebelum ke lapangan sampai dengan selesai
penelitian. Analisis data dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti
sampai data tersebut jenuh.
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dimana
data yang diperoleh akan dianalisis dan dikembangkan menjadi sebuah
asumsi dasar penelitian. Kemudian data-data lainnya terus dikumpulkan
dan ditarik sebuah kesimpulan.Kesimpulan tersebut dapat memberikan
suatu hasil akhir apakah asumsi dasar penelitian yang telah dibuat sesuai
dengan data yang ada atau tidak. Menurut Milles dan Huberman
(2009:16) dalam bukunya berjudul Analisis Data Kualitatif menerangkan
yaitu sebagai berikut :
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa analisis data kualitatif
merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian
kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Akan tetapi tiga hal lainnya
itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan. Lebih jelasnya, maka
kegiatan analisis data dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Data
Collecting
Data Display
Data Reduction
Conclusion
Drawing/Verification
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mepermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Tahap Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah
mendisplaykan data.Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka
akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
c. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion
Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan itu merupakan kesimpulan yang kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di
Provinsi Banten. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 96.000 hektar meliputi 29
kecamatan, 28 kelurahan, dan 320 desa. Kecamatan di Kabupaten Tangerang dari
tahun 2008 hingga sekarang ada 15 kecamatan ditambah 14 kecamatan yang
dimekarkan. Jumlahnya ada 29 kecamatan. Secara geografis Kabupaten
Tangerang terletak dibagian timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-
106°43’ Bujur Timur 6°00’-6°00-6°20’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten
Tangerang 1.110,38 km2 atau 12,62% dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten
dengan batas wilayah :
1. Berbatasan dengan Laut Jawa di Utara,
2. Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Provinsi DKI Jakarta di
Timur,
3. Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di Selatan,
4. Serta Kabupaten Serang di Barat.
Gambar 4.1
(Sumber : Wikipedia diakses pada 02 Agustus 2015)
Tangerang merupakan wilayah perkembangan Jakarta. Secara umum,
Kabupaten Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 2 wilayah pertumbuhan,
yakni:
1. Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada di bagian barat,
difokuskan sebagai daerah sentra industri, permukiman, dan pusat
pemerintahan.
2. Pusat Pertumbuhan Teluk Naga, berada di wilayah pesisir,
mengedepankan industri pariwisata alam dan bahari, industri maritim,
perikanan, pertambakan, dan pelabuhan.
3. Pusat Pertumbuhan Curug, Kelapa Dua, Legok dan Pagedangan, berada di
bagian timur dekat perbatasan dengan kota Tangerang Selatan, difokuskan sebagai pusat pemukiman, dan kawasan bisnis.
Salah satu peran Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
harus terus mengupayakan keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian
lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut sudah diterapakan oleh pemeritah
daerah Kabupaten Tangerang. Bahwa kewenangan lingkungan sudah
didelegasikan dari Pemerintah pusat ke Daerah.
4.1.1 Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang
A. Visi dan Misi BLHD Kabupaten Tangerang
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, bagaimana dan kemana
organisasi harus dibawa agar konsisten dan tetap berjalan inovatif dan
produktif. Dengan mengacu pada visi dan misi Pemerintah Kabupaten
Tangerang maka Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
menetapkan visi yaitu :
“Terwujudnya Pembangunan Yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan
Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten Tangerang”
1. Pembangunan Yang Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi kedalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
2. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup adalah Menigkatnya keadaan
lingkungan yang dapat memberikan daya dukung optimal bagi
kelangsungan hidup manusia pada suatu wilayah.
Untuk memenuhi visi tersebut maka Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang menjabarkan kedalam misi. Misi merupaka
pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin
dicapai. Adapun misi BLHD Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
“Peningkatan Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Dasar bagi
masyarakat yang merujuk pada prinsip pengembangan tata ruang dan
lingkungan pemukiman yang berwawasan lingkungan” dan “Mewujudkan
birokrasi pemerintahan yang bersih, profesional, berwibawa, amanah,
transparan, dan bertanggung jawab”.
Mengacu pada Visi Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang yang tercantum dalam Rancangan RPJMD, Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang menetapkan misi yang harus
dikerjakan dalam kurun waktu 2013-2018 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
2. Meningkatkan kebijakan, Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
3. Meningkatkan pengelolaan Sumber Daya Alam.
4. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan peran serta
masyarakat/atau kegiatan usaha dalam upaya pelestarian fungsi
lingkungan.
5. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam mewujudkan kondisi lingkungan yang hijau dan bersih (Green and Clean).
4.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang
A. Tujuan
Tujuan adalah penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi.
Tujuan adalah sesuatu atau apa yang akan dicapai atau dihasilkan pada
jangka waktu 1 (satu) - 5 (lima)? Tujuan akan mengarahkan perumusan
sasaran, strategi, dan kebijakan dalam mewujudkan misi. Oleh karena itu
tujuan ini dibuat untuk dapat menyediakan dasar yang kuat dalam
menetapkan indikator kinerja. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang untuk jangka
waktu perencanaan kedepan adalah :
1. Mengoptimalkan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan fasilitasi dan
koordinasi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
secara terintegrasi.
2. Mengedepankan upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup dalam rangka mewujudkan
keseimbangan fungsi lingkungan hidup untuk mendukung
tercapainya pembangunan berkelanjutan.
3. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air.
4. Merehabilisasi kawasan ekosistem yang rusak dalam upaya
pemulihan fungsi sumber daya alam.
5. Mengembangkan kemampuan, kesadaran dan partisipasi dan
kepedulian masyarakat/kegiatan usaha dalam upaya pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
6. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan mendayagunakan semua potensi yang ada secara optimal dan terpadu.
B. Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang
akan dicapai /dihasilkan secara nyata oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Sesuai dengan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka sasaran yang
hendak dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang untuk mencapai kelima misi yang telah ditetapkan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang tersebut adalah :
Misi 1 (Meningkaktan kapasitas dan akuntabilitas Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang) : 1. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana operasional Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yang handal.
2. Terwujudnya peningkatan kapasitas SDM Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang sesuai dengan tuntutan
profesi serta perkembangan pengetahuan dan teknologi.
3. Terwujudnya peningkatan kinerja Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan fasilitasi dan
koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.
Misi 2 (Meningkatkan Kebijakan, Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup) :
1. Terlaksananya pengawasan dan pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Menurunkan beban pencemaran limbah cair, padat, dan gas dari
sumber pencemar.
3. Terwujudnya peningkatan pengelolaan limbah industry.
4. Memperkuat instrumen peraturan perundang undangan lingkungan
hidup serta meningkatkan upaya pentaatan dan penegakan hukum
lingkungan secara konsisten.
5. Mewujudkan, melaksanakan dan mengawasi ketentuan perijinan
lingkungan.
Misi 3 (Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam) :
1. Terlaksananya pengawasan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya air.
2. Terlaksananya perlindungan, rehabilitasi dan konservasi kawasan
pesisir dan laut serta menjaga keanekaragaman hayati.
3. Terwujudnya peningkatan perlindungan fungsi lingkungan dan
rehabilitasi kerusakan lahan.
4. Terwujudnya peningkatan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Misi 4 (Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan peran serta
masyarakat/atau kegiatan usaha dalam upaya pelestarian fungsi
lingkungan) :
1. Membangun kesadaran dan meningkatkan peran aktif masyarakat
atas hak dan kewaajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Mengembangkan kemampuan, kesadaran partisipasi dan kapasitas
kelembagaan dan membangun koordinasi dalam antar pemangku
kepentingan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3. Menyediakan data dan informasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang berkualitas.
Misi 5 (Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam mewujudkan
kondisi lingkungan yang hijau dan bersih) :
1. Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan (air, lahan dan
udara).
2. Terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Hal yang paling utama yang harus ada agar dalam melaksanakan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup agar dapat berjalan dengan
baik adalah adanya dukungan kebijakan serta sangsi dalam aturan
perundangan yang tegas dan adil. Dalam Undang-Undang No.32 tahun
2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab I, Pasal 1 ayat 3
menyatakan bahwa :
Upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan
hidup, sosial dan ekonomi keadaan dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
Pernyataan upaya sadar dan terencana diatas, menunjukan betapa
besar perhatian pemerintah mengenai pentingnya fungsi lingkungan dalam
setiap aspek pelaksanaan pembangunan disegala bidang, hal ini juga
berarti merupakan suatu pemberian jaminan hak rakyat untuk
mendapatkan keberlangsungan dan kualitas hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan.
Wujud perhatian tersebut diimplementasikan dalam bentuk peraturan
perundangan di setiap daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing daerah (Perda, Perbup dan sebagainya), regulasi, kebijakan serta
sumber dana pada intinya adalah untuk menjamin bahwa pelaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup dapat berjalan dengan baik dan maksimal
dengan segala konsikuensinya.
Sebagai jaminan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang
optimal di Kabupaten Tangerang, Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang telah memiliki potensi sumber daya manusia (SDM)
dengan kualifikasi yang dapat diandalkan dari berbagai bidang disiplin
ilmu (Teknik kimia, Teknik biologi, Teknik pertambangan, Teknik
informatika, Teknik lingkungan dan Ilmu kesehatan masyarakat), serta
petugas PPNS dan PPLHD yang handal sebagai instrumen pengawasan
dilapangan.
Keberadaan laboratorium lingkungan hidup yang sudah terakreditasi
dan mendapatkan Sertifikasi ISO/IEC/SNI 17025:2008 tentang
persyaratan kompetensi laboratorium lingungan dari Komite Akreditasi
Nasional (KAN) kepada UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang (BLHD) sebagai laboratorium penguji
tingkat nasiona serta kemampuan personil dengan latar belakang akademis
yang sesuai dan teruji dalam melakukan analisa hasil laboratorium, sarana
dan prasarana laboratorium yang cukup lengkap dan pada tahun 2013 ini
akan dilaksanakan kelengkapan fasilitas gedungnya.
Gedung laboratorium lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang memiliki 2 lantai yang dibiayai oleh APBD secara
multiyears (tahun jamak) termasuk penambahan sarana kendaraan Mobi-
Lab untuk uji lapangan.
Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
menyikapi kondisi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
dengan peningkatan efektivitas pengelolaan pengaduan masyarakat dan
dibentuknya pos pengaduan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Dalam rangka menjamin hak dan peran setiap orang, instansi
lingkungan hidup di kabupaten/kota wajib megelola pengaduan
masyarakat. Tanggung jawab pengelolaan ini sebagai bentuk pelayanan
tindak lanjut terhadap pengaduan tersebut. Penjabaran lebih lanjut darj
ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya tersebut telah ditetapkan
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004
tentang pedoman pengelolaan pengaduan kasus pencemaran dan/ atau
perusakan lingkungan hidup.
Berdasarkan peraturan ini setiap orang yang mengetahui, menduga
dan/atau menderita kerugian akibat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup dapat menyampaikan pengaduannya secara
tertulis atau lisan kepada bupati/walikota atau kepala instansi lingkungan
hidup kabupaten/kota. Untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan
pengaduan masyarakat, instansi lingkungan hidup kabupaten/kota melalui
bupati/walikota dapat membentuk pos pengaduan lingkungan.
Pengaduan masyarakat tentang kasus pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan yang wajib dikelola oleh instansi lingkungan hidup
kabepaten/kota meliputi :
1. Usaha dan/ atau kegiatan yang lokasi dan/ atau dampaknya berada
pada suatu wilayah kabupaten/kota.
2. Pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup terjadi di
wilayah 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut.
3. Usaha dan/ atau kegiatan yang penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup kabupaten/kota.
4. Usaha dan/ atau kegiatan yang izin lingkungannya diberikan oleh
pejabat kabupaten/kota.
Lingkungan Hidup ialah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan pembangunanv berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Sasaran pengelolaan
lingkungan hidup adalah :
a) Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara
manusia dan lingkungan hidup.
b) Terwujudnya insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup.
c) Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d) Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
4.1.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang, Struktur Organisasi Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang terdiri dari 4 (empat) bidang
dengan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) sub bidang, 1 (satu)
secretariat dan 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang mempunyai
tugas merencanakan, melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Lingkungan Hidup,
sedangkan fungsinya adalah :
1. Perencanaan dan perumusan bahan kenijakan program kerja Badan
Lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah.
3. Pelaksanaan kegiatan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah;
4. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.
5. Pengelolaan dan tindak lanjut laporan / pengaduan masyarakat akibat
pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan.
6. Pengembangan system informasi lingkungan hidup.
7. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kebijakan program kerja
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
9. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan
kegiatan bidang pengendalian dampak lingkungan daerah.
10. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Badan
Lingkungan Hidup.
Secara lengkap susunan organisi Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat
2.1. Sub. Bagian Perencanan dan Keuangan
2.2. Subag Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan
3.1. Sub Bidang Bina Hukum Lingkungan
3.2. Sub Bidang Informasi Lingkungan
4. Bidang Pengkajian Dampak lingkungan
4.1. Sub. Bidang Penilaian Dampak Lingkungan
4.2. Sub. Bidang Evaluasi Dampak Lingkungan
5. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah
5.1. Sub. Bidang Pengawasan dan Limbah Cair
5.2. Sub. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah Padat, gas,
Kebisingan, Getaran dan Kebauan
6. Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian kerusakan
Lingkungan
6.1. Sub. Bidang Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan
Keanekaragaman Hayati.
6.2. Sub. Bidang Pengelolaan Sumberdaya Air dan Air Bersih
7. Unit Pelaksana Teknis
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Linkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang secara lengkap adalah sebagai berikut:
4.1.4 Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab.Tangerang
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
mempunyai tugas memimpin, membina, mengawasi, mengkoordinasi dan
mengendalikan kegiatan Badan, dalam menyelenggarakan tugas Kepala badan
Lingkungan Hidup Daerah mempunyai fungsi :
1. Perencanaan dan perumusan bahan kebijakan program kerja Badan
Lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah.
3. Pelaksanaan keiatan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
4. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.
5. Pengelolaan dan tindak lanjut laporan/pengaduan masyarakat akibat
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan.
6. Pengembangan system informasi lingkungan hidup.
7. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kebijakan program kerja
pengendalian dampak lingkungan daerah.
9. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait dengan
kegiatan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
10. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Badan
Lingkungan Hidup.
4.1.5 Sekretariat Badan
Sekretariat Badan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian, bidang perencanaan, umum dan kepegawaian serta keuangan.
Dalam menjalankan tugas, Sekretariat Badan Lingkungan hidup Daerah
menyelenggarakan fungsi :
1. Perencanaan dan pengelolaan bahan perumusan kebijakan yang berkaitan
dengan perencanaan, umum dan kepegawaian serta keuangan Badan.
2. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian.
3. Pelaksanaan pengelolaan perencanaan, evaluasi, pelaporan dan anggaran
yang dilakukan oleh masing-masing bidang, UPTD dan kelompok jabatan
fungsional.
4. Pelaksanaan pemberian fasilitsi dan sukungan pelayanan teknis
administrasi dilingkungan badan.
5. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan bidang perencanaan, umum
dan kepegawaian serta keuangan badan.
6. Pelaksanaan pengelolaan surat menyurat, tata naskah dinas, kearsipan,
perlengkapan rumah tangga, dan pemeliharaan kantor sarana prasarana
badan.
7. Pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan inventarisasi barang,
pemeliharaan sarana/prasarana, perlengkapan dan asset.
8. Pelaksanaan pengelolaan administrasi dan penatausahaan keuangan.
9. Pelaksanaan dan pembinaan oerganisasi dan tatalaksana lingkup badan;
10. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait kegiatan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah.
11. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan pelaporan kegiatan badan.
12. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsnya Sekretariat Badan terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
4.1.6 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan :
Sub Bagian Perencanaan dan Keuanagan mempunyai Tugas
merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian yang meliputi inventarisasi dan identifikasi data, perumusan dan
penyusunan program, penyusunan rencana anggaran belanja, pembukuan,
perhitungan anggaran belanja, pembukuan, perhitungan anggaran dan
vearifikasi serta pengurusan keuangan serta evaluasi kegiatan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
4.1.7 Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan
Bidang bina hukum dan Informasi lingkungan mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian, bina hukum dan informasi lingkungan.
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
kebiijakan bidang bina hukum dan informasi lingkungan.
2. Pelaksanaan pengumpulan data bahan perumusan kebijakan bidang
bina hukum dan informasi lingkungan.
3. Pelaksanaan penyusunan rencana program bidang bina hukum dan
informasi lingkungan.
4. Pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan bidang bina hukum dan informasi lingkungan.
5. Pelakasanaan koordinasi dan operasional dengan lembaga lintas
sektoral dalam rangka bina hukum dan informasi lingkungan.
6. Pelaksanaan kegiatan terkait bidang bina hukum dan informasi
lingkungan.
7. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan bina
hukum dan informasi lingkungan.
8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang sesuai dengan
bidang tugasnya.
4.1.8 Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan
Bidang pengkajian dampak lingkungan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan pengendalian
bidang pengkajian dampak lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, bidang pengkajian dampak lingkungan
mempunyai fungsi :
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
kebijakan bidang pengkajian dampak lingkungan.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penganalisaan data
bidang pengkajian dampak lingkungan.
3. Pelaksanaan kegiatan terkait dengan bidang pengkajian dampak
lingkungan.
4. Pelaksanaan pembinaan teknis dan pengawasan analisis dampak
lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan
upaya pematauan lingkungan.
5. Pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan pengkajian dampak lingkungan.
6. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
dalam pengkajian jenis usaha dan/atau kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
7. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan serta evaluasi data dan informasi
kelembagaan formal dan non-formal.
8. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
bidang pengkajian dampak lingkungan.
9. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang sesuai dengan bidang tugasnya.
4.1.9 Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah
Bidang pengawasan dan pengendalian limbah mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, pembinaan dan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian bidang pengawasan dan pengendalian limbah.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, bidang pengawasan dan pengkajian
dampak lingkungan mempunyai fungsi :
1. Perencanaan kegiatan pengumpalan data bahan perumusan
kebijakan teknis bidang pengawasan pengendalian pencemaran
lingkungan dan pengelolaan limbah industry dan non industri.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data bidang
pengawasan dan pengendalian limbah.
3. Penyusunan program perencanaan bidang pengawasan dan
pengendalian limbah.
4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pengawasan dan pengendalian
pencemaran lingkungan, pengelolaan limbah industry dan non
industri.
5. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
pengawasan dan pengendalian limbah.
6. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang sesuai dengan
bidang tugasnya.
4.1.10 Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan
Bidang konservasi sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan
lingkungan mempunyai tugas perencanaan, pelaksanaan pembinaan dan
koordinasi, pengawasan dan pengendalian dibidang konservasi sumberdaya
alam dan pengendalian kerusakan lingkungan dalam melaksanakan tugas
pokoknya, bidang konservasi sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan
lingkungan untuk mempunyai fungsi :
1. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan
kebijakan bidangg konservasi sumberdaya alam dan pengendalian
kerusakan lingkungan.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data bidang
konservasi sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan
lingkungan.
3. Pelaksanaan kegiatan terkait bidang konservasi sumberdaya alam
dan pengandalian kerusakan lingkungan.
4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian evaluasi serta
penyusunan laporan pelaksanaan konservasi, rehabilitasi sumber
daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan.
5. Pelaksanaan koordinasi lintas sektoral, dalam kegiatan konservasi
sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan.
6. Pelaksanaan analis dan pemberdayaan potensi sumberdaya alam
dan kerusakan lingkungan.
7. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait
bidang konservasi sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan
lingkungan.
8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
bidang tugasnya.
4.1.11 Sumber Daya Manusia BLHD Kabupaten Tangerang
A. Sumber Daya Manusia
Kemampuan sumber daya manusia yang terdapat pada badan lingkungan
hidup daerah hingga saat ini masih terbatas, jika ditinjau berdasarkan tugas
pokok dan fugsi badan masih jauh dari criteria ideal yang dibutuhkan oleh
suatu instansi teknis yang menanganu permasalahan lingkungan hidup secara
luas dan kompleks, sumber daya manusia yang merupakan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dapat dibedakan berdasarkan kategori berikut ini :
Tabel 4.1
Jumlah personil berdasarkan pendidikan
No. Pendidikan Jumlah ( Orang )
1. S2 12
2. S1 25
3. D3 5
4. SLTA 22
5. SLTP 1
Jumlah 65
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa Sumber Daya Manusia dalam
berlatar pendidikan Strata-II berjumlah 12 orang pegawai dan Strata-I berjumlah
25 orang pegawai, D-III berjumlah 5 orang pegawai, SLTA berjumlah 22 orang
pegawai, SLTP berjumlah 1 orang pegawai. Bisa dilihat Sumber Daya Manusia
yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang masih
seimbang antara Sarjana atau Strata-I dengan jumlah SLTA yang hanya
berpendidikan usai tamat sekolah SLTA yang lebih dikenalnya pada waktu itu.
Sudah menjadi kewajiaban bagi kita bahwa pendidikan memegang peranan
penting didalam menentukan instansi atau organisasi.
Tabel 4.2
Jumlah personil berdasarkan pangkat
No. Pangkat / Golongan Jumlah
1. Pembina Utama Muda IV / c 1
2. Pembina TK.I / Ivb 2
3. Pembina IV / A 1
4. Penata Tk III / D 5
5. Penata III / C 9
6. Penata Muda TK I III / B 10
7. Penata Muda III / A 17
8. Pengatur Tk II / d 2
9. Pengatur II / c 3
10. Pengatur Muda Tk I / II / B 10
11. Pengatur Muda II / A 3
12. Penata Muda I / b 1
Jumlah 65
Berdasarkan pangkat dan golongan yakni lebih dominan kepada Penata
Muda TK I III / B berjumlah 10 orang pegawai, Penata Muda III / A berjumlah
17 orang pegawai, Pengatur Muda TK I / II B berjumlah 10 orang pegawai.
Dalam hal ini jumlah pegawai berdasarkan pangkat dan golongan masih
terbilang minim. Sehingga pada pelaksanaan pekerjaan para pegawai mampu
dituntut lebih bekerja ekstra dalam pekerjaan. Artinya beban kerja yang
dilakukan oleh pegawai apabila mempunyai kedudukan pangkat tinggi
merupakan nilai lebih dari keberhasilan.
Tabel 4.3
Jumlah berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 43
2. Perempuan 22
Jumlah 65
Berdasarkan jenis kelamin Sumber Daya Manusia di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yaitu laki-laki berjumlah 43 orang pegawai
dan perempuan berjumlah 22 orang pegawai.
Tabel 4.4
Jumlah berdasarkan Pendidikan Struktural
No. Diklat Jumlah
1. Diklat Pim IV 13
2. Diklat Pim III 5
3. Dilat Pim II 1
Jumlah 19
Berdasarkan jumlah diatas yang telah mengikuti Diklat Pim IV berjumlah
13 orang pegawai, yang telah mengikuti Diklat Pim III berjumlah 5 orang
pegawai, dan yang mengikuti Diklat Pim II berjumlah 1 orang pegawai. Dapat
dilihat bahwa Diklat yang diikuti para pegawai masih jauh dari 65 jumlah
pegawai yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang.
Tabel 4.5
Jumlah personil berdasarkan diklat fungsional
No. Diklat Jumlah
1. PPNS 1
2. PPLHD 5
Jumlah 6
Berdasarkan Diklat fungsional yang ada yaitu hanya PPNS berjumlah 1
orang pegawai dan PPLHD berjumlah 5 orang pegawai. Hal ini sangat jauh dari
angka jumlah keseluruhan pegawai yang ada di Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang. Sedangkan pegawai selalu dituntut untuk
melakukan pelayanan dan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini mengingat Kabupaten
Tangerang dalam jangka panjang akan berkembang seiring dengan
bertumbuhnya industry dan perusahaan.
B. Sarana dan Prasarana Pendukung
Ditinjau berdasarkan Surat Keptususan Bupati Tangerang yang
berkaitan dengan Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang, Sarana dan Prasarana pendukung yang
dimiliki adalah UPT Laboratorium Lingkungan, selain itu Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang juga memiliki pusat data pengendalian
dan pemantauan air bawah tanah dan pos pengaduan kasus pencemaran dan/
atau kerusakan lingkungan hidup.
C. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan
UPT Laboratorium Lingkungan dibentuk sebagai salah satu sarana
penunjang dalam melakukan kegiatan pemantauan kualitas lingkungan
khususnya yang berkaitan dengan analisa-analisa kualitas air/limbah cair. UPT
Laboratorium saat ini sudah terakreditasi dan mendapatkan sertifikasi
ISO/IEC/SNI 17025 : 2008 tentang persayaratan kompetensi laboratorium
lingkungan dari komite akreditasi Nasional (KAN) kepaada UPT laboratorium
lingkungan BLHD Kabupaten Tangerang sebagai Laboratorium penguji tingkat
Nasional. Dan juga tersusunnya dan telah diberlakukannya Perda Nomor 05
Tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha (analisa laboratorium/Air).
Berdasarkan perarturan Bupati Tangerang Nomor 93 Tahun 2010 tentang
rincian tugas, fungsi dan tata kerja UPT laboratorium lingkungan hidup pada
BLHD Kabupaten Tangerang mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, mengordinasikan dan mengendalikan dibidang
pengelolaan di laboratorium lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas
pokoknya, UPT Laboratorium Lingkungan hidup mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program teknis dalam bidang
laboratorium lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan kegiatan teknis bidang laboratorium lingkungan hidup.
3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pekerjaan sesuai
ketentuan BLHD Kabupaten Tangerang.
4. Pelaksanaan perizinan dan akreditasi laboratorium lingkungan.
5. Pelaksanaan kegiatan ketata laksanaan yang meliputi tata, usaha, keuangan
dan kepegawaian.
D. Pusat Data Pengendalian dan Pemantauan Air Bawah Tanah
Pusat data pengendalian dan pemantauan air bawah tanah adalah daya
dukung BLHD yang baru beroperasional secara penuh mulai awal tahun 2005,
pusat pengendalian ini dibangun melalui kerjasama antara Pemerintah
Kabupaten Tangerang dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jangka
waktu pembangunan dan pengambangan selama dua tahun. Tujuan
pembangunan pusat pembangunan dan pemantauan air bawah tanah adalah
untuk mengetahui fluktuasi muka air tanah dan juga melakukan pengendalian
dan pemantauan potensi dan karakteristik air bawah tanah dalam kaitanya
dengan proses perijinan pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah di
Kabupaten Tangerang dengan maksud untuk mengantisipasi dan mengatasi
kesulitan mendapatkan air bersih yang berasal dari sumber air bawah tanah.
