Final Paper2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Final Paper2

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai

    oleh adanya hiperglikemmia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek

    kerja insulin atau keduanya. Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi sel

    dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada

    tingkat pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada retina mata,

    glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh

    darah besar, manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh

    darah serebral, jantung (penyakit jantung coroner) dan pembuluh darah perifer

    (ekstremitas bawah).1

    Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM pada

    ekstremitas bawah (pembuluh darah perifer) yang paling ditakuti karena kaki

    diabetes sering berakhir dengan kecacatan dan kematian. Di RSUPN dr

    CiptoMangunkusumo, masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar.

    Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16%

    dan 25% (data RSUPNCM tahun2003). Nasib para penyandang DM pasca

    amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam

    setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca

    amputasi.1

    Sebuah penelitian menyatakan bahwa 15% pasien dengan DM akan

    mengalami kaki diabetes selama perjalanan penyakitnya. Dan 7% sampai 20%

    dari penderita kaki diabetes tersebut akan mengalami amputasi. Pada pasien

    diabetes dengan kaki diabetes memiliki indikasi perawatan lebih lama 59% jikadibandingkan dengan penderita diabetes tanpa kaki diabetes. Dan diabetes

    merupakan penyebab amputasi ekstremitas bawah terbanyak akibat non-

    traumatik.2

    Terapi oksigen hiperbarik merupakan bentuk pengobatan, penderita harus

    berada dalam ruangan bertekanan dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada

    tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfir normal, yaitu sebesar 1 atm (760

    mmHg). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau berada

  • 8/13/2019 Final Paper2

    2/29

    2

    dalam ruangan udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yaitu suatu ruang kedap

    udara terbuat dari perangkat keras yang mampu diberikan tekanan lebih besar dari 1

    atm (ruang kompresi) beserta sumber oksigen dan sistem penyalurannya ke dalam

    ruang tersebut.3

  • 8/13/2019 Final Paper2

    3/29

    3

    BAB II

    STATUS PASIEN

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. S

    Umur : 72 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Cempaka Putih Barat

    Tgl/Jam Masuk : 25 September 2013

    Agama : Islam

    No. Rekam Medik : 5509**

    Dokter yang merawat : dr. Pudji Rahardjo, Sp.PD

    ANAMNESIS, autoanamnesis 30 September 2013

    Keluhan Utama : demam sejak 2 hari SMRS

    Keluhan Tambahan : mual (+), muntah (+), tidak nafsu makan (+), lukadi kaki (+)

    Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke RS dengan keluhan demam sejak 2

    hari SMRS. Demam dirasakan Os terus menerus.

    Os juga mengeluh mual sejak 6 hari SMRS dan

    jika minum atau makan Os akan muntah. Os tidak

    nafsu makan, lemas (+), nyeri ulu hati (+),

    kembung (+). Keluhan sakit kepala, sesak, batuk,

    dan diare disangkal. Os mengaku kaki dan tangan

    kadang terasa kesemutan, sering merasa haus dan

    pada malam hari bisa BAK sampai 5 kali.

    Os juga mengeluh terdapat luka pada jari

    kedua kaki kirinya sejak 3 hari SMRS. Luka

    disebabkan karena ketika Os menggunting kuku,

  • 8/13/2019 Final Paper2

    4/29

    4

    Os tidak menyadari bahwa gunting kuku terlalu

    dalam dan menyebabkan luka pada jari kedua kaki

    kiri Os. Os mengaku awalnya luka hanya diujung

    jari kaki saja, kemudian meluas, bernanah (+),

    nyeri (+), berwarna kehitaman (+) dan kaki

    bengkak (+).

    Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat gastritis kronis (+) sejak 6 tahun yang lalu

    Riwayat Diabetes Melitus (+) sejak 6 tahun yang

    lalu

    Riwayat Hipertensi disangkal

    Riwayat penyakit jantung disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat hipertensi (+), ibu Os

    Riwayat Diabetes Melitus disangkal

    Riwayat penyakit jantung disangkal

    Riwayat Pengobatan : Os minum obat glimepiride secara rutin 3 kali

    setiap hari dan rantin untuk menghilangkan mual

    Riwayat Alergi : Alergi makanan, obat-obatan, dan cuaca disangkal

    Riwayat Psikososial : Os mengaku sering tidak nafsu untuk makan,

    sehingga menjadi telat makan. Akibatnya Os akan

    merasa mual dan muntah bila mengkonsumsi airatau makanan. Os menyangkal suka makan pedas.

