20
FERMENTASI TEMPE A. TUJUAN 1. Menjelaskan prinsip-prinsip pembuatan produk fermentasi menggunakan kapang 2. Membuat produk fermentasi yaitu tempe 3. Menganalisis kualitas hasil bahan pangan fermentasi yang dibuat menggunakan kapang, khususnya hasil fermantasi mengggunakan bahan kedelai. B. PRINSIP menumbuhkan mikroba tertentu pada substrat sehingga menjadi produk baru akibat proses metabolisme mikroba tersebut. C. TINJAUAN PUSTAKA Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya.

FERMENTASI TEMPE

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FERMENTASI TEMPE

FERMENTASI TEMPE

A. TUJUAN

1. Menjelaskan prinsip-prinsip pembuatan produk fermentasi menggunakan kapang

2. Membuat produk fermentasi yaitu tempe

3. Menganalisis kualitas hasil bahan pangan fermentasi yang dibuat menggunakan

kapang, khususnya hasil fermantasi mengggunakan bahan kedelai.

B. PRINSIP

menumbuhkan mikroba tertentu pada substrat sehingga menjadi produk baru akibat

proses metabolisme mikroba tersebut.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk

yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri,

khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter

xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat.

Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan

alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus

purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya.

Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur

tunggal ataupun kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya

dilakukan pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang

ada di lingkungan. Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

1. Mikrobia

2. Bahan dasar

3. Sifat-sifat proses

4. pilot-plant

5. faktor sosial ekonomi

Page 2: FERMENTASI TEMPE

Mikrobia dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi

syarat-syarat tertentu yaitu:

1. murni

2. unggul

3. stabil

4. bukan pathogen

Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu)

yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses

maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan kultur tunggal mempunyai

resiko yang tinggi karena kondisi harus optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat

digunakan biakan campuran. Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah

mengurangi resiko apabila mikrobia yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam

bidang pangan penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang spesifik.

Pengembangan inokulum yang terdiri campuran biakan murni belum berkembang di

Indonesia. Sebagai contoh, inokulum tempe yang dibuat LIPI masih merupakan inokulum

kultur tunggal sehingga produsen tempe sering mencampur inokulum murni dengan

inokulum tradisional dengan maksud memperoleh hasil yang baik.

Inokulum tape (ragi tape) juga belum berkembang. Di Malaysia, telah dikembangkan

campuran kultur murni untuk membuat tape rendah alkohol. Ini merupakan upaya untuk

memenuhi tuntutan masyarakat yang sebagian besar muslim. Isolatnya sendiri diperoleh

dari ragi yang telah ada di pasaran.

Penggunaan inokulum campuran harus memperhatikan kebutuhan nutrisi

mikroorganismenya. Kultur campuran yang baik adalah model suksesi sehingga antar

organisme tidak bersaing namun saling mendukung untuk pembentukan produk.

Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan

perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul

yang ada harus dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang

Page 3: FERMENTASI TEMPE

diharapkan. Proses rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad

dengan maksud mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk

ikutan.

Pada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak

mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan. Mikrobia yang digunakan adalah

bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia

tertentu. Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat

samping pada lingkungan.

Bahan dasar untuk kepentingan fermentasi dapat berasal dari hasil-hasil pertanian,

perkebunan maupun limbah industri. Bahan dasar yang umum digunakan di negara

berkembang adalah:

1. hasil perkebunan: molaseampas tebu, kulit kopi, kulit coklat, sabut kelapa dsb

2. Hasil pertanian: jerami, singkong, ubi jalar, susu daging, ikan dsb

3. Limbah cair dan padat, sisa pabrik, sampah dsb

Salah satu mikroba yang paling banyak dimanfaatkan untuk membuat produk-produk

fermentasi adalah kapang. Beberapa jenis kapang tertentu seperti Neurospora sitophila,

Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, dan Rhizopus banyak dimanfaatkan untuk

membuat produk-produk dari bahan pangan kacang-kacangan. Umumnya pembuatan

produk kacang-kacangan diatas lebih banyak dikenal masyarakat secara tradisional.

Produk-produk seperti tempe, oncom, dan kecap adalah beberapa contoh produk

fermentasi menggunakan mikroba kapang.

