32
REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM MAKALAH PADA MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM OLEH : MAHFUZ BUDI NIM :3072050 DOSEN PEMBIMBING PROF. DR. H. HAIDAR PUTRA DAULAY, MA DR. AL RASYIDIN, M.AG SEMESTER II

Filsafat Pendidikan Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Pendidikan Islam

REWARD DAN PUNISHMENTDALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH PADA MATA KULIAHFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

OLEH : MAHFUZ BUDINIM :3072050

DOSEN PEMBIMBINGPROF. DR. H. HAIDAR PUTRA DAULAY, MA

DR. AL RASYIDIN, M.AG

SEMESTER IIPROGRAM STUDI S-3/DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA-SARJANA IAIN SUMATERA UTARAMEDAN

2008

Page 2: Filsafat Pendidikan Islam

REWARD DAN PUNISHMENTDALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

الرحيم الرحمن الله بسم

A. Pendahuluan

Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa semua yang dilakukan

manusia di dunia tanpa terkecuali, sekecil apapun, memiliki konsekuensi di akhirat

kelak. Semua kebaikan memperoleh ganjaran positif berupa pahala, dan semua hal

buruk yang dilakukan akan menimbulkan dosa dan mendapat hukuman yang

setimpal. Allah SWT memastikan hal itu dalam berbagai firman-Nya. Beberapa di

antaranya semisal :

�ون� �ع�م�ل ت � و�ال آن� ق�ر� م�ن �ه� م�ن �و �ل �ت ت و�م�ا ن�� أ ش� ف�ي �ون� �ك ت و�م�ا

و�م�ا ف�يه� �ف�يض�ون� ت �ذ� إ ه�ود"ا ش� �م� �ك �ي ع�ل 'ا �ن ك ' �ال إ ع�م�ل� م�ن�

ف�ي � و�ال ر�ض�� األ ف�ي ة� ذ�ر' �ق�ال� م1ث م�ن 1ك� ب ر' ع�ن ب� �ع�ز� ي

�ين� م8ب �اب� �ت ك ف�ي ' �ال إ �ر� �ب �ك أ و�ال �ك� ذ�ل م�ن ص�غ�ر�� أ � و�ال م�اء الس'

Dan tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak dalam membaca suatu

ayat dari Al Qur'an dan kamu tidaklah mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan

Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari

pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak

ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua

tercatat) dalam kitab yang nyata (Q.S. 10 : 61)

Page 3: Filsafat Pendidikan Islam

�وا �ان ك �م�ا ب �ه�م ل ج� ر�� و�أ �د�يه�م� �ي و�أ �ه�م� �ت ن �س� �ل أ �ه�م� �ي ع�ل ه�د� �ش� ت �و�م� ي

�ون� �ع�م�ل ي

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka

terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. 24 : 24)

ه�د� �ش� و�ت �د�يه�م� �ي أ �ا 1م�ن �ل �ك و�ت �ف�و�اه�ه�م� أ ع�ل�ى �م� ت �خ� ن �و�م� �ي ال

�ون� ب �س� �ك ي �وا �ان ك �م�ا ب �ه�م� ل ج� ر�� أ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan

mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu

mereka usahakan. (Q.S. 36 : 65)

Ketiga ayat di atas menjadi landasan bagaimana proses kehidupan umat manusia

senantiasa berlangsung di bawah pengawasan Penciptanya, dan segala yang dilakukan

manusia sepanjang hidupnya adalah bentuk aktivitas yang harus

dipertanggungjawabkan dan pasti akan memperoleh balasan.

ة� ذ�ر' �ق�ال� م�ث �ع�م�ل� ي و�م�ن ه� �ر� ي ا �ر" ي خ� ة� ذ�ر' �ق�ال� م�ث �ع�م�ل� ي ف�م�نه� �ر� ي ا Iر ش�

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan

melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. 99 :7-8)

Page 4: Filsafat Pendidikan Islam

Bentuk pertanggungjawaban dimaksud akan berimplikasi kepada bentuk paling

akhir dari penghargaan dan hukuman yang akan diterima manusia kelak, yaitu sorga

sebagai reward dan neraka sebagai punishment.

