21
TUGAS MAKALAH FARMASI FORENSIK “HidrogenSulfida (H 2 S)” Disusun Oleh: Amelia Oktarina (1201002) Debby Irma Suryani (1201011) Dwi Astuti (1201020) Faiza Ismi Karnita (1201029) Febby Novita Sari (1201032) Febrina Indah Kesuma (1201033) Gustia Aneri (1201036) Huda Safarina (1201039) Oktaria Pratiwi (1101073) Rahma Daniati (1101077) Dosen Pembimbing : dr. M. Tegar Indrayana, SpF YAYASAN UNIVERSITAS RIAU SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU 1

Farmasi Forensik (H2S)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h2s

Citation preview

Page 1: Farmasi Forensik (H2S)

TUGAS MAKALAH

FARMASI FORENSIK

“HidrogenSulfida (H2S)”

Disusun Oleh:

Amelia Oktarina (1201002)

Debby Irma Suryani (1201011)

Dwi Astuti (1201020)

Faiza Ismi Karnita (1201029)

Febby Novita Sari (1201032)

Febrina Indah Kesuma (1201033)

Gustia Aneri (1201036)

Huda Safarina (1201039)

Oktaria Pratiwi (1101073)

Rahma Daniati (1101077)

Dosen Pembimbing : dr. M. Tegar Indrayana, SpF

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

2014

1

Page 2: Farmasi Forensik (H2S)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT pemilik segala yang ada

di langit dan yang ada di bumi, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam mata kuliah Farmasi

Forensik berjudul “Hidrogen Sulfida” tepat pada waktunya. Kami mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

menyelesaikan tugas ini sehingga dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak sekali

kekurangannya, semua itu tidak terlepas dari minimnya ilmu pengetahuan yang kami

miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, November 2014

Penyusun

2

Page 3: Farmasi Forensik (H2S)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LatarBelakang 1

1.2 Tujuan 2

BAB II ISI 3

2.1 Pengertian H2S 3

2.2 Sifat-sifat H2S 4

2.3 Metodemenghasilkan H2S 5

2.4 Sumber H2S 5

2.5 Terbentuknyasenyawa H2S 6

2.6 Bahaya H2S 7

2.7 Toksikokinetik 8

2.8 MekanismeKerja H2S 9

2.9 Efek H2S terhadapKesehatan 10

BAB III PENUTUP 11

3.1 Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

3

Page 4: Farmasi Forensik (H2S)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari penggunaan

bahan baku, proses, dan hasil serta sisa pembakaran. Pada saat pengolahan

pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul karena perlakuan bahan-bahan

sebelum diproses lanjut. Limbah yang terjadi disebabkan berbagai hal antara lain;

karena reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahanbahan dan lain-lain.

Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat reaksi

kimia maupun fisika. Adakalanya limbah yang terjadi sulit dihindari sehingga

harus dilepaskan ke udara.Namun dengan adanya kemajuan teknologi, setiap gas

yang timbul pada rangkaian proses telah dapat diupayakan pengendaliannya.

Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang pembakaran,

sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan dan karenanya harus dilepaskan melalui

cerobong asap. Banyak jenis gas dan partikel gas lepas dari pabrik melalui

cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam

upaya mencegah kerusakan lingkungan.

Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah hitam,

amoniak, H2S dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi dalam udara dapat

merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar.Misalnya reaksi fotokimia,

yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar ultra violet dari sinar

matahari.Kemudian reaksi oksidasi gas dengan partikel logam dengan udara

sebagai katalisator.

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang tidak berwarna, beracun,

mudah terbakar dan berbau.Gas ini dapat membahayakan bagi kesehatan manusia

jika terhirup dalam ambang batas konsentrasi tertentu. Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) No 416/Menkes/PER/IX/1990 menyatakan bahwa batas

maksimum konsentrasi gas hidrogen sulfida pada air minum yang diizinkan hanya

4

Page 5: Farmasi Forensik (H2S)

