84
FILSAFAT ILMU | 1 FILSAFAT ILMU Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I Kontributor Penulisan: Rizky Nugraha A* Zaida* Juliana Setiawati* Lilis Karlina* Nana Mardiana* Nur Sakilah* Nur Habibi Nasution* Novi Rianti* Tri Suci Wulandari* Afrilia Arifah Ikhsyauti* Intan Sri Hendriani* M. Hilmi Azis* Tria Maratus Solehah* Bahran Husyaini Siregar*Mardiana*Wulan*Ganda Nugraha Penerbit: Pustaka Ma’arif Press Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : [email protected] Email : [email protected]

FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

  • Upload
    lequynh

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 1

FILSAFAT ILMU

Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I

Kontributor Penulisan:

Rizky Nugraha A* Zaida* Juliana Setiawati* Lilis Karlina* Nana

Mardiana* Nur Sakilah* Nur Habibi Nasution* Novi Rianti* Tri Suci

Wulandari* Afrilia Arifah Ikhsyauti* Intan Sri Hendriani* M. Hilmi

Azis* Tria Maratus Solehah* Bahran Husyaini

Siregar*Mardiana*Wulan*Ganda Nugraha

Penerbit: Pustaka Ma’arif Press

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

Page 2: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 2

FILSAFAT ILMU Penyunting:

Dr. Sumarto, M.Pd.I

ISBN : 978-602-50299-6-7

Anggota Penyunting :

Tri Suci Wulandari

Novi Rianti

Wulan

Desain Sampul:

M. Hilmi Aziz

Tata Letak :

Rizky Nugraha A

Tria Maratus Solihah

Penerbit :

PUSTAKA MA’ARIF PRESS

Redaksi :

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota

Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

Cetakan Pertama, Januari 2017

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Hak cipta dilindungi Undang Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

Apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

Page 3: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 3

Kata Pengantar Penyunting

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul “Filsafat

Ilmu” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita

semua dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip

kehidupan ahlisunnah waljama’ah.

Dalam buku ini membahas tentang pemahaman filsafat ilmu dari

aspek teosentrisme dan antroposentrisme yang diawali dari pemikiran

para filosuf Yunani, Plato, Socrates, Aristoteles, Democritous dan lainnya.

Berawal dari pemikiran mitosentrisme, dimana hal hal yang tidak nya atau

mitos menjadi sumber kepercayaan yang kemudian menjadi kekuatan

spritual yang tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakatnya, walaupun

pada akhirnya beberap mitos tersebut banyak yang tidak terjadi dalam

kehidupan tetapi menjadi keyakinan hidup.

Awal pemikiran berdasarkan gejala-gejalan alam yang di amati

beberapa filosuf menjadi titik terang munculnya gerakan logosentris,

bahwasanya setiap peristiwa yang terjadi harusnya berdasarkan

penalaran dan logika manusia bukan berdasarkan mitos yang sudah

menjadi dasar budaya kepercayaan. Dilanjutkan perkembangannya dari

masa ke masa perkembangan ilmu pengetahuan sampai pada saat

sekarang, yang tidak akan pernah terlepas dari kajian filsafat ilmu mulai

dari unsur ontologis, epistemologis dan aksiologisnya sampai menjadi

struktur ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan secara universal dan

bermanfaat bagi masyarakat secara umum.

Demikian yang dapat disampaikan penyunting. Semoga buku ini

dapat menjadi salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang

Ilmu Kalam, sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita

Page 4: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 4

sebagai seorang ilmuan yang tidak pernah bosan, yang tidak pernah

lelah, yang selalu memompa semangatnya dan motivasinya untuk

mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika dan

masyarakat sacara umum.

Jambi, 21 Desember 2017

Penyunting,

Dr. Sumarto, M.Pd.I

Page 5: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 5

Kata Pengantar

Ketua STAI Ma’arif Jambi

Kami dari Civitas Akademika STAI Ma’arif Jambi menyambut baik

dengan semangat keilmuan kehadiran Buku yang bisa menjadi sumber

referensi dan inspirasi dari Penyunting Dr. Sumarto, M.Pd.I dan Kontributor

Penulisan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam semester III

dengan Judul “Filsafat Ilmu” sangat menarik dan bermanfaat bagi kalangan

akademisi, Da’i dan Dai’ah serta masyarakat secara umum sebagai unsur

yang tidak bisa terlepas dari pendidikan.

Kajian filsafat ilmu menjadi dasar untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang harus diketahui oleh setiap civita akademika dan

masyarakat ilmuan secara umum. Karena filsafat ilmu merupakan

penelusuran pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu

adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah

mengikuti perkembangan zaman dan keadaaan. Pengetahuan lama menjadi

pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Untuk memahami arti dan makna

filsafat ilmu.

Filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas

mungkin segala sesuatu mengenal semua ilmu. Filsalat ilmu merupakan

bagian dan epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.

Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mernpunyai ciri-ciri

tertentu. Filsafat merupakan segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-

persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun

hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan manusia. Kemudian suatu

pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada

huhungan timbal balik dan saling-pengaruh antara filsalat dan ilmu

Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat ilmu merupakan

Page 6: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 6

penerusan pengembangan filsafat pengetahuan, Objek dan filsalat ilmu

adalah ilmu pengetahuan. Labih lanjut akan dibahas dalam buku ini.

Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi

seluruh akademisi, pendidik dan masyarakat secara umum untuk dikembang

lagi dalam penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam

pembelajaran dalam mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi

nilai dan norma dalam proses kegiatan pendidikan.

Jambi, 21 Desember 2017

Ketua,

H. Amran, M.A, Ph.D

Page 7: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 7

DAFTAR ISI

Sampul Depan

Kata Pengantar Penyunting

Kata Pengantar Ketua STAI Ma’arif Jambi

Daftar Isi

1. Pengertian dan cakupan Filsafat Ilmu 8

2. Sejarah Filsafat Ilmu 17

3. Filsafat ilmu dan pengembangan metode ilmiah 25

4. Sarana ilmiah dalam ilmu pengetahuan 33

5. Aspek ontologi ilmu pengetahuan 41

6. Logika dan penalaran dalam ilmu pengetahuan 54

7. Etika dan Moral dalam Ilmu Pengetahuan 61

8. Perspektif Ilmu, Seni dan Agama dalam Khazanah Pengetahuan, 70

Budaya dan Peradaban

Daftar Pustaka

Page 8: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 8

PENGERTIAN DAN CAKUPAN

FILSAFAT ILMU

Page 9: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 9

Page 10: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 10

PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah merupakan penelusuran pengembangan filsafat

pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena

itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan

keadaaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan

baru. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu,1

Filsafat ilmu (philosophy of science) hampir semua penyakit dan ilmu

dapat dipelajari oleh kita. Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk

memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsalat ilmu ke

absahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsalat ilmu

memperkenaIkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui

proses pembelajaran atau pendidikan.

Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan

seluas mungkin segala sesuatu mengenal semua ilmu. Filsalat ilmu

merupakan bagian dan epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat

ilmu. Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mernpunyai ciri-

ciri tertentu, Menurut The Liang Gie Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran

reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang

menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dan

kehidupan manusia.

Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan campuran yang eksistensi

dan pemekarannya bergantung pada huhungan timbal balik dan saling-

pengaruh antara filsalat dan ilmu Sehubungan dengan pendapat tersebut

bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat

pengetahuan, Objek dan filsalat ilmu adalah ilmu pengetahuan.

1Mukhtar Latif, Orientasi Ke Arah Filsafat Ilmu (Jakarta: Kencana Prenadamedia grup, 2014), hlm 23-25

Page 11: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 11

Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan

zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan

lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan.2 Menurut

Muchsin, dalam kajian filsafat ilmu dikenal adanya beberapa dimensi, yaitu:

1. Dimensi ontologis (hakekat ilmu). Ontologi adalah hakikat yang ada

(being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut

sebagai kenyataan dan kebenaran. dalam perspektif ilmu, ontologi ilmu

dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil

ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah

secara kritis dalam ontologi ilmu.

2. Dimensi epistomologis (cara mendapatkan pengetahuan). Epistemologi

derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.

Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan

dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang

menenggarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu

pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang

meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh

pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model

filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan

karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” seperti apa yang

dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Aspek epistemology

adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan

bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali

kebenarannya.

3. Dimensi aksiologis (manfaat pengetahuan). Aksiologis (teori tentang nilai)

sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan

manusia. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu

2Ahmad Nasution, Taufik, Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan, (Yogyakarta: CV. Budi Utama), hlm. 8

Page 12: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 12

itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antar acara penggunaan tersebut

dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan

norma-norma moral?3

B. Metode Filsafat Ilmu

Fuad ikhsan mengemukakan pendapat Runnes dalam dictionary of

philosofi sebagaimana dikutip Anton Beker, dia mengatakan sepanjang

sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda

dan jelas. Setidaknya dalam sejarah tercatat paling penting yang dapat di

susun menurut garis historis sedikitnya sepuluh metode yang digunakan

dalam filsafat termasuk dalam filsafat ilmu yaitu:

1. Metode kritis yang di kembangkan oleh socrates dan plito metode ini

bersifat analisis terhadap istilah dan pendapat metode ini dikenal

merupakan metode hermeneutika.

2. Metode intuitif yang dikembangkan oleh Plotinos dan Bergson dengan

jalan intropeksi bersama dengan persucab moral, sehingga tercapai suatu

penerangan atau pencerahan pikiran

3. Metode skolastik yang dikembangkan oleh Aristoteles, Thomas Aquinas

dan termasuk aliran filsafat abad pertengahan ini yaitu dengan bertitik

tolak dari definisi atau prinsip yang jelas kemudian di tarik kesimpulan

4. Metode filsafat Rene Descartes dan pengikutnya yang di kenal metode

yang tertolak dari analisis mengenai hal-hal kompleks kenudian di capai

intuasi akan hakikat yang sederhana dan lebih terang.

5. Metode geometri yang dikreasikan Rene Descartes dan pengikutnya

menurutnya hanyalah pengalaman yang menyajikan pengertian benar,

3 https://journal.uii.ac.dUNISIA, Vol. XXXIII No. 73 Juli 2010

Page 13: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 13

maka semuanya pengertian dan ide dalam intropeksi kemudian disusun

bersama secara geometris

6. Metode transedental yang di kreasikan Immanuel Kant, metode ini di

kenal juga dengan metode neo-skolastik yang bertitik tolak dari tempatnya

pengertian tertentu yaitu jalan analisis yang diselidiki syarat-syarat apriori

bagi pengertian yang sedemikian rumit dan kompleks.

7. Metode fenomenologis dari Husserl, yaitu eksistensialisme yaitu metode

dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas

fenomena dalam kesadaran sehingga mencapai penglihatan hakikat yang

murni.

8. Metode dialektis dari Hegel dan Marx, yakni metode yang digunakan

dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam berpikir sendiri.

9. Metode neopositivitis yaitu bahwa kenyataan di pahami menurut

hakikatnya dengan jalan menggunakan aturan-aturan seperti berlaku

dalam ilmu pengetahuan positif (eksakta).

10. Metode analitika yang di kreasikan oleh Wittgenstein. Metode ini di

gunakan dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari hari menentukan

sah tidaknya ucapan filosofis menurutnya bahasa merupakan bola

permainan makna si pemiliknya.

Sedangkan, Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan sebagian

ahli mengelompokkan metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat

ini menjadi tiga macam, yaitu:

1. Menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-

karya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang

terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori

hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan

mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas

setiap cabang atau subcabang filsafat melalui metode sistematis ini

Page 14: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 14

perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun

pada zaman serta periodenya.

