11
2. Definisi Tuhan Demi untuk memudahkan kaji, sebaiknya kita mulai dengan memberikan definisi tuhan, supaya pengertian kita sama. Tentu definisi yang paling tepat ialah yang diambil dari pemahaman akan pengertian tuhan menurut yang dijabarkan di dalam al-Qur'an. Untuk itu, perlu kita sadari dua kenyataan terpenting, yang pasti akan kita peroleh apabila kita kaji dengan sungguh-sungguh kandungan al-Qur'an. Kenyataan pertama ialah, di dalam al-Qur'an kita tidak pernah menemukan suatu ayat pun yang membicarakan atheist atau atheisme. Suatu hal yang kiranya sangat penting kita fikirkan mengingat kenyataan di zaman modern ini jutaan manusia telah menyatakan diri mereka sebagai "atheist" atau "orang yang tidak bertuhan". Setiap orang yang berideologi komunis mengaku, bahwa mereka tidak bertuhan (atheist). Mendiang Chou Eng Lai, perdana menteri RRC, pernah berpidato di alun-alun Bandung, ketika ia berkunjung ke sana semasa konperensi Asia-Afrika dahulu (1955) dengan bangga mengatakan, bahwa mereka sebagai komunis dengan sendirinya tidak bertuhan. Kalau kita jumlahkan rakyat RRC dengan Rusia ditambah dengan semua negara satelit-satelitnya yang menganut faham komunis, maka kira-kira sepertiga penduduk dunia sekarang ini adalah atheist, jika yang dikatakan bekas perdana menteri Cina itu benar. Sungguh suatu tanda tanya besar bagi setiap Muslim, yang yakin akan kesempurnaan kitab sucinya. Mungkinkah Allah telah "lupa" menyebutkan kenyataan ini, sehingga al-Qur'an tidak menyebut sama sekali akan atheist dan atheisme ini. Akibatnya, ialah kamus bahasa 'Arab sama sekali tidak mengenal istilah atheist itu. Memang, orang-orang 'Arab modern sekarang ini mempergunakan perkataan "mulhid" untuk "atheist", dan "ilhad" untuk atheisme, namun kalau kita selidiki di dalam al-Qur'an perkataan "mulhid dan ilhad" artinya sangat jauh dari "atheist dan atheisme". Perkataan "ilhad" berasal dari kata "lahada" yang artinya "menggali lobang atau terjerumus ke dalam lobang galian". Ingat, dalam bahasa Indonesia pun kita mengenal "liang lahad", yang berasal dari kata Arab "lahada" ini. "Mulhid" dalam al-Qur'an

filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: filsafat

2. Definisi Tuhan

Demi untuk memudahkan kaji, sebaiknya kita mulai dengan memberikan definisi tuhan, supaya pengertian kita sama. Tentu definisi yang paling tepat ialah yang diambil dari pemahaman akan pengertian tuhan menurut yang dijabarkan di dalam al-Qur'an. Untuk itu, perlu kita sadari dua kenyataan terpenting, yang pasti akan kita peroleh apabila kita kaji dengan sungguh-sungguh kandungan al-Qur'an.

Kenyataan pertama ialah, di dalam al-Qur'an kita tidak pernah menemukan suatu ayat pun yang membicarakan atheist atau atheisme. Suatu hal yang kiranya sangat penting kita fikirkan mengingat kenyataan di zaman modern ini jutaan manusia telah menyatakan diri mereka sebagai "atheist" atau "orang yang tidak bertuhan". Setiap orang yang berideologi komunis mengaku, bahwa mereka tidak bertuhan (atheist). Mendiang Chou Eng Lai, perdana menteri RRC, pernah berpidato di alun-alun Bandung, ketika ia berkunjung ke sana semasa konperensi Asia-Afrika dahulu (1955) dengan bangga mengatakan, bahwa mereka sebagai komunis dengan sendirinya tidak bertuhan. Kalau kita jumlahkan rakyat RRC dengan Rusia ditambah dengan semua negara satelit-satelitnya yang menganut faham komunis, maka kira-kira sepertiga penduduk dunia sekarang ini adalah atheist, jika yang dikatakan bekas perdana menteri Cina itu benar.