Tempe merupakan makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia, terutama di

kalangan masyarakat Jawa. Tempe adalah salah satu produk fermentasi. Bahan bakunya

umumnya kedelai. Namun selain itu, dikenal juga bahan-bahan baku lainnya, seperti

ampas kacang untuk membuat tempe bungkil, ampas kelapa untuk membuat tempe

bongkrek, ampas tahu untuk membuat tempe gembus, dan biji benguk untuk membuat

tempe benguk.

Page 4: FERMENTASI TEMPE

Pemanfaatan kapang sebenarnya tidak hanya terbatas pada produk-produk tradisional

saja. Hasil-hasil fermentasi kapang yang lebih modern antara lain berupa asam sitrat,

asam asetat, antibiotika, enzim dan sebagainya yang justru belum dikenal masyarakat

secara luas. Kurang dikenalnya produk-produk diatas disebabkan proses fermentasinya

memerlukan ketelitian dan pengawasan yang baik.

Produk-produk fermentasi yang dikembangkan secara tradisional umumnya dapat dibuat

secara alami, dalam arti proses yang dilakukan dapat tercipta secara alami. Namun

adanya tuntutan konsumen terhadap kualitas bahan pangan yang dihasilkan, proses

fermentasi secara tradisional ini mulai diarahkan pada peningkatan mutu. Peningkatan

mutu ini dimulai dari pemilihan bahan baku, kondisi proses, dan penggunaan mikroba

yang lebih murni.

Beberapa produk tradisional diatas, tidak seluruhnya hasil aktifitas kapang. Dalam proses

pembuatannya sering melibatkan mikroba lainnya seperti bakteri. Proses fermentasi

semacam ini dapat dilihat dalam proses fermentasi kecap, dimana mikroba yang terlibat

merupakan mikroba gabungan antara kapang dan bakteri. Beberapa produk pangan

lainnya seperti oncom dan tempe merupakan produk fermentasi murni yang berasal dari

fermentasi kapang. Kelemahan produk fermentasi kapang ini adalah tidak dapat bertahan

lama, karena dominasi kapang dalam proses fermentasi umumnya terbatas. Sebagai

contoh, tempe akan mengalami kebusukan yang diakibatkan pertumbuhan bakteri

pembusuk setelah setelah pertumbuhan kapang terhenti.

Proses pembuatan tempe adalah proses peragian (fermentasi) oleh kapang Rhizopus sp,

yaitu R. orizae, R. chlamidosporus. Spora kapang ini tumbuh pada kedelai dan

membentuk benang-benang (miselium) yang mengikat biji-biji kedelai satu dengan lain

sehingga didapatkan massa yang kompak. Selama waktu inkubasi, Rhizopus sp yang

digunakan adalah yang terdapat pada tempe yang sudah jadi atau pada bekas

pembungkusnya. Spora kapang ini juga dapat diawetkan pada daun waru (Hibiscus

tiliaceus).

Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan

oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi

Page 5: FERMENTASI TEMPE

tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus

antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika,

biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,

perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai

Tempe yang baik bentuknya keras dan kering serta didalamnya tidak mengandung

kotoran dan campuran bahan-bahan lain. Tetapi sayangnya tempe tidak dapat disimpan

lama, maksimal tahan selama 2 x 24 jam. Setelah lewat masa itu kapang tempe akan mati,

selanjutnya akan tumbuh jamur dna bakteri-bakteri lain yang dapat merobak protein

sehingga tempe menjadi busuk.

Secara kuntitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah daripada nilai gizi kedelai. Namun

secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang

lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat

aktivitas enzim proteolitik.

Zat Gizi Satuan Komposisi Zat Gizi 100 gram bdd*

Kedelai Tempe Kedelai

Energi (kal) 381 201

Protein (gram) 40,4 20,8

Lemak (gram) 16,7 8,8

Hidrat arang (gram) 24,9 13,5

Serat (gram) 3,2 1,4

Abu (gram) 5,5 1,6

Kalsium (mg) 222 155

Fosfor (mg) 682 326

Besi (mg) 10 4

Karotin (mkg) 31 34

Vitamin A (SI) 0 0

Vitamin B1 (mg) 0,52 0,19

Vitamin C (mg) 0 0

Air (gram) 12,7 55,3

*bdd (berat yang dapat dimakan) (%) 100 100, Sumber: Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia Depkes RI

Dir. Bin.Gizi Masyarakat dan Puslitbang Gizi 1991

Page 6: FERMENTASI TEMPE

D. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Dandang

Kalo

Kompor

Tampah

Pengaduk kayu

Seal plastic

Baskom

Jarum penusuk

Kedelai

Daun pisang

Inokulan (ragi tempe)

