Upload
rizqikhaqhemasm
View
270
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
1/35
KEBUDAYAANBATAK
Mata Kuliah Budaya Nusantara
Dosen : Bpk. M. Zahari
Disusun Oleh :
Haryo Gemilang (133010004144)
Pradita Galih S.P. (133010004261)
Zhafira Yaziar R. (133010004292)
PRODI KEBENDAHARAAN NEGARA
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN 2016
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
2/35
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Mahakuasa atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang penulis beri judul ” Kebudayaan
Batak ”.
Dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dari pembaca.Akhirnya, penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Jakarta, April 2016
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
3/35
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I IDENTIFIKASI .............. .............. .............. .............. ............. .............. .... 1
1.1 Pengertian Kebudayaan Batak ............................................................................ 1
1.2 Identitas Batak dan Suku-Suku Batak ................................................................. 2
1.3 Wilayah Bermukim ............................................................................................ 3
1.4 Batak pada Era Modern ...................................................................................... 5
BAB II SISTEM BUDAYA ......................................................................................... 6
2.1 Kekerabatan ....................................................................................................... 6
2.2 Falsafah ............................................................................................................. 7
2.3 Partuturon .......................................................................................................... 8
BAB III SISTEM SOSIAL .................................................................................................. 10
3.1 Stratifikasi Sosial ............................................................................................... 10
3.2 Kepemimpinan ................................................................................................... 10
3.3 Perkawinan dan Perceraian ................................................................................. 10
3.4 Marga dan Tarombo ........................................................................................... 14
BAB IV KEBUDAYAAN FISIK ................................................................................ 15
4.1 Bahasa dan Aksara ............................................................................................ 15
4.2 Sistem Organisasi Sosial .................................................................................... 15
4.3 Sistem Pengetahuan ........................................................................................... 17
4.4 Sistem Teknologi ............................................................................................... 18
4.5 Sistem Ekonomi ................................................................................................. 22
4.6 Sistem Religi ...................................................................................................... 24
4.7 Kesenian ............................................................................................................ 27
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 31
5.1 Simpulan ............................................................................................................ 31
5.2 Saran .................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 32
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
4/35
1
BAB I
IDENTIFIKASI
1.1 Pengertian Kebudayaan Batak
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera
Utara. Berdasarkan Tabel 1, saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Islam,
Kristen Protestan, Kristen Katolik. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional
yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (dise but Sipelebegu atau
Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Tabel 1. Agama yang Dianut oleh Suku Batak
Yang dimaksud dengan kebudayaan Batak yaitu seluruh nilai-nilai kehidupan suku bangsa Batak yang merupakan penerusan dari nilai-nilai kehidupan di masa lampau
dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya di masa kini dan masa yang akan
datang. Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu ciri yang khas bagi
suku bangsa Batak yakni keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta
sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya, termasuk
langit dan bumi.
Untuk mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan sebagai
mahluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, Tuhan Maha
Pencipta sebagai titik orientasi spiritualnya, dan alam lingkungan sebagai objek
integritasnya, suku bangsa Batak telah dinaungi Patik. Patik berfungsi sebagai batasan
tatanan kehidupan untuk mencapai nilai-nilai kebenaran. Patik ditandai dengan kata
Unang, Tongka, Sotung, Dang Jadi. Peringatan untuk tidak melanggar Patik itu
ditegaskan dengan kata Sotung. Dan mengharamkan segala aturan untuk dilanggar
dikatakan dengan kata Subang. Sebagai akibat dari penyimpangan tatanan kehidupan
yang dimaksud dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum/Hukum ditandai oleh kata Aut,
Duru, Sala, Baliksa, Hinorhon, Laos, Dando, Tolon, Bura, dsb.
https://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kristen_Protestanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kristen_Katolikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Parmalimhttps://id.wikipedia.org/wiki/Animismehttps://id.wikipedia.org/wiki/Animismehttps://id.wikipedia.org/wiki/Parmalimhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kristen_Katolikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kristen_Protestanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Agama
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
5/35
2
Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Na Tolu yakni Somba
Marhula-hula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri) Elek Marboru (ramah pada
keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan
semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini
menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak.
1.2 Identitas Batak dan Suku-Suku Batak
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera
Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan
beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur.
Suku bangsa yang dikategorikan ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo,Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak
terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad
ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar
kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk
menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain
mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak
baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan
bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing.
Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba
menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun
Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat
terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai
macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba,
adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga
menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga,
sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di
Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann,
berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren
dan Pustaka Ginting . Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari
Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur
pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=R.W_Liddle&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J._Pardede&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siti_Omas_Manurung&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Karohttps://id.wikipedia.org/wiki/Simalungunhttps://id.wikipedia.org/wiki/Pusuk_Buhithttps://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Tobahttps://id.wikipedia.org/wiki/Samosirhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J.H_Neumann&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Kembaren&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Kembaren&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Ginting&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Ginting&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Ginting&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyunghttps://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pagaruyunghttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Ginting&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pustaka_Kembaren&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J.H_Neumann&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Samosirhttps://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Tobahttps://id.wikipedia.org/wiki/Pusuk_Buhithttps://id.wikipedia.org/wiki/Simalungunhttps://id.wikipedia.org/wiki/Karohttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siti_Omas_Manurung&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=J._Pardede&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=R.W_Liddle&action=edit&redlink=1
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
6/35
3
diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai
barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang
pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
1.3 Wilayah Bermukim
Dalam tata pemerintahan
Republik Indonesia yang
mengikuti tata pemerintahan
Kolonial Belanda, setiap sub
suku berdiam dalam satu
kedemangan yang kemudian
diubah menjadi kabupaten setelah Indonesia merdeka. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan
Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba,
Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di
daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba
yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami
wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara Yaitu:
Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, Dan Asahan.
Sub suku Batak Toba berdiam di
Kabupaten Tapanuli Utara yang
wilayahnya meliputi Ajibata (berbatasan
dengan Parapat), Pulau Samosir, Pakkat,
serta Sarulla. Empat tahun terakhir ini,
Kabupaten Tapanuli Utara sendiri telah
dimekarkan menjadi beberapa lima
kabupaten yakni Kabupaten Tapanuli
Utara (ibukota Tarutung), Kabupaten
Toba Samosir (ibukota Balige),
Kabupaten Samosir (ibukota
Pangururan), Kabupaten Humbang
(ibukota Siborong-borong), Kabupaten Humbang Hasundutan (ibukota Dolok
Sanggul).
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tamilhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tamil
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
7/35
4
Sub suku Batak Karo mayoritas berdiam di Kabupaten Karo dengan ibukota
Kabanjahe, namun sebagian juga tersebar di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang.