0,05 mg/liter. Untuk menghindari dari hal yang merugikan dan membahayakan

tersebut maka dibutuhkan suatu instrument untuk mendeteksi secara dini

konsentrasi hidrogen sulfide (H2S) yang ada di lingkungan sekitar.Alat pengukur

konsentrasi gas hidrogen sulfida (H2S) merupakan prototype dari alat pengukur

konsentrasi gas hidrogen sulfida (H2S).Konsentrasi gas hidrogen sulfida (H2S)

merupakan indikator utama untuk memprediksi konsentrasi hidrogen sulfida

(H2S) yang ada di lingkungan tertentu.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:

1.2.1 Mengetahui mengenai racun gas H2S.

1.2.2 Lebih memahami bagaimana H2S dapat menyebabkan toksik.

5

Page 6: Farmasi Forensik (H2S)

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida atau H2S adalah gas yang tidak berwarna, beracun,

mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas

biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen

(aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini

juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.

Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari kegiatan dekomposisi protein.Ini

muncul dari buangan industri metalurgi dan pekerjaan kimia, pabrik bubur kertas,

dan pabrik penyamakan. Penyebab lainnya adalah adanya senyawa sulfat dan

sulfur di dalam endapan tanah dan kemudian teroksidasi melalui bantuan bakteri

(Boyd, 1986) dan tertrasnfer ke dalam koloum air. Kosentrasi yang bisa

menimbulkan kematian ada pada rang 0.4 mg/L (salmon) dan 4 mg/L, 

Konsentrasi aman pada konsentrasi kurang dari 0.002 ppm.

Sebagai senyawa kimia, H2S, adalah gas yang tidak berwarna yang

memiliki bau yang sangat tidak menyenangkan, banyak seperti itu telur busuk dan

sedikit larut dalam air.Dilarutkan dalam air, membentuk asam dwibasa sangat

lemah yang kadang-kadang disebut asam hydrosulfuric.Hidrogen sulfida mudah

terbakar, dalam kelebihan udara itu terbakar untuk membentuk belerang dioksida

dan air, tapi jika tidak cukup oksigen hadir - membentuk unsur belerang dan air.

Hidrogen sulfida ditemukan secara alami dalam gas vulkanik dan

dalam beberapa air mineral.Hal ini sering terbentuk selama peluruhan materi

hewan.Ini adalah bagian dari banyak bahan bakar karbon dimurnikan, misalnya,

gas alam, minyak mentah, dan batubara; itu diperoleh sebagai hasil sampingan

dari pemurnian bahan bakar tersebut. Ini dapat dilakukan dengan mereaksikan gas

hidrogen dengan sulfur cair atau dengan uap belerang, atau dengan

memperlakukan sulfida logam (misalnya, sulfida besi, FeS) dengan asam.

Hidrogen sulfida bereaksi dengan ion logam yang paling untuk membentuk

sulfida, yang sulfida beberapa logam yang larut dalam air dan memiliki

6

Page 7: Farmasi Forensik (H2S)

karakteristik warna yang membantu untuk mengidentifikasi logam selama analisis

kimia.

Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi

terkait dengan air (H2O) karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang

sama di tabel periodik. Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam

larutan aqueous (mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion

hidrosulfid HS−:

H2S → HS− + H+

Ka = 1.3×10−7 mol/L; pKa = 6.89.

Ion sulfid, S2−, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam

larutan aqueous (oksida).Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering

dinyatakan sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini merupakan

error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur dalam larutan alkalin.Estimasi terakhir

terbaik untuk pKa2 adalah 19±2.

Nama lain gas H2S:

Stink Damp( gas berbau busuk)

Sulfurated Hydrogen (Hidrogen Belerang

Sour Crude (Asam Kasar)

Rotten Egg Gas (gas telur busuk)

Hidrosulfurid Acid (culka belerang)

Sulfur Hydride (Belerang Hidrid)

2.2 Sifat-sifat Hidrogen Sulfida

Mempunyai bau yang khas yaitu seperti bau telur busuk.

Mempunyai titik didih -60,7oC dan titik lebur -85,5oC.

Berbahaya atau beracun.

Kerapatan sulfida hidrogen adalah 1,393 g / L pada 25oC dan 1 atm.

Kelimpahannya 18% lebih besar dari udara.

Larut dalam air.