Bahan bakar

Kantong plastic

E. PROSEDUR

1. Kedelai kupas basah

a. Rendam kedelai dalam air mendidih selama 1 malam

b. Cuci dan buang bagian kedelai yang mengambang, kemudian remas-remas sehingga

kulitnya terlepas dan keping bijinya terbelah. Sementara itu masak air hingga

mendidih.

c. Kukus kedelai yang sudah bersih dalam dandang yang airnya sudah mendidih selama

30 menit

d. Keluarkan isi kedelai dari dalam dandang, tiriskan dalam kalo, lalu taburkan dalam

tampah sehingga dingin

e. Selama menunggu kedelai dingin, siapkan kantong plastik dan daun pisang sebagai

pembungkus. Lakukan penusukan pada kantong plastik dengan jarak 3 cm secara

vertikal dan horizontal.

f. Campurkan inokulum (ragi tempe) dengan kedelai matang yang sudah dingin secara

merata. Usahakan proses pencampuran tidak dilakukan dengan tangan.

g. Masukan bakal tempe kedalam masing-masing pembungkus. Untuk kantong plastic

isi kira-kira setengahnya, lalu ujungnya direkatkan dengan penutup plastic (sealer).

Untuk daun pisang lipat sedemikian rupa sehingga berupa bungkusan.

Page 7: FERMENTASI TEMPE

h. Fermentasikan bakal tempe tersebut kira-kira 36-48 jam pada rak-rak yang kemudian

ditutup dengan karung goni atau langsung masukan dalam laci-laci.

2. Kedelai kupas kering

a. Kupas kedelai yang masih kering (kadar air 12-13%) dengan alat pengupas kulit yang

sekaligus kulit arinya bisa terbuang

b. Cuci kedelai untuk membersihkan kotoran yang masih terdapat di kedelai

c. Rendam kedelai selama 12 jam dengan pH akhir 3-5 (bisa ditambahkan asam cuka)

d. Lakukan pencucian kembali yang diikuti dengan pengupasan kulit ari pada kedelai

yang belum terkupas dan pencucian dilakukan sampai air cucian bening

e. Kedelai direbus sampai matang (2 jam)

f. Kedelai yang sudah direbus diangkat dan diriskan sambil dikeringanginkan sampai

benar-benar tiris. Pendinginan kedelai dilakukan dengan cara dihamparkan diatas

tampah besar

g. Setelah kedelai benar-benar tiris, inokulasikan dengan pemberian ragi tempe, untuk

setiap 1 kg kedelai memerlukan 1 sendok teh ragi tempe. Ragi diratakan pada kedelai

sampai benar-benar rata.

h. Kedelai yang sudah tercampur ragi selanjutnya dikemas dalam kantong plastik atau

daun yang telah ditusuk-tusuk dengan lidi. Diameter 1 mm dan jarak antar lubang 2 x

2 cm

i. Setelah selesai dikemas dilanjutkan dengan fermentasi (pemeraman) pada suhu kamar

Selama 36-48 jam

Page 8: FERMENTASI TEMPE

F. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Kedelai kupas basah

No Parameter Perlakuan Jenis Kemasan

Plastik Daun pisang

1 Warna Kecoklatan Kecoklatan

2 Bau Busuk Busuk

3 Tekstur Lembek Lebih lembek dari tempe dalam

plastik

4 Rasa - -

5 Kenampakan Tidak kompak, terdapat jamur

berwarna hitam, berlendir

Tidak kompak, terdapat jamur

berwarna kehitaman berlendir

2. Kedelai kupas kering

No Parameter Perlakuan Jenis Kemasan

Plastik Daun pisang

1 Warna Putih agak coklat Kuning agak coklat

2 Bau Khas tempe Asam

3 Tekstur Agak keras Agak lembek

4 Rasa Agak getir pahit

5 Kenampakan Tidak kompak, terdapat jamur

berwarna hitam

Tidak kompak, terdapat jamur

berwarna hitam

G. PEMBAHASAN

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa

oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan

tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi

dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Persiapan atau pengawetan bahan pangan dengan proses fermentasi tergantung pada

produksi oleh mikroorganisme tertentu, perubahan-perubahan kimia dan fisik yang

Page 9: FERMENTASI TEMPE

merubah rupa, bentuk (body) dan flavor dari bahan pangan aslinya. Perubahan-perubahan

ini dapat memperbaiki gizi dari produk dan umumnya menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah

proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan

senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses

fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe,

yoghurt, dan tahu.