Pusat pengandalian dan pemantauan air bawah tanah memiliki melaui
jaaringan sumur pantau secara integrasi dengan menggunakan system
telematri. Sampai saat ini baru terdapat 8 unit sumur pantau yang terletak di 6
kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Cikupa 1 unit terletak di PT. Indodairy.
2. Kecamatan Pasarkemis 1 unit terletak di kantor Kecamatan.
3. Kecamatan Kelapadua 2 unit terletak di Perumahan Lippo Karawaci,
Supermall Karawaci.
4. Kecamatan Balaraja 1 unit terletak di Desa Sentul Jaya.
5. Kecamatan Legok 1 terletak di PT. LGIEN.
Sarana dan Prasarana yangdimiliki :
1. Komputer sebanyak 7 unit kegiatan pengelola data GIS, software
Modflow, Kenda dan program penunjang website.
2. Server 1 unit untuk system pemantauan fluktuasi muka air tanah
3. Printer 2 unit
4. Printer 1 unit
4.1.12 Pos Pengaduan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Meningkatnya pembangunan diberbagai sektor telah mengakibatkan
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang semakin meningkat
dari waktu kewaktu. Kondisi tersebut dan didorong oleh meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk mendapatkan haknya atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat menyebabkan semakin meningkatnya pengaduan masyarakat
akibat dugaan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup. Hal ini
terbukti dari meningkatnya jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke
BLHD Kabupaten Tangerang setiap tahunnya.
Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menyikapi
kondisi tersebut dengan peningkatan efektifitas pengelolaan pengaduan
masyarakat dan dibentuknya pos pengaduan pencemaran dan/ atau perusakan
lingkungan hidup. Pos pengduan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan
hidup dibentuk berdasarkan : Keputusan Bupati Tangerang No. 554/Kep.20-
Huk/2006 tentang Pembentukan pos pengaduan kasus pencemaran dan/ atau
kerusakan lingkungan hidup di Kabupaten Tangerang yang bertujuan untuk
memberikan solusi berbagai alternatif pemecahan permasalahan-permasalahan
yang timbul dalam kaitannya dengan kualitas lingkungan hidup yang
ditimbulkan baik secara langsung atau tidak langsung merugikan masyarakat.
Dan juga menerima, menampung, dan menindak lanjuti berbagai permasalahan
dan pengaduan kerusakan lingkungan yang terjadi baik itu dari massyarakat
maupun pihak lainnya (Perusahaan, Pengembang, LSM, dll).
Pos Pengaduan kasus pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup
yang ada pada BLHD Kabupaten Tangerang menerima berbagai macam
pengaduan yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan hidup. Pengaduan
dapat dilakukan atau dilaporkaan secara langsung dengan mendatangi pos
pengaduan kasus pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang ada
pada BLHD Kabupaten Tangerang yang beralamat di Komplek Perkantoran
Pemerintah Kabupaten Tangerang Jl.KH. Sarbini Nomor 2 Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang atau bisa langsung dapat menghubungi di No.
Telepon/Fax 021-5990702 pada jam dan hari kerja. Beberapa contoh
pengaduan dan/ atau kerusakan lingkungan hidup diantaranya :
1. Dugaan pencemaran air dan udara yang disebabkan karena aktifitas
industri
2. Dugaan pencemaran limbah B3
3. Pencemaran tanah/lahan
4. Masalah banjir 5. Dan lain-lain.
4.2 Informan Penelitian
Seperti yang telah paparkan pada bab 3 sebelumnya, dalam penelitian
mengenai Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, pemilihan informan
penelitiannya mengunakan teknik purposive. Adapun informan-informan yang
peneliti tentukan merupakan orang-orang yang memiliki informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Karena informan itu sendiri berhubungan
langsung dengan masalah yang sedang teliti.
Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah enam orang informan.
Untuk memudahkan peneliti dalam penulisan maka peneliti memberikan kode
untung masing-masing informan, kode tersebut yaitu I1 Kabid Pengawasan, I2
Kepala Bidang Bina Hukum dan Informasi Lingkungan, I3 untuk Kasubbid
Evaluasi Dampak Lingkungan, I4 untuk Kecamatan, I5 Kepala Desa, dan I6
Masyarakat Desa Talagasari, I7 LSM Wahana Hijau Fortuna, dan I8 PT Adis
Dimension Footwear. Adapun data informan tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.2.1
Informan Penelitian
No Kode Informan Keterangan
1 I1 Kepala Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Limbah
Key Informan
2 I2 Kepala Bidang Bina Hukum dan
Informasi Lingkungan
Key Informan
3 I3 Kasubbid Evaluasi Dampak
Lingkungan Lingkungan
Key Informan
4 I4 Camat Balaraja Key Informan
5 I5 Tokoh Masyarakat Desa
Talagasari
Secondary Informan
6 I6 Masyarakat Desa Talagasari Secondary Informan
7 I7 LSM Wahana Hijau Fortuna Key Informan
8 I8 PT Adis Dimension Footwear Secondary Informan
(Sumber : Peneliti 2015)
4.3 Deskripsi Data dan Analisa Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang diperoleh dari
hasil penelitian dilapangan. Data ini diperoleh dari hasil penelitian dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini mengenai
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, data yang peneliti peroleh lebih banyak
berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara
dan observasi. Dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan orang yang
diwawancara merupakan sumber paling utama dalam penelitian. Sumber data ini
kemudian peneliti catat dan sebagian besar peneliti dokumentasikan mengunakan
alat perekam selama proses wawancara berlangsung.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data dan hasil observasi, wawancara, studi
dokumentasi peneliti dalam Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Dalam
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten Tangerang
yang relevan dengan Teori Pengawasan Menurut Handoko (2000:373) yang
digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Akurat
Dalam hubungannya dengan teori yang dipilih oleh peneliti tentang
pengawasan dalam segi ke akuratan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan dalam melakukan
aktifitasnya tidak terlepas dari pelaksanaan yang lemah seperti
dikemukakan oleh Kabid Pengawasan dan Pengendalian BLHD (I1)
menyatakan bahwa :
Dari segi keakuratan dalam proses perencanaan kita harus
mengetahui bidang mana yang sedang membutuhkan proses yang
ditingkatkan dan perlu dilakukan evaluasi dan setelah kita
mengetahui adanya kesalahan-kesalahan berikut penyimpangan
yang terjadi tidak sesuai dengan perencanaan diawal maka kita
akan melakukan evaluasi sehingga proses harus kembali dan sesuai
prosedur yang telah direncanakan atau prosedur yang berlaku”.
(Hasil wawancara dengan Kabid Wasdal BLHD pada hari Senin 20 Juli 2015 pukul 9.30 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan dan
Pengendalian BLHD Kabupaten Tangerang Bapak (I1) proses keakuratan
yang ada dibidang pengawasan dan pengendalian dilakukan sudah berjalan
sesuai dengan segi perencanaan yang telah ditetapkan dalam kompetensi
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Dalam
hubungannya untuk ke akuratan perencanaan dalam pengawasan sudah
terlaksana dengan baik. Dari segi pekerjaan yang ditangani dan selain itu
kegiatan aparatur pegawai.
Keakuratan bukan hanya dari segi perencanaan, keakuratan di Badan
Lingkungan Hidup dalam menerima inforasi dari pada data-data dan
informasi dari pimpinan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang harus diterima oleh para pegawai dengan kata lain tidak
menimbulkan pertanyaan dari pada penerima informasi tersebut. Seperti
yang diungkapkan oleh Informan bapak Kabid Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang beliau mengatakan :
Iya keakuratan data-data dan informasi itu sangat penting mas.
karena kita tidak bisa berjalan sendiri dalam arti kata kami disini kan
bekerja sama saling bahu-membahu dalam melakukan pekerjaan.
Bidang-antar bidang data yang diperoleh pun harus akurat. Informasi
yang diberikan oleh pimpinan atau bapak Kaban pun harus diterima
dan dilakukan apabila ada arahan dalam peaksanaan pekerjaan.
(Hasil wawancara dengan Kabid Wasdal BLHD pada hari Senin 20 Juli 2015 pukul 9.30 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan dan
Pengendalian BLHD Kabupaten Tangerang Bapak (I1) proses keakuratan
yang ada dibidang pengawasan dan pengendalian dalam keakuratan data-
data dan informasi sudah akurat agar terjadi miss communication agar
pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih baik dan efesien. Maka dari itu
seperti yang diungkapkan kembali oleh Kabid Pengawasan dan
Pengendalian BLHD Bapak (I1) menyatakan bahwa :
Pengawasan disini lebih ke bagaimana proses yang dilakukan oleh
semua pegawai di instansi BLHD professional dalam menyadari
kesungguhuan dalam bekerja dan bisa menilai bagaimana
mekanisme yang professional dalam melakukan Pengawasan Badan
Lingkugan Hidup Dalam Pengendalian Lingkungan Hidup di
Balaraja Kabupaten Tangerang agar perencanaan atau proses
pengawasan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (Hasil
wawancara dengan Kepala Bidang pengawasan dan pengendalian
limbah pada hari Senin tanggal 19 Januari 2015 dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan dan
Pengendalian BLHD Kabupaten Tangerang Bapak (I1) proses keakuratan
yang ada dibidang pengawasan dan pengendalian dilakukan sudah berjalan
sesuai dengan segi perencanaan yang telah ditetapkan dalam kompetensi
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Proses yang sebenarnya dari penjelasan hasil dari tujuan fungsi dan
pokok harus lebih baik dari pada yang terjadi pada kinerja. Dikatakan
bahwa pimpinan organisasi atau institusi sedemikian rupa sehingga dapat
mencapai tujuan semaksimum mungkin dengan penggunaan sumber daya
manusia secara efisien yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.4.1
SOP Perencanaan Pengawasan
BLHD Kabupaten Tangerang 2014
Berdasarkan pengumpulan data dan hasil observasi, wawancara dan
studi dokumentasi peneliti lakukan terdapat proses perencanaan dalam
melakukan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang dalam Pengendalian Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten
Tangerang terdapat beberapa proses SOP pengawasan yang dilakukan oleh
No Kegiatan Pelaksana Mutu Baku Ket
Kaban Sekban Kabid Tim Perlengkapan waktu Output 1 Menyusun rencana tim pengawas
dan pelaku usaha yang ditinjau
kelapangan
Disposisi 1 Hari Disposisi
2 Menetapkan tim pengawas dan
pelaku usaha yang akan ditinjau ke
lapangan
Surat Tugas 1 Hari
Surat
Tugas
3 Pelaksanaan tinjau lapang Berita acara 1 Hari Berita
Acara
4 Hasil Berita Acara dilaporkan ke
Kepala BLHD Laporan 3 Hari Laporan
5 Tim Pengawas melakukan verifikasi
terhadap Berita Acara (Tinjau
Lapang Kedua)
Berita Acara
7 Hari s.d
90 Hari
Berita
Acara
6 Apresiasi Laporan 1 Hari Laporan
7 Pemberian Piagam oleh Kepala
BLHD Piagam 7 Hari Piagam
8 Membuat Surat Penjelasan terhadap
Perusahaan (Pemanggilan) Surat 3 Hari Surat
9 Pelaksanan Tinjau Lapang Ketiga Berita Acara 7 Hari s.d
90 Hari
Berita
Acara
10 Ketaatan Perusahaan terhadap
Berita Acara Hasil Penjelasan
Perusahaan (Pemanggilan)
Laporan 1 Hari Laporan
11 Tim Pengawas merekomendasikan
Sanksi Draf 7 Hari Draf
12 Kepala BLHD Menyetujui dan
menerbitkan Surat Keputusan
Sanksi
Surat
Keputusan 1 Hari
Surat
Keputusan
13 Tim Pengawas menyampaikan
Surat Keputusan Sanksi ke
Perusahaan dan ditembuskan ke
instansi terkait
Surat
Keputusan 3 Hari
Surat
Keputusan
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yaitu sebagai
berikut :
1. Menyusun rencana tim pengawas dan pelaku usaha yang
ditinjau ke lapangan.
2. Menetapkan tim pengawas dan pelaku usaha yang akan ditinjau
ke lapangan.
3. Melaksanakan tinjau lapang langsung.
4. Hasil berita acara dilaporkan ke kepala BLHD.
5. Tim pengawas melakukan verifikasi terhadap berita acara
(melaksanakan tinjau lapangan kedua).
6. Memberikan apresiasi.
7. Pemberian piagam oleh Kepala BLHD
8. Membuat surat penjelasan terhadap perusahaan (pemanggilan).
9. Melaksanakan tinjau lapang ketiga.
10. Ketaatan perusahaan terhadap berita acara hasil penjelasan
perusahaan (pemanggilan).
11. Tim pengawas merekomendasikan sanksi
12. Kepala BLHD menyetujui dan menerbitkan surat keputusan
sanksi.
13. Tim pengawas menyampaikan surat keputusan sanksi ke perusahaan dan ditembuskan ke instansi terkait.
Permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan terdapat
beberapa kejanggalan yang patut untuk diperhatikan dalam SOP
Pengawasan lebih lanjut dilingkungan wilayah Kabupaten Tangerang
karena permasalahan tersebut yaitu pertama, Pengawasan yang dilakukan
oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan kepala bidang
pengawasan dan pengendalian limbah mempunyai proses dalam
mengawasi sebuah pelaksanaan industri dalam memproduksi barang dan
jasa, perencanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kabid Pengawaan
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang yaitu :
5. Dilakukan pendataan terdahulu.
6. Lalu melihat Letak industri
7. Industri
8. Perkiraan limbah yang akan dibuang.
“Setelah dilakukan pendataan pada tahap awal profil perusahaan
itu sangat penting dan harus dilakukan untuk lanjut ke proses
perencanaan pendirian sebuah perusahaan”. (Hasil wawancara
dengan Kepala Bidang pengawasan dan pengendalian limbah pada
hari Senin tanggal 19 Januari 2015 dikantor BLHD Kabupaten
Tangerang).
Berdasarkan pernyataan diatas, jika dilihat proses pengawasan yang
dilakukan yaitu pendataan terlebih dahulu, melihat letak industri, industri
dibidang apa, dan perkiraan limbah apa yang akan dikeluarkan. Setelah
proses dilakukan lanjut ketahap awal pendataan dokumen perusahaan dan
proses pendirian perizinan perusahaan. Begitu panjang proses yang harus
dilakuakan sebab melihat dari sisi luas perusahaan mencakup dampak
yang luas juga terutama hasil limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan
dan industri.
Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang dalam Pengendalian Lingkungan Hidup di Balaraja Kabupaten
Tangerang perlu mengetahui dasar yang harus dilakukan adlam melakukan
pengawasan. Baik pengawasan internal dan eksternal. Agar lebih konsisten
dan professional dalam melakukan pengawasan dengan prosesnya harus
sesuai prosedur dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang.
Biasanya setelah kita dapat informasi dari pemberitaan masyarakat
kemudian kita investigasi ke lapangan, setelah itu kita bertemmu
warga dan bila memang warga merasa terganggu kita melakukan
proadvokasi ke perusahaan lalu kita mengingatkan, jika saat proses
negosiasi perusahaan tidak mau, kita lakukan demonstrasi sambil
melapor ke pihak pemerintahan daerah (Bupati). (Wawancara
dengan Wahana Fortuna Banten 8 November 2015 jam 16.32 di
Sekretariat Wahana Hijau Fortuna).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wahana Fortuna Banten
diatas bahwa pengawasan yang dilakukan dalam melakukan ke akuratan
data yakni mencari infromasi kepada masyarakat dan langsung melakukan
investigasi ke lapangan. Hal ini bentuk partisipasi aktif yang dilakukan
Wahana Fortuna Banten dalam meminimalisir tindakan dan kasus
pencemaran di Balaraja Kabupaten Tangerang. Bahwa dengan melakukan
penyampaian aspirasi dengan aksi. Pengawasan akan berjalan dengan baik
apabila perusahaan mengtaati peraturan UU 32 Nomor 2009 dan Peraturan
Bupati Tahun 2010 Nomor 54.
Langkah-langkah Wahana Fortuna dalam melakukan pengawasan
langsung seperti yang dikatakan oleh Romly Direktur Eksekutif Wahana
Hijau Fortuna yaitu sebagai berikut :
Salah satu program kita dalam menjaga lingkungan adalah dengan
menanam pohon bersama. Kota ajak masyarakat sekitar terutama
anak-anak untuk menanam pohon, tidak lupa kita uga
mengingatkan agar menjaga pohon yang sudah ada dan tidak
membuang sampah sembarangan apalagi dimusim hujan.
(Wawancara dengan Wahana Hijau Fortuna 8 November 2015 jam
16.32 di Sekretariat Wahana Hijau Fortuna).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wahana Fortuna Banten pera
dalam menjaga kualitas lingkungan dengan berpartisipasi aktif dan
mengajak masyarakat agar berperan aktif untuk menjaga lingkungan di
Kabupaten Tangerang di wilayah Balaraja. Mengajak kepada elemen
masyarakat agar bekerja sama untuk menjaga kualitas lingkungan hidup.
Memberdayakan lahan-lahan kritis agar bisa menjadikan linkungan yang
sehat dan bersih.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh HSE Manager PT.Adis
Dimension Footwear dalam keakuratan data yang harus dilakukan
pengumpulan data ke Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang seperti yang diungkapkan :
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan pemerintah
No.27Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL). Jadi
dalam peraturan sudah cukup jelas setiap perusaan yang berskala
besar wajib menyusun dokumen penyusunan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL).
(Wawacara dengan HSE Manager PT.Adis Dimension Footwear 08
November 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Sri Wijayanti HSE
Manager PT.Adis Dimension Footwear yakni sebagai keakuratan data
penyusunan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan (UKL-UPL) sudah dilakukan dengan efektif. Perusahaan harus
mampu mengelola dan memantau kegiatan limbah yang dikeluarkan.
2. Tepat Waktu
Peraturan kedisiplinan waktu guna menunjang kegiatan
pengawasan adalah perlu pelaksanaan kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidang pengawasan serta Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dengan begitu harapan ketepatan waktu dalam
masuk dan pulang kerja masih sangat rendah kesadaran dari pegawai
Badan Lingkungan Hidup Daerah. Berikut pernyataan hasil wawancara
dengan Kabid Pengawasan dan Pengendalian BLHD kepada peneliti yaitu
sebagai berikut :
“Seperti ini mas, dalam ketentuan perundang-undangan peraturan
kedisiplinan jam masuk dan jam pulang kerja itu sudah sangat jelas
dan ditambah lagi oleh peraturan daerah dikabupaten tangerang ini
ya. Jadi apabila ditemukannya pegawai yang telat datang dan pergi
keluar kantor maka biasanya akan diberi penilaian oleh masing-
masing pimpinan kepala bidang. Iya dikita juga masih ada saja
yang nekat melakukan kejadian tersebut. Namun pimpinan selalu
berkoordinasi dengan bagian kepegawaian”. (Hasil wawancara
dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul
09.15 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian BLHD Kabupaten Tangerang mengungkapkan
ketepatan waktu dalam kedisiplinan datang dan pulang kerja masih harus
diperhatikan lebih serius lagi. oleh karena itu Indikator Ketepatan Waktu
menurut Handoko (2005:373) ada aspek Tepat Waktu dalam kedisiplinan
pengawasan maupun organisasi. karena ketepatan waktu dalam
kedisiplinan hal sepele namun berimbas pada pengaruh kualitas dan
kuantitas pekerjaan didalam organisasi.
Ketepatan waktu yang dilakukan oleh bidang pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dalam melakukan pengawasan survei tinjau lapang
langsung ke indusri seperti yang diungkapkan oleh informan Kabid
Pengawasan dan Pengendalian yaitu sebagai berikut :
Iya ketepatan waktu dalam pelaksanaan proses pengawasan juga
tidak bisa langsung ya mas, jadi harus membuat surat ke pak Kaban
seperti tembusan untuk proses pengawasan langsung ke lapangan.
Setelah di acc oleh pak Kaban baru kita melakukan tinjau lapang
langsung. Karena hanya Pejabat PPLHD saja yang mempunyai ijin
dalam melakukan pengawasan ke perushaan dan itu dilakukan
pengawasan satu minggu mencapai 6 perusahaan dan dibagi 2
kelompok atau tim.” (Hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan
pada hari senin 20 Maret 2015 pukul 09.15 wib dikantor BLHD
Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan dan
Pengendalian BLHD Kabupaten Tangerang Bapak (I1) proses ketepatan
waktu yang memakan waktu cukup panjang per satu minggu hanya
melakukan enam sampai sepuluh perusahaan. Karena minimnya SDM.
Berikut pernyataan hasil wawancara dengan Bidang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan yang melakukan proses pengawasan
berdasarkan indikator ketepatan waktu dalam penyusunan dokumen
AMDAL yaitu sebagai berikut :
1. Penilaian dari dokumen-dokumen amdal (analisis dampak
lingkungan dan upaya pengelolaan upaya pemantauan
lingkungan)
2. Evaluasi : yang dilaksanakan rutin menilai dan memeriksa. Datanya dari perusahaan.
“Semua kegiatan dan atau usaha wajib dilengkapi dengan
dokumen lingkungan. (dokumen lingkungan bisa jadi amdal,
ukl-upl/sppl). Nanti penafsirannya filternya ada di Peraturan
Menteri 05 Tahun 2012. Wajib amdal dan wajib ukl-upl mas”.
(Hasil wawancara dengan Kassubid Evaluasi Dampak
Lingkungan pada hari Senin 29 Juni 2015 pukul 11.30 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Bersarkan pernyataan bidang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) proses pengawasan dalam penyusunan dokumen
ukl-upl itu wajib dilakukan karena dari data dokumen tersbut akan
mengetahui perusahaan atau pelaku usaha yang menjalani proses produksi
dan mempunyai hasil produksi. Serta dampak perkiraan apa yang dibuang
limbahnya itu akan di evaluasi karena jangan sampai dampak perusahaan
akan merusak lingkungan sekitar masyarakat dan merugikan masyarakat
sekitar. Masyarakat harus lebih aktif dan gencar dalam bekerjasama untuk
mengawal proses produksi perusahaan dan dampak apa saja yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan Sri Wijayanti HSE Manager
PT.Adis Dimension Footwear dalam penyusunan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL) yaitu :
Ya PT.Adis Dimension Footwear sudah melakukan ketaatan
penyusunan UKL-UPL itu sejak dari jaman dahulu tahun 1989.
Maka dari itu kami mendapatkan penghargaan dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan Provinsi. UKL-UPL itu wajib dilaksanakan
agar maksimal menjaga lingkungan. (wawancara dengan Sri
Wijayanti HSE Manager PT.Adis Dimension Footwear 08 November 2015 12.30 wib)
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Sri Wijayanti HSE
Manager PT.Adis Dimension Footwear dalam penyusunan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-UPL)
sudah dilakukan dengan baik. Dalam penyusunan yang diberikan dalam
bentuk laporan ke Badan Lingkungan Hidup Daerah itu dilaksanakan dan
dilaporkan 1 tahun 2 lapooran.
Pengawasan memerlukan ketepatan waktu perusahaan dalam
pengumpulan data-data seperti yang dikatakan oleh Romly Direktur
Eksekutif Wahana Fortuna yaitu sebagai berikut :
Kalau dari pihak kita di sesuaikan dengan kondisi di usahakan selalu
tepat waktu. Karena kita sebagai lembaga yang menampung aspirasi
masyarakat. Semua laporan-laporan yang terkait dengan pencemaran
lingkungan kita tampung untung ditindak lanjuti lagi. Sampai saat ini
kita nilai sudah berjalan dengan baik. Hanya saja dari pihak BLHD
kabupaten itu tidak memiliki kabid penegakkan hukum. Jadi ketika
ada kasus-kasus laporan, mereka tidak bisa langsung menindak lanjuti
karena laporan dilimpahkan ke BLHD provinsi. . (Wawancara dengan
Direktur Eksekutif Wahana Hijau Fortuna 8 November 2015 jam
16.32 di Sekretariat).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Wahana Fortuna
Banten beliau menilai menilai Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang sudah berjalan dengan baik. Namun seharusnya
Badan Lingkungan Hidup Derah Kabupaten Tangerang harus memiliki
bidang penegakan hukum. Jadi ketika terjadi penccemaran yang terjadi
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang mempunyai
kewenangan dalam pemberikan hukum. Karena seperti yang dikatakan
oleh Romly Wahana Hijau Fortuna yaitu Langkah-langkah apa yang
dilakukan oleh LSM dalam menciptakan ketepatan waktu ?
Tidak ada langkah khusus yang kita lakukan karena kita juga
menunggu kinerja aja. Kalau dari pihak kita saat ada masyarakat yang
melapor ya kita kumpulkan data selengkap-lengkapnya agar tidak
terjadi salah paham dan bisa kita tindak lanjuti. . (Wawancara dengan
Direktur Eksekutif Wahana Fortuna 8 November 2015 jam 16.32 di
Sekretariat).
Berdasarkan hasil wawancara diatas Wahana Fortuna Banten tidak
mempunyai langkah khusus. Sebab kewenangan penuh dalam menjaga
lingkungan adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang. Wahana Fortuna Banten mengumpulkan data-data dilapangan
dengan kelengkapan agar bisa ditindak lanjuti.