Pada dasarnya pendidikan dalam Islam berlangsung seumur hidup, sehingga tidak

salah menyebut bahwa proses kehidupan umat manusia adalah sama dan sebangun

dengan proses pendidikan itu sendiri. Sebagaimana proses kehidupan memerlukan

Pengawas, mempersyaratkan pertanggungjawaban dan memperoleh balasan,

demikian pulalah adanya proses pendidikan.

Makalah ini memaparkan beberapa topik persoalan seputar “balasan” dalam dunia

pendidikan, yang muncul dalam bentuk penghargaan dan hukuman (reward &

punishment ; selanjutnya disingkat R & P)., yang bahasannya mencakup pengertian,

tujuan pemberian beserta dasar-dasar pertimbangan dalam aplikasinya, dan terakhir

menyangkut bentuk-bentuknya.

B. Pengertian R & P dalam Pendidikan Islam

Pendidikan, seperti halnya juga Pendidikan Islam, memiliki sejumlah unsur pokok

sebagai pendukung, antara lain pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, dan alat

pendidikan. Sejumlah pakar pendidikan Islam menyebut R & P adalah metode, sementara

yang lainnya menilainya sebagai alat pendidikan.

Perbedaan pandangan ini nampaknya muncul dari perbedaan pemaknaan bahasa

dan perbedaan perspektif. Dalam bahasa Arab, terdapat sejumlah padanan untuk metode

yaitu uslub, thoriqoh, kaifiyat, manhaj, juga nizhom, sedang alat padanannya adalah alat

Page 5: Filsafat Pendidikan Islam

juga, washilah dan wasithoh. Ditinjau dari perspektif pendidik, R & P bisa dipandang

sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan

materi (bahan) pendidikan kepada peserta didik. Dalam perspektif ini kita

mengasumsikan bahwa pendidiklah yang aktif menggunakannya sebagai alat, dan peserta

didik berada dalam posisi pasif. Hal ini utamanya terjadi pada peserta didik tingkat awal.

Tetapi jika kita memandangnya dari perspektif peserta didik, maka R & P adalah

metode yang dapat dia gunakan mendorong (memotivasi) dirinya dalam menguasai

materi pendidikan. Di sini peserta didik berada pada posisi aktif, dan lazimnya berada

dalam status pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana peserta didik akan

menggunakan metoda R & P dengan tujuan memaksimalisir perolehan R (eward) dan

meminimalisir P (unishment).

Akan tetapi, ‘Abdurrahman al-Nahlawi memandang metode sebagai salah satu

alat pendidikan.1 Ada dua jenis alat dalam penilaiannya. Pertama, wasa’ith al-tarbiyah

yaitu, alat-alat material atau manusia yang mempunyai pengaruh terhadap pendidikan,

seperti pendidik, keluarga, madrasah, masjid. Kedua, wasa’il al-tarbiyah atau alat-alat

maknawi psikis, yaitu metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan ilmu.

Al-Nahlawi kemudian membagi metode pendidikan menjadi dua, yang pertama

dia sebut alat preventif dan yang kedua alat kuratif. Kedalam yang pertama termasuk

perintah, nasihat, dorongan, dan pembiasaan, dimana dorongan dapat dipandang sebagai

salah satu bentuk reward. Kedalam yang kedua ia masukkan larangan, ancaman, dan

hukuman,2 yang ketiganya dalam makalah ini masuk pada kategori punishment.

1 ? ‘Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979) h. 119.2 ? Ibid. Lihat juga Hery Noer Aly, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro, 1992), h. 189.

Page 6: Filsafat Pendidikan Islam

Reward secara bahasa bermakna ganjaran. Meski secara harfiah bisa bermakna

negatif, tetapi lazimnya digunakan dalam pengertian yang positif, sebagaimana juga

dimaksudkan dalam bahasan makalah ini. Reward juga bermakna hadiah, upah, ataupun

penghargaan. Bahkan pahala juga dapat dimaknai dengan reward. Dalam Al-Qur’an

beberapa pengertian reward tersebut muncul dalam beberapa istilah. Antara lain dalam

Q.S. 56:24 yang menyamakan reward dengan balasan (jazaa’).