Mereka yang bermukim di wilayah Kabupaten Karo kerap disebut sebagai Karo
Gunung, sementara yang di Kab. Langkat dan Deli Serdang kerap disebut dengan
Karo Langkat.
Sub suku Batak Alas bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Populasi mereka meningkat paska Perang Aceh dimana
pada masa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda, suku Batak Toba selalu
mengirimkan bala bantuan. Setelah perang usai, mereka banyak yang bermukim di
wilayah Aceh Tenggara.
Sub suku Batak Pakpak terdiri atas lima sub Pakpak yaitu Pakpak Kelasen,
Pakpak Simsim, Pakpak Boang, Pakpak Pegagan, bermukim di wilayah Kabupaten
Dairi yang kemudian dimekarkan pada tahun 2004 menjadi dua kabupaten yakni:
Kabupaten Dairi (ibukota Sidikalang)dan Kabupaten Pakpak Bharat (ibukota Salak).
Suku Batak Pakpak juga berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah
Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian
dari Kabupaten Tapanuli Tengah.Suku Pakpak yang tinggal diwalayah tersebut
menamakan diri sebagai Pakpak Kelasan. Dalam jumlah yang sedikit, suku Pakpak
juga bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam.
Sub suku Batak Simalungun mayoritas bermukim di wilayah Kabupaten
Simalungun (ibukota Pematang Siantar) namun dalam jumlah yang lebih kecil juga
bermukim di kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Asahan.
Sub suku Batak Mandailing dan Angkola bermukim di wilayah Kabupaten
Tapanuli Selatan (ibukota Padang Sidempuan) dan Kabupaten Mandailing Natal
(sering disingkat dengan Madina dengan ibukota Penyabungan). Kabupaten ini berdiri
sejak tahun 1999 setelah dimekarkan dari Kabupaten Tapsel. Sementara itu,
Kabupaten Tapanuli Tengah (ibukota Sibolga) sejak dulu tidak didominasi oleh salah
satu sub suku batak. Populasi Batak Toba cukup banyak ditemui di daerah ini,
demikian juga dengan Batak Angkola dan Mandailing. Dalam jumlah yang kecil,Batak Pakpak juga bermukim di daerah ini khususnya Kota Barus. Hal ini
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
8/35
5
dimungkinkan karena Tapanuli Tengah terletak di tepi Samudera Hindia yang
menjadikannya sebagai pintu masuk dan keluar untuk melakukan hubungan dagang
dengan dunia internasional. Salah satu kota terkenal yang menjadi bandar
internasional yang mencapai kegemilangannya sekitar abad 5 SM-7 SM adalah Kota
Barus.
1.4 Batak pada Era Modern
Sejarah Batak modern dipengaruhi oleh dua agama samawi yakni Islam dan
Kristen. Islam makin kuat pengaruhnya pada saat Perang Padri, melalui aktivitas
dakwah yang dilakukan para da'i dari dari negeri Minang. Perluasan penyebaran
agama islam juga pernah memasuki hingga ke daerah Tapanuli Utara dibawah
pimpinan Tuanku Rao dari Sumatera Barat, namun tidak begitu berhasil. Islam lebih
berkembang di kalangan Batak Mandailing dan sebagian Batak Angkola.
Agama Kristen baru berpengaruh di kalangan Batak Angkola dan Toba setelah
beberapa kali misi Kristen yang dikirimkan mengalami kegagalan. Misionaris yang
paling berhasil adalah I.L. Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya
menyebarkan agama Kristen di wilayah Tapanuli. Ketika itu, masyarakat Batak yang
berada di sekitarTapanuli, khususnya Tarutung, diberi pengajaran baca tulis, keahlian
bertukang untuk kaum pria dan keahlian menjahit serta urusan rumah tangga bagi
kaum ibu. Pelatihan dan pengajaran ini kemudian berkembang hingga akhirnya berdiri
sekolah dasar dan sekolah keahlian di beberapa wilayah di Tapanuli.
Nommensen dan penyebar agama lainnya juga berperan besar dalam
pembangunan dua rumah sakit yang ada saat ini, RS Umum Tarutung dan RS HKBP
Balige, yang sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sementara itu,
perkembangan pendidikan formal juga terus berlanjut hingga dibukanya sebuah
perguruan tinggi bernama Universitas HKBP I.L. Nommensen (UHN) tahun 1954.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
9/35
6
BAB II
SISTEM BUDAYA
2.1 Kekerabatan
Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan
hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis
keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial
tidak ada.
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah
marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga.
Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar
marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi
kesatuan adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian marga. Artinya misalnya
Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung
bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan
waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Sebutan Raja kepada si Raja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja
akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya atau pun keturunannya
sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti-bukti yangmenunjukkan adanya sebuah kerajaan yang dinamakan kerajaan Batak.
Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur
marga-marga batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan, juga makam-
makam para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunannya dan
dibuatkan tugu yang bisa menghabiskan biaya milyaran rupiah. Tugu ini dimaksudkan
selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan
silsilah mereka.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi:
Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul , merupakan suatu filosofi agar
kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman
terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu
marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan
adat.
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat
https://id.wikipedia.org/wiki/Margahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Si_Raja_Batak&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Margahttps://id.wikipedia.org/wiki/Margahttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Si_Raja_Batak&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Marga
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
10/35
7
Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-
orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok
yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan
gadis disebut Boru. Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang
hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada
yang menikah harus mencari pasangan hidup dari marga lain. Apabila yang menikah
adalah seseorang yang bukan dari suku Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu
marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan
yang dilakukan di gereja bila agama yang dianutnya adalah Kristen.
2.2 Falsafah
Masyarakat Batak memiliki falsafah yang melambangkan sikap hidup dalam
bermasyarakat yaitu Dalihan Natolu. pengertian Dalihan Natolu adalah satuan tungku
yang terdiri dari tiga batu. Pada zamannya orang Batak memasak dengan bahan kayu
bakar, untuk menahan periuk dipergunakan tiga batu. Keadaan ini dipakai sebagai
falsafal orang Batak dalam hidup bermasyarakat yang meliputi :
a. Marsomba tu Hula-Hula
“Hula-Hula” adalah orang tua dari wanita yang dinikahi oleh seorang pria,
namun hula-hula ini dapat diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita
yang dinikahi oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Marsomba tu hula-hula
artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya.
b. Elek marboru
Boru adalah anak perempuan dari suatu marga,misalnya boru gultom adalah
anak perempuan dari marga Gultom. Dalam arti luas, istilah boru ini bukan berarti
anak perempuan dari satu keluarga saja, tetapi dari marga tersebut. Elek
marboru artinya harus dapat merangkul boru. Hal ini melambangkan kedudukan
seorang wanita didalam lingkungan marganya.
c. Manat mardongan tubu
Dongan Tubu adalah saudara-saudara semarga. Manat Mardongan Tubu
melambangkan hubungan dengan saudara-saudara semarga. Dalihan Natolu ini
menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
11/35
8
2.3 Partuturon
Dalam kehidupan orang Batak sehari- hari, kekerabatan (partuturon ) adalah kunci
pelaksanaan dari falsafah hidupnya. Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam
tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk
memperlakukan orang lain dengan baik (nice attitude).
Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan ” Dalihan Na Tolu ”. Adapun isi :
1. Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dengan tubu;
2. Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih;
3. Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan.
Yang dimaksud dengan dongan tubu (sabutuha) :
1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
7. Dongan sapadan (teman seikrar, teman sejanji) ni marga (pulik marga)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga
lainnya. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya
ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap
sebagai dongan sabutuha (teman semarga).
Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap
putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Karena ada
perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut :
“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”.
Artinya :
“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”.
Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang
mengikat ikrar antara lain adalah :
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
12/35
9
1. Marbun dengan Sihotang
2. Panjaitan dengan Sitompul
3. Tampubolon dengan Sitompul
4. Sitorus dengan Hutajulu – Hutahaean – Arean
5. Nahampun dengan Situmorang
Yang dimaksud dengan boru :
1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3. Namboru ni suhut
4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba =
perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita.
5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak
ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula.
6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo
dan perempuan dari marga parpadanan (sumpah).
8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua
laki-laki yang memanggil kita “Amang”.
Yang dimaksud dengan hulahula :
1. Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua.
2. Tulang
3. Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
4. Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita. Pokoknya, semua hulahula yang
posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
5. Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari
ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita
nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.
6. Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
13/35
10
BAB III
SISTEM SOSIAL
3.1 Stratifikasi SosialSistem pelapisan sosial terbagi dalam:
a. Perbedaan umur
b. Perbedaan pangkat dan jabatan
c. Perbedaan sifat keaslian, status kawin
3.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam masyarakat Batak Karo terpisah menurut tiga bidang yaitu
bidang adat, bidang pemerintahan, dan bidang keagamaan.
3.3 Perkawinan dan Perceraian
Perkawinan pada suku Batak merupakan suatu pranata yang mengikat seorang laki-
laki dengan seorang wanita tetapi mengikat suatu hubungan tertentu, sehingga seorang laki-
laki suku bangsa Batak tidak bebas memilih jodoh. Perkawinan ideal dalam masyarakat
Batak adalah perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban bahasa Batak Toba) yaitu
perkawinan antara laki-laki Batak dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dalam
hal ini perkawinan yang pantang dilakukan adalah perkawinan dengan wanita dari marganya
sendiri (namun sekarang sudah banyak pemuda yang tidak mengikuti adat kuno tersebut).
Berikut ini adalah tata cara atau urutan pernikahan Orang Batak. Antara lain :
1.Mangarisika
Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka
penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua
pria memberikan tanda mau (Tanda Holong dan Pihak Wanita memberi tanda mata).Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa Kain, Cincin Emas, dan lain-lain.
2. Marhori-Hori Dinding/Marhusip
Pembicaraan antara kedua belah pihak yang Melamar dan yang Dilamar, terbatas
dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
3. Marhata Sinamot
Pihak kerabat pria (Dalam jumlah yang terbatas) datang oada kerabat wanita untuk
melakukan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (Tuhor).
4. Pudun Sauta
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
14/35
11
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk
pauknya (Ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan
setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (Daging) kepada
anggota kerabat, yang terdiri dari :
1)
Kerabat Marga Ibu (Hula-hula)
2) Kerabat Marga Ayah (Dongan Tubu)
3) Anggota Marga Menantu (Boru)
4) Pengetuai (Orang-orang Tua)/Pariban
5) Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak Keluarga Wanita dan Pria bersepakat
menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
5. Martumpol (Baca : Martuppol)
Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas
rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Tata cara
Partumpolon dilaksanakan oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tindak lanjut Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari
kedua mempelai melalui warta jemaat, yang di HKBP disebut dengan Tingting (baca :
Tikting). Tingting ini harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut. Apabila
setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan
dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja
Adalah suatu kegiatan Pra Pesta/Acara yang bersifat seremonial yang mutlak
diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk :
1)
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis.
2) Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada
pesta/acara pernikahan dan berkenaan dengan itu agar pihak lain tidak
mengadakan pesta/acara dalam waktu yang bersamaan.3)
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau penggunaan
fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
Pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja (pemberkatan
pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua
mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara
pamasu-masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon
maupun yang tidak pergi menuju tempat kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
15/35
12
untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh kerabat pria disebut Pesta Mangalap
parumaen (baca : Parumaen)
8. Pesta Unjuk
Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri. Ciri pesta
sukacita ialah berbagi jambar :
1) Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat Parboru adalah Jambar Juhut
(Daging) dan Jambar Uang (Tuhor ni Boru) dibagi menurut peraturan.
2) Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca : Dekke)
dan Ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan
membawa pulang pengantin ke rumah Paranak.
9. Mangihut di Ampang (Dialap Jual)
Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-elukan kerabat
pria dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos yang disediakan oleh pihak
kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai
wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh
para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan
upa manaru (Upah Mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.
11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon)
Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka
diadakanlah acara makan bersama dengan seluruh undangan yang masih berkenan ikut
ke rumah pengantin pria. Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh
pihak parboru
12. Paulak Unea
Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama dengan suaminya,maka paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya
untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik,
terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat
aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam
pernikahan). Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung
halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
16/35
13
13. Manjahea.
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga
(kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah
(Tempat Tinggal) dan mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : Manikkir Tangga)
Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga terutama setelah
berdiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah dipisah dar i orang tua si laki-laki)
maka datanglah berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud maningkir tangga
(yang dimaksud dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam
kunjungan ini parboru juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio
dan dengke simundur-mundur).Dengan selesainya kunjungan maningkir tangga ini
maka selesailah rangkaian Pernikahan Adat Na Gok
Selain itu, ada beberapa jenis pernikahan orang Batak yang masih dianggap sah
secara adat yaitu:
1. Kawin Lari
Perkawinan yang di luar prosedur adalah kawin lari (mangalua). Hal ini terjadi karena
tidak terdapat penyesuaian antara salah satu pihak atau kedua belah pihak kaum
kerabat. Pada kawin lari ini, dalam waktu kurang dari satu hari kaum kerabat pihak
laki-laki harus mengirimkan delegasi ke rumah orang tua si gadis untuk
memberitahukan bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud dikawini (
diparaja bahasa Toba). Setelah beberapa lama akan dilakukan upacara manuruk-nuruk
untuk minta maaf. Setelah upacara ini dilalui barulah kemudian disusul dengan
upacara perkawinan secara resmi.