Sungguh suatu tanda tanya besar bagi setiap Muslim, yang yakin akan kesempurnaan kitab sucinya. Mungkinkah Allah telah "lupa" menyebutkan kenyataan ini, sehingga al-Qur'an tidak menyebut sama sekali akan atheist dan atheisme ini. Akibatnya, ialah kamus bahasa 'Arab sama sekali tidak mengenal istilah atheist itu. Memang, orang-orang 'Arab modern sekarang ini mempergunakan perkataan "mulhid" untuk "atheist", dan "ilhad" untuk atheisme, namun kalau kita selidiki di dalam al-Qur'an perkataan "mulhid dan ilhad" artinya sangat jauh dari "atheist dan atheisme". Perkataan "ilhad" berasal dari kata "lahada" yang artinya "menggali lobang atau terjerumus ke dalam lobang galian". Ingat, dalam bahasa Indonesia pun kita mengenal "liang lahad", yang berasal dari kata Arab "lahada" ini. "Mulhid" dalam al-Qur'an artinya kira-kira "orang yang terjerumus di dalam kesesatan", jadi tidak ada hubungannya dengan arti harfiah dari atheist.

Kenyataan kedua ialah, perkataan "ilah", yang selalu diterjemahkan "tuhan". Di dalam al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek, yang dibesarkan atau dipentingkan manusia. Misalnya, di dalam ayat Q. 45:23 dan Q.25:43.

"Tidakkah kamu perhatikan betapa manusia meng-ilahkan keinginan-keinginan pribadi mereka .?"

Dalam ayat Q. 28:38, perkataan "ilah" dipakai olch Fir'aun untuk dirinya sendiri:

"Dan Fir'aun berkata: 'Wahai para pembesar, aku tidak menyangka, bahwa kalian masih punya ilah selain diriku'."

Dari contoh ayat-ayat tersebut di atas, ternyata perkataan "ilah" bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir'aun atau raja, atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Dari dua kenyataan di atas dapatlah diambil kesimpulan

Page 2: filsafat

sebagai berikut: Tidak adanya perkataan atheist dan atheisme di dalam al-Qur'an membuktikan, bahwa tidak mungkin manusia itu tidak bertuhan.

Faham atheisme adalah omong kosong, tidak logis, dan tidak masuk 'akal. Menurut logika al-Qur'an: setiap orang mesti bertuhan. Alternatip yang mungkin ialah bertuhan satu (monotheist) atau bertuhan banyak (polytheist = bcrluhan lebih dari satu). Oleh karena itu, perkataan "ilah" di dalam al-Qur'an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (muthanna: ilaahaini), dan banyak (jama': aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan tuntas akan masalah ini dapatlah kita buat definisi "tuhan" atau "ilah" yang tepat, berdasarkan logika al-Qur'an sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu).

Perkataan "dipentingkan" hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi al ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk

JIKA ADA TUHAN, MENGAPA ADA KEJAHATAN? Oleh : Emanuel Eddy Bria

Sinopsis

Jika dunia diciptakan oleh satu sosok Tuhan yang mahasempurna, sebagaimana diajarkan di dalam agama-agama, bagaimana bisa dipahami bahwa ciptaan-Nya ini ternyata begitu tidak sempurna? Jika Tuhan ada, dari manakah datangnya penderitaan? Jika Ia tak berdaya di hadapan penderitaan, masih layakkah kita beriman kepada-Nya? Lebih jauh lagi, benarkah Tuhan yang diyakini sebagai yang mahakuasa, mahabaik, dan mahatahu itu ada? Dalam pelbagai pengalaman hidup yang buruk dan mengerikan, masih bermaknakah keyakinan akan adanya Tuhan? Kalau Ia sungguh-sungguh ada, mahakuasa, mahabaik, dan mahatahu, mengapa Ia tidak turun tangan untuk mencegah pelbagai pengalaman hidup yang buruk dan mengerikan itu? Apakah iman akan Tuhan masih bermakna di hadapan penderitaan dan kejahatan yang mengerikan? Sosok Tuhan macam apakah yang layak diimani dalam suasana khaos dan horor itu? Karya kecil ini berupaya untuk menerangi masalah kejahatan dengan menggunakan kerangka metafisika Whiteheadian. Sang inspirator pemikiran proses mengelaborasi konsep dipolaritas hakikat Tuhan dan menunjukkan bahwa masalah kejahatan tidak relevan untuk digunakan sebagai pijakan dalam menolak eksistensi Tuhan.