2. Metode historis, digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan

mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan

tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh,

jika kita ingin membicarakan tokoh filsafat atau filosof Thales, berarti kita

membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori

pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Kemudian

dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau,

Immanuel Kant dan seterusnya sampai pada tokoh-tokoh filsafat ini

memang sangat perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan

lingkungan, pendidikan dan kepentingannya. Dapat disimpulkan bahwa

metode filsafat historis ini berarti mempelajari filsafat secara kronologis,

mulai dari mempelajari filsafat kuno, filsafat pertengahan dan selanjutnya

filsafat abad modern.

3. Metode kritis, metode ini digunakan untuk mereka yang mempelajari

filsafat tingkat intensif. Para pelajar haruslah memiliki bekal pengetahuan

tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat

dapat menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama

adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba

mengajukan kritiknya. Kritikan itu boleh bersifat menentang atau menolak

paham atau pendapat para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan

atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang

dikajinya. Dalam mengkritik mungkin menggunakan pendapat sendiri atau

pendapat para filosof lainnya.4

4 A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistomologis dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 13

Page 15: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 15

C. Tujuan Filsafat Ilmu

Salah satu yang terpenting dalam filsafat termasuk filsafat ilmu yaitu

menyangkut pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan itu, baik pertanyaan

yang bersifat komperhensif maupun spesifik. Hal ini sepadan dengan Stathis

Psillos and Martin Curd, dia mengatakan bahwa filsafat ilmu secara umum

yaitu bertujuan menjawab pertanyaan seputar ilmu yang meliputi

menjelaskan bahwa filsafat secara umum menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang meliputi:

1. Apa tujuan dari ilmu dan itu metode? Jelaskan apakah ilmu itu bagaiman

membedakn ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga

pseudoscience?

2. Bagaiman teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas?

Bagaimana konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat

kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?

3. Apa saja membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya

causation (sebab-akibat dan illat), eksplanasti (penjelasan) konfirmasi,

teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probalitas?

4. Apa saja aturan-aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi

eksperimen? Apakah ada kegunaan epistemic atau pragmatis dalam

kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan

sosial, budaya faktor faktor gender?5

Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah:

1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita

dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

5Emii kholilah, Jurnal An-Nahdhah, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Kritis

Page 16: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 16

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu

diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu

kontemporer secara historis.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami

studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang

ilmiah dan non-ilmiah

4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam

mendalami ilmu dan mengembangkannya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan

agama tidak ada pertentangan.6

6 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 20

Page 17: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 17

Sejarah Perkembangan

Filsafat Ilmu

Page 18: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 18

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Sebelum membahas sejarah perkembangan filsafat ilmu, sebagai

penulis kiranya kami menjelaskan beberapa hal yaitu betapa pentingnya atau

manfaat dari mahasiswa untuk mempelajari filsafat ilmu, dan manfaat-

manfaat tersebut adalah sebagai berikut, antar lain:

1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam pengetahuan

tentang filsafat ilmu.

2. Melatih diri dalam melakukan penelitian, pengkajian dan

pengambilan kesimpulan terhadap suatu hal.

3. Menjadi acuan motivasi untuk lebih kritis terhadap ilmu

pengetahuan.

Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam

pengkajian ilmu pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan

mendalam untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya.

Berdasar kepada pengertian filsafat tersebut, dapat didefenisikan bahwa

filsafat itu memang sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu nabi

Adam AS. Berikut periodesasi filsafat ilmu:7

B. Pra Yunani Kuno (Abad 15-7 SM)

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum

mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu

manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu

berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa

peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari

batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar

digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang manusia purba.

7 Amien, Miska M, Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, ( Jakarta: UI Press, 1983 ), hlm 23

Page 19: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 19

Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan

pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan

Eropa.

C. Zaman Yunani kuno (Abad-7-2 SM)

Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,

karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide

atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu

dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-

pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude)

tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).8

Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli

pikir yang terkenal sepanjang masa. Salah satu tokoh Yunani yang terkenal

pada waktu itu parmenides dengan pendapatnya ”hanya yang ada itu ada”

menides tidak mendefinisikan apa itu "yang ada", tetapi dia menyebutkan

beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya, "yang ada" itu

tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. "Yang ada" itu juga

tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Kalau orang menyangkal bahwa

"yang ada" itu tidak ada, dengan pernyataannya sendiri orang itu mengakui

bahwa "yang ada" itu ada. Sebab, kalau benar "yang ada" itu tidak ada, orang

itu tidak dapat menyangkal adanya "yang ada". Jadi, kenyataan bahwa "yang

ada" itu dapat ditolak keberadaannya menunjukkan "yang ada" itu memang

ada, sedangkan "yang tidak ada" itu tidak ada! Sesuatu "yang tidak ada"

sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi di diskusikan

(disanggah atau diiyakan).

8 Anshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama., (Surabaya: bina ilmu, 1985), hlm 30

Page 20: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 20

Sebaliknya, "yang ada" itu selalu dapat di katakan, di pikirkan, dan di

diskusikan. Oleh sebab itu, pernyataan Parmenides ini menjadi terkenal,

"Ada dan pemikiran itu satu dan sama." Maksudnya, "yang ada" itu selalu

bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan" selalu ada. Parmenides membuat

suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut "pengetahuan

empiris", yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau

pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan "pengetahuan akal budi"

yang murni dan sejati.

Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh berkat akal budi

yang mampu menangkap "ada" yang bersifat satu dan tidak berubah, di balik

segala sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak mantap.

Dengan gaya seorang penyair, Parmenides menantang siapa pun untuk

berani memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum, "Jangan

biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pan-

dangan umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan

telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada

lidah: hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim

segala sesuatu."

D. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)

Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya

theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir

semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas

keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk

mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila

Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu

Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8

abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam

Page 21: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 21

yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah

kedokteran dan Astronomi di Jundis hapur.

E. Masa Renaissance (14-17 M)

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali

pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah

zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah

menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah: Roger Bacon,

Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik

disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman

empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu

pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua

pengetahuan.

Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang

lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan

adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theologi hanya

dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika

dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.

Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang

menerangkan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki

dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerakan

tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun

teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip

Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme.

Setiap siang kita melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan,

oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusia

lah semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme. dengan kata lain

prinsip Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.

Page 22: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 22

F. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)

Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat

dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan

bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya

adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme

mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan

menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu

Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa.,

spirit, Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya

mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang

dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant.

Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif.

Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak

Hegel.9

Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam

pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan

paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang

berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini

adalah Thomas Hobes Jonh locke, dan David Hume.

G. Zaman Kontemporer

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini

adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal

yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah

bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak

sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada

9 Sabri, Muhammad D. Filsafat Ilmu., (Makassar: Alauddin Press, 2009), hlm 66

Page 23: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 23

berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni

dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.

Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di

bantu oleh adanya alat-alat yang canggih.

Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya

mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan

teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu

itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong

benar-benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di

Bulan.

Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa

genetika dengan melakukan percobaan cloning pada kambing, atau

mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia untuk

menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam

mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin

micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.

Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan

manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri

lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan

free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya,

serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban

manusia seperti sekarang ini.

Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-

persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang

hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak

ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan

mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya.

Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari

benturan budaya yang tak terkendali.

Page 24: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 24

Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa

ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik

untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.

Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan

teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah

memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat

tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana

diungkap oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih

bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian

atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori

pengetahuan positivistik.

Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang

dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Pandangan

teoritikus kritik dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide

bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan

tindakan manusia. Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa

positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang

sistem yang eksis.

Page 25: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 25

FILSAFAT ILMU DAN PENGEMBANGAN

METODE ILMIAH

Page 26: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 26

FILSAFAT ILMU DAN PENGEMBANGAN METODE ILMIAH

A. Pengertian Filsafat Ilmu

Kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan

dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab

yang ada, sebab, asal, dan hukuman. Plato (dalam mengatakan bahwa objek

filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absoulut (keduanya

sama dalam pandangannya), lewat “dialektika”. Sementara Aristoteles, (tokoh

utama filosof klasik, mengatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab asas

segala terdalam dari wujud. Karena itu ia menemukan filsafat dalam “teologi”

atau “filsafat pertama”.

Dalam pandangan Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir secara mendalam,

sistematis, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran. Inti atau

hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Pendapat Sidi Gazalba ini

memperlihatkan adanya tiga ciri pokok dalam filsafat yaitu:

1. Adanya unsur berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal.

2. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut.

3. Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu

mendalam.

Uraian diatas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik berfikir

secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan

menggunakan akal pikiran sebagai alat utama untuk menemukan hakikat

segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.10 Filsafat dengan ilmu

mempunyai persamaan umum. Keduanya menjadi besar berkat pencarian

dan perenungan yang didorong oleh cinta yang murni kepada kebenaran.

Bedanya,

10 Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), hlm. 4

Page 27: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 27

filsafat menggarap bidang yang luas dan umum, sedangkan ilmu

membahas bidang-bidang yang khusus dan terbatas. Tujuannya pun lain,

filsafat bertujuan mencari pemahaman dan kebijaksanaan atau kearifan

hidup. Sedangkan ilmu, bertujuan untuk mengadakan deskripsi, prediksi,

eksperimentasi, dan mengadakan kontrol.

Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu.

Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara

bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh jadi filsafat ilmu adalah

penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk

memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan

ilmiah itu sendiri.11

B. Pengertian Metodelogi

Metodelogi merupakan hal yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah

yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoloh memenuhi ciri-ciri. Pada

dasarnya di dalam ilmu pengetahuan dalam bidang dan disiplin apa pun, baik

ilmu-ilmu humaniora, sosial maupun ilmu-ilmu alam masing-masing

menggunakan metode yang sama.

Metodologi berasal dari kata metodologi dan logos. Metodologi bisa

diartikan ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode

berasal dari kata yunani methodes, sambungan kata depan meta (menuju,

melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara,

dan arah). Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu12.

11 Dardiri, Humaniora-Filsafat dan Logika, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), hlm.14 12 Surajiwo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009), hlm. 45

Page 28: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 28

Filsafat ilmu hampir semua penyakit dan ilmu dapat dipelajari oleh kita.

Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar

menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu keabsahan atau cara pandang harus

bersifat ilmiah.

Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan

seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu. Ilmu itu sendiri

merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

Pengetahuan itu sendiri ada jenis nya salah satunya adalah pengetahuan

ilmiah, yaitu segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan

menggunakan metode ilmiah.13

C. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis

dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan

pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah, yaitu:

1. Masalah

Masalah diartikan sebagai suatu situais dimana fakta yang terjadi sudah

menimpang dari batas-batas toleransi dari sesuatu yang diharapkan.14

Masalah adalah sesuatu yang apabila didaya gunakan akan memiliki nilai

tambah. Langkah paling awal yang harus dilakukan oleh peneliti, setelah ia

memperoleh dan menentukan topik penelitiannya, Penguraian latar belakang

permasalahan di maksudkan untuk mengantarkan dan menjelaskan

mengenai latar belakang mengapa sesutuu di anggap sebagai

permasalahan, phenomena apakah yang tampak di mata peneliti atau yang

terjadi di lapangan sehhingga memerlukan penellitian.

13 Mukhtar Latif, Orientasi Ke Arah Filsafat Ilmu (Jakarta: Kencana Prenada Media 2014), hlm. 23 14 Husein Umar, Metode Peneloitian Untuk Skirpsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014), hlm. 8

Page 29: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 29

2. Rumusan Masalah

Penguraian permasalahan harus berangkat dari latar belakang yang

bersipat umum, yaitu berada dalam kerangka pemikiran yang luas dengan

mengaitkan topik penelitian pada banyak hal yang relevan menuju

permasalahan yang lebih spesifik dan terpusat pada pokok persoalan nya..