3. Obyektif
Indikator yang ketiga yaitu Obyektif dan menyeluruh, hal ini
dimaksudkan agar informasi harus mudah dipahami, dimengerti dan
bersifat obyektif serta lengkap. Untuk lebih jelasnya peneliti
mencantumkan hasil wawancara peneliti dengan informan dikantor Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang yaitu peneliti
menwawancarai Kabid Pengawasan dan Pengendalian tentang informasi
yang disampaikan ataupun informasi langsung dari Kepala Badan yaitu
sebagai berikut :
Untuk informasi apapun hasilnya dari Kepala Badan itu akan kita
sampaikan langsung atas perintah dari bapak Kaban agar pegawai di
semua bidang bukan hanya dibidang pengawasan saja berjalan dengan
baik. Kan apabila tidak tersampaikannya informasi akan
mengakibatkan keterlambatan pekerjaan entah itu soal pelayanan dan
pengumpulan data. Karena dibidang pengawasan ini sangat
mempunyai peran yang cukup berat mas. bukan berarti kami
mengeluh apabila terjadinya pencemaran pasti yang disalahkan
pemerintah dan terlempar ke kami bidang pengawasan.” (Hasil
wawancara dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015
pukul 09.15 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas tentang ke Obyektifan suatu
informasi yang ditanyakan kepada informan. Bahwa sebagian pegawai
selalu memahami terhadap informasi yang telah disampaikan oleh
pimpinan Kepala Badan maupun Kepala Bidang yang memberikan arahan
atau koordinasi antar bidang. Para pegawai memahami informasi yang
disampaikan oleh pemimpin dalam segala jenis informasi pelakasanaan
kegiatan kerja yang diberikan dan disampaikan oleh Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Objektif sikap yang lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya, tapi
bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi. Dengan didukung dengan
fakta/data. Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi
seseorang untuk berpandangan terhadap suatu masalah. Seperti yang
diungkapkan oleh Bidang Bina Hukum terkait pencemaran yaitu sebagai
berikut :
“Iya jadi seperti ini, BLHD dalam memberikan informasi dan
keluhan harus bersifat objektif kenapa, masyarakat sekarang kan
sudah pada pintar mas, apabila terjadi pencemaran saja kebanyakan
meraka langsung melaporkan ke kami BLHD melalui LSM
sembaga swadaya masyarakat. Kami pun harus menanggapi secara
objektif mas tidak bisa kita katakan yang tidak sebenarnya terjadi.”
(Hasil wawancara dengan Bidang Bina Hukum dan Informasi
Lingkungan pada tanggal 29 Juni 2015 dikantor BLHD pukul 10.30
wib).
Berdasarkan Berdasarkan hasil wawancara diatas tentang ke
Obyektifan suatu informasi yang ditanyakan kepada informan. Bahwa
sebagian pegawai selalu memberikan informasi yang bersifat objektif.
Karena objektif dapat dilakukan keabsahannya dari data-data yang ada.
Peneliti mengutip hasil wawancara dengan Romly Wahana Fortuna Banten
yaitu informasi yang diterima sudah bersifat obyektif :
Untuk informasi pasti harus objektif. Makanya saat ada laporan-
laporan dari masyarakat kita lakukan musyawarah bersama antar
masyarakat, dari situ kita kroscek untuk kebenaran datanya
sebelum kita ke perusahaan. LSM kami memiliki 3 bagian yaitu
edukasi sebagai pendidikan lingkungan, konservasi yaitu
penanaman pohon seperti pohon tembakau di pesisir pantai dan
advokasi sebagai pihak yang melapor kasus yang berhubungan
dengan hukum. (Wawancara dengan Romly Eksekutif Wahana
Hijau Fortuna 8 November 2015 jam 16.32 di Sekretariat).
Berdasarkan hasil wawancara diatas adalah bahwa ke obyektifan
data yang diperoleh melaui musyawarah agar informasi dan kebenaran
data memang asli sebelum ditinjau ke lapangan yaitu ke perusahaan.
Informasi yang obyektif akan akurat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sri Wijayanti HSE Manager
PT. Adis Dimension Footwear mengatakan bahwa keobyektifan dalam
penanganan pengawasan limbah yaitu :
Kita itu mempunyai program Green Operation yaitu PT. Adis
Dimension Footwear dalam pelaksanaan kegiatan produksinya
menerapkan sistem ramah lingkungan, dengan cara menerapkan
konsep 3 R (Reduce, reuse, recycle) yang mencakup program-
program yaitu waste water treatment and reause program melalui
program ini limbah on site treatment, energy efficiency program
bertujuan mengurangi penggunaan energy, pencanangan green
office bertujuan untuk membentuk lingkungan kerja yang ramah
lingkungan dan hemat energy, social tanggap darurat merupakan
program kepedulian PT. Adis Dimension Footwear, goes to campus
bertujuan memberikan kontribusi dalam bentuk rekrutmen ke
kampus-kampus di Indonesia dan pemberian beasiswa anak
karyawan dan anak masyarakat. (Wawancara dengan Sri Wijayanti
HSE Manager PT.Adis Dimension Footwear tanggal 08 November
2015 jam 12.45 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sri Wijayanti HSE Manager
PT. Adis Dimension Footwear bahwa pengendalian pencemaran
lingkungan itu dilakukan dengan ketat. Sehingga meminimalisir
pencemaran yang dilakukan pada saat hasil produksi. Dalam hal ini
pengawasan PT. Adis Dimension Footwear meningkatkan kualitas dalam
menjaga lingkungan.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
Indikator yang ketiga adalah terpusat kepada titik-titik pengawasan
strategic. Di mana sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada
bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling
sering terjadi atau yang akan terjadi yang mengakibatkan kerusakan paling
fatal atau kekacauan. Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan memparkan
hasil wawancara peneliti dengan Kabid Pengawasan dan Pengendalian
BLHD Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut :
“Pengawasan yang terpusat kepada penyimpangan dilapangan itu
seperti misalnya penyimpangan-penyimpangan oleh industri atau
perusahaan yang melakukan pencemarann lingkungan. Sebab
kenapa bidang wasdal ini kita pusatkan pada titik-titik
penyimpangan dilapangan khususnya di Kecamatan Balaraja
karena Balaraja itu sektor di Kabupaten Tangerang Barat yang
diperuntukkan oleh segi pembangunan daerah itu yakni sektor
Kecamatan Balaraja. Titik-titik pengawasan yang kami lakukan
yaitu langsung mendatangi sejumlah perusahaan dan meninjau
kegaitan proses pengolahan-pengolahan limbahnya. Seperti itu
mas. jadi dilakukan sudah sesuai”. (Hasil wawancara dengan Kabid
Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul 09.17 wib
dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa pernyataan diatas bidang pengawasan
selalu melakukan suatu pengawasan kepada titik-titik penyimpangan
dalam pengawasan yang lebih sering terjadi dilapangan yaitu perusahaan-
perusahaan. Adanya pengawasan yang memusatkan kepada perhatian
penyimpangan yang sering terjadi dilapangan menjadikan acuan bahwa
pelaku pencemaran agar semakin jera.
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang sesuai
dengan fungsinya mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam
melaksanakan pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup serta
memonitoring dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan operasional
kegiatan pengawasan dan pengendalian lingkungan yang ada di wilayah
Kecamatan Balaraja. Dengan pengawasan yang dilakukan secara
terencana, diharapkan akan menghasilkan suatu pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup yang ter prosedur, teknis dan operasional
sesuai dengan standar yang terencana.
Seperi yang dikemukakan oleh Bidang Bina Hukum kepada peneliti
yaitu sebagai berikut :
“Kita tidak melakukan pengawasan, karena dikita ada bidang
Wasdal (Pengawasan dan pengendalian). Pengawasan dan
pengendalian kita sesuai dengan laporan masyarakat atau LSM
apasih dampaknya pabrik ini wasdal melakukan pelayanan
langsung. Kita bisa ke lapangan berupa pengaduan tersebut.
(Wawancara dengan Bidang Bina Hukum BLHD Kabupaten Tangerang pada tangggal 29 Juni 2015 pukul 10.35 wib)”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas pembinaan Hukum melakukan
pengawasan setelah mendapatkan suatu proses pengaduan dari
masyarakat. Bidang pengawasan sebagai instrumen pendukung dalam
keberhasilan suatu kebijakan, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengawasan dan kerja sama antar bidang yang baik akan meminimalisir
penyimpangan-penyimpangan pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
Dengan pengawasan dapat diukur pula sejauhmana keberhasilan
pelaksanaan atau implementasi kebijakan atau peraturan daerah yang
seharusnya.
Keberhasilan suatu pengawasan tidak hanya didukung dari
prosedur yang jelas, tapi juga kredibilitas dan kapabilitas pelaku
pengawasan akan sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
kebijakan. Keberhasilan suatu pengawasan kebijakan kebijakan tentunya
akan dapat diukur dengan seberapa besar penyimpangan pencapaian tujuan
tersebut dapat diminimalisir.
Kita mempunyai data perusahaan apa saja yang terbukti malakukan
pencemaran, jika telah dilakukan negosiasi maka tugas kita dan
masyarakat mengawasinya. Apakah mereka memperbaiki struktur
kinerja atau tidak. Langkah-langkah yang kita lakukan hanya
memantau saja karena keterbatasan jadi kita tidak bisa langsung
memonitoring melakukan pengawasan secara langsung
diperusahaan. (Wawancara dengan Romly Wahana Hijau Fortuna
Banten 8 November 2015 jam 16.32 di Sekretariat Wahana Fortuna
Banten).
Beradasarkan hasil wawancara dengan Romly Wahana Fortuna
Banten negosisasi dengan perusahaan itu perlu dilakukan dan tugas
masyarakat dan Wahana Fortuna Banten dalam mengawasi perusahaan-
perrusahaan. Pencemaran bisa terjadi karena lemahnya pengawasan yang
dilakukan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan informasi yang didapat dari PT. Adis Dimension
Footwear menitikberatkan pada pengawasan efisiensi air dan penurunan
beban pencemar yaitu :
PT. Adis Dimension Footwear memiliki target pengguanaan air
secara spesifik tiap tahunnya. target tersebut diketahui oleh pihak
managemen dan tercantum dalam kebijakan konservasi air dan
penurunan beban pencemaran air. Perusahaan memiliki tim khusus
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian
airyang terdiri dari perwakilan masing-masing departemen. data
pemakaian air akan dilaporkan per tiga bulan ke pembeli untuk
diverifikasi. (Wawancara dengan Sri Wijayanti HSE Manager
PT.Adis Dimension Footwear tanggal 08 November 2015 jam
12.45 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Sri Wijayanti HSE
Manager PT.ADF yaitu memiliki sistem tertutup dalam mengelola air
yang digunakan dan limbah cair yang dihasilkan sehingga PT.ADF tidak
membuang limbah cair ke lingkungan. adapun upaya PT.ADF untuk
mengurangi pemakaian air adalah :
1. pengolahan limbah cair terpusat
2. pembuatan lubang resapan
3. program bak pelepas tekanan
4. penggantian kolam keramik menjadi ember plastic
5. program pembuatan saluran resapan air hujan
6. program kalibrasi alat ukur
7. 100% daur ulang di area menara pendingin.
5. Realistik secara ekonomi
Indikator yang ke lima ini adalah Realistik secara ekonomis bahwa
biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak
sama atau seimbang, dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan memaparkan hasil wawancara
peneliti dengan Kabid Pengawasan dan Pengendalian berdasarkan dari
indikator Realistik secara ekonomi yaitu sebagai berikut :
“Ini yang dimaksudkan realistik secara ekonomi itu untuk biaya
anggaran mungkin mas yah. Untuk anggaran kita dari bidang
pengawasan mengsusulkan anggaran biaya yang rendah dalam
melakukan pengawasan karena kami dibidang pengawasan juga
melihat kondisi dan situasi mas. karena perusahaan yang berada di
Kabupaten Tangerang ini angkanya mencapai ribuan. Bidang
pengawasan juga harus pintar mengatur biaya pengawasan tersebut
karena apabila penggunaan yang boros akan mengakibatkan tidak
teratur kegiatan perencanaan. Serta pembiayaan dalam program
kerja seperti kegiatan penyluluhan, sosialisai, penghijauan
konservasi lingkungan, rehabilitasi lahan, dan kegiatan kampanye
lingkungan hidup. Maka serendah mungkin kami dibidang
pengawasan menggunakan anggaran”. (Hasil wawancara dengan
Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul 09.15 wib
dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan penggunaan anggaran hanya digunakan untuk hal-
hal yang bersifat penting dan mendesak dalam proses pengawasan. Seperti
penggunaan biaya pengadaan jasa laboratorium pengujian sungai
dilaboratorium. Pembiayaan kemdaraan mobilitass darat dalam terjadinya
bencana dan kerusakan lingkungan, seperti kekeringam dan banjir
digunakan pembiyaan.
Dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah pun
mengedepankan aspek pelaynan kepada pelaku usaha atau pemrakarsa
dalam mengatur proses pembuatan dokumen AMDAL yang telah
dijelaskan didinding informasi untuk memberi kemudahan dalam proses
penyusunan dokumen UKL-UPL seperti gambar dibawah berikut ini :
Gambar 4.2.3 Loket Pemeriksaan Verifikasi
Gambar 4.2.4 Loket Registrasi Dokumen AMDAL
Gambar 4.2.5 Pengambilan & Pembaliaan Dokumen AMDAL
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbid AMDAL Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang beliau mengungkapkan :
Kegiatan dan proses pada Bidang AMDAL yaitu :
1. Penilaian dari dokumen-dokumen amdal (amdal dan ukl upl)
2. Evaluasi : yang dilaksanakan rutin menilai dan memeriksa.
Datanya dari perusahaan.
3. Semua kegiatan dan atau usaha wajib dilengkapi dengan
dokumen lingkungan. (dokumen lingkungan bisa jadi amdal,
ukl-upl/sppl). Nanti penafsirannya filternya ada di Peraturan
Menteri 05 Tahun 2012. Wajib amdal. Wajib ukl-upl diluar itu.”
(Hasil wawancara dengan Kassubid Evaluasi Dampak
Lingkungan pada hari Senin 29 Juni 2015 pukul 10.15 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas banyak sekali proses yang harus
dilakukan dalam proses penyusunan sampai penilian dokumen pada
Bidang AMDAL Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Apabila dilihat proses penyusunan yang begitu banyak langkah-langkah
yang harus ditaati oleh pemohon pembuat dokumen AMDAL. Namun
dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
tidak ingin lengah dalam proses dari satu bidang ke bidang lainnya. Hal ini
dimaskudkan agar kerjasama dalam menjaga lingkungan antar instansi
tidak terjadi kesalahpahaman dan saling lempar tugas dan tanggung jawab.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Bidang AMDAL
mengenai tolak ukur dalam proses penyusunan yang dilakukan kegiatan
dokumen AMDAL bahwa :
“Harusnya iya, karena begitu dia menyusun dokumen
lingkungan itu artinya dia berkomitmen untuk melaksanakan
pengelolaan lingkungan itu bisa dijadikan dasar kalo dia
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang tercantum di
dokumen. Disitu ada tolak ukur dampak, dampak AMDAL yang
dikelolanya seperti apa, pecegahan.” (Hasil wawancara dengan
Bidang AMDAL 2015).
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara diatas perlu adanya
komitmen yang tinggi dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan.
Diusakahan agar proses pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup di Kecamatan Balaraja ini, salah satunya
adalah menambah PPLHD pejabat pelaksana lingkungan hidup daerah
yang memantau tugasnya secara langsung kelapangan. Mulai dari
terjadinya pengaduan dan pelaporan dari masyarakat sampai
menindaklanjuti sesuai prosedur yang tertera pada Peraturan Daerah.
6. Realistik secara organisasional
Indikator yang ke enam ini adalah Realistik secara Organisasional,
bahwa sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-
kenyataan organisasi. Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan
memaparkakan hasil dari wawancara peneliti kepada informan yaitu
Bapak Kabid Pengawasan dan Pengedalian yaitu berdasarkan dari
indikator Realistik secara organisasional sebagai berikut :
“Para pegawai menjalani rencana dan prosedur kerja yang sesuai
dengan keadaan organisasi selalu terhadap adanya rencana kegiatan
dan prosedur kerja yang sesuai dengan keadaan organisasi. Karena
kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
selalu memberikan arahan rencana dan prosedur kerja yang sesuai
dengan keadaan organisasi yang dimilikinya sehingga dapat
berjalan dengan baik didalam melakukan kegiatan pengawasan
didalam organisasi (internal) maupun (eksternal) harus bisa
berhubungan kerja koordinasi antar bidang di Badan Lingkungan
Hidup Daerah tercipta hubungan kerja yang dinamis”. (Hasil
wawancara dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret
2015 pukul 09.20 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa kegiatan organisasional dan prosedur kerja
yang sesuai dengan melakukan kegiatan pengawasan dapat berjalan selaras
dengan demi terciptanya rencana kerja dan program-program yang dimiliki
berjalan dengan baik dan memiliki hubungan yang dinamis antara bidang
satu dengan bidang yang lainnya di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang.
Pengawasan kegiatan pelaksanaan langsung dalam pengendalian
secara teknis harus dilakukan dalam rangka menciptakan suatu
Pengawasan dan Pengendalian yang realistic secara organisasional yang
efektif dan efisien sehingga tidak mengganggu kegiatan aktifitas warga
Kabupaten Tangerang khususnya di Kecamatan Balaraja.
Seperti yang dikemukakan Bidang Bina Hukum BLHD yaitu :
“Melakukan cek turun ke lapangan ada empat (4) tim orang BLHD
tim survei lapangan. Sejauhmana dampaknya yang ditimbulkan oleh
pelaku usaha tersebut, setelah itu dilakukan pengecekkan, setelah
dilakukan pengecekkan tahap selanjutnya yaitu pembinaan dan
kemudian dilakukan monitoring ke depannya apakah sudah dibenahi.
Seperti itu mas kurang lebih.(Hasil wawancara dengan Bidang Bina
Hukum BLHD Kabupaten Tangerang pada tanggal 29 Juni 2015
pukul 11.35 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang)”.
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara diatas banyak aspek teknis
dalam pengawasan kegiatan pengendalian lingkungan dalam pencemaran
lingkungan di Kecamatan Balaraja ini yaitu sarana dan prasarana seperti
sosialisasi dalam pelayanan yang diberikan dari Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang. Jumlah pegawai lapangan PPLHD kurang
memadai untuk terjun langsung ke lapangan.
Sedangkan pengawasan dari segi revitalisasi SOP Pengawasan
dalam penanganan pencemaran lingkungan hidup harus lebih ditekankan,
karena melihat dari segi arus urbanisasi masyarakat yang datang ke
wilayah Kabupaten Tangerang khususnya di Kecamatan Balaraja
merupakan akses yang dekat dari pelabuhan dan ibu Kota Jakarta. Tidak
salah banyak perusahaan berdiri meningkat setiap tahunnya di Kabupaten
Tangerang. Harus ditingkatkan dan ditekan dalam melakukan pengawasan
baik dari internal dan ekternal sehingga pencemaran lingkungan hidup
lebih minim dilakukan pelaku usaha.
Perusahaan-perusahaan yang telah dilakukan pengawasan dan
terbukti melakukan pencemaran diwilayah Kecamatan Balaraja dalam
lokus peneliti yaitu :
1. PT.SMS Steall
2. Grand Habell : Memproduksi selkon, Batako Ringan, dan
Kebauan Seperti itu dampaknya. Kebocoran pipa cerobong
asapnya menghasilkan uap air karena suhu tinggi atau
pemanasan tinggi uap air itu (cerobongnya) diarahin ke atas
langsung (by pass) ke lingkungan tanpa ada filter prosesnya.
3. PT SGS : Tahun 2011 telah di laporkan dan telah dibina.
4. PT Sarana Eka Perkasa : Tahun 2012 Memproduksi kayu
lapis atau triplek.
5. PT Mutiara Hexagon
6. PT Baja Safana Besi
7. PT Rinnai
8. PT Pokphand Indonesia
9. Lautan Stell : Mengolah besi dan masih dalam proses
penanganan 2015. (sumber : peneliti 2015)
Terbukti dalam kasus proses pelaksanaan pengawasan ada yang telah
melakukan pelanggaran dilapangan oleh beberapa perusahaan yang berada
pada lokus penelitian peneliti dapat dilihat masih adanya perusahaan
dalam melaksanakan proses kegiatannya. Namun hal ini sangat
memprihatinkan yang seharusnya perusahaan mentaati aturan yang telah
dikeluarkan pemerintah tapi melanggar peraturan.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa beberapa perusahaan yang
telah dilakukan pengawasan ke perusahaan langsung yaitu Sembilan
perusahaan yang ditetapkan telah melakukan pencemaran secara langsung.
Dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
telah melakukan pengawasan berdasarkan pegaduan dari LSM atau dari
masyarakat langsung.
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari Sri Wijayanti HSE
Manager PT.ADF, dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. PT. ADF bersedia secara berkala setiap semester bulan Januari-
Juni akan melaporakan hasilnya kegiatan kepada instansi terkait
2. Kami bersedia dipantau dampak dan kegiatan usaha sebagaimana
tercamtum dalam laporan UKL-UPL. Oleh pihak yang memiliki
surat tugas dari pejabat yang berwenang menurut UUD
3. Apabila kami lalai dalam melaksanakan UKL-UPL seperti yang
telah dikemukakan dalam formulir yang ditetapkan dan kami
bersedia bertanggungjawab dan ditindak sesuai UUD
4. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL-UPL apabila ada
perubahan di industri kami.
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari Sri Wijayanti HSE
Manager PT.ADF, dalam hal ini realistic secara organisasional yang
dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dalam
organisasi. BLHD dalam bidang Amdal proses UKL-UPL dilakukan harus
sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah di tentukan.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Indikator yang ke Tujuh ini adalah Terkoordinasi dengan aliran
kerja organisasi, bahwa informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan
aliran kerja organiasasi, karena setiap tahap proses pekerjaan dapat
mempengaruhi suskes atau kegagalan keseluruhan operasi, dan informasi
pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.
Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan memaparkan berdasarkan hasil
wawancara dengan Kabid Pengawasan dan Pengendalian sesuai dengan
indikator Terkoordinasi dengan aliran kerja organiasasi berikut hasil
wawancara :
Ini aliran kerja dikantor Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang. Para pegawai melaksanakan kerja yang
sesuai pada rencana kerja yang telah dilakukan dalam organisasi
dalam melakukan pelaksanaan kegiatan kerja yang selalu sesuai
dengan apa yang telah apa yang ditetapkan oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Pada saat pelaksanaan
perencanaan kerja hal ini demi kelancaran kelangsungan aliran
kerja dikantor. Aliran kerja yang terjalin antar sesame pegawai itu
merupakan etika koordinasi yang dapat membantu kerjasama
anatara bidang satu dengan bidang lainya. (Hasil wawancara
dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul
09.20 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa aliran komunikasi antar kerjasama pegawai
didalam kantor itu dilakukan agar mengurai rasa kejenuhan. Pegawai
melakukan kerja sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan
sebelumnya. Adanya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
merupakan suatu upaya dan langkah awal yang digunakan dalam
merencanakan program-program kegiatan da gtugas yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupate Tangerang demi tercapainya
target dan tujuan bersama.
Terkoordinasi dengan pola alliran kerja organisasi fungsi
pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupate Tangerang
melakukan tugas fungsi sebagai mana diungkapkan oleh Kabid
Pengawasan dan Pengendalian sesuai dengan indikator Terkoordinasi
dengan aliran kerja organiasasi berikut hasil wawamcara :
“Demikian fungsi pengawasan yang harus dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dalam megawasi
pencemaran lingkungan hidup, berdasarkan dengan Peraturan
Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Tangerang. Proses Pengawasan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup masih terkendala dengan tenaga
kerja atau SDM, dari peneliti temukan selama observasi
dilapangan, petugas pengawasan hanya berjumlah 3 orang yaitu
PPLHD. Ini sangat jauh dari yang diharapkan cukup, melihat
luasnya dan ribuan perusahaan yang berdiri di Kabupaten
Tangerang. Sehingga proses pengawasan tersebut hingga tidak
efektif dalam memonitoring secara langsung dan tidak
terselesaikan dalam 1 periode. (Hasil wawancara dengan Kabid
Pengawasan BLHD pada hari senin 19 Januari 2015 jam 10.00
dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan diatas
adalah Pelaku pengawasan kebijakan merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam meng implementasikan fungsi pengawasan. Dalam
hal ini Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Daerah di
Balaraja Kabupaten Tangerang, sudah menjalankan tugas dan fungsi
pengawasannya dengan baik dan konsisten. Dimana setiap minggunya
selalu ada pengecekan dan pengawasan ke lapangan atau Perusahaan oleh
aparatur PPLHD Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
8. Fleksibel
Indikator yang ke delapan yaitu adalah Fleksibel. Pengawasan
harus mempunyai Fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi
terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan. Untuk lebih
jelasnya lagi peneliti akan memaparkan hasil wawancara dengan Kabid
Pengawasan dan Pengendalian berdasarkan indikator Fleksibelitas yaitu
sebagai berikut :
“Fleksibelitas dalam pengawasan itu harus diperlukan dalam
pengumpulan data-data dan proses penyusunan dokumen data
harus bisa diatasi dalam segala bentuk hambatan yang terjadi dan
ancaman dari lingkungan luar. Hambatan yang harus bisa diatasi
oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang ini
antara lain yaiu : adanya pencemaran disejumlah daerah terutama
di Kecamatan Balaraja yang melakukan pencemaran tersebut yaitu
industry atau perusahaan yang tidak tertib dalam menytaati
peraturan yang berlaku. BLHD berupaya bekerja se-fleksibelitas
mungkin demi mengurai hambatan dan ancaman. (Hasil wawancara
dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul
09.40 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa kegitan harus dilakukan secara baik dan
menerima pelayanan yang fleksibel dari masyarakat. Karena kegiatan tidak
selalu berjalan baik maka apabila kegiatan terus menumpuk maka akan
tidak baik pula pada organiasasi. Maka perencanaan dan pelaksanaan
dilakukan agar mudah (fleksibel).
Wahana Hijau Fortuna Banten melakukan flesibelitas dalam
pekerjaan yang mampu mendorong rasa solidaritas serta kerjasama yang
baik. Seperti yang diungkapkan oleh Romly Direktur Eksekutif Wahana
Hijau Fortuna mengatakan sebagai berikut :
Fleksibel dalam melakukan pekerjaan itu harus. Seperti yang saya
bilang tadi kalau anggota lain membutuhkan bantuan ya kita bantu.
untuk mengurangi beban pekerjaan anggota juga supaya menjadi
tim yang solid. Dilakukan namun tidak juga mempercepat proses.
