10
BAI4/AL Vol. a (3) Desember 2012 :-195-204 FENOMENA PLASTISITAS FENOTIPIK IKAN BELIDA ( Chitala lopis) DI SUNGAI KAMPAR, RIAU PHENOTYPIC PLASTICITY PHENOMENON OF GIANT FEATHERBACK (Chitalu lopis) IN KAMPAR RIVER, RIAU ArifWibowodanMarson Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Teregistrasi I tanggal: 26 lanuari 2012;Drterrma setelah perbaikan tanggal: 6 Desember 2012; Disetujui terbit tanggal: 7 Desember 2012 ABSTRAK: Karakter morfologi seperti ukuran tubuh dan penghitungan meristik telah lama digunakan unttrk menggambarkan stok ikan dan masih digunakan sampai saat ini. Pada awalnya variasi karakter morfologi diasumsikan sebagai substansi genetik belaka, namun demikian seringkali terdapat perbedaan yang nyata dalam hal identifikasi stok ikan menggunakanpendekatanmorfologi dan genetik, hal ini disebabkan olehkaraktermorfologi yang mengalami plastisitas fenotipik. Untuk melihat fenomena plastisitas fenotipik pada ikan belida (Chitala lopis) dllaku,kan analisa morfologi dan genetik. Analisa morfologi dilakukan pada22karakter ikan belidayang diperoleh dari lima stasiun sampling di Sungai Kampar Provinsi Riau. Sebagai pembanding, dilakukan pengambilan sampel ikan belida di Sungai Musi (Sumatera Selatan) dan Sungai Barito (Kalimantan Selatan). Analisa genetik menggunakan data base runutan rangkaian D_Loop mtDNA yang ada di GenBank. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan identifikasi stok menggunakan morfologi dan genetik. Karakter morfologi ikan belida di Sungai Kampar memperlihatkan pola heterogenitas berdasarkan lokasi geograhs, adanya fenomena plastisitas fenotipik. Analisa menggunakan runutan ratgkaian D Loop mtDNA mengungkap keberadaan ikan belida di Sungai Kampar Provinsi Riau, yang terdiri dari dua unit populasi, yaitu populasi bagian hilir dan populasi bagian hulu. " KATAKUNCI: Plastisitas fenotipik, morfologi, ikan belida (Chitala lopis), Swgai Kampar ABSTRACT: Phenotypic variation in morphological characters such as body shape and meristic count has long been used to delineate stocks offish and continue to be used today. Variation in such characters was assumedio be purely genetic in early studies, howevef spectacular dffirences can occur in the extent of genetic and morphological differentiation between groups offish. This is due to morphological characters undergo a phenotypic plasticity. In order to reveal phenotypic plasticity phenomenon on giantfeatherback (Chitala lopis), the morphology and genetic analysis were conducted. Morphology analysis was observed on 22 characters on giantfeatherbackfromfive stations sampling in Kampar River and as a comparison, samples from Musi River (South Sumatra) and Barito River (South Kalimantan) are also subjectto analyze. Genetic analysis by using D-Loop mtDNA sequencesfrom GenBank data base. The research shows that there is a dffirent between stocks using morphological and genetic analysis. The morphological characters exhibit pattern ofheterogeneity base on geography location, phenotypic plasticity. Genetic analysis reyeals the existence ttvo stock of giant featherback in Kampar River, the upper and down stream stock. KEYWORDS: Phenoti.fic plasticity, morphology, giant featherbuck (Chitala lopis), Kampar River PENDAHULUAI{ Stok ikan didefinisikan sebagai satu populasi ikan lokal yang mampu beradaptasi pada lingkungan tertentu serta memiliki perbedaan genetik dari stok yang lain sebagai konsekuensi dari adaptasi ini (Mac Lean& Evans, 1981). Identifikasi stok ikan adalah bagian terpenting dan tidak terpisahkan dalam upaya melakukan pengelolaan perikanan, terutama untuk pengelolaan spesies tunggal - seperti ikan belida Hal ini diperlukan untuk memberikan batasan pengelolaan ikan belida dengan karakteristik biologi yang relatif s*rn'i dalm roanr wilayah perikahan, sehingga dapat membqih r& *mgipengelolaan traik in-situ atau ex-situ- Memut Croie-nirfriguez (2011), identifikasi stok ikan lmFti snGil rrltril kilEna K*.rp""d"rtr p."rl* Balai Penelitian Perikamn Fnr:nl Lb- ld*G Jl. Beringin No. 308. Ltetf,. lU&;hrsrl informasi biologi dan ekologi spesifft masing-masing stok digunakan untuk mengimplementasikan strategi pemanenan yang beff[juan mencapai pemarrfaatan lestari. Identifikasi struktur stok sangat relevan untuk pengkajian stok dan manaj emen pemanenan (Emmett et al . , 2005) . Identifikasi stok ikan dalam rangka pengelolaan ikan belida di Sungai Kampar menjadi sesuatu hal yang tidak saja menarik namun mendesak dilakukan. Hal ini dikarenakan Sungai Kampar menyediakan semua tipe habitat ikan belida, produksi tahunan ikan belida yang tinggi dan telah terjadi penurunan produksi yang drastis, sampai 80 % dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Diskanlut Riau,2008). Wibowo et al. (2010) mengidentifikasi unit stok ikan belida di Sungai Kampar dengan menggunakan 195

