14
FENOMENA KEKALAHAN CALON BUPATI INCUMBENT DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PEMILUKADA) DI KABUPATEN MOJOKERTO, JAWA TIMUR Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing: Nike Kusumawanti, M.A Disusun Oleh: KELOMPOK: 1 1. Amalia Imama (0911253035) 2. Bachut Choriul Anam (09112500 ) 3. Eka Nur Halimatus S. (0911250029) 4. Lintang Ika Fikriyah (0911250035) 5. Mi’rojul Huda (0911250037) 6. Novy Setya Yunas (0911250041) 7. R. Suseno Wibowo H. (0911253051)

FENOMENA KEKALAHAN CALON BUPATI INCUMBENT ... · Web viewSelain itu, fenomena menarik lainnya adalah partisipasi politik masyarakat dalam pemilukada Mojokerto yang tinggi mencapai

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

FENOMENA KEKALAHAN CALON BUPATI INCUMBENT DALAM

FENOMENA KEKALAHAN CALON BUPATI INCUMBENT DALAM

PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PEMILUKADA)

DI KABUPATEN MOJOKERTO, JAWA TIMUR

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Dosen Pembimbing: Nike Kusumawanti, M.A

Disusun Oleh:

KELOMPOK: 1

1. Amalia Imama

(0911253035)

2. Bachut Choriul Anam(09112500 )

3. Eka Nur Halimatus S.(0911250029)

4. Lintang Ika Fikriyah(0911250035)

5. Mi’rojul Huda

(0911250037)

6. Novy Setya Yunas

(0911250041)

7. R. Suseno Wibowo H.(0911253051)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih dalam sebuah proses demokratisasi. Proses Demokratisasi di Indonesia lahir setelah runtuhnya rezim Orde baru di bawah kekuasaan Soeharto yang sangat otoriter dan menutup semua akses masyarakat untuk berdemokrasi secara langsung dan dalam arti yang sebenar- benarnya. Demokrasi di Indonesia selalu direpresentasikan melalui sebuah bentuk Pemilihan Umum yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil atau disingkat dengan LUBER- JURDIL. Pemilihan Umum memang menjadi sebuah keniscayaan dalam setiap praktik ketatanegaraan yang dilandasi semangat Demokrasi, karena demokrasi yang memiliki karakteristik keterbukaan memandang bahwa kedaulatan sebuah Negara berada di tangan rakyat, tetapi pemilihan umum pun bukanlah salah satu indikator keberhasilan demokrasi di negara- negara manapun yang menganut paham demokrasi. (Budiardjo, 1972:85)

Pemilihan Umum setelah era reformasi sedikit membawa wind of change atau angin perubahan bagi Indonesia ke arah yang lebih demokratis. Keberhasilan pemilihan umum 1999 dengan sistem kepartaian yang multi partai mampu menjadi sebuah proses sosialisasi dan edukasi masyarakat terhadap apa yang dinamakan demokrasi itu. Seiring dengan periodisasi waktu yang didukung pula dengan dinamika sosial, budaya dan politik yang begitu cepat, akhirnya pemilihan umum 2004 dan 2009 mampu mewujudkan terselenggaranya pemilihan umum presiden secara langsung yang dipilih oleh rakyat. Hal inilah yang menjadikan proses demokratisasi di Indonesia sudah dapat dikatakan berada di level yang cukup tinggi meskipun masih belum didukung kesuksesan indikator- indikator lain dalam sebuah proses pencapaian demokratisasi.

