fitokimia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Alat dan bahanAlatGelas kimiaGelas ukurBatang PengadukSpirtusKaki Tiga + kasaKertas saringCawan VapMortirStemperBahan:Simplisia kayu secangAmmonia encerHQaNPereaksi mayerPereaksi dragendorfLogam MgAmil AlkoholFeCL3Gelatin 1 %EterVanilinLieberman- buchardNaoHMetode Pembuatan InfusaMasukan air banyak yang diperlukan untuk infusa kedalam bejana infusaMasukan simplisia pada bejana infusaTimbang simplisia yang akan dijadikan simplisiaInfusa dingin disaring dengan kain hanel dan disamping filtratnya dalam beaker glassSelama pemanasan di asuk sesekali supaya atsiri dalam simplisia terekstrasi dengan sempurnaPanaskan diatas penangas air selama 25 menit analogi waktu 10 menit untuk mencapai suhu 900C dan 15 menit untuk mengifusSkrining FitokimiaLapisan asam bagi menjadi 3+ Kloroform sambil digerus+ NH3 encer gerus dalam mortirSkrining senyawa alkaloidBlankoSaringSimplisiaFiltrat dokocok dengan HCL 2HTetesi pereaksi dragendorf, amati ada/ tidak ada endapanTetesi pereaksi mayer, amati ada tidaknya endapanSkrining Senyawa FlavonoidFiltrat dimasukan ke tabung reaksiSaringSimplisia digerus, panaskan dengan air diatas penangas airDapat ditarik amil alkohol+ Flavonoid warna kuning jingga+ serbuk Zn + Lar alcohol- as klorida 1:1 tamil alcohol, kocok kuatBab 1. + FeCL3 (+) biru alcohol as klorida 1:1 tamil alcohol, kocok kuatSkrining Senyawa Tanin dan PolifenolSimplisia digerus, dipanaskan dengan air diatas penangas air, saringBab 2, (+ gelatin 1%) (+) endapan putih (tannin)Skrining Senyawa SaponinSetelah dingin, kocok kuat beberapa menitPindahkan ke tabung reaksi+ sedikit airSimplisia + air, gerus hingga lumatPembentukan basa 1 , persisten 1 menit tidak hilang + saponinSkrining Senyawa Mono dan Seskuiterpenoid(+) warna monoterpenoid dan seskuiterpenResidu tanisaldehid-H2SO4/ vanillin- as- sulfat (dalam keadaan dinginSimplisia disari dengan eter sari, uapkan hingga keringResidu (+) Lieberman buchard dalam keadaan dinginSkrining Senyawa steroid dan triterpenHasil sarinya, uapkan hingga keringSimplisia disari dengan eter(+) ungu : triterpen (+) biru: steroidHasil PengamatanNoGolonganSenyawaHasilPengamatanHasilPengamatan1AlkaloidMayer Dragendrof(-)(-)2Flavonoid+ logam mg + HQ + Etanol tarik dengan amil alcohol(+)3Tannin dan PolifenolFeQ3Gelatin 1%(+)(+)4SaponinKocok 30 detik + HCL(-)5Mono dan Seskuirterpenoid+ vanillin HaSO4(+)6Steroid dan TriterpenoidTeter + liebermen buchardt(-) steroid(+)7Kuinon+NaOH(+) Merah PembahasanSecang (caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000m di atas permukaan laut seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tinggi 5-10 m, batang berkayu bulat dan berwarna hijau kecoklatan pada cabang terdapa duri- duri temple yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar.Pada percobaan kali ini dilakukan dengan tes uji warna, identifikasi yang akan dilakukan yaitu meliputi golongan senyawa alkaloid, Flavonoid, tannin dan polifenol, sapanin, mono dan seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid, kuinon, uji alkaloid, mula- mula di tambahkan HCL untuk melarutkan alkaloid karena alkaloid bersifat basa sehingga tidak dapat larut dalam air. Tambahkan NACL yang bertujuan menghilangkan kandungan protein yang mungkin di kandung oleh sampel, karena adanya protein akan membentuk endapatn ketika dilakukan penambahan pereaksi sehingga menghasilkan data yang tidak sesuai pada kayu secang tidak menunjukkan hasil positif ketika ditambahkan pereaksi mayer dan dragendrof tidak menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endaoan putih dengan pereksi mayer dan endapatn hingga coklat ketika direaksikan dengan perekasi dragendrof.Uji Flavonoid pada kayu secang menunjukkan hasil positif, uji flavonoid dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan HCL. Pada proses penambahan terjadi reaksi eksaterm yaitu reaksi melepaskan panas dengan ditandai gelembung- gelembung gas dan pelepasan kalor pada tabung rekasi, gelembung gas yang terbentuk merupakan gas H2.Mg + 2HCL----- Mg2+ 2CL- + H2Produk yang dihasilkan pada reaksi tersebut adalah MgCL2 dan H2, dimana MgCL2 berada dalam kesetimbangan.MgCL2------MgCL+ + CL-MgCL+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang mengalami resonansi, sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan gugus hidroksil. Pada akhir sampel ditambahkan amil alcohol.Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCL+ mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan kimia lain, amil alcohol berfungsi untuk melarutkan flavonoid karena sama- sama memiliki sifat polar.Tannin merupakan senyawa polifenol yang memiliki sejumlah gugus hidroksi (larut dalam air) karena adanya ikatan hydrogen antara gugus hidroksil yang dimiliki tannin dan molekul air. Oleh karena itu pengujian dilakukan dengan penambahan air agar tannin yang bersifat polar akan larut dalam air. Hal ini sesuai dengan prisip like dissolve like. Kelarutan tannin yang tinggi terjadi dalam keadaan panas maka dari itu dilakukan pemanasan karena tannin akan semakin banyak larut, selain itu pemanasan juga bertujuan agar memecah ikatan- ikatan pada tannin sehingga dihasilkan bentuk monomer tannin yang bebas.Dilakukan penambahan FeCL3 yang berfungsi sebagai atom pusat, dimana tannin merupaka ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil sehingga terbentuknya kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tannin. Pada kayu sacang terdapat (+) tannin dan polifenol ketika