FENOMENA PLASTISITAS FENOTIPIK IKAN BELIDA DI SUNGAI

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAI4/AL Vol. a (3) Desember 2012 :-195-204

FENOMENA PLASTISITAS FENOTIPIK IKAN BELIDA ( Chitala lopis)DI SUNGAI KAMPAR, RIAU

PHENOTYPIC PLASTICITY PHENOMENON OF GIANT FEATHERBACK(Chitalu lopis) IN KAMPAR RIVER, RIAU

ArifWibowodanMarsonBalai Penelitian Perikanan Perairan Umum

Teregistrasi I tanggal: 26 lanuari 2012;Drterrma setelah perbaikan tanggal: 6 Desember 2012;

Disetujui terbit tanggal: 7 Desember 2012

ABSTRAK:

Karakter morfologi seperti ukuran tubuh dan penghitungan meristik telah lama digunakan unttrk menggambarkan

stok ikan dan masih digunakan sampai saat ini. Pada awalnya variasi karakter morfologi diasumsikan sebagai

substansi genetik belaka, namun demikian seringkali terdapat perbedaan yang nyata dalam hal identifikasi stok ikanmenggunakanpendekatanmorfologi dan genetik, hal ini disebabkan olehkaraktermorfologi yang mengalami plastisitas

fenotipik. Untuk melihat fenomena plastisitas fenotipik pada ikan belida (Chitala lopis) dllaku,kan analisa morfologidan genetik. Analisa morfologi dilakukan pada22karakter ikan belidayang diperoleh dari lima stasiun sampling diSungai Kampar Provinsi Riau. Sebagai pembanding, dilakukan pengambilan sampel ikan belida di Sungai Musi(Sumatera Selatan) dan Sungai Barito (Kalimantan Selatan). Analisa genetik menggunakan data base runutan rangkaian

D_Loop mtDNA yang ada di GenBank. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan identifikasi stokmenggunakan morfologi dan genetik. Karakter morfologi ikan belida di Sungai Kampar memperlihatkan pola

heterogenitas berdasarkan lokasi geograhs, adanya fenomena plastisitas fenotipik. Analisa menggunakan runutanratgkaian D Loop mtDNA mengungkap keberadaan ikan belida di Sungai Kampar Provinsi Riau, yang terdiri daridua unit populasi, yaitu populasi bagian hilir dan populasi bagian hulu. "

KATAKUNCI: Plastisitas fenotipik, morfologi, ikan belida (Chitala lopis), Swgai Kampar

ABSTRACT:

Phenotypic variation in morphological characters such as body shape and meristic count has long been used todelineate stocks offish and continue to be used today. Variation in such characters was assumedio be purely genetic

in early studies, howevef spectacular dffirences can occur in the extent of genetic and morphological differentiation

between groups offish. This is due to morphological characters undergo a phenotypic plasticity. In order to revealphenotypic plasticity phenomenon on giantfeatherback (Chitala lopis), the morphology and genetic analysis were

conducted. Morphology analysis was observed on 22 characters on giantfeatherbackfromfive stations samplingin Kampar River and as a comparison, samples from Musi River (South Sumatra) and Barito River (SouthKalimantan) are also subjectto analyze. Genetic analysis by using D-Loop mtDNA sequencesfrom GenBank database. The research shows that there is a dffirent between stocks using morphological and genetic analysis. Themorphological characters exhibit pattern ofheterogeneity base on geography location, phenotypic plasticity. Geneticanalysis reyeals the existence ttvo stock of giant featherback in Kampar River, the upper and down stream stock.

KEYWORDS: Phenoti.fic plasticity, morphology, giant featherbuck (Chitala lopis), Kampar River

PENDAHULUAI{

Stok ikan didefinisikan sebagai satu populasi ikan lokalyang mampu beradaptasi pada lingkungan tertentu serta

memiliki perbedaan genetik dari stok yang lain sebagai

konsekuensi dari adaptasi ini (Mac Lean& Evans, 1981).

Identifikasi stok ikan adalah bagian terpenting dan tidakterpisahkan dalam upaya melakukan pengelolaanperikanan, terutama untuk pengelolaan spesies tunggal -seperti ikan belida Hal ini diperlukan untuk memberikanbatasan pengelolaan ikan belida dengan karakteristikbiologi yang relatif s*rn'i dalm roanr wilayah perikahan,sehingga dapat membqih r& *mgipengelolaan traikin-situ atau ex-situ- Memut Croie-nirfriguez (2011),identifikasi stok ikan lmFti snGil rrltril kilEnaK*.rp""d"rtr p."rl*Balai Penelitian Perikamn Fnr:nl Lb- ld*GJl. Beringin No. 308. Ltetf,. lU&;hrsrl

informasi biologi dan ekologi spesifft masing-masing stok

digunakan untuk mengimplementasikan strategipemanenan yang beff[juan mencapai pemarrfaatan lestari.

Identifikasi struktur stok sangat relevan untuk pengkajianstok dan manaj emen pemanenan (Emmett et al . , 2005) .