Sebab untuk melakukan pendataan ulang pun itu perlu proses yang
tidak langsung dilaksanakan. Perlu koordinasi ke berbagai bidang
terlebih dahulu. Seperti melakukan kroscek kebenaran tentang
laporan dari masyarakat, kemudian melakukan investigasi langsung
ke perusahaan yang terlibat, mendata ulang. (Wawancara dengan
Direktur Eksekutif Wahana Hijau Fortuna 08 November 2015 jam
16.45 wib di sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa fleksibelitas dilakukan
agar tujan yang berjalan dengan efektif dan efesien. Sebab apabila dalam
pelaksanaan oraganisasi tidak mengedepankan aspek fleksibelitas maka
akan tidak efektif. Kerjasama didalam organisasi yang perlu dilakukan dan
rasa solidaritas saling bahu-mambahu agar peelaksanaan berjalan sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan, sehinga Wahana Hijau Fortuna
berkontrribusi kepada instansi Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang. Membantu proses pengawasan dan pelaksanaan
pengawasan pencemaran yang terjadi di wilayah Balaraja Kabupaten
Tangerang.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
Indikator yang ke Sembilan ini adalah Besifat sebagai petunjuk dan
operasional. sistem pengawasan yang efektif harus menunjukan, baik
deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya
diambil. Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan memaparkan hasil
wawancara dengan Kabid Pengawasan dan Pengendalian berdasarkan
indikator Bersifat sebagai petunjuk dan operasional yaitu sebagai berikut :
“Disini pada apabila koreksi dilakukan evaluasi antar bidang. Gini
kita akan melakukan suatu pelaporan yang dilaporkan ke bapak
Kepala Badan dan disitu tiap bidang melakukan evaluasi untuk
mengukur tingkat kesalahan dan penyimpangan pengawasan
dilapangan. Istilahnya mencari jalan keluar bersama setelah
dilakukan evaluasi itu ke pak kaban mas.” . (Hasil wawancara
dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret 2015 pukul
09.45 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa evaluasi perlu dilakuan sebagai petunjuk
jalan keluar dalam kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Pengawasan
yang terjadi dilapangan karena tidak selalu bidang pengawasan yang hanya
memecahkan masalah. Pentingnya petunjuk antara Pimpinan Kepala
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang karena masukan
dari hasil evaluasi sangat penting demi kemajuan bersama.
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang belum
mekakukan petunjuk dari pemerintah yang berada di daerah kecamatan
khususnya wilayah Kecamatan Balaraja dalam hal ini camat Balaraja
mengungkapkan pendapatnnya tentang petunjuk sebagai berikut :
“Kecamatan Balaraja kita juga melakukan pengawasan langsung aja
ke lapangan. Membenarkan apakah ada pencemaran atau tidak.
Kecuali ada pengaduan dari masyarakat baru kita turun langsung ke
lapangan untuk meninjau. Kecamatan ikut serta dalam mengawasi,
meski kalo ditupoksi kecamatan itu tidak ada. Tapi kami tertantang
menjalankan pengawasan kontrol kepada pengusaha-pengusaha atau
perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Balaraja.
Kami melakukan rutinitas tersebut sebulan sekali cek and recheck”.
(Hasil wawancara dengan Camat Balaraja 2015, 2 Juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Camat Balaraja
Kecamaran Balaraja melakukan pengawasan langsung aja ke lapangan.
Membenarkan apakah yang terjadi dilapangan. Namun hal ini diperhatikan
kurang nya evaluasi dan koordinasi seperti yang diungkapkan oleh Camat
Balaraja. Apabila stakeholder antara instansi bekerja sama saling
berkoordinnasi pusat dan daerah. Kewenangan daerah yang ada pada
tingkat Kecamatan, Kelurahan, dan Kepala Desa sebab koordinasi yang
diberikan kepada daerah tidak ada seperti sosialisasi kepada masyuarakat.
Hanya bersifat himbauan dari Tingkat Kecamatan kepada masyarakat
langsung. Karena masyarakat hanya membutuhkan penjelasan penting dari
kegiatan pengawasan dari Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang tentang pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.
Proses pengawasan juga dilakukan oleh Kecamatan Balaraja seperti
yang diungkapkan bahwa :
“Kita dari pihak Kecamatan juga langsung melakukan pengawasan
langsung ke perusahaan secara berkala. Dan kita juga menghimbau
kepada semua perushaan yang berada didaerah kamu agar
melakukan penanamanan seribu pohon di lingkungan masing-masing
perusahaan-perusahaan mereka, untuk menjaga agar kelestarian
lingkungan berkesinambungan dengan proses pembangunan”. (Hasil
wawancara dengan Camat Balaraja pada hari senin 29 Juni pukul
11.54 wib dikantor Kecamatan Balaraja).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Bapak Camat beliau
mengungkapkan pihak Kecamatan juga langsung melakukan pengawasan
langsung ke perusahaan secara berkala. Dan kita juga menghibau kepada
semua perushaan yang berada didaerah kamu agar melakukan
penanamanan seribu pohon dilingkungan masing-masing perusahaan-
perusahaan mereka, untuk mejaga agar kelestarian lingkungan
berkesinambungan dengan proses pembangunan. Dalam hal ini Kecamatan
sangat mendukung atas kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang dan membantu
kerjasama antar Stakeholder Pemerintah dalam menjaga kualitas
lingkungan di Kabupaten Tangerang khususnya di daerah Kecamatan
Balaraja.
Petunjuk operasional juga tidak terlepas dari konsumen yang
melakukan proses penyusunan AMDAL sebagai petunjuk operasioonal
yang harus dilakukan oleh pemrakarsa ijin linkungan di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Peneliti memberikan
proses penyusunan seperti dibawah ini :
Tabel 4.2.1
Penyusunan UKL-UPL
Penyusunan UKL-UPL pertama adalah
1. Tahap perencanaan yaitu rencana umum
2. Studi Kelayakan yang disusun oleh pemrakarsa langsung
3. Desain Rincian yaitu kelengkapan dokumen UKL-UPL
4. Konstruksi dalam perusahaan
5. Operasi dalam perusahaan
Formulir UKL-UPL meliputi dalam pengumpulan data oleh
pemrakarsa langsung dan tidak boleh ditangguhkan oleh siapapun selain
pemohon pemrakarsa. Setelah dilakukan proses yang sesuai dengan
prosedur dilakukan harus sesuai dengan letak dan tata ruang lokasi
1.Rencana
Umum
2.Studi
Kelayakan
3.Desain
Rincian
4.Konstruksi 5.Operasi
UKL-UPL Disusun Oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan.
Formulir
UKL-UPL
1. Identitas
pemrakarsa;
2. Rencana usaha
dan/atau kegiatan;
3. Dampak
lingkungan yang
akan terjadi; dan
4. Program
pengelolaan dan
pemantauan
lingkungan.
1. Lokasi sesuai
dengan rencana
tata ruang.
2. Tidak sesuai:
tidak dapat
dinilai dan
dikembalikan
Proses Penyusunan UKL-UPL
perusahaan berada. Apabila terjadi ketidaksesuaian maka dokumen akan
dikembalikan dan tidak dinilai.
Hal tersebut diakui oleh Kasubbid AMDAL kepada peneliti bahwa :
Proses penyusunan yang lakukan sudah sesuai prosedur dan
mengacu kepada UU dan Peraturan Daerah di Kabupaten Tangerang.
Penyusunan yang diakukan oleh Bidang AMDAL harus dilakukan
dalam proses pendirian bangunan. Karena tidak akan berdirinya
suatu perusahaan apabila tidak melengkapi dokumen perizinan UKL-
UPL tersebut”. (Hasil wawancara dengan Kasubbid Evaluasi
Dampak Lingkungan pada hari Senin 29 Juni 2015 jam 10.00
dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kasubbid AMDAL
proses penyusunan dalam hal penyusunan dokumen perizinan itu harus
dilakukan sesuai perencanaan teknis yang sesuai dan berlaku di Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Hal ini perlu dilakukan
agar semua proses pendirian perusahaan terorganisir dan diketahui bentuk
apa saja yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan.
Namun demikian program kegiatan rencana prioritas dan program
kegiatan rencana penunjang. Kedua program ini akan menerapkan konsep
penanganan dan pengawasan perusakan pengendalian lingkungan hidup di
Kabupaten Tangerang. Dimana upaya pengawasan dan penanganan
kerusakan lingkungan akan diprioritaskan dan diterapkan dalam setiap
tahun.
Program-program kegiatan untuk mewujudkan Kabupaten
Tangerang yang sehat dan nyaman, serta bekal bagi generasi yang
mendatang. Dengan upaya ini diharapkan mampu menjadikan dan
menjaga kelestarian alam dalam mempertahankan kelestarian lingkungan
hidup di Kabupaten Tangerang. Mampu mengatasi segala permasalahan
lingkungan yang terjadi dan meminimalisir pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan yang dapat terjadi oleh proses pembangunan daerah.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup sehingga terrciptanya kualitas
lingkungan yang aman dan sehat.
Seperti yang diungkapkan oleh Bidang Bina Hukum :
“Tahapan atau proses perencanaan yaitu kegiatannya bertahap. 1
Perusahaan dilakukan proses pengawasan butuh perencanaan 6 bulan
waktunya. Karena proses pengawasan seperti penambahan
kenyamanan biaya. Tahapan perencanaan pengawasan misalnya
seperti pembuangan limbah, ditimbun, gak ada atapnya, nah
diperbaiki harus ada atapnya buat TPS yang berijin”. (Hasil
wawancara dengan Bidang Bina Hukum BLHD Kabupaten
Tangerang pada hari dan tanggal 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidang Bina Hukum BLHD
Kabupaten Tangerang yaitu tahapan proses perencanaan yaitu kegiatannya
bertahap. Satu perusahaan bisa dilakukan proses 6 bulan waktunya.
Tahapan atau proses perencanaan yaitu kegiatannya bertahap. 1
Perusahaan dilakukan proses pengawasan butuh perencanaan 6 bulan
waktunya. Karena proses pengawasan seperti penambahan kenyamanan
biaya.
Tahapan perencanaan pengawasan misalnya seperti pembuangan
limbah, ditimbun, gak ada atapnya, nah diperbaiki harus ada atapnya buat
TPS yang berijin. Dalam hal ini kegiatan proses perencanaan harus sesuai
dengan prosedur agar menghasilkan pengawasan yang efektif dan efisien.
(Hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan pada tanggal 29 Juni 2015
di Kantor BLHD jam 11.15 wib).
Wilayah pengembangan pembangunan di Kabupaten Tangerang ini
sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang signifikan
dapat dipastikan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Tangerang. Untuk itu Dinas Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang mempunyai peran yang besar dalam melakukan pengawasan
dan pengendalian lingkungan dan kerusakan lingkungan. Adapun tata cara
pengaduan BLHD adalah sebagai berikut :
TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN
PENGADUAN LINGKUNGAN HIDUP
Pengadu
(Lisan atau
Tulisan )
Kades/Lurah/Camat/Bupati
/BLHD/Kab/Kota
Gubernur/BLHD
Provinsi/Menteri LH/BLHD
Telaah dan Klasifikasi
Unit Kerja
Instansi
Terkait
Non-Lingkungan Lingkungan
Instansi Sektoral Verifikasi
Tindak Lanjut
Tidak Terbukti Terbukti
Sanksi
Administrasi
Penegakkan
Hukum
Perdata
Penegakkan
Hukum
Pidana
Yang
diadukan
Sumber : BLHD
Tata cara pengaduan dan tata cara penangan terjadi kerusakan
lingkungan hidup Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu melaui proses yang sesuai. Pengaduan dapat dilakukan kepada
aparatur pemerintahan pada wilayahnya masing-masing apabila terjadi
tindak kerusakan lingkungan dan dirugikan oleh dampak pembangunan
perusahaan. Aparatur desa dan pihak Kecamatan akan mengetahui apabila
yang terjadi dampak dari pencemaran lingkungan di daerah. Aparatur desa
dan pemerintah harus cepat tanggap dalam melakukan tindakan
pengawasan yang dilihat sangat minim apabila terjadi sebuah pengaduan
dari lembaga swadaya masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh masyarakat di Kampung Sangereng
yang bernama Andi kepada peneliti Bahwa :
“Ya selama ini sosialisasi kepada masyarakat disekitar tidak ada
mas. Sebenarnya kades dan lurah setempat harus memberitakan
apabila akan didirikan perusahaan agar kita masyarakat yang di
sekitar mengetahui pembangunan yang didirikan itu seperti apa. Tapi
ya gitu mas masyarakat bisa apa selain hanya terkena dampak dari
perusahaan saja, seperti rumah kami sebelum terjadi pembanguanan
kawasan industri dibelakang ini. Di atap rumah kami suka ada kerikil
kerikil kecil yang dari perusahaan itu mas di belakang. Ya kami
mohon lah kepada pemerintah apabila terjadi pencemaran bagaimana
seharusnya dan bagaimana tindakan yang dilakukannya gitu mas.
(Hasil wawancara dengan Bapak Andi pada hari Jum.at 19 Juni 2015
di kampung Sangereng).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan masyarakat kampung
Sangereng beliau mengatakan sosialisasi kepada masyarakat yang tidak
ada apabila akan terjadi sebuah proses pembangunan perusahaan. Hal
tersebut merupakan sudah sepatutnya masyarakat mendapatkan hak dalam
kegitan yang seharusnya disosialisasikan. Masyarakat yang mengetahui
apabila daerahnya terjadi kerusakan yang berdampak dari pembangunan
perusahaan.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bidang Bina
Hukum BLHD Kabupaten Tangerang tentang sosialisasi bahwa :
Gini mas BLHD Kabupaten Tangerang ini kan belum lama
berdiri untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat itu belum
pernah kita lakukan. Hanya saja kami melakukan kegiatan tersebut
sosisalisasi kepada perusahaan-perusahaan, rumah sakit dan lain-
lain. Sosialisasi yang kita lakukan ya itu saja untuk skala yang
mempunyai dampak besar kepada masyarakat. Untuk ke masyarakat
nya tidak dilakukan selama ini mas.
(Hasil wawancara dengan Bidang Bina Hukum BLHD pada tanggal
29 Juni 2015 dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara yang dipaparkan oleh Bidang Bina
Hukum BLHD Kabupaten Tangerang kepada peneliti yaitu sosialisasi
yang dilakukan hanya kepada pihak-pihak perusahaan dan rumah sakit
saja. Untuk sosialisasi kepada masyarakat tidak dilakukan sama sekali, hal
tersebut sangat memprihatinkan. Karena masyarakat yang terkena dampak
tidak menerima informasi dan penyuluhan dari pemerintah oleh sebab itu
masyarakat sangat menyayangkan tidak ada sosialisasi tersebut.
Hal yang dilakukan dalam melakukan pengawasan hanya kepada
perusahaan saja, seperti yang diungkapkan oleh Kabid Pengawasan BLHD
Kabupaten Tangerang yaitu :
“Kita melakukan sosialisasi hanya kepada pelaku usaha dan
perusahaan industri langsung. Untuk sosialisasi kepada masyarakat
belum pernah dilakukan. Pelaku industri merupakan sektor terbesar
penyumbang dampak lingkungan bagi kelangsungan kelestarian
lingkungan. Adapun hal itu kami sosisalisasikan kepada sejumlah
Rumah Sakit di daerah Kabupaten Tangerang, memberikan
sosisalisasi kepada perusahaan dan rumah sakit yang dilakukan
secara rutin. Seperti itu mas untuk soal sosialisasi yang kami
lakukan.
(Hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan pada hari Senin 9
Januari 2015 jam 09.40 dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan diatas
beliau mengatakan sosialisasi hanya kepada pelaku usaha dan perusahaan
industry langsung. Untuk sosialisasi kepada masyarakat belum pernah
dilakukan. Pelaku industri merupakan sektor terbesar penyumbang dampak
lingkungan bagi kelangsungan kelestarian lingkungan. Adapun hal itu
kami sosisalisasikan kepada sejumlah Rumah sakit di daerah Kabupaten
Tangerang, memberikan sosisalisasi kepada perusahaan dan rumah sakit
yang dilakukan secara rutin. Dalam hal ini sosisalisasi yang telah
direncanakan harus dilakukan sesuai dengan program kerja dan rencana
kegiatan yang telah direncanakan.
Dengan adanya rencana program kegiatan yang terencana ini
diharapkan mampu lebih memaksimalkan kinerja perencanaan dalam
pelaksanaan kedepannya agar semakin baik kedepannya. Agar bertujuan
masyarakan menilai lebih baik jika pengawasan dan pengendalian
diwujudkan demi menjaga rasa aman pada masyarakat.
Salah satu langkah yang diambil oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang dalam pengawasan dan pengendalian masalah
pencemaran di Kabupaten Tangerang yakni meningkatkat kualitas kinerja
pegawai dan sarana dan prasana pendukung lainnya yang menjadi
komitmen dalam melakukan pengawasan dalam mengatur segala
komponen aparatur daerah.
10. Diterima para anggota organisasi
Indikator yang terakhir yaitu adalah Diterima Para Anggota
Organisasi. Bahwa sistem pengawasan harus mampu mengerahkan
pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan
tanggung jawab, dan berprestasi. Untuk lebih jelasnya lagi peneliti akan
memaparkan hasil wawancara dengan Kabid Pengawasan dan
Pengendalian berdasarkan indikator Diterima para anggota organisasi yaitu
sebagai berikut :
“Di kantor Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
ini selalu melakukan koordinasi antara pimpinan dan pegawai
dikantor. Jadi antara pegawai dengan pimpinan selalu melakukan
koordinasi sebab kelancaran suatu pekerjaan karena koordinasi
yang tersambung antara pimpinan dan pegawai tesampaikan. (Hasil
wawancara dengan Kabid Pengawasan pada hari senin 20 Maret
2015 pukul 09.50 wib dikantor BLHD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan Kabid Pengawasan
dan Pengendalian Badan Lingkugan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
yaitu dapat disimpulkan bahwa para pegawai harus menjalin kerjasama
antar pegawai dengan atasan untuk menciptakan kenyamanan pekerjaan
dan arahan dari pimpinan pun diterima dengan senang hati oleh pegawai
kantor Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Pimpinan
Badan memberikan pengarahan-pengarahan dan mendengarkan keluhan-
keluhaan pegawai serta mencari jalan keluarnya.
Berikut hasil wawancara dengan bidang hukum kepada peneliti beliau
mengungkapkan :
Kalo untuk SDM sumber daya manusia kita ngikutin aturan aja
mas. dibilang sesuai ya belum sesuai. Bertahap saja dikami kurang
SDM di bidang administrasi yang kurang. Untuk Sarjana Hukum
aja di kami baru ada dua, dan kami butuh dua lagi. Demikian mas.
(Hasil wawancara dengan Kabid Bina Hukum pada hari senin 24
Maret 2015 pukul 09.50 wib dikantor BLHD Kabupaten
Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan bidang bina hukum
dan informasi lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang yakni dapat dikatakan kurangya SDM dalam BLHD yang
mampu memperngaruhi kualitas pekerjaan dan kinerja kurang efektif serta
efisien. Untuk bidang bina hukum melakukan pengawasan atau tidak
demikian pernyataan wawancara peneliti sebagai berikut :
Kita tidak melakukan pengawasan, karena di kita ada bidang
Amdal (Analisis mengenai dampak lingkungan) dan Wasdal
(Pengawasan dan pengendalian) kita melakukan pengawasan sesuai
dengan laporan masyarakat kepada kita. Atau laporan LSM terkait
apasih dampaknya pabrik ini wasdal langsung menanggapi
pelayanan langsung. Kita bisa ke lapangan langsung berupa
pengaduan.” (Hasil wawancara dengan Kabid Bina Hukum pada
hari senin 24 Maret 2015 pukul 09.50 wib dikantor BLHD
Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan bidang bina hukum
dan informasi lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang yakni dapat dikatakan bahwa bidang bina hukum dan wasdal
hanya melakukan peninjauan lapang langsung hanya berupa adanya
pengaduan dan laporan dari masyarakat atau LSM terkait dengan
pengaduan yang dilaporkan.
Maka dalam pengawasan pun bidang hukum mnegendalikan
pengawawasan apabila adanya laporan pencemaran kasus pengaduan
masyarakat dan terbukti ada perusahaan yang melakukan kegaitan
pencemaran kepada peneliti bidang bina hukum memberikan pernyataan
sebagai berikut :
Biasanya perusahaan sudah tau, tapi kadang-kadang lupa. Makanya
kita sebagai bidang bina hukum mengingatkan dengan adanya
verifikasi ke lapangan kita ingatkan lagi jika terjadi pencemaran,
ditegur untuk segera diperbaiki nanti saat kita datang lagi dipantau.
Jadi tidak langsung cabut ijin usaha. Itu bukan wewenang kita.
(Hasil wawancara dengan Kabid Bina Hukum pada hari senin 24
Maret 2015 pukul 10.00 wib dikantor BLHD Kabupaten
Tangerang).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan bidang bina hukum
dan informasi lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang yakni dapat dikatakan bahwa kesadaran hukum dan
pengawasan yang hanya dilakukan apabila terjadi pengaduan kepada
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Hal ini sangat
mempengaruhi proses yang seharusnya rutin dilakukan seperti kegiatan
pengawasan ke lapangan langsung tidak perlu menunggu ada pengaduan.
Dalam hal ini yang peneliti mengamati perusahaan-perusahaan
yang berada di Kawasan Baja Mas Balaraja yang terletak strategis dalam
akses jalan yaitu berada pada jalur keluar masuk tol Balaraja Barat. Dalam
hal ini menumbuhkan perusahaan dalam pembangunan sektor industri
skala besar diwilayah Kecamatan Balaraja.
Gambar 4.4
PT.LAUTAN STEEL INDONESIA
PT.Lautan Steel seharusnya bekerjasama dengan perusahaan-
perusahaan yang berada di wilayah balaraja. Untuk belajar bagaimana
mengelola dan mengolah limbah berbahaya dan beracun. Melakukan uji
kualitas air, melakukan uji kadar pencemaran tanah dan air. Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang harus menitikberarkan
kepada dan memberikan perhatian khusus kepada perushaan yang belum
sadar dan taat untuk menjaga kualitas lingkungan.
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari Sri Wijayanti HSE
Manager PT.ADF, dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. PT. ADF bersedia secara berkala setiap semester bulan Januari-
Juni akan melaporakan hasilnya kegiatan kepada instansi terkait
2. Kami bersedia dipantau dampak dan kegiatan usaha sebagaimana
tercamtum dalam laporan UKL-UPL. Oleh pihak yang memiliki
surat tugas dari pejabat yang berwenang menurut UUD
3. Apabila kami lalai dalam melaksanakan UKL-UPL seperti yang
telah dikemukakan dalam formulir yang ditetapkan dan kami
bersedia bertanggungjawab dan ditindak sesuai UUD
4. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL-UPL apabila ada
perubahan di industri kami.
(Wawancara dengan HSE Manager PT.ADF 8 November 2015)
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari Sri Wijayanti HSE
Manager PT.ADF, dalam hal ini realistic secara organisasional yang
dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dalam
organisasi. BLHD dalam bidang Amdal proses UKL-UPL dilakukan harus
sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah di tentukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dilapangan setelah
melakukan observasi, maka penyimpulan akhir tentang Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Daerah Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
di Balaraja Kabupaten Tangerang berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan
dinilai sudah berjalan sesuai prosedur dan mengacu berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang. Karena semua kegiatan berjalan dengan lancar dan cukup
baik. Pelaksana teknis yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah terutama
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah mempunyai kegiatan mengawasi
seluruh proses kegiatan usaha se- Kabupaten Tangerang.
Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang belum membuat perusahaan jera dalam melakukan pencemaran, sebab
hanya berupa teguran-teguran yang dilayangkan oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang. Untuk pencabutan ijin usaha itu merupakan
mematikan mata pencaharian warga sekitar yang bekerja diperusahaan. Maka dari
itu efektifitas pengawasan perlu ditingkatkan lagi agar lingkungan kembali terjaga
kelestariannya.
Hal tersebut dikarenakan keterbatasan SDM yang berada pada PPLHD
yaitu Pejabat Pelaksana Lingkungan Hidup Daerah. Posisi PPLHD sangat
diperlukan dalam melakukan pengawasan, pembinaan, dan penyuluhan kepada
perusahaan-perusahaan industri yang berada di Kabupaten Tangerang. Maka
kegiatan yang terlaksana dalam proses pengawasan dan pengendalian lingkungan
hidup di Kecamatan Balaraja khususnya masih bisa terkontrol oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah. Kegiatan yang dilakukan belum bisa dikatakan efektif
sebab masih saja BLHD mengandalkan dari pengaduan-pengaduan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan laporan dalam bentuk tertulis yang langsung
mendatangi Badan Lingkungan Hidup Secara Langsung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitan, maka peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah khususnya Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Hidup di Balaraja Kabupaten Tangerang. Harus lebih mengoptimalkan
bentuk proses pengawasan dan anggaran yang ada diperlakukan pada titik
kelemahan yang ada di Badan Lingkungan Hidup Daerah yang tidak
terfokus pada satu program saja. Dimaksudkan agar program-program
perencanaan di Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
lainnya seperti proses pengawasan langsung antar setiap perusahaan rutin
dilakukan secara berkala yang tidak menunggu harus ada laporan dahulu
baru melakukan pengawasan.
2. Pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang harus lebih
gencar lagi dalam mengadakan sosialisasi kepada masyarakat Kabupaten
Tangerang khususnya ke masyarakat karena selama ini sosialisasi hanya
dilakukan kepada pelaku usaha saja, bukan kepada masyarakat yang akan
dapat terkena dapat dari perusahaan tersebut. Sehingga sosialisasi ke
masyarakat dilakukan agar dimaksudkan masyarakat mampu membantu
proses kegiatan Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam melakukan
pengawasan dan juga masyarakat bisa melaporkan untuk menindak kepada
pelaku pencemaran lingkungan dari pelaku usaha.
3. Masyarakat harus lebih efektif dalam ikut berpartisipasi aktif melawan
pencemaran di Kabupaten Tangerang Khususnya. Karena masyarakat yang
mengetahui daerah atau wilayahnya masing-masing. Proses
pembangungan yang cukup signifikan terlihat di Kabupaten Tangerang.
Arus urbaninsasi yang setiap tahunnya meningkat ke perkotaan. Karena
masyarakat pendatang tidak akan memperdulikan, sebab masyarakat
pendatang tidak memiliki rasa menjaga karena bukan tempat tinggal asli
domisilinya. Misalnya harus dilakukan pengawasan, penyuluhan dan
pembinaan kepada ditingkat Kecamatan, Kelurahan, ke Desa setempat
dilakukan setiap bulan agar masyarakat mengerti bagaimana arti
Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup. Serta
mengetahui fungsi dan manfaat yang didapatkan dari hasil sosialisasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Certo, Samuel C. & S. Travis Certo, 2006. Modern Management, Pearson
Prentice Hall.
