41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan. Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna mempertahankan kelestarian spesies manusia. Meskipun merupakan suatu hal yang fisiologis, kehamilan dan persalinan memiliki banyak resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janinnya. Seorang ibu ketika akan mendekati waktu kelahiran bayi perlu untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Persiapan yang perlu dilakukan adalah memilih tempat bersalin yang memadai dan nyaman, dan memilih tenaga kesehatan yang akan menolong proses bersalin. Tenaga kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam menolong persalinan misalnya dukun beranak terlatih, bidan dan dokter. Permasalahan ketersediaan tenaga kesehatan tersebut tidak menjadi masalah pada daerah kota atau desa yang mudah terjangkau tetapi menjadi masalah bagi desa-desa yang terpencil atau terisolir dimana tenaga penolong persalinan tidak memiliki pengetahuan persalinan yang cukup baik dalam 1

FIX KALA 2

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada

seorang perempuan. Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses

reproduksi guna mempertahankan kelestarian spesies manusia. Meskipun

merupakan suatu hal yang fisiologis, kehamilan dan persalinan memiliki banyak

resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janinnya.

Seorang ibu ketika akan mendekati waktu kelahiran bayi perlu untuk

mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Persiapan yang perlu

dilakukan adalah memilih tempat bersalin yang memadai dan nyaman, dan

memilih tenaga kesehatan yang akan menolong proses bersalin. Tenaga

kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam menolong persalinan misalnya

dukun beranak terlatih, bidan dan dokter. Permasalahan ketersediaan tenaga

kesehatan tersebut tidak menjadi masalah pada daerah kota atau desa yang

mudah terjangkau tetapi menjadi masalah bagi desa-desa yang terpencil atau

terisolir dimana tenaga penolong persalinan tidak memiliki pengetahuan

persalinan yang cukup baik dalam hal teknik persalinan maupun kebersihan

proses persalinan. Pada masa sekarang pemerintah mengusahakan seiring dengan

semakin banyaknya lulusan tenaga terlatih menyebarkan secara merata ke

daerah-daerah terpencil para tenaga penolong persalinan tersebut.

Angka kematian ibu di Indonesia pada saat persalinan tergolong tinggi

diantara negara berkembang. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angka

kematian ibu adalah satu parameter yang menunjukkan kualitas pelayanan

kesehatan suatu negara. Hal ini mengakibatkan pentingnya bagi seorang tenaga

kesehatan khususnya dokter dalam memandu suatu pimpinan persalinan. Seorang

dokter dituntut memiliki kompetensi untuk mendiagnosis dan melakukan

tindakan penanganan suatu persalinan normal.

1

Dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran khususnya ilmu

mengenai obstetri dan ginekologi maka semakin berkembang pula teknik-teknik

dalam persalinan untuk mencegah kematian dan komplikasi akibat persalinan.

B. Rumusan masalah

1. Apa Pengertian kala II ?

2. Apa tanda dan gejala kala II ?

3. Bagaimana persiapan penolong kala II ?

4. Bagaimana penatalaksanaan kala II ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan kala II ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian kala II

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala kala II

3. Untuk mengetahui persiapan penolong kala II

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan kala II

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kala II

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke alam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Sarwono Prawirohardjo, 2002) Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003)

Kesimpulan:

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta dan selaput

ketuban) yang sudah/ hampir cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain baik

secara spontan maupun abnormal (dengan bantuan alat atau tindakan operatif)

B. Batasan

1. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dgn lahirnya bayi

2. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran

3

C. Tanda Dan Gejala Kala Dua Persalinan

1. Beberapa tanda dan kala dua persalinan

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dgn terjadinya kontraksi

b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pd rektum dan/atau

vaginanya

c. Perineum terlihat menonjol

d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

2. Diagnosis kala dua persalinan dpt ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan

dlm yg menunjukkan :

a. Pembukaan serviks telah lengkap,

b. Terlihatnya bagian kepala bayi pd introitus vagina

D. Patofisiologi

Kala II (pengluaran)

          Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm)

sampai bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada

multigravida berlangsung 1 jam. Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat,

cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun

masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada

rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih, dengan tanda anus terbuka.

          Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan

dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati

perineum. Setelah his istriadat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk

meneluarkan anggota badan bayi.

4

E. Persiapan Penolong Persalinan

1. Menerapkan upaya pencegahan infeksi

a. Cuci tangan,

b. Memakai sarung tangan dan

c. Perlengkapan pelindung pribadi

d. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

e. Persiapan tempat dan lingkungan utk kelahiran bayi

f. Persipan ibu dan keluarga

2. Asuhan sayang ibu

a. Anjurkan keluarga utk mendampingi ibu selama persalinan

b. Anjurkan keluarga utk terlibat dlm asuhan ibu

c. Berikan dukungan dan semangat pd ibu dan anggota keluarganya

d. Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan

e. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pd ibu utk hanya meneran apabila

ada dorongan kuat utk meneran

f. Anjurkan ibu utk minum selama kala dua persalinan

3. Membersihkan perineum ibu

Bersihkan vulva dan perineum ibu secara lembut dgn menggunakan air

matang (Disenfeksi tingkat tinggi), dan gulungan kapas atau kassa yg

bersih

4. Pengosongan kandung kemih

a. Anjurkan ibu utk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebihsering

atau bila kandung kemih terasa ibu penuh

b. Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum /

setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta

F. Amniotomi

1. Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah lengkap lakukan

amniotomi

2. Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi

5

3. Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan

upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung

mekonium

G. Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua Persalinan

1. Penatalaksanaan fisiologi kala dua persalinan Þ peristiwa normal yg akan

diakhiri dgn kelahiran normal tanpa adanya intervensi

2. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn

dorongan alamiahnya, dan beristirahat di antara kontraksi.

3. Kontraksi uterus yg mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan meneran Þ

upaya bantuan terhadap kontraksi uterus utk melahirkan bayi

4. Memulai Meneran

5. Bila sudah mendapatkan tanda pasti kala dua persalinan, tunggu sampai ibu

merasakan adanya dorongan spontan utk meneran

6. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi

H. Memantau Selama Penatalaksanaan Kala Dua Persalinan

1. Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama

kala dua persalinan secara berkala

2. Periksa dan catat:

a. Nadi bu setiap 30 mnt

b. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 mnt

c. DJJ setiap selesai meneran

d. Penurunan kepala dlm setiap 60 mnt atau kalau ada indikasi

e. Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau

bercampur mekonium atau darah)

f. Apakah ada presentasi mejemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada

di samping atau di atas kepala

6

g. Putaran paksi luas segera setelah kepala bayi lahir

h. Adanya kehamilan kembar yg tdk diketahui sebelumnya

3. Semua pemeriksaan dan intervensi yg dilakukan pd catatan persalinan

7

BAB III

ADAPTASI FISIOLOGI DAN FSIKOLOGI TERHADAP PERSALINAN

A. ADAPTASI FISIOLOGI TERHADAP PERSALINAN

1. Adaptasi Janin

Perawat / petugas kesehatan harus mengetahui perubahan – perubahan

yang akan terjadi terkait dengan denyut jantung janin, sirkulasi janin,

gerakan napas dan perilaku lain.

a. Denyut Jantung Janin

Pemantauan Denyut Jantung Janin memberi informasi yang

dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin

yang berkaitan dengan oksigenasi. Rata – rata denyut jantung janin pada

aterm = 140 denyut/menit. Batas normal = 110 – 160 denyut/menit.

Semakin matangnya janin saat mencapai aterm laju denyut akan

menurun.