    Os juga mengaku sudah tidak suka mengkonsumsi

    makanan yang manis lagi.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : composmentis

  • 8/13/2019 Final Paper2

    5/29

    5

    STATUS GIZI

    BB sebelum sakit : 75 kgsebelum menderita DM

    BB setelah sakit : 65 kg

    TB : 168 cm

    Kesimpulan : 23,0 (preobesitas)

    TANDA VITAL

    Tekanan Darah : 130/90mmHg

    Nadi : 88x/menit

    Pernafasan : 20x/menit

    Suhu : 36.4C

    STATUS GENERALIS

    Kepala : Normocephal

    Mata : cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : deviasi septup (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

    Telinga : normotia, serumen (-/-)

    Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-)

    Leher : pembesaran KGB ()

    Thorax

    ParuparuInspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)

    Palpasi : Focal fremitus sama pada kedua lapang paru

    Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

  • 8/13/2019 Final Paper2

    6/29

    6

    Jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

    Perkusi :`Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis

    dextra, batas jantung kiri atas pada ICS IV linea

    parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS VI linea

    axilla anterior sinistra

    Auskultasi : BJ I dan II normal, reguler, gallop (-), murmur (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Cembung, supel

    Auskultasi : Bising Usus normal, 8 x/menit

    Perkusi : Tymphani pada ke-empat kuadaran abdomen

    Palapasi : Nyeri tekan epigastrium (+), pembesaran organ (-)

    Ekstremitas atas

    Akral : hangat

    CRT

  • 8/13/2019 Final Paper2

    7/29

    7

    Pemeriksaan Laboratorium

    25 September 2013

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

    Hemoglobin 10,3 g/dL 11,7-15,5

    Leukosit 29.99 ribu/L 3,6-11,0

    Hematokrit 31 % 35-47

    Trombosit 331 ribu/L 130-440

    Eritrosit 3,39 10 /L 3,80-5,20

    MCV 91 Fl 80-100

    MCH 30 Pg 26- 34

    MCHC 33 g/dL 32-36

    GDS 400 mg/dL 70-200

    SGOT 16 U/L 10-31

    SGPT 16 U/L 9-36

    Ureum darah 38 mg/dL 10-50

    Kreatinin darah 1,5 mg/dL

  • 8/13/2019 Final Paper2

    8/29

    8

    DAFTAR MASALAH

    1. Ulkus diabetikum2. Sindroma dispepsia3. Febris

    ASSESMENT

    1. Ulkus DiabetikumS : Dari anamnesis Os mengeluh terdapat luka pada jari kedua kaki

    kirinya sejak 3 hari SMRS. Luka disebabkan karena ketika Os

    menggunting kuku, Os tidak menyadari bahwa gunting kuku terlalu

    dalam dan menyebabkan luka pada jari kedua kaki kiri Os. Os

    mengaku awalnya luka hanya diujung jari kaki saja, kemudian

    meluas, bernanah (+), nyeri (+), berwarna kehitaman (+) dan kaki

    bengkak (+). Pasien mengalami polidipsi, poliuri, penurunan BB,

    riwayat DM sejak 6 tahun yang lalu.

    O : Dari PF : terdapat ulkus di telapak kaki kiri bagian medial ulkus

    berwarna kehitaman, nyeri (+), pus (-). Ulkus pada jari kedua kaki kiri

    bagian distal berwarna kehitaman, nyeri (+), pus (+).

    Dari PP : GDS 400

    A : Ulkus diabetikum

    P : Rencana pemeriksaan penunjang : pemeriksaan darah lengkap, kultur

    jaringan atau pus ulkus. Kadar Aseton darah. Gula darah tiap 6 jam.

    Rencana terapi :

    -

    Mengatasi Diabetes melitus. Insulin 3 x 20 UI- menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading): bed rest,

    jika jalan menggunakan sandal, jangan menggunakan sepatu

    yang sempit.

    - Debridemen : konsultasi dengan spesialis bedah2. Dispepsia

    S : Dari anamnesis pasien mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati,

    kembung, riwayat gastritis sejak 6 tahun yang lalu, makan terlambat.

  • 8/13/2019 Final Paper2

    9/29

    9

    O : Dari PF : abdomen: nyeri tekan epigastrium (+)

    A : Dispepsia e.c gastritis

    Dispepsia e.c ulkus gaster

    P : Rencana pemeriksaan penunjang :

    Endoskopi, pemeriksaan kadar elektrolit darah

    Rencana Terapi: ranitidin inj 2 x 1

    Omeprazole 2x1

    3. FebrisS : Dari anamnesis pasien mengeluh demam sejak 2 hari SMRS terus

    menerus.