2. Perkawinan Levirat
Perkawinan levirate adalah perkawinan janda ( yang ditinggal mati suaminya)
dengan saudara suaminya.. jika si janda tidak mau maka ia harus minta diceraikanterlebih dahulu kepada jabu asal dari suaminya. Adapun merekan yang berhak
menceraikan si janda adalah anak kandung laki-laki, anak tiri laki-laki, cucu laki-
laki, kalau mereka tidak ada maka senina dari almarhum suaminya dapat bertindak
sebagai orang yang akan melepas si janda dari ikatannya dengan klen si suami.
3. Poligini
pada umumnya masyarakat Batak bersifat monogamy, walaupun masyarakat Batak
tidak melarang poligami. Norma-norma agama Kristen menghambat orang
melakukan poligami. Kalau ada seseorang Batak menjadi istri kedua (manindi
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
17/35
14
dibaca:maniddi) maka ia dan anak-anaknya sama sekali tidak berhak atas segala
harta yang ada. Ia harus mencari nafkah sendiri, kalau tidak maka kedua keluarga
batih mereka akan bermusuhan. Penyebab poligami ini antara lain karena
kemandulan.
Adapun perceraian orang Batak dapat terjadi karena:
1) Si istri tidak dapat bergaul dengan keluarga suami.
2) Tidak memperoleh keturunan laki-laki.
3) Selingkuh.
3.4 Marga dan Tarombo
a. MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah
(patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selaludihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia
telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga
dilarang saling mengawini, dan sesama marga dalam Dalihan Na Tolu disebut
Dongan Tubu. Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak ”, jumlah seluruh Marga
Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias. Setiap orang Batak memiliki nama
maraga, pemakaian nama marga biasanya dicantumkan di belakang atau di akhir
namanya. Nama marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilineal) yang
selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus-menerus.
b. TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan
tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak
berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan
sa butuha” (semarga) dengan panggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan
panggilan “lae/tulang”. Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus
memanggil “ Namboru” (adik perempuan ayah/bibi),“Amangboru/Makela”, (suami
dari adik-ayah/Om), “Bapatua/Amanganggi/Amanguda” (abang/adik ayah),
“Ito/boto”(kakak/adik), PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki
ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
18/35
15
BAB IV
KEBUDAYAAN FISIK
4.1 Bahasa dan Aksara
Bahasa Batak dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Bahasa Batak Utara
b. Bahasa Batak Simalungun
c.
Bahasa Batak Selatan
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa
logat, antara lain :
(1) Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo;
(2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak;
(3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun;
(4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
Di antara keempat logat tersebut, dua yang paling jauh jaraknya satu dengan lain
adalah logat Karo dan Toba.Surat Batak adalah sebuah jenis aksara yang disebut Abugida. Aksara Batak
biasanya ditulis di atas bambu atau kayu, penulisan dimulai dari bawah ke atas dan baris
dimulai dari kiri ke kanan. Surat Batak dulunya digunakan untuk menulis naskah Batak.
Dalam bahasa Batak buku tersebut dinamakan Pustaha. Pustaha ini di tulis oleh Datu
(dukun) yang berisikan penanggalan dan ilmu nujum (hal-hal gaib).
4.2 Sistem Organisasi Sosial
a.
Pola Perkampungan
Sebagian besar masyarakat Batak masih hidup di dalam perdesaan, perdesaan
itu disebut Huta, Kuta, Lumban, Sosor, Bius, Pertahian, Urung, dan Pertumpukan.
Huta (bahasa Toba) merupakan satu kesatuan yang dihuni asal dari satu klen. Pada
orang Karo kesatuan tersebut disebut Kuta yang biasanya lebih besar dari pada Huta,
penduduknya dapat dari berbagai klen. Dahulu huta itu dikelilingi oleh suatu parit,
suatu dinding tanah yang tinggi dan rumpun-rumpun bambu yang tumbuh rapat. Ini
dimaksudkan untuk melindungi diri dari serangan musuh. Di bagian dalam huta ada
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
19/35
16
deretan-deretan rumah yang diantaranya ada halaman yang dapat dipergunakan
untuk pesta perkawinan, upacara kematian, dan upacara adat lainnya. Selain itu, di
halaman juga ada lumbung- lumbung untuk menyimpan padi dan lesung untuk
menumbuk padi.
Pada orang Karo, Simalungun, dan Mandailing tiap desa mempunyai balai
desa yang dipakai untuk sidang pengadilan dan sidang lainnya. Pada orang Toba
balai desa ini digantikan dengan partunghoan (baca: partukkoan).
b. Perkawinan dan Perceraian
Perkawinan pada suku Batak merupakan suatu pranata yang mengikat
seorang laki-laki dengan seorang wanita tetapi mengikat suatu hubungan tertentu,
sehingga seorang laki-laki suku bangsa Batak tidak bebas memilih jodoh.
Perkawinan ideal dalam masyarakat Batak adalah perkawinan antara orang-orang
rimpal (marpariban bahasa Batak Toba) yaitu perkawinan antara laki-laki Batak
dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dalam hal ini perkawinan yang
pantang dilakukan adalah perkawinan dengan wanita dari marganya sendiri (namun
sekarang sudah banyak pemuda yang tidak mengikuti adat kuno tersebut).Inisiatif
lamaran diambil dari kaum kerabat laki-laki dengan mengirimkan suatu utusan resmi
ke rumah si gadis.
1. Kawin Lari
Perkawinan yang di luar prosedur adalah kawin lari (mangalua). Hal ini terjadi
karena tidak terdapat penyesuaian antara salah satu pihak atau kedua belah pihak
kaum kerabat. Pada kawin lari ini, dalam waktu kurang dari satu hari kaum
kerabat pihak laki-laki harus mengirimkan delegasi ke rumah orang tua si gadis
untuk memberitahukan bahwa anak gadis mereka telah dibawa dengan maksud
dikawini ( diparaja bahasa Toba). Setelah beberapa lama akan dilakukanupacara manuruk-nuruk untuk minta maaf. Setelah upacara ini dilalui barulah
kemudian disusul dengan upacara perkawinan secara resmi.