Dengan demikian pembaca tergiring dari sudut pandang permasalahan

yang luas menuju kepada satu topik tertentu yang hendak di teliti saja hal ini

sangat penting dikarenakan setiap penelitian tidak mungkin untuk menggarap

semua aspek problematika yang ada melaikan hanya dapat meneliti

sebagian kecil yang kladang-kadangpun hanya dari bidang yang sempit saja.

Perumusan permasalahan ini seringkali langsung menjadi pertanyaan-

pertanyaan dasar dalam penelitian dan sering kali juga, pada gilirannya,

jawaban sementara terhadap pertanyaan ini di formulasikan dalam bentuk

hipotesis penelitian. suatu rumusan masalah harus memenuhi ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Menanyakan mengenai hubungan antara paling tidak dua variabel

b. Ditanyakan secara jelas dalam bentuk kalimat Tanya

c. Harus dapat di uji oleh metode empirik, yaitu data yang digunakan

untuk menjawabnya harus dapat di peroleh

d. Tidak boleh berisi pertanyaan mengenai moral atau etika15

3. Tujuan dan Manfaat

Menurut buku yang telah saya baca dalam buku Transformational

Thingking, tujuan adalah salah satu karekteristik dan kekuatan pendorong

utama dalam kehidupan.16 Dan kalau saya simpulkan, dari tujuan di dalam

metode ilmiah bahwa tujuan yang dimaksud adalah dalam setiap penelitian

15 Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 30 16 Champions Of change, Ahmad Fhatoni, Transformational Thingking, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 269

Page 30: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 30

pasti mempunyai tujuan dan termasuk mempunyai manfaat didalam sebuah

metode,

karna sudah kita ketahui bahwa tujuan itu adalah satu kekuatan

pendorong utama dalam kehidupan. Dengan begitu setiap perlakuan kita

didalam kehidupan mempunyai tujuan dan manfaat. Apalagi dalam metode

ilmiah. seperti kita melakukan penelitian tentang sesuatu hal, maka pastilah

kita akan mempunyai tujuan dan tentulah penelitian kita tadi juga hrus

memiliki manfaat.

4. Landasan Teori

Landasan merupakan ciri yang penting bagi penelitian ilmiah untuk

mendapatkan data. Yang dimaksud landasan teori disini adalah teori yang

terkait dengan variable yang terdapat dalam judul penelitian atau yang

tercakup dalam paradigm penelitian sesuai dengan hasil perumusan

masalah. Teori dipergunakan sebagai landasan atau alas an mengapa suatu

yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variable tak bebas atau

merupakan satu penyebab.17

Dalam mereviu teori dan temuan, peneliti melakukan analisis dan sintesis

sedemikian rupa tanpa menutup hasil penelitian terdahulu yang tampak akan

melemahkan dugaan asumsi dasar yang di percayainya peneliti harus

bersikap terbuka terhadap pakta dan kesimpulan terdahulu baik yang

memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya jadi dalam hal

ini telaah teoretik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan

permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap petanyaan-

pertanyaan penelitian.

17 Juliansyah, Metodelogi Penelitian, (Prenada Media, 2015), hlm. 323

Page 31: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 31

5. Instrument Pengumpulan Data

Intrumen pengumpulan data adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan

sistematis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian akan digunakan untuk

menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan, dan pada

akhirnya akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan atau

keputusan. Oleh karena itu data harus merupakan data yang baik dan benar.

Agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka intrumen atau alat bantu

pengumpulan datanya juga harus baik dan benar.18

Instrument penelitian memegang peranan penting dalam usaha

memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya. bahkan validitas hasil

penelitian sebagian besar sangat tergantung pada kualitas instrument

pengumpulan datanya. Diantara bentuk-bentuk instrument pengumpulan data

contohnya dalam soal penelitian sosial dan psikologi adalah:

a. Wawancara

b. Angket, atau kuesioner

c. Tes

d. Skala-skala psikologis dan sebagainya

Apapun bentuk instrument pengumpulan data yang di gunakan, masalah

ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen dan kerterpercayaan hasil

ukurnya merupakan dua karakter yang tidak dapat di tawar-tawar.19

6. Hasil atau Kesimpulan

Hasil pembahasan tidak lain adalah kesimpulan. Kesimpulan adalah

langkah terakhir dalam setiap kegiatan penelitian. Penelitian yang tidak

dipublikasikan atau di sebarluaskan akan kurang bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak memiliki nilai praktis yang tinggi,

18 Dodiet Aditya, Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian, (Surakarta, 2013), hlm. 10 19 Emzir, Metodelogi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 271

Page 32: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 32

oleh karna itu adalah kewajiban setiap peneliti untuk menyelesaikan

rangkaian kegiatan ilmiah menjadi suatu bentuk laporan ilmiah tertulis yang

dapat di pertanggung jawabkan.20

20 Saifudin Azwar, Op. Cit., hlm. 82

Page 33: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 33

SARANA ILMIAH DALAM

ILMU PENGETAHUAN

Page 34: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 34

SARANA ILMIAH DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Pengertian Sarana Ilmiah

Sarana berpikir ilmiah adalah sistematika dalam mencapai tujuan, Untuk

melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.

Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah

secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupkan

suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa mengusai hal

ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan-

kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana

merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu

atau dengan kata lain Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas

dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. 21

B. Macam-Macam Sarana Ilmiah

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka

diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.

1. Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh

proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat

komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.22

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada

komunikasi, Bahasa merupakan penghubung ilmu dan pengetahuan.

Banyak ahli yang telah memberikan uraianya tentang pengertian bahasa,

antara lain:

21 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), Hlm165 22 Ibid., Hlm 167

Page 35: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 35

a) Bloch dan Trager

Bahasa adalah suatu sistem-sistem simbol bunyi yang arbiter yang

dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.

b) Josepth Broam

Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbiter

yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat

bergaul satu sama sekali.

Beberapa Fungsi Bahasa menurut Halliday, antara lain:

a) Fungsi instrumental

b) Fungsi regulatoris

c) Fungsi interaksional

d) Fungsi personal

e) Fungsi heuristik

f) Fungsi imajinatif

g) Fungsi representasional23

2. Matematika

Dalam abad ke 20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah

mempergunakan matematika, baik itu matematika sederhana hingga yang

rumit sekalipun. Matematika adalah kebenaran ilmiah yang diwakili dengan

bentuk lambang ataupun symbol. Demikian pula semua ilmu-ilmu

pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan Matematika, banyak ilmu

sosial yang sudah mempergunakan matematika, dapat dikatakan bahwa

fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan

dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Matematika mempunyai

peranan penting dalam berpikir deduktif. 24

23 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm 181 24 Ibid, hlm 176-177

Page 36: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 36

a) Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang

matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah

makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan

kumpulan rumus-rumus yang mati.25

Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan. Untuk mengatasi

kekurangan tersebut kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini kita

katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk

menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.

Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita

untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.

b) Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh

karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas

pengalaman,26 bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni bahasa

buatan. Dalam penalaran deduktif, bentuk penyimpulan banyak digunakan

dalam sistem silogisme dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai

perwujudan pemikiran deduktif yang sempurna.

c) Matematika Untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Matematika merupakan puncak kegemilangan intelektual. Dalam

perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi

yang cukup besar, ditandai dengan pengunaan lambang-lambang bilangan

untuk perhitungan dan pengukuran. Berbeda dengan ilmu sosial yang

memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan

pengamatan.

25 Jujun S. Suriasumantri, Op. Cit, hlm 190 26 Amsal Bakhtiar, Op. Cit, hlm 191

Page 37: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 37

Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai dengan kenyataan bahwa

kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran

yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama

sekali tidak relavan.

3. Statistik

Pada mulanya, statistik hanya digunakan untuk menggambarkan

keadaan dan menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan saja, seperti

perhitungan banyak penduduk, pembayaran pajak, mencatat kepegawaian,

dll. Tetapi sekarang ini statistik hampir digunakan oleh semua bidang,

statistik adalah kesimpulan kebenaran dilihat dari bentuk angka. Statistik bisa

digunakan untuk ukuran sebagai wakil dari sekelompok fakta mengenai: nilai

rata-rata mahasiswa, presentase keberhasilan belajar, untuk memperoleh

sejumlah informasi yang menjelaskan masalah untuk ditarik kesimpulan yang

benar, melalui beberapa proses. 27

Ditinjau dari segi terminologi, istilah statistik terkandung berbagai macam

pengertian, antara lain: Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data

statstik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.

Sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan

penstatistikan. Kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik, yaitu

cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan,

menyusun, menyajikan, menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap

sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka.28 Landasan kerja statistik

Ada 3 jenis landasan kerja statistik menurut Sutrisno Hadi dalam Riduwan,

antara lain:

a. Variasi

b. Reduksi

27 Riduwan, Dasar-dasar Statistika (Bandung: Alfabeta, 2008), Hlm 1-2 28 Amsal Bakhtiar, Op. Cit, hlm. 198

Page 38: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 38

c. Generalisasi

Ada beberapa Karakteristik dan ciri pokok statistik, antara lain sebagai

berikut: Statistik bersifat dengan angka dan Statistik bersifat objektif,

maksudnya angka statistik dapat digunakan sebagai alat pencarian fakta, dll

Statistik bersifat universal, statistik dapat digunakan secara umum dalam

berbagai bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan IPTEK,

ilmu statistika telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan

manusia, berikut Kegunaan statistika, antara lain: Sebagai alat komunikasi,

Deskripsi dan Regresi.29

4. Logika

Logika adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang

dinyatakan dalam bahasa. Secara luas dapat dikatakan bahwa logika adalah

cabang filsafat yang membicarakan prinsip-prinsip serta norma-norma

penyimpulan yang sah atau secara sederhana logika adalah cabang filsafat

yang membahas metode-metode penalaran yang sah dari premis ke

kesimpulan.30 Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat

dipertanggung jawabkan, karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai

dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar

daripada satu, logika yakni akal pikiran, akal yang bisa memproses informasi

secara sistematis.

a. Aturan cara berpikir yang benar, antara lain:

1) Mencintai kebenaran

2) Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang anda kerjakan

3) Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang anda katakan

29 Riduwan, Op. Cit, hlm 4-5 30 H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat Dan Logika (Jakarta: CV Raja Wali, 1986), Hlm 25-26

Page 39: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 39

4) Cintailah definisi yang tepat

5) Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,

serta kenali jenis, macam dan nama kesalahan

6) Buatlah distingsi dan klasifikasi yang semestinya31

b. Macam-macam logika

Dari segi sejarah terdapat dua macam logika, yaitu: logika naturalis (alamiah)

dan logika artificialis (buatan atau ilmiah).

1) Logika naturalis, sejak manusia ada secara potensial, manusia sudah

berlogika dan teraktualisasikan sejak budi manusia berfungsi sebagaimana

mestinya.

2) Logika artificialis, logika ini terbagi menjadi dua, yakni:

a) Logika material, membicarakan materi atau barang-barang dalam

realita yang berhubungan dengan fikiran.

b) Logika formal atau minor, logika yang mempelajari bentuk berpikir.32

c. Manfaat logika

Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk

mendapatkan kebenaran dan menghindari kekiliruan. Dalam segala aktivitas

berpikir dan bertindak.33

C. Hubungan Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika Statistika

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan

berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,

matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang

dipakai dalam seluruh proses berpkir ilmiah dimana bahasa merupakan alat

31 Amsal Bakhtiar, Op. Cit,.hlm 213-217 32 H.A. Dardiri, Op.Cit,.hlm 27-28 33 Mundiri, Logika (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011), Hlm 17

Page 40: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 40

berpikir dan alat komunikasi untuk meyampaikan jalan pikiran tersebut

kepada orang lain.