Wind of change yang dibawa oleh proses demokratisasi pun akhirnya tidak hanya menjangkau tataran pemerintahan nasional saja tetapi telah menjangkau tataran pemerintahan lokal/ daerah. Pemilihan Umum Kepala Daerah secara langsung pun menggambarkan bahwa dinamika demokrasi di Indonesia telah berhasil mengubah mindset masyarakat di seluruh Indonesia. Pemilihan Umum Kepala Daerah yang dilaksanakan secara serentak pada tahun 2010 ini melahirkan banyak sekali fenomena- fenomena menarik dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Mulai dari fenomena politik dinasti dalam Pemilukada Kabupaten Kediri, fenomena selebritis yang mengadu peruntungan di berbagai Pemilukada dan fenomena kekalahan mutlak seorang calon incumbent dalam Pemilukada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Mojokerto yang dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2010 lalu memang menjadi sebuah pesta demokrasi di tataran lokal yang menjadi perhatian bagi perpolitikan nasional. Pasalnya, Pemilukada Mojokerto ini melahirkan sebuah konflik politis yang cukup memanas. Konflik tersebut berujung pada sebuah tindakan destruktif atau kerusuhan yang sedikit mencoreng citra pesta demokrasi di Kabupaten tersebut. Selain itu, fenomena menarik lainnya adalah partisipasi politik masyarakat dalam pemilukada Mojokerto yang tinggi mencapai 77 persen menjadi prestasi tersendiri di tengah citra pesta demokrasi yang tercoreng akibat tindakan destruktivisme (kerusuhan) yang mewarnai pelaksanaan pemilukada di Kabupaten Mojokerto tersebut (tempointeraktif.com pada senin 14 Juli 2010). Namun dari sekian fenomena di atas, salah satu fenomena yang kami anggap menarik adalah fenomena kekalahan pasangan Suwandi dan Wahyudi Iswanto (WASIS) yang notabene sebagai calon incumbent mengalami kekalahan mutlak oleh pasangan Mustafa Kemal Pasha dan Khoirun Nisa (MANIS). Fenomena kekalahan incumbent itulah yang akhirnya menuntut kita untuk melakukan penelitan serta kajian yang sangat mendalam terhadap fenomena tersebut. Pasalnya, kekuatan seorang incumbent itu senantiasa menjadi sebuah kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh calon- calon lain, tetapi Pemilukada Mojokerto mampu merubah stereotype yang berkembang seperti itu. Hal itulah yang menjadi latar belakang kita untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Faktor apa saja yang menjadi acuan masyarakat untuk memilih Bupati dan wakil Bupati pada Pemilukada Mojokerto 2010 ?

b. Bagaimana popularitas serta elektabilitas para calon Bupati dan wakil Bupati pada Pemilukada Mojokerto 2010 di mata masyarakat ?

c. Komponen apa saja yang paling mempengaruhi kekalahan incumbent pada Pemilukada Mojokerto 2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi acuan masyarakat untuk memilih Bupati dan wakil Bupati di Mojokerto.

b. Mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas para calon Bupati dan wakil Bupati di mata masyarakat Mojokerto.

c. Mengetahui komponen apa saja yang mempengaruhi kekalahan incumbent dalam Pemilukada Mojokerto 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi tentang relevansi teori incumbent dengan realita yang terjadi di masyarakat, khususnya Indonesia. Dengan fakta kekalahan calon incumbent pada Pemilukada Mojokerto 2010 diharapkan akan semakin menambah informasi tentang kenyataan di lapangan bahwa calon incumbent tidaklah selalu mampu memenangkan pemilu dan dari penelitian inilah dapat dijelaskan faktor-faktor apa sajakah yang menentukan keberhasilan calon-calon pemimpin daerah dalam memenangkan kompetisi demokrasi tersebut sehingga hasil-hasil penelitian ini dapat menjadi referensi strategi dan langkah-langkah yang harus diambil oleh calon incumbent maupun penantang untuk memenangkan pemilu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Dalam buku The Survival Politics, dijelaskan bahwa calon incumbent dalam setiap pemilihan di Negara-negara Amerika Selatan dapat dipastikan mampu memenangkan pemilu. Faktor-faktor yang menjadi kunci kemenangan calon-calon tersebut, dalam The Survival Politics, ada 3 faktor yaitu konsistensi dalam menjaga winning coalition, mampu menjaga kesetiaan pemilihnya serta yang terakhir memiliki komunikasi politik yang jitu. Ketiga faktor inilah yang dirasa mampu mengantarkan calon incumbent untuk kembali di kursi kekuasaan.