Identifikasi stok ikan dalam rangka pengelolaan ikanbelida di Sungai Kampar menjadi sesuatu hal yang tidaksaja menarik namun mendesak dilakukan. Hal inidikarenakan Sungai Kampar menyediakan semua tipehabitat ikan belida, produksi tahunan ikan belida yangtinggi dan telah terjadi penurunan produksi yang drastis,sampai 80 % dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (DiskanlutRiau,2008). Wibowo et al. (2010) mengidentifikasi unitstok ikan belida di Sungai Kampar dengan menggunakan

195

A. Wibowo, Marson / BAWAL

analisis genetik dengan sekuense D_/oop mtDNA. Namundemikian, penggunaan karakter morfologi untukmengidentikasi stok ikan belida di Sungai Kampar sampaisaat ini belum pernah dilaporkan. Karakter morfologiseperti ukuran tubuh atau penghitungan meristik telahlama digunakan unhrk mengidentifikasi stok (Heincke, 1898dalamMcQtinn, 1997) dan masih terus digunakan sampaisaatini (Hurlbut& Clay, 1998).

Begg & Waldman, (1999) menyatakan bahwapenggunaan beberapa metode untuk mengidentifikasi stokikan lebih baif bila dibandingkan hanya menggunakansatu metode.'-selain itu, karakter morfologi, memilikikeunggulan dalam identifikasi stok ikan, khususnya ketikadurasi waktu yang diperlukan untuk terbentuknyaperbedaan genetik yang nyata diantara populasi yangdiamati tidak cukup (Turan, 1999). Keunggulan lainmenggunakan karakter morfologis dalam mengidentifftasistok ikan adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan biayabesar dan tidak memerlukan waktu lama (Gustiano, 2003).

Seringkali terdapat perbedaan yangnyata dalam halidentifikasi stok ikan menggunakan pendekatan morfologidan genetik, hal ini disebabkan oleh karakter morfologiyang mengalami plastisitas fenotipik. Plastisitas fenotipikdidefinisikan sebagai kemampuan dari suatu genotipeuntuk memproduksi lebih dari satu bentuk alternatifmorfologi, kondisi fisiologi dan atau perilaku sebagaitanggapan terhadap kondisi lingkungan (West-Ebenhard,1989) atau secara sederhana faktor lingkunganmenyebabkan variasi fenotipik (Steam, I 989). Selanjutnya,Robinson & Parsons (2002), menyatakan telah banyakkajian tentang fenomena plastisitas fenotipik pada ikan.

Tujuan tulisan ini adalah untuk mengungkapkanfenomena plastisitas fenotipik pada ikan belida di SungaiKampar dan kesesuaian antara identifikasi stokberdasarkan genetik versus variasi fenotipik. Pembahasandifokuskan pa{a dua.tipe karaktermorfologi yang palingsering digunakan untuk mengidentif,rkasi stok ikan, yaitukarakter morfometrik dan meristik. Morfometrik adalahperbandingan ukuran relatif bagian-bagian tubuh ikan,

Vol.4 (3) Desember 2012 : 195-204

sementara meristik adalah bagian yang dapat dihitung dariikan yang merupakan jumlah bagian-bagian tubuh ikan.

sAHANTm#r :

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2010. denganmenggunakan data morfologi (morfometrik dan meristik)dan analisis genetik ikan belida pada data GenBank(NCBD.

Jumlah dan Metode Pengambilan Sampel

Sampel ikan beiida diperoleh dari Sungai Kampar, Riaudan lokasi pembanding Sungai Barito, Kalimantan Selatan.

Sebagai pembanding spesies, di koleksi ikan putak(Notopterus notopterus) dari Sungai Musi, SumateraSelatan (Tabel l). Perbandingan antar spesies dilakukandengan tujuan memperlihatkan kekuatan kemampuanteknik analisis dalam membedakan karakter morfologi.Jumlah sampel untuk setiap stasiun sampling dan dataruntutan nukleotida yang diperoleh dari dala Genebankdijelaskan pa daTabel 2.

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan alatpancing, bubu, serok danfish trap.lkan sampel diambilsecara acak dengan jumlah sampel untuk pengamatanmorfologi berkisar antara 10-50 spesimen pada setiaplokasi.

Penanganan dan Pengukuran Ikan Sampel

Sampel ikan belida secara utuh disebut carcass, diberitanda(taggingl serta diberi kode dan lokasi asal spesimendengan meng ganakan dymo machine;contohnya KT 001.Sampel yang sudah diberi tanda tersebut selanjutnya didiawetkan dengan cara direndam secara bertahap padalarutan alkohol 5% (10 menit), l0% (10 menit), 20% (tOmenit), 40% (10 menit) dan penyimpanan akhir dalemlarutan alkohol75o/o.

196

No Stasiun / posisi geografi Ket9ra+ganStasiun ini merupakan bagian waduk yang banyak

A. Wibowo, Marson / BAIYAL Vol. 4 (3) Desember J0l2 : 195-204

Tabel 1. Lokasi dan Karakteristik stasiun pengambilan contoh ikan belida dan ikan putak

Table t. Location and characteristic of sampling stations of Chitala lopis and Notopterus notopterus)

(00019,5,39,ird, tOOo++': ,lg BT) dijumpai ikan belida, terletak di Sungai Kampar Kanan(bagian hulu) atau di Batu Bersurat.