2.3 Metode Untuk Menghasilkan H2S

7

Page 8: Farmasi Forensik (H2S)

Persiapan standar H2S adalah dengan memanaskan perlahan-lahan

asam kuat dengan besi sulfida dalam Kipp generator. Kipp generator peralatan

laboratorium yang digunakan untuk mengendalikan reaksi kimia yang

menghasilkan gas

Reaksi :

FeS   +  2HCl(aq) H2S(g)   +   FeCl2   

H2S juga dapat diperoleh oleh pemisahan dari gas asam yang berasal

dari  gas alam, yang memiliki kandungan H2S tinggi. H2S juga dapat diproduksi

dengan membiarkan gas hidrogen bereaksi dengan belerang cair pada suhu

450°C.

2.4 Sumber Untuk Menemukan H2S

Arus samudra yang kuat membawa air laut dalam yang kaya gizi ke

permukaan.  Air tersebut memberi makan tanaman mikroskopik yang disebut

fitoplankton, dan kehidupan laut lainnya.Saat tanaman itu mati, mereka

tenggelam ke dasar laut dimana bakteri mulai menguraikannya. Oksigen itu

langsung dipergunakan dalam proses pembusukan, dan bakteri anaerob

mengambil alih. Bakteri-bakteri ini mengeluarkan gas hidrogen sulfida sebagai

produk sampingnya.H2S atau yang lebih sering disebut dengan hidrogen sulfida

merupakan senyawa kimia yang berbahaya di perairan, kandungan H2S di

perairan akan menyebabkan kematian terhadap udang yang dibudidayakan. Akan

tetapi H2S ada di perairan tambak karena di pacu oleh beberapa faktor antara

perubahan pH, nitrate, nitrite, suhu, ammoniak.

Sehingga di perlukan sebuah perekayasaan untuk mengindetifikasi

pemacu dari timbulnya senyawa H2S di perairan tambak. Sehingga para petani

dapat melakukan pengelolan kualitas air secara baik dan bener. Ouput yang

diharapkan petani melakukan pengelolaan kualitas air secara baik, sehingga dapat

meningkatkan produktifitas tambak.

Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari kegiatan dekomposisi protein.Ini

muncul dari buangan industri metalurgi dan pekerjaan kimia, pabrik bubur kertas,

8

Page 9: Farmasi Forensik (H2S)

dan pabrik penyamakan. Penyebab lainnya adalah adanya senyawa sulfat dan

sulfur di dalam endapan tanah dan kemudian teroksidasi melalui bantuan bakteri

(Boyd, 1986) dan tertrasnfer ke dalam koloum air. Kosentrasi yang bisa

menimbulkan kematian ada pada rang 0.4 mg/L (salmon) dan 4 mg/L (carp, tench

dan eel). Konsentrasi aman pada konsentrasi kurang dari 0.002 ppm (udang, Van

Wyk & Scarpa, 1999).

H2S dapat ditemukan pada:

Pengeboran sumur minyak dan gas.

Penyulingan / pengelolaan MIGAS.

Pertanbangan bawah tanah.

Laboraturium komersil.

Pabrik petrokimia.

Pengelolaan Belerang.

Pengelolaan Kertas.

Geothermal.

2.5 Terbentuknya Senyawa Hidrogen Sulfida

Senyawa ini terbentuk karena adanya aktifitas mikroorganisme untuk

menguraikan zat organik dalam kondisi anaerobik.  Dalam kondisi kekurangan

oksigen seperti di dasar perairan, mikroorganisme pereduksi sulfat (bakteri

Desulfovifrio desulfuricant) menggunakan oksigen yang terikat dalam senyawa

seperti sulfat (SO42-) untuk mengoksidasi zat organik dan mereduksi ion sulfat

menjadi sulfida, sesuai dengan persamaan reksi berikut ini :

2CH2O + H2SO4 2CO2 + 2H2O + H2S

2.6 Bahaya Hidrogen Sulfida

9

Page 10: Farmasi Forensik (H2S)

Pada tingkat konsentrasi rendah H2S terdeteksi (10-20 ppm) dengan

aroma yang tajam nya.Namun, paparan lanjutan dapat mematikan indera

penciuman menciptakan ilusi bahwa bahaya telah berlalu.