2. Perkawinan Levirat
Perkawinan levirate adalah perkawinan janda ( yang ditinggal mati suaminya)
dengan saudara suaminya.. jika si janda tidak mau maka ia harus minta
diceraikan terlebih dahulu kepada jabu asal dari suaminya. Adapun merekan
yang berhak menceraikan si janda adalah anak kandung laki-laki, anak tiri laki-
laki, cucu laki-laki, kalau mereka tidak ada maka senina dari almarhum
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
20/35
17
suaminya dapat bertindak sebagai orang yang akan melepas si janda dari
ikatannya dengan klen si suami.
3.
Poligini
pada umumnya masyarakat Batak bersifat monogamy, walaupun masyarakat
Batak tidak melarang poligami. Norma-norma agama Kristen menghambat
orang melakukan poligami. Kalau ada seseorang Batak menjadi istri kedua
(manindi dibaca:maniddi) maka ia dan anak-anaknya sama sekali tidak berhak
atas segala harta yang ada. Ia harus mencari nafkah sendiri, kalau tidak maka
kedua keluarga batih mereka akan bermusuhan. Penyebab poligami ini antara
lain karena kemandulan.
Adapun perceraian orang Batak dapat terjadi karena:
1)
Si istri tidak dapat bergaul dengan keluarga suami.
2) Tidak memperoleh keturunan laki-laki.
3) Selingkuh.
4.3 Sistem Pengetahuan
Sistem pengtahuan masyarakat Batak tampak pada perubahan-perubahan musim
yang diakibatkan oleh siklus alam, misalnya musim hujan dan musim kemarau. Perubahan
dua jenis musim tersebut dipelajari masyarakat Batak sebagai pengetahuan untuk keperluan
bercocok tanam.
Selain pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga
menguasai konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar
mereka. Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup
mereka sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya.Jenis
tumbuhan bambu misalnya dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air,
ranting-ranting kayu menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untukmembuat lesung dan alu, yang kegunaannya untuk menumbuk padi.
Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak ), serta batu, yang
dimanfaatkan masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Sedangkan dari kulit
kayu biasanya masyarakat Batak memanfaatkannya untuk menulis ilmu kedukunan, surat
menyurat dan ratapan. Kulit kayu (lak-lak ) tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat ada,
karena yang menggunakan lak-lak tersebut hanya seorang Datu. Masyarakat Batak
mengetahui dan menguasai kegunaan bagian-bagain tumbuhan dan bebatuan secara efektif
dan memanfaatkan untuk acara tergambar pemakaman raja-raja. Upacara pemakaman itu
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
21/35
18
hanya untuk raja-raja, tetua adat, dan para tokoh yang mempunyai kedudukan saja. Hal itu
disebabkan pelaksanaan upacara pemakaman membutuhkan dana yang cukup besar.
Berikut pengelompokan sistem pengetahuan di berbagai bidang lainnya:
a. Di bidang keamanan
Di setiap huta atau kuta dahulu dikelilingi oleh suatu parit dan suatu dinding tanah
yang tinggi dan rumpun bambu yang tumbuh rapat.
b. Di bidang kemasyarakatan
Dalam suatu huta terdapat dua atau lebih deretan rumah dan halaman yang
diantaranya dipakai untuk mengadakan pesta perkawinan, upacara kematian, dan
juga ada lumbung- lumbung untuk menyimpan hasil panen.
c. Di bidang seni
Rumah-rumah adat selalu dihiasi dengan hiasan yang bermakna, dilengkapi dengan
warna merah, hitam dan kuning.
d. Di bidang kekerabatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah hidup yang tetap menghormati dan menjaga
kerukunan kekerabatannya yaitu falsafah Dalihan Natolu.
e.
di bidang kekerabatan
sejak dulu suku Batak telah menggunakan pengobatan secara tradisional, baik
dengan menggunakan tumbuhan maupun dengan upacara ritual.
4.4 Sistem Teknologi
a.
Alat-Alat Pertanian, Alat Rumah Tangga, Tenun, Berburu, dan Menangkap Ikan.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak memiliki peralatan sebagai sarana
menyelesaikan pekerjaannya.
1) Alat pertanian
a)
Ansuan berfungsi cangkul yang terbuat dari batang pohon enau b)
Ordang berfungsi sebagai alat pelobang tanah
c) Panasapi berfungsi untuk membersihkan pematang sawah
d) Pangali berfungsi sebagai penggali tanah
e) Sorha-soreng ha berfungsi sebagai pembajak sawah
2)
Alat rumah tangga
a)
Sapa berfungsi sebagai tempat nasi yang terbuat dari kayu.
b) Pinggan pasu berfungsi sebagai tempat makanan pada upacara adat.
c) Sake piring berfungsi sebagai tempat piring.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
22/35
19
3)
Alat tenun tradisional
a)
Busur hapas berfungsi untuk membusur kapas, alat ini terbuat dari bambu.
b) Sorha tangan berfungsi untuk memintal benang, rodanya digerakan
dengan tangan.
c) Sorha pat berfungsi untuk memintal benang, rodanya digerakan dengan
kaki.
d) Erdeng-erdeng ( panghulhulan) berfungsi untuk menggulung benang.
4) Alat berburu
a) Ultop berfungsi untuk menembak.
b) Sumbia berfungsi untuk memanah.
c)
Pulur (peluru anak panah).
d) Pana adalah busur panah dengan anak panah.
5) Alat menangkap ikan
a. Solu iunjup adalah jenis sampan khusus di air deras.
b. Solu jambang adalah sampan yang dipakai di air yang tak mengalir.
c.
Hole berfungsi sebagai dayung.
d. Goli-goli berfungsi sebagai tempat duduk dalam sampan.
e.
Tahu-tahu berfungsi untuk membuang air yang masuk dalam sampan.
b. Rumah Adat Orang Batak
Meski rumah adat Bolon dianggap sebagai satu-satunya identitas rumah adat
Sumatera Utara yang diakui secara nasional, namun sebenarnya orang Batak di
Sumatera Utara memiliki lebih dari satu gaya arsitektur hunian. Suku Batak
sendiri terbagi menjadi beberapa anak suku yang masing-masing suku memiliki seni
arsitektur rumah adat yang berbeda-beda.
Rumah Adat Bolon
Rumah Bolon adalah rumah adat suku batak di Sumatera Utara. Pada zaman
dahulu kala, rumah bolon merupakan tempat tinggal raja-raja di Sumatera Utara,
dimana tercatat ada 14 raja antara lain : Pangultop-ultop 1624-1648, Ranjinman
(1648 – 1669), Nanggaraia (1670 – 1692), Butiran (1692 – 1717), Bakkararaja
(1738-1738), Baringin (1738-1769), Bona Batu (1769-1780), Raja Ulan (1781-
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
23/35
20
1769), Atian (1800-1825), Horma Bulan (1826-1856), Raondop (1856-1886),
Rahalim (1886-1921),
Karel Tanjung
(1921-1931) dan
Mogang (1933-
1947).