Gibson, 1988. Organisasi dan Manajemen. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Handoko,T.Hani. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Pustaka
Quantum.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1996. Sistem Administrasi
Negara Republik Indonesia. Jilid II/Edisi Ketiga. Jakarta: Toko Gunung
Agung.
Mardalis. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P., 1989. Filsafat Administratif. Jakarta: Haji Mas Agung.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Terry, George R. 1986. Asas-asas Manajemen Ahli Bahasa; Winardi. Bandung:
Penerbit Alumni.
Ukas, Maman. 2004. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung:
Penerbit Agnini.
Winardi, 2000, Manajer dan Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakaya
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta.
Sumber Dokumen :
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 54 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Rencana Strategis (Renstra) Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018.
Rencana Kerja (Renja) Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
Tahun 2014.
Laporan CSR Program PT ADIS DIMENSION FOOTWEAR Tahun 2014
Laporan Monitoring UKL-UPL PT ADIS DIMENSION FOOTWEAR Juni 2015
Sumber Lain :
http://m.bisnis.com/quick-news/read/20140916/78257823/industri-banten-tidak-
kurangi-pengangguran-kemiskinan
www.blhdkotatangsel.com/slhd
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45423-Makalah-
Pencemaran%20Air%20Sungai%Di%20Indonesia.html
http://media.iyaa.com/article/2014/10/3360699_8073.html
http://www.kabar6.com/tangerang-raya/kabupaten-tangerang/8444-cemari-
lingkungan-pt-lautan-steel-didemo-warga-balaraja.html
http://tangseloke.com/news/2014/09/30/30-perusahaan-berpotensi-cemari-sungai-
cisadane/).
MEMBERCHECK
Nama : Dani Hasan Sanusi, STp, M.Si
Jabatan : Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Limbah
Kode Informan : I1
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Limbah ?
Dari segi keakuratan dalam proses perencanaan kita harus
mengetahui bidang mana yang sedang membutuhkan proses yang
ditingkatkan dan perlu dilakukan evaluasi dan setelah kita
mengetahui adanya kesalahan-kesalahan berikut penyimpangan yang
terjadi tidak sesuai dengan perencanaan diawal maka kita akan
melakukan evaluasi sehingga proses harus kembali dan sesuai
prosedur yang telah direncanakan atau prosedur yang berlaku.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Limbah untuk mendapatkan keakuratan data dan
dokumen ?
Langkah-langkah yang kami lakukan dalam melakukan pengawasan
itu kami mengacu pada perda dan tugas pokok dan fungsi (tufoksi)
yang telah ditetapkan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD).
c. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Limbah untuk mendapatkan keakuratan Informasi
dilapangan ?
Ya sama saja mas seperti jawaban sebelumnya langkah-langkah
dalam proses mendapatkan keakuratan data, dokumen dan informasi
dari perusahaan itu harus berbentuk data yang akurat dan nyata yang
dilaporkan kepada kami. Sebab kami meminta data itu untuk
pelaksanaan yang sudah ada ditufoksi kami.Seperi itu mas.
d. Apakah langkah-langkah dalam ke akuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Untuk ke akuratan data, dokumen, dan informasi yang didapatkan
dan dilaporkan kepada kami itu sudah berjalan dengan baik.
Meskipun disini kami dibidang pengawasan atau bidang yang lain
masih menemukan keterlambatan laporan dari perusahaan-
perushaan. Yang terlambat ini biasanya kami himbau.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-data sudah dilakukan ?
Pengumpulan data-data dikami itu seperti data-data perusahaan yang
baru berdiri seperti perusahaan yang ingin berdiri didaerah
Kabupaten Tangerang itu kami harus punya datanya. Karena kami
membutuhkan data perkiraan limbah apa yang dikeluarkan dari hasil
perushaan tersebut sebelum berdiri. Adalagi data hasil proses
pengawasan dilapangan yang dilakukan oleh tim PPLHD
pengawasan dan harus disetujui oleh pak Kepala Badan Lingkungan
Hidup Daerah.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
Selama ini pengumpulan data–data dalam proses pengawasan itu
sudah berjalan sesuai dengan peraturan daerah (PERDA) dan tugas
pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang. Namun kami juga tidak menepis bahwa masih ada saja
beberapa perusahaan yang tidak mentaati ketepatan waktu yang kami
tentukan. Kami akan melakukan himbauan kepada perusahaan
tersebut agar tidak mengulanginya lagi.
c. Apakah ada sanksi apabila pengumpulan data-data pengawasan dari
perusahaan itu datang terlambat ?
Untuk sanksi kita hanya melakukan pengawasan saja dan hasil
pengawasan dari data-data yang kami peroleh itu akan kami laporkan
ke pak Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah setelah itu dari pak
Kepala Badan dilaporkan ke Kementrian Lingkungan Hidup. Yang
saya tau sanksi sudah banyak yang di pidana maupun ganti rugi, yang
sedang proses pidana juga ada.
d. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan dan
Pengendalian dalam menciptakan ketepatan waktu ?
Langkah-langkah yang dilakukan bidang pengawasan dalam
menciptakan ketepatan waktu dalam ketepatan waktu saya selalu
menghimbau kepada pengawasan didalam kantor terlebih dahulu
sebelum ke luar. Kepada para pegawai saya selalu mengimbau
konsisten dalam ketepatan waktu datang dan pulang kerja.
e. Apakah ketepatan waktu dalam disiplin kerja di Bidang Pengawasan
itu sudah baik ?
Seperti ini mas, dalam ketentuan perundang-undangan peraturan
kedisiplinan jam masuk dan jam pulang kerja itu sudah sangat jelas
dan ditambah lagi oleh peraturan daerah dikabupaten tangerang ini
ya. Jadi apabila ditemukannya pegawai yang telat datang dan pergi
keluar kantor maka biasanya akan diberi penilaian oleh masing-
masing pimpinan kepala bidang. Iya dikita juga masih ada saja yang
nekat melakukan kejadian tersebut. Namun pimpinan selalu
berkoordinasi dengan bagian kepegawaian
f. Apakah ada sanksi kepada pegawai yang tidak melakukan ketepatan
waktu dalam jam datang dan pulang kerja ?
Sanksi yang melakukan pelanggaran itu yang menilai BKD yaitu
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tangerang.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Untuk informasi apapun hasilnya dari Kepala Badan itu akan kita
sampaikan langsung atas perintah dari bapak Kaban agar pegawai di
semua bidang bukan hanya dibidang pengawasan saja berjalan
dengan baik. Kan apabila tidak tersampaikannya informasi akan
mengakibatkan keterlambatan pekerjaan entah itu soal pelayanan dan
pengumpulan data. Karena di Bidang pengawasan ini sangat
mempunyai peran yang cukup berat mas.bukan berarti kami mengeluh
apabila terjadinya pencemaran pasti yang disalahkan pemerintah dan
terlempar ke kami bidang pengawasan.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
Penempatan posisi pekerjaan sudah seharusnya melakukan tahap
kualifikasi terlebih dahulu untuk melihat dari latar belakang
pendidikan terakhir yang mengacu pada instansi tersebut.Karena
masih banyak penempatan posisi pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan latar belakang yang dimiliki.
c. Apakah ada kebijakan dalam manajemen pengawasan dan sosialisasi
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
Kebijakan sudah kita tetapkan dan itu jelas tertuang dalam Undang-
Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan.Serta
peraturan daerah Kabupaten Tangerang PERDA No.10.namun
sosialsiasi kami disini lebih memberatkan kepada perusahaan-
perushaan, rumah sakit, dan hotel.
d. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan di
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah ?
Untuk kendala permasalahnya dikita itu kekurangan SDM masih
minim. Untuk petugas lapangan saja yaitu PPLHD Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup hanya berjumlah 6 orang dan itu dibagi menjadi 2
tim. Karena perusahaan di Kabupaten Tangerang ini ribuan tapi
pejabat pelaksana teknis nya hanya berjumlah 6 orang saja.Disitu
kita mengalami kendala.
e. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
Informasi kepada masyarakat harus akurat nyata dan obyektif.Sebab
masyarakat pada zaman sekarang ini sudah pada pintar.Pintar disini
dalam artian sudah bisa berpikir kepada siapa harus mengadu.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Ke terpusatan pada titik-titik pengawasan di Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Limbah dilapangan seperti apa ?
Pengawasan yang terpusat kepada penyimpangan dilapangan itu
seperti misalnya penyimpangan-penyimpangan oleh industri atau
perusahaan yang melakukan pencemarann lingkungan.Sebab kenapa
bidang wasdal ini kita pusatkan pada titik-titik penyimpangan
dilapangan khususnya di Kecamatan Balaraja karena Balaraja itu
sektor di Kabupaten Tangerang Barat yang diperuntukkan oleh segi
pembangunan daerah itu yakni sektor Kecamatan Balaraja. Titik-titik
pengawasan yang kami lakukan yaitu langsung mendatangi sejumlah
perusahaan dan meninjau kegaitan proses pengolahan-pengolahan
limbahnya. Seperti itu mas.jadi dilakukan sudah sesuai.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah berpusat pada pencemaran
lingkungan?
Sudah mas, sebab instansi kita kan lebih kepada lingkungan dan
pencemaran dan informasi lingkungan serta pengelolaan lingkungan.
c. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Langkah-langkah yang kita lakukan yaitu pendataan perushaan.
Pendataan hasil buang limbah perusahaan segala bentuk limbah itu
kami cek terlebih dahulu sebelum melakukan proses tinjau lapang.
d. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Ya betul disini kami semua bekerja penuh dalam melakukan
pengawasan kepada seluruh perushaan-perusahaan industri-industri
dan rumah sakit.Namun kami menitik beratkan pengawasan kepada
perusahaan.
e. Apakah selama ini Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah
sudah memusatkan daerah-daerah yang memerlukan pengawasan
khusus ?
Ya bidang pengawasan dan pengendalian tidak berjalan sendiri perlu
melakukan koordinasi antar bidang maupun instansi.Kabupaten
Tangerang mesmusatkan perhatian ke daerah Barat di Kecamatan
Balaraja untuk skala industri besar terletak didaerah barat.
f. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam memusatkan pengawasan
dilapangan ?
Tindakan yang kami lakukan sesuai prosedur dan peraturan daerah.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah anggaran di Bidang Pengawasan dan Pengendalian yang
sudah ditetapkan sudah mampu menunjang dalam melakukan
pengawasan ?
Untuk anggaran kami rasa sudah cukup yah selama ini.
b. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Iyah anggran sebenarnya bukan menjadi tolak ukur buat kami,
apabila anggaran berlebih pun apabila pekerjaan tidak dilakukan
dengan baik sama saja bohong.
c. Apakah Bidang Pengawasan membutuhkan anggaran yang lebih dari
pada bidang-bidang yang lain ?
Tidak mas, kami bidang pengawasan sama saja seperti bidang-bidang
yang lainnya. Kami tidak menganggarkan bahwa proses pengawasan
itu mengganggarkan dana yang lebih banyak. Karena nanti
akandikoreksi lagi dalam rencana kerja tiap tahunnya.Ini yang
dimaksudkan realistik secara ekonomi itu untuk biaya anggaran
mungkin mas yah. Untuk anggaran kita dari bidang pengawasan
mengsusulkan anggaran biaya yang rendah dalam melakukan
pengawasan karena kami dibidang pengawasan juga melihat kondisi
dan situasi mas.karena perusahaan yang berada di Kabupaten
Tangerang ini angkanya mencapai ribuan. Bidang pengawasan juga
harus pintar mengatur biaya pengawasan tersebut karena apabila
penggunaan yang boros akan mengakibatkan tidak teratur kegiatan
perencanaan. Serta pembiayaan dalam program kerja seperti
kegiatan penyluluhan, sosialisai, penghijauan konservasi lingkungan,
rehabilitasi lahan, dan kegiatan kampanye lingkungan hidup.Maka
serendah mungkin kami dibidang pengawasan menggunakan
anggaran.
d. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Alhamdulillah sudah berjalan dengan baik mas dan sesuai prosedur.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi ?
Selalu memberikan arahan rencana dan prosedur kerja yang sesuai
dengan keadaan organisasi yang dimilikinya sehingga dapat berjalan
dengan baik didalam melakukan kegiatan pengawasan didalam
organisasi (internal) maupun (eksternal) harus bisa berhubungan
kerja koordinasi antar bidang di Badan Lingkungan Hidup Daerah
tercipta hubungan kerja yang dinamis.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi di Bidang Pengawasan ?
Kami disemua bidang pada dasarnya semua melayani masyarakat.
Apabila ada yang melapor dari masyarakat atau LSM kita akan
langsung tanggapi laporan tersebut dan segera ditindaklanjuti.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Para pegawai menjalani rencana dan prosedur kerja yang sesuai
dengan keadaan organisasi selalu terhadap adanya rencana kegiatan
dan prosedur kerja yang sesuai dengan keadaan organisasi. Karena
kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang
selalu memberikan arahan rencana dan prosedur kerja yang sesuai
dengan keadaan organisasi yang dimilikinya sehingga dapat berjalan
dengan baik didalam melakukan kegiatan pengawasan didalam
organisasi (internal) maupun (eksternal) harus bisa berhubungan
kerja koordinasi antar bidang di Badan Lingkungan Hidup Daerah
tercipta hubungan kerja yang dinamis.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan dikantor dengan
dilapangan apakah itu perlu dilakukan ?
Ya dilapangan dengan dibelakang meja itu harus berkoordinasi
dengan baik sehingga menicptakan kerjasama yang efektif dan efisien.
b. Koordinasi antar Bidang di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang apakah sudah berjalan dengan baik ?
Begini mas.ini aliran kerja dikantor Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang. Para pegawai melaksanakan kerja
yang sesuai pada rencana kerja yang telah dilakukan dalam
organisasi dalam melakukan pelaksanaan kegiatan kerja yang selalu
sesuai dengan apa yang telah apa yang ditetapkan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. Pada saat
pelaksanaan perencanaan kerja hal ini demi kelancaran
kelangsungan aliran kerja dikantor.Aliran kerja yang terjalin antar
sesame pegawai itu merupakan etika koordinasi yang dapat
membantu kerjasama anatara bidang satu dengan bidang lainya.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Koordinasi itu sudah pasti dilakukan mas. Sebab bidang pengawasan
tidak akan bisa bekerja sendiri tanpa bidang-bidang yang lain.
8. Fleksibel
a. Apakah para pegawai di Bidang Pengawasan harus fleksibel ?
Fleksibel dalam melakukan pekerjaan itu harus mas, sebab per
individu disini mempunyai cara kerjanya masing-masing. Tidak
semua pegawai sama mengerjakan satu pekerjaan. Semuanya
berbeda-beda dalam melakukan pekerjaan.Fleksibel dikami lebih
kepada kecepatan kerja tidak menunda-nunda.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Dilakukan namun tidak juga mempercepat proses. Sebab untuk
melakukan pendataan ulang pun itu perlu proses yang tidak langsung
dilaksanakan. Perlu koordinasi ke berbagai bidang terlebih dahulu.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Fleksibelitas dalam pengawasan itu harus diperlukan dalam
pengumpulan data-data dan proses penyusunan dokumen data harus
bisa diatasi dalam segala bentuk hambatan yang terjadi dan ancaman
dari lingkungan luar. Hambatan yang harus bisa diatasi oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang ini antara lain yaiu
: adanya pencemaran disejumlah daerah terutama di Kecamatan
Balaraja yang melakukan pencemaran tersebut yaitu industry atau
perusahaan yang tidak tertib dalam menytaati peraturan yang
berlaku. BLHD berupaya bekerja se-fleksibelitas mungkin demi
mengurai hambatan dan ancaman.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Masyarakat atau LSM lembaga swadaya masyarakatpun sering
membantu kita dalam proses pengawasan dan merupakan petunjuk
operasional bagi kami. Karena tidak sepenuhnya pengawasan
dilimpahkan semua tanggung jawabnya ke kami.Masyarakat harus
bekerja sama dengan Badan Linkungan Hidup Daerah Kabupaten
Tangerang.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Tidak selalu mendapatkan petunjuk dari masyarakat.Kami juga
mendapatkan petunjuk dari berbagai instansi juga tidak hanya dari
masyarakat saja.Karena kami pun ada rapat evaluasi.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional ?
Disini pada apabila koreksi dilakukan evaluasi antar bidang. Gini
kita akan melakukan suatu pelaporan yang dilaporkan ke bapak
Kepala Badan dan disitu tiap bidang melakukan evaluasi untuk
mengukur tingkat kesalahan dan penyimpangan pengawasan
dilapangan. Istilahnya mencari jalan keluar bersama setelah
dilakukan evaluasi itu ke pak kaban mas.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pekerjaan dalam pengawasan ?
Penting sekali tanpa arahan dan petunjuk dari Bapak Kepala Badan
Linkungan Hidup kami tidak akan berhasil mungkin.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah arahan yang diberikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah sudah diterima pada anggota organisasi ?
Kami para pegawai hanya mengikuti arahan dari Bapak Kepala
Badan. Apapun yang diperintahkan akan kami lakukan dan secara
tidak langsung diterima oleh para pegawai di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
MEMBERCHECK
Nama : Sholeh, SH
Jabatan : Kabid Bina Hukum & Informasi Lingkungan
Kode Informan : I2
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh Bidang Bina Hukum
BLHD ?
Dilaksanakan setiap 1 tahun sekali tetapi tahun ini tidak, karena UU
ini keluar pada tahun 2009, tahun 2010 kita melakukan sosialisasi.
Untuk tahun-tahun sekarang kita hanya memonitoring saja.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Bina Hukum
untuk mendapatkan keakuratan data dan dokumen ?
Misal seperti buang limbah, ditimbun gak ada atapnya, nah
diperbaiki harus ada atapnya buat TPS yang berijin.Demikian
langkah-langkah kami Bidang Bina Hukum.
c. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Limbah untuk mendapatkan keakuratan Informasi
dilapangan ?
Sama saja Misal seperti buang limbah, ditimbun gak ada atapnya,
nah diperbaiki harus ada atapnya buat TPS yang berijin.Demikian
langkah-langkah kami Bidang Bina Hukum.
d. Apakah langkah-langkah dalam ke akuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Sudah berhasil selama ini keakuratan data yang diterima oleh kami.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-data sudah dilakukan ?
Bertahap, 1 perusahaan bisa 6 bulan waktunya. Karena butuh proses
seperti penambahan kenyamanan biaya.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
Turun ke lapangan (tim) 4 orang dari BLHD tim survey, sejauhmana
dampaknya, dilakukan, pengecekan, dilakukan pembinaan, kemudian
dilakukan monitoring ke depannya apakah sudah dibenahi.
c. Apakah ada sanksi apabila pengumpulan data-data pengawasan dari
perusahaan itu datang terlambat ?
Sanksi Administrasi berupa teguran tertulis mengacu pada UUD
No.32
d. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Bidang Bina Hukum dalam
menciptakan ketepatan waktu ?
Untuk menciptakan ketepatan waktu dalam pengumpulan data itu
akan dilakukan secepat mungkin.
e. Apakah ketepatan waktu dalam disiplin kerja di Bidang Bina Hukum
itu sudah efektiv ?
Sudah efektiv dan berjalan dengan lancer sesuai prosedur.Paling
tidak ada keterlambatan waktu sedikit.
f. Apakah ada sanksi kepada pegawai yang tidak melakukan ketepatan
waktu dalam jam datang dan pulang kerja ?
Iyah selama ini apabila terjadi pelanggaran maka akan kita bina
sesuai dengan bidang Bina Hukum yang sifatnya hanya membina.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Harus obyektif dong tentu. Karena pada dasarnya informasi yang
diterima akan kita jadikan laporan pastinya.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
Kalo soal SDM kita ngikutin aturan aja.Dibilang sesuai ya belum
sesuai, bertahap aja.
c. Apakah ada kebijakan dalam manajemen pengawasan dan sosialisasi
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
Dilaksanakan setiap 1 tahun sekali tetapi tahun ini tidak, karena UU
ini keluar pada tahun 2009, tahun 2010 kita melakukan sosialisasi.
Untuk tahun-tahun sekarang kita hanya memonitoring saja.
d. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan di
Bidang Bidang Bina Hukum?
Biasanya perusahaan sudah tahu, tapi kadang-kadang lupa.Makanya
kita sebagai bidang bina hukum mengingatkan dengan adanya
verifikasi ke lapangan kita ingatkan jika terjadi pencemaran, ditegur
agar segera diperbaiki nanti saat kita datang lagi dipantau jadi tidak
langsung cabut ijin usaha. Itu kan bukan wewenang kita.
e. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
Masyarakat sebelum bikin usaha ada ijin-ijin dari beberapa
instansi.Hal ini kami sampsiksn agar mudah dipahami informasinya.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Ke terpusatan pada titik-titik pengawasan di Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Limbah dilapangan seperti apa ?
Tidak.Karena dikita ada wasdal (pengawasan dan
pengendalian).Pengawasan dan pegendalian kita sesuai dengan
dengan laporan masyarakat atau LSM apasih dampaknya pabrik ini
wasdal pelayanan langsung.Kita bisa ke lapangan berupa pengaduan.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah berpusat pada pencemaran
lingkungan?
saya rasa dibidang wasdal itu sudah dilakukan pada lahan-lahan
yang kritis
1. Pengaduan berupa tulisan, karena disarankan membuat
suratresmi, kalo berupa lisan atau teguran dikira.
2. Pengaduan bisa melapor ke kades / camat / forum masyarakat atau
LSM.
c. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Bertahap, 1 perusahaan bisa 6 bulan waktunya. Karena butuh proses
seperti penambahan kenyamanan biaya.Misal seperti buang limbah,
ditimbun gak ada atapnya, nah diperbaiki harus ada atapnya buat
TPS yang berijin.
d. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Pengawasan yang efektif dan menyeluruh.
e. Apakah selama ini Bidang Bina Hukum memusatkan daerah-daerah
yang memerlukan pengawasan khusus ?
Iyah tentu kita pusatkan semua daerah dikabupaten tangerang akan
kita bina semua perusahaan.
Se Kabupaten Tangerang kita lakukan pengawasan dan pembinaan
tidak ada yang kita beda bedakan karena ini sudah menjadi tugas
pokok kami.
f. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam memusatkan pengawasan
dilapangan ?
Tindakan nya yaitu berupa menijau lapang langsung dan mencatan
laporan yang ada dilapangan atau ditemukan dilapangan.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah anggaran di Bidang Bina Hukum yang sudah ditetapkan
sudah mampu menunjang dalam melakukan pengawasan ?
Saya rasa selama ini sudah cukup yah.Dalam melakukan pembinaan
ke lapangan itu sudah dianggarkan.
b. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Tebtu saja.Anggaran disini mampu meciptakan ke efektifan kerja.
c. Apakah Bidang Bidang Bina Hukum membutuhkan anggaran yang
lebih dari pada bidang-bidang yang lain ?
Anggaran sih sudah sesuai-sesuai saja selama ini tidak ada
perbedaan, mungkin di bidang-bidang lain yang membutuhkan itu.
d. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Sudah berjalan dengan baik ko dengan anggaran yang diberikan
selama ini.
6. Realistik secara organisasional
d. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi ?
Sudaj jelas himbauan dari kepala badan lingkungan hidup daerah
dan informasi yang disampaikan sudah sesuai dengan kenyataan
dilapangan.
e. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi di Bidang Bina Hukum ?
Tentu apabila kami menerima sebuah pengduan dari masyarakat
harus sesuai terlebih dahulu apakah benar memang yang dilaporkan
masyarakat itu sesuai dengan yang dilaporkan. Kita akan tinjau ke
lapangan. Akan kita buat seperti berita acara terkait adanya
pengaduan dari masyarakat.
f. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Koordinasi dan informasi harus diterima oleh para pegawai.Jika
terjadi koordinasi yang tidak relevan maka tidak akan mencapai
tujuan dan hasil. Karena komunikasi koordinasi yang kurang itu tadi
mas.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh Bidang Bina Hukum dikantor dengan
dilapangan apakah itu perlu dilakukan ?
Iyah kita akan terus koordinasi maupun dikantor itu antar bidang-
bidang terus apa yang harus dikoordinasikan melalui laporan yang
sampai ke bina hukum. Bina hukum disini nanti akan meninjau
perusahaan yang memerlukan binaan dalam artian agar mematuhi
peraturan yang harus diterapkan dengan Undang-Undang dan
Peraturan Daerah.
b. Koordinasi antar Bidang di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang apakah sudah berjalan dengan baik ?
Ya selama ini alhdamdulillah yah mas, bidang-bidang di BLHD ini
sudah berjalan bekerjasama untuk mencapai tujuan dari hasil akhir
bersama yaitu BLHD.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Kalo koordinasi sudah baik dengan otomatis maka keberhasilan
bersama pasti akan dicapai dengan visi misi BLHD Kabupaten
Tangerang yang telah ditetapkan sebelumnya.
8. Fleksibel
a. Apakah para pegawai di Bidang Bina Hukum harus fleksibel ?
Iyah itu harus dong masih.Biar kalo pekerjaan itu tidak ada yang
menumpuk diatas meja.Apalagi untuk pelayanan kepada masyarakat
itu harus diutamakan mas.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Iyah harus dilakukan disemua pekerjaan.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Apabila kita mengerjakan pekerjaan seperti membuat laporan dari
bidang pengawasan kepada kami, kami akan melakukan koordinasi
dan meminta acc kepada kepala BLHD agar kami dapat memasuki
perusahaan yang akan kita bina.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Tentu disini kita kan tidak bisa berjalan sendiri kita meminta kepada
masyarakat berperan aktif dalam menjaga lingkungan hidup agar
kualitas dan kuantitas dimasa yang akan datang menjadi lebih baik.
Sangat bidang hukum sangat mengapresiasi kepada masyarakat yang
memperjuangkan lingkungan yang sehat.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Dari yang masyarakat umum sedikit sh, tapi kalo untuk LSM itu
lumayan banyak yah kami mendapatkan informasi.Ada yang
menanyakan tentang tindak lanjut dan ada pula yang menanyakan
tindakan kita harus cepat tanggap apabila terjadi pencemaran.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional ?
Kalo itu sudah pasti dong mas,kami selalu melakukan rapat dengan
bapak kaban untuk memastikan apakah ada kendala atau tidaknya
dalam perkerjaan.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pekerjaan dalam pengawasan ?