اء ز� �ون� ج� �ع�م�ل ي �وا �ان ك �م�ا ب

Sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (A reward for what they

used to do)3

اءه�ل� ز� ان� ج� �ح�س� اإل� �ال' إ ان� �ح�س� اإل�Adakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)? (Is there any reward for

good other than good?)(Q.S.55 : 60)

Dalam ayat lain ditemukan kata tersebut yang menunjukkan balasan yang

dimaksud yang bisa negatif dan bisa juga positif.

ر�ض� � األ� ف�ي و�م�ا م�او�ات� الس' ف�ي م�ا 'ه� �ل ز�ي� و�ل 'ذ�ين� ل�ي�ج� ال

و� �وا ع�م�ل �م�ا ب اؤ�وا س�� ز�ي�أ ن�ى ي�ج� �ح�س� �ال ب �وا ن �ح�س� أ 'ذ�ين� ال

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang

3 ? Terjemahan bahasa Inggris ayat ini dan ayat-ayat berikutnya dikutip dari Program SalafiDB 4.0 dari http://salafidb.googlepages.com.

Page 7: Filsafat Pendidikan Islam

telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan (pahala) yang lebih baik)( Yea, to Allah belongs all that is in the heavens and on earth: so that He rewards those who do evil, according to their deeds, and He rewards those who do good, with what is best). (Q.S.53 : 31).

Kata lainnya yang juga bermakna reward adalah asyabah sebagaimana terungkap

dalam ayat berikut :

ة� ج�ر� الش' �ح�ت� ت �ك� �ع�ون �اي �ب ي �ذ� إ �ين� �م�ؤ�م�ن ال ع�ن� 'ه� الل ض�ي� ر� �ق�د� ل

و �ه�م� �ي ع�ل �ة� �ين ك الس' ل� �نز� ف�أ �ه�م� �وب ق�ل ف�ي م�ا �م� م�ف�ع�ل ث�اب�ه�� �أ

"ا ق�ر�يب �ح"ا ف�ت

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) (Allah’s Good Pleasure was on the Believers when they swore fealty to thee under the Tree: He knew what was in their hearts, and He sent down tranquillity to them; and He rewarded them with a speedy/near victory) (Q.S :48 :18)

Adapun punishment sebenarnya juga berarti ganjaran, tetapi penggunaannya lebih

lazim dalam pengertiannya yang negatif, sehingga sering diartikan sebagai hukuman

atau siksaan. Dalam Al-Qur’an, punishment ini muncul dengan kata ‘uqubah atau ‘iqaab

seperti pada ayat berikut :

'ه� الل �ن' ف�إ 'ه� الل اق1 �ش� ي و�م�ن �ه� ول س� و�ر� 'ه� الل اق8وا ش� 'ه�م� ن� �أ ب �ك� ذ�لد�يد� اب� ش� ال�ع�ق�

Page 8: Filsafat Pendidikan Islam

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (That is because they resisted Allah and His Messenger. and if any one resists Allah, verily Allah is severe in punishment.) (Q.S. 59 : 4).

Punishment dalam pengertian siksaan disebut ‘adzab.

ال' �ذ� �و�م�ئ ع�ذ�اب�ه� ف�ي دY ي�ع�ذ ب� �ح� أ

Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, (So on that Day, none will punish as He will punish.) (Q.S. 89 : 25)

Keseluruhan rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita Islam secara

komprehensif menetapkan adanya R & P sebagai implikasi dari seluruh proses perjalanan

kehidupan umat manusia. Pendidikan sebagai subsistem integral dari sistem Islam yang

ka’affah, dengan demikian juga memiliki R & P-nya sendiri, dimana R (eward) sebagai

balasan atas keberhasilan manusia dalam menjalani tahapan-tahapan pada proses

pendidikan yang ditempuhnya, dan P (unishment) sebagai balasan atas sebagian atau

seluruh kegagalan yang ditemuinya dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Dalam

bahasa Arab metode ini biasa disebut uslub al targhib wa al-tarhib.