Page 3: filsafat

Apakah Benar Ada Tuhan?22 Februari 2012 dedewijaya Tinggalkan komentar Go to comments

GRAPHE – Sesungguhnya pertanyaan di atas sangat tidak patut. Karena jika kita bertanya, apakah orang yang bernama Bill Gates itu ada? Semua orang yang memakai produk Windows akan tertawa bahkan mungkin ada yang marah serta memaki yang bertanya, bodoh! Apakah orang yang bernama Steve Jobs itu ada? Dari produk Apple sudah membuktikan bahwa ia ada.

Bayangkan kalau kita mempertanyakan keberadaan pribadi yang menciptakan segala sesuatu yang jauh lebih canggih dari Windows dan Apple. Seekor cecak jelas jauh lebih rumit daripada iPad dan iphone manapun. Dengan kakinya yang jika dibesarkan ribuan kali akan terlihat memiliki semacam penyedot kaca sehingga cecak bisa berjalan terbalik tidak jatuh. Manusia bernafas dengan paru-paru dan ikan bisa menyaring oksigen dengan insangnya.

Tak pelak lagi bahwa keberadaan alam semesta ini sungguh membuktikan keberadaan pribadi yang sangat jenius dan sangat berkuasa, dan Ialah yang meletakkan dasar dan menjadikan semuanya. Sebab, kalau tidak, dari manakah datangnya alam semesta yang sangat indah dan sangat kompleks ini?

Tidak ada satu planet pun yang kondisinya seperti bumi kita, bahkan para astronom telah meneropong hingga ke berbagai galaxy untuk mencari planet seperti bumi. Namun mereka tidak menemukannya.

Para pembenci Allah merasa kesal pada keberadaanNya, terutama karena tidak setuju dengan standar moral yang ditetapkanNya. Mereka marah ketika mendengar bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan dosa-dosa mereka, sehingga mereka menyangkali keberadaanNya dan menciptakan hipotesa tentang asal-usul alam semesta. Mereka berkata bahwa alam semesta ini terjadi oleh sebuah ledakan besar (big bang). Mereka berkata, ada sebuah benda yang maha kecil namun maha padat dan kemudian meledak dengan maha dahsyat sehingga muncul matahari, bumi, bulan, planet bahkan galaxy-galaxy lain. Bagi saya cerita ini terkesan sebuah mimpi khayalan, bahkan semacam lelucon. Namun inilah start awal dari teori Evolusi yang diyakini oleh banyak orang “pintar” hari ini. Sebenarnya, ada ledakan

Page 4: filsafat

yang bisa menghasilkan sebuah komputer laptop saja tidak masuk akal, apalagi menghasilkan alam semesta ini.

Mereka juga percaya bahwa makhluk-makhluk berevolusi dan ujungnya menjadi manusia. Sebenarnya ini lebih mirip cerita fiksi, karena telah ratusan bahkan ribuan tahun pengamatan manusia tidak pernah ditemukan nyamuk yang hampir berubah menjadi lalat atau lalat yang hampir berubah menjadi lebah.

Pembaca yang budiman, sesungguhnya bukan hanya alam semesta ini saja yang membuktikan keberadaan Sang Pencipta, bahkan perjalanan sejarah manusia pun mengandung banyak jejak bukti keberadaan Sang Pencipta. Perjalanan sejarah bangsa Yahudi adalah salah satu bukti jejak keberadaan Pribadi yang maha kuasa. Pelajarilah detail-detail sejarah bangsa Yahudi, maka pembaca akan melihat kehadiran Pribadi yang sanggup mengontrol perjalanan sejarah.