    O : Dari PF : Riwayat suhu saat masuk RS : 38,50C. Suhu saat ini 36,4o

    C

    Terdapat ulkus di kaki kiri

    Dari PP : Leukosit 29990

    A : Febris e.c infeksi bakteri pada ulkus diabetikum

    P : Rencana terapi : Paracetamol 500 mg 3x1 jika pasien demam

    Ceftriaxone 2x1

  • 8/13/2019 Final Paper2

    10/29

    10

    FOLLOW UP

    30 September 2013

    S : mual (+), muntah (-), nafsu makan sudah membaik, nyeri perut masih

    terasa sedikit, pasien belum BAB sejak MRS, demam (-)

    O : TD: 130/80 mmHg

    N : 92x/menit

    Suhu : 36,30C

    RR : 20 x/menit

    Dari PF : abdomen: nyeri tekan epigastrium (+)

    Ekstremitas : kaki kiri udem, luka ditelapak kaki kiri dan

    jari ke 2 kaki kiri kehitaman (+), pus (+),

    nyeri (+)

    Terpasang insulin 4 UI

    A : Diabetes melitus

    Dispepsia

    Ulkus dibetikum

    P : Insulin 4 UI

    Debridement

    Ceftriaxone

    Ondansentron

    Omeprazole

    1 Oktober 2013

    S : mual (-), muntah (-), nafsu makan sudah membaik, nyeri perut tidakterasa, , demam (-)

    O : TD: 130/80 mmHg N : 88x/menit

    Suhu : 36,40C RR : 20 x/menit

    Dari PF : Ekstremitas : kaki kiri udem, luka ditelapak kaki kiri dan

    jari ke 2 kak kiri kehitaman (+), pus (+),

    nyeri (+), tertutup verban

  • 8/13/2019 Final Paper2

    11/29

    11

    A : Diabetes melitus

    Ulkus dibetikum

    P : Insulin 4 UI

    Debridement

    Ceftriaxone

    Ganti verban

  • 8/13/2019 Final Paper2

    12/29

    12

    BAB III

    ULKUS DIABETIKUM

    DEFINISI

    Ulkus dibetikum adalah luka ulkus yang terjadi pada penderita diabetes,

    lokasi tersering adalah di kaki, atau sering di sebut sebagai kaki diabetik, yaitu

    kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes

    mellitus.3

    FAKTOR RISIKO TERJADINYA KAKI DIABETES3

    Ada 3 faktor mengapa penderita diabetes lebih tinggi risikonya mengalami

    masalah kaki.

    Neuropathy

    Berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien

    tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak

    dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya

    kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang

    sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam

    waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau

    yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke

    tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis).

    Angiopathy

    Sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel

    pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM

    antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer

    (yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya,

    perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul

    ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat

    sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.

    Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah

    dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan

    degenarasi dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di

  • 8/13/2019 Final Paper2

    13/29

    13

    samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami

    infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk

    berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-

    bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena

    plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai

    kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.

    Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka

    sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.

    Immunopathy

    Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita

    diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel

    darah putih membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD)

    diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi normal dan

    terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran kuman

    akan menambah persoalan baru pada luka yang terjadi. Kuman pada ulkus akan

    berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat

    fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat).

    PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS ULKUS DIABETIK3

    Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang

    menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar

    arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian

    bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya

    kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke

    kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab

    seperti sirkulasi darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti

    neuropati, angiopati yang merupakan faktor endogen dan trauma serta infeksi

    yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap terjadinya kaki diabetik.

    Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,

    metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)

    ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap

  • 8/13/2019 Final Paper2

    14/29

    14

    metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak

    yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah

    (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan

    kecil, yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, suplai nutrisi dan

    oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama daerah

    kaki.

    Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

    kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita

    neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan

    yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak

    ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan

    bahkan amputasi. neuropati juga dapat menyebabkan deformitas seperti Bunion,

    Hammer Toes (ibu jari martil), dan Charcot Foot.

    Yang sangat penting bagi diabetik adalah memberi perhatian penuh untuk

    mencegah kedua kaki agar tidak terkena cedera. Karena adanya konsekuensi

    neuropati, observasi setiap hari terhadap kaki merupakan masalah kritis. Jika

    pasien diabetes melakukan penilaian preventif perawatan kaki, maka akan

    mengurangi risiko yang serius bagi kondisi kakinya.

    Sirkulasi yang buruk juga dapat menyebabkan pembengkakan dan

    kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada kaki adalah lebih kritis pada

    pasien diabetik karena sirkulasi yang buruk merusak proses penyembuhan dan

    dapat menyebabkan ulkus, infeksi, dan kondisi serius pada kaki.

    Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan

    dalam timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi

    sendiri sangat jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya kaki diabetik.Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat

    iskemia atau neuropati.

    Secara praktis kaki diabetik dikategorikan menjadi 2 golongan:

    a. Kaki diabetik akibat angiopati / iskemiaPenderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan patologi

    pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima

    hiperplasia membran basalis arteria, oklusi (penyumbatan) arteria, dan

  • 8/13/2019 Final Paper2

    15/29

    15

    hiperkeragulabilitas atau abnormalitas tromborsit, sehingga menghantarkan

    pelekatan (adhesi) dan pembekuan (agregasi).

    Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan lekosit DM tidak

    normal sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu. Demikian

    pula fungsi fagositosis dan bakterisid intrasel menurun sehingga bila ada

    infeksi mikroorganisme (bakteri), sukar untuk dimusnahkan oleh sistem

    plagositosis-bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh

    tidak saja kekakuan arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang

    tidak normal. Menurut kepustakaan, adanya peningakatan kadar

    fripronogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit, akan menyebabkan

    tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi

    lambat, dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding arteria yang

    sudah kaku hingga akhirnya terjadi gangguan sirkulasi.

    Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara

    lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang

    utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya,

    perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul

    ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang

    sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan/tindakan amputasi.

    Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke

    tungkai meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan

    pada saat istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau

    denyut tibial superior, kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak

    subkutan ,tidak ada rambut pada tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku,

    kemerahan pada area yang terkena ketika tungkai diam, atau berjuntai, danpucat ketika kaki diangkat.

    b. Kaki diabetik akibat neuropatiPasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama pada

    pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol.

    Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50%

    akan mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang

  • 8/13/2019 Final Paper2

    16/29

    16

    subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai

    oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob.

    Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau

    hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes

    yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh,

    atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas.

    Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi

    komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

    Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler,

    hilangnya reflek tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan

    kalus, ulkus tropik, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun

    perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil),

    dan Charcot Foot. Secara radiologis akan nampak adanya demineralisasi,

    osteolisis atau sendi Charcot.

    c.Gambar 1. Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik

    adalah bagian dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar

    metatarsal.

    Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh

    :5

    o Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma

    o Jenis, besar dan lamanya trauma

    o Peranan jaringan lunak kaki

    Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya

    kerusakan saraf baik saraf sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris

  • 8/13/2019 Final Paper2

    17/29

    17

    akan menyebabkan penurunan sensoris nyeri, panas dan raba sehingga

    penderita mudah terkena trauma akibat keadaan kaki yang tidak sensitif ini.

    Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan

    serabut saraf simpatis. Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan

    peningkatan aliran darah, produksi keringat berkurang atau tidak ada,

    hilangnya tonus vaskuler.

    Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan

    aliran darah akan menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan

    tekanan parsial oksigen di vena. Dengan demikian peran saraf otonom

    terhadap timbulnya kaki diabetik neuropati dapat disimpulkan sebagai

    berikut: neuropati otonom akan menyebabkan produksi keringat berkurang,

    sehingga menyebabkan kulit penderita akan mengalami dehidrasi serta

    menjadi kering dan pecah-pecah yang memudahkan infeksi, dan

    selanjutnya timbulnya selullitis ulkus ataupun gangren. Selain itu neuropati

    otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi jaringan sehingga terjadi

    perubahn komposisi, fungsi dan keelastisitasannya sehingga daya tahan

    jaringan lunak kaki akan menurun yang memudahkan terjadinya ulkus.

    Distribusi tempat terjadinya kaki diabetik secara anatomik:

    1. 50% ulkus pada ibu jari

    2. 30% pada ujung plantar metatarsal

    3. 1015% pada dorsum kaki

    4. 510% pada pergelangan kaki

    5. Lebih dari 10% adalah ulkus multipel

    KLASIFIKASI KAKI DIABETIK

    Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi1,6:

    Derajad 0: tanpa lesi terbuka, mungkin ada deformitas atau selulitis

    Derajad 1: tukak superfisial

    Derajad 2: tukak dalam sampai tendon, kapsul atau tulang

    Derajad 3: tukak dalam dengan abses, osteomyelitis

    Derajad 4: gangren setempat (bagian depan kaki atau tumit)