Akan tetapi, percepatan sementara dan diselarasi denyut jantung

janin yang sedikit dini dapat terjadi sebagai respon terhadap gerakan

janin yang spontan, pemeriksa dalam, tekanan fundus, kontrasi uterus,

palpasi abdomen.

b. Sirkulasi Janin

Dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan

aliran darah tali pusat. Kontraksi uterus selama persalinancenderung

mengurangi sirkulasimelalkui arteriol spiralis, sehingga mengurangi

perfusi Melalui ruang intervilosa.

c. Pernapasan dan Perilaku janin

Perubahan – perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada

aorta dan badan karotid guna mempersiapkan janin untuk mulai

pernafasan setelah lahir. Perubahan – perubahan ini meliputi :

8

1. 7 – 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru – paru (selama

persalinan pervaginam)

2. Tekanan Oksigen (PO2) janin menurun

3. Tekanan Karbondioksida (PCO2) arteri meningkat

4. PH arteri menurun

Gerakan janin masih sama seperti pada masa hamil tapi menurun setelah

ketuban pecah

2. Adaptasi Ibu

Pemahaman yang mendalam tentang adaptasi ibu selama masa

hamil akan membantu perawat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan

wanita selama bersalin. Perubahan – perubahan yang sering terjadi yaitu:

1. Perubahan Kardiovaskuler

Dalam sebuah persalinan akan ditemukan beberapa

perubahan pada sistem kardiovaskuler, pada setiap kontraksi 400 ml

darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu.

Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10 – 15 % pada tahap

pertama persalinan dan sekitar30% - 50% pada tahap kedua persalinan.

Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah . Beberapa

faktor yang mengubah tekanan darah ibu.:

a. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi

b. Jika wanita melakukan manuver valsalva (menahan napas dengan

menegangkan otot abdomen)

c. Adanya rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan

anestetik dapat menyebaabkan hipotensi  

2. Perubahan Pernafasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan penahanan

O2 terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hoiperventilasi dapat

menyebabkan alkolisis respiratorik (PH meningkat), hipoksia dan

hipokapnea (CO2menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika wanita

9

tidak diberi obat – obatan, maka ia akan mengkonsumsi O2 hampir 2x

lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian O2.

3. Perubahan Pada Ginjal

Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan berkamih

secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan karena tekanan

bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, malu. Proteinuria =

+1dikatakan N dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot

akibat kerja fisik selama persalinan.  

4. Perubahan Integumen

Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya

distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat

distensibilitas ini berbeda – beda pada tiap individu. Meskipun daerah

itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan – robekan kecil pada

kulit sekitar introitus vagina sekalipun tak dilakukan episiotomi / tidak

terjadi laserasi.

5. Perubahan Muskuloskeletal

Sistem muskoloskeletal mengalami stres selama persalinan.

Diaforesis, keletihan, proteinuria, (+1), dan kemungkinan peningkatan

suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri

punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)

terjadi sebagai akibat meregangnya sendi pada masa aterm. Proses

persalinan itu sendiri dan gerakan melurusnya jari – jari dapat

menimbulkan kram tungkai.

6. Perubahan Neurologi

Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa

tidak nyaman selama persalinan selama persalinan. Mula – mula wanita

bersalin mungkin merasa euforia yang mana membuat wanita menjadi

serius, kemudian mengalami amnesia di antara fraksi selama tahap

kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah

melahirkan. Endofrin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi

10

tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan

sedasi. Anastesia fisiologis jaringan perineum yang ditimbulkan tekanan

bagian presentasi menurunkan presepsi nyeri.

7. Perubahan Pencernaan

Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita hamil

bernapas melalui mulut, dehidrasi, respon emosi terhadap persalinan.

Selama persalinan, mortilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan

waktu pengosongan lambung menjadi lambat.

Wanita hamil seringkali mual dan memuntahkan makanannya

ysng belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi

sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat

mengalami diare pada awal persalinan.  

8. Perubahan Endokrin

Persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron

dan peningkatan kadar esterogen, prostaglandin dan oksitosin .

metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat

proses persalinan. (bobak, keperawata maternitas, 2005. Hal. 248. EGC)

9. Perubahan Sistem Reproduksi

Pada Servik Pembukaan servik didahului oleh pendataran dari servik

Pada reproduksi :

1. (Segmen atas rahim dan segmen bawah rahim)

Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas rahim dan

segmen bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas rahim memegang

peran aktif  karena berkontraksi dandindingnya bertambah tebal dan

mendorong anak keluar. Segmen bawah rahim memegang peranan

pasif dan makin tipis karena mengadakan relaksasi dan dilatasi dan

menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.