2 Teso Merupakan anak Sungai Kampar Kiri atau bagian hulu

(00003'2,34- LrJ,lolo23'2.71" BT) Sungai Kampar.

3 Langgam Langgam terletak di segmen bagian tengah Sungai

( 00015'4,69" LIJ,10f42'4,55" BT) Kampar, merupakan pertemuan anta{a. Sungai KuTgllKiri dan Sungai Kampar Kanan. Bagian ini memilikisungai utama, anak sungai dan danau rawa.

4 Rantau Baru Stasiun ini terletak di bdgian hilir dari Sungai Kampar

(00017,1,06" LU, 101048'l ,22" BT). dan sudah dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

5 Kuala Tolam Merupakan stasiun penelitian yang terletak di daerah

(00019'3,10" LIJ,102011'2,60" BT). hilir Sungai Kampar, memiliki banyak vegetasi tepian

dengan perairan yang bersifat asam.

6 Sungai Barito Kalimantan Selatan, pH perairan relatif basa

Sumatera Selatan, daerah sekitar Kelekar, perairan relatif

Tabel2. Daftar contoh ikan yang digunakan dalam penelitian

Table 2. List offish samples used in this study

Jenis Lokasi Jumlah

Ikan belida (Chitala lopis)

Ikan putak

Q{o t opt erus no toPterus)Jumlah total sampel

Pengukuran karakter mmfologfo m mfueirikdilakukan dengan meletaHrm ihqrrdrFddtrylamenghadap ke kiri dan sirip&llifrdi-lQbkarakter morfometrik spesimcr d[!& dqgrmenggunakan digital calipr yrg ffiHHlsampai 0, I 0 mm. Karakter perfoiAfidftraapenghitungan manual dibanm h prfr-EpenguKuran oen-ean menggrmah d{nG+t

l. Waduk Kutopanjang (WD)2. Teso (ST)3. Langgam (LG)4. Rantau Baru (RB)5. Kuala Tolam (KT)6. Sungai Barito (Kalimantan Selatan) (RK)

7. Sungai Musi (Sumatera Selatan) (Pti)

16 individu13 individu12 individu37 individu17 individu10 individu

9 individu114 individu

Data sekuense mtDNA ikan belida tgrsrmpan di Genbank dengan kode akses 1Q665739- 48 individu

JQ665837

Sekuense ikan belida (Chitalo WB) kodt aks€s AP008921 I individu

pembatdingdanGeabat*fufu '

adalah metode yang sampai saat ini paling banyakdigrmakandalam studi morfologi, paling tidak terdapat 3ldui42 sdi tentang subjek ini yang telah dipublikasikan

Gd-"ftq l99l)- Jumlah karakter morfologi yang diamati'&|il rnalisis morfometrik tidak dibatasi, hanya saja

ffiEnfologi yang diamati harus cukup banyak

r.E F tEFGrcmif (Gustiano, 2003).

197

A. Wibowo, Marson / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 195-204

Karakter morfometrik yang diamati meliputi 18 titikpengamatan pada tubuh ikan belida (Gustiano, 2003,Sudarto, komunikasi pribadi), yaitu:l. Panjang standar, ditulis SL (Slandard Length), diukur

dari anterior mulut atau bibir atas (premaxilla) sampaike bagian tengah atau pelipatan sirip caudal;dinyatakan dalam mm.

2. Par\angoperkulum ke dua, ditulis DSO (Distance toSecond Operculum), diukur dari ujung bagian kepala

' sampaidengan operculumkedn: dinyatakandalam%Sl.3. Panjang hidung, ditulis SNL (Snout Length), diukur

dari ujung bagian kepala terdepan sampai denganlubang hidirng; dinyatakan dalam %SL.

4. Lebar kepala, ditulis HW (Head Width ), merupakanjarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insangpada kedua sisi kepala; dinyatakan dalamYoSL.

5. Lebar interorbital, ditulis IOW (Interorbital Width),merupakan jarak lurus antara kedua mata; dinyatakandalam%SL.

6. Panjang rahang atas, ditulis UJM ( Upper Jaw Mouth),diukur dari ujung terdepan mulut bagian atas sampaidengan ujung terbelakang tulang rahang atas;dinyatakan dalam %SL.

7. Panjang rahang bawah, ditulis LJM (Lower JawMouth), diukur dari ujung terdepan mulut bagianbawah sampai dengan ujung terbelakang tulang rahangbawah; dinyatakan d alam o/oSL.

8. Panjang operkulump'ertama, ditulis DFO (Distance toFirst Operculum), merupakan panjang pectoral;dinyatakan dalam %SL.

9. Diametermata, dnntsr;^l_ @ye Diatneter), mwrykanp,anjanggaris tengahrongga mata; dinyatakan dalam %SL.

10. Panjangpre-pectoral, ditulis PPEL (Prepectoral FinLength), diukur dari ujung terdepan mulut bagianbawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral;dinyatakan dalam %SL.

11. Panjangpre-pelvic, ditulis PPVC (Prepelfiv Length),diukur dari ujung terdepan mulut sampai denganpangkal sirip ventral; dinyataka.n dalam YoSL.