Gejala Paparan H2S Konsentrasi Rendah

Jika dibiarkan kena konsentrasi rendah Hidrogen Sulfida dapat menyebabkan:

Sakit tenggorokan

Batuk sesak napas

Iritasi mata, hidung & tenggorokan

Konsentrasi Tinggi Paparan singkat untuk konsentrasi Tinggi Hidrogen

Sulfida dapat menyebabkan:

Kehilangan kesadaran

Kematian

Toksisitas hidrogen sulfida menurun dengan meningkatnya pH (>8)

dan menurunkan suhu, karena mengurangi non disosiasi H2S akan mengurangi

tingkat racunnya. Pada pH 7.5 sekitar 14 % beracun, pada pH 7.2 meningkat

menjadi 24%, dan pada pH 6.5 mencapai 61%, serta pada pH 6 mencapai 83%

dari total sulfida yang terlarut di dalam air (Van Wyk & Scarpa, 1999).

Penurun pH di aquarium terjadi dikarenakan adanya pergantian air

pada setiap aquarium, hal ini dilakukan karena nilai amoniak yang cukup tinggi

sehingga di perlukan pergantian air akan tetapi setelah pergantian air ternyata pH

yang telah turun meningkatkan toksik H2S. Di tambak sesungguhnya perubahan

pH dapat terjadi karena masuknya air laut ke tambak saat pasang.

Untuk mengembalikan keseimbangan pH maka dilakukan

pengapuran.Penanganan terhadap perubahan pH di dalam kolom air media

budidaya bisa dilakukan.Kondisi pH yang menurun akibat adanya hujan bisa

dilakukan dengan melakukan pengapuran dengan menggunakan kapur atau

dolomit degan dosis 100 - 200 kg/ha (Adhikari, 2003).Penambahan kapur

mengembalikan nilai pH yang diinginkan yaitu 8.05 – 7.85 pada aquarium uji,

dengan pH tersebut nilai H2S menjadi turun dan menurunkan sifat toksit dari H2S.

10

Page 11: Farmasi Forensik (H2S)

2.7 Toksikokinetik

Pada saat gas ini akan masuk kedalam tubuh manusia, maka zat

tersebut akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

2.7.1. Absorbsi

Hidrogen sulfida lebih banyak dan lebih cepat di absorbsi melalui inhalasi

dari pada paparan lewat oral.Hidrogen sulfida yang terserap melalui kulit sangat

kecil.

Absorbsi dari paparan inhalasi terutama akibat ukuran partikel hidrogen

sulfida yang kecil dapat mencapai saluran nafas bawah dimana hidrogen sulfida

dapat diabsorbsi. Partikel dengan ukuran kecil akan mengalami pembersihan oleh

macrophage dan sebagian lainnya akan di absorbsi dalam darah. Zona alveolar

merupakan bagian dalam paru dengan permukaan seluas 50 sampai 100 m2 .gas

pada alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada

kelarutan tersebut.

Saluran pencernaan merupakan jalur sangat minimum dari absorbsi paparan

H2S, karena kelarutannya adalam air kecil dan mudah menguap serta tidak ada

laporan dari ilmuwan bahwa orang-orang yang keracunan H2S mengalami diare.

Jalur paparan hidrogen sulfide melalui kulit relative kurang baik /

impermeable dan sebagai pelindung yang baik untuk mempertahankan fungsi

kulit manusia dari pengaruh lingkungan.Kulit tidak dapat melakukan pertukaran

zat dengan darah.Perpindahan bahan dari luar lapisan yang terserap ke dalam

sistem vaskuler sangat lambat. Hal tersebut karena luas pori hanya sekitar

>100µm. Jika penyerapan secara perlahan maka kulit berperan penting dalam

efek lolos pertama (first pass effect).

2.7.2 Distribusi

11

Page 12: Farmasi Forensik (H2S)

Kadar hidrogen sulfida yang terkandung dalam darah tergantung pada cairan

plasma, cairan intestitial, dan cairan intracellular. Setelah memasuki darah akan

didistribusi dengan cepat keseluruh tubuh (sistemik). Laju distribusi akan menuju

kesetiap organ didalam tubuh. Mudah tidaknya zat ini melewati dinding kapiler

dan membrane sel dari suatu jaringan sangat ditentukan oleh aliran darah ke organ

tersebut.

2.7.3 Metabolisme

Hidrogen sulfide menghambat enzim cytochrome oxidase sebagai penghasil

oksigen sel. Metabolisme anaerobic menyebabkan akumulasi asam laktat yang

mendorong kearah ketidakseimbangan asam-basa.Sistem jaringan saraf

berhubungan dengan jantung terutama sekali peka kepada gangguan metabolisme

oksidasi.