C. Tujuan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memiliki rangkaian unsur-unsur yang saling terkait yang

diperlukan dalam mewujudkan keberhasilannya. Unsur-unsur tersebut antara lain

tujuan, kurikulum, materi, metode, sarana, alat, dan pendekatan. Setiap unsur dapat

dibagi lagi dalam rincian yang lebih detil, termasuk di dalamnya metode.

Page 9: Filsafat Pendidikan Islam

Rasulullah s.a.w. mencontohkan sejumlah metode dalam penyampaian pendidikan

Islam, termasuk di dalamnya metode R & P.4 Pada makalah terdahulu5 telah

dikemukakan adanya metode pujian yang bertujuan memberikan kegembiraan

kepada peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan kata lain metode ini

bertujuan merangsang motivasi peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat

dalam mengikuti pembelajaran atau proses pendidikan yang dia terima. Sebab dalam

Psikologi Islam, motivasi dimaknai sebagai kunci utama dalam melahirkan dan

menafsirkan perbuatan manusia yang disebut niyyah dan ‘ibadah. Niyyah merupakan

pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal, sedang ‘ibadah merupakan

tujuan manusia dalam berbuat atau beramal. Maka perbuatan manusia, termasuk

dalam proses pendidikan, berada pada lingkaran niyyah dan ‘ibadah.6

Demikian pula dengan metode pemberian hukuman yang dicontohkan Rasulullah

s.a.w., bertujuan memotivasi peserta didik agar lebih giat dalam proses

pembelajarannya dan bersedia belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dia

perbuat. Dengan kata lain, metode pemberian hukuman tersebut adalah cobaan yang

dialami peserta didik yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendisiplinkan diri.

Dalam konteks yang lebih luas, metode ini efektif melatih kesabaran manusia serta

sarana dalam melakukan introspeksi diri.

4 ? R & P sebagai metode antara lain dikemukakan Abdullah Nashih Ulwan , Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981), 5 ? Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”, h. 30-32. Makalah disampaikan pada sesi kuliah Program Doktor Pendidikan Islam IAIN SU, 15 Agustus 2008.

6 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h.239.

Page 10: Filsafat Pendidikan Islam

�م�و�ال� األ م1ن� �ق�ص� و�ن �ج�وع� و�ال �خ�وف� ال م1ن� ي�ء� �ش� ب �م� 'ك �و�ن �ل �ب �ن و�ل

�ر�ين� الص'اب ر� �ش1 و�ب ات� 'م�ر� و�الث و�األنف�س�

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. 2 : 155).

Sebagai cara untuk menentukan apakah semua unsur-unsur dalam pendidikan

Islam yang dikemukakan telah tercapai atau tidak, maka dibutuhkan perangkat

evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan, harga, atau nilai

berdasar kriteria tertentu terhadap sebuah kegiatan. Proses pendidikan adalah proses

yang bertujuan, yang dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan

dimiliki peserta didik setelah melalui satu proses rangkaian pembelajaran. Hasil yang

diperoleh dari penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena

itu, tindakan atau kegiatan evaluasi tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.7 Pada

prinsipnya, penilaian hasil belajar tersebut adalah bentuk R & P bagi para peserta

didik.

D. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian R & P dalam Pendidikan Islam

Pertimbangan pertama dalam pemberian R & P adalah cobaan kepada umat

manusia dalam kapasitasnya sebagai peserta didik, apakah ia dapat melatih

kesabarannya jika menemui kegagalan atau kendala dalam proses pembelajaran.

Dapatkah ia bersikap ridla? Atau mampukah ia mengendalikan diri dengan bersyukur 7 ? Samsul Nizar (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 22.