12. Par4angpre-sirip anal, ditulis PPAL (Pre-Anal Length),diukur dari ujung terdepan mulut sampai denganpangkal sirip anal; dinyatakan dalam %SL.

13. Panjang diagonal, ditulis DL (Diagonal Length), diukurdari pangkal sirip anal sampai dengan pangkal siripdorsal ; dinyatakan d alam YoSL.

14.Ifutrdra\difi'ilisBW(BodlWth),metryakwr jarakpaling

lebarsisi kanan dankiri ikaq dinyatakandalam %SL.15. Panjang sirip pektoral, ditulis PFL (Pectoral Fin

Length), diukur dari ujung sirip pektoral denganpangkal sirip pectoral; dinyatakan dalarr, YoSL.

16. Panjang anus, ditulis AL (Anus Length), diukur dariujung sirip ventral sampai dengan pangkal siripventral; dinyatakan d alam YoSL.

17. Panjang sirip dorsal, ditulis DFL (Dorsal fin Length),diukur dari ujung sirip dorsal sampai dengan'dasarsirip dorsal; dinyatakan d alam o/oSL.

18. Tinggi kepala, ditulis HD (Hpad Depth), diukur darigaris tegak antara pangkal kepala bagian atas sampaidengan pangkal kepala bagian bawah; dinyatakan

- dalam%Sl.

Penghitungan karakter meristik (Gustiano, 2003,Sudarto, komunikasi pribadi), yaitu:1. Jumlah duri-duri pada bagian ventral di dekat kepala,

ditulis NVS (Number of Ventral Spines).2. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah

pada sirip anal, ditulis NAF (Number of Anal FinLength).

3. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemahpada sirip pectoral, ditulis NPF (Number of PectoralFin).

4. Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemahpada sirip dorsal, ditulis NDF (Number of Dorsal Fin).

Pengukuran karakter morfometrik dan meristik ikanbelidapada22 karakter morfologis pada bagian sisi sebelahkiri tubuh ikan, terlihat pada Gambar I .

AnalisaData

Sebelum melakukan analisis, data dari hasil pengukuranmorfometrik setiap karakter dibagi dengan panjang standar(SL) dan dinormalisasi dengan trasformasi log (x + l).Selanjutnya data morfometrik dan meristik dianalisisdengan pendekatan analisis multivariabel yang didasarkanpada Analisis diskriminan (Discriminant Analysis)berdasarkan Fisher (l 936). Analisa diskriminan dilakukandengan menggunakan paket program Statistica versi 6.0.

Metode analisa diskriminan digunakan untukmendapatkan peta sebaran populasi ikan sampel dengannilai kesamaan(index of similarity) di dalam dan di luarkelompok. Analisa diskriminan juga digunakan untukmenentukan variabel yang dapat membedakan terhadappembentukan kelompok populasi menggunakan suatufungsi diskriminan.

Nukleotida data base Genbankkode akses JQ665739-JQ665837 kemudian disejajarkan menggunakan CLUSTALW dalam MEGA 1.81 4.0 (Tamura et a1.,2007). Jarak genetftdianalisa berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Nei-(1981),dilakukan menggunakan MEG A4.0 (Tarrwa et aL.2007). Hasilnya di kelompokkan dengan cluster analysisdalam STATISTICA6.0.

198

A. Wibowo, Marson / BAWAL Vol. 4 (3) I)esember '/ut / : tvr-zu4

l

?i

:

f

t{eterangan Earllbar:1. paniang siandar {sL} ?. panjsng opertillum kEdue {BSOJ 3. Paniang hidung iSFIL} 4 Lehar kepala {l-WJ S LBhEr

intereibit*t (tsw) 6.p;igng ;hi"i atas (LIJM) ?. PaEisns ierrang oarvan tLJM] s. Panjang op€rlillurn FBrtarna {DFol s

BrerBEtBr mBk (EEl tU. paniang pre-pectoral tPPEI-l iJ. Futltng pre-pekic tFPVf,l 1?- Fenjtsng pre-siriP EBE1 (PFALi 33

pantBnq drogonal f mii+ 1=n"i [edan {B\Al} i5. paniang sini peetorat (PFL} l E Paniang Enus (ALl 1? Faniang siriP dor5El

(DFLI 1fr Jurnlsh duri peruiINVSJ 1g. J|l,ruaflsiripaflal fi'Hrt rCI. JLrrnl6h sirip pectoral (r'IPFJ 21. Jr$nl8hsiBF dots8l IHBFJ

12 Tinggi kEPsla [HD}.

Gambar 1. Karakter morfologis ikan belida yang diukur (Sumber: Sudarto komunikasi pribadi)

Figure 1. Measured morphology characters of giant featherback (source, sudarto personal communiccttion)

kluster j arak e uclidance. Pengelompokkan dan pemisahan

populasi ikan belida, terlihat memiliki pola mengelompok

pada ikan belida jantan, khususnya pada karakter

morf,ometrik lGambar 2).