Rumah Bolon
terdiri dari beberapa
jenis, dan rumah adat
yang dapat
ditemukan di masyarakat Batak yaitu rumah Bolon Toba, rumah Bolon
Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon
Pakpak dan rumah Bolon Angkola. Setiap rumah mempunyai ciri khasnya
masing-masing.
Rumah Bolon telah didaulat menjadi perwakilan rumah adat Sumatera Utara
di kancah nasional. Rumah berbentuk persegi panjang dan masuk dalam
kategori rumah panggung ini umumnya dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup
secara bersama-sama. Jika di Jawa dan suku-suku di Sumatera lainnya rumah
gaya panggung sengaja dibuat untuk menghindari serangan binatang buas,
rumah adat bolon justru sengaja dibuat panggung agar memiliki kolong rumah.
Kolong rumah tersebut kemudian digunakan sebagai kandang bagi hewan
peliharaan mereka seperti babi, ayam, atau kambing.
Bila hendak masuk ke dalam rumah bolon, kita harus melalui sebuah tangga
yang berada di bagian depan rumah. Tangga tersebut memiliki jumlah anak
tangga yang ganjil, dan saat memasuki rumah ini, kita akan dipaksa menunduk
karena pintu rumahnya yang pendek. Pintu rumah memang sengaja dibuat pendek agar tamu menunduk sehingga secara filosofis mereka dianggap
menghargai pemiliki rumah.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
24/35
21
Rumah Adat Siwaluh Jabu
Rumah adat Siwaluh Jabu begitu biasa disebut, merupakan rumah adat Batak
Karo yang hingga
kini keberadaannya
masih dapat kita
temukan. Rumah
ini secara arsitekur
memiliki gaya yang
sangat artistik.
Dindingnya dibuat
miring, atapnya berbentuk segitiga bertingkat tiga, dan di setiap puncak segitigatersebut dihiasi dengan kepala kerbau perlambang kesejahteraan. Rumah adat
Siwaluh Jabu ini umumnya berukuran sangat besar. Ia biasa dihuni oleh sekitar
8 keluarga adat. Masing-masing keluarga dalam rumah tersebut umumnya sudah
mempunyai perannya sendiri-sendiri. Ada yang berperan sebagai pemimpin,
pekerja, juru masak, dan lain sebagainya. Berikut adalah penampilan fisik dari
rumah adat di Sumatera Utara yang satu ini.
Rumah Adat Bolon, Batak Simalungun
Batak Simalungun memiliki
rumah adat namanya sama
dengan rumah adat Batak Toba
yaitu rumah bolon. Meski
memiliki nama yang sama,
namun secara arsitektur rumah
adat Bolon ala adat Batak
Simalungun memiliki
perbedaan dengan rumah bolon ala Batak Toba. Perbedaan tersebut terletak
pada tiang penyangga, gaya atap, dan dekorasinya. Tiang penyangga rumah adat
Batak Simalungun disusun bersilang secara horizontal dan menumpu di atas
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
25/35
22
pondasi umpak. Gaya atapnya yang tinggi dengan tingkat kemiringan sangat
curam dan dilengkapi dengan jendela. Adapun dekorasinya juga lebih memiliki
nilai estetika karena hiasan-hiasan ukiran yang terpahat pada dinding kayunya.
Berikut adalah tampak depan dari rumah adat Sumatra Utara yang satu ini.
Rumah Adat Bagas Godang, Batak Mandailing
Salah satu sisa peninggalan
seni arsitektur suku Mandailing
di Sumatera Utara tempo dulu
adalah seni arsitektur rumah
Bagas Godang. Rumah adat di
Sumatera Utara yang satu ini di
masa silam diperuntukan sebagai
rumah kediaman raja. Oleh
karena itu, Rumah bagas godang ini biasanya dibangun di atas kompleks yang
luas dan keberadaannya pun umumnya selalu didampingi oleh bangunan Sopo
Godang atau balai adat.
Baik rumah Bagas Godang maupun bangunan sopo godang, keduanya
merupakan rumah panggung yang disangga oleh tiang kayu besar berjumlah
ganjil, sama seperti jumlah anak tangganya.
4.5 Sistem Ekonomi
a. Mata Pencarian
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Batak adalah bercocok
tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan
marga. Setiap keluarga mandapatkan tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya.
Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Selain pertanian,
perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak. Hewan yang diternakan
antara lain kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Masyarakat yang
tinggal di sekitar danau Toba sebagian bermata pencaharian menangkap ikan.
Selain itu juga, mereka berprofesi pada sektor kerajinan. Hasil kerajinannya antara
lain tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, dan lainnya yang ada kaitan
dengan pariwisata.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
26/35
23
b.
Konsumsi dan Pengeluaran
Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Tabel 2 menunjukkan distribusi penduduk
menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
27/35
24
Di Sumatera Utara, paling banyak pengeluaran per kapita sebulan antara
500.000 sampai dengan 749.999 rupiah, yaitu sebesar 33,36 persen, namun masih
ada 0,43 persen rumah tangga yang mempunyai pengeluaran per kapita di
bawah 200.000 rupiah.
Persentase pengeluaran per kapita sebulan menurut jenis pengeluaran
(makanan dan bukan makanan), dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu
daerah. Semakin tinggi persentase pengeluaran untuk bukan makanan, maka
semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduknya.
Dari tabel 3 terlihat bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di daerah
perkotaan lebih tinggi, yaitu persentase pengeluaran untuk non makanan 52,16
persen di bandingkan pedesaan yang 39,47 persen.
4.6 Sistem Religi
a. Agama
Terdapat agama Islam dan Krisrten Protestan yang diperkirakan masuknya
pada masa yang sama yaitu pada tahun 1810-an. Agama Islam disiarkan oleh orang-
orang Minangkabau, yang sebagian besar dianut oleh orang Batak Selatan seperti
Mandailing dan Angkola.Agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi
penyiar agama dari Jerman ( Rheinische Missions Gesselsschaft ) dan tahun 1863 ke
daerah Karo oleh penyiar agama dari Belanda ( Zendelingsgenootschaap). Kini
agama Kristen Protestan dianut oleh sebagian orang Batak Utara.
b. Mitologi Batak
Walaupun masyarakat Batak sudah mengenal agama (Islam dan Krisrten),
namun konsep-konsep agama aslinya masih hidup. Sumber utama untuk mengetahui
sistem kepercayaan orang Batak asli adalah dari buku kuno yang disebut Pustaha.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
28/35
25
1)
Konsepsi Tuhan
Dalam mitologi Batak dunia dibagi atas tiga bagian, yaitu dunia atas
yang disebut dengan Banua Ginjang , dunia tengah yang disebut Banua
Tonga dan dunia bawah yang disebut Banua Toru. Dunia tengah tempat
manusia hidup juga merupakan perantara antara dunia atas dan dunia bawah.