Tempe merupakan makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia, terutama di

pulau jawa. Tempe kedelai mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Selain mengandung

protein sekitar 19,5% tempe kedelai mengandung lemak sekitar 4%, karbohidrat 9,4%

dan vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram. Kadar asam lemak jenuhnya rendah dan

tidak mengandung kolestrol. Rasanya lezat dan harganya relative murah. Berbagai bahan

dasar dapat digunakan untuk membuat tempe misalnya biji kecipir, ampas tahu, kara

benguk, dan lain-lain, tetapi yang banyak dikenal adalah tempe dari kedelai.

Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan

oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi

tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus

antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika,

biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen,

perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai.

Kapang berlawanan sifat dengan bakteri dan khamir, seringkali dapat dilihat dengan

mata. Sifat pertumbuhannya yang khas adalah berbentuk kapas. Organisme ini dapat

memecah bahan-bahan organik kompleks menjadi menjadi yang lebih sederhana

termasuk pembusukan.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang

merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi

komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma

khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Page 10: FERMENTASI TEMPE

Gambar 1. Tempe

Praktikum proses fermentasi tempe kedelai dilakukan dengan menggunakan dua metode

pengupasan yang berbeda, yaitu pengupasan cara basah dan cara kering, dan dikemas

dengan dua bahan berbeda yaitu menggunakan plastik dan daun pisang. Hasil dari kedua

metode pengupasan dan kemasan berbeda tersebut dibandingkan.

Proses Pengupasan kulit ari dapat dilakukan sebelum atau sesudah perendaman.

Pengupasan kulit ari perlu dilakukan karena dalam kulit ari tersebut mengandung

senyawa anti jamur. Bentuk senyawa ini tidak disebutkan tetapi bersifat larut dalam air

perendaman dan pemasakan, sehingga bila kedelai dikupas sebelum direbus maka kapang

akan menghasilkan miselia yang baik dan menghasilkan bau yang disukai.

Gambar 2. Pengupasan Cara Basah

Page 11: FERMENTASI TEMPE

Pada pengupasan kulit ari diusahakan keping biji kedelai terpisah karena penetrasi

miselium kapang banyak terjadi pada permukaan yang datar daripada lengkung,

pengupasan dengan menggunakan mesin pengupas kedelai dapat meningkatkan produksi

dan lebih terjamin kebersihannya. Secara umum pengupasan kulit ari ini menggunakan

cara basah. Pada cara ini dibutuhkan air dalam jumlah yang banyak jika dibandingkan

dengan cara kering. Pada cara basah membutuhkan air ± 350 liter untuk 10 kg kedelai

kering. Sedangkan bila menggunakan cara kering, air tidak dibutuhkan dalam proses

pengupasan maupun pemisahan kulit ari kedelai, air pada cara pengupasan kering hanya

digunakan untuk pencucian dan perebusan saja.

Perendaman merupakan tahapan yang penting dalam proses pembuatan tempe. Dalam

pertumbuhan kapang tempe membutuhkan substrat yang asam atau pH rendah kisaran 3-

6. Dan selama perendaman pH air turun dari 6,5 sampai 4,5-5,0. Perendaman

dimaksudkan untuk menginaktifkan bakteri yang tidak diinginkan. Kedelai mengandung

senyawa rafinosa dan stakiosa yang dapat menyebabkan perut kembung. Namun selama

proses perendaman beberapa bakteri mampu merombak rafinoso dan stakiosa menjadi

senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan

pencernaan dan perut kembung.

Setelah kedelai dibuang kulitnya, proses selanjutnya adalah perebusan. Perebusan

umumnya dilakukan dua kali, perebusan pertama dimaksudkan untuk memudahkan

pengupasan cara basah. Sedangkan perebusan kedua ditujukan untuk membunuh bakteri

kontaminan yang tumbuh saat perendaman, mengurangi senyawa yang berbentuk buih

pada permukaan kedelai yang dapat menyebabkan keracunan, melepaskan nutrisi yang

dapat menunjang pertumbuhan kapang, serta menghancurkan tripsin inhibitor.