    Derajad 5: gangren seluruh kaki

  • 8/13/2019 Final Paper2

    18/29

    18

    Klasifikasi Texas1,6

    Grade 0: tanpa tukak, kulit intak/utuh

    Grade 1: tukak sampai epidermis dan dermis, tapi tidak sampai tendon,capsul

    atau tulang

    1A: tanpa infeksi atau iskemia

    1B: dengan infeksi tapi tidak iskemia

    1C: dengan iskemia

    1D: dengan iskemia dan infeksi

    Grade 2: tukak sampai kapsul sendi atau tendon

    2A: tanpa infeksi atau iskemia

    2B: dengan infeksi tapi tidak iskemia

    2C: dengan iskemia

    2D: dengan iskemia dan infeksi

    Grade 3: tukak sampai tulang atau sendi

    3A: tanpa infeksi atau iskemia

    3B: dengan infeksi tapi tidak iskemia

    3C: dengan iskemia

    3D: dengan iskemia dan infeksi

  • 8/13/2019 Final Paper2

    19/29

    19

    BAB IV

    HIPERBARIK OKSIGEN TERAPI

    Definisi

    Hiperbarik oksigen terapi atau yang sering disebut sebagai HBOT adalah

    suatu terapi dengan pemberian oksigen, penderita harus berada dalam ruangan

    bertekanan dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih

    besar daripada udara atmosfir normal, yaitu sebesar 1 atm (760 mmHg). Keadaan

    ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau berada dalam

    ruangan udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yaitu suatu ruang kedap

    udara terbuat dari perangkat keras yang mampu diberikan tekanan lebih besar dari

    1 atm (ruang kompresi) beserta sumber oksigen dan sistem penyalurannya ke

    dalam ruang rekompresi tersebut.3

    Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali oleh Behnke pada

    tahun 1930. Saat itu terapi oksigen hiperbarik hanya diberikan kepada para

    penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caissons disease)

    yang timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam, sehingga fasilitas

    terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa rumah sakit TNI ALdan rumah sakit yang berhubungan dengan pertambangan.

    Fisher pada tahun 1969 untuk pertama kali menggunakan oksigen

    hiperbarik pada 32 pasiennya yang mengalami ulser pada kaki. Penelitian serupa

    dilakukan pada tahun 1975 pada pasien lainnya. Oksigen dialirkan dan

    dipertahankan selama 41 menit, terapi dilakukan dua kali sehari dan setiap sesi

    dilakukan sedikitnya 2-3 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan banyak ulkus

    yang sembuh dengan baik, walau demikian oksigen hiprbarik gagal pada kasus-kasus iskemia hebat.

    Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali dimanfaatkan

    pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan,

    Surabaya. Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia.

    Ruang bertekanan tinggi atau di singkat dengan RUBT sudah di perkenalkan sejak

    tahun 1662 oleh Dr. Henshaw dari Inggris. RUBT merupakan suatu tabung yang

    terbuat dari plat baja yang dibuat sedemikina rupa sehingg mampu diisi udara

  • 8/13/2019 Final Paper2

    20/29

    20

    tekan mulai dari 1 ATA (Atmosfer Absolut) sampai beberapa ATA, tergantung

    jenis dan penggunaannya. Jenis-jenis RUBT, antara lain:

    1. Large multi compartment chamber: dipakai untuk pengobatan, mampudiisi tekanan lebih dari 5 ATA, dapat menampung beberapa orang.

    2. Large multi compartment for treatment: di pakai untuk pengobatan,mampu diisi dengan tekanan 2-4 ATA, dapat menampung beberapa orang.

    3. Portable high pressure multi man chamber: dapat dipindah-pindah, mampudiisi

    4. dengan tekanan 2-3 ATA, dipakai dalam pengobatan untuk penyelam,mampu diisi beberapa orang.

    5. Portable one man high or low pressure chamber: untuk pengobatan atautransport, mampu diisi dengan tekanan 2-3 ATA, hanya untuk 1 orang.

    Penggunaan RUBT/ hiperbarik oksigen antara lain adalah untuk pengobatan

    akibat penyakit penyelaman, pengobatan penyakit-penyakit bukan akibat

    penyelaman, pemeriksaan khas mantra laut yang terdiri dari tes kompresi (tahan

    terhadap tekanan 3 ATA), dan tes toleransi terhadap oksigen (oksigen 100%,

    tekanan 2.8 ATA selama 30 menit).

    ASPEK FISIKA

    Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika.Teori

    Toricelli yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm

    adalah 760 mmHg.Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara

    yang terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan Oksigen (O2)

    21%.Dalam pernafasan kita pun demikian.Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan

    yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik jugaberdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan

    Henry.

