42
PRECAUTIONS TO PREVENT POLLUTION THE MARINE ENVIRONMENT

Fight Pollution

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fight Pollution

PRECAUTIONS TO PREVENT POLLUTION THE MARINE ENVIRONMENT

Page 2: Fight Pollution
Page 3: Fight Pollution

TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN

“ Peserta Diklat mengerti tentang tanggung jawab sebagai pelaut dalam pencegahan polusi di laut. “

Page 4: Fight Pollution

TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN :

1.Peraturan penanganan sampah di kapal.2.Peraturan tentang limbah manusia (sewage)3.Peraturan tentang polusi minyak4.Kewajiban ganti rugi terhadap pelanggaran

peraturan perlindungan lingkungan.

Page 5: Fight Pollution

FAKTA MEMBUKTIKAN :

1. Pencemaran minyak akibat pengoperasian kapal a. Kecelakaan kapal (tubrukan, kandas tenggelam dll.) b. Pengoperasian rutin kapal seperti pembersihan tanki atau air limbah pengoperasian mesin dll.2. Minyak bukanlah satu – satunya pollutant di laut Pada tahun 1975, dari hasil survey the National Academy of Sciences memperkirakan bahwa sekitar 7 Milyar Kilogram limbah telah dibuang ke laut setiap tahunnya. 3. Lebih dari 85% darinya diperkirakan adalah dari industri pengoperasian kapal

Page 6: Fight Pollution
Page 7: Fight Pollution
Page 8: Fight Pollution
Page 9: Fight Pollution

MT. EXXON VALDEZ KANDAS DI PERAIRAN ALASKA

MENJADI SALAH SATU MOMENT BERSEJARAH DALAM PERKEMBANGAN PERATURAN PENCEGAHAN POLUSI DI USA

Page 10: Fight Pollution

APA YANG SEHARUSNYA KITA KAJI :

• Hukum dan peraturan yang dibuat khusus untuk mengurangi dan membatasi pencemaran di laut;

• Jenis bahan pencemar (marine pollutants) dan pengaruhnya terhadap lingkungan;

• Prosedur dan tanggung jawab awak kapal terhadap pencegahan polusi;

Page 11: Fight Pollution

PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN

MARPOL 73/78 terdiri dari VI Annex : Diberlakukan tgl. 10-02-1983

1. ANNEX I Peraturan pencegahan pencemaran minyak.2. ANNEX II Peraturan pencegahan pencemaran cairan yang

merusak dan merugikan dalam bentuk curah.3. ANNEX III Peraturan pencegahan pencemaran bahan – bahan berbahaya dalam bentuk kemasan.4. ANNEX IV Peraturan pencegahan pencemaran yang berasal

dari kotoran atau limbah hasil pengoperasian kapal (sewage).5. ANNEX V Peraturan pencegahan pencemaran yang berasal dari

sampah (Garbage).6. ANNEX VI Peraturan Pencegahan Pencemaran Udara yang

berasal dari kapal (Air Pollution).

Page 12: Fight Pollution

PEMBUANGAN MINYAK, LIMBAH DAN SAMPAH :

1. Idealnya seharusnya tidak dibuang ke laut.

2. Pertimbangan kerusakan lingkungan laut maupun pantai termasuk daerah khusus (special area).

3. Pembuangan sampah harus mempertimbangkan jenisnya. Sampah plastik dilarang dibuang, selain itu jarak dengan pantai harus diperhatikan bila akan melakukan pembuangan

4. Minyak tidak boleh dibuang ke laut, yang diperbolehkan adalah oily water mixture dan harus dimonitoring kandungan minyaknya. Kandungan minyak sebelum dibuang ke laut harus dikurangi baik dengan gravity tank atau OWS

5. Pembuangan air yang mengandung minyak dari kapal tanker harus dipertimbangkan dengan catatan kandungan minyak akan terurai sebelum sampai di pantai,sehingga tidak membahayakan habitat laut.