Ditinjau dari pola pikirnya, maka ilmu pengetahuan merupakan gabungan

antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah

menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan

statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat

sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Bahasa merupakan sarana kominikasi, maka segala sesuatu yang

berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir

sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa

mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan

kegiatan ilmiah secara sistematis.34

34 Amsal Bakhtiar, Op. Cit,. hlm 201-202

Page 41: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 41

ASPEK ONTOLOGI ILMU

PENGETAHUAN

Page 42: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 42

ASPEK ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN

A. Pengertian Ontologi

Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan

Logos. Logic Jadi ontology adalah the theory of being qua being (teori

tentang keberadaan sebagai keberadaan). Atau bisa juga ilmu tentang yang

ada.Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang

ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun

rohani atau abstrak.Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf

Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat

metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi

metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.

Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian,

metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip

yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.

Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi

dan Teologi.

Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu

perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis

mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis

ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang

berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang

sesuai dengan akal manusia.

Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan

pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat

dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens Bagus; ontology

Page 43: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 43

menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua

bentuknya.35

Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi

apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton

Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling

menyeluruh.

B. Objek Kajian Ontologi

Objek telaahan ontology adalah yang ada, yaitu ada individu dan umum,

ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,termasuk

kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala

yang ada,yaitu tuhan yang maha esa,pencipta dan pengatur serta penentu

alam semesta. Studi tentang yang ada, pada tataran studi filsafat pada

umumnya dilakukan oleh filsafat metefisika. Istilah ontologi banyak digunakan

ketika membahas yang ada dalam konsep filsafat ilmu.

1. Metode dalam ontologi lorens bagus meperkenalkan 3 tingkat abtraksi

dalam ontologi,yaitu abtraksi fisik,abtraksi bentuk,dan abtraksi metefisik.

Abtraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat has sesuatu objek. Abtraksi

bentuk mendekripsikan metefisik mengenai prinsip umum yang menjadi

dasar dari semua realitas .Abtraksi yang di jangkau oleh ontologi adalah

abtraksi metafisik.

2. Metefisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal

yang sangat mendasar yang berada diluar pengalam manusia. Metafisika

mengkaji segala sesuatu secara konfrensif.Menurut Asmoro achmadi

metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang

bersifat”keluarbiasaan(beyond nature) yang berada diluar pengalaman

35 Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), hlm. 53

Page 44: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 44

manusia (immediate experience) menurut achmadi, metafisika mengkaji

sesuatu yang berada diluar hal-hal yang biasa yang berlaku pada

umumnya atau berada diluar kebiasaan pengalaman manusia aristoteles

menyingggung masalah metafisika dalam karyanya filsafat pertama.

C. Aliran-Aliran dalam Metafisika Ontologi

Sejak lama, istilah “metafisika” dipergunakan di Yunani untuk

menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Istilah ini berasal dari bahasa

Yunani meta ta physika yang berarti “hal-hal yang terdapat sesudah fisika”.

Aristoteles mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada

sebagai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan, misalnya,

dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang-ada sebagai yang

dijumlahkan.

Dewasa ini metafisika dipergunakan baik untuk menunjukkan filsafat

pada umumnya maupun acapkali untuk menunjukkan cabang filsafat yang

mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Namun secara singkat banyak

yang menyebutkan sebagai metafisika sebagai studi tentang realitas dan

tentang apa yang nyata. Terkadang metafisika ini sering disamakan dengan

“ontologi” (hakikat ilmu).

Namun demikian, Anton Baker1 membedakan antara Metafisika dan

ontologi. Menurutnya istilah ‘metafisika’ tidak menunjukkan bidang ekstensif

atau objek material tertentu dalam penelitian, tetapi mengenai suatu inti yang

termuat dalam setiap kenyataan, ataupun suatu unsur formal. Inti itu hanya

tersentuh pada pada taraf penelitian paling fundamental, dan dengan metode

tersendiri. Maka nama ‘metafisika’ menunjukkan nivo pemikiran, dan

merupakan refleksi filosofis mengenai kenyataan yang secara mutlak paling

mendalam dan paling ultimate.

Page 45: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 45

1. Aliran monoisme

Paham monoisme menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh

kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin. Haruslah 1 hakikat saja

sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi maupun berupa

ruhani.Beberapa filosop atau tokoh yang tergolong pada aliran matealisme

adalah thales,anaximenes,dan anaeximandris.

Tokoh atau para filosop yang hidup ratusan tahun sebelum masehi.thales

(625-545 SM), termasuk salah satu penganut monoisme thales mengajarkan

bahwa asas permulaan dari segala sesuatu itu adalah satu,yaitu air.air

adalah pangkal pokok dan dasar segala galanya. Semua benda terjadi dari

air dan semuanya akan kembali kepada air pula.berdasarkan rasio dan

pengalaman yang dilihatnya nya sehari-hari thales menyimpulkan tengtang

asal terbantuknya alam ini.

2. Aliran dualisme

Aliran dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara 2 paham

yang saling bertentangan,yaitu materialism dan idialisme.menurut aliran

dualism materi maupun ruh sama merupakan hakikat materi muncul bukan

karena adanya ruh,begitu pun ruh muncul bukan karena materi.akan

tetapi,dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah

dalam menghubungkan dan menyeleraskan kedua aliran tersebut. Aliran

dualism memandang bahwa alam berdiri dari 2 macam hakikat sebagai

sumbernya dan merupakan paham yang serba 2, yaitu antara materi dan

bentuk.

3. Aliran pluralism

Pluralisme berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan

kenyataan.

Page 46: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 46

4. Aliran Nikhilsme

Nikhilsme menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan

kereatifitas manusia.

5. Aliran Agnotisisme

Aliran agnotisisme menganut paham bahwa manusia tidak mungkin

mengetahui hakikat sesuatu di balikkenyataannya. Sedangkan ontologi yang

menjadi objek material bagi filsafat pertama itu terdiri dari segala-gala yang

ada. Metafisika sering juga disebut sebagai ‘filsafat pertama’. Maksudnya

ialah ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata ini. Sering juga

disebut sebagai filsafat tentang hal yang ada. Persoalannya ialah menyelidiki

hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak terbatas pada apa

yang dapat ditangkap oleh panca indra saja.

Aristoteles memandang metafisika sebagai filsafat pertama. Istilah

pertama tidak berarti, bahwa bagian filsafat ini harus ditempatkan didepan,

tetapi menunjukkan kedudukan atau pentingnya. Filsafat pertama menyelidiki

pengandaian-pengandaian paling mendalam dan paling akhir dalam

pengetahuan manusiawi yang mendasari segala macam pengetahuan

lainnya. Aristoteles mengatakan bahwa menurut kodratnya setiap orang

mempunyai keinginan mengetahui sesuatu.

Pengetahuan khusus yang ingin ia defenisikan dalam tulisannya tentang

metafisika adalah pengetahuan tentang sebab-sebab pertama, yaitu

pengetahuan yang mendasari dan mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan yang

lain dan menuntun manusia untuk mencapai sumber tertinggi dari gerakan

dan kehidupan.

Page 47: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 47

Secara umum metafisika adalah suatu pembahasan filsafati yang

komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang

“ada” (being). Yang dimaksud dengan “ADA” ialah ‘semua yang ada baik

yang ada secara mutlak, ada tidak mutlak, maupun ada dalam kemungkinan.”

Ilmu ini bertanya apakah hakikat kenyataan itu sebenar-benarnya? Jadi,

metafisika ini mempersoalkan asal dan struktur alam semesta.

Jujun S Sumantri mengatakan; bidang telaah filasafati yang disebut

metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran ilmiah.

Diibaratkan bila pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang,

menembus galaksi dam awan gemawan, maka metafisika adalah dasar

peluncurannya.

Secara umum, metafisika dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Metafisika umum (yang disebut ontologi)

Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus.

Perkataan ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “yang ada” dan,

sekali lagi, logos. Maka objek material dari bagi filsafat umum itu terdiri

dari segala gala yang ada. Pertanyaan-pertanyaan dari ontologi misalnya:

a. apakah kenyataan merupakan kesatuan atau tidak?

b. Apakah alam raya merupakan peredaran abadi dimana semua gejala

selalu kembali, seperti dalam siklus musim-musim, atau justru suatu

proses perkembangan?

2. Metafisika khusus (yang disebut kosmologi)

Sedangkan metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan

tentang struktur alam semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu,

dan gerakan. Kosmologi berasal dari kata “kosmos” = dunia atau ketertiban,

lawan dari “chaos” atau kacau balau atau tidak tertib; dan “logos” = ilmu atau

percakapan. Kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paling

fundamental dari seluruh realitas.

Page 48: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 48

Ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang ada, sedangkan

kosmologi membicarakan azas-azas dari yang ada yang teratur. Ontologi

berusaha untuk mengetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan

kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya.

Materialisme adalah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada

terdalam bersifat materi.

D. Asumsi

Salah satu permasalah didalam dunia filsafat yang menjadi

perenungan para filsuf adalah masalah gejala alam. Mereka menduga-duga

apakah gejala dalam alam ini tunduk kepada determinisme, yakni hukum

alam yang bersifat universal, ataukah hukum semacam itu tidak terdapat

sebab setiap gejala merupakan pilihan bebas, ataukah keumuman itu

memang ada namun berupa peluang, sekedar tangkapan probabilistik?

Ketiga masalah ini yakni determinisme, pilihan bebas dan probabilistik

merupakan permasalahan filasafati yang rumit namun menarik. tanpa

mengenal ketiga aspek ini, serta bagaimana ilmu sampai pada pemecahan

masalah yang merupakan kompromi, akan sukar bagi kita untuk mengenal

hakikat keilmuan dengan baik.

Jadi, marilah kita asumsikan saja bahwa hukum yang mengatur

berbagai kejadian itu memang ada, sebab tanpa asumsi ini maka semua

pembicaraan akan sia-sia. Hukum disini diartikan sebagai suatu aturan main

atau pola kejadian yang diikuti oleh sebagian besar peserta, gejalanya

berulangkali dapat diamati yang tiap kali memberikan hasil yang sama, yang

dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum seperti itu berlaku

kapan saja dan dimana saja.

Page 49: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 49

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-

1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa

pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak

universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang

berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah

ditetapkan lebih dahulu.

Demikian juga paham determinisme ini bertentangan dengan

penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa semua manusia

mempunyai kebebasandalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada

hukum alam yang tidak memberikan pilihan alternatif.Untuk meletakkan ilmu

dalam perspektif filsafat ini marilah kita bertanya kepada diri sendiri apakah

yang sebenarnya yang ingin dipelajari ilmu.

E. Peluang

Peluang secara sederhana diartikan sebagai probabilitas. Peluang 0.8

secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk suatu kejadian

tertentu adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan

hal tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan

tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat

mutlak.

Tetapi ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar bagi manusia

untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan kepada

kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikan maka kata akhir dari

suatu keputusan terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan

bukan pada teori-teori keilmuan.

Page 50: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 50

F. Beberapa Asumsi dalam Ilmu

Ilmu yang paling termasuk paling maju dibandingkan dengan ilmu lain

adalah fisika. Fisika merupakan ilmu teoritis yang dibangun di atas sistem

penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuaktian induktif yang

mengesankan. Namun sering dilupakan orang bahwa fisika pun belum

merupakan suatu kesatuan konsep yang utuh. Artinya fisika belum

merupakan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara semantik, sistematik,

konsisten dan analitik berdasarkan pernyataan-pernyataan ilmiah yang

disepakati bersama.

Di mana terdapat celah-celah perbedaan dalam fisika? Perbedaannya

justru terletak dalam fondasi dimana dibangun teori ilmiah diatasnya yakni

dalam asumsi tentang dunia fisiknya. Begitu juga sebaliknya dengan ilmu-

ilmu lain yang juga termasuk ilmu-ilmu sosial.