Dunia atas tempat tinggal para dewata sedangkan dunia bawah adalah tempat
tinggal setan, roh, bumi, dan kuburan. Warna putih, merah, dan hitam
merupakan simbol-simbol dari dunia tersebut. Pecipta dunia dalam mitologi
Batak adalah Debata Mulajadi Nabolon, anak-anaknya bernama batara guru,
soripada, dan mangala bulan. Ketiganya dikenal sebagai kesatuan dengan
nama Debata Sitolu Sada (tiga dewata dalam satu) atau Debata Na Tolu (tiga
sewata).
2) Konsepsi Sang Pencipta
Konsepsi sang pencipta oleh orang Batak dimulai oleh Debata Mulajadi
Nabolon (Toba) atau Debata Kaci-Kaci (Karo) sebagai sang pencipta alam
yang berdiam di langit, sebagai penguasa alam tengah yaitu di dunia ini ia
bernama Silaon Na Bolon (Toba) dan Tuan Padukah Ni Aji (Karo),
sedangkan sebagai penguasa dunia mahluk halus disebut Pane Na Bolon
(Toba) atau Tuan Banua Koling (Karo). Tentang jiwa, roh, dan dunia akhirat
dalam hubungan manusia dengan dunia roh, orang Batak mengenal:
Tondi yaitu jiwa atau roh orang itu sendiri.
Sahala yaitu jiwa atau roh orang itu sendiri yang memiliki kekuatan
gaib (kesaktian).
Begu yaitu jiwa atau roh orang yang telah meninggal dunia.
Beberapa begu yang disegani orang Batak adalah:
o Begu sombaon
o Begu solobean
o Begu silan
o Begu ganjang
Orang Batak Karo mempunyai kepercayaan tentang adanya
perkampungan Begu. Mereka dapat berkeliaran dan berhubungandengan kerabatnya melalui mediasi dengan seorang dukun yang
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
29/35
26
disebut guru sibaso (wanita). Mereka juga percaya akan adanya
mahluk halus yang disebut umang dan jangak, kedua mahluk halus ini
dianggap suka menolong manusia dan tinggal di tebing atau di sungai.
Orang Batak juga percaya kepada kekuatan sakti dari jimat, tongkat
wasiat, mantra (tabas) yang mengandung kekuatan sakti.
c. Upacara Adat
Upacara adat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu:
1) Upacara adat inti
Adat inti mencakup seluruh kehidupan yang berkaitan dengan penciptaan
dunia oleh sang pencipta Debata Mulajadi Nabolon. Pelaksanaan adat inti
tidak boleh diubah karena terikat dengan norma dan aturan yang diturunkan
oleh Debata Mulajadi Nabolon sebelum agama mempengaruhi sikap etnis
orang Batak Toba terhadap upacara adat.
2) Upacara adat na taradat
Secara harfiah adat na taradat adalah undang-undang dan kelaziman yang
berupa adat. Adat na taradat bersifat adaptif dan menerima pergeseran dari
adat inti dan bagian adat inilah yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku adat
Batak Toba pada saat sekarang dengan berpedoman pada ungkapan folkrore
Batak Toba.
3) Adat naniadathon
Adat naniadathon adalah tingkatan pelaksanaan upacara adat yang sudah
dipengaruhi peradaban yang telah menjadi kebiasaan dan kelaziman baru.
Pada adat naniadathon terjadi pergeseran nilai dan perubahan pelaku adat,
misalnya upacara adat wisuda, babtisan anak, perayaan ulang tahun, dan
peresmian perusahaan.4)
Adat na soadat
Secara harfiah adat na soadat adalah adat yang bukan adat karena tatalaksana
upacara adat tidak lagi berdasarkan struktur dan sistematika yang lazim
dilaksanakan oleh etnis Batak Toba. Upacara ini dipandang sekedar
berkumpul dalam bentuk resepsi baik dalam upacara perkawinan, kematian,
dan sebagainya. Struktur kekerabatan dalam dalihan nan tolu dan juga
simbol-simbol yang dipakai dalam upacara adat ini disingkirkan.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
30/35
27
4.7 Kesenian
a. Pakaian Adat
Pakaian adat orang Batak dikenal dengan ulos. Secara harfiah ulos berarti selimut,
pemberi kehangatan badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur
Batak ada tiga sumber kehangatan yaitu matahari, api, dan ulos. Dari ketiga sumber
tersebut ulos dianggap yang paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Matahari sebagai sumber kehangatan tidak dapat diperoleh pada malam hari,
sedangkan api dapat menjadi bencana jika lalai dalam penggunaannya. Dalam
perkembangannya ulos juga diberikan kepada orang bukan Batak, sebagai tanda
penghormatan dan kasih sayang.
ULOS adalah kain tenun khas Batak
berbentuk selendang, yang melambangkan
ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-
anaknya atau antara seseorang dan orang lain,
seperti yang tercantum dalam filsafat batak
yang berbunyi, “Ijuk pengihot ni hodong.”
Ulos penghit ni halong, yang artinya ijuk
pengikat pelepah pada batangnya dan ulos pengikat kasih sayang diantara sesama.
Dikenal beberapa macam ulos, antara lain :
a. Ulos ragidup
Yang tertinggi derajatnya, sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas
tiga bahagian, yaitu dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bahagian tengahyang ditenum tersendiri dengan sangat rumit. Dalam upacara adat perkawinan,
ulos ragidup diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu
pengantin lelaki sebagai “ulos pargomgom” yang maknanya agar besannya ini
atas izin Tuhan YME tetap dapat melalui bersama sang menantu anak dari
sipemberi ulos tadi.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
31/35
28
b. Ulos ragihotang
Juga termasuk berderajat tinggi,
namun cara pembuatannya tidak
serumit ulos ragidup. Dalam upacara
kematian,ulos ini dipakai untuk
membungkus jenazah, sedangkan
kepada upacara pengkuburan kedua kalinya, untuk membungkus tulang-
belulangnya.
c. Ulos sibolang
Semula disebut sibolang sebab dibeikan kepada orang yang berjasa untuk
“mabulangbulangi” (menghormati) orang tua penggantin perempuan untuk
mengulosi ayah pengantin lelaki sebagai “ulos pansaniot”.
d. Ulos Bintang Maratur
Adalah kain ulos yang merupakan
simbol suka cita. Ulos ini sering juga
digunakan dalam tradisi Batak
seperti mangulosi.
b.