Page 13: Fight Pollution

6. Jika karena pembatasan peraturan, sehingga oily waters tidak boleh dibuang ke laut maka harus tetap disimpan di kapal, untuk selanjutnya dibawa ke darat, ini termasuk cooking oil dari galley.

7. Penggunaan Grinding dan Communiting equipment untuk Food waste, tapi negara tertentu seperti USA & Australia menetapkan peraturan khusus untuk pembuangan food waste.

8. Sewage harus diproses dan didesinfectan sebelum dibuang

9. Pencatatan di dalam Oil Record Book dan Garbage Record Book

Page 14: Fight Pollution

DEFINISI DARATAN TERDEKAT (NEAREST LAND)

DALAM KONSEP PEMBATASAN PEMBUANGAN

1.Dari baseline dari mana laut teritorial diukur

2.Titik - titik tertentu yang ditetapkan pemerintah setempat (contoh Great Barrier Reef)

Page 15: Fight Pollution

PERATURAN PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH MINYAK

(MARPOL 73/78 ANNEX I) – 2 Okt 1983

Oil / MinyakAdalah minyak tanah dalam berbagai bentuknya termasuk

minyak mentah ( crude ) , bahan bakar, kotoran /endapan minyak , sisa produksi minyak, daur ulang minyak, ( yang tidak termasuk dalam bahan kimia yang diatur dalam Annex II konvensi ini )

Special Area / Daerah Khusus Adalah suatu daerah dimana untuk alasan teknis tertentu yang

dimengerti sehubungan dengan keadaan oseanografis dan lingkungannya dan karena karakter tertentu dalam lalu lintasnya memerlukan metoda wajib yang khusus dalam rangka pencegahan pencemaran oleh minyak . Area khusus ini termasuk dalam daftar pada pasal 10 Annex ini.

Page 16: Fight Pollution

SPECIAL AREA UNTUK MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN : (Annex I Marpol 73/78)

1. LAUT MEDITERANEAN

2. LAUT BALTIC

3. LAUT HITAM

4. LAUT MERAH

5. TELUK PERSIA

6. TELUK ADEN

7. ANTARTIC

8. NORTH WEST EUROPEAN WATERS

9. LAUT KARIBIA (TELUK MEXICO)

Page 17: Fight Pollution

CONTROL PEMBUANGAN MINYAK DARI KAPAL YANG BEROPERASI DI SPECIAL AREA (REGULATION 10)

1. Pembuangan Minyak dari kapal tanker dan kapal lain berukuran ≥400 gt dilarang.

2. Pembuangan minyak dari kapal apapun di daerah antartic dilarang

3. Pembuangan dari kapal selain tanker dengan ukuran < 400 gt diijinkan bila kandungan minyaknya tidak melebihi 15 ppm.

4. Aturan di atas tidak berlaku untuk pembuangan dari CBT dan SBT

5. Aturan di atas tidak berlaku untuk pembuangan dari kamar mesin

Page 18: Fight Pollution

KECUALI DALAM KONDISI :

1. AIR GOT TIDAK BERASAL DARI CARGO PUMPROOM BILGES

2. AIR GOT TIDAK TERCAMPUR DENGAN OIL CARGO RESIDU

3. KAPAL SEDANG BERLAYAR

4. TIDAK MELEBIHI 15 ppm

5. MEMILIKI FASILITAS OIL FILTERING

6. OIL FILTERING MAMPU MENGHENTIKAN PROSES PEMBUANGAN SECARA OTOMATIS JIKA KANDUNGAN MINYAK MELEBIHI 15 PPM

Page 19: Fight Pollution

CONTROL PEMBUANGAN MINYAK DI LUAR SPECIAL AREA

(REGULATION N 9)

A. KAPAL TANKER

1. Tidak di dalam special area.

2. > 50 nm dari daratan terdekat.