Page 11: Filsafat Pendidikan Islam

jika cobaan yang datang adalah dalam bentuk prestasi yang menggembirakan. Salah

satu kewajiban peserta didik menurut Al-Ghazali adalah membersihkan jiwa dari

sifat-sifat negatif.8 Tak terkira banyaknya peringatan Allah s.w.t. mengenai hal ini, di

antaranya :

� �و�ا ل خ� 'ذ�ين� ال �ل� م'ث �م �ك �ت �أ ي �م'ا و�ل 'ة� ن �ج� ال � �وا ل �د�خ� ت �ن أ �م� �ت ب ح�س� �م� أ

�ق�ول� ي 'ى ح�ت � �وا �ز�ل ل و�ز� اء و�الض'ر' اء س�� �أ �ب ال �ه�م� ت م'س' �م �ك �ل ق�ب م�ن

�ص�ر� ن �ن' إ �ال أ الله� �ص�ر� ن �ى م�ت م�ع�ه� � �وا آم�ن 'ذ�ين� و�ال س�ول� الر'

Yق�ر�يب الله�

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(Q.S. 2 : 214)

ج�ع�ون� … �ر� ت �ا �ن �ي �ل و�إ �ة" �ن ف�ت �ر� ي �خ� و�ال ر1 �الش' ب �م �وك �ل �ب و�ن

….Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(Q.S. 21 : 35)

Cobaan dalam kehidupan manusia identik dengan ujian dalam proses

pembelajaran. Setiap manusia membutuhkan ujian tersebut untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan, pemahaman, dan wawasannya terhadap sesuatu persoalan yang

telah dipelajarinya. Hasil-hasil ujian yang diterimanya akan terangkum dalam daftar

8 ? Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004, h. 84.

Page 12: Filsafat Pendidikan Islam

penilaian yang isinya adalah R & P baginya. Apakah ia akan bersyukur dengan R

yang diterimanya atau bersabar dengan P yang diperolehnya atau tidak. Dengan

demikian, R & P sesungguhnya adalah ujian akan keimanan dan ketaqwaan

seseorang.

الله� � 'ق�وا و�ات � �ط�وا اب و�ر� � وا �ر� و�ص�اب � وا �ر� اص�ب � �وا آم�ن 'ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �ا ي

�ح�ون� �ف�ل ت �م� 'ك �ع�ل ل

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(Q.S. 3 : 200).

� وا �ر� ص�ب 'ذ�ين� ال �ن' �ج�ز�ي �ن و�ل �اق� ب الله� ع�ند� و�م�ا �نف�د� ي �م� ع�ند�ك م�ا�ون� �ع�م�ل ي � �وا �ان ك م�ا ح�س�ن�

� �أ ب ه�م �ج�ر� أ

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Dasar pertimbangan lainnya adalah sebagai ajang latihan mendisiplinkan diri dan

bertanggungjawab terhadap semua hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran

dan proses kehidupan yang dijalani. Dalam hal ini R & P bermanfaat memotivasi

manusia untuk berbuat lebih baik dan belajar lebih tekun lagi.

Yة� ه�ين ر� �ت� ب �س� ك �م�ا ب �ف�س� ن �ل8 ك

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Q.S. 74 : 38)

Page 13: Filsafat Pendidikan Islam

� و�ال �م� �ت ب �س� ك م'ا �م �ك و�ل �ت� ب �س� ك م�ا �ه�ا ل خ�ل�ت� ق�د� Yم'ة� أ �ل�ك� ت

�ون� �ع�م�ل ي �وا �ان ك ع�م'ا �ون� �ل أ �س� ت

Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 2 : 134& 141)

Muhammad Munir Mursa mengemukakan,9 metode R & P digunakan sesuai

perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-

kaidah Islam. Pengaruh yang dihasilkannya tidaklah sama. Reward lebih baik karena

bersandar pada pembangkitan dorongan intrinsik manusia dan karenanya

pengaruhnya relatif akan lebih lama, sedang punishment bersandar pada dorongan

rasa takut dan karena itu sifatnya negatif. Penerapan punishment ditujukan untuk

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan sekaligus memelihara

ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan

yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa punishment adalah alternatif terakhir

setelah metode nasihat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik.10

Dasar terbaik dalam penerapannya adalah firman Allah s.w.t. :

� ف�ال �ة� 1ئ ي �الس' ب ج�اء و�م�ن �ه�ا �ال م�ث� أ ر� ع�ش� �ه� ف�ل �ة� ن �ح�س� �ال ب ج�اء م�ن

�م�ون� �ظ�ل ي � ال و�ه�م� �ه�ا �ل م�ث ' �ال إ ى �ج�ز� ي

9 ? Muhammad Munir Mursa, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977), h. 55.10 ? Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999) h. 200-202.