Tarian Tradisional
Beberapa Tarian Batak, antara lain :
Tari Tor-Tor Tujuh Cawan
Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan dianggap
sebagai tarian paling unik karena sang penari
harus menjaga keseimbangan tujuh cawan yang
diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri tiga
serta satu di kepala. Tarian tujuh cawan
mengandung arti pada setiap cawannya. Untuk cawan
1 mengandung makna kebijakan, cawan 2 kesucian,
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
32/35
29
cawan 3 kekuatan, cawan 4 tatanan hidup, cawan 5
hukum, cawan 6 adat dan budaya, cawan 7 penyucian
atau pengobatan.
Kegunaan lain dari tarian ini adalah untuk membuang semua penghalang bagi
orang yang hadir disitu, tentunya bagi yang percaya. Biasanya manusia punya
kegagalan karena ada penghalang bawaan dari lahir, karma, guna-guna, atau akibat
perbuatan sendiri.
Dari segi budaya, tarian ini merupakan tarian spiritual tertinggi di Danau Toba.
Sekarang tarian ini juga digunakan untuk pelantikan menteri, walikota, bupati dll.
Dari dulu tarian ini sudah menjadi kebanggan di kalangan orang Batak. Tarian ini
juga dulunya digelar di opera Batak.
Tari Tongkat Panaluan
Tari tongkat Panaluan adalah sebuah
tongkat yang bersifat magis dan terbuat
dari kayu yang telah diukir dengan
gambar kepala manusia dan binatang,
panjang tongkat tersebut diperkirakan lebih
kurang 2 (dua ) meter sedangkan tebalnya / besarnya kira – kira 5-6 cm.
Dalam suku batak tongkat panaluan dipakai oleh para datu dalam upacara ritual,
dan tongkat ini dipakai para datu (dukun) dengan tarian tortor yang diiringi gondang
(gendang) sabangunan.
Tari Tor-Tor Sigale-gale
Sigale-gale merupakan
pertunjukan kesenian dari
daerah Tapanuli Utara. SiGale-
gale adalah nama sebuah
patung yang terbuat dari
kayu yang berfungsi
sebagai pengganti anak
raja Samosir yang telah
meninggal.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
33/35
30
Untuk menghibur raja maka dibuatlah patung kayu yang di beri nama sigale-gale dan
di gerakkan oleh manusia.
c. Lagu Tradisional
1) Ketabo.
2) Sinanggar tullo.
3)
Sigulempong.
4) Dago inang sarge.
5) Ungut-ungut.
6) Sitogo.
d. Musik
1)
Gondang
Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga
arti untuk kata “gondang”:
a) Satu jenis musik tradisi Batak toba;
b) Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi
berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo);
c)
Alat musik “kendang”. Ada 2 ansambel musik gondang, yaitu
Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman
rumah; dan gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah.
2) Sarune Bolon
Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang
bisa ditemukan di Jawa, India, Cina, dsb. Pemain sarune mempergunakan teknik
yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus menerus) dan biarkan pemain
untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas.
3) Ogung
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam
struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip
siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama
tetapi irama siklus doal lebih singkat.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
34/35
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan paparan dari bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan
yaitu:
1. Sebagian masyarakat suku Batak pada dasarnya masih sangat menghargai
kebudayaan dan juga sangat menghormati leluhur mereka karena dalam kehidupan
mereka sangat mempercayai lelulur mereka. Apapun yang ditinggalkan oleh leluhur
mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa jika tidak
dikerjakan maka akan mendatangkan bencana bagi keluarga mereka dan juga orang
yang ada di sekitar mereka.
2. Suku Batak memiliki kepercayaan bahwa mereka adalah keturunan si raja Batak.
3.
Masyarakat Batak menganut sistem kekerabatan patrilineal.
4. Marga adalah ciri kesatuan kemasyarakatan yang mengikuti paham patrilineal.
5. Suku batak Toba merupakan bagian masyarakat yang setia melaksanakan upacara
adat.
6.
Orang Batak telah menganut agama Islam dan Kristen, akan tetapi tradisi adat
istiadatnya tetap dipertahankan.
5.2 Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan
yang ada di Negara kita sendiri. Kebanyakan dari kita bahkan ada yang lebih mengenal
budaya yang ada di Negara Barat dibandingkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari
Negara kita adalah budaya Batak dan masih banyak lagi budaya lainnya yang belum kitaketahui. Oleh sebab itu, kita harus mulai mengenal budaya kita sendiri dan mulai
memberikan wawasan kepada anak-anak sejak dini agar kita bisa memahami beragam
budaya yagn ada di negeri tercinta ini.
8/16/2019 Fix Makalah BATAK
35/35
DAFTAR PUSTAKA
Aryandini, Woro. 2012. Budaya Nusantara. Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
BPS Provinsi Sumatera Utara. 2015. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumatera
Utara. Medan : BPS Provinsi Sumatera Utara.
Ruhut, Debrian S. dkk. 2009. Dalam Makalah Mengenal Kebudayaan Batak Sumatera Utara.
Sri, Nanik W. 2012. “Macam-Macam Tari dari Daerah Sumatera Utar a”. Blogspot.com. 10
April 2016. Diunduh dari http://baleodedi.blogspot.com/2012/11/tarian-sumatera-utara_20.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak diakses pada 10 April 2016.
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utara diakses pada
10 April 2016.
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/rumah-adat-sumatera-utara-batak-gambar.htmldiakses pada 10 April 2016.
http://murnariamanalu.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_01.html diakses
pada 10 April 2016.
http://baleodedi.blogspot.com/2012/11/tarian-sumatera-%20utara_20.htmlhttp://baleodedi.blogspot.com/2012/11/tarian-sumatera-%20utara_20.htmlhttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batakhttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batakhttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batakhttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utarahttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utarahttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utarahttp://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/rumah-adat-sumatera-utara-batak-gambar.htmlhttp://murnariamanalu.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_01.htmlhttp://murnariamanalu.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo_01.htmlhttp://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/rumah-adat-sumatera-utara-batak-gambar.htmlhttp://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utarahttps://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batakhttp://baleodedi.blogspot.com/2012/11/tarian-sumatera-%20utara_20.htmlhttp://baleodedi.blogspot.com/2012/11/tarian-sumatera-%20utara_20.html