Individual ikan belida yang berasal dari lokasi sampling

sekitar hulu Sungai Kampar (Kutopanjang dan Teso)

terplotkan kearah paling kanan scaterplot, sedikit lebih

jautr AiUanaingkan dengan plot ikan belida yang berasal

iari lokasi sampling sekitar hilir Sungai (Kuala Tolam,

Rantau Baru dan Langgam). Tampaknya pembeda yang

paling jelas dan nyata adalah fungsi diskriminan pertama'

it"ngri lri ditandai oleh karakter lebar badan (BW ), sirip

(PPEL) dan karakter kepala (DSO) (Gambar 3)

HASILDANBAHASAN

IIASIL

Identilikasi Unit PoPulasi

Identifikasi unit populasi berdasarkan karakter

morfologi diindikasikan olehscaterplol dua akar pertama

kanonical variate (Gambar2)- Unit populasi digambarkan

sebagai kesatuan individual yang mengelompok dan

berbeda dari kelompok individual yang lain' Individual

yang mengelompok divalidasi dengan tingkat klasifikasi

t"ru. yurg diestimasi dari prosedirr validasi silang dan

perbeiaan kelompok individual berdasarkan analisis

t9t

A. Wibowo, Marson / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 195-204

a

?

,

t

{a{r&tE&€fi!r)

-ls

i*

,$

I {1

{{r'1.!61;

&r

Cfi.Ete) D(be[be]

Gambm 2. Plot individual ikan belida den kelompok centroid kanonical vaiabel 1 dan 2 berdasarkan karaktermorfometrik (A dan B) dan meristik (C dan D)

Figure 2. Individual plot ofgiantfetaherback and group ofcentroid cqnonical variable I and 2 based onmorphometric character (A and B) and meristic (C and D)

*&alr

t*0

*e,?qilil& r:1

0

c

611

e&gsL

*--1 r!!e,& \3"}h> ,4g:'" llr"r "-'"\

hl

,t' 1.,'1

/'1 t

*k

r5

,3

ri

d

!

flI,l

tI

{{f,$flt

J

'#l,ol !

'oi,&t

I

,*[

;*L *14 n.S ** rE 'S' lryl&*lt

Jantan

w nlr 8r* 0x tx ts ,3t 9siI* l*xi

Betina

@ dw l*le a&&*e *&kJmtan

0.18

11.!6

0s

or:

6o*n*

0#

rkflrs:r'N

0{no r**?:&*lc{m{*.{ tw lir{irtd&srq*Te !&Ae w

betina

Gambar3. Scater plot danwhiskerplotkarakter morfometrik utama ikan belida jantan dan betinaFigure 3. Scater plot and whiskerplot of the profound morphometric character of male and female giant

feat.herback

200

tirf\i:rl.,r{

4v

'i -rt''till,l,L,f,i, I i ir-j: l"l li'l .1.l:r:'-'i:,1 ,l i,i

l1.f1Il'Lt

*r

I ;-i+Tr r

L---- I

II T'* l--"ll I l---'l

.!l .li lri I

l"l+rl"l'.r,l"illlillllrr__r LJl " lr_riJ ILJiI I ...i

_.t_

A. Wibowo, Marson / BAWAL VoL a (3) Desember l0l2 : 195-204

Analisis Cluster dan KlasiJikasi Populasi

Tingkat klasifikasi benar yang diestimasi dari prosedur

validasi silang untuk 18 karakt'er morfometrik fungsidiskriminan, unhrk ikan belida jantan berkisar antata 50

sampai l00yo, dengan rata-rata 87,34yo (Tabel 3)'Pengelompokkan individual dengan dendogram (Gambar

4) yang dibentuk dari analisis cluster berdasarkan karaktermorfologi, terlihat pola heterogenitas atau perbedaan

kelompok ikan belida j antan berdasarkan lokasi geografis.

Individu ikan belida yang berasal dari lokasi-lokasisampling di sekitar daerah hilir (Rantau Baru, Langgamdan Kuala Tolam) menjadi satu kelompok yang memilikikesamaan morfologi. Pola yang sama terlihat pada ikan

belida yang berasal dari lokasi hulu Sungai Kampar(Kutopanjang dan Teso).

Analisis jarak genetik menggunakan data sekuense

COI mtDNA dari Genbank, memperlihatkan adanya dua

kelompok individual (cluster). Cluster pertama adalah

kelompok individual yang terdiri dari ikan belida yang

berasal dari stasiun Langgam, Rantau Baru dan Teso dan

cluster keduaadalah ikan belida Kuala Tolam (Gambar 5).

Ikan belida yang berasal dari Stasiun Kuala Tolammemperlihatkan kesamaan morfologi dengan ikan belidadari lokasi yang lain (Gambar 4), namun secara genetik

sudah berbedanyata (Gambar 5).

Tabel 3. Klasifftasi analisis diskriminan karakter morfometrik ikan belida jantan.