Kemudian pertanyaan yang muncul dari pernyataan diatas adalah

apakah kita perlu membuat kotak-kotak dan pembatasan dalam bentuk

asumsi yang kian sempit? Jawabannya adalah sederhana sekali; sekiranya

ilmu ingin mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis, yang mampu

menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam

pengalaman manusia, maka pembatasan ini adalah perlu. Suatu

permasalahan kehidupan manusia seperti membangun pemukiman

Jabotabek, tidak bisa dianalisis secara cermat dan seksama oleh hanya satu

disiplin ilmu saja.

Masalah yang rumit ini, seperti juga rumitnya kehidupan yang dihadapi

manusia, harus dilihat sepotong demi sepotong dan selangkah demi

selangkah. Berbagai displin keilmuan, dengan asumsinya masing-masing

tentang manusia mencoba mendekati permasalahan tersebut.

Page 51: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 51

Ilmu-ilmu ini bersifat otonom dalam bidang pengkajiannya masing-

masing dan “berfederasi” dalam suatu pendekatan multidispliner. (Jadi bukan

“fusi” dengan penggabungan asumsi yang kacau balau). Dalam

mengembangkan asumsi ini maka harus diperhatikan beberapa hal:

a. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian displin

keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari

pengkajian teoritis.

b. Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya ‘bukan’

bagaimana keadaan yang seharusnya.” Asumsi yang pertama adalah

asumsi yang mendasari telaah ilmiah,

c. sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral

Seorang ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang

dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan

asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep pemikiran yang

digunakan. Sering kita jumpai bahwa asumsi yang melandasi suatu kajian

keilmuan tidak bersifat tersurat melainkan tersirat.

G. Dasar Ilmu

Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar

ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca

indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau

bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide,

nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri. Ontologi

merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling

kuno.

Page 52: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 52

Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa asumsi

yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah suatu objek bisa

dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), struktur atau

komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah kelestarian relatif

artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu

singkat). Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu

atau tidak terjadi secara kebetulan.

Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang

berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-

pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas

pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi

perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru

mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap

pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh

mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan

pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung, artinya

dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini.

Dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan

kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu

bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang

paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan

kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.

Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang

utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang

dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang

dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika

dan estetika

Page 53: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 53

Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan mengenai

penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu predikat yang

dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-

manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang

pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan

fenomena disekelilingnya.

Ilmu pengetahuan, adalah pengetahuan yang diperoleh melalui

penyelidikan atau penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah,

seperti meneliti mengapa api panas, apa unsur-unsur yang ada dalam api

dan lain sebagainya. Sementara itu, pengetahuan filsafat, merupakan hasil

proses berpikir dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis,

menyeluruh, dan mendasar. Seperti pengetahuan tentang api, apa hakikat

api, dan darimana asal api. Jadi pengetahuan filsafat mencari hakikat

sesuatu sampai ke dasarnya atau sedalam-dalamnya.

Inilah yang membedakan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan

filsafat. Ilmu pengetahuan membatasi dirinya dengan pengalaman dan

pembuktian, sedangkan pengetahuan filsafat tidak demikian, filsafat

menyelidiki sesuatu sampai ke akar-akarnya. Salah satu karakter filsafat

adalah spekulatif, karakter ini dijelaskan oleh Jujun S Suriasumantri.

Spekulatif adalah dasar dari ilmu pengetahuan, biasa di sebut asumsi. Hal ini

jugalah yang menjadi jurang pemisah antara pengetahuan filsafat dan ilmu

pengetahuan/ sains. Spekulatif sebagai dasar dari ilmu pengetahuan / sains

hanya bersifat sementara, yang kemudian harus dibuktikan secara empiris

dengan menggunakan metode ilmu atau sains.

Page 54: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 54

LOGIKA DAN PENALARAN DALAM

ILMU PENGETAHUAN

Page 55: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 55

LOGIKA DAN PENALARAN DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Logika

1. Pengertian Logika

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat

dipertanggungjawabkan.36 Perkataan “logika” diturunkan dari kata sifat

“logike”, bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata benda “logos”, yang

berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari fikiran itu. Hal ini

membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara fikiran dan perkataan

yang merupakan pernyataan dalam bahasa.

Secara etimologis, logika adalah bidang penyelidikan yang membahas

fikiran, yang dinyatakan dalam bahasa. Berfikir adalah berbicara dengan

dirinya sendiri dalam batin, yaitu mempertimbangan, merenungkan,

menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukan alasan-alasannya, menarik

kesimpulan, meneliti suatu jalan fikiran, mencari bagaimana berbagai hal itu

berhubungan satu sama lain.

Kata “logika” dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum

Sofis, Socrates dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya Logika.

Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostud dan kaum Stoa37.

Logika adalah cabang filsafat yang membahas metode-metode penalaran

yang sah dari premis ke kesimpulan.

2. Macam-macam Logika

a. Logika Naturalis, yaitu sejak manusia melakukan kegiatan yang

disebut berpikir, saat itulah ia mempraktekkan hukum-hukum atau

aturan-aturan berfikir, meskipun belum disadarinya. Dengan kata lain,

sejak manusia ada secara potensial, manusia sudah berlogika, dan

teraktualisasikan sejak budi manusia berfungsi sebagaimana

36Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 212 37Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 2

Page 56: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 56

mestinya. Namun kemampuan berlogika seperti itu hanya merupakan

bawaan kodrat manusia. Itu masih alami dan sangat sederhana. Itulah

yang disebut logika naturalis (logika alamiah).

b. Logika Artificialis, meskipun secara potensial semua manusia sudah

memiliki kemampuan menggunakan logika, namun terkadang juga

sesat, bila memikirkan masalah-masalah yang agak rumit. Untuk

menolong manusia dalam berfikir agar tidak sesat, bila memikirkan

masalah-masalah agak rumit. Untuk menolong manusia dalam berfikir

agar tidak sesat, maka manusia membuat logika buatan (artificialis),

yang penyebab lahirnya antara lain: Kemampuan berlogika secara

alami yang sangat terbatas dan Permasalahan yang dihadapi manusia

yang semakin kompleks.

Meskipun manusia membuat logika buatan, untuk menolong logika

alamiah yang dimiliki manusia sejak lahir, bukan berarti logika naturalis tidak

lagi digunakan. Yang benar adalah mengembangkan logika naturalis yang

telah dimilikinya38.

3. Beberapa Alasan Untuk Mempelajari Logika

Berikut beberapa alasan mengapa kita mempelajari logika, yakni sebagai

berikut:

a. Sepanjang logika dipandang sebagai ilmu dan bukan sebagai seni,

maka usaha mempelajari logika harus memberikan orang yang

mempelajarinya pemahaman tentang hakikat, tentang prinsip

pemikiran yang logis.

b. Ditinjau secara praktis, sebagai suatu seni, kecakapan, logika harus

memperbaiki kemampuannya sendiri melakukan penalaran yang

meyakinkan, sehingga dapat mengetahui perbedaan antara bahan

bukti yang baik dan yang buruk bagi suatu kesimpulan.

38H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat, dan Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 1986), hlm. 27

Page 57: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 57

c. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai

prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik

manusia bersikap obyektif tegas dan berani.39

d. Logika diharapkan dapat menjadikan orang yang mempelajarinya

sadar akan perbedaan antara bujukan yang mempergunakan berbagai

sarana yang psikologis dengan keyakinan rasional yang

mempergunakan bahan-bahan bukti serta penalaran logis. Misalnya,

reklame yang mempergunakan bahasa yang menggiurkan dan

mempesonakan bagi orang yang melihat atau mendengarkannya.

Dengan menguasai logika formal diharapkan dapat melakukan

pengecekan terhadap hasil-hasil pemikiran orang lain dengan cara objektif.

Dengan logika formal seseorang akan terlatih untuk mempercayai hasil

pemikirannya sendiri, yang kemudian dapat memperkembangkan cara

berpikir ilmiah yang konsisten dan logis.

4. Asas-asas Pemikiran

Dalam berpikir kita tidak boleh melalaikan patokan pokok oleh logika

disebut Asas Berpikir. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau

asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Ia adalah dasar daripada

pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan, yaitu:

a. Asas Identitas, bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya.

Bila kita beri perumusan akan berbunyi “bila proposisi itu benar maka

benarlah dia”.

b. Asas Kontradiksi, bahwa dua kenyataan yang kontradiktoris tidak

mungkin bersama-sama secara simultan. Bila kita beri perumusan

akan berbunyi “tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”

39Mundiri, Op.Cit., hlm. 17

Page 58: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 58

c. Asas Penolakan kemungkinan ketiga, yaitu pernyataan kontradiktoris

kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak perlu kemungkinan

ketiga). Bila kita beri perumusan akan berbunyi “Suatu proposisi

selalu dalam keadaan benar atau salah”.

B. Penalaran Atau Pemikiran

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan.

Yang dimaksud penalaran adalah rangkaian kegiatan budi manusia untuk

tiba pada suatu kesimpulan (konklusi) dari satu atau lebih keputusan atau

pendapat yang telah diketahui atau penyimpulan (premis)40. Keputusan atau

pendapat baru, yang disebut juga kesimpulan merupakan akibat lanjut yang

runtut dari premis yang bersangkutan. Dalam mengadakan penalaran atau

mengambil kesimpulan, manusia dapat menempuh dua jalan, yaitu:

1. Induksi

Adalah suatu metode penalaran yang berdasarkan sejumlah hal khusus

untuk tiba pada suatu kesimpulan yang bersifat boleh jadi atau kemungkinan.

Aristoteles mendefinisikan induksi sebagai suatu aluran (proses peningkatan)

dari hal-hal yang bersifat khusus individual menuju ke hal-hal yang bersifat

universal. Jadi induksi adalah metode penalaran yang bertolak dari hal

khusus menuju hal umum. Ada dua macam induksi, yakni:

a. Induksi sempurna

b. Induksi tidak sempurna

2. Deduksi

Deduksi adalah suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan

sebagai kemestian dari pernyataan yang merupakan pangkal fikir (premis).

Dapat diartikan deduksi sebagai suatu metode penalaran yang berpangkal

dari pendapat umum ke khusus. dan yang perlu diingat adalah, dalam

40A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 148

Page 59: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 59

deduksi kesimpulannya merupakan suatu kemestian, artinya mau tidak mau

harus begitu. Misalnya, semua mahasiswa adalah manusia.

3. Silogisme

Pada waktu kita mengadakan penalaran, kita dapat menempuh secara

tidak langsung dan dapat pula secara langsung. Kalau kita mengadakan

penalaran secara tidak langsung berdasarkan dua keputusan yang diletakkan

serentak (sekaligus), maka disebut silogisme. Ada dua macam silogisme,

yakni:

a. Silogisme Kategorik, silogisme yang premisnya berupa keputusan

kategori, tidak menggunakan syarat apa-apa.

Misalnya: Semua pelajar membutuh alat tulis

Himawan adalah seorang pelajar

Jadi, Himawan membutuhkan alat tulis

b. Silogisme Hipotetik, silogisme yang premisnya merupakan keputusan

dengan menggunakan syarat41.

Misalnya: Jika lama tidak turun hujan, sawah menjadi kering

Jika sawah menjadi kering, padi tidak tumbuh

Jadi, jika lama tidak turun hujan, padi tidak tumbuh

4. Penalaran Langsung

Penalaran langsung adalah jenis penalaran yang premisnya hanya terdiri

dari satu keputusan, yang langsung digunakan untuk menarik konklusi

(kesimpulan). Termasuk dalam penalaran langsung adalah:

a. Konversi, adalah jenis penalaran yang memutar kedudukan subjek

menjadi predikat dan sebaliknya predikat menjadi subjek dalam

sesuatu keputusan. Keputusann yang dikonversikan (convertend) dan

hasil konversinya (converse) kualitasnya tetap sama.