Di sisi lain, sebuah riset yang dilakukan oleh the electoral research institute di Belgia pada tahun 2006 menyatakan bahwa yang menjadi kekuatan utama dalam pemenangan seorang kandidat bahkan seorang calon incumbent adalah kesolidan sebuah tim sukses (winning coalition), partisipasi politik yang berfokus pada kelompok sasaran pemilih, komunikasi politik yang cukup menarik serta peran penguasaan media dalam proses pemasaran kandidat serta pemasaran sebuah kebijakan.

2.2 Tinjauan Empiris

Setelah melihat tinjauan Teoritis dalam buku the Survival Politics dan beberapa factor yang telah dijabarkan oleh riset dari the electoral research institute di Belgia, bahwa incumbent mempunyai kecenderungan untuk menang, asalkan bisa menjaga beberapa aspek yang telah disebutkan tadi. Tetapi yang menarik dalam pemilukada di Mojokerto, Incumbent mengalami kekalahan dalam pencalonannya kembali.

Pemilihan Umum Kepala Daerah yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2010 lalu dan diikuti oleh tiga pasang calon yang dinyatakan lolos oleh KPU yaitu Musthofa Kemal pasha dengan Khoirun Nisa (MANIS), Suwandi dengan Wahyudi Iswanto (WASIS), dan Khoirul Badik dengan Yazid Qohar (KHOKO) . Pemilihan Umum Kepala Daerah ini sempat diwarnai aksi anarkisme dan kekerasan yang menimbulkan korban materiil akibat adanya salah satu calon yang tidak lolos verifikasi di KPU. Aksi anarkisme ini pun sedikit menciderai pesta akbar demokrasi di kabupaten Mojokerto ini. Tidak berhenti sampai di fenomena tersebut saja, yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini adalah kekalahan mutlak sang Bupati Incumbent Suwandi. Bupati Incumbent, dikalahkan oleh lawannya. Padahal dalam survey- survey sebelumnya baik yang dilakukan oleh media lokal atau lembaga Survey, calon bupati incumbent ini memiliki tingkat elektabilitas hampir 70% dibanding lawan - lawannya.

Survey yang dilakukan oleh lembaga survey dan media – media lokal yang hasilnya menetapkan kemenangan bagi Incumbent, ternyata berbanding terbalik dengan realita yang terjadi saat hari H tepatnya waktu perhitungan suara. Waktu perhitungan suara di setiap TPS di Kabupaten Mojokerto, hampir semua menempatkan kemenangan bagi pasangan nomor urut satu yaitu Musthofa Kemal Pasha dan Khoirun Nisa (MANIS). Dan perhitungan di semua kecamatan di Kab. Mojokerto menetapkan kemenangan bagi pasangan nomor urut satu ini.

Hasil yang dirilis KPU Kabupaten Mojokerto pada Pemilukada Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut. Pasangan nomor urut 1 Mushofa kamal pasha – Khoirinnisa mendapat 65,82 %. Suwandi – Wahyudi Iswanto mendapat 32,40 %. Dan Pasangan Nomor 3 Khoirul Badik – Yazid Kohar mendapat 1, 78 %. Tentunya ini hasil yang sangat mencengangnkan bagi masyarakat Mojokerto khususnya bagi incumbent, melihat survey – survey sebelumnya yang selalu menempatkan incumbent di posisi atas dengan kemenangan diatas 50%, tetapi dalam realitanya incumbent mengalami kekalahan dengan angka yang mutlak.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian terhadap fenomena kekalahan calon incumbent dalam Pemilukada Kabupaten Mojokerto, kami menggunakan jenis penelitian secara kualitatif. Pasalnya, penelitian ini lebih didasarkan pada deskripsi kasus beserta problem- problem yang mengkonstruksi kasus tersebut. Menurut Hadari Nawawi (1987:64) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenaran berdasarakan data yang diperoleh dilapangan

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian terhadap fenomena kekalahan calon incumbent dalam Pemilukada Kabupaten Mojokerto, kami akan melaksanakan penelitian di tiga Kecamatan yang ada di Mojokerto yakni:

1. Kecamatan Gedeg

2. Kecamatan Puri

3. Kecamatan Pacet

Ketiga kecamatan tersebut kami ambil sebagai lokasi penelitian dengan mempertimbangkan beberapa faktor yakni:

1. Partisipasi Politik di tiga kecamatan tersebut berdasar data dari KPU setempat cukup tinggi dibanding 15 kecamatan yang ada di Mojokerto

2. Secara geografis ketiga kecamatan itu dapat menunjukkan kondisi SDM dan kondisi ekonomi masyarakat setempat yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesadaran politik seseorang.