2.7.4 Ekskresi

Ginjal merupakan organ yang efisien mengeliminasi hidrogen sulfide dari

tubuh.Pada kondisi suhu badan dapat juga dieksresikan melalui paru-paru.

2.8 Mekanisme Kerja Hidrogen Sulfida

Hal ini disebabkan hidrogen sulfide menghambat enzim cytochrome

oxidase sebagai penghambat sel oksigen.Metabolisme anaerobic menyebabkan

akumulasi asam laktat yang mendorong kearah ketidakseimbangan asam-basa.

Sistem jaringan saraf berhubungan dengan jantung terutama sekali peka kepada

gangguan metabolisme oksidasi, sehingga terjadinya kematian dan terhentinya

pernafasan (US EPA, 2003)

2.9 Efek Hidrogen Sulfida Terhadap Kesehatan

12

Page 13: Farmasi Forensik (H2S)

a. Efek Akut

Laporan dari studi yang banyak dan konsisten dengan observasi dari

bau yang dideteksi dan menunjukkan gejala pusing dari H2S yang dihasilkan

geyser (Cal EPA, 1999).

Gas H2S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menimbulkan kematian,

edema pulmonary, asphyxiant.

b. Efek kronis

Sebuah studi pabrik kertas di Finlandia, diperoleh dampak kronis

karena polutan H2S pada konsentrasi rendah. Nilai rata-rata konsentrasi H2S

di Varkaus, Finlandia dilaporkan 1,4-2,2 ppb (2-3 µg/m3), 17,3 ppb (24

µg/m3), 109,4 ppb (152 µg/m3) maksimum selama 24 jam. Dilaporkan di

Varkaus kejadian batuk, infeksi pada saluran pernafasan dan sakit kepala lebih

tinggi dibandingkan dengan daerah tetangganya.

BAB III

13

Page 14: Farmasi Forensik (H2S)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Sebagai senyawa kimia, H2S, adalah gas yang tidak berwarna yang

memiliki bau yang sangat tidak menyenangkan, banyak seperti itu telur

busuk dan sedikit larut dalam air.

2) H2S juga dapat diperoleh oleh pemisahan dari gas asam yang berasal dari 

gas alam, yang memiliki kandungan H2S tinggi.

3) H2S juga dapat diproduksi dengan membiarkan gas hidrogen bereaksi

dengan belerang cair pada suhu 450 °C.

4) H2S dapat ditemukan di saluran pembuangan dan rawa-rawa. Hal ini

sering dibentuk dengan runtuhnya sulfida dan kekurangan oksigen, Juga

dapat dideteksi dalam gas dilepaskan dari gunung berapi, sumber air

panas, dan gas alam.

5) Jika dibiarkan kena konsentrasi rendah Hidrogen Sulfida dapat

menyebabkan:

- Sakit tenggorokan

- Batuk sesak napas

- Iritasi mata, hidung & tenggorokan

6) Paparan singkat untuk konsentrasi Tinggi Hidrogen Sulfida dapat

menyebabkan:

- Kehilangan kesadaran

- Kematian

7) Hidrogen sulfida lebih banyak dan lebih cepat di absorbsi melalui inhalasi

dari pada paparan lewat oral. Hidrogen sulfida yang terserap melalui kulit

sangat kecil.

8) Mekanisme kerja Hidrogen Sulfida adalah dengan menghambat enzim

cytochrome oxidase sebagai penghasil oksigen sel.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Farmasi Forensik (H2S)

Chandra, Budiman., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Mukono, H.J. 2005. Toksikologi Lingkungan, Penerbit Airlangga Universitas,

Cetakan I, Surabaya.

Sastrawijaya, T., 1991. Pencemaran Lingkungan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suriawiria, U., 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum, Penerbit: Angkasa, Bandung.

U.S. EPA. 2003. Integrated Risk Information System Toxicity Summary for

Hidrogen Sulfide.

Wilburn, KH and RH Warshaw. 1995. Hydrogen Sulfide and Reduced Sulfur Gases

Adversely Effect Neurophysiological Function, Toxicology and Industrial

Health.

15