11

2. Rahim (uterus)

Tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang

sedang ukuran melintang maupun ukuran muka belakang

berkurang. Tiap kontraksi uterus mengalami retraksi.

3. Ligamentum Rotundum

Otot – otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga

menjadi pendek jika uterus berkontraksi.

4. Servik

Pembukaan servik didahului oleh pendataran. Pendataran dari

serviks ini terjadi dari atas ke bawah. Mula – mula bagian servik di

daerah ostium internum ditarik ke atas dan menjadi lanjutan dari

segmen bawah rahim, sedang ostium externum sementara tak

berubah.

Servik mengalami dilatasi penuh.

5. Vagina

a) Dalam kala I, ketuban ikut meregangkan bagian vagina

b) Dilatasi vagina yang cukup luas.

6. Vulva

a) Penonjolan vulva

b) Penipisan dan pemanjangan perineum

c) Dilatasi orifisium uretra eksterna

7. Anus menonjol dan terbuka

8. Tekanan Darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15 – 25 mmHg selama

kontraksi pada kala II. Rata – rata peningkatan tekanan darah 10

mmHg diantara kontraksi

9. Metabolisme

Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai

kala II disertai upaya mendorong pada ibu menambah otot – otot

rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme

12

10. Denyut Nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada tiap kali upaya

mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama

kala II persalinan disertai takikardi  yang nyata ketika mencapai

puncak pada saat pelahiran.

11. Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan saat

setelahnya. Peningkatan N adalah 1 – 2 (F) / 0,5 – 1 (C)

12. Pernafasan

Kebutuhan O2 naik sampai 100 %

a) Curah Jantung

Naik 80 % diatas nilai sebelum proses persalinan

b) Tekanan Vena Sentral

Naik 4 – 6 cm H2O akibat kenaikan sementara volume darah ibu

B. ADAPTASI PSIKOLOGIS TERHADAP PERSALINAN

      Kegiatan komunikasi terapiutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian

bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses

persalinan.

1. Tujuan komunikasi terapiutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat

persalinan

a) Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban, perasaan dan

pikiran selama proses persalinan

b) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien

c) Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri

untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan

dengan semestinya.

2. Pendekatan komunikasi terapiutik

13

a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.

Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal

yang positif

b. Kehadiran

Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang

meliputi mengawasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan

perhatian total pada klien. Bila memungkinkan, anjurkan pendamping

untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.

c. Mendengarkan

Bidan selalu mendengarkan  dan memperhatikan keluhan klien.

d. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin

Komunikasi non verbal kadang – kadang lebih bernilai daripada kata –

kata. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan

dapat membantu relaksasi.

e. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan

Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat

menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan

dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan

terjadi. Informasi yang diberikan diulang beberapa kali dan jika

mungkin diberikan secara tertulis.

f. Memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang

bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.

g. Mengadakan kontak fisik dengan klien

Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk

dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.

14

h. Memberikan pujian

Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya.

i. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan

menyatakan ikut berbahagia.

Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat

persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua

dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan. 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

15

A. Pengkajian

1. Aktivitas /istirahat

a) adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan  sendiri/

relaksasi.

b) Letargi.

c) Lingkaran hitam di bawah mata.

2. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.

3. Integritas Ego

a) Respon  emosional dapat meningkat.

b) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini

klien terlibat mengejan secara aktif.

4. Eleminasi.

a) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan

uterus.

b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.

c) Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan

selama upaya mendorong.

5. Nyeri/ Ketidak nyamanan

a) Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.

b) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.

c) Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.

d) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.

16

e) Kontraksi uterus kuat terjadi  1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 

60-90 dtk.

f) Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam

kelas kelahiran anak.

6. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.

7. Keamanan

a)Diaforesis  sering terjadi.

b)Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi

8. Sexualitas

a) Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.

b) Peningkatan penampakan perdarahan vagina.

c) Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.

d) Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.

e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.

f) Crowning  terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada

presentasi  vertex

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi ,

dilatasi/ peregangan  jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin

intense lama, hiperventilasi maternal.

b. Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,

pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban

C. Perencanaan

17

a. Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan,

kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif

Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan

kriteria evaluasi :

Mengungkapkan penurunan nyeri

Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan

control.nyeri.