41 H.A. Dardiri, Op.Cit., hlm. 78

Page 60: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 60

Misalnya: Semua orang adalah makhluk hidup (convertend)

Jadi, semua makhluk hidup adalah orang (converse)

b. Inversi, adalah jenis penalaran langsung dari keputusan pangkal

(invertend) disimpulkan keputusan balik (invers) yang subjeknya

adalah penentang penuh dari subjek pada keputusan semula.

Misalnya: Semua seniman adalah pekerja

Jadi beberapa bukan seniman adalah bukan pekerja.

c. Obversi, adalah jenis penalaran langsung dari suatu keputusan

pangkal (obvertend) disimpulkan suatu keputusan balik (observe) yang

searti dimana subjek tetap sama tetapi kualitas keputusan berubah

dari meng-iyakan menjadi mengingkari atau sebaliknya.

Misalnya: Kera adalah binatang cerdik (obventend)

Kera bukanlah binatang tak cerdik (obverse)

d. Kontraposisi, adalah jenis penalaran langsung dengan jalan memutar

kedudukan subjek menjadi predikat dan sebaliknya predikat menjadi

subjek dalam sesuatu keputusan dan kemudian masing-masing subjek

dan predikat itu dibalik menjadi penentangnya42.

Misalnya: Mahasiswa yang rajin belajar lulus dalam ujian

Yang tak lulus dalam ujian adalah mahasiswa yang tak

rajin belaja

42Ibid., hlm. 92

Page 61: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 61

ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU

PENGETAHUAN

Page 62: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 62

ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Pengertian Etika, Moral dalam Ilmu Pengetahuan

1. Etika

Istlah Etika atau ethics (bahasa inggris) memiliki banyak arti, secara

etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu ethos atau

ethkos, yang mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,

kadang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir.

Adapun dalam bentuk jamaknya ta etha menjadi latar belakang terbentuknya

istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles sudah di pakai untuk

menunjukan filsafat moral.

Selain secara etimologis, kita dapat melihat pengertian etika dari Kamus

Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta), etika di jelaskan ilmu

pengetahuamn tentang asas-asas akhlak (moral). Adapun dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesa, etika dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut:43

a. Ilmu tentang apa yang baik dan tentang apa yang buruk dan tentang hak

dan kewajiban moral (akhlak).

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

c. Nilai mengenai benar dan salah yanng di anut suatu golongan atau

masyarakat.

Menangapi tiga pengertian etika diatas, Bertens mengemukakan bahwa etika

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Etika di pakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Arti ini disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia

perseorangan atau hidup bermasyarakat.

43 Susanto. Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologi, dan aksiologis. (Jakarta: Bumi Aksara,2013), hlm, 164

Page 63: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 63

b. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud

di sini adalah kode eti. Misalnya Kode Etik Advokat, Kode Etik PGRI,

Kode Etik IDI, dan lain sebagainya.

c. Etika di pakai dalam arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Artinya

etika disini sama dengan filsafat moral.

Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi

ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat di gunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, kita juga sering mendengar

istilah descriftive ethics, normative ethics, dan philosophy ethics.44

Beberapa ahli lain menyoroti makna etika lebih lengkap dan detail seperti

yang dikemukakan oleh Wiramiharja dan Abdullah. Menurut Wiramiharja

pada dasarnya etika meliputi empat pengertian, yaitu:

a. Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan

kelompok khusus manusia.

b. Etika digunakan pada suatu di antara sistem-sistem khusus tersebut yaitu

“moralitas” yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalahan seperti

salah dan malu.

c. Etika adalah sistem moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip

moral aktual.

d. Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan

telaahan etika dalam pengertian-pengertian lain.

44Dardiri. Humanior Filsafat dan Logika. (Jakarta: Rajawali. 1986),hlm.22

Page 64: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 64

Etika menurut Abdullah dalam kenyataannya dapat di pakai dalam arti

berikut:45

a. Nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya.

b. Asas norma tingkah laku, tata cara melakukan, sistem perilaku, tata

krama (kode etik).

c. Perilaku baik buruk, boleh tidak boleh, suka-tidak suka, senang-tidak

senang.

d. Ilmu yang tentang perbuatan baik-buruk.

Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu sebagia berikut:

a. Etika sebagai ilmu

b. Etika dalam arti perbuatan

c. Etika sebagai filsafat. 46

Para ahli memberikan kategorisasi mengenai pembahasan etika yaitu di bagi

menjadi kedalam dua bagian yakni, etika deskriptif dan etika normatif.

2. Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mos (jamaknya mores), yang

berarti adab atau cara hidup. Sedangkan menurut etimologinya sama dengan

etika, sekalipun bahasa aslanya berbeda. Jika kita memandang arti kata

moral, perlu kita simpulkan bahwa etika adalah nilai-nilai dan norma-norma

yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya.

45 Susanto, Op. Cit., 167. 46 Op. Cit.,170.

Page 65: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 65

Pengertian moral di bedakan dengan pengertian kelaziman meskipun

dalam praktik kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak tampak jelas

batas-batasanya.47 Moral juga dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu

sebagai berilkut: Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap

manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Illahi. Moral

terapan, yaitu moral yang di dapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis,

agama, adat yang menguasai pemutaran manusia.

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai

manusia. Tetapi bukan mengenai baik bauruknya begitu saja, misalnya

sebagai dosen, tukang masak, pemain bulu tangkis atau penceramah,

melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia

dilihat dari segi kebaikannya sebagian manusia. Sedangkan norma-norma

moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan

manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai

pelaku tertentu dan terbatas.

3. Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab, “alima, ya’lamu, ‘ilman dengan

wazan fa’il, yaf’alu yang berarti mengerti, memahami benar-benar.” 48 Adapun

pengertian ilmu dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “Pengetahuan

tentang suatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode-

metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejalah-gejalah

tertentu dibidang pengetahuan.” Mulyadhi Kertanegara mengatakan bahwa

Ilmu adalah my organized knowledge.

Ilmu dan sain tidak berbeda terutama sebelum abad ke-19. Tetapi

setelah sain lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sementara

47 Op. Cit.,194. 48 Ahmat Taufik Nasution. Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan. (Yogyakarta: Rajawali. 2012), hlm. 4

Page 66: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 66

ilmu melampauinya pada bidang nonfisik seperti metafisika. Sifat ilmu yang

penting adalah universal, communicable, progresif.

Ilmu pengetahuan atau sain adalah suatu pengetahuan ilmiah yang

memiliki syarat-syarat sebagai berikut: Dasar pembenaran yang dapat

dibuktikan dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja ilmiah.

Sistematik, yaitu terdapatnya sistem yang tersusun dan melalui proses,

metode, dan produk yang saling terkait. Intersubyektif, yaitu terjamin

keabsahan atau kebenarannya. Secara sederhana ilmu pengetahauan dapat

di aratikan sebagai “pengetahuan yang di ataur secara sistematis dan

langkah-langkah pencapaiannya dipertangung jawabkan secara teoritis.”

B. Objek Etika

Objek penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang

merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam

bidang moral. Poedjawiyatna mengungkapkan bahwa yang menjadi objek

etika adalah sebagai berikut: Tindakan Manusia, yaitu dimana suatu tindakan

yang dilakukan dengan sengaja sadar atas pilihannya maka kesengajaan ini

mutlak untuk penilaian baik buruk yang disebut dengan penilaian etis atau

morar. Kehendak bebas, yaitu suatu kesenjangan yang meminta adanya

pilihan dan pilihan berarti adanya penentuan dari pihak manusia sendiri untuk

bertindak atau tidak bertindak.

Determinisme, yaitu aliran yang mengingkari adanya kehendak bebas

dalam filsafat. Dan di bagi menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:49

Determinisme Materialisme: Materialisme ini bermacam-macam coraknya,

tetapi semuanya hanya menerima materi sebagai kesungguhan. Materi di sini

adalah yang selalu berubah-ubah dan tidak tetap.

49 Susanto, Op. Cit., 174

Page 67: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 67

Determinisme Religius: Pandangan yang cukup sederhana jalan

pikirannya adalah pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan itu maha kuasa.

Ada kehendak bebas, yaitu kemampuan memilih kalau ia melakukan suatu

tindakkan. Gejala-gejala tindakan, yaitu tidak hanya dalam kehidupan sehari-

hari, dalam ilmu psikologi juga dibedakan adanya tindakan yang sengaja dan

tidak sengaja. Penentuan istimewah, yaitu jika dikatakan bahwa ada

kehendak bebas pada manusia artinya manusia dapat menentukan

tindakanya yaitu ia dapat memilih.

C. Sistem Dalam Ilmu Pengetahuan

Ada enam sistem yang lazim dikenal dalam ilmu pengetahuan yaitu

sebagai berikut:50 Sisitem tertutup yaitu sistem ini tidak memungkinkan

masuknya unsur-unsur baru ke dalamnya. Sisitem terbuka yaitu sistem ini

dimasukan untuk memberikan peluang bagi masuknya unsur-unsur agar

keberadaan sesuatau hal kemungkinan bisa tetap berlangsung. Sisem alami

yaitu sistem yang sejak awal merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam

rangka mencapai tujuan yang juga telah ditentukan sejak awal.

Sistem buatan yaitu hasil dari karya manusia, hal ini tercipta atau

diciptakan secara sengaja untuk memenuhi segala macam kbutuhan hidup

sehari-hari yang semakin komfleks yang disebabkan oleh perkmbangan

kualitas menusia itu sendiri. Sistem yang berbentuk lingkaran yaitu sistem ini

merupakan perkembangan dari sistem buatan, yang dibuat agar lebih

memudahkan tercapainya salah salah satu tujuan hidup. Dalam sistem ini

masalah sentralnya sengaja di letakkan pada sentral dari suatu lingkaran.

Dari sini orang mulai menjelaskan sejauh mana masalah itu dapat

mempengaruhi bidang-bidang lainya. Sistem yang berbentuk garis lurus yaitu

50 Soetriono, Rita Hanaflo. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: Andi Offset.2007),hlm. 14

Page 68: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 68

sistem ini juga merupakan perkembangan dari sistem buatan. Agar dapat

mencapai tujuan yang lebih mudah, sistem ini di susun menurut jenjang-

jenjang atau tingkat-tingkat mulai dari yang paling tinggi ke jenjang yang

paling rendah. Susunan ini memperlihatkan suatu tatanan bahwa jenjang

yang lebih rendah mendasarkan diri kepada jenjang yang lebih tinggi.

D. Hubungan Etika, Moral dan Ilmu Pengetahuan

1. Hubungan Etika dan Ilmu Pengetahuan

Pada dasarnya manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk

tujuan praktis, mereka hanya memfungsikan ilmu pengetahuan dalam arah

yang tidak terbatas sehingga dapat di pastikan bahwa manfaat pengetahuan

mungkin akan diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Jadi hubungan antara

etika dengan ilmu pengetahuan yang bersifat tidak terbatas dalam

penggunaanya hendaknya selalu berlandaskan pada etika yang berfungsi

memberikan pertimbangan mengenai baik atau buruk, benar atau salah dari

pemanfaatan ilmu, maka etika mejadi acuan atau panduan bagi ilmu

pengetahuan dalam realisasi pengembangannya.51

2. Hubungan Moral dan Ilmu Pengetahuan

Dalam kajian filsafat ilmu, pembahasan ilmu selalu dikaitkan dengan

landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Ilmu berupaya

mengungkapkan realitas sebagaimana adanya (das sein), sedang moral

pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa yang seharusnya

dilakukan oleh manusia (das sollen). Keilmuan harus dilandasi dengan moral,

karena keilmuan tanpa di dasari dengan moral maka akan menimbulkan

mudarat bagi manusia dan makhluk Tuhan yang lainya.

51 Susanto, Op. Cit., 188

Page 69: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 69

Hasil-hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif-alternatif untuk

membuat berbagai keputusan strategis dengan berkiblat kepada

pertimbangan-pertimbangan moral ethis. Ilmuan memiliki tanggung jawab

prefesional, khususnya di dunia ilmu dan dalam masyarakat keilmuwan itu

sendiri dan mengenai metodologi yang dipakainya.