3. Sedang berlayar.

4. Discharge rate tidak lebih dari 30 ltrs per nm

5. Untuk Existing Tanker tidak lebih dari 1/15000 dari total

muatan, untuk New Tanker tidak lebih 1/30000 dari total

muatan (residue muatan).

6. Mengoperasikan ODM dan Slop Tank.

Page 20: Fight Pollution

B. KAPAL ≥ 400 GT SELAIN TANKER YANG MEMBUANG CAMPURAN MINYAK DARI GOT KM DAN BUANGAN DARI CARGO PUMPROOM BILGE SEBUAH TANKER MINYAK

1. Tidak di special area

2. Sedang berlayar

3. Tidak melebihi 15 ppm

4. Mengoperasikan ODM dan OWS

Aturan di atas tidak digunakan untuk pembuangan berasal dari SBT, Campuran minyak yang tidak diproses yang berasal dari sumber selain cargo pumproom.

Page 21: Fight Pollution

SEGREGATED BALLAST TANK, CLEAN BALLAST TANK DAN LOAD ON TOP SYSTEM :

1. Tanker dibangun setelah 6 July 1993 dgn Double hull atau sebelumnya harus memiliki SBT dengan piping dan pumping system sendiri.

2. Kapal lebih tua dari itu dapat terus menggunakan CBT yaitu tanki bekas muatan yang digunakan untuk ballast.

3. Residu hasil tank cleaning dapat ditimpa dengan muatan berikutnya dengan LoT. (Slop Tank design)

4. Clean Ballast yang dimaksud bila dibuang ke laut maka pada air tenang dan cuaca cerah tidak akan nampak warna minyak di permukaan air

Page 22: Fight Pollution

SEMUA TANKER YANG OLEH MARPOL 73/78 DIIJINKAN MEMBUANG CLEAN BALLAST DI PELABUHAN DAN SPECIAL AREA HARUS MELAKUKAN :

1. Melakukan inspeksi pada permukaan cairan untuk melihat apakah ada tanda minyaknya

2. ODM harus dioperasikan

3. Mengamati permukaan laut bila ada tanda minyak

Page 23: Fight Pollution

ATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN ZAT CAIR YANG BERACUN CURAH

(MARPOL 73/78 ANNEX II) – 1 April 1987

Annex II ini berlaku untuk semua kapal yang mengangkut muatan curah cair yang beracun, kecuali yang ditentukan lain oleh konvensi MARPOL 73/78( reg.2 )

Zat cair beracun ( Noxious liquid substance )Semua zat tersebut dalam appendix II Annex II ,yang menyebutkan daftar zat cair beracun sebagaimana terdaftar dalam Chapter 17 dan 18 Pada International Bulk Chemical Code.

International Bulk Chemical Code (IBCC )Adalah Aturan Internasional yang mengatur mengenai Kontruksi dan peralatan Kapal yang mengangkut zat kimia berbahaya didalam tangki.

Page 24: Fight Pollution

ATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN ZAT BERBAHAYA DALAM BENTUK KEMASAN

(MARPOL 73/78 ANNEX III)- 1 Juli 1992

Annex III ini berlaku untuk semua kapal yang mana sedang mengangkut bahan - bahan berbahaya dalm kemasan ( reg. 1.(1) ) dan mulai berlaku dengan resmi 1 July 1992.