direaksikan dengan FeCL3 dengan reaksi.Dan ketika direaksikan dengan gelatin dihasilkan positif tannin ditandai dengan adanya endapatn putih.Saponin merupakan glokosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senayawa hidroksil organic yang apabila akan hidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) da non gula (aglikon). Pada senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga ketika dikocok dengan air terbentuk busa. Pada kayu secang tidak terbentuk busa di kocok selama 30 detik sehingga dapat diketahui bahwa sampel secang (-) saponin, tidak terbentuk busa dapat diindikasikan karena saponin mempunyai macam- macam komposisi kimiawi yang berbeda seperti berbeda pada aglikon (sapogenin) dan karbohidratnya.Senyawa mono dan seskuiterpenoid pada kayu sacang teridentifikasi (+) dimana ketika simpusia sacang yang sudah diuapkan dengen eter ditambahkan perekasi anisaldehid- asam sulfat dan vanillin asam sulfat terbentuk warna merah.Uji Skrining fitokimia senyawa steroid dan kiterpenoid yaitu dengan menyari simplisia dengan eter dan diuapkan kemudian diteteskan pereaksi liebermand buchard menunjukkan warna ungu (+) senyawa kelompok triterpenoid. Anhidrat dimana asam asetat anhidrat berekasi dengan steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan kompleks asetil steroid:Penambahan HaSO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid. HaSO4 pekat lebih bersifat reaksi dibandingkan dengan asam asetahidrat pada kayu sacang di identifikasi (-) steroid.Skrining senyawa kuinon dilakukan dengan penyaringan filtrate hasil infusa kemudian ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk mendeprotonasi gugus fend pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat dimana ion enolat mampu mengadakan resonasi antar electron pada ikatan rangkap II.Pada kayu secang terlhat positif senyawa kuinon dengan terbentuknya warna merah setelah direaksikan dengan NaOH.KesimpulanPada Skrining Fitokimia yang dilakukan dapat diketaui bahwa kayu secang.Alat dan BahanEkstrak kentalN- heksanKromotografi kolomEtilasetatVialN-Butanol Gelas kimiaAsam asetatBatang pengadukProsedurKromatografi kolomFraksi direabsorpsi dengan silica gel gerus hingga homogeny dan keringElusi dengan etanol: etil asetatEkstrak kental hasil fraksinasiSampel dimasukan kedalam kolom berisi kasa diam (silika gel)Semua eluen yang membawa komponen ditampung dalam vial yang berbedaUapkan eluen yang terdapat dalam tiap fraksi menggunakan waterbathPemekatanHitung rendeman tiap fraksi hasil kromatografi kolomTiap fraksi hasil kromatografi dalam vial dimasukan ke cawan uapPenguapan dilakukan sampai dan diperoleh ekstrak kental pada tiap fraksiHasil PengamatanNoPelarut (Eluen)Hasil Pengamatan1n-butanol etanolBening 2n- butanol etanol (8:2)Jingga agak pekat3n- butanol etanol (7:3)Jingga4n- butanol etanol (6:4)Jingga5n- butanol etanol (5:5)Jingga6n- butanol etanol (4:6)Jingga7n- butanol etanol (3:7)Jingga8n- butanol etanol (2:8)Jingga9n- butanol etanol (1:9)Jingga10n- butanol etanol (0-10)Kuning- JinggaPembahasanPada percobaan ini, dilakukan analisis komponen yang terkandung dalam esktrak kayu secang (caesal pinnia sapan L) menggunakan kolom. Analisis yang dilakukan dalam percobaan ini merupakan analisis. Kualitatif untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam ekstrak kayu secang. Senyawa- senyawa yang terdapat pada kayu secang sendiri yaitu seperti Flaronoid, Saponin, brasiline, minyak atsiri, polifend dan asam galat. Adapun strukturnya:Asam GalatKromatografi kolom pada prinsipnya hamper dengan KLT. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen dimasukan melalui bagian atas kolom, maka komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan lebih cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama. Kolom kromotografi bekerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertical. Teknik kromotografi kolom dalam percobaan kali ini menggunakan silica gel sebagai fasa diam/ adsorben dan etanol: n butanol sebagai fase gerak/ elue dengan berbagai macam perbandingan dimulai dari 0:10, 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, 9:1, 10:0. Bahwa yang dipakai sebagai adsorben kromatografi cair juga tidak banyak jenisnya dan yang sering digunakan yaitu silica gel dan alumina, dimana daya adsopsi dipengaruhi oleh sifat kimia permukaannya luas relative permukaan dan perlakuan, silica gel sebagai adsorben pada kromatirafi kolom merupakan suatu padatan yang mempunyai luas relative yang lebih besar dibandingkan dengan alumina. Silica gel juga dapat dipakai dengan semua pela.Namun silica pula dapat menunjukkan kekuatan ikatan hydrogen dengan beberapa zat terlarut dan pelarut jika ada air. Cirri ikatan ini serta kenyataan bahwa silica gel mengembang sehingga memperlambat aliran pelarut. Jik ada air. Mekanisme yang terjadinya yaitu partisi zat terlarut berlangsung di pelarut (fase mobil) dengan perbedaan beberapa konsentrasi dan pelarut yang teradsorbsi. Selama perjalanan turun zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi secara berulang, laju penurunan berbeda tergantung pada koefisien partisi masing- masing lapisan terlarut, kemudian zat terlarut akan terpisahkan dimana masing- masing lapisan dielusi dengan berbagai konsentrasi pelarut untuk memberikan specimen murninya.Fase geraknya (solvent) digunakan etanol dan n- butanol dengan berbagai macam perbandingan. Etanol dan n- butanol tidak hanya sebagai pengakut, melainkan juga dapat mempengaruhi koefisien