Ia juga memiliki tanggung jawab sosial, yang dibedakan atas tanggung

jawab legal yang formal sifatnya, dan tanggung jawab moral yang lebih luas

cakupannya. Masalah moral bukan saja hanya terdapat pada taraf

penggunan hasil ilmu, tetapi juga sudah pada taraf pembuatannya. Jadi

dapat di simpulkan bahwa Etika adalah peraturan tentang perilaku

berdasarkan kaida hukum dan norma atau di sebut juga perilaku baik.

Sedangkan Moral adalah perilaku secara umum baik maupun tidak baik.

Page 70: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 70

PRESPEKTIF ILMU, SENI DAN AGAMA

DALAM KHAZANAH PENGETAHUAN,

BUDAYA DAN PERADABAN

Page 71: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 71

Prespektif Ilmu, Seni dan Agama dalam Khazanah

Pengetahuan, Budaya dan Peradaban

A. Hakikat Ilmu

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata ilmu dan

pengetahuan. Kedua kata tersebut biasa diucapkan secara sendiri sendiri

yakni ilmu dan pengetahuan atau digabung menjadi ilmu pengetahuan.

Secara bahasa, ilmu (knowledge) berarti kepandaian tertentu atau

pengetahuan tentang suatu bidang. Sutardjo A. Wiramihardja, menyatakan

bahwa secara bahasa ilmu pengetahuan dan pengetahuan tidak ada

perbedaan secara prinsip karena ilmu pengetahuan hanya memberikan

tekanan pada ilmu, ialah dalam sisi sistematika, reliabilitas dan validitas.52

Dalam Islam, ilmu adalah merupakan hal yang sangat penting, bahkan

ayat yang pertama kali turun dalam kitab suci Al-Qur’an adalah Surat Al Alaq

yang berbunyi اقرأ yang artinya baca suatu hal mendasar dalam menuntut

ilmu dan isyarat (alamat) datangnya hari kiamat adalah terangkatnya ilmu.53

Ilmu menurut Jujun S. Suriasumantri adalah merupakan suatu cara

berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan

yang dapat di andalkan. Berpikir bukan satu-satunya cara dalam

mendapatkan pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya dari

kegiatan berpikir. Ilmu merupakan produk dari proses berpikir menurut

langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berpikir

ilmiah.54

52 Imam Ali Khamenei, Perang Kebudayaan, (Jakarta: Penerbit Cahaya 2005), Hlm 15-17 53 Ibid., Hlm 22-24. 54 Sutarjo, A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Aditama, 2009), Hlm 128-129.

Page 72: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 72

The Liang Gie seperti dikutip oleh Konrad Kebung, mengungkapkan

lima ciri ilmu pengetahuan yaitu:55 Empiris: pengetahuan ini diperoleh

berdasarkan pengalaman, pengamatan dan percobaan atau eksperimen.

Sistematis: berbagai informasi dan data yang dihimpun sebagai pengetahuan

itu memiliki hubungan ketergantungan dan teratur. Obyektif: ilmu harus bebas

dari prasangka orang perorangan dan interes pribadi. Analitis: pengetahuan

ilmiah selalu berusaha membeda-bedakan secara jelas dalam bagian-bagian

rinci permasalahan, dengan maksud agar kita bisa melihat berbagai sifat,

relasi dan peranan dari bagian-bagian itu. Verifikatif: pengetahuan ilmiah

dapat diperiksa kebenarannya.

Dari uraian hakikat ilmu di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwasanya ilmu dan pengetahuan adalah suatu cara berpikir yang diperoleh

secara empiris (pengalaman, pengamatan dan percobaan) tersusun secara

sistematis, bersifat obyektif dan progresif (mengundang jawaban dan

penemuan baru) serta terbuka kemungkinan untuk di kritik orang lain dan

bersifat universal tidak terbatas ruang dan waktu yang berlaku kapan saja

serta dimana saja. Manusia wajib hukumnya menuntut ilmu karena ilmu

pengetahuan agar manusia lebih memahami dan mendalami segala segi

kehidupan. Tidak dapat dapat dipungkiri, peradaban manusia sangat

tergantung kepada ilmu dan pengetahuan. Berkat kemajuan ilmu

pengetahuan maka pemenuhan kebutuhan manusia dapat dipenuhi secara

lebih cepat dan mudah.

55Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), Hlm 273-275.

Page 73: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 73

B. Hakikat Seni

Dalam dunia modern saat ini, seni seakan mendapat tempat yang

sangat istimewa dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hampir di semua

bidang kehidupan seni menjadi salah satu bagian bahkan pelengkap

kehidupan itu sendiri. Seni itu sendiri dapat dinikmati melalui pandangan

(visual art), melalui pendengaran (audio art) maupun keduanya, yakni

pandangan dan pendengaran (audio visual art).

Seni dan estetika adalah suatu kata yang tidak terpisahkan. Suatu

karya yang bernilai seni tentunya juga bernilai estetika dan suatu karya yang

estetik tentunya juga bernilai seni karena estetika itu adalah wawasan

keindahan dan keindahan itu terkait dengan cita rasa.56 Surajiyo dalam

Mukhtar Latief memaparkan bahwa secara praktis, seni sebagai suatu

kebudayaan yang diciptakan manusia dapat dibedakan atas:57 Seni sastra,

seni dengan alat Bahasa, Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara,

Seni tari, seni dengan alat gerakan, Seni rupa, seni dengan alat garis,

bentuk, warna, dan lain sebagainya dan Seni drama atau teater, seni dengan

alat kombinasi sastra, musik, gerak, dan rupa.

Berbicara seni tentu saja tidak terlepas dari estetika atau keindahan

karena manusia pada dasarnya menyukai keindahan baik berupa keindahan

alam maupun keindahan seni. Keindahan alam adalah keharmonian hukum-

hukum alam yang menakjubkan yang dibukakan bagi mereka yang mampu

menerimanya.

Sedangkan keindahan seni adalah keindahan buatan atau hasil cipta

manusia yang mempunyai bakat untuk menciptakan karya seni (seniman).58

Keindahan yang merupakan manifestasi seni akan menimbulkan rasa senang

atau keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih pada

56 Konrad Kebung, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), Hlm 69-72. 57 Ibid., Hlm 51-53. 58 Mukhtar Latief, Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu, (Jakarta: Prenada Media Group), Hlm 308

Page 74: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 74

subyek yang melihatnya dan bertumpu pada ciri-ciri yang terdapat pada

obyek yang sesuai dengan rasa senang itu. Lebih luas lagi keindahan itu

bukan hanya perpaduan pengamatan panca indra semata tetapi lebih dari itu

juga merupakan perpaduan dengan pengamatan batiniah. Artinya keindahan

itu merupakan gabungan dari pengamatan indrawi juga spiritual.

Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa seni adalah sesuatu

yang universal, berlaku di semua kebudayaan manusia, bersifat abstrak yang

memiliki nilai estetika atau keindahan, baik yang datang dari dalam diri

manusia sebagai produk pemikiran secara logis, rasional, maupun empiris

serta kreasi hati manusia yang bersih dan baik sehingga keindahan ilmu

pengetahuan dapat dinikmati secara serasi, selaras, dan seimbang bagi

kemaslahatan hidup manusia.

C. Hakikat Agama

Secara bahasa, kata agama adalah berasal dari bahasa sansekerta

yang terdiri dari kata “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau.

Artinya, orang yang memeluk suatu agama diharapkan tidak kacau, tidak

membuat kacau atau tidak berbuat kacau karena secara filosofi agama

sangat erat hubungannya dengan moral. Abdulkadir Muhammad dalam

Soekrisno Agoes memberikan dua rumusan agama yaitu:59 Menyangkut

hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih

daripada apa yang dialami oleh manusia, Apa yang disyariatkan Allah

dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta

petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Pengertian agama dalam artikel ini berarti harus mempunyai unsur-

unsur sebagai berikut:60 Ada kitab suci, Kitab suci yang ditulis oleh Nabi

berdasar wahyu langsung dari Allah dan Ada suatu lembaga yang membina,

59 Konrad Kebung, Op.Cit., Hlm 66-69. 60 Loc.Cit., Hlm 82-83.

Page 75: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 75

menuntun umat manusia dan menafsirkan kitab suci bagi kepentingan

umatnya.

Setiap agama tentunya mempunyai ajaran moral yang menjadi

pegangan dari para penganutnya. Ajaran moral yang di ajarkan oleh berbagai

agama pada dasarnya terdapat perbedaan, tetapi secara menyeluruh

perbedaannya tidak terlalu besar. Masalah moral seperti pencurian,

pembunuhan, dusta atau bohong misalnya adalah aturan yang dapat diterima

oleh semua agama.

Sedangkan aturan intern tiap agama tentunya ada perbedaan seperti

yang menyangkut masalah ibadah dan cara beribadah dan itulah yang

membedakan antara satu agama dengan agama yang lain. Selain ajaran

moral, susila dan etika semua agama tentu mengajarkan doktrin, dogma dan

filsafat ketuhanan yang menjadi pedoman perilaku penganutnya dalam

kehidupan. Setiap agama juga mengajarkan ritual acara atau tata cara

beribadah yang menetapkan bagaimana seharusnya manusia berhubungan

dengan Tuhan. Semua itu mempunyai tujuan kebaikan dunia dan akhirat.

D. Hakikat Budaya

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta budhayah yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dari asal

kata tersebut, kebudayaan dapat diartikan hal-hal bersangkut paut dengan

akal atau budi. Definisi budaya (culture) pertama kali dipopulerkan oleh E.B.

Taylor pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture di mana

kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum adat serta kemampuan dan kebiasaan

lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Antropologi Sosial Budaya

menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan ahli sosiologi Talcot Parsons

yang bersama ahli antropologi A.L. Kroeber yang menyatakan bahwa ada

Page 76: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 76

tiga gejala kebudayaan, yaitu: Sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya; Sebagai suatu komplek

kegiatan serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; Sebagai

benda-benda hasil karya manusia. Wujud budaya yang pertama-tama adalah

wujud yang ideal, bersifat abstrak tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya

ada di kepala atau dengan perkataan lain ada dalam alam pikiran warga

masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.61

Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam bentuk

digital seperti dalam disk dan kartu-kartu memori.

Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam

satu masyarakat. Ide dan gagasan itu saling berkait menjadikan suatu sistem

yang oleh ahli antropologi dan sosiologi menyebutnya dengan sistem budaya

(cultural system). Wujud ideal dari sistem budaya itu biasa juga disebut adat

atau adat istiadat dalam bentuk jamak.

Wujud kedua dari kebudayaan disebut dengan sistem sosial yang

menyangkut tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri

dari kegiatan-kegiatan manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola

tertentu sesuai dengan adat istiadat dan tata kelakuan tertentu. Rangkaian

kegiatan manusia dalam masyarakat ini dapat bersifat konkrit dan terjadi di

sekeliling kita setiap hari sehingga dapat di observasi serta di

dokumentasikan.

Wujud ketiga dari kebudayaan adalah kebudayaan fisik yang tidak

terlalu banyak memerlukan penjelasan. Merupakan hasil fisik dari kegiatan

manusia dalam masyarakat bersifat konkret berupa benda-benda yang bisa

dilihat, dirasa, diraba, di dokumentasikan. Contoh dari wujud kebudayaan ini

adalah arsitektur suatu bangunan, alat-peralatan, benda-benda seni dan lain

sebagainya.

61 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Sosial Budaya, (Jakarta: UT, 1986), hlm. 33-36.