Table 3. Classification discriminan analysis of morphometric character of male giant fetaherbaqk

Kelompok Persen Jumlah ikan yang dalam kelompok

WD ST LG RB KT PU RI(

Kutopanjang

Teso

Langgam

Rantau Baru

Kuala Tolam

Putak

Barito

90' 85,71

50

100

85,71

100

100

87.34

90061100100000

l07

2

t2

7

9

10

51

0

0

0

0

0

0

0

I

1

0

t2

0

0

0

0

0

0

0

0

9

0

0

0

0

0

0

0

l0

0

0

0

0

6

.o0

Total Jumlah Sampel

Keterangan: WD : Kutopanjang, ST : Teso, LG : Langgam, RB : Rantau Baru,

KT : Kuala Tolam, Pu : Putak dan RK : Barito

Dendrogram1

20

A (antan)

Dendrogram

10

ind€x

30

index

B (betina)

201

A. Wibowo, Marson / BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 : 195-204

Dendrogram

D (betina)

Gambar4. Dendogram jarak kemiripan antar individual kelompok stasiun ikan belida berdasarkan karaktermorfometrik (A dan B) dan meristik (C dan D)

Figure 4. Dendogram similarity distance among individual in station group of giant featherback based onmorphometric character (A and B) and meristic character (C and D)

Gambar5. Jarak genetik antar populasi stasiun pengambilan sampelFigure 5. Genetic distance among sampling population

BAHASAN

Pengelompokkan populasi ikan terlihat lebih jelasmenggunakan karakter morfometrik di bandingkanmeristik. Variasi bentuk dalam analisis morfometrik, lebihterkait dengan faktor genetik sementara karakter meristiklebih banyak terganfung pada fluktuasi faktor lingkungan(Barlow, 196l) dan sifat dlami data meristik yang terpisahjuga mengurangi ketepatan dalam analisispengelompokkan (Ihssen el a/., 1981).

Ikan belida yang berasal dari lokasi sampling huluSungai Kampar memiliki lebar badan lebih kecil (ramping),kepala lebih besar dan sirip lebih panjang. Karakter badanramping terkait dengan kemampuan berenang. Pada bagianhulu Sungai kampar (Teso) memiliki karakteristik tipehabitat yang berarus, sehingga aktivitas renang didugamembentuk tubuh yang memanjang dibandingkan melebar.

Variasi ukuran kepala tampaknya berhubungan dengan

202

aktivitas menangkap dan memproses mangsa. Kepalayang lebih besar tampaknya cocok untuk mencernamangsa yang masif seperti udang dan beberapa jenis ikan(Gosline, 1996). Makanan ikan belida berupa udang,banyak ditemukan dalam isi perut ikan belida di SungaiTeso. Terkait dengan sirip danpelfic, Gosline, (1996) telahmendokumentasikan sirip memiliki keuntungan proyeksiindividu dalam kolom air dan mempertahankan elevasiketika mereka tidak bergerak, sehingga ikan belida yangberada dilingkungan berarus deras akan memiliki sirip yanglebih panjang.

Perbedaan hasil analisis unit populasi atau stokmenggunakan pendekatan morfologi dan genetikseringkali te{adi (King 1985). Sebagai contoh, Pepin andCar, (1993), melaporkan adanya perbedaan jumlah tulangbelakang yang nyata tidak merefleksikan perbedaan padavariasi sekuense mtDNA. Analisis genetikmengindikasikan bahwa hanya sedikit atau tidak ada

C (iantan)

l

I KubFnians

i

j o*. oo.I

i AP008922

0.ooooo5 0.ooool o-oooo15 0.ooo02 0.oooo25 0.oooo3 0.oooo35 0.oooo4

index

A. Wbowo, Marson / BAWAL Vol

perbedaan genetik diantara individual yang secara

morfologi berbeda (Swaina & Foote, 1999).Ketidaksesuaian hasil analisis morfologi dan genetik dalam

mengidentifikasi unit populasi disebabkan faktorlingkungan yang menyebabkan perbedaan morfologi.Conover, (1998) menginformasikan adaptasi lokal yangmengarah pada terbentuknya plastisitas fenotipik adalah

hal yang biasa terjadi pada ikan, meskipun secara genetikmemiliki karakteristik yang homogen.

Plastisitas fenotipik biasanya adaptif, sehingga ikan-ikan yang secara genetik sama memiliki penampilan yang

berbeda yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya(Swaina & Foote, 1999). Fenomena ini dijumpai pada ikanbelida yang berasal dari stasiun Teso, secara morfologiberbeda dengan Stasiun Langgam dan Rantau Baru karenakarakter morfologinya menyesuaikan lingkungan lokalnamun secara genetik memiliki kesamaan dengan ikanbelida dari Stasiun Langgam dan Rantau Baru yangkarakteristik lingkungan lokalnya berbeda dan secara

geografis berdekatan.

Perbedaan fenotipik yang tampak sebagai hasiladaptasi terhadap kondisi lingkungan tidak menjaminadanya perbedaan genetik. Kesamaan bentuk morfologiikan di alam mungkin saja menyembunyikan perbedaan

genetik yang nyata diantara kelompok ikan yang diamati,sehingga pendekatan secara langsung melihat variasigenetik, merupakan pendekatan yang biasa dilakukanuntuk mengidentifikasi struktur populasi atau identifikasiunitpopulasi (Smithet al., 1990).

KESIMPUIAN

Terdapat perbedaan identifikasi stok berdasarkananalisis secara morfologi dan genetik. Karakter morfologiikan belida (Chitala lopis) di Sungai Kampar, Riaumemperlihatkan pola heterogenitas berdasarkan lokasigeografis karena adanya fenomena plastisitas fenotipik.Analisa menggunakan runutan sekuense D_Z oop mtDNAmendeteksi ikan belida di Sungai Kampar, terdiri dari dua

unit populasi, yaitu populasi bagian hilir dan populasi

bagian hulu.