Selain itu sesungguhnya hati nurani manusia membenarkan keberadaan Sang Pencipta. Dalam diri manusia ada dorongan untuk menyembah kepada Sang Pencipta. Pada masa kebodohan manusia di masa lampau, manusia menyembah batu yang besar, pohon yang besar dan gua yang seram. Iblis yang tadinya adalah malaikat namun yang kemudian membangkang, tahu bahwa manusia ingin menghormati Penciptanya, memanipulasi sifat manusia dengan menyuguhkan berbagai bentuk penyembahan. Ketika manusia tidak lagi rela menyembah batu yang besar, melainkan dipecahkan untuk bikin rumah, iblis mengubahnya menjadi patung besar. Bahkan ada semacam perlombaan membuat ukuran patung. Dalam perjalanan tour ke berbagai negara, penulis sering ditawarkan oleh guide-tour untuk mengunjungi, yang katanya patung terbesar di kotanya.

Bahkan dalam banyak hal iblis menyatakan dirinya sebagai obyek penyembahan. Ada banyak orang yang dengan sadar menyembah iblis. Di Kalimantan Barat, yang dikenal Tatung, itu adalah orang yang kesurupan roh iblis, dan ia dengan terang-terangan menyatakan hubungannya dengan roh yang di kelenteng. Hasil tipu muslihat iblis nyata sekali dari begitu banyak orang yang rela percaya keberadaan iblis, mengakui kuasanya, bahkan tidak sedikit yang meminta pertolongannya. Orang-orang demikian, jika kita berbicara kepada mereka tentang percaya kepada Allah pencipta langit dan bumi, mereka membantah bahkan menyangkali keberadaannya. Iblis berhasil menyingkirkan Allah dan menempatkan dirinya ke dalam hati orang-orang demikian.

Pembaca yang budiman, saya berharap anda penuh dengan kebijaksanaan, dan dapat memakai akal budi yang Allah berikan kepadamu. Carilah Allah dan percayalah kepadaNya, jangan tertipu oleh iblis dengan segala bentuk tipuannya.

Orang bijak akan memilih percaya adanya Allah, sedangkan orang bodoh tidak percaya adanya Allah. Mengapa? Kalau kita percaya ada Allah, kemudian setelah kita mati ternyata tidak ada Allah, sesungguhnya kita tidak rugi. Namun jika kita percaya tidak ada Allah, kemudian setelah kita mati ternyata ada Allah, maka sudah pasti kita akan dimurkaiNya.

Pembaca yang budiman, mari kita sungguh-sungguh  menjadi orang yang berbudi. Selain kita perlu berbudi-bakti  kepada orang tua, yang sangat patut adalah berbakti kepada Sang Pencipta

Page 5: filsafat

kita. Dialah yang patut kita sembah, tentu patut kita mintai petunjuk agar kita tidak disesatkan oleh iblis. Kita perlu mencari tahu sesungguhnya di kitab manakah terdapat firmanNya. Karena mengakui ada Allah, namun salah mengidentifikasi kitab yang betul-betul firmanNya, adalahsesuatu yang sangat tragis. Sebab kalau tidak berhasil mendapatkan kitab yang benar-benar firman Allah, ujung-ujungnya kita akan tersesat juga.***

Page 6: filsafat

Konsep Tentang Tuhan

OPINI | 16 November 2009 | 20:47 Dibaca: 523 Komentar: 3 1 dari 1 Kompasianer menilai Inspiratif