Istirahat diantara kontraksi

Intervensi :

Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.

R/ Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.

Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.

R/ Memberikan informasi tentangkemajuan kontinu, membantu

identifikasi pola kontraksi abnormal

Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan

persalinan.

R/ Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang

telah dilakukan berarti.

Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.

R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari

efeknegatif berkenaandenganpenurunan kadar oksigen ibu dan janin.

Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan

18

R/ Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan

persalinan.

Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.

R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,

menurunkan resiko trauma kantung kencing.

Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai

indikasi.

R/ Posisi yang tepat  menjamin penempatan yang tepat dari obat-

obatan dan mencegah komplikasi.

b. Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,

pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban

Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi dengan

kriteria evaluasi : Tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.

Intervensi :

Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.

R/ Membantu meningkatkan kebersihan , mencegah terjadinya infeksi

uterus asenden dan kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada

infeksi saluran asenden dan kemungkinan sepsis.

Catat  tanggal  dan waktu pecah ketuban.

R/ Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi infeksi .

Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan

menggunakan tehnik aseptik

19

R/ Pemeriksaan vagina berulang meningkatkan resiko infeksi

endometrial.

Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.

R/ Peningkatan suhu atau nadi > 100 dpm dapat menandakan infeksi.

Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.

R/ Menurunkan resiko kontaminasi.

Kolaborasi :

Berikan antibiotik sesuai indikasi

R/ Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian antibiotic dapat

merangsang pertumbuhan yang berlebih dari organisme  resisten

D. Evaluasi

klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan Mengungkapkan penurunan nyeri

Tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.

Intervensi selesai pasien boleh pulang

BAB IV

ASUHAN PERSALINAN

20

A. Asuhan Sayang Ibu Kala II

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan ibu.

Berikut Asuhan Sayang Ibu pada kala II :

1. Pendampingan keluarga

Selama proses persalinan berlangsung, ibu membutuhkan teman dari

keluarga. Biasa dilakukan oleh suami, orang tua, atau kerabat yang disukai

oleh ibu. Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses

persalinan sangat membantu mewujudkan persalinan yang lancar.

2. Libatkan keluarga

Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu berganti

posisi, teman bicara, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan

da minuman, membantu dalam mengatasi nyeridengan memijat bagian

lumbal/pinggang belakang. Bila persalinan dilakukan dirumah, keluarga

dapat membantu menyiapkan tempat dan peralatan yang digunakan dalam

persalinan.

3. KIE proses persalinan

Memberikan pengertian tentang tahapan dan kemajuan proses

persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar ibu tidak

cemas menghadapi persalinan. Mengurangi rasa cemas dengan cara

memberi penjelasan tentang prosedur dan maksud dari setiap tindakan

yang akan dilakukan, memberi kesempatan ibu dan keluarga untuk

bertanya tentang hal yang belum jelas, menjelaskan setiap pertanyaan

yang diajukan bila perlu dengan alat peraga, memberi informasi apa yang

dialami oleh ibu dan janinnya dalam hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan.

21

4. Dukungan psikologi.

Dukungan psikologi dapat diberikan dengan bimbingan dan

menanyakan apakah ibu perlu pertolongan. Meningkatkan perasaan aman

dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa kepercayaan dan

keyakinan pada diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan. Berikan

kenyamanan, berusaha menenangkan hati ibu dalam menghadapi dan

menjalani proses persalinan. Memberikan perhatian agar dapat

menurunkan rasa tegang sehingga dapat membantu kelancaran proses

persalinan.

5. Membantu ibu memilih posisi.

Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu dalam

memilih posisi yang paling nyaman dirasakan ibu. Adapun posisi-posisi

meneran, yaitu:

1. Duduk atau setengah duduk

Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu

kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan

perineum.

2. Merangkak

Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit

pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta

peregangan pada perineum berkurang.