Penting, karena itu sebagai acuan dalam melakukan pengawasan
agar sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah arahan yang diberikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah sudah diterima pada anggota organisasi ?
Alhamdulillah selama ini sudah berjalan dengan prosedur dari bapak
kaban dan informasi sesuai dengan kenyataan-kenyataan dalam
bentuk pengawasan.
MEMBERCHECK
Nama : Ana Shoba
Jabatan : Kasubbid Evaluasi Dampak
Lingkungan(AMDAL)
Kode Informan : I3
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian
Dampak Lingkungan ?
Pada keakuratan data yang kami kumpulkan disini yaitu proses
registrasi yang ada diloket depan itu mas, tahap pertama pemohon
harus melalui loket pemeriksaan verifikasi, tahap kedua pemohon
registrasi dokumen (AMDAL) Analisis Dampak Lingkungan, ketiga
pengambilan dan pembalikan dokumen (AMDAL)Analisis Dampak
Lingkungan.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian
Dampak Lingkunganuntuk mendapatkan keakuratan data dan
dokumen ?
Tadi kan dari ketiga loket tersebut itu yang diminta oleh kami data-
data persyaratannya. Unutk mendapatkan ke akuratan data kami juga
harus mengecek satu persatu dokumen tersebut sehingga data yang
kami terima sesuai dengan dilapangan.
c. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian
Dampak Lingkungan untuk mendapatkan keakuratan Informasi
dilapangan ?
Untuk informasi disini kita lebih gali lagi apabah benar adanya
perusahaan ini berdiri dilokasi mana kecamatan mana dan perkiraan
apa yang akan terjadi dampak nya. Kita akan gali itu kepada
masyarakat dan pemohon yang mendirikan bangunan.Sebab kami
disini bertanggung jawab atas pemberian izin lingkungan dari
pendirian perushaan.
d. Apakah langkah-langkah dalam ke akuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Dikatakan berhasil sudah berhasil yah mas, sebab disini kami harus
bertanggung jawab penuh dengan proses pendirian perusahaan
dengan memiliki izin yang resmi dari kami. Demikian itu tadi
keakuratan data dan informasi sangat penting kami lakukan agar
tidak terjadi permasalahan pencemaran dikemudian hari.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-data sudah dilakukan ?
Ya sudah kami lakukan sesuai prosedur peraturan daerah.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu dalam proses
pembuatan izin sampai penerbitan izin memakan waktu satu samapi 6
bulan.Sudah berjalan dengan baik dan dilakukan sesuai prosedur dan
peraturan daerah.
c. Apakah ada sanksi apabila pengumpulan data-data pengawasan dari
perusahaan itu datang terlambat ?
Sanksi ke pengawasan dalam pengumpulan data-data selama ini tidak
ada yah dibidang AMDAL Analisis mengenai dampak lingkungan.
Karena dibidang ini hanya melakukan langka-langkah proses
perizinan dokumen berikut data-data penting. Jika ada yang tidak
lengkap paling kami tidak berikan izin tersebut.
d. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian
Dampak Lingkungan dan Pengendalian dalam menciptakan ketepatan
waktu ?
Dalam menciptakan ketepatan waktu segala proses pengumpulan
data-data kami sudah memberikan pelayanan yang terbaik dan kami
bidang pengkajian dampak lingkungan mempunyai tujuan dalam
mencapai keberhasilan.Sesuai yang tertuang dalam tugas pokok dan
fungsinya.
e. Apakah ketepatan waktu dalam disiplin kerja di Bidang Pengkajian
Dampak Lingkungan itu sudah baik ?
Kedisiplinan tentu kami kedepankan itu. Walaupun masih ada saja
sebagian pegawai yang tidak konsisten dalam melakukan tugas dan
kewajibannya, namun itu akan kita evaluasi segera mungkin.
Sehingga tidak menjadikan contoh yang tidak benar kepada pegawai
lainnya.
f. Apakah ada sanksi kepada pegawai yang tidak melakukan ketepatan
waktu dalam jam datang dan pulang kerja ?
Biasanya untuk sanksi kami tidak memberikan karena sudah ada
Badan Kepegawaian Daerah yang memegang kendali mas.Seperti itu.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Iyah selama ini pemohon yang datang ke kami semuanya memberikan
informasi yang relevan dan obyektif.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
Untuk dibidang pengkajian dampak lingkungan saya rasa sudah
cukup baik yah tidak ada hambatan selama ini berjalan cukup baik
dan sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pegawai.
c. Apakah ada kebijakan dalam manajemen pengawasan dan sosialisasi
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
Karena BLHD ini instansi nya belum berdiri lama pada tahun
2009.Sampai sekarang tahun 2014 setahu saya sosialisasi dilakukan
kepada perusahaan saja. Sudah ada kebijakannya dalam proses
pengawasan dan sosialisasi di dalam peraturan daerah.
d. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan di
Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan ?
Yang menjadi kendala dibidang pengkajian dampak lingkungan
adalah pemohon pembuat izin itu sering membuat data keterangan
yang tidak seharusnya.Contohnya pemohon harus mempunyai izin
dari warga masyarakat sebelum datang ke kami.
e. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
Informasi yang kami sampaikan pada saat pemohon melakukan
proses registrasi itu harus obyektif dan jelas.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Ke terpusatan pada titik-titik pengawasan di Bidang Pengkajian
Dampak Lingkugan seperti apa ?
Kita amdal melakukan penilaian serta evaluasi.Hanya berbentuk
laporan dan sifat pengawasan di bidang pengkajian dampak
lingkungan itu fasip.Jadi hanya menampung pelaporan saja mas.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah berpusat pada pencemaran
lingkungan?
Iyah kita pengawasan pasif kemudian kita berikan ke bidang
pengawasan dan pengendalian limbah.Kami hanya sebatas pelaporan
dokumen saja mas.Tindak lanjutnya pada bidang wasdal dan bina
hukum.
c. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Kami tidak turun ke lapangan mas.Yang ke lapangan yaitu petugas
khusus dari bidang pengawasan dan pengendalian limbah.
d. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Pengawasan disini kami hanya bersifat pasif yah, hanya pelaporan
studi kelayakannya saja kami yang menilai dan membuat surat
pelaporan.
e. Apakah selama ini Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan sudah
memusatkan daerah-daerah yang memerlukan pengawasan khusus ?
Pemusatan daerah perkembangan industri di Kabupaten Tangerang
yaitu di Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Jayanti.
f. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam memusatkan pengawasan
dilapangan ?
Tidak ada kami tidak melakukan pengawasan ke lapangan.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah anggaran di Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan yang
sudah ditetapkan sudah mampu menunjang dalam melakukan
pengumpulan data-data ?
Anggaran sudah cukup untuk dibidang pengkajian dampak
lingkungan ini.Cukup menunjang kebutuhan pekerjaan pegawai.
b. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Kita tidak bisa katakan apabila tidak ada anggaran kita tidak akan
bekerja. Sebab prosesnya membutuhkan modal untuk mencapai tujuan
dan keberhasilan. Jadi anggaran memang dibutuhkan dalam proses
pekerjaan.
c. Apakah Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan membutuhkan
anggaran yang lebih dari pada bidang-bidang yang lain ?
Kami tidak se-enaknya meminta anggaran sekian-sekian. Nanti akan
direncanakan terlebih dahulu dalam rencana kerja untuk penggunaan
anggaran.
d. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Sudah berjalan dengan baik pada tahun 2014 ini dan tidak mengalami
kendala apapun.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi ?
Iya koordinasi dari pimpinan selalu ada kepada para pegawai.Pada
saat rapat atau musyawarah dan pada saat evaluasi itu biasaya
dipecahkan masalahnya agar berjalan dengan tufopksi dan sesuai
dengan rencana.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi di Bidang Pengawasan ?
Iyah sebenarnya untuk pengaduan ke kami juga bisa datang ke
bidang-bidang yang lain juga bisa tidak harus ke bidang pengawasan
saja ko.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Koordinasi antar bidang dan antar pegawai didalam bidang itu
sangat penting dilakukan.Harus diterima agar pekerjaan juga lancer.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh Bidang Pengkajian Dampak
Lingkungan dikantor dengan dilapangan apakah itu perlu dilakukan ?
Koordinasi itu harus dilakukan mas dan itu penting agar informasi
dilapangan dan dikanor itu tidak terjadi miss communication.
b. Koordinasi antar Bidang di Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang apakah sudah berjalan dengan baik ?
Setiap koordinasi mungkin saja suka terjadi kesalah pahaman dari
informasi yang disampaikan dan informasi yang diterima.Selama ini
si sudah baik.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Selama ini saya piker masih efektif dan sudah pasti koordinasi yang
baik akan menciptakan keberhasilan.
8. Fleksibel
a. Apakah para pegawai di Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan
harus fleksibel ?
Iyah bekerja harus fleksibel mas, jadi biar tidak ada penumpukan
pekerjaan diatas meja.Jadi se fleksibel mungkin harus dilakukan.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Perlu dong. Selain itu kan jadi meringankan pekerjaan apabila
dilakukan secara baik dan benar agar efektif.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Fleksibelitas yang tidak menunda-nunda pekerjaan disaat ada tugas
yang harus dikerjakan ya langsung dikerjakan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Iyah selama ini yang membantu kita pasti masyarakat.Karena
lingkungan sangat erat kaitannya dengan masyarakat.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Dugaan-dugaan sih kita sering dapatkan dugaan sementara dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) jadi masyarakat menjadi
petunjuk operasional kami juga.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional ?
Dalam persiapan sampai tingkat koordinasi dalam petunjuk
operasional itu ada. Seperti jika terjadi kasus maka akan memberi
arahan dan himbauan.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pekerjaan dalam pengawasan ?
Secara khusus pegawai yang akan bekerja pasti harus mempunyai
petunjuk yangbersifat operasional karena untuk membantu pekerjaan
dalam mengawasi pekerjaan didalam kantor.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah arahan yang diberikan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah sudah diterima pada anggota organisasi ?
Pengarahan oleh Kepala Badan kepada pegawai harus diterima. Hal
ini untuk kelangsungan pekerjaan agar efektif.
MEMBERCHECK
Nama : Drs. Toni Rustoni
Jabatan : Camat Balaraja
Kode Informan : I4
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh Pihak Kecamatan
mengenai pencemaran?
Ya sebetulnya kalo dalam hal pencemaran lingkungan hidup di
balaraja adalah :
1. Pengawasan, pengawasannya kurang dan perlu ditingkatkan
dalam hal pengawasan. Karena dibalaraja ini pertumbuhan
industrinya banyak.
2. Harus adanya evaluasi, evaluasi hasil dari pada ukl-upl dibagian
amdal.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Kecamatan Balaraja
untuk mendapatkan keakuratan data dan dokumen mengenai
pencemaran ?
Kalo langkah-langkah nya tidak ada.Kalo ditupoksi itu tidak ada.Tapi
kami tertantang menjalankan pengawasan kontrol kepada pengusaha
atau perusahaan-perusahaan yang ada diwilayah kecamatan
balaraja.Kami rutinnitas tersebut sebulan sekali cek and recheck.
c. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Kecamatan Balaraja
untuk mendapatkan keakuratan Informasi dilapangan ?
Sama saja mas sepeti jawaban yang sebelumnya. Kalo ditupoksi itu
tidak ada.Tapi kami tertantang menjalankan pengawasan kontrol
kepada pengusaha atau perusahaan-perusahaan yang ada diwilayah
kecamatan balaraja.Kami rutinnitas tersebut sebulan sekali cek and
recheck.
d. Apakah langkah-langkah dalam ke akuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Tidak berhasil karena tidak ada didalam rencana kerja dikecamatan.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-data sudah dilakukan ?
Ya kalo dikami hanya pengumpulan data-data hanya dari masyarakat
balaraja saja.Walaupun ada yang melaporkan terkait data-data
lingkungan itu sifatnya pengaduan ke kami pihak kecamatan.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
Ketepatan waktu di Kecamatan Balaraja seperti halnya bentuk
pembuatan KTP dan surat keterangan lain-lainya yang bi
persyaratkan dibuat di kantor Kecamatan Balaraja.
c. Apakah ada ketepatan waktu dalam disiplin kerja di Kantor
Kecamatan Balaraja?
Tentu saja ada didalam peraturan mas. Kami akan tindak apabila itu
terjadi ketidak disiplinan pegawai.
d. Apakah ada sanksi kepada pegawai yang tidak melakukan ketepatan
waktu dalam jam datang dan pulang kerja ?
Untuk sanksi itu selama ini belum perna ada yang melanggar.
Sekalipun ada akan saya himbau terlebih dahulu agar tidak
mengulanginya kembali.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Informasi yang kita dapatkan hanya dari masyarakat. Untuk itu
koordinasi tidak pernah ada koordinasi dengan kami Pihak
Kecamatan untuk bekerja sama dalam mengatasi persoalan
penemcaran.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
Untuk penempatan kerja saya raya di kantor Kecamatan Balaraja ini
sudah cukup kompeten yah di masing-masing bidangnya dalam
melayani masyarakat.
c. Apakah ada kebijakan dalam manajemen pengawasan dan sosialisasi
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
d. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan di
Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan ?
e. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Ke terpusatan pada titik-titik pengawasan di Bidang Pengkajian
Dampak Lingkugan seperti apa ?
Kalo sosialisasi itu Cuma dalam hal pendirian pembuatan ijin ukl-upl
amdal.Harus kita lakukan sosialisasi.Seperti tadi saya bilangin harus
ada evaluasi dari tingkat kabupaten – dari blhd – kepada pengusaha
tersebut.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah berpusat pada pencemaran
lingkungan?
Kami Kecamatan Balaraja Positif medukung harus adanya
pengawasan.Karena di amdal sendiri itu ada penghijauan.Apalagi
dengan didukung oleh kita kecamatan balaraja. Untuk sementara ini
perusahaan mendukung kepada kita karena penghijauan itu untuk
masa depan kita semua. Dan harus ada dukungan dari semua
pihak.Baik dari masyarakat.Dari aparatur.Dari LSM dan lainnya.
c. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Kita pengawasan langsung aja ke lapangan.Betul ada pencemaran
atau tidak.Kecuali kalo ada pengaduan dari warga masyarakat.
d. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Contoh perusaahaan dikita ini tidak memperhatikan drainase. Disitu
timbul nanti..ooo ini untuk pembuangan air contoh di sentul jaya. Ada
sebuah perusahaan yang pembuatan drainase nya kurang memadai
kalo timbul hujan itu banjir.Kita usahakan bagaimana
caranya.Ternyata kendalanya itu harus ada komunikasi antara
perusahaan 1 dengan perusahaan lainnya.Itu itu kendalanya.
e. Apakah selama ini Kecamatan Balaraja sudah memusatkan daerah-
daerah yang memerlukan pengawasan khusus ?
Dikecamatan Balaraja ini semuanya kami pusatkan pengawasan
ditiap kepala desa yang kampungnya berdekatan dengan perusahaan-
perusahaan industri.
f. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam memusatkan pengawasan
dilapangan ?
Pabrik shimithsu di sentul jaya aja disitu ada 3 pabrik yang drainase
nya pembuangan airnya satu satunya jalan komunikasi dengan
perusahaan 2 dengan perusahaan lainnya.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Anggaran untuk selama ini cukup di Kecamatan Balaraja karena
sudah melalui proses perencanaan terlebih dahulu. Jadi
meminimalisir adanya anggaran-anggaran yang tidak terduga.
b. Apakah Kecamatan Balaraja membutuhkan anggaran yang lebih untuk
melakukan pengawasan yang ekstra ?
Yaa kami juga ingin apabila proses pengawasan diberikan tanggung
jawabnya kepada kami. Cuman kan sekarang koordinasi dari BLHD
kepada Kecamatan aja tidak ada. Bagaimana kami akan
mengevaluasi jika terjadi pencamaran diwilayah kami.
c. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Sudah berjalan dengan baik.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi ke Kecamatan Balaraja ?
Tidak ada mas tidak ada evaluasi atau himbauan dari BLHD kepada
kami. Paling saja untuk persoalan perijinan dokumen.Sebelum amdal
dilaksanakan kita ada sosialisasi kepada warga masyarakat yang
akan mendirikan suatu pabrik. Kita melaksanakan sosialisasi kepada
masyarakat bahwa disini akan ada suatu pabrik yang didirikan untuk
pembuatan dokumen amdal. Baik amdal maupun ukl-upl.Kita lakukan
sampaikan sesuai dengan peraturan.Baik kepada masyarakat maupun
pengusahanya itu sendiri.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi oleh Kecamatan Balaraja ?
Tentu harus ditanggapi dengan segar mungkin. Karena pelayanan
kepada masyarakat itu lebih penting apalagi tentang pencemaran
lingkungan.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Iyah saya selalu melakukan koordinasi antar bidang dalam kinerja
kesehariannya. Agar kinerja dalam kantor itu berjalan dengan efektif.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh Kecamatan Balaraja dikantor dengan
dilapangan apakah itu perlu dilakukan ?
Koordinasi kita hanya sebatas di dalam Kecamatan saja.Untuk
petugas lapangan belum ada tugas luar dari kami.
b. Koordinasi antar Bidang dikantor Kecamatan Balaraja apakah sudah
berjalan dengan baik ?
Sudah sudah berjalan dengan baik dan efisien koordinasi yang
dilakukan.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Iya pasti itu pasti apabila korrdinasi itu dilakukan dengan baik antara
pimpinan dengan bawahan maka akan tercipitanya keberhasilan
tujuan.
8. Fleksibel
a. Apakah para pegawai di Kecamatan Balaraja harus bekerjafleksibel ?
Iyah tentu para pegawai disini harus bekerja secara fleksibel agar
menicptakan pekerjaan yang efektif dan efisien.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Fleksbelitas dalam berbagai pekerjaan itu dilakukan dong.Untuk
melayani masyarakat pun kita harus bekerja fleksibelitas.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Fleksibelitas yang dilakukan adalah menjaga kepercayaan
masyarakat agar masyarakat yang kita layani itu memberi kesan yang
baik.Jadi agar feedbacknya bagus pula.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Iyah membatu ko masyarakat. Masyarakat Kalo pengaduan langsung
dari masyarakat itu melalui kepala desa dulu melalui surat tertulis
dari pelapor. Biasanya gitu.Cuma dalam tembusan dari kecamatan
langsung ke BLHD itu aja. Tapi kami mendatanngi perusahaan
itu.Apa sih kendalanya yang ada dilapangan tersebut.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Sebetulnya kalo dikita ini belum terlalu banyak pengaduan khususnya
pencemaran. Pencemaran lingkungan itu karena disisi lain ini
pentingnya pera serta masyarakat dalam lingkungan dan menjaga
lingkugan nya itu sendiri.itu aja.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional ?
Tidak ada tidak ada itu BLHD memberikan petunjuk operasional
kepada kami pihak kecamatan.Yah selama ini tidak ada.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pekerjaan dalam pengawasan ?
Apapun yang bersifatnya petunjuk selalu kami akan langsung
bekerjasama untuk menciptakan pekerjaan yang efektif.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah arahan yang diberikan oleh Pimpinan Kecamatan sudah
diterima pada anggota organisasi ?
Memberikan arahan disini saya untuk melakukan tugas saya kepada
masyarakat untuk melayani yang baik.Maka dari itu saya sering
menghimbau kepada para pegawai utamakan pelayanan kepada
masyarakat.
MEMBERCHECK
Nama : Rosid
Jabatan : Kades Desa Talagasari
Kode Informan : I5
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh Pihak Desa
Talagasari?
Keakuratan yang dilakukan oleh pihak desa talagasari contohnya
menyelenggarakan urusan pemerintahan, merancang peraturan
desa.membina perekonomian desa, membina kehidupan masyarakat
desa.Sesuai dengan keakuratan yang telah dilihat dari masyarakat
desa.Seperti itu kurang lebih nya mas.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh kantor Kepala Desa
untuk mendapatkan keakuratan data dan dokumen mengenai
pencemaran ?
Langkah-langkahnya yaitu mengelola administrasi keuangan desa,
memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengumpulkan data-data
pertanahan, mengkoordinasikan pembangunan desa kepada
masyarakat maupun pi9hak kecamatan.
c. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh kantor Kepala Desa
Talagasariuntuk mendapatkan keakuratan Informasi dilapangan ?
Sama saja mas seperti yang dijawab sebelumnya yaitu mengelola
administrasi keuangan desa, memberikan pelayanan kepada
masyarakat, mengumpulkan data-data pertanahan,
mengkoordinasikan pembangunan desa kepada masyarakat maupun
pihak kecamatan.
d. Apakah langkah-langkah dalam ke akuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Sudah selama ini sudah melakkukan keakuratan data dan sesuai
dengan tugas pokpk dan fungsi di kantor Desa Talagasari.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-datanya sudah dilakukan ?
Sudah dilakukan ko pengumpulan data-datanya seperti pembuatan
surat pertanahan contohnya saja. Apabila ada yang melakukan proses
pendirian sebuah perusahaan perlu ada izin ke kantor Desa. Guna
tidak menimbulkan gesekan pada masyarakat.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
Ketepatan waktu dalam melayani masyarakat utu harus
dikedepankan. Karena waktu pembuatan suratcontohnya untuk
melamar pekerjaan saja itu kami layani secepat mungkin.
c. Apakah ada ketepatan waktu dalam disiplin kerja di Kantor
Kecamatan Balaraja ?
Ya seluruh pegawai sudah pada tau ko ketepatan waktu dalam masuk
dan pulang kerja. Apabila ada yang melanggar disiplin kerja akan
saya tindak seperti pemanggilan ke ruangan saya untuk dikoreksi
terlebih dahulu kenapa melakukan pelanggaran dalam masuk dan
pulang kerja.
d. Apakah ada sanksi kepada pegawai yang tidak melakukan ketepatan
waktu dalam jam datang dan pulang kerja ?
Iya sepeert yang melanggar disiplin kerja akan saya tindak seperti
pemanggilan ke ruangan saya untuk dikoreksi terlebih dahulu kenapa
melakukan pelanggaran dalam masuk dan pulang kerja.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Iyah informasi harus bersifat obyektif atau mudah dipahami. Ketika
ada suatu informasi yang perlu disampaikan ke masyarakat kita akan
koordinasikan kepada pihak RT dan akan kita kumpulkan terkait
permashalan yang ada. Agar informasi kepada masyarakat mudah
dipahami.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
Ya penempatan posisi dikantor Kepala Desa sudah sesuai dalam
memberikan pelayanan kami sudah membuat loket pelayanan untuk
masyarakat diiisi dengan 3 staff muda yang memahami computer.
c. Apakah ada kebijakan dalam manajemen pengawasan dan sosialisasi
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku ?
Kebijakan yang mengatur pengawasan itu adanya dipemerintahan
pusat dalam pelaksanaan pengawasan.Dikantor Desa hanya
melakukan kontrol social kepada masyarakat saja.Pengawasan
kepada perusahaan itu ada dipemerintahan puast, kami Desa juga
menerima bentuk laporan yang diadukan masyarakat atau LSM.
d. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan
perusahaan di Desa Talagasari ?
Yang menjadai kendala dalam melakukan pengawasan yaitu
kewenagan kami sehingga untuk melakukan pengawasan seperti
adanya dugaan pencemaran saja kami perlu melaporkan ke
pemerintah pusat dan pemerintah pusat yang harusnya tanggap
dalam hal ini.
e. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
Iyah informasi harus bersifat obyektif atau mudah dipahami. Ketika
ada suatu informasi yang perlu disampaikan ke masyarakat kita akan
koordinasikan kepada pihak RT dan akan kita kumpulkan terkait
permashalan yang ada. Agar informasi kepada masyarakat mudah
dipahami.Terutama dalam kegiatan lingkungan harus dibina agar
kesehatan dimasyarakat terjaga.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Ke terpusatan pada titik-titik pengawasan ke perusahaan dikantor
Desa Talagsari seperti apa ?
Kami kantor Desa Talagasari melakukan keterpusatan titik-titik
pengawasan ke perusahaan apabila ada dari instansi pusat
melakukan sidak ke perusahaan di sekitar Desa Talagasari saya
selaku Kades harus ikut untuk meninjau kegiatan tersebut.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan sudah berpusat pada pencemaran
lingkungan?
Walaupun kami tidak melakukan pengawasan yang langsung.Iyah
tentu itu kami pusatkan kepada hal yangberbentuk pencemaran
karena pencemaran itu sangat merugikan masyarakat dan kesehatan
masyarakat.
c. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Langkah-langkah yang dilakukan oleh kami dikantor Desa yaitu
bentuknya menerima pelaporan atau pengaduan masyarakat kepada
kami tentang praktik pencemaran yang terjadi.
d. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Pengawasan yang tidak langsung seperti halnya pembuatan izin
lingkungan untuk perusahaan yang akan mendirikan usaha.
e. Apakah selama ini kantor Desa Talagasari sudah memusatkan daerah-
daerah yang memerlukan pengawasan khusus ?
Pusatnya perusahaan Desa Talagasari hanya kawasan industri yang
dekat pintu masuk tol Balaraja Barat.
f. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam memusatkan pengawasan
dilapangan ?
Tindakan yang dilakukan itu seperti pembuatan izin lingkungan saja
mas dalam melakukan pengawasan. Untuk pemantauan itu tugasnya
pemerintah pusat.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Tentu mas, anggaran di desa saja sudah sangat kami rancang serinci
mungkin.Apabila kami melakukan pengawasan langsung maka tidak
ada anggaran yang kami anggarkan untuk kegiatan pengawasan
kepada perusahaan.
b. Apakah kantor Desa Talagasarimembutuhkan anggaran yang lebih
untuk melakukan pengawasan yang ekstra ?
Iyah apabila kami menganggarkan adanya kegiatan pengawasan
pasti kami akan pengawasan langsung ke lapangan.
c. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Ya selama ini untuk kegiatan pelayanan kepada masyarakat sudah
berjalan dengan baik.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi terhadap perusahaan ke kantor
Desa Talagasari ?
Himbauan dari kantor BLHD itu selama ini tidak ada yah mas,untuk
evaluasi saja tidak ada kepada kami.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi oleh Desa Talagasari ?
Iyah kami kan selalu berkoordinasi dalam melakukan musyawarah
desa kepada RT apa yang dikeluhkan oleh masyarakat dan kami akan
mencarikan solusinya.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Tentu koordinasi kerjasama itu harus dilakukan agar bekerja sebaik
mungkin.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh Kecamatan Balaraja kepada Desa
Talagasari apakah itu dilakukan dalam melakukan pengawasan ?