1. Harmful substances ( bahan - bahan berbahaya ) adalah semua bahan yang diidentifikasikan sebagai pollutant (penyebab polusi ) di laut di

d alm IMDG -International Maritime Dangerous Good

2. Packaged Form adalah semua bentuk kemasan selain yang termasuk bagian dari bagian kapal sebagaimana termaksud dalam IMDG Code

Annex III melarang semua bentuk pengangkutan Bahan-bahan berbahaya kecuali dengan mematuhi peraturan dalam IMDG Code Pengengemasan, pemberian tanda, pemberian label, dokumentasi, pemadatan, pembatasan jumlah dan pengecualian untuk mencegah

atau mengurangi dampak pencemaran yang mungkin ditimbulkan

Page 25: Fight Pollution

ATURAN PEMBUANGAN SEWAGE (LIMBAH MANUSIA)

(MARPOL 73/78 ANNEX IV) – Not yet In Force

Sewage ( limbah ) berarti :a. Pembuangan dari toilet, urinal ( tempat kencing )

dan saluran saluran WC lainnya.b. Pembuangan dari saluran limbah medis (

pispot, dispensary/obat obatan ) dll, c. Pembuangan dari tempat - tempat di mana

berisi binatang - binatang hidup atau, d. Semua air pembuangan yang tercampur hal-

hal tersebut di atas

Page 26: Fight Pollution

ATURAN PEMBUANGAN SEWAGE (LIMBAH MANUSIA)

1. Amerika adalah salah satu negara yang paling ketat dalam pengawasan pembuangan sewage

2. Kapal yang dikenai penerapan aturan ini

a. Kapal baru berukuran ≥ 200 GT

b. Membawa crew lebih 10 orang

c. Kapal lama dikenai aturan setelah 10 tahun sejak aturan ini diberlakukan

Page 27: Fight Pollution

KAPAL YG MENJADI OBYEK ATURAN DI ATAS HARUS :

1. Dilengkapi dengan sewage treatment plant yang sesuai dengan standar yang ditentukan.

2. System penghancur limbah dan desinfectan harus sesuai dengan type yang diapproved oleh administrasi

3. Kapal harus memiliki tangki penampung limbah yang disetujui oleh administration dan kpasitasnya sesuai dengan operasi kapal, jumlah orang di atas kapal dan faktor lain.

4. Kapal harus dilengkapai dengan pipa keluar untuk membuang sewage. Saluran pipa ini harus sesuai dengan standar yang disyaratkan.

Page 28: Fight Pollution

PEMBUANGAN SEWAGE DILARANG , KECUALI JIKA :

1. Kapal membuang sewage yang telah dihancurkan dan didisinfektan pada jarak > 4 nm dari nearest land

2. Kapal membuang sewage yang belum dihancurkn dan didisinfektan pada jarak > 12 mil dari nearest land

3. Jika tidak maka sewage harus ditampung dulu di tangki penampung

4. Saat membuang kapal harus melaju tidak kurang dari 4 knot

5. Kapal yang telah dilengkapi sewage treatment harus

a. Melakukan tes sesuai International sewage pollution prevention certificate (1973)

b. Buangan tidak boleh menghasilkan padat terapung, berwarna di sekitar perairan pembuangan.

c. Kapal yang berlayar di wilayah pemerintah tertentu harus tunduk pada peraturan pembuangan sewage setempat

Page 29: Fight Pollution

ATURAN PEMBUANGAN SAMPAH (GARBAGE)

MARPOL 73/78 ANNEX V – 31 Des 1988

Sampah

Adalah semua jenis sisa makanan dari atas kapal dan sisa operasional tidak termasuk ikan segar dan bagian-bagian lainnya, yang dihasilkan selama pengoperasian kapal secara normal yang diharuskan dibuang secara terus menerus atau secara berkala kecuali zat- zat yang mana telah dicantumkan dalam aturan aturan lainnya pada konfensi terakhir.