distribusi. Solute dan solvent berkompetisi untuk mengisi sisi aktif dan adsorben. Solvent yang mengevaluasi sampel terlalu cepat tidak akan dapat memisahkan sampel atas komponen- komponennya, sedangkan elusi yang lembut akan mengakibatkan waktu retensi yang terlalu lama.Pada kromatografi kolom ini senyawa yang terelusi terlebih dahulu yaitu senyawa non polar, kareena interaksi senyawa tersebut dengan fase diam lemah, sebaliknya yaitu etanol disebabkan karena teradsorpsi atau mengalami interaksi yang lebih lama dengan silica sehingga senyawa tersebut tertahan lebih lama pada fase diamnya.Hasil yang diperoleh tidak begitu jelas adanya pemisahan komponen- komponen setiap perbandingan yang berbeda. Lambatnya rambatan sampel pada adsorben dapat disebabkan oleh ikatan hydrogen antara molekul yang terkandung dalam sampel, sehingga dapat memperlambat rambatan disebabkan minimnya ikatan hydrogen. Sampel pada vial dengan perbandingan dan 8:2 n- butanol, etanol lebih pekat dibandingkan yang lain dimana senyawa- senyawa yang lebih non plar terdapat pada kayu secang banyak terbawa oleh perbandingan tersebut, sedangkan pada perbandingann- butanol, etanol warna yang dihasilkan senyawa- senyawa yang terabsorpsi sudah mulai..mengkerucut dimana senyawa yang kurang terabsorpsi, sedangkan senyawa lain yang mempunyai sifat kurang polar sudah terabsorpsi terlebih dahulu pada perbandingan elue sebelumnya yaitu 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9.KesimpulanBerdasarkan hasil dari praktiukum teknik pemisahan dengan kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan kromatografi planar dimana zat- zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi solute1 zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya). Dimana fase diam yang digunakan adalah silica gel dan fase gerkanya n- butanol: etanol. Kromatografi kolom pada sampel kayu secang tidak begitu jelas pemisahannya hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat kepolaran dari senyawa penyusun ekstrak kayu secang.Daftar PustakaKhopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjamahkan oleh A. Saptorahardjo. Jakarta: UI PressAnonim. 2015. Kayu Secang. Diakses www.ningharmanto.com.tanggal27April2015.Stahl. E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikrookopi.Penerjamah Kosasih. Bandung: ITB.Alat dan BahanAlat:Alat rifluksCawan putriLabu alas bulatBahan:SimplisiaKertas saringEtanolEtil asetratn- butanolProsedurSimplisia serbuk dimasukan ke dalam labu alas bulat bersama dengan penyaringang (etanol- etil asetat n- butanolEkstrak RifluksRefluks dilakukan selama kurang lebih 6 jamHasil refluks didinginkan pada suhu kamarPanaskanPemanasan dilakukan pada suhu sekitar 80-900CSetiap 3-4 jam sekali dilakukan pergantian pelarutFiltrat yang diperoleh dievaporasi untuk menghilangkan pelarutnyaDidapatkan ekstrak pekatDinamolisis EkstrakKertas saring bersumbu ini ditutupkan pada cawan petri yang berisi ekstrak cairBiarkan terjadi proses difusi sekitar selama lebih kurang 10 menitDipasang sumbu yang terbuat dari kertas saringKertas saring watman diameter 10 cm titik pusatnya dilubangiHasil percobaanBerat simplisia: 30 gramVolume ekstrak yang diperoleh: 450gramBerat ekstrak kental:gramRendemen: Berat piknometer kososng: 11,9022gramBerat piknometer + air: 21,6530gramBerat air: 9,7508gramKerapatan air: 0,998gramBerat piknometer + ekstrak: 19,8194gramBerat ekstrak: 7,9172gramVolume piknometer: : : 9,7703 mlBobot Ekstrak (1%): (Piknometer + ekstrak) (pikno kosong): 20,5500 11,9022: 8,6478 gramKerapatan ekstrak (1 %): : : 0,8851 gram. ML-1Bobot Simplisia: 30gramVolume Ekstrak yang diperoleh: 450 gramBerat ekstrak kental: 2.97 gramDinamolisis ekstrak: 5,5 cmPembahasanPraktikum yang dilakukan kali ini membahas tentang ekscraksi cair padat dengan simplisia kayu secang. Metode ekstraksi yang kami gunakan yaitu metode refluks untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder khususnya senyawa cannin dari kayu secang.Tannin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan berasa pahit dan kelat, yang berekasi dengan mengumpulkann protein, atau berbagai senyawa organic lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Tannin merupakan aneka senyawa polifenol) berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan mokromelekul, memiliki BM yang cukup tinggi (lebih dari 1000). Struktur dari senyawa TanninApabila dilarutkan ke dalam air, tannin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa asam serta sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan gelatin, maka akan terbentuk endapan, tannin tidak dapat mengkristal, hal ini karena tannin merupakan senyawa kompleks yang memiliki campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membentuk Kristal.Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yakni kayu secang yang akan diekstrak dihaluskan terlebih dahulu sampai menjadi serbuk. Hal ini bertujuan supaya simplisia dapat lebih mudah larut dalam pelarutnya. Semakin kecil luas permukaan suatu simplisia maka akan semakin cepat pula simplisia tersebut larut dalam pelarutanya.Setelah itu, simplisia dimasukan ke dalam labu bulat sebanyak 30 gram, ditambahkan etanol sebagai pelarutnya sebanyak 30 mk. Dilakukan ekstraksi dengan metode refluks. Metode refluks menggunakan prinsip mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan pemanasan dan pengembunan uap serta menjaga kestabilan suhu dibawah titik didih pelarut. Metode ini dipakai karena dalam prosesnya tidak ada senyawa yang hilang, karena senyawa dan pelarut yang menguap didinginkan oleh kondensor sehingga menjadi fase cair kembali ke dalam labu alas bulat.Ekstraksi refluks dilakukan dengan suhu dibawah 78,40C (titik didih etanol). Pengkondisian suhu pada refluks diusahakan dibawah titik didih etanol. Hal ini dilakukan supaya etanol tidak menguap, karena apabila etanol menguap maka tannin yang dihasilkan akan sedikit. Pelarut menggunakan etanol karena etanol akan merusak dinding sel simplisia dan akan menyebabkan proses ekstraksi refluks berlangsung selama kurang lebih 9 jam dengan selang waktu 3 jam untuk penggantian pelarut (2 kali pergantian pelarut). Hasil ekstrak di saring terlebih dahulu untuk memisahkan residu (ampas) dengan filtrate atau ekstrak kayu secang.Filtrate dipanaskan agar etanol menguap dengan menggunakan ratary evaporator. Fungsi penguapan eter untuk menghilangkan pelarut agar tidak adalagi etanol dalam ekstrak tersebut sehingga didapatkan ekstrak kental.Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil rendeman dari kayu secang 9,9%. Dimana semakin banyak waktu ekstraksi dan semakin halus ekstrak keringnya maka akan semakin banyak pula rendeman yang diperoleh. Kerap akan ekstrak 1% yaitu 0,8851 gram/ ml.Kemudian dilakukan pola dinamolisis ekstrak. Proses dinamolisis dilakukan untuk memberikan secara kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak karena masing- masing ekstrak memiliki pola dinamolisis yang berbeda. Uji ini dilakukan selama 1 jam. Pola dinamolisis yang dihasilka dari ekstrak 1% kayu secang adalah diameter 5,5 cm.KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:Ekstraksi tannin dari kayu secang dilakukan dapat disimpulkan metode refluksRendeman yang diperoleh yaitu 9,9%Bobot jenis ekstrak yaitu 0,8851 gram/ MLPola dinamolisis memiliki diameter sebesar 5,5 cmDaftar PustakaDepkes. 2010. Suplemen 1 Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Gunawan, Dikdik dan M.Sri. 2004. Ilmu Obat Alam. Jilid 1. Jakarta: Penebar SwadayaHarborre. J. B. 1996. Metode Fitokimia Bandung: ITB Press.Wiryowidogdo, Sumali. 2000. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Jakarta: EGCAlat dan BahanAlat :Plat KLT F254Nerata AnalitikCawan UapPipa kapilerBatang PengadukBeakerglassChamberAlat penyemprotGelas ukurPenggarisPensilBahan :Ekstrak KentalEtanolEtil Asetatn- butanolFeCL3MetodeFase gerak: n- butanol, etil asetat, etanol)(4:1:5)Fase diam: Silika gelLarutan perbandingan: TanninDereksi: FeCL3Larutan: 1% dalam etanolBeri garis batas atase bawah menggunakan pensilOven 10 menit pada suhu 600CSiapkan plat KLTHitung RFSemprot dengan menggunakan FeCL3KeringkanLihat bercak dengan sinar UV 254Tototlkan sampel uji pada garis batas bawah dengan pipa kapilerMasukan kedalam chamber yang telah dijenuhkan berisi eluenTunggu sampai bercak naikHasil PengamatanPlat 1Jarak bercak = 6,2 cmJarak eluen= 6,7 cmRf = 0,925 cmJarak bercak = 5,7 cmJarak eluen = 6,7 cmRf = 0,85 cmPembahasanPada praktikum kali ini kita membahas tentang pemantauan ekstrak dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) sampel yang digunakan yaitu ekstrak kayu secang.Kromatografi lapis tipis yaitu suatu metode pemisahan campuran analit dengan cara mengevaluasinya melalui fase diam yang datar pada penyangga. Pada KLT pemisahan senyawa terjadi karena perbedaan daya serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi, mekanisme pemisahan KLT disebut sebagai mekanisme adsorpsi.Pada KLT fase diam yang digunakan berupa lapisan gel atau alumina. Lapisan fase diam dapat melekat pada permukaan plat KLT dengan bantuan pengikat seperti kalsium sulfat dan amilum. Fase gerak pada KLT berupa campuran pelarut organic yang akan mendorong senyawa untuk bergerak di sepanjang kapiler.Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari skrining fitokimia. Pelarut pengembang atau elven yang digunakan pada KLT untuk tannin adalah n-butanol: asam asetat: etanol (4:3:3) fase diam yang digunakan adalah silica GF 254.Plat yang akan digunakan untuk pemantauan ekstrak di oven terlebih dahulu selama 15 menit pada suhu 700C yang dikhawatirkan akan mengganggu selama KLT berlangsung, serta untuk mengaktifkan plat yang akan digunakan.Di buat batas atas dan batas bawah dengan menggunakan jarum, hal ini bertujuan agar kita tahu letak penotolan sampel yang akan dielusi. Dalam pembuatan batas atas dan batas bawah tidak menggunakan tinta atau pensil karena pensil tersebut akan terelusi selayaknya sampel dan akan mengganggu prosis elusi sampel kemudian sampel ditotolkan diatas plat dengan menggunakan pipa kapiler sampai noda terlihat berwarna hitam dilihat dari sinar UV dan tidak melebar.Lempengan plat dimasukkan pada chamber tertutup yang berisi eluen. Batas eluen berada dibawah garis batas posisi bercak berada. Chamber harus keadaan tertutup agar kondisi dalam chamber terjenuhkan oleh uap dari eluen. Untuk memastikan eluen kita jenuh bisa dengan kertas saring, apabila kertas saring telah terbasahi maka eluen tersebut sudah dalam keadaan jenuh.Fase diam akan tertinggal sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak dan bergerak lebih cepat. Setelah eluen telah mencapai batas atas plat. Keluarkan dari chamber, biarkan kering, lihat dengan menggunakan sinar UV 25U, bercak terlihat jelas, namun hasil dari kelompok kami menunjukkan satu spor saja, dilakukan penyemprotan dengan H2SO4 sebagai penampak bercak universal dan gelatin sebagai penampak bercak spesifik.Setelah dilakukan percobaan dapat diketahui bahwa nilai Rf sampel yaitu 0,925% 0,85cm. harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh komponen dibagi dengan jarak tempuh eluen (fase gerak). Rf juga menyatakan derajat retinsi suatu komponen dalam fase diam. Jika nilai Rf-nya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solven maksimum, sedangkan jika nilai Rf nya kecil maka daya pisah zat yang dilakukan solven (eluen) minimum.KesimpulanBerdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:Elven yang dipakai untuk KLT tannin yaitu n- butanol: asam asetat: etanol (4:3:3)Nilai Rf yang didapat 0,925 cm dan 0,85 cmDaftar PustakaHarborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Press Goeswin. Agus. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB PressMangoendjojo. W. 2003. Dasar- dasar Memilihan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press Alat dan bahanAlat:Plat KLT F254Neraca AnalitikCawan UapPipa KapilerBatang PengadukBeaker glassChamberAlat penyemprotGelas ukurPenggarisJarumBahan:Fraksi etil asetatFraksi airEtil AsutatAirKloroformH2SO4GuatinProsedur KerjaSkrining Fitokimia Senyawa TanningEndapan putihPositiftanninFraksi n-heksonFraksi etil asestatFraksi airBiru hitam positif tannin dan polifenol alamTetesi FeCL3Fraksi n-heksan Fraksi etil asetat fraksi airTambah gelatin 1 %KLT untuk Senyawa TanninFase gerak (elven): n- butanol, etil asetat, etanolFase diam: silica gelLarutam uji:Penampak bercak spesifik: Gelatin 1%Plat KLTSampel Uji Larutkan dalam etanolTimbang sampelHitung nilai RfAmatiSemprot dengan H2SO4 10%Semprot dengan gelatin 1%KeringkanMasukan ke dalam UV 254 nmTunggu sampai bercak naik sampai batasMasukan kedalam chamber yang telah dijenuhkanTotolkan sampel uji pada garis batas dengan pipa kapilerMasing-m masing beri garis dengan menggunakan jarumOven 10 menit dalam suhu 600 CData Hasil PengamatanSkrining FitokimiaFraksiPerlakuanHasil Pengamatann- heksan+ FeCK3(-)N- HEKSAN+ Guatin 1%(-)Etil Asetat+ FeCL3Biru kehitaman (+)Eril Asetat+ Gelatin 1%Endapan putih (+)Air+ FeCL3Biru kehitaman (+)Air+ Gelatin 1%Endapan Putih (+)Pemantauan ekstrak (KLT)Uji sampel fraksi etil asetatJarak noda: 6,5 cmJarak Elven: 7 cmRf = = 0,91%Uji sampel fraksi AirJarak noda: 6,4 cmJarak Elven: 7 cmRf = = 0,91%PembahasanPada praktikum kali ini membahas tentang skrining fitokimia dan pemantauan ekstrak dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Sampel yang digunakan oleh kelompok yaitu senyawa tannin pada kayu secang.Tannin adalah estur yang dapat dihidrolisis dengan pemanasan sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya berupa dari vace atau turuhan dari asam garlit atau gula.Polifenol merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan, dimana salah satu cirinya adalah mengandung cincin aromatic tersembunyi. Pada fraksi n- heksan didapatkan hasil negative ketika ditambahkan FeCL3 dan Gelatin 1%. Sedangkan untuk fraksi etil asetat dan air penambahan FeCL3 menghasilkan warna biru kehitaman yang menandakan positif untuk polefenol. Reaksi ini reaksi rediks antara Fe3+ dengan polifenol, dan penambahan gelatin 1% menghasilkan endapan putih yang menandakan positif tannin.Apabila dilihat dari literature tannin maupun polifenol larut dalam pelarut polar dan kemungkinan dapat terbawa oleh fase semi polar.KLT merupakan suatu metode pemisahan campuran analit dengan cara mengevaluasinya melalui fase diam yang datar pada plat penyangga. Pada KLT pemisahan senyawa terjadi karena daya serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi. Mekanisme pemisahan pada KLT sering disebut dengan mekanisme adsorben.Pada KLT fase diam yang digunakan berupa lapisan silica gel atau alumina. Lapisan fase diam dapat melekat pada permukaan, plat KLT dengan bantuan pengikat seperti kalsium sulfat dan amilum. Fase gerak pada KLT dapat berupa campuran pelarut organic yang akan mendorong senyawa untuk bergerak di sepanjang kapiler. Fase gerak yang digunakan..Flat yang digunakan untuk KLT terlebih dahulu di oven selama 10 menit pada suhu 600C. hal ini bertujuan untuk menghilangkan mikroba- mikroba dan zat- zat asing serta air yang terjirap dalam silica yang dikhawatirkan mengganggu selama proses elusi.Setelah itu beri batas atas dan bawah dengan menggunakan jarum tujuannya untuk mengetahui penetesan sampel yang akan digunakan. Pemberian garis tidak menggunakan pensil atau tinta karena pewarna dari tinta, akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel. Kemudian penotolan sampel diatas plat dengan menggunakan pipa kapiler sampai noda cukup lebar tetapi tidak melebar. Tunggu sampai sampel yang ditotolkan kering. Pada praktikum ini hanya menotolkan fraksi yang positif air dan etil asetat.Kemudian lempeng atau plat dimasukkan ke dalam chamber bertutup berisi pelarut dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Pelarut berada dibawah garis dimana posisi sampel berada. Kemudian tutup chamber, hal ini untuk meyakinkan kondisi dalam chamber terjenuhnya oleh uap dari elven. Kondisi jenuh dalam chamber untuk mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada plat, komponen- komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berada dan akan tampak dari perbedaan bercak warna.Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan bergerak lebih cepat. Setelah pelarut mencapai batas atas plat, bercak kedua fraksi dilihat dengan lampu UV 254 nm dan UV 366 nm, bercak terlihat jelas. Setelah dikeringkan dilakukan penyemprotan dengan reagen H2500 sebagai penampak bercak umum.Setelah dilakukan percobaan dapat diketahui bahwa nilai Rf sampel dalam fraksi etil asetat yaitu 0,92 cm dan Rf sampel pada fraksi air yaitu 0,91 cm. Rf menyatakan derajat resensi suatu komponen dalam fase diam. Jika Rf besar maka daya pisah yang dilakukan solvent elvin. Minimum. Dalam hal ini dapat diketahui semakin panjang ukuran bercak maka semakin besar pula nilai Rf yang diperoleh karena panjang bercak berbanding lurus dengan nilai Rf. Senyawa yang mempunyai Rf besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah. Hal tersebut karena fase diam bersifat polar senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam. Sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.KesimpulanBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:Fraksi etil asetat positif terdapat tannin dan polifenolFraksi air positif terdapat tannin dan polifenolFraksi n- heksan negative terdapat tannin dan polifenolNilai Rf fraksi etil asetat yaitu 0,92 cmNilai Rf fraksi air yaitu 0,91 cmDaftar Pustaka Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB PressMangoidjojo, W. 2003 Dasar- Dasar Pemilihan Tanaman Yogyakarta: KanisiusSudjadi, 1986. Metode Pemisahan: Yogyakarta: UGM Press Alat dan BahanAlat :Wadah KolomGlass WollGelas ukurPipetCorongBeaker glassBahan:SampelSilika gelProsedurPelarutan SampelAmatiSilika GelAduk HomogenDitambah n- butanol asam asistatSampelmasukan bubur basah kedalam wadah kolom sampai padatPipet diisi dengan glasswollPenambah n-butanol asam asitatPembuatan bubur kolomKuat dibuka sampai silica gel semuanya bosahAtasnya diberi glasswoll lagiMemasukan sampel ke dalam kolom kromatografiMasukan kedalam kolom kromatografi Sampel yang telah dilarutkan Hasil PengamatanNoPelarut (Elven)Hasil Pengamatan1n-butanol etanolBening 2n- butanol etanol (8:2)Jingga agak pekat3n- butanol etanol (7:3)Jingga4n- butanol etanol (6:4)Jingga5n- butanol etanol (5:5)Jingga6n- butanol etanol (4:6)Jingga7n- butanol etanol (3:7)Jingga8n- butanol etanol (2:8)Jingga9n- butanol etanol (1:9)Jingga10n- butanol etanol (0-10)Kuning- JinggaPembahasanPada praktikum kali ini membahas mengenai kromatografi kolom, sampel yang digunakan merupakan hasil fraksinasi dengan ekstraksi cair- cair dengan menggunakan pelarut n- butanol, etil asetat dan air. Kemudian dilakukan pemantauan ekstrak dengan menggunakan KLT, sehingga dapat diketahui sampel target berada dalam fraksi etil asetat. Dan diidentifikasi lebih lanjut dengan metode kromatografo kolom.Pada pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada adsorpsi komponen- komponen campuran dengan afinitas berbeda- beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom termasuk pada pemisahan cair- padat, subtract padat bertindak sebagai fase diam yang akan berkompetisi dengan molekul- molekul komponen yang akan berkompetisi dengan molekul- molekul komponen yang akan dipisahkan untuk terabsorpsi pada permukaan fase diam dan masuk kembali pada fase gerak. Molekul- molekul yang afinitasnya besar terhadap fase diam akan tertahan lebih lama di dalam kolom.Elusi yang dipergunakan yaitu elusi gradient. Elusi gradient merupakan elusi yang selama prosesnya menggunakan elven yang berubah- ubah polaritasnya menggunakan elven yang berubah- ubah. Pada umumnya fase gerak yang pertama yakni fase nonpolar kemudian fase gerak selanjutnya semakin mneingkat kepolarannya. Elven yang dipakai sebanyak semakin yakni 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10. Dengan volume masing- masing 10 ML.Penyiapan fase diam yang dilakukan pada percobaan yang kami lakukan yaitu dengan penyiapan cara kering, yaitu dengan menimbang sejumlah ekstrak pada fraksi etil asetat yang dihomogenkan (dengan cara digerus) sedikit demi sedikit dengan silica gel. Kemudian dimsukan ke dalam kolom yang sebelumnya dimasukkan glass woll pada bagian dasar kolom sebagai penyaring untuk mencegah penyumbatan silica gel.Diatas glass woll ditambah pasir pantai untuk memberkan beban pada glass woll supaya diam. Ditambahkan kembali silica gel yang telah diaktifasi sebanyak 5 gram ke dalam kolom. Ditambahkan kembali pasir pantai kemudian paling atas ditambahkan sampel. Pengisian elven dimulai dari fase non polar n-butanol 10 : 0 secara hati-hati melalui dinding kolom secara kontinu sedikit demi sedikit hingga masuk semua dan tidak terbentuk gelembung- gelembung udara sampai silica gel manfaat. Setelah silica gel manfaat kran kolom dibuka dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran tutup.Di dalam kolom komponen- komponen akan terpisah sebagai pita- pita yang pada proses elusi selanjutnya akan keluar meninggalkan kolom sebagai fraksi- fraksi komponen yang terpisah. Larutan fraksi komponen yang keluar ditampung untuk dianalisis pada proses selanjutnya.Hasil pemisahan pada kromatografi kolom diantaranya dipengaruhi oleh pemilihan fase diam dan fase gerak. Fase diam harus berukuran partikel seragam, bersifat inert terhadap zat uji dan cukup aktif sehingga memungkinkan perambatan zat uji. Adanya zat cukup aktif sehingga menyebabkan adsorbs tidak reversible atau tailing pada senyawa yang akan dipisahkan. Untuk memilihan fase gerak zat uji harus diuji terlebih dahulu dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam yang sama. Bila pemisahan pada KLT baik maka dapat diperkirakan pemisahan pada kromatografi kolom juga akan baik.Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh terdapat 10 fraksi yaitu fraksi n- butanol: etanol (9:1), menghasilkan warna bening, n- butanol: etanol (8:2), berwarna jingga agak pekat, n- butanol: etanol (7:3), (6:4), (5,5), (4:6), (3:7), dan (2:8) memiliki warna yang sama yakni jingga, dan n- butanol- etanol (0:10) berwarna kuning jingga.KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat kami simpulkan, antara lain:Elven yang dipakai mengikuti elusi gradient antara lain elven n- butanol- etanol dengan perbandingan (1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan (0:10)Pada pemisahan dengan menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 9 fraksi yaitu (8:2) berwarna jingga agak pekat. 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, berwarna jingga dan fraksi (0,10) berwarna kuning jingga.Daftar PustakaHarborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB PressMangoendjojo, W. 2003. Dasar- dasar Penulisan Tanaman. Yogyakarta: KanisiusSudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press Alat dan BahanAlat :Bubuk SilikaKacaPipa KapilerChamberBahan:Kertas saringKLTLabelLempengFraksi aktif KKProsedurPemantauan subfraksinasiDiambil fraksi hasil KK (Kromatografi kolom)Siapkan plat berukuran 5x10 cm sebagai fase diamPengembangan atau fase gerak yang digunakan adalah pengembangan terbaik kepada deteksi awal n- butanol etanol 3:1Bercak (pita) yang telah dikerok tersebut sebagai isolat Kemudian dikerok dan dilarutkan pelarutannya etanol Bercak dengan pita yang diperoleh ditandai dengan pensil Amati LagiDiamati dibawah sinar UV 366 nm dan 254 nm, lalu disemprotkan dengan penampak bercak gelatin 1 %Setelah ditotolkan, sampel di dalam chamber KLTP yang telah dijenuhkanDitotolkan pada plat KLT, berbentuk pita pada garis penotolan yang telah dibuatHasil PengamatanFraksi n- butanol : etanol(3:7)Jarak tempuh bercak: 6 cmJarak tempuh elven: 7 cmRf = PembahasanPada praktikum kali ini kita membahasa tentang KLT preparative, sampel yang digunakan yaitu senyawa tannin dari kayu secang yang sebelumnya telah dilakukan pemisahan dengan menggunakan kromatografi kolom, dan yang dipilih elven n- butanol: etanol (3:7) karena pada saat KLT harga Rf nya mendekati Rf teori yakni 0,6 cm. sehingga diidentifikasi lebih lanjut dengan KLT preperatif.Kromatografi lapis tipis preparative (KLTP) adalah salah satu metode yang memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat emisahkan bahan dalam jumlah milligram. Ketebalan penyerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada KLTP adalah sekitar 0,5 2 mm ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm, akan tetapi plat kromatografi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 6x10 cm. permbatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah umum digunakan ialah silica gel dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.Cuplikan pada KLTP diurutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut karena jika pelarut kurang akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5- 10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.Plat yang akan digunakan untuk KLTP di aktivasi terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu 600C. hal ini bertujuan untuk menghilangkan mikroba- mikroba dan zat- zat asing yang dikhawatirkan akan mengganggu selama proses kromatografi berlangsung kemudiian dibuat batas atas dan bekas bawah dengan menggunakan jarum, hal ini bertujuan agar kita mengetahui dimana pensil/ pulpen/ tinta, karena pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatografi dibentuk. Hal ini dapat mempengaruhi proses pengelusian senyawa sampel.Setelah itu lempengan ditempatkan pada sebuah Chamber terrtutup berisi elven (n butanol : etanol (3 : 1) dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis batas dimana posisi penotolan sampel. Chamber harus ditutup untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam Chamber tersebut terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan komponen-komponen yang berbeda dari campuran berwarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak berbeda dari perbedaan bercak warna. Selain itu penjenuhan dengan menggunakan kertas saring bertujuan agar bercak dapat naik secara lurus.Ketika pelarut mulai membasahi plat, pelarut pertama-tama akan melarutkan sampel dalam bercak yang telah ditotolkan pada garis batas bawah. Senyawa akan cenderung bergerak pada lempeng kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat setelah pelarut telah mencapai batas atas plat. Bergerak pita dari sampel kelompok kami tidak terlihat jelas. Setelah itu dilakukan penyinaran dengan menggunakan lampu UV dengan 254 dan 365 bercak pita terlihat jelas dengan nilai Rf 0,85 cm.Kebanyakan penjerap KLTP mengandung indikator floresensi yang mendeteksi letak pita yang terpisah pada senyawa yang menyerap sinar UV. Diperoleh senyawa murni yang kemudian dikerok, hasil kerokan tersebut dimasukan ke dalam tabung Rfendorf kemudian dimasukan ke dalam tabung sentrifuge dengan ditambahkan etanol sebagai pelarut yang sesuai untuk senyawa tunih. Setelah itu dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 200 rpm kemudian filtratnya di dekansasi dan di uapkan. Sentrifugasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel yang ada di dalam suatu bahan yang dipisahkan dari filtrat oleh gaya sentrufugasi yang dikenakan pada partikel. Dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik dimana titik tersebut dikenakan gaya pada saat objek di putar. Partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpentas sesuai bobot jenis masing-masing pertikel. Dengan gaya yang paling berperan adalah gaya sentrifugasi. Dengan adanya teknik ini proses pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan umum dibandingkan dengan teknik biasa. Hasil dari filtrat yang didekantasi selanjutnya diuapakn sehingga hasil akhirnya berupa Kristal yang nantinya akan diidentifikasi lebih lanjut yakni uji kemurnian dengan metode KLT dua dimensi.Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa, pengujian dengan metode KLT menghasilkan 1 bercak pita dengan nilai Rf 0,85 cmDaftar PustakaAhmad S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : KomunitasHarborni . J. 1987. Mketode Fotokimia Bandung : ITBSubjadi . 1900. Metode Pemisahan, Yogyakarta : UGMBahann- Heksanasam asetatEtanolH2 SO4FeCL3AsetanEtil AsetatMetode PenelitianEkstraksi Cair- cairEtanolAsam asetatkloroformKocok sehingga terbentuk tiga fraksiMasukan ekstrak kental kedalam corong pisahAmbil fraksi etanol dan fraksi etil asetat kemudian campurkan ke 2nyaPenentuan Fraksi (KLT)Plat 2 digunakan FeCL3 taninDilakukan Nampak gerak plat 1 digunakan H2SO4Setelah sampai garis batas, elven dihentikanDevisi menggunakan fase gerak n-butanol, asam asetat air 4:1:5)Totolkan pada jarak 1 cmPekatkan fraksi etanol dan fraksi etil asetatPlat yang telah dioven Hitung Rf yang dapat dibandingkan dengan Rf tannin dalam teoriSetelah sampai garis batas elusi dihentikanTotolkan hasil KK pada silica gel Masukan serbuk yang telah kering kedalam tabung soklet secara merataMasukan 3 elven dengan yang berbeda Ditambah etanol sampai homogeny dan biarkan keringBercak silica dikocokMasukan serbuk silica ke dalam tabung sukiet biarkan memuat seperti Hasil PengamatanBerat Ekstrak: 2,6 gramBerat fraksi etil asetat: Berat cawan ekstrak berat sawan kosong: 44,60 43,06: 1,54 gramRendeman etil asetat: : : 20%PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi cair- cair dimana ekstraksi cair- cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi dengan sampel antara 2 palarut yang tidak saling campur. Salah satunya fasenya seringkali berupa air dan fase lain berupa pelarut organik, setelah itu ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analtik yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya. Pada pengajuan senyawa tannin pada kayu secang ini digunakan pelarut berupa air n-heksan dan etanol, senyawa- senyawa polar akan ditemukan didalam fase air, sementara senyawa- senyawa yang bersifat hidropobik akan masuk pada pelarut organic. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organic akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase sering kali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah keol sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya.Praktiukum kali ini dilakukan partisi cair- cair dengan sampel yang berasal dari hasil ekstraksi metode replay, replay adalah penyaringan yang termasuk dalam metode berkesinambungan, ciran penyaring secara kontinyu menyari zat aktif dalam simplisia- cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap cairan penyari tersebut selanjutnya mengalami konsensasi (pengembunan) pada pendingin balik menjadi molekul- molekul cairan penyari zat aktif yang ada didalam labu alas bulat dan menyari zat aktif yang ada di dalam sel simplisia proses ini berlangsung secara berkesinambungan sampai ekstraksi dinyatakan selesai ekstraksi cair- cair ini dilakukan terhadap kulit secang. Metode ekstraksi ini seringkali disebut proses partisi dari (crude ekstrak) atau ekstrak kasar sehingga diperoleh sekumpulan senyawa kimia dengan tingkat kepolarian yang berbeda- beda (team teaching, zoki).Pertama- tama dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian alat tersebut dibersihkan dengan air suling dan dibilas menggunakan alcohol. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, lemak dan mikroba yang menempel pada alat tersebut. Sehingga tidak mempengaruhi selama proses proses ekstrak (terkontiminasi).Selanjutnya masuk pada proses partisi cair- cair dari hasil ekstraki metode reflux terhadap kayu secang dengan menggunakan pelarut yang bersifat non polar yaitu n- heksan, dan etil asetat pelarut polar yaitu air. Kemudian timbang esktrak kental sebanyak 2,5 gram larutkan dalam air 50 ml dilakukan dua kali pemberian kemudian ditambahkan fraksi n-heksan sebanyak 100 ml yang dimasukan dalam corong pisah kocok kemudian dan akan selama beberapa menit sampai terbentuknya dua fase yaitu fase air dibawah dengan n heksan karena n-heksan sebagai pembawa senyawa- senyawa yang terdapat pada ekstrak tersebut simpan fase polar dan non polar tersebut dalam wadah yang berbeda. Selanjutnya siapkan lagi ekstrak kental 2,5 gram dilarutkan dalam air 500 ml dan tambahkan lagi 50 ml yang diberi pelarut organic etil asetat sebanyak 150 ml, masukan campuran tersebut ke dalam corong pisah, proses pemisahan dihentikan setelah terbentuk dua fase dimana fase air berbeda dibawah dan etil asetat berada di atas, hasil pemisahan tersebut dipisahkan penyimpanannya yang akan dilanjutkan dengan pemekan ekstrak.Dari ketiga fraksi tersebut kemudian dilakukan pemekatan dengan cara diuapkan sehingga menjadi ekstrak kental.KesimpulanMetode partisi cair- cair adalah salah satu metode pemisahan senyawa dengan menggunakan 2 pelarut yang berbeda atau tidak saling bercampur adapun pelarut yang digunakan adalah etanol 70% dan n-heksanPada n-heksan terjadi pemisahan dimana n-heksan berada diatas dan air dibawah.Pada etil asetat juga sama terjadi pemisahan dimana etil asetat berada diatas dan air dibawah.Pada proses pemekatan dilakukan dengan cara diuapkan. xc