    Satuan tekanan gas

    Tekanan atmosfir, biasanya dipakai satuan kg/cm2, atmosfir (Atm) atau pounds

    per square inch (psi). Tekanan manometer yaitu tekanan yang di ukur oleh suatu

    alat pengukur tekanan, biasanya dinyatakan dengan ATG (Atmosfere gauge).

  • 8/13/2019 Final Paper2

    21/29

    21

    Tekanan absolut (Atmosfir Absolut / ATA), yaiutu tekanan keseluruhan yang

    dialami suatu objek, besarnya adalah ATG + 1 atm.

    Komposisi udara

    Udara atmosfir yang dihirup manusia mengandung komponen-komponen

    berikut8:

    78% Nitrogen (N2) 21% Oksigen (O2) 0.93 % Argon (Ar) 0.04% Carbondioxide (CO2) Gas-gas mulia (Ne, He, dbs)Hukum-hukum gas5,8

    Hukum BoyleApabila temperatur tetap, volume gas berbanding trebalik dengan tekanannya,

    oleh karena itu gas-gas yang terdapat pada rongga tubuh akan terpangruh oleh

    kadaan hiperbarik.

    Hukum DaltonHukum ini berhubungan dengan udara (suatu campuran Nitrogen dan

    oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah

    tekanan dari suatu campuran gas adalah jumlah dari tekanan parsial dari tiap

    gas yang membentuk campuran tersebut, jika gas itu secara menyeluruh

    meningkat, takanan parsial tiap-tiap gas pun akan meningkat.

    Hukum HenryIni berhubungan dnegan penyerapan gas di dalam cairan. Dinyatakan bahwa

    pada suhu tertentu, jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding

    lurus dengan tekanan parsial dari gas tersebut di atas cairan. Hukum Charles

    Hubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakanm bahwa, bila

    tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding

    lurus dengan suhu absolut

    Aspek fisiologi oksigen hiperbarik3,5,10

    Prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat

    seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen

  • 8/13/2019 Final Paper2

    22/29

    22

    yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara

    pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi,

    transportasi, utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi,

    diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme

    mendapatkan kondisi yang optimal.

    Transport oksigen dalam darah:Pada keadaan normal kira-kira 97% oksigen (19.4 vol %) diangkut oleh

    hemoglobin dari paru-paru ke jaringan, 3% sisanya diangkut dalam bentuk

    terlarut dalam plasma darah. Dengan demikian pada keadaan normal, oksigen

    dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin.

    Jumlah oksigen yang diangkut hemoglobin1 gram Hb dapat mengikat 1.34 ml O2, konsentrasi normal Hb + 15 gram per

    100 ml darah. Bila saturasi Hb 100%, maka 100 ml darah dapat mengangkut

    20.1 ml O2 yang terikat pada Hb (20,1 vol %). Lihat gambar

    Pengaruh hiperbarik terhadap kelarutan oksigen dalam darah:Pada tekana normal, oksigen yang larut dalam darah hanya sedikit (0.32%).

    Tetapi dalam keadaan hiperbarik, misalnya pada tekanan 2.8 ATA dimana

    PO2 arterial mencapai + 2000 mmHg sehingga oksigen yang larut dalam

    plasma adalah sebesar + 6.4 vol % yang cukup untuk memberi hidup

    meskipun tidak ada hemoglobin (life without blood). Pada keadaan normal

    (istirahat) kebutuhan oksigen jaringan adalah 5 vol %.

  • 8/13/2019 Final Paper2

    23/29

    23

    Pengaruh terhadap kardiovaskularPada manusia normal oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah

    jantung sebesar 10-20 % yang disebabkan oleh karena teerjadinya bradikardi

    dan penurunan isi sekuncup, tekanan darah pada umumnya tidak mengalami

    perubahan selama pemberian oksigen hiperbarik. Pada jaringan normal terjadi

    vasokonstriksi yang disebabkn karena naiknya PO2 arterial. Vasokontriksi ini

    kelihatannya merugikan, namun perlu di ingat bahwa pada PO2 + 2000

    mmHg (takanan 2.8 ATA), oksigen yang tersedia dalam tubuh 2 kali lebih

  • 8/13/2019 Final Paper2

    24/29

    24

    besar dari pada biasanya. Pada keandaan dimana terjadi edema, seperti pada

    luka bakar, emboli gas, penyakit dekompresi, dan trauma, efek vasokontriksi

    justru menguntungkan karena dapat mengurangi edema.