Page 14: Filsafat Pendidikan Islam

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. 6 : 160).

Prinsip keadilan Tuhan yang terlihat pada ayat di atas menunjukkan bagaimana

kejahatan atau dalam perspektif pendidikan Islam, kesalahan atau kelalaian,

memperoleh balasan hukuman yang proporsional.

E. Bentuk-bentuk R & P dalam Pendidikan Islam

R & P, apakah sebagai metoda ataukah sebagai alat, merupakan cara dalam

memotivasi manusia, khususnya peserta didik, untuk bergairah dan bersemangat

dalam menjalani proses pembelajaran yang ditempuhnya. Bentuk pertama yang lazim

adalah dengan menggunakan pujian dan membuat proses pembelajaran berjalan

dengan cara yang menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik. Untuk

dapat melaksanakan hal tersebut dengan baik seorang pendidik haruslah

memperlakukan peserta didik seperti anaknya sendiri.11 Terdapat sejumlah petunjuk

dalam Al-Qur’an tentang hal ini :

ص�ح�اب� � أ ع�ن� �ل� أ �س� ت � و�ال ا �ذ�ير" و�ن ا ير" �ش� ب �ح�ق1 �ال ب �اك� �ن ل س� ر�

� أ 'ا �ن إ � �ج�ح�يم ال

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (Q.S. 2 : 119).

11 Hasan Asari, op.cit., h. 88.

Page 15: Filsafat Pendidikan Islam

�ع�ون� اك الر' �ح�ون� ائ الس' �ح�ام�د�ون� ال �د�ون� �ع�اب ال �ون� �ب 'ائ الت

�ر� �م�نك ال ع�ن� 'اه�ون� و�الن وف� �م�ع�ر� �ال ب ون� اآلم�ر� اج�دون� الس'

�ين� �م�ؤ�م�ن ال ر� �ش1 و�ب الله� �ح�د�ود� ل �ح�اف�ظ�ون� و�ال

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat (mencari ilmu) yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (Q.S. 9 :112).

Ayat terakhir di atas menunjukkan bagaimana orang-orang yang memuji, dalam

hal ini memuji Tuhan, termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik dan karenanya

layak memperoleh kegembiraan. Tentulah apa yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an di

atas sangat layak diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam, dimana seorang pendidik

sekali-sekali harus memuji kebaikan dan kemampuan peserta didiknya, khususnya anak-

anak. Pujian pastilah menggembirakan dan menjadi obat pelipur capek bagi anak-anak

dalam belajar dan akan memotivasinya untuk kembali mengulang perbuatan terpujinya

itu. Akan tetapi memuji siapa pun tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena

dikhawatirkan berdampak buruk bagi yang dipuji.

�ن� ب م�ع�يل� �س� إ �ا �ن ح�د'ث 'اح� الص'ب �ن� ب م�ح�م'د� ج�ع�ف�ر� �و �ب أ �ي �ن ح�د'ث

�ي ب� أ ع�ن� د�ة� �ر� ب �ي ب

� أ ع�ن� 'ه� الل �د� ع�ب �ن� ب �د� ي �ر� ب ع�ن� 'اء� �ر�ي ك ز�

ق�ال� م�وس�ى

ج�ل� ر� ع�ل�ى �ي �ن �ث ي ج�ال" ر� 'م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل 'ه� الل ص�ل'ى �ي8 'ب الن م�ع� س�

Page 16: Filsafat Pendidikan Islam

ظ�ه�ر� �م� ق�ط�ع�ت و�� أ �م� �ت �ك �ه�ل أ �ق�د� ل ف�ق�ال� �م�د�ح�ة� ال ف�ي �ط�ر�يه� و�ي