3. Jongkok atau berdiri

Posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan kepala janin,

memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah

panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini berisiko

terjadinya laserasi (perlukaan jalan lahir).

22

4. Berbaring miring ke kiri

Posisi berbaring miring ke kiri dapat mengurangi penekanan pada vena

cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat member

suasana relaksasi bagi ibu yang mengalami kecapekandan dapat

pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.

5. Hindari posisi terlentang

Pada posisi terlentang dapat menyebabkan:

a) Hipotensi dapat berisiko terjadinya syok dan berkurangnya suplay

oksigen dalam sirkulasi uteroplacenta sehingga dapat

menyebabkan hipoksia pada janin.

b) Rasa nyeri yang bertambah.

c) Kemajuan persalinan bertambah lama.

d) Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.

e) Buang air kecil terganggu.

f) Mobilisasi ibu kurang bebas.

g) Ibu kurang semangat.

h) Resiko laserasi jalan lahir bertambah.

i) Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

6. Bimbingan cara meneran (mengejan)

Penolong persalinan menganjurkan ibu untuk meneran bila ada

dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran. Membimbing

pernafasan yang adekuat, penolong tidak diperkenankan meminta ibu

untuk meneran secara terus-menerus tanpa mengambil  nafas saat

meneran atau tidak boleh meneran sambil menahan nafas. Penolong

sebaiknya menyarankan ibu untuk beistirahat dalam waktu relaksasi

kontraksi. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi agar ibu tidak

23

kelelahan dan menghindari resiko asfiksia karena suplay oksigen

melalui plasenta berkurang.

7. Pemberian nutrisi

Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit

dan nutrisi. Hal ini untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi.

Dehidrasi pada ibu bersalin dapat berpengaruh terhadap gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit yang penting artinya dalam

menimbulkan kontraksi uterus.

8. Menjalankan prinsip pencegahan infeksi.

9. Mengusahakan kandung kencing kosong

Dengan cara membantu dan memacu ibu mengosongkan kandung

kencing secara teratur. Pemantauan terhadap kesejahteraan ibu :

a) Mengevaluasi his (kontraksi uterus) berapa kali terjadi dalam 10

menit (frekuensi his), lamanya his dan kekuatan his serta kaitan

antara ketiga hal tersebut dengan kemajuan persalinan.

b) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menganamnese ibu

dan melakukan palpasi kandung kencing untuk memastikan

kandung kencing kosong.

c) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.

d) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi

effasment (pendataran serviks) dan dilatasi serviks (pembukaan).

10. Observasi terhadap kesejahteraan janin.

a) Penurunan kepala, presentasi dan sikap.

b) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.

24

c) Denyut jantung janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya dan

kekuatannya.

d) Air ketuban meliputi warna, baud an volume.

11. Saat bayi lahir

Nilai kondisi bayi (0-30 detik) dengan menjawab 2 pertanyaan,

apakah bayi menangis kuat dan atau tanpa kesulitan? Apakah bayi

bergerak aktif atau lemas?

12. Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II

1. Syok

2. Dehidrasi

3. Infeksi

4. Preeklampsia/eklampsia

5. Inersia uteri

6. Gawat janin

7. Penurunan kepala terhenti

8. Adanya gejala dan tanda distosia bahu

9. Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban

10. Kehamilan ganda/kembar

11. Tali pusat menumbung/lilitan tali pusat

13.   Standar Pelayanan

Standar Pelayanan Kebidanan yang berisi mengenai persalinan Kala

II yang aman, terdapat pada standar 10.

Hal yang perlu diperhatikan dalam persalinan Kala II yang aman

yaitu 3 Bersih:

a) Tangan Bersih,

b) Tempat pertolongan persalinan bersih,

25

c) Pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan secara bersih.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

26

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh darin kata sempurna untuk itu

kami memohon dari para pembaca sekiranya memberikan beberapa masukan

terkait penyempurnaan isi makalah

DAFTAR PUSTAKA

Anfasa, Farid M, dkk. 2003. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: POGI

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

27

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi : Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta:EGC

Llewellyn, Jones.2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates

Prawirohardjo. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

28