    Dasar-dasar Terapi Hiperbarik10

    1. HiperoksigenasiHiperoksigenasi memberikan pertolongan segera terhadap jaringan yang

    miskin perfusi di dearah yang aliran darahnya buruk. Peninggian tekanan

    di dalam RUBT menghasilkan peningkatan konsentrasi oksigen plasma

    sebesar 10 s/d 15 kali lipat dan peningkatan proses difusi oksigen di

    kapiler.2. Pemakaian tekanan tinggi akan memperkecil volume gelembung gas dan

    penggunaan oksigen hiperbarik juga akan mempercepat resolusi

    gelembung gas.

    3. Daerah-daerah atau tempat-tempat yang iskemik dan hipoksik akanmenerima oksigen secara maksimal.

    4. Di daerah yang iskemik, oksigen hiperbarik mendorong atau merangsangpembentukan pembuluh darah kapiler baru (neovaskularisasi)

    5. Pertumbuhan kuman akan mengalami penekanan dengan diberikannyaHBOT.8

    6. Hiperoksia akan meningkatkan aktivitas anti mikroba.7. Hiperoksia akan menyebabkan timbulnya vasokontriksi yang bermanfaan

    untuk mengurangi edema.

    8. HBOT memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO) padasel endotel. Ada sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet

    vaskuler endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi

    peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast yang

    diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan

    memacu kolagen sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan

    dalam penyembuhan luka dan meningkatkan efek fagositosis (bakterisida)

    dari lekosit.8

  • 8/13/2019 Final Paper2

    25/29

    25

    BAB IV

    ULKUS DIABETIKUM DAN HIPERBARIK OKSIGEN TERAPI

    Ulkus diabetikum merupakan komplikasi kronik DM yang paling sering terjadi

    dan paling di takuti. Sering sekali kaki diabetik berakhir dengan amputasi.

    Terjadinya masalah kaki pada penderita DM diawali dengan tidak terkontrolnya

    kadar gula darah yang kemudian menyebabkankomlikasi neuropathy dan kelainan

    pada pembuluh darah. Neuropathy, baik sensorik, motorik maupun otonom akan

    mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian

    menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan

    selanjutnya kan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

    infeksi menyebabkan infeksi mudah menyebar menjadi infeksi luas.

    Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain

    berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).

    Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

    bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian

    dapat berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak

    jarang memerlukan/tindakan amputasi. Terapi oksigen hiperbarik (HBOT)

    merupakan metode pemberian oksigen murni didalam ruangan bertekanan tinggi

    lebih dari 1 atmosfer. Dengan oksigen hiperbarik, darah lebih diperkaya dengan

    oksigen (O2), tetapi oksigen dalam darah akan jenuh dengan konsentrai 97%

    (astrand) tetapi dengan HBOT oksigen dapat banyak larut dalam plasma, cairan

    tubuh, jaringan dan organ organ tubuh secara langsung. Dasar dari terapi

    hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli yang

    mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang

    terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan Oksigen (O2)

    21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen

    ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%.

    Giancarlo, dkk, pada tahun 1987 melakukan penelitian terhadap 28

    penderita ulkus diabetikum dengan membandingkan peserta dengan pengobatan

    hiperbarik oksigen dan tanpa hiperbarik oksigen. Dalam penelitian tersebut

  • 8/13/2019 Final Paper2

    26/29

    26

    didapatkan banyaknya peserta yang mendapatkan pengobatan hiperbarik oksigen

    mengalami penyembuhan luka jika dibandingkan dengan peserta yang tidak

    mendapatkan terapi hiperbarik oksigen.9

    Gambar proses penyembuhan luka ulkus diabetkum dengan menggunakan hiperbarik

    oksigen terapi

    9

    Dasar-dasar terapi hiperbarik2,

    1. Hiperoksigenasi (peningkatan asupan oksigen): memberikan asupanoksigen terhadap jaringan yang terganggu perfusinya atau yang mengalami

    hipoksia. Hipoksia pada luka dapat dikoreksi dengan terapi oksigen yang

    bervariasi dari pemakaianintalasi oksigen 40% pada tekanan udara bebas

    hingga oksigen 100% pada tekanan 2,5 Tekanan Atmosfir Absolut (ATA).

    Tekanan yang tinggi diperlukan untuk oksigenasi di pusat luka kronis yang

  • 8/13/2019 Final Paper2

    27/29

    27

    hipoksia. Terapi oksigen hiperbarik pada tekanan 2 ATA memperlihatkan

    terjadinya peningkatan oksigenasi jaringan yang mengalami hipoksia.

    Koreksi secara intermiten pada luka yang hipoksia dengan terapi oksigen

    dapat meningkatkan replikasi fibroblas dan produksi kolagen.3

    2. Neovaskularisasi (tumbuhnya pembuluh darah baru), tidak terjadi secaralangsung namun setelah terapi hiperbarik beberapa waktu.