Betul kepada kami pihak Kecamatan selalu menghimbau kepada Desa
dalam melakukan koordinasi guna melakukan pengawasan.Hal ini
dilakukan agar antara Desa dan Kecamatan bekerjasama dalam hal
menangani soal peroalan lingkungan.
b. Koordinasi antar bidang dalam melakukan pengawasan dikantor Desa
Talagasari apakah sudah berjalan dengan baik ?
Iya koordinasi yang dilakukan didalam kantor sudah berjalan dengan
baik.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Iya tentu saja koordinasi menentukakn kebehasilan tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.
8. Fleksibel
a. Apakah para pegawai di kantor Desa Talagasari harus
bekerjafleksibel?
Para pegawai harus bekerja fleksibel itu sebuah keharusan.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Iyah harus karena dalam bekerja para staff harus melayani
masyarakat dengan cepat.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Iya itu seoert melayani masyarakat dalam mendahulukan kepentingan
pelayanan umum.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Masyarakatat harus membantu kami perangkat desa dalam menjaga
dan mengawasi lingkungan. Apabila adanya persolan lingkungan
harus capat dilaporkan kepada tingkat RT setempat agar dilaporkan
kepada kantor Desa.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Petunjuk operasinal kami memang selalu berkoodinasi dengan RT
agar selalu memberikan informasi petunjuk kepada kami.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional ?
Tidak ada dari instansi Badan Lingkungan Hidup Daerah
memberikan petunjuk dalam proses operasional.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pekerjaan dalam pengawasan ?
Informasi itu penting mau informasinya sedikit apabila disampaikan
maka akanmempengaruhi kualitas data informasi.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah arahan yang diberikan oleh bapakPimpinan Kepala Desa sudah
diterima pada anggota organisasi ?
selama ini sudah terima oleh para pegawai dikantor Desa Talagasari.
MEMBERCHECK
Nama : Andi
Jabatan : Masyarakat Desa Talagasari
Kode Informan : I6
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat desa
talagasari dalam pencemaran?
yang diinginkan masyarakat yah tidak banyak mas. Kami mah
masyarakat kampung tidak bisa berbuat apa-aoa kalo terjadi
pencemaran.Seperti disana suka ada pembakaran plastic yang
asapnya hitam pekat.Terus disamping Kecamatan Balaraja itu suka
ada mobil pengangkut tinja yang membuat masyarakat dikampung
sini kebauan mas. Padahal disamping Kecamatan tapi ko aneh yah
gak pernah ditegur apa gimana kali. Kan kasian masyarakat kebauan
sama kotoran manusia yang dibuang asal disamping jalan. Kami juga
takut kena kesehatan anak-anak kami.
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Masyarakat Desa
Talagasari dalam menjaga kualitas lingkungan ?
Masyarakat Desa Talagasari mah tidak bisa berbuat banyak atas
pencemaran oknum nakal yang seperti itu tadi.Kadang kita tegur kalo
pas dia sedang membuang kotorannya ke kali samping Kecamatan
Balaraja situ sudah berhenti dan pergi, tapi kadang datang kembali
agak maleman.Jadi mereka nyolong-nyolong waktu untu membuang
kotoran tersebut.
c. Apakah langkah-langkah dari BLHD dalam ke akuratan data dan
informasi sudah berhasil diterima masyarakat Desa Talagasari ?
Tidak ada tidak ada laporan kepada kami itu jadi kami tidak merasa
mnenerima informasi apapun tentang lingkungan.
2. Tepat Waktu
a. Apakah Desa Talagasari selalu melakukan kerja bakti rutin ?
Kalo kerjabakti bebersih mah kadang suka dilakukan oleh masyarakat
di Desa Talagasari seperti bersih-bersih saluran air rumput-rumput
yang ada dijalan dibersihkan goong royong aja sih mas kaya biasa.
b. Apakah ketepatan waktu dalam kerja bakti kebersihan sudah
dilakukan ?
Kalo waktu mah gimana kesepakatan pemuda pemuda aja paling
mas.Jadi kalo udah sepakat mau kerja bakti gotong royong
gitu.Paling tidak hari kerja paling kita ambil hari libur terus seperti
hari minggu kaya gitu paling, jadi biar gak ganggu yang kerja juga
mas.
c. Apakah ada Sosialiasi langsung oleh orang Dinas untuk menjaga
kualitas lingkungan ?
Boro-boro dinas mah ada sosialisasi ke kami masyarakat Desa
Tagalasari tidak ada sama sekali mas. Tidak pernah aja pokonya mah
mas.
3. Obyektif
a. Apakah ada informasi yang sampaikan oleh BLHD sudah bersifat
Obyektif ?
Tidak ada mas tidak ada itu informasi yang dikasih tau buat kami
Desa Balaraja gitu tentang ngejaga lingkungan kaya gimana.
b. Apakah orang Dinas memberikan informasi dalam menjaga kualitas
lingkungan dimasyarakat ?
Tidak ada juga mas informasi yang diberikan.
c. Apakah yang masyarakat turut andil dalam melakukan pengawasan ke
Perusahaan ?
Ya masyarakat ikutin pemerintah aja kaya gimana, kalo kita diajakin
kerja sama ya ayo sama-sama kerjasama buat jaga lingkungan.
d. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif ?dalam memberikan informasi lingkungan ?
Iya kalo nanti ada informasi ke masyarakat ya harus sesuai sama
kondisi yang dilingkungan Desa Talagsari. Tapi sampe kapan juga
gak balakan ada sih mas.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Apakah perhatian pemerintah sudah terpusat kepada masyarakat Desa
Talagasari dalam pengwasan dan pengendalian lingkungan ?
Ya kalo perhatian pemerintah mah paling ada posyandu keliling dari
puskesmas buat ngasih vitamin ke anak-anak kecil disini mah. Kalo ke
pencemaran mah belum pernah ada apa lagi pengawasan ke Desa
Talagsari.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan masyarakat Desa Talagsari sudah
berpusat pada pencemaran lingkungan?
Yah kalo kita sudah muak sama pencemaran lingkungan sama oknum
perusahaan kita juga bakalan demo buat nutup perusahaannya.
Masyarakat juga butuh hidup sehat.Sebelum perusahaan berdiri kami
yang sudah lama tinggal disini mas.Jadi kami tahu kalo lingkungan
kami tercemar.
c. Adakah langkah-langkah masyarakat Desa Talagasari yang dilakukan
dalam melakukan pengawasan ke perusahaan ?
Ya langkah-langkah apa yah. Kami mah engga punya langkah-
langkah hanya se ukur mngetahui saja tidak bisa berbuat apa-apa
mas.
d. Apakah Dinas BLHD harusmengawasi yang dipusatkan harus kepada
perusahaan ?
Iyah dong kan masyarakat Desa Talagasari aja gak ngerti mau
berbuat apa-apa. Jadi dinas harus tanggap dong buat menjaga
lingkungan disini.
e. Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Talagasari
dalam memusatkan pengawasan lingkungan sekitar ?
Kita mah hanya paling tahu perusahaan yang membakar limbahnya
dan mencemari lingkungan saja.Ya RT juga sebenarnya tau
pencemaran itu Cuma pada diam saja sih mas.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah tindakan perusahaan yang mencemari lingkungan merugikan
masyarakat Desa Talagasari?
Tentu merugikan sekali mas, karena disni kanbanyak yang berjualan
makanan rumah makan dan apabila ada bau tidak sedap bisa
mengganggu aktifitas masyarakat juga.
b. Apakah perusahaan yang melakukan sudah tanggap dalam
pencemaran tersebut ?
Perusahaan mah sama sekali tidak melakukan apa-apa ke
masyarakat.
c. Contoh pencemaran yang dilakukan oleh perusahaan apa ?
Pencemaran nya itu yang baru perushaannya kaya pt.lautan steel dan
peluburan ban di sana itu menimbulkan asap pekat hitam sekali.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Daerah dalam melakukan evaluasi ?
Tidak ada mas himbauan dari dinas kepada kami masyarakat gitu.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi di Bidang Pengawasan ?
Iyah seharusnya seperti itu Cuma kami tidak tau cara melaporkan nya
kepada siapa dan kemana.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para pegawai ?
Harusnya koordinasi juga ada kan antara masyarakat Desa dan
Pemerintah pusat bagaimana untuk mengatasinya dan mencari jalan
keluarnya.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Sejauhmana teguran dapat tersampaikan dan ditanggapi oleh pelaku
pencemaran ?
Palingan kita ngadu biasa ke RT selanjutnya engga tau deh RT
koordinasi apa engga.
b. Apakah ada koordinasi yang dilakukan BLHD kepada masyarakat
Desa Talagsari ?
Tidak ada koordinasi sama sekali dari Dinas ke masyarakat itu
makanya cukup memprihatinkan kalo tidak diselesaikan persoalan
pencemaran ini.
8. Fleksibel
a. Apakah para aparatur Desa Talagasari mengetahui apabila terjadi
kegiatan pencemaran ?
Saya rasa mengetahui mas.Kan mereka juga bukan orang jauh
mereka juga asli warga masyarakat disini.
b. Apakah aparatur Desa Talagasari harus fleksibel dan tanggap apabila
mengetahui pencemaran ?
Harus itu tanggap jika terjadi pencemaran itu harus tanggap jangan
sampai nunggu parah baru dipermasalahkan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
a. Apakah masyarakat membantu sebagai petunjuk dalam melakukan
pengawasan lingkungan ?
Iyah masyarakat bisa memberikan petunjuk dan bisa diajak
bekerjasama kalo memang memerlukan bantuan kepada
masyarakat.Jadi bersama-sama lah kita menjaga saling rangkul
merangkul jangan tutup mata seolah-olah tidak terjadi pencemaran.
b. Apakah petunjuk operasional hanya diperoleh dari masyarakat saja ?
Tidak dong masyarakat, lebih pasti lagi kalo didatangi langsung ke
perusahaannya biar tau mereka lakuin penceamran apa engga.
c. Apakah Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah memberikan
petunjuk dalam proses operasional dimasyarakat DesaTalagasari ?
Petunjuk apa mas, tidak ada itu masyarakat aja minim tau kalo mau
mengadukan ini ke siapa dan kemana.
d. Seberapa penting petunjuk yang operasional dalam membantu
pengawasan di Desa Talagasari ?
Ya tentunya penting sekali yah mas sedikit pentujuk akan membantu
pasti ada hasilnya kalo ada petunjuk ini melapor ke siapa ke mana
jadi kan kami faham.
10. Diterima para anggota organisasi
a. apakah ada sosialisasi yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup
Daerah sudah diterima para masyarakat Desa Talagasari ?
Kalo diberikan berarti sudah ada. Kalo ini mah tidak ada sama sekali
sosialisasi ke Masyarakat padahal perusahaan semakin bertambah
banyak saja setiap tahunnya.
MEMBERCHECK
Nama : Romly
Jabatan : Wahan Fortuna Banten
Kode Informan : I7
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh LSM ?
Biasanya setelah kita dapat informasi dari pemberitaan masyarakat
kemudian kita investigasi ke lapangan, setelah itu kita bertemmu
warga dan bila memang warga merasa terganggu kita melakukan
proadvokasi ke perusahaan lalu kita mengingatkan, jika saat proses
negosiasi perusahaan tidak mau, kita lakukan demonstrasi sambil
melapor ke pihak pemerintahan daerah (Bupati).
b. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh LSM dalam menjaga
lingkungan?
Salah satu program kita dalam menjaga lingkungan adalah dengan
menanam pohon bersama. Kota ajak masyarakat sekitar terutama
anak-anak untuk menanam pohon, tidak lupa kita uga mengingatkan
agar menjaga pohon yang sudah ada dan tidak membuang sampah
sembarangan apalagi dimusim hujan.
c. Apakah langkah-langkah dalam keakuratan data dan informasi yang
dilakukan sudah berhasil ?
Sejauh ini informasi yang kita dapatkan selalu kita investigasi untuk
mengetahui kebenarannya. Langkah pertama kita investigasi dulu ke
masyarakat terkait laporan yang diterima, kemudian kita
musyawarahkan bersama, jika memang benar mengganggu kita
lakukan negosiasi dengan persahaan tersebut.
2. Tepat Waktu
a. Apakah dalam pengumpulan data-data sudah dilakukan ?
Kalau dari pihak kita di sesuaikan dengan kondisi di usahakan selalu
tepat waktu. Karena kita sebagai lembaga yang menampung aspirasi
masyarakat. Semua laporan-laporan yang terkait dengan pencemaran
lingkungan kita tampung untung ditindak lanjuti lagi.
b. Apakah ketepatan waktu dalam pengumpulan data-data itu sudah
berjalan dengan baik ?
Sampai saat ini kita nilai sudah berjalan dengan baik. Hanya saja
dari pihak BLHD kabupaten itu tidak memiliki kabid penegakkan
hukum. Jadi ketika ada kasus-kasus laporan, mereka tidak bisa
langsung menindak lanjuti karena laporan dilimpahkan ke BLHD
provinsi.
c. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh LSM dalam menciptakan
ketepatan waktu ?
Tidak ada langkah khusus yang kita lakukan karena kita juga
menunggu kinerja aja. Kalau dari pihak kita saat ada masyarakat
yang melapor ya kita kumpulkan data selengkap-lengkapnya agar
tidak terjadi salah paham dan bisa kita tindak lanjuti.
3. Obyektif
a. Apakah informasi yang diterima sudah bersifat Obyektif ?
Untuk informasi pasti harus objektif. Makanya saat ada laporan-
laporan dari masyarakat kita lakukan musyawarah bersama antar
masyarakat, dari situ kita kroscek untuk kebenaran datanya sebelum
kita ke perusahaan.
b. Apakah dalam penempatan pekerjaan sudah sesuai dengan taraf
kompetensi yang dimiliki ?
LSM kami memiliki 3 bagian yaitu edukasi sebagai pendidikan
lingkungan, konservasi yaitu penanaman pohon seperti pohon
tembakau di pesisir pantai dan advokasi sebagai pihak yang melapor
kasus yang berhubungan dengan hukum.
c. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan di
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Limbah ?
Kendala yang kita rasakan saat ini masih kurangnya SDM. Karena
tenaga pengajar atau orang yang bergabung di LSM ini orang yang
tidak sibuk dan banyak waktu tetapi mereka mau untuk meluangkan
waktunya disini.
d. Apakah informasi yang diberikan ke masyarakat harus bersifat
obyektif dalam memberikan informasi lingkungan ?
Tentunya informasi yang diberikan harus bersifat obyektif, karena
masyarakat sekarang sangat kritis. Mereka bisa memperoleh
informasi dari internet browsing sendiri, jadi kita sebagai lembaga
tidak bisa asal-asalan dalam memberikan informasi.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Keterpusatan pada titik-titik pengawasan dilapangan seperti apa ?
Kita mempunyai data perusahaan apa saja yang terbukti malakukan
pencemaran, jika telah dilakukan negosiasi maka tugas kita dan
masyarakat mengawasinya. Apakah mereka memperbaiki struktur
kinerja atau tidak.
b. Adakah langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
pengawasan dilapangan ?
Langkah-langkah yang kita lakukan hanya memantau saja karena
keterbatasan jadi kita tidak bisa langsung memonitoring melakukan
pengawasan secara langsung diperusahaan.
c. Pengawasan yang seperti apa yang dipusatkan kepada perusahaan ?
Pengawasan pada perusahaan yang mempunyai limbah terutama
limbah cair. Karena perusahaan membuang limbah cairnya langsung
ke sungai. Dan juga perusahaan yang mempunyai cerobong asap, kita
harus pantau apakah asapnya itu mengandung bahan berbahaya atau
tidak, membahayakan masyarakat atau tidak.
5. Realistik secara ekonomi
a. Apakah anggaran sudah ditetapkan sudah mampu menunjang dalam
melakukan pengawasan ?
Tidak ada anggaran khusus untuk melakukan pengawasan ini.hanya
saja kesukarelaan dari masyarakat setempat.
b. Apakah kecukupan anggaran menjadi tolak ukur keberhasilan ?
Menurut kita tidak selalu karena kita kan bukan mengawasi secara
langsung, karena ada peran masyarakat juga yang ikut andil dalam
menjaga lingkungan.
c. Apakah Bagian Advokasi membutuhkan anggaran yang lebih dari
pada bidang-bidang yang lain ?
Tidak ko. Karena kita hanya sebagai wadah, tempat penampung
aspirasi atau laporan dari masyarakat yang selanjutnya nanti akan
ditindak lanjuti ke tingkat yang lebih tinggi seperti lurah, camat dan
bupati.
d. Apakah selama ini sudah berjalan cukup baik dari dana yang sudah
dianggarkan ?
Alhamdulillah sudah berjalan dengan baik mas dan sesuai prosedur.
6. Realistik secara organisasional
a. Apakah ada Himbauan Kinerja dari bagian advokasi dalam melakukan
evaluasi ?
Jika terjadi penemuan kasus yang dilaporkan ke kita dan sudah di
tindak lanjuti, kami sebagai anggota LSM selalu melakukan evaluasi
akhir bersama anggota lain meskipun bukan bagian advokasi untuk
kinerja kerja selanjutnya.
b. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat harus diterima
dan ditanggapi di bagian advokasi ?
Pada dasarnya kami menampung semua aspirasi masyarakat. Mau
berupa masukan, laporan atau apapun kami terima. Setelah kami
terima kami lakukan verifikasi untuk menentukan tindakan apa yang
akan dilakukan.
c. Apakah koordinasi harus dilakukan dan diterima oleh para anggota ?
Setiap lembaga kami rasa harus saling ada koordinasi dan diterima
oleh anggota lain, karena kita tidak berjalan sendiri kita saling
membutuhkan satu sama lain, saling berkoordinasi untuk menciptakan
kinerja yang baik.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
a. Koordinasi yang dilakukan oleh bagian advokasi dengan dilapangan
apakah itu perlu dilakukan ?
Ya perlu agar tidak terjadi kesalah pahaman. Untuk memudahkan
proses selanjutnya seperti apa agar tercipta kinerja yang efektif dan
efisien bisa menghemat waktu.
b. Koordinasi antar bagian di LSM apakah sudah berjalan dengan baik ?
Alhamdulillah sampai saat ini sudah. Kita sudah membagi tugas
masing-masing sesuai bagiannya. Jika memang bagian lain
membutuhkan bantuan ya kita bantu karena gimanapun juga kita kan
satu organisasi.
c. Apakah koordinasi yang baik menentukan keberhasilan tujuan ?
Sudah pasti. Karena itu mencerminkan dari diri anggotanya.
Kekompokkan modal utama sebuah organisasi.
8. Fleksibel
a. Apakah para anggota di bagian advokasi harus fleksibel ?
Fleksibel dalam melakukan pekerjaan itu harus. Seperti yang saya
bilang tadi kalau anggota lain membutuhkan bantuan ya kita
bantu.untuk mengurangi beban pekerjaan anggota juga supaya
menjadi tim yang solid.
b. Apakah fleksibelitas dilakukan dalam berbagai perkerjaan ?
Dilakukan namun tidak juga mempercepat proses. Sebab untuk
melakukan pendataan ulang pun itu perlu proses yang tidak langsung
dilaksanakan. Perlu koordinasi ke berbagai bidang terlebih dahulu.
c. Fleksibelitas seperti apa yang dilakukan ?
Seperti melakukan kroscek kebenaran tentang laporan dari
masyarakat, kemudian melakukan investigasi langsung ke perusahaan
yang terlibat, mendata ulang.
9. Diterima para anggota organisasi
a. apakah koordinasi yang diberikan sudah diterima pada anggota
organisasi ?
Jika sudah melakukan koordinasi yang baik maka semua anggota
bagian akan menerima karena tidak ada kesalah pahaman.
MEMBERCHECK
Nama : Sri Wijayanti, SE
Jabatan : HSE PT.Adis Dimension Foowear
Karakteristik Pengawasan yang Efektif menurut (Handoko 2005)
1. Akurat
a. Keakuratan data seperti apa yang dilakukan oleh PT.Adis
Dimension Footwear ?
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan
pemerintah No.27Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-
UPL). Jadi dalam peraturan sudah cukup jelas setiap perusaan
yang berskala besar wajib menyusun dokumen penyusunan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan
b. Keakuratan pengawasan yang seperti apa dilakukan oleh BLHD ke
PT.Adis Dimension Footwear ?
BLHD melakukan pengawasan ke PT.ADF dengan jangka waktu
per tigabulan. Ya seharusnya sih sebulan sekali, namun sekarang
hanya dilakukan secara random. Jadi karena PT.ADF sudah
memiliki sistem managemen ISO 14001 dan OHSAS 18001:2007
bersertifikat sejak Juni 2009 meraih juaara 1 pencapaian
millennium development goals tahun 2011 yang diserahkan
Menteri Kesehatan RI, DR. Endang Rahayuningsih, SpOK.
PT.ADF juga meraih PROPPER HIJAU pada tahun 2012 dan
2014, sistem managemen ISO 9001 pada tahun 2015, penghargaan
program CSR tingkat kecamatan tahun 2014.
c. Program seperti apa yang dilakukan oleh PT.Adis Dimension
Footwear ?
Program CSR yaitu program yang diharapkan dapat embentuk dan
menciptakan masyarakat yang peduli yang berkelanjutan, dengan
menciptakan dan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak
secara terus menerus dalam bidang social, ekonomi, dan
lingkungan yang lebih sejahtera dan mandiri. Komitmen
managemen PT.ADF tentang kegiatan CSR ini tertuang dalam
kebijakan CSR.
2. Tepat Waktu
a. Ketepatan waktu apa yang dilakukan PT.Adis Dimesnion Footwear
?
Ya PT.Adis Dimension Footwear sudah melakukan ketaatan
penyusunan UKL-UPL itu sejak dari jaman dahulu tahun 1989.
Maka dari itu kami mendapatkan penghargaan dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan Provinsi. UKL-UPL itu wajib dilaksanakan
agar maksimal menjaga lingkungan.
b. Berapa lama BLHD melakukan pengwasan ke PT.Adis Dimension
Footwear ?
BLHD melakukan pengawasan ke PT.ADF dengan jangka waktu
per tigabulan. Ya seharusnya sih sebulan sekali, namun sekarang
hanya dilakukan secara random
3. Obyektif
a. Apakah PT.Adis Dimension Footwear selalu memberikan
informasi yang Obyektif ?
Kita itu mempunyai program Green Operation yaitu PT. Adis
Dimension Footwear dalam pelaksanaan kegiatan produksinya
menerapkan sistem ramah lingkungan, dengan cara menerapkan
konsep 3 R (Reduce, reuse, recycle) yang mencakup program-
program yaitu waste water treatment and reause program melalui
program ini limbah on site treatment, energy efficiency program
bertujuan mengurangi penggunaan energy, pencanangan green
office bertujuan untuk membentuk lingkungan kerja yang ramah
lingkungan dan hemat energy, social tanggap darurat merupakan
program kepedulian PT. Adis Dimension Footwear, goes to
campus bertujuan memberikan kontribusi dalam bentuk rekrutmen
ke kampus-kampus di Indonesia dan pemberian beasiswa anak
karyawan dan anak masyarakat
b. Informasi seperti apa contohnya ?
Contohnya informasi tentang bidang keagamaan seperti
pemberian santunan kepada kaum dhuafadan yatim piatu serta
mushola. Kalau bidang kesehatan seperti donor darah, dan
program kebersihan, khitanan masal, pemeriksaan kesehatan
gratis, pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk. Pada
bidang ekonomi yang masih berlansung adalah pemberdayaan
ekonomi masyarakat dengan melibatkan masyarakat sekitar
sebagai bagian operasional dan budaya local di daerah Balaraja
dan sekitarnya.
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan
a. Apakah PT.Adis Dimension Footwear sudah menitikpusatkan pada
pengawasan ?
PT. Adis Dimension Footwear memiliki target pengguanaan air
secara spesifik tiap tahunnya. target tersebut diketahui oleh pihak
managemen dan tercantum dalam kebijakan konservasi air dan
penurunan beban pencemaran air. Perusahaan memiliki tim
khusus yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi
pemakaian airyang terdiri dari perwakilan masing-masing
departemen. data pemakaian air akan dilaporkan per tiga bulan ke
pembeli untuk diverifikasi.
b. Bagaimana cara yang dilakukan PT.Adis Dimension Footwear ?
Melakukan pengawasan pencegahan dan penanggulangan gizi
buruk, pengasapan dan penanggulangan DBD, serta donor darah.
Program ini sudah berjalan selama 3 tahun kerjasama antara
PT.ADF denga koperasi PT.ADF dan dalam pelaksanaannya
melibatkan serikat para pekerja PT.ADF karena kegiatan
pengawasan ini meliputi beberapa desa diwilayah kecamatan
Balaraja dapat hadir secara langsungdan bisa juga dijemput
memakai bus PT.ADF.
5. Realistik secara organisasional
a. Apakah pengawasan yang dilakukan oleh PT.Adis Dimension
Footwear harus sudah diterima dimasyarakat ?
1. PT. ADF bersedia secara berkala setiap semester bulan
Januari-Juni akan melaporakan hasilnya kegiatan kepada
instansi terkait
2. Kami bersedia dipantau dampak dan kegiatan usaha
sebagaimana tercamtum dalam laporan UKL-UPL. Oleh pihak
yang memiliki surat tugas dari pejabat yang berwenang
menurut UUD
3. Apabila kami lalai dalam melaksanakan UKL-UPL seperti yang
telah dikemukakan dalam formulir yang ditetapkan dan kami
bersedia bertanggungjawab dan ditindak sesuai UUD 4. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL-UPL apabila ada
perubahan di industri kami
b. Apakah koordinasi harus diterima dan dilakukan oleh para anggota
?
Iya, koordinasi sudah seharusnya dietrima para karyawan
PT.ADF karena itu merupakan komitmen terbesar PT.ADF untuk
membentuk sinergi, menjalin kerjasama sebagai mitra perusahaan.
Yang bertujuan untuk pwmbangunan berwawasan lingkungan
6. Diterima para anggota orgainisasi
a. Apakah arahan dan himbauan yang diberikan sudah diterima para
anggota organisasi ?