Page 77: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 77

Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diperoleh pengertian

mengenai kebudayaan. Bahwasanya budaya adalah merupakan ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia yang merupakan manifestasi

dalam kehidupan sehari-hari itu bersifat abstrak. Adapun perwujudan

kebudayaan yaitu benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, seperti pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,

seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

E. Hakikat Peradaban

Peradaban berasal dan kata adab, yang artinya kesopanan,

kehormatan, budi bahasa, etika, dan lain-lain. Lawan dari beradab yaitu

biadab, tak tahu adab dan sopan santun. Konsep peradaban yang dalam

bahasa Inggris disebut civilization dipakai untuk mengacu bagian-bagian dan

unsur-unsur kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesusasteraan

tertulis, teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan bermutu tinggi,

pertanian dengan sistem irigasi, organisasi negara, adat sopan santun, dan

sistem komunikasi yang luas dalam suatu masyarakat yang kompleks.62

Masyarakat telah mencapai tahap kebudayaan tertentu dan telah maju

berarti masyarakat tersebut telah mencapai tingkat peradaban tinggi yang

bercirikan penguasaan ilmu, teknologi, seni dan lain-lain. Jadi, peradaban

yaitu semua bidang kehidupan untuk kegunaan praktis. Sebaliknya,

kebudayaan yaitu semua yang berasal dari hasrat, gairah yang lebih tinggi

dan murni yang berada di atas tujuan praktis dalam hubungan masyarakat,

misalnya musik, seni, agama, ilmu, dan filsafat. Jadi, lapisan atas yaitu

kebudayaan, sedang lapisan bawah yaitu peradaban.

62 Ibid., Hlm 51-53.

Page 78: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 78

Pada dasarnya peradaban berkaitan erat dengan kebudayaan karena

kebudayaan adalah merupakan hasil cipta karsa dan rasa manusia. Pada

saat perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya terwujud maka unsur-

unsur budaya yang bersifat indah, tinggi, halus, sopan santun, luhur, dan

sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan itu dikatakan telah

memiliki peradaban yang tinggi. Maka istilah peradaban sering dipakai untuk

hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, adat sopan

santun serta tata krama pergaulan. Selain itu juga kepandaian menulis,

organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks juga

bisa dikatakan sebagai indikator kemajuan peradaban suatu negara.

F. Interkoneksi Antara Ilmu, Seni dan Agama Dalam Perspektif Budaya

dan Peradaban

1. Perspektif llmu dalam Khazanah Budaya dan Peradaban

Tanpa disadari ilmu dan teknologi dalam beberapa dekade

belakangan ini berkembang sedemikian pesatnya. Ilmu pengetahuan dan

teknologi saat ini seakan-akan sudah menguasai seluruh gerak dan tingkah

hidup manusia. Jika sejenak kita menoleh ke sekeliling kita, ternyata hampir

semua kalangan mulai dari bayi baru lahir hingga kakek nenek yang sudah

uzur tidak terlepas dari jeratan teknologi.

Di salah-satu sudut jalan saat ini kita sudah merasa tidak aneh melihat

seorang anak muda yang seolah berbicara sendiri padahal mungkin sedang

berkomunikasi dengan peralatan komunikasi nirkabel dengan rekannya yang

tidak tahu ada dimana. Di sudut ruangan lain dalam sebuah berita di media

massa seorang narapidana yang sejatinya sedang menjalani rehabilitasi

mental akibat kesalahan yang telah diperbuatnya dimasa lalu ternyata

ketahuan dengan leluasanya mengendalikan jaringan bisnis haramnya dari

balik jeruji besi.

Page 79: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 79

Kedua contoh sederhana di atas menunjukkan bahwasanya ilmu

pengetahuan dan teknologi telah begitu dalam menguasai khazanah budaya

dan peradaban umat manusia saat ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi

ternyata sudah merubah secara radikal wajah kehidupan yang serba praktis

dan konkret. Di sisi lain, perkembangan ilmu dan teknologi ternyata

mempunyai dua sisi koin mata uang. Di satu sisi ilmu dan teknologi

menjadikan hidup lebih baik, tetapi di sisi yang lain kemajuan ilmu dan

teknologi ternyata digunakan untuk hal-hal yang negatif dan merusak.

Dalam khazanah budaya dan peradaban, kemajuan ilmu dan teknologi

akan membawa kemaslahatan umat manusia dengan terjadinya akulturasi

budaya sehingga budaya yang baik di suatu daerah akan diserap di daerah

lain dengan mereduksi budaya-budaya yang tidak sesuai. Sebaliknya di sisi

lain dari segi keburukan ternyata nilai-nilai moral yang tidak sesuai ternyata

juga sama berkembang dengan pesatnya.

Mencermati perkembangan tersebut diatas, maka pendidikan adalah

merupakan gerbang utama untuk membangun filter generasi mendatang dari

hal-hal yang merusak akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Orang tua,

pendidik dan pemangku kepentingan hendaknya berusaha semaksimal

mungkin untuk menetapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus

dikembangkan oleh generasi mendatang.

2. Perspektif Seni dalam Khazanah Budaya dan Peradaban

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya seni adalah merupakan produk

dari budaya. Kebudayayaan atau budaya itu sendiri adalah menyangkut

aspek-aspek kehidupan manusia baik secara materi maupun non materi.

Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa yang berwujud benda,

barang alat pengolahan alam seperti bangunan gedung, jalan, jembatan dan

lain-lain. Sedangkan kebudayaan non material berupa hasil cipta, karsa yang

Page 80: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 80

berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan lain-lain seperti

misalnya norma, moral, mode dan sebagainya.

3. Perspektif Agama dalam Khazanah Budaya dan Peradaban

Seringkali produk budaya di suatu daerah di anggap sebagai agama

oleh suatu komunitas atau wilayah. Budaya tersebut dimanifestasikan dalam

kehidupan ritual keagamaan dan budaya sehari-hari oleh penganutnya,

sehingga menghasilkan akulturasi antara agama dan budaya yang khas

daerah atau wilayah tertentu. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa

perpaduan antara budaya dan agama telah menjadi tradisi dalam kehidupan

sehari-hari.

Seni wayang sebagai contohnya adalah produk budaya hasil adopsi

dari agama hindu yang digunakan masyarakat Jawa untuk mengisahkan

kisah-kisah dari agama hindu.Tetapi, dengan masuknya agama Islam media

wayang tersebut digunakan sebagai sarana dakwah oleh umat Islam dan

terjadilah pola budaya khas hasil akulturasi budaya hindu lokal dan Islam di

Jawa.

Kalau kita lihat ke belakang, agama di bumi ini sebenarnya terdiri dari

dua sumber, yakni agama wahyu dan agama budaya. Agama wahyu adalah

agama yang bersumber pada wahyu dari langit atau biasa di sebut agama

langit, agama profetis atau revealed relegion. Termasuk agama wahyu

adalah Islam, Kristen, Yahudi.

Adapun agama budaya biasa juga disebut sebagai agama Bumi,

agama filsafat, agama akal, non-revealed religion atau natural religion, yang

termasuk agama budaya dapat disebutkan disini misalnya adalah agama

Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan Shinto, juga termasuk banyak aliran-aliran

kepercayaan.

Page 81: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 81

Yang menjadi pertanyaan apakah hal ini diperbolehkan dan apakah

hal ini justru tidak merusak suatu tatanan? Pertanyaan akan hal tersebut jika

kita cermati adalah tergantung dari segi dimana kita menjawabnya. Kaidah

yang bisa dipakai adalah selama tidak menyangkut substansi dasar suatu

agama maka hal tersebut adalah boleh-boleh saja karena agama juga

menyukai keindahan yang termanifestasi dalam ritual-ritual yang tidak

menyentuh serta bertentangan dengan inti utama ajaran agama.

Biasa yang terjadi pada suatu agama seiring dengan berjalannya

waktu ternyata bisa di selesaikan dengan baik oleh para pemeluknya dengan

jalan konsolidasi maupun pendidikan yang menyadarkan inti dari ajaran

agama itu sendiri. Di Indonesia, banyak contoh-contoh ritual budaya yang

secara substansi menyimpang dalam inti ajaran agama Islam tetapi seiring

dengan maraknya pendidikan dan pengajaran sekarang sudah mulai timbul

kesadaran untuk memurnikan agama Islam itu sendiri tanpa

mengesampingkan serta membuang ajaran-ajaran budaya serta peradaban

yang indah.

G. Integrasi Antara Ilmu Pengetahuan dengan Seni dan Agama

Ilmu merupakan bagian dan pengetahuan dan pengetahuan

merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi

yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Disatu pihak

pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dan kebudayaan.

Ilmu dan kebudayaan itu terpadu secara intim dengan seluruh struktur sosial

dan tradisi kebudayaan.63

63 Loc.Cit., Hlm 127-129.

Page 82: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 82

Dalam Islam pada dasarnya semua ilmu itu berkedudukan sama, yakni

sama-sama berasal dari Allah SWT dan tidak ada dikotomi ilmu agama

dengan ilmu umum seperti yang jamak sering kita dengar di masyarakat.

Dalam penerapan sehari-hari ilmu dapat dibagi menjadi tiga, yakni: Ilmu yang

berguna untuk kehidupan dunia, Ilmu yang berguna untuk kehidupan akhirat

dan Ilmu yang berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Ilmu sebenarnya adalah sebuah senjata. Sebagaimana layaknya

senjata mempunyai dua fungsi yang berbeda dalam penggunaannya. Apabila

senjata dipegang orang yang tepat dan amanah senjata tersebut akan sangat

berguna dalam menjaga keamanan dan menegakkan perdamaian,

sebaliknya apabila senjata dipegang oleh penjahat maka senjata itu akan

membuat kerusakan. Oleh sebab itu senjata harus dan mutlak dimiliki oleh

orang yang bermoral.

Orang yang bermoral adalah orang yang beragama karena agama

memiliki hubungan erat dengan moral karena agama mengandung ajaran

moral yang menjadi pegangan kepada pengikutnya dan memberi rambu-

rambu akan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang.

Jika dikaitkan dengan seni, bahwasanya seni itu sendiri adalah produk

sosial. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah

keahlian membuat karya bermutu, artinya integrasi antara ilmu pengetahuan,

seni dan agama akan menjadikan harmoni kehidupan lebih baik. Bukankah

ilmu membuat hidup lebih mudah, seni membuat hidup menjadi indah dan

agama membuat hidup lebih terarah.

Page 83: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 83

DAFTAR PUSTAKA

A. Susanto, Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistomologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

A. Susanto, Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Ahmad Nasution, Taufik, Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Ahmat Taufik Nasution. Filsafat Ilmu: hakikat mencari pengetahuan. Yogyakarta: Rajawali. 2012.

Amien, Miska M, Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI Press, 1983.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Anshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Surabaya: bina ilmu. 1985.

Ahmad Fhatoni, Transformational Thingking. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Dardiri, Humaniora-Filsafat dan Logika. Jakarta: CV. Rajawali, 1986.

Dodiet Aditya, Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian. Surakarta, 2013.

Emmi kholilah, Jurnal An-Nahdhah, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Kritis. STAI Ma’arif Jambi.

Emzir, Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat Dan Logika. Jakarta: CV Raja Wali, 1986.

Husein Umar, Metode Peneloitian Untuk Skirpsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014.

Imam Ali Khamenei, Perang Kebudayaan. Jakarta: Penerbit Cahaya 2005.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013.

Page 84: FILSAFAT ILMU - staimaarif-jambi.ac.id · FILSAFAT ILMU | 3 Kata Pengantar Penyunting Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga

FILSAFAT ILMU | 84

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: UT, 1986.

Konrad Kebung, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.

Mukhtar Latief, Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenada Media Group.

Mundiri, Logika. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011.

Riduwan, Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta, 2008.

Sabri, Muhammad D. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press, 2009.

Saifudin Azwar, Metode Penelitian. Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Soetriono, Rita Hanaflo. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.2007.

Surajiwo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009.

Susanto. Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologi, dan aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Sutarjo, A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat. Jakarta: Aditama, 2009.