ج�ل� الر'

Hadis riwayat Abu Musa r.a., ia berkata:Nabi s.a.w. mendengar seorang memuji orang lain secara berlebih-lebihan, maka beliau bersabda: Sungguh kamu telah membinasakannya atau telah memotong punggung orang itu 12

Dalam hal penerapan punishment, haruslah disadari bahwa peserta didik memiliki

kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dihasilkan dari

penerapan punishment tersebut. Ada peserta didik bertemperamen tenang dan apa pula

yang bertipe emosional, yang semuanya disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti

genetika, lingkungan dan kematangan yang berbeda-beda. Berdasar perbedaan itu, maka

berbeda pulalah jenis punishment yang diterapkan. Ada yang cukup dengan sindiran, ada

yang perlu dipandang dengan muka masam, ada yang harus dibentak, dan ada pula yang

perlu harus dipukul. Dalam hal ini prinsip logis yang harus ditetapkan, dalam arti

punishment disesuaikan pula dengan jenis kesalahan.13

Ibn Khaldun mengemukakan bagaimana diperlukannya prinsip kehati-hatian

dalam penerapan metode punishment ini terutama bagi peserta didik yang termasuk

kategori anak-anak.14 Menurutnya, kesalahan dalam penerapan metode tersebut

merupakan bentuk pengajaran yang merusak yang berimplikasi kepada hadirnya rasa

rendah diri pada diri peserta didik, menumbuhkan kemalasan dan kebencian tanpa

disadari, serta menyebabkan anak-anak tidak berani mengemukakan hal yang benar.

12 ? Hadis marfu’ dalam Shahih Muslim, no. 5321, dikutip dari http://hadith.al-islam.com/ Bayan /ind.13 ? Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 202.14 ? Ibn Khaldun, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton University Press, 1980), h. 305-306.

Page 17: Filsafat Pendidikan Islam

Dengan demikian pendidik justru telah mendidik anak untuk berbohong. Semisal anak

yang terlambat datang setelah mengemukakan alasan yang sebenarnya tetap saja dimarahi

gurunya. Hasilnya, jika pada kesempatan lain ia kembali terlambat, ia akan mencari

alasan lain yang “lebih masuk akal” agar tidak dimarahi, meski yang disampaikannya

bukan hal yang sebenarnya. Keadaan ini lama kelamaan akan mengendap dalam alam

bawah sadar anak dan berkembang menjadi kebiasaan baru baginya. Metode pendidikan

yang salah seperti itu dalam skala massif telah menghasilkan bangsa yang tidak bisa

dipercaya di seluruh dunia, yaitu bangsa Yahudi.15

Berdasar hal itu Ibnu Khaldun menggagas, pendidik tidak boleh memberikan

hukuman fisik lebih dari tiga kali kepada anak-anak kecil. Hanya saja tidak dijelaskan

batasan tiga kali itu, apakah dalam satu tahun atau selama anak berada di bawah didikan

guru tersebut.

Senada dengan Ibn Khaldun, Al-Ghazali pun menegaskan bahwa saran dan

nasehat akan lebih baik dari peringatan keras, sikap positif lebih efektif daripada caci-

maki. Sebab saran dan kebaikan akan mendorong peserta didik memikirkan tingkah

lakunya serta merenungkan nasehat pendidik, sebaliknya kritik yang kasar justru

mempertipis rasa malu, mengundang perlawanan dan menyebabkan peserta didik menjadi

keras hati.16 Adapun Rasulullah s.a.w. sendiri melarang memukul anak-anak di bawah

usia 10 tahun, sebagaimana dapat difahami dari hadis hasan berikut yang diriwayatkan

oleh Al-Hakim dan Abu Daud Ibnu ‘Amr bin ‘Ash r.a.17 :

15 ? Ibid.16 ? Hasan Asari, op. cit., h.90.17 ? Nashih ‘Ulwan, op.cit., h. 60.

Page 18: Filsafat Pendidikan Islam

واضربوهم سنين وهمابناءسبع بالصالة مروااوالدكم

فىالمضاجع وفرقوابينهم عشر ابناء عليهاوهم

Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan ketika mereka berusia sepuluh tahun , dan pisahkanlah antara mereka ketika mereka tidur.