Kedelai yang sudah direbus tersebut kemudian ditiriskan. Penirisan dilakukan setelah

kedelai turun dari perebusan. Penirisan dilakukan agar kelebihan air dapat dihindari, jika

air bebas yang tersedia terlalu banyak akan mendorong pertumbuhan bakteri namun bila

terlalu sedikit dapat menyebabkan dehidrasi pada permukaan kedelai sehingga

menghambat pertumbuhan kapang.

Page 12: FERMENTASI TEMPE

Kedelai yang telah ditiriskan lalu didinginkan. Proses pendinginan dimaksudkan agar

suhu kedelai turun sesuai suhu kamar karena bila suhu kedelai terlalu tinggi saat

inokulasi maka pertumbuhan kapang akan terganggu.

Tahap selanjutnya adalah inokulasi, kedelai dicampur dengan ragi tempe. Ragi tempe

yang dipergunakan saat praktikum adalah ragi tempe dari LIPI. Dalam proses inokulasi

dibutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi, karena pada tahap ini rentan sekali terjadi

kontaminasi.

Gambar 3. Kedelai yang sudah ditambahkan ragi tempe

Setelah kedelai diinokulasi kemudian dikemas untuk mengkondisikan sedikit oksigen

sesuai kebutuhan kapang. Syarat kemasan tempe antara lain : dapat memberikan cukup

oksigen yang dibutuhkan kapang, dan dapat memungkinkan pengeluaran uap air,

sehingga air tidak menempel pada kedelai yang dapat mendorong pertumbuhan bakteri

kontaminan. Pemeraman atau fermentasi dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi ragi.

Semakin tinggi suhu fermentasi semakin cepat pertumbuhan kapang namun apabila suhu

fermentasi mencapai lebih dari 40oC akan menghambat pertumbuhan kapang. Kemasan

yang dipergunakan ada 2 macam, yaitu plastik dan daun pisang. Dari hasil praktikum dan

pengamatan secara organoleptik, diketahui :

Page 13: FERMENTASI TEMPE

1. Pengupasan Cara Basah

Tempe dengan pengupasan cara basah yang dikemas dengan plastik memiliki

karakteristik fisik sebagai berikut : warna kecoklatan, berbau busuk, dan tekstur lembek,

dan penampakan tidak kompak, terdapat jamur berwarna hitam dan berlendir, Hal yang

sama juga terjadi pada tempe yang dikemas dengan daun pisang. Hal tersebut

kemungkinan diakibatkan terjadinya kontaminasi dari mikroba pathogen, sehingga

mikroba yang tumbuh tidak hanya Rhizopus sp tetapi juga jamur dan bakteri. Pengamatan

untuk parameter rasa tidak dapat dilakukan, karena kondisi tempe yang sudah tidak

memungkinkan untuk dikonsumsi.

2. Pengupasan Cara Kering

Pada pembuatan tempe dengan cara kering, proses pengupasan tidak dilakukan saat

praktikum. Dari hasil praktikum dan pengamatan secara organoleptik, diketahui tempe

yang dikemas dengan plastik memiliki warna putih agak coklat, berbau khas tempe,

tekstur agak keras dengan rasa agak getir, penampakan tidak kompak dan terdapat jamur

berwarna hitam.

Sedangkan untuk tempe yang dikemas dengan daun pisang berwarna kuning agak coklat,

berbau asam, agak lembek, rasanya pahit, penampakan tidak kompak dan terdapat jamur

berwarna hitam. Akan tetapi keduanya tidak memiliki kerusakan separah pada tempe

yang dikemas dengan plastik.

H. KESIMPULAN

Tempe yang dikupas dengan cara basah, baik yang dikemas dengan plastik maupun

dengan daun pisang mengalami kontaminasi oleh mikroba pathogen sehingga terjadi

kebusukan yang menyebabkan warna, penampakan, tekstur dan bau yang menyimpang.

Sedangkan pengupasan cara kering, meskipun jauh dari standar tempe yang baik, akan

tetapi kerusakan yang terjadi tidak separah pada tempe yang dikupas dengan cara basah.

Page 14: FERMENTASI TEMPE

I. DAFTAR PUSTAKA

Buckle. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press

http://www.indonesiapintar.or.id

www.wikipedia.org

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/PIWP/TEMPE.PDF.

http://www.shvoong.com

http://www.lautanindonesia.com

http://www.gizi.net

http://freddish.wordpress.com

http://community.um.ac.id

http://ptp2007.wordpress.com

http://www.yuwie.com