Sebagian besar program CSR merupakan program jangka panjang dan
berkelanjutan. Oleh karena itu, selain beberapa inisiatif baru, program
yang dijalankan PT.ADF di sepanjang tahun 2014 juga merupakan
lanjutan dari program selanjutnya.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I1
1. Akurat Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh
Bidang
Pengawasan dan
Pengendalian
Limbah ?
Dari segi keakuratan dalam proses perencanaan kita
harus mengetahui bidang mana yang sedang
membutuhkan proses yang ditingkatkan dan perlu
dilakukan evaluasi dan setelah kita mengetahui
adanya kesalahan-kesalahan berikut penyimpangan
yang terjadi tidak sesuai dengan perencanaan diawal
maka kita akan melakukan evaluasi sehingga proses
harus kembali dan sesuai prosedur yang telah
direncanakan atau prosedur yang berlaku.
2.Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan
data-data sudah
dilakukan ?
Pengumpulan data-data dikami itu seperti data-data
perusahaan yang baru berdiri seperti perusahaan
yang ingin berdiri didaerah Kabupaten Tangerang
itu kami harus punya datanya. Karena kami
membutuhkan data perkiraan limbah apa yang
dikeluarkan dari hasil perushaan tersebut sebelum
berdiri. Adalagi data hasil proses pengawasan
dilapangan yang dilakukan oleh tim PPLHD
pengawasan dan harus disetujui oleh pak Kepala
Badan Lingkungan Hidup Daerah.
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima
sudah bersifat
Obyektif ?
Untuk informasi apapun hasilnya dari Kepala Badan
itu akan kita sampaikan langsung atas perintah dari
bapak Kaban agar pegawai di semua bidang bukan
hanya dibidang pengawasan saja berjalan dengan
baik. Kan apabila tidak tersampaikannya informasi
akan mengakibatkan keterlambatan pekerjaan entah
itu soal pelayanan dan pengumpulan data. Karena di
Bidang pengawasan ini sangat mempunyai peran
yang cukup berat mas. bukan berarti kami mengeluh
apabila terjadinya pencemaran pasti yang
disalahkan pemerintah dan terlempar ke kami bidang
pengawasan.
4.Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Keterpusatan
pada titik-titik
pengawasan di
Bidang
Pengawasan dan
Pengendalian
Limbah
dilapangan
seperti apa ?
Pengawasan yang terpusat kepada penyimpangan
dilapangan itu seperti misalnya penyimpangan-
penyimpangan oleh industri atau perusahaan yang
melakukan pencemarann lingkungan. Sebab kenapa
bidang wasdal ini kita pusatkan pada titik-titik
penyimpangan dilapangan khususnya di Kecamatan
Balaraja karena Balaraja itu sektor di Kabupaten
Tangerang Barat yang diperuntukkan oleh segi
pembangunan daerah itu yakni sektor Kecamatan
Balaraja. Titik-titik pengawasan yang kami lakukan
yaitu langsung mendatangi sejumlah perusahaan dan
meninjau kegaitan proses pengolahan-pengolahan
limbahnya. Seperti itu mas. jadi dilakukan sudah
sesuai.
5.Realistik
secara
ekonomi
Apakah anggaran
di Bidang
Pengawasan dan
Pengendalian
yang sudah
ditetapkan sudah
mampu
menunjang dalam
melakukan
pengawasan ?
Untuk anggaran kami rasa sudah cukup yah selama
ini.
6.Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan
Kinerja dari
Kepala Badan
Lingkungan
Hidup Daerah
dalam melakukan
evaluasi ?
Selalu memberikan arahan rencana dan prosedur
kerja yang sesuai dengan keadaan organisasi yang
dimilikinya sehingga dapat berjalan dengan baik
didalam melakukan kegiatan pengawasan didalam
organisasi (internal) maupun (eksternal) harus bisa
berhubungan kerja koordinasi antar bidang di
Badan Lingkungan Hidup Daerah tercipta hubungan
kerja yang dinamis.
7.Terkoordi
nasi dengan
aliran kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Bidang
Pengawasan
dikantor dengan
dilapangan
apakah itu perlu
dilakukan ?
Ya dilapangan dengan dibelakang meja itu harus
berkoordinasi dengan baik sehingga menicptakan
kerjasama yang efektif dan efisien
8. Fleksibel Apakah para
pegawai di
Bidang
Pengawasan harus
fleksibel ?
Fleksibel dalam melakukan pekerjaan itu harus mas,
sebab per individu disini mempunyai cara kerjanya
masing-masing. Tidak semua pegawai sama
mengerjakan satu pekerjaan. Semuanya berbeda-
beda dalam melakukan pekerjaan. Fleksibel dikami
lebih kepada kecepatan kerja tidak menunda-nunda.
9. Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah
masyarakat
membantu
sebagai petunjuk
dalam melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Masyarakat atau LSM lembaga swadaya
masyarakatpun sering membantu kita dalam proses
pengawasan dan merupakan petunjuk operasional
bagi kami. Karena tidak sepenuhnya pengawasan
dilimpahkan semua tanggung jawabnya ke kami.
Masyarakat harus bekerja sama dengan Badan
Linkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
10.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah arahan
yang diberikan
oleh Kepala
Badan
Lingkungan
Hidup Daerah
sudah diterima
pada anggota
organisasi ?
Kami para pegawai hanya mengikuti arahan dari
Bapak Kepala Badan. Apapun yang diperintahkan
akan kami lakukan dan secara tidak langsung
diterima oleh para pegawai di Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Tangerang.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I2
1. Akurat
Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh
Bidang Bina
Hukum BLHD ?
Dilaksanakan setiap 1 tahun sekali tetapi tahun ini
tidak, karena UU ini keluar pada tahun 2009, tahun
2010 kita melakukan sosialisasi. Untuk tahun-tahun
sekarang kita hanya memonitoring saja.
2.Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan data-
data sudah
dilakukan ?
Bertahap, 1 perusahaan bisa 6 bulan waktunya.
Karena butuh proses seperti penambahan
kenyamanan biaya.
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima
sudah bersifat
Obyektif ?
Harus obyektif dong tentu. Karena pada dasarnya
informasi yang diterima akan kita jadikan laporan
pastinya.
4. Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Ke terpusatan pada
titik-titik
pengawasan di
Bidang
Pengawasan dan
Pengendalian
Limbah dilapangan
seperti apa ?
Tidak. Karena dikita ada wasdal (pengawasan dan
pengendalian). Pengawasan dan pegendalian kita
sesuai dengan dengan laporan masyarakat atau LSM
apasih dampaknya pabrik ini wasdal pelayanan
langsung. Kita bisa ke lapangan berupa pengaduan.
5. Realistik
secara
ekonomi
Apakah anggaran
di Bidang Bina
Hukum yang sudah
ditetapkan sudah
mampu menunjang
dalam melakukan
pengawasan ?
Saya rasa selama ini sudah cukup yah. Dalam
melakukan pembinaan ke lapangan itu sudah
dianggarkan.
6. Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan evaluasi
?
Sudah jelas himbauan dari kepala badan lingkungan
hidup daerah dan informasi yang disampaikan sudah
sesuai dengan kenyataan dilapangan.
7.
Terkoordina
si dengan
aliran kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Bidang Bina
Hukum dikantor
dengan dilapangan
apakah itu perlu
dilakukan ?
Iyah kita akan terus koordinasi maupun dikantor itu
antar bidang-bidang terus apa yang harus
dikoordinasikan melalui laporan yang sampai ke
bina hukum. Bina hukum disini nanti akan meninjau
perusahaan yang memerlukan binaan dalam artian
agar mematuhi peraturan yang harus diterapkan
dengan Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
8. Fleksibel
Apakah para
pegawai di Bidang
Bina Hukum harus
fleksibel ?
Iyah itu harus dong masih. Biar kalo pekerjaan itu
tidak ada yang menumpuk diatas meja. Apalagi
untuk pelayanan kepada masyarakat itu harus
diutamakan mas.
9. Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah masyarakat
membantu sebagai
petunjuk dalam
melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Tentu disini kita kan tidak bisa berjalan sendiri kita
meminta kepada masyarakat berperan aktif dalam
menjaga lingkungan hidup agar kualitas dan
kuantitas dimasa yang akan datang menjadi lebih
baik. Sangat bidang hukum sangat mengapresiasi
kepada masyarakat yang memperjuangkan
lingkungan yang sehat.
10.Diterima
para
anggotaorga
nisasi
apakah arahan yang
diberikan oleh
Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah sudah
diterima pada
anggota organisasi
?
Alhamdulillah selama ini sudah berjalan dengan
prosedur dari bapak kaban dan informasi sesuai
dengan kenyataan-kenyataan dalam bentuk
pengawasan.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I3
1. Akurat
Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh
Bidang Pengkajian
Dampak
Lingkungan ?
Pada keakuratan data yang kami kumpulkan disini
yaitu proses registrasi yang ada diloket depan itu
mas, tahap pertama pemohon harus melalui loket
pemeriksaan verifikasi, tahap kedua pemohon
registrasi dokumen (AMDAL) Analisis Dampak
Lingkungan, ketiga pengambilan dan pembalikan
dokumen (AMDAL)Analisis Dampak Lingkungan.
2. Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan data-
data sudah
dilakukan ?
Ya sudah kami lakukan sesuai prosedur peraturan
daerah
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima
sudah bersifat
Obyektif ?
Iyah selama ini pemohon yang datang ke kami
semuanya memberikan informasi yang relevan dan
obyektif.
4. Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Terpusat pada titik-
titik pengawasan
laporan dan sifat pengawasan di bidang pengkajian
dampak lingkungan itu fasip. Jadi hanya menampung
pelaporan saja mas.
5. Realistik
secara
ekonomi
Apakah anggaran
di Bidang
Pengkajian
Dampak
Lingkungan yang
sudah ditetapkan
sudah mampu
menunjang dalam
melakukan
pengumpulan data-
data ?
Anggaran sudah cukup untuk dibidang pengkajian
dampak lingkungan ini. Cukup menunjang kebutuhan
pekerjaan pegawai.
6. Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan evaluasi
?
Iya koordinasi dari pimpinan selalu ada kepada para
pegawai. Pada saat rapat atau musyawarah dan
pada saat evaluasi itu biasaya dipecahkan
masalahnya agar berjalan dengan tufopksi dan
sesuai dengan rencana.
7.
Terkoordina
si dengan
aliran kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Bidang Pengkajian
Dampak
Lingkungan
dikantor dengan
dilapangan apakah
itu perlu dilakukan
?
Koordinasi itu harus dilakukan mas dan itu penting
agar informasi dilapangan dan dikanor itu tidak
terjadi miss communication.
8. Fleksibel Apakah para
pegawai di Bidang
Pengkajian
Dampak
Lingkungan harus
fleksibel ?
Iyah bekerja harus fleksibel mas, jadi biar tidak ada
penumpukan pekerjaan diatas meja. Jadi se fleksibel
mungkin harus dilakukan.
9.Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah masyarakat
membantu sebagai
petunjuk dalam
melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Iyah selama ini yang membantu kita pasti
masyarakat. Karena lingkungan sangat erat
kaitannya dengan masyarakat.
10.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah arahan yang
diberikan oleh
Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah sudah
diterima pada
anggota organisasi?
Pengarahan oleh Kepala Badan kepada pegawai
harus diterima. Hal ini untuk kelangsungan
pekerjaan agar efektif.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I4
1.Akurat Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh
Pihak Kecamatan
mengenai
pencemaran ?
Ya sebetulnya kalo dalam hal pencemaran
lingkungan hidup di balaraja adalah :
2. Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan data-
data sudah
dilakukan ?
Ya kalo dikami hanya pengumpulan data-data hanya
dari masyarakat balaraja saja. Walaupun ada yang
melaporkan terkait data-data lingkungan itu sifatnya
pengaduan ke kami pihak kecamatan
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima
sudah bersifat
Obyektif ?
Informasi yang kita dapatkan hanya dari
masyarakat. Untuk itu koordinasi tidak pernah ada
koordinasi dengan kami Pihak Kecamatan untuk
bekerja sama dalam mengatasi persoalan
penemcaran.
4.Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Ke terpusatan pada
titik-titik
pengawasan di
Bidang Pengkajian
Dampak
Lingkugan seperti
apa ?
Kalo sosialisasi itu Cuma dalam hal pendirian
pembuatan ijin ukl-upl amdal. Harus kita lakukan
sosialisasi. Seperti tadi saya bilangin harus ada
evaluasi dari tingkat kabupaten – dari blhd – kepada
pengusaha tersebut.
5.Realistik
secara
ekonomi
Apakah kecukupan
anggaran menjadi
tolak ukur
keberhasilan ?
Anggaran untuk selama ini cukup di Kecamatan
Balaraja karena sudah melalui proses perencanaan
terlebih dahulu. Jadi meminimalisir adanya
anggaran-anggaran yang tidak terduga.
6.Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan evaluasi
ke Kecamatan
Balaraja ?
Tidak ada mas tidak ada evaluasi atau himbauan
dari BLHD kepada kami. Paling saja untuk
persoalan perijinan dokumen.Sebelum amdal
dilaksanakan kita ada sosialisasi kepada warga
masyarakat yang akan mendirikan suatu pabrik. Kita
melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat bahwa
disini akan ada suatu pabrik yang didirikan untuk
pembuatan dokumen amdal. Baik amdal maupun ukl-
upl. Kita lakukan sampaikan sesuai dengan
peraturan. Baik kepada masyarakat maupun
pengusahanya itu sendiri.
7.
Terkoordina
si dengan
aliran kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Kecamatan
Balaraja dikantor
dengan dilapangan
apakah itu perlu
dilakukan ?
Koordinasi kita hanya sebatas di dalam Kecamatan
saja. Untuk petugas lapangan belum ada tugas luar
dari kami.
8. Fleksibel Apakah para
pegawai di
Kecamata
n Balaraja harus
bekerjafleksibel ?
Iyah tentu para pegawai disini harus bekerja secara
fleksibel agar menicptakan pekerjaan yang efektif
dan efisien.
9.Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah masyarakat
membantu sebagai
petunjuk dalam
melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Iyah membatu ko masyarakat. Masyarakat Kalo
pengaduan langsung dari masyarakat itu melalui
kepala desa dulu melalui surat tertulis dari pelapor.
Biasanya gitu.Cuma dalam tembusan dari
kecamatan langsung ke BLHD itu aja. Tapi kami
mendatanngi perusahaan itu. Apa sih kendalanya
yang ada dilapangan terus.
10.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah arahan yang
diberikan oleh
Pimpinan
Kecamatan sudah
diterima pada
anggota organisasi?
Memberikan arahan disini saya untuk melakukan
tugas saya kepada masyarakat untuk melayani yang
baik. Maka dari itu saya sering menghimbau kepada
para pegawai utamakan pelayanan kepada
masyarakat.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I5
1.Akurat
Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh
Pihak Desa
Talagasari ?
Keakuratan yang dilakukan oleh pihak desa
talagasari contohnya menyelenggarakan urusan
pemerintahan, merancang peraturan desa.membina
perekonomian desa, membina kehidupan masyarakat
desa. Sesuai dengan keakuratan yang telah dilihat
dari masyarakat desa. Seperti itu kurang lebih nya
mas.
2. Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan data-
datanya sudah
dilakukan ?
Sudah dilakukan ko pengumpulan data-datanya
seperti pembuatan surat pertanahan contohnya saja.
Apabila ada yang melakukan proses pendirian
sebuah perusahaan perlu ada izin ke kantor Desa.
Guna tidak menimbulkan gesekan pada masyarakat.
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima
sudah bersifat
Obyektif ?
Iyah informasi harus bersifat obyektif atau mudah
dipahami. Ketika ada suatu informasi yang perlu
disampaikan ke masyarakat kita akan koordinasikan
kepada pihak RT dan akan kita kumpulkan terkait
permashalan yang ada. Agar informasi kepada
masyarakat mudah dipahami.
4.Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Ke terpusatan pada
titik-titik
pengawasan ke
perusahaan
dikantor Desa
Talagsari seperti
apa ?
Kami kantor Desa Talagasari melakukan
keterpusatan titik-titik pengawasan ke perusahaan
apabila ada dari instansi pusat melakukan sidak ke
perusahaan di sekitar Desa Talagasari saya selaku
Kades harus ikut untuk meninjau kegiatan tersebut.
5.Realistik
secara
ekonomi
Apakah kecukupan
anggaran menjadi
tolak ukur
keberhasilan ?
Tentu mas, anggaran di desa saja sudah sangat kami
rancang serinci mungkin. Apabila kami melakukan
pengawasan langsung maka tidak ada anggaran
yang kami anggarkan untuk kegiatan pengawasan
kepada perusahaan.
6.Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan evaluasi
terhadap
perusahaan ke
kantor Desa
Talagasari ?
Himbauan dari kantor BLHD itu selama ini tidak
ada yah mas,untuk evaluasi saja tidak ada kepada
kami.
7.
Terkoordina
si dengan
aliran kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Kecamatan
Balaraja kepada
Desa Talagasari
apakah itu
dilakukan dalam
melakukan
pengawasan ?
Betul kepada kami pihak Kecamatan selalu
menghimbau kepada Desa dalam melakukan
koordinasi guna melakukan pengawasan. Hal ini
dilakukan agar antara Desa dan Kecamatan
bekerjasama dalam hal menangani soal peroalan
lingkungan.
8. Fleksibel Apakah para
pegawai di kantor
Desa Talagasari
harus
bekerjafleksibel ?
Para pegawai harus bekerja fleksibel itu sebuah
keharusan.
9.Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah masyarakat
membantu sebagai
petunjuk dalam
melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Masyarakatat harus membantu kami perangkat desa
dalam menjaga dan mengawasi lingkungan. Apabila
adanya persolan lingkungan harus capat dilaporkan
kepada tingkat RT setempat agar dilaporkan kepada
kantor Desa.
10.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah arahan yang
diberikan oleh
bapakPimpinan
Kepala Desa sudah
diterima pada
anggota organisasi?
selama ini sudah terima oleh para pegawai dikantor
Desa Talagasari.
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I6
1.Akurat
Keakuratan data
seperti apa yang
diinginkan oleh
masyarakat desa
talagasari dalam
pencemaran?
yang diinginkan masyarakat yah tidak banyak mas.
Kami mah masyarakat kampung tidak bisa berbuat
apa-aoa kalo terjadi pencemaran. Seperti disana
suka ada pembakaran plastic yang asapnya hitam
pekat. Terus disamping Kecamatan Balaraja itu suka
ada mobil pengangkut tinja yang membuat
masyarakat dikampung sini kebauan mas. Padahal
disamping Kecamatan tapi ko aneh yah gak pernah
ditegur apa gimana kali. Kan kasian masyarakat
kebauan sama kotoran manusia yang dibuang asal
disamping jalan. Kami juga takut kena kesehatan
anak-anak kami.
2. Tepat
Waktu
Apakah Desa
Talagasari selalu
melakukan kerja
bakti rutin ?
Kalo kerjabakti bebersih mah kadang suka dilakukan
oleh masyarakat di Desa Talagasari seperti bersih-
bersih saluran air rumput-rumput yang ada dijalan
dibersihkan goong royong aja sih mas kaya biasa.
3. Obyektif
Apakah ada
informasi yang
sampaikan oleh
BLHD sudah
bersifat Obyektif ?
Tidak ada mas tidak ada itu informasi yang dikasih
tau buat kami Desa Balaraja gitu tentang ngejaga
lingkungan kaya gimana.
4. Terpusat
pada titik-
titik
pengawasan
Apakah perhatian
pemerintah sudah
terpusat kepada
masyarakat Desa
Talagasari dalam
pengwasan dan
pengendalian
lingkungan ?
Ya kalo perhatian pemerintah mah paling ada
posyandu keliling dari puskesmas buat ngasih
vitamin ke anak-anak kecil disini mah. Kalo ke
pencemaran mah belum pernah ada apa lagi
pengawasan ke Desa Talagsari.
5. Realistik
secara
ekonomi
Apakah tindakan
perusahaan yang
mencemari
lingkungan
merugikan
masyarakat Desa
Talagasari ?
Tentu merugikan sekali mas, karena disni kan
banyak yang berjualan makanan rumah makan dan
apabila ada bau tidak sedap bisa mengganggu
aktifitas masyarakat juga.
6. Realistik
secara
organisasion
al
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan
evaluasi?
Tidak ada mas himbauan dari dinas kepada kami
masyarakat gitu.
7.
Terkoordina
si dengan
aliran kerja
organisasi
Sejauhmana
teguran dapat
tersampaikan dan
ditanggapi oleh
pelaku
pencemaran?
Palingan kita ngadu biasa ke RT selanjutnya engga
tau deh RT koordinasi apa engga.
8. Fleksibel Apakah para
aparatur Desa
Talagasari
mengetahui apabila
terjadi kegiatan
pencemaran ?
Saya rasa mengetahui mas. Kan mereka juga bukan
orang jauh mereka juga asli warga masyarakat
disini.
9. Bersifat
sebagai
petunjuk
dan
operasional
Apakah masyarakat
membantu sebagai
petunjuk dalam
melakukan
pengawasan
lingkungan ?
Iyah masyarakat bisa memberikan petunjuk dan bisa
diajak bekerjasama kalo memang memerlukan
bantuan kepada masyarakat. Jadi bersama-sama lah
kita menjaga saling rangkul merangkul jangan tutup
mata seolah-olah tidak terjadi pencemaran.
10.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah ada
sosialisasi yang
diberikan oleh
Badan Lingkungan
Hidup Daerah
sudah diterima para
masyarakat Desa
Talagasari ?
Kalo diberikan berarti sudah ada. Kalo ini mah tidak
ada sama sekali sosialisasi ke Masyarakat padahal
perusahaan semakin bertambah banyak saja setiap
tahunnya
Tabel
Matriks Hasil Wawancara
No Pertanyaan I7
1. Akurat Keakuratan data
seperti apa yang
dilakukan oleh LSM
?
Biasanya setelah kita dapat informasi dari
pemberitaan masyarakat kemudian kita investigasi ke
lapangan, setelah itu kita bertemmu warga dan bila
memang warga merasa terganggu kita melakukan
proadvokasi ke perusahaan lalu kita mengingatkan,
jika saat proses negosiasi perusahaan tidak mau, kita
lakukan demonstrasi sambil melapor ke pihak
pemerintahan daerah (Bupati).
2.Tepat
Waktu
Apakah dalam
pengumpulan data-
datanya sudah
dilakukan ?
Kalau dari pihak kita di sesuaikan dengan kondisi di
usahakan selalu tepat waktu. Karena kita sebagai
lembaga yang menampung aspirasi masyarakat.
Semua laporan-laporan yang terkait dengan
pencemaran lingkungan kita tampung untung
ditindak lanjuti lagi. Sampai saat ini kita nilai sudah
berjalan dengan baik. Hanya saja dari pihak BLHD
kabupaten itu tidak memiliki kabid penegakkan
hukum. Jadi ketika ada kasus-kasus laporan, mereka
tidak bisa langsung menindak lanjuti karena laporan
dilimpahkan ke BLHD provinsi.
3. Obyektif
Apakah informasi
yang diterima sudah
bersifat Obyektif ?
Untuk informasi pasti harus objektif. Makanya saat
ada laporan-laporan dari masyarakat kita lakukan
musyawarah bersama antar masyarakat, dari situ
kita kroscek untuk kebenaran datanya sebelum kita
ke perusahaan.
4.Terpusat
pada titik-
titik
pengawasa
n
Keterpusatan pada
titik-titik
pengawasan di
Bidang Pengawasan
dan Pengendalian
Limbah dilapangan
seperti apa ?
Kita mempunyai data perusahaan apa saja yang
terbukti malakukan pencemaran, jika telah dilakukan
negosiasi maka tugas kita dan masyarakat
mengawasinya. Apakah mereka memperbaiki
struktur kinerja atau tidak.
5.Realistik
secara
ekonomi
Apakah anggaran di
Bidang Pengawasan
dan Pengendalian
yang sudah
ditetapkan sudah
mampu menunjang
dalam melakukan
pengawasan ?
Tidak ada anggaran khusus untuk melakukan
pengawasan ini.hanya saja kesukarelaan dari
masyarakat setempat.
6.Realistik
secara
organisasio
nal
Apakah ada
Himbauan Kinerja
dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup
Daerah dalam
melakukan evaluasi?
Jika terjadi penemuan kasus yang dilaporkan ke kita
dan sudah di tindak lanjuti, kami sebagai anggota
LSM selalu melakukan evaluasi akhir bersama
anggota lain meskipun bukan bagian advokasi untuk
kinerja kerja selanjutnya.
7.Terkoord
inasi
dengan
aliran
kerja
organisasi
Koordinasi yang
dilakukan oleh
Bidang Pengawasan
dikantor dengan
dilapangan apakah
itu perlu dilakukan ?
Ya perlu agar tidak terjadi kesalah pahaman. Untuk
memudahkan proses selanjutnya seperti apa agar
tercipta kinerja yang efektif dan efisien bisa
menghemat waktu.
8. Fleksibel Apakah para
pegawai di Bidang
Pengawasan harus
fleksibel ?
Fleksibel dalam melakukan pekerjaan itu harus.
Seperti yang saya bilang tadi kalau anggota lain
membutuhkan bantuan ya kita bantu.untuk
mengurangi beban pekerjaan anggota juga supaya
menjadi tim yang solid.
9.Diterima
para
anggota
organisasi
apakah arahan yang
diberikan sudah
diterima pada
anggota organisasi ?
Jika sudah melakukan koordinasi yang baik maka
semua anggota bagian akan menerima karena tidak
ada kesalah pahaman.
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Mohamad Novian
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10 November 1993
3. Domisili : Indonesia
4. Jenis Kelamin : Laki - Laki
5. Agama : Islam
6. Tinggi / Berat Badan : 172 Cm / 59 Kg
7. Nomor Handphone : 081 911 000 273
8. Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. (2002) Lulus SDN Sentul Jaya II – Kabupaten Tangerang
2. (2006) Lulus MTS Pondok Pesantren DAAR EL-QOLAM – Kabupaten
Tangerang
3. (2010) Lulus MAN 2 Model – Kota Serang
4. (2010) Fisip – Administrasi Negara - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa -
Banten
RIWAYAT ORGANISASI
1. 2011 - 2012 Front Aksi Mahasiswa : Anggota
2. 2009 – 2015 Toska Community : Humas
PENGALAMAN KERJA
1. Praktek Kerja Lapangan: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten
Tangerang 2013