Pemberlakuan/ Penerapan ( Reg.2 )Diberlakukan untuk semua kapal- kapal tidak

terkecuali yang tercantum dalam annex ini

Page 30: Fight Pollution

ATURAN PEMBUANGAN SAMPAH (GARBAGE)

1. Kapal ≥ 400 GT atau dengan crew ≥ 15 orang harus menerapkan GARBAGE MANAGEMENT PLAN

2. Menunjuk Garbage Officer

3. Memelihara Garbage Record Book dan menyimpan selama 2 tahun sejak catatan terakhir dimasukkan

4. Memisahkan sampah dalam 6 jenis :

a. Plastik

b. Terapan, Lapisan dan bahan pengemas yang terapung

c. Kertas, kain, glass, botol, metal dan tembikar yang tenggelam

d. Kertas, kain, glass, botol, metal dan tembikar tdk tenggelam

e. Sisa makanan

f. Abu bekas incinerator

Page 31: Fight Pollution

SAMPAH – SAMPAH DI ATAS HARUS DIKUMPULKAN DAN DIPISAHKAN DALAM TEMPAT TERPISAH BERIKUT :

1. Container bekas makanan

2. Container sampah yang bisa diuraikan (biodegradable)

3. Plastik dan campuran plastik serta non plastik yang tidak bisa diuraikan (non biodegradable)

4. Recyclable waste seperti gelas, steel, kaleng, aluminium dll.

5. Sebaiknya masing – masing container diberi warna berbeda dan menyolok agar mudah dibedakan

Page 32: Fight Pollution

MESIN PEMROSES SAMPAH DI KAPAL

1. COMMINUTION (PENGHANCUR SAMPAH MENJADI BAGIAN – BAGIAN KECIL)

2. COMPACTION (MENGKOMPRESS SAMPAH SEPERTI KALENG, KERTAS DLL MENJADI KOTAK – KOTAK/BLOK)

3. INCINERATOR (MEMBAKAR SAMPAH)

Page 33: Fight Pollution

PEMBUANGAN SAMPAH DI DALAM SPECIAL AREA TERMASUK GREAT BARRIER REEF (Australia)

1. Dilarang dibuang ke laut :

a. Semua jenis plastic termasuk synthetic rope, synthetic fishing

net dan kantong sampah plastik

b. Semua jenis sampah termasuk kertas, glass, metal, kain,

tembikar, kemasan, terapan dll.

2. Sampah makanan dapat dibuang sejauh mungkin dari pantai tidak boleh kurang dari 12 nm dari daratan terdekat.

3. Pembuangan sampah makanan di laut karibia harus dihancurkan dulu di communition sehingga besarnya tidak lebih besar dari 25 mm dan harus jauh dari pantai tidak boleh kurang dari 3 nm.

Page 34: Fight Pollution

PEMBUANGAN SAMPAH DI LUAR SPECIAL AREA

1. Dilarang dibuang ke laut semua jenis plastik termasuk tali sintetis, jaring sintetis dan kantong sampah plastik.

2. Sampah yang boleh dibuang ke laut harus sejauh mungkin dari pantai terdekat dengan catatan tidak boleh kurang dari :

a. 25 nm untuk sampah bekas terapan, lapisan, kemasan yang terapung

b. 12 nm untuk sampah makanan dan sampah lain termasuk kertas, kain, glass, metal, botol, tembikar dll.

2. Pembuangan sampah jenis 2b di laut harus dihancurkan dulu di communition sehingga besarnya tidak lebih besar dari 25 mm dan harus jauh dari pantai tidak boleh kurang dari 3 nm.

Page 35: Fight Pollution

WAKTU YANG DIBUTUHKAN AGAR SAMPAH YANG DIBUANG KE LAUT BERIKUT BISA HANCUR

KARCIS KERETA 2 -4 Minggu

KAIN COTTON 1 – 5 Bulan

TALI SINTETIS 3 – 14 Bulan

BAJU WOOL 1 Tahun

KAYU YG DICAT 13 Tahun

KALENG 100 Tahun

KALENG ALUMINIUM 200 – 500 Tahun

BOTOL PLASTIC 450 Tahun

Sumber : Hellenic Marine Environment Protection Association (HELMEPA)

Page 36: Fight Pollution

ATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN UDARA

(MARPOL 73/78 ANNEX VI)