KONSEP TENTANG TUHAN

Pencarian Tentang Makna TuhanSelama berabad – abad banyak orang yang mencari jawaban tentang konsep Tuhan yang selalu di percaya oleh manusia sebagai Keberadaan Yang Paling Tertinggi, keberadaan yang selalu dipuja dan diagungkan sebagai sumber dari seluruh kebenaran yang ada. Namun, dalam pencarian tersebut, banyak pendapat yang bermunculan dari “para pencari makna” tentang konsep Tuhan yang sesungguhnya.Banyak para pemikir dan para filsuf yang bermunculan dan memberikan pendapat mereka tentang makna Tuhan. Banyak pendapat yang mendukung dan meyakini dengan sungguh – sungguh bahwa Tuhan merupakan keberadaan tertinggi, yang tak dapat dijangkau oleh akal manusia. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan indera manusia secara langsung, tetapi Tuhan adalah keberadaan sejati sebagai pencipta alam semesta dan penggerak kehidupan manusia serta seluruh mahluk hidup yang ada di dunia ini.Namun, tidak sedikit pula pendapat yang meragukan tentang konsep Tuhan yang telah di percaya banyak orang sebagai Ada Yang Tertinggi itu. Pendapat – pendapat yang meragukan keberadaan Tuhan tersebut bermunculan akibat adanya sikap pesimistik tentang sosok Tuhan. Munculnya sikap pesimistik tersebut disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah ketidakpercayaan akan keberadaan Tuhan yang disebabkan karena kurang puasnya manusia akan sosok Tuhan yang tak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidup tertentu. Sehingga sosok Tuhan digantikan dengan sosok pujaan – pujaan baru atau kepercayaan baru, seperti saintisme, komunisme, atheisme, atau apapun, yang membuat sosok Tuhan menjadi kurang dihargai lagi.Dengan demikian, karena keraguan – keraguan tentang sosok Tuhan tersebut, orang – orang yang mulai tidak percaya lagi akan Tuhan itu mulai mencari solusi lain dengan cara mencari “tuhan lain” atau sama saja dengan pencarian pegangan baru. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya karena manusia adalah mahluk yang membutuhkan pegangan dan tujuan dalam hidupnya, karena tanpa pegangan hidup dan tujuan akhir tesebut, manusia akan merasakan keresahan dan kebingungan dalam hidupnya. Dan, seolah – olah manusia tidak memiliki keutuhan lagi dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu, saat manusia mulai memandang bahwa sosok Tuhan tidak lagi dapat dijadikan pegangan dan tujuan hidup, (dikarenakan sikap kurang puas manusia terhadap sosok Tuhan yang tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya) manusia mulai mencari pegangan hidup yang lain.Satu hal yang harus diingat adalah manusia merupakan mahluk yang membutuhkan sosok pujaan yang akan menjadi tujuan dan pegangan hidupnya (dalam hal ini Tuhan), saat Tuhan yang diakui banyak orang itu di rasa tak dapat lagi memenuhi kebutuhan tersebut, manusia mencari “tuhan lain” untuk memenuhi kebutuhannya akan sosok pujaan tersebut.

Manusia dan HarapanSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kebutuhan akan pegangan dan tujuan dalam hidupnya. Tanpa tujuan dan pegangan hidup itu, manusia akan mengalami keresahan dan kehilangan akan makna tentang hidupnya, karena tanpa

Page 7: filsafat

tujuan dan pegangan hidup itu manusia seperti berada dalam dunia yang hampa tanpa pijakan dan tanpa gravitasi, sehingga manusia akan terombang – ambing tanpa tujuan yang jelas. Untuk itulah manusia membutuhkan pegangan yang mampu menuntunnya dalam hidup, untuk mencapai suatu tujuan akhir yang didambakan oleh manusia, dan dicari manusia sepanjang hidupnya.Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan harapan untuk memperoleh tujuan akhir dalam hidupnya tersebut dengan cara memiliki sebuah pegangan dalam hidup yang dapat menuntunnya dalam mencapai tujuan akhir tersebut. Manusia yang tidak memiliki pegangan hidup, tentu saja tidak akan mencapai tujuan akhir yang menjadi titik puncak dalam kehidupan semua manusia.Jadi, setiap manusia dapat dikatakan hidup dengan harapan. Harapan merupakan bagian dari manusia, ia mengarah ke masa depan berdasarkan masa sekarang untuk mewujudkan atau mencoba mewujudkan sesuatu.Manusia dan harapan merupakan sebuah hubungan yang saling berkesinambungan, karena dengan adanya harapan manusia dapat melakukan sesuatu, seperti berpikir, berkarya, dan berusaha untuk mencapai sesuatu atau sebuah tujuan akhir yang terdapat dalam hidupnya. Dapat dikatakan pula, bahwa harapan merupakan sebuah keinginan yang timbul dari dalam diri manusia. Kemudian keinginan tersebut menjadi sebuah motivasi dalam diri manusia untuk hidup dan berkembang menjadi seorang pribadi yang lebih baik lagi untuk mencapai tujuan akhir. Untuk mendapatkannya, manusia akan melakukan sesuatu agar kebutuhannya dapat terpenuhi, yaitu kebutuhan untuk mencapai sebuah harapan tersebut.Oleh sebab itu, pegangan hidup dan harapan merupakan hal yang saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain. Keduanya saling berinteraksi dalam mencapai tujuan akhir dalam hidup manusia.