3. Berdasar jenis pemilih yang ada, ketiga kecamatan tersebut memiliki prosentase yang cukup tinggi terhadap pemilih pemula yang memiliki tingkat kelabilan yang cukup tinggi dalam berpolitik sehingga potensi swing voter sangat tinggi. (Hasil Survey Lembaga Survey Indonesia, 2010)

Ketiga faktor itulah yang menjadikan kami landasan untuk menentukan lokasi penelitian di tiga kecamatan tersebut.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Informan penelitian yang akan kami ambil dalam melakukan penelitian ini tiga macam, yaitu informan kunci (Informan Key), informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok terkait dengan pemilukada kabupaten Mojokerto. Seperti KPU setempat dan anggota/ ketua tim sukses yang telah melakukan riset terhadap pemilukada tersebut.

Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Seperti halnya masyarakat yang secara langsung melakukan kegiatan politik melalui pemilukada di kabupaten Mojokerto tersebut. Sedangkan informan tambahan adala mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti, misalnya pihak- pihak dari lembaga survey independen yang telah melakukan riset di Pemilukada Mojokerto tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang kami gunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian terhadap kekalahan calon incumbent dalam pemilukada Kabupaten Mojokerto ini antara lain:

1. Wawancara

Teknik wawancara akan kami fokuskan untuk mengetahui lebih dalam strategi dan tingkat kesolidan dari tim sukses yang ada (winning coalition). Untuk itu, kami melakukan interview dengan beberapa anggota bahkan ketua tim sukses dari pasangan calon yang menang dan kalah

Selain dengan anggota atau ketua tim sukses untuk mengetahui strategi dalam winning coalition kami juga akan melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat tentang faktor apa yang menjadi pilihannya memilih seorang pasangan calon bupati dan wakil bupati.

2. Angket/ Kuesioner

Teknik Angket ini kamu gunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran pemilih dan tingkat serta arah pilihan politik masyarakat.

3. Studi kepustakaan

Teknik studi kepustakaan ini salah satunya telah kami laksanakan untuk mengkostruksi teori yang ada di dalam buku the survival politics dan hasil riset dari the electoral research institute Belgia. Dalam melaksanakan penelitian, studi kepustakaan kami pusatkan pada data- data terkait dengan pemilukada Mojokerto dari KPU kabupaten Mojokerto dan beberapa hasil survey yang dilakukan oleh Jawa Pos, LSI dan lembaga- lembaga independen yang telah melakukan survey terkait Pemilukada tersebut.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang yang digunakan dalam penelitian kekalahan calon incumbent dalam pemilukada Kabupaten Mojokerto ini adalah analisa data kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data dilakuka dengan penyajian data, yang diperoleh melalui keterangan yang diperoleh dari informan, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 1972. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka: Jakarta

Bueno, Bruce. ,& Smith, Alastair. 2005. The Survival Politics. (Budianto Suratno, Penerjemah). Rosdakarya: Bandung

KPU Kabupaten Mojokerto. (2010) Penetapan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Mojokerto tahun 2010/ 2015.

Lembaga Survey Indonesia. (2010) Pemilih Pemula dan Swing Vooter dalam pemilukada Mojokerto. Jakarta: Author

Partisipasi Politik dalam Pemilukada Mojokerto,

http://tempointeraktif.com (06 Oktober 2010 pukul 18.25 WIB)

The Electoral Research Institute. (2006). Electoral and Democratisations in Belgium. Belgia: Author