    3. Efek anti mikroba, hal ini dapat terjadi pada inhalasi oksigen tingkattinggi. Hiperoksi yang diberikan pada tekanan > 1,3 ATA akan bersifat

    bakterisid bagi kuman anaerob dan bersifat bakteriostatik (menghambat

    pertumbuhan) kuman aerob.8 Meningkatnya tekanan oksigen pada luka

    dapat meningkatkan aktifitas leukosit untuk membunuh bakteri patogenik.3

    4. Vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), merupakan mekanismepenting lain yang disebabkan oleh hiperoksia, dapat membantu iskemi

    yang terjadi pada tungkai bawah.

    5. Kompresi gelembung gas, prinsip penekanan udara ke dalam RUBTmengadopsi hukum Boyle, dimana tekanan berbanding terbalik dengan

    volume, sehingga HBOT dapat mengurangi volume gas baik di dalam

    pembuluh darah maupun dalam jaringan.

  • 8/13/2019 Final Paper2

    28/29

    28

    BAB VI

    KESIMPULAN

    Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai

    oleh adanya hiperglikemmia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek

    kerja insulin atau keduanya. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi

    kronik DM pada ekstremitas bawah (pembuluh darah perifer) yang paling ditakuti

    karena kaki diabetes sering berakhir dengan kecacatan dan kematian. 15% pasien

    dengan DM akan mengalami kaki diabetes selama perjalanan penyakitnya. Dan

    7% sampai 20% dari penderita kaki diabetes tersebut akan mengalami amputasi.

    Untuk mengatasi hal ini tentu pemberian edukasi kepada penderita DM mengenai

    risiko kaki diabetes serta bagaimana pencegahannya berperan sangat penting.

    Namun harapan bagi penderita DM dengan komplikasi kaki diabetes juga terus

    ditingkatkan dengan adanya perkembangan dalam terapi, termasuk terapi oksigen

    hiperbarik.

    Terapi oksigen hiperbarik sebagai terapi penunjang pada penyembuhan

    luka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini

    terlihat dari jaringan yang hipoksia memperlihatkan respon yang baik pada terapi

    oksigen hiperbarik. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik didasarkan pada

    mekanisme terapi tersebut yang merangsang terjadinya perbaikan jaringan dengan

    cara peningkatan tekanan oksigen, mekanisme kerja leukosit, hiperokdigenasi,

    neovaskularisasi, hiperoksia dan aktivitas osteoklas.

  • 8/13/2019 Final Paper2

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sudoyo AW, Setiohady B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Kaki Diabetik. BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2009 p.1911-15.

    2. Arife P D, et al.Effect of Hyperbaric Oxygen Theraphy on Healing of DiabeticFoot Ulcers.The Journal of Foot & Ankle Surgery 47(6):515-519, 2008

    3. Eddy H, Irham T.Manfaat terapi oksigen hiperbarik dalam mempercepat prosespenyembuhan luka.Universitas Hang Tuah Surabaya Indonesia

    4. Heyneman CA, Liday CL. Using Hyperbaric Oxigen to Treat Diabetic FootUlcer. Critical Care Nurse 2002; 22; 52-8.

    5. Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia. Pengantar Ilmu KesehatanPenyelaman. Jakarta: PKHI; 2000 p. 11-22

    6. Texas Classification of Diabetic Foot Wounds. Available athttp://www.refhelp.scot.nhs.uk

    7. Erick Supohondha. Manfaat, Pantangan, dan Efek Lanjutan PengobatanHiperbarik Oksigen. 2010. Available at

    http://www.hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com

    8. Widiyanti P. Basic Mecanism of hyperbaric Oxygen in Infectious Disease.Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease 2011; 2; 49-54.

    9. Giacarlo Baroni, et al.Hiperbaric Oxygen in Diabetic Gangrene Treatment.Diabetes Care 10:81-86, 1987

    10.Sugiharto. Pengaruh Teakanan Udara Tinggi terhadap Kesehatan tubuh.Kemas 2007; 2; 112-20.

    http://www.refhelp.scot.nhs.uk/index.php?option=com_content&view=article&id=760:texas-classification-of-diabetic-foot-wounds&catid=19:diabetes&Itemid=1085http://www.refhelp.scot.nhs.uk/http://www.refhelp.scot.nhs.uk/http://www.hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/http://www.hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/http://www.hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/http://www.refhelp.scot.nhs.uk/http://www.refhelp.scot.nhs.uk/index.php?option=com_content&view=article&id=760:texas-classification-of-diabetic-foot-wounds&catid=19:diabetes&Itemid=1085