Konsep Tentang Kematian Tuhan Menurut Nietzsche dalam La Gaya Scienza (GS) § 346, “Manusia adalah binatang pemuja”, jika pujaan dalam bentuk Tuhan telah mati, tak kehilangan akal, manusia akan mencari pujaan – pujaan lainnya termasuk dirinya sendiri. Hal tersebut disebabkan karena manusia membutuhkan pujaan atau sesuatu yang berada di luar dirinya untuk dijadikan pegangan. Jika pegangan dalam bentuk Tuhan dianggap tak bisa lagi di jadikan sebagai pegangan, maka tak bisa di hindari lagi pegangan dalam bentuk lain akan bermunculan, misalnya seperti sains, ideologi, kepercayaan aneh – aneh, bahkan atheisme. Seperti yang diungkapkan Nietzsche dalam GS § 347, “ Ada kepercayaan baru saat ini yang namanya ketidakpercayan. ” Manusia adalah mahluk pemuja, kalau Tuhan pujaannya tak dapat lagi memuaskannya, dan tidak ada pegangan lain yang cukup mantap baginya, bisa saja ia akan mengimani ketiadaan Tuhan dengan sepenuh hati.“ Tuhan tidak ada ” , demikianlah kepercayaan iman seseorang yang mengimani ketiadaan Tuhan. Menurut A. Setyo Wibowo dalam buku Para Pembunuh Tuhan, “ Jika ada orang yang membantahnya, ia akan mati – matian mempertahankan kepercayaan tersebut karena manusia tidak dapat hidup tanpa pegangan. Dan sudah lazim bahwa ia akan merasionalkan dan mempertahankan tempat ia berpijak tersebut. ” Jadi, manusia mmbutuhkan pegangan sebagai kebutuhan hidupnya yang paling dasar. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa manusia membutuhkan pegangan hidup untuk menuntunnya dalam mencapai tujuan akhir . Orang - orang yang mengimani ketiadaan Tuhan, percaya bahwa dengan tiadanya Tuhan, tiada

Page 8: filsafat

pula alibi yang bisa di pegangi manusia. Ia harus menanggung kebebasannya sendirian di depan pilihan - pilihan sulit.

Harapan yang Berkaitan Dengan Konsep Kematian TuhanSartre (dalam L’espoir Maintenant, 1991 : 25), pernah berbicara tentang harapan sebagai sebuah cara menangkap tujuan akhir :”Harapan bukanlah ilusi liris. Secara kodratiah ada harapan dalam setiap tindakan dan ada semacam ketakterelakkan dalam harapan tersebut.”

Menurutnya (Sartre), setiap manusia hidup dengan harapan. Harapan merupakan bagian dari manusia, karena tindakan manusia bersifat transenden.Menurut pendapat Sartre diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia selalu memiliki harapan. Harapan – harapan manusia tersebut berisi tentang tujuan – tujuan yang ingin diperoleh manusia dalam segala tindakan – tindakan manusia dalam dunia ini. Berarti, manusia tak dapat menghindar sama sekali dari harapan. Sehingga dapat dikatakan juga, bahwa semua manusia hidup dengan harapan.Terkait dengan hal itu, konsep kematian Tuhan yang terdapat dalam buku “Para Pembunuh Tuhan” ini terjadi karena manusia memiliki harapan yang tak dapat terpenuhi lagi dengan mempercayai Tuhan yang selama ini mereka puja. Sehingga manusia mencari dan membangun kembali sosok “tuhan baru” yang mereka anggap sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan manusia akan terpenuhinya harapan tersebut. Jadi, manusia – manusia itu menyatakan bahwa Tuhan telah mati.