R & P yang secara langsung banyak mempengaruhi kejiwaan peserta didik adalah

hasil evaluasi periodik yang diterima. Jika baik, hal itu dipandang sebagai reward yang

layak dia terima setelah melewati proses belajar dalam suatu periode. Demikian pula

sebaliknya jika nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, maka hal itu dipandang

sebagai punishment. Apa pun hasilnya, akan menyebabkan peserta didik melakukan

perenungan dan introspeksi diri.

F. Penutup

Muara akhir dari seluruh rangkaian proses pendidikan Islam adalah pengabdian

kepada Allah s.w.t. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh ridla-Nya. Tujuan-tujuan

duniawi yang baik hanyalah tujuan antara, yang tidak boleh membuat penuntut ilmu

tersesat dan memandangnya sebagai tujuan utama. Ilmu pengetahuan dibutuhkan

karena hanya orang berilmulah (‘ulama) yang bisa dengan baik melaksanakan

perintah Tuhan serta menjauhi larangan-Nya.

'م�ا … �ن إ �م�ون� �ع�ل ي ال� 'ذ�ين� و�ال �م�ون� �ع�ل ي 'ذ�ين� ال �و�ي ت �س� ي ه�ل� ق�ل��اب� �ب �ل األ� �وا و�ل

� أ 'ر� �ذ�ك �ت ي

….Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. 39:9).

Page 19: Filsafat Pendidikan Islam

Dalam upaya mencapai ilmu pengetahuan tersebut, manusia akan senantiasa

dihadapkan kepada berbagai cobaan. Terkadang cobaan datang dalam wujud yang

menyenangkan dan menggembirakan hati, tetapi sering pula cobaan datang dalam

bentuk yang menyusahkan dan membutuhkan pemupukan kesabaran dalam

menghadapinya. Apapun bentuk cobaan itu, apakah R ataukah P, keduanya adalah

ujian keimanan dan ketaqwaan.

ج�ع�ون� … �ر� ت �ا �ن �ي �ل و�إ �ة" �ن ف�ت �ر� ي �خ� و�ال ر1 �الش' ب �م �وك �ل �ب و�ن

…Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.(Q.S.21 : 35).

Siapa yang berhasil lulus dari ujian tersebut maka termasuklah dia kepada apa yang

disebutkan Allah s.w.t. sebagai kualitas orang beriman :

�ذ�ا و�إ �ه�م� �وب ق�ل و�ج�ل�ت� الله� �ر� ذ�ك �ذ�ا إ 'ذ�ين� ال �ون� �م�ؤ�م�ن ال 'م�ا �ن إ

�ون� 'ل �و�ك �ت ي 1ه�م� ب ر� و�ع�ل�ى "ا �يم�ان إ �ه�م� اد�ت ز� �ه� �ات آي �ه�م� �ي ع�ل �ت� �ي �ل ت

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(Q.S. 8 : 2)

Dan Allah-lah yang Maha Tahu.

Page 20: Filsafat Pendidikan Islam

Kepustakaan

Al-Nahlawi, ‘Abdurrahman, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha fi al-Bayt wa

al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1979).

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007),

Budiman, “Esensi Metode dalam Perspektif Pendidikan Islam”. (Makalah).

Hasan Asari, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, Analytica Islamica, Vol 6., No. 2/2004.

Khaldun, Ibn, The Muqaddimah, vol.3, terj. Franz Rosenthal, (Princeton : Princeton

University Press, 1980).

Munir Mursa, Muhammad, Al-Tarbiyah al-Islamiyah : Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-

Bilad al-‘Arabiyyah (Cairo : ‘Alam al-Kutub, 1977).

Page 21: Filsafat Pendidikan Islam

Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, terj. Saifullah

Kamalie & Hery Noer Ali (Semarang : Asy-Syifa, 1981).

Nizar, Samsul (ed.), Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007).

Noer Aly, Hery, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung : Diponegoro,

1992).

Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat : Logos, 1999).