DAFTARPUSTAKA

Barlow, G.W. 1961. Causes and significance ofmorphological variation infishes. Syst. Zool. l0: 105-

tt].

Begg, G.A & J.R. Waldman . 1999. An holistic approach to

Jish stock identification. Fish. Res. 43:35-44.t\

Conover, D.O. 1998. Local adaptation in marine fishes:evidence and implications for stdck enhancement.Bull. Mar Sci. 62: 471 -493.

4 (3) Deselnber 2012 : 195-204

Emmett, R.L., R.D. Brodeur, T.D. Miller, S.S. Pool, G.K.

Krutzikowsky, P.J. Bentley & J. Mccrae. 2005. Pacifrcsardine (Sardinops sagax) abundance, distribution,and ecological relationships in the Pacific northwest.Calcofi Rep. 46: 122-143.

Fisher, R. A. 1936. The use of multiple measurements intaxonomic problems. The Annals ofEugmbs. 7 : 179-188.

Garcia-Rodriguez,F. J., S. A. Garcia-Gasca, J. D.L. Cruz-Agiiero & V.M. Cota-Gomez. 2011. A study of thepopulation structure of the Pacific sardine Sardinopssagar (Jenyns, 1842) in Mexico based on morphometricand genetic analyses. Frsft eries Res e arch. 107 : I 69 11 6.

Gosline, W.A .1996.Structures associated with feeding inthree broad-mouthed, benthic fish groups. Environ.Biol. Fishes. 47 : 399-405.

Gustiano, R. 2003. Taxonomy and phylogeny ofPangasiidae catfishes from Asia (Ostariophysi,Siluriformes). Thesisfor The Doctor's Degree (Ph.D )Katholieke Universiteit Leuven, Belgium. 296 p.

McQuinn, I.H. 1997. Metapopulations and the Atlanticherring. Rev. Fish Biol. Fish. I : 291 -329.

Hurlbut, T. & D. Clay. 1998. Morphometric and meristicdifferences between shallow- and deep-waterpopulations of white hake (Urophycis tenuis) in thesouthern Gulf of St. Lawrence. Can. J. Fish. Aquat.Sci. 55: 2274-2282.

Ihssen, P.E., H.E. Brooke, J.M. Casselman, J.M. McGlade,N.R. Payne & F.M. Utter. 1981. Stockidentification:materials and methods, Can. J.Fish. Aq.

Scr.38:1838-1855.

King, M. 1985. Fisheries Biology. Assesment and

Management. Fishing News Books, Blackwell Science Ltd

Maclean, J.A. & D.O. Evans. 1981. The stock concept,

discreteness of fish stocks, and fisheries management.

Can. J. Fish. Aquat. Scl. 38, 1889-1898.

Nei, M. lgST.Molecular Evolutionary Genetics. ColombiaUniversity Press. 457 p.

Pepin, P & S.M. Carr. 1993. Morphological, meristic and

genetic analysis of stock structure in juvenile Atlanticcod (Gadus morhua) from the Newfoundland shelf.

Can. J. Fish. Aquat. Sci.50: 1924-1933.

Dinas Perikanan dan Kelautan. 2008. Statistik PerikananTangkap Provinsi Riau. Pekan Baru. Diskanlut.Provinsi Riau. 78 p.

203

A. l4/ibowo, Marson / BAWAL Vol.

Robinson, B.W & K.J. Parsons. 2002. Changing times,spaces, and faces: tests and implications of adaptivemorphological plasticity in the fishes of northernpostglacial lakes. Can. J. Fish. Aryat. &:i., 59:1819-1 833.

Schaefer, K. M. 1991. Geografic variation in morphometriccharacters and gill- raker counts in yellow fin tuna(Tunnus albacares) from pacific ocean. Fish Buletin.89:289-297.

Smith, P.J., A. Jamieson &A.J. Birley. 1990. Elecfophoreticstudies and the stock concept in marine teleosts. ICons. Int. Ex'plor. Mer 47 : 231-245.

Stearns, S.C. 1989. The evolutionary significance ofphenotypic plasticity. BioScience. 39 : 436-445.

Swaina, D.P & C.J. Foote. 1999. Stocks and chameleons:the use ofphenotypic variation in stock identification.Fisheries Research.43: I 13-128.

4 (3) Desember 2012 : 195-204

Tamura K., J. Dudley, M. Nei & S. Kumar. 2007 .MEGA4:Molecular Evolutionary Genetics Analysis (MEGA)software vet'sion 4.0. Molecular Biology andEw luti on I 0. I 09 3 / molbev/msm092.

Turan, C.'1999. A Note on The Examination of. morphometric differentiationamong fishpopulations:

The Truss System. Tr J. of Zoologt.23:259-263.

West-Eberhard, M.J. 1989. Phenotypic plasticity and theorigins of diversity.Annu. Rev. Ecol. Syst.20:249-278.

Wibowo, A., R. Affandi, K. Soewardi & Sudarto. 2010.genetic differentiation of the kampar river's giantfeatherback (Chitala lopis Bleeker 1851) base onmitochondrial dna analysis. Indonesian FisheriesRes earch Journal. 1 6 (2). 49 -58.

204