1. Mengatur gas buang yang berasal dari pengoperasian kapal

2. Sulphur oxide dan nitogen oxide berasal dari emisi gas buang kapal dan gas perusak Ozone

3. SOx Emision control, kandungan sulphur dalam BB kapal tidak boleh melebihi batas ambang

4. Jika tidak kapal harus memiliki control equipment untuk mengontrol exhaust gas

5. Melarang penggunaan gas perusak ozone i.e. CFCs, halon

6. Membatasi gas buang yang mengandung NOx (Nitrogen Oxides)

Page 37: Fight Pollution
Page 38: Fight Pollution
Page 39: Fight Pollution

PEMBUANGAN AIR BALLAST BERSIH

Ballast bersih dapat di buang ke laut dalam jarak 50 mil dari daratan

terdekat dan di dalam area khusus. Akan lebih baik jika peraturan setempat di check untuk mengetahui apakah pembongkaran ballast bersih di ijinkan atau tidak.

Bila ballast bersih di bongkar melalui ODM, maka air ballast yang di buang ke laut di anggap sudah bersih, meskipun terlihat adanya bekas minyak, aslkan kandungan minyak yang di bongkar tidak >15 ppm.

Apakah di lengkapi ODM atau tidak, maka di tempat pembuangan ballast harus di awasi terutama pada waktu mengeringkan dasar tangki karena waktu ini merupakan waktu yang paling mungkin adanya minyak terpompa keluar.

Bila terlihat adanya minyak terpompa keluar, maka pemompaan di hentikan.

Page 40: Fight Pollution

PEMBONGKARAN AIR TANGKI SLOP

Sebelum di buang, maka air dari slop tank di endapkan terlebih

dahulu ± 36 jam, sehingga air dan minyak dapat terpisah dengan sempurna, dan batas antara minyak dan air dapat diketahui.

Setelah di endapkan, maka air yang ada pada lapisan bawah dapat di buang ke laut dengan kecepatan rendah sampai ke dalaman air tinggal 20 % dari kedalaman tanki dengan menggunakan alat monitoring. Pekerjaan ini akan lebih baik bila di kerjakan pada waktu laut tenang.

Hentikan pemompaan, lalu periksa batas permukaan minyak / air.Lanjutkan pemompaan dengan system stripper sampai mencapai

kedalaman air yang telah di tentukan sebelumnya.Hentikan pemompaan jika telah mencapai kedalaman yang telah

ditentukan atau jika minyak keluar sebelum mencapai kedalaman air yang ditentukan sebelumnya.

Bilaslah system stripper yang telah di gunakan dan air bilasnya dimasukkan ke dalam slop tank yang bersangkutan.

Page 41: Fight Pollution

PENYELESAIAN SISA MINYAK DI SLOP TANK

Nakhoda hendaknya melaporkan jumlah sisa minyak

yang ada dalam slop tank kepada pemilik kapal / pencarter kapal.

Sisa minyak dalam slop tank :Dapat di pompa keterminal pemuatanDapat di tahan dikapal dan memuat muatan baru di

atasnya.Dapat di tahan di kapal, tetapi di pisahkan dengan

muatan kemudian di bongkar di terminal bongkar bila tersedia fasilitas penampungan.

Muatan terkecuali minyak mentah dicegah adanya pencampuran residu dari muatan yang satu dengan muatan lainnya )

Page 42: Fight Pollution

PENANGANAN LUMPUR MINYAK ( SLUDGE )

Hanya sejumlah kecil sludge yang boleh tertinggal dalam tangki muat setelah pencucuian.

Jika di jumpai Lumpur minyak yang tebal, maka hindari mengangkat sludge dengan tangan, melainkan harus menggunakan air panas dan menggunakan mesin – mesin pencui secara khusus.

Sludge yang berhasil di angkat dengan tangan harus di tempatkan dalam kontainer kemudian di buang ke darat.