Upload
fadli-hmi
View
721
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK
DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
SEBAGAI ANTI HIPERTENSI
Oleh
IFFA LUTHFIYA HIDAYATI
F34102052
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Di bawah bimbingan H. Abdul. Aziz Darwis dan Tri Marwati. 2007.
RINGKASAN
Kecenderungan untuk memanfaatkan bahan alami sebagai obat mulai digemari masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan sintetik. Daun belimbing wuluh merupakan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu khasiat yang dimiliki daun belimbing wuluh adalah sebagai obat hipertensi. Dalam penelitian ini, pemanfaatan daun belimbing wuluh dikaji untuk dimanfaatkan sebagai obat anti hipertensi dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Tablet effervescent dipilih sebagai sediaan obat karena sangat praktis dalam penggunaannya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet effervescent dan mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan konsentrasi effervescent mix (40%, 45%, 50% dan 55%).
Ekstraksi daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak kental yang dihasilkan dari proses maserasi diuji dengan menggunakan hewan uji (metode berdarah) sebagai anti hipertensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah. Dosis tersebut digunakan dalam formulasi tablet effervescent. Pembuatan tablet effervescent menggunakan ekstrak kering daun belimbing wuluh yang diperoleh dari hasil pengering semprot dengan penambahan maltodektrin 10%. Proses pembuatan tablet effervescent dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah. Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet effervescent.
Hasil pengujian waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan masih sesuai dengan kriteria (baik). Karakteristik tablet effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20 (pH kontrol 4.5), kadar air sebesar 1.38-2.01% (kadar air kontrol 5.20%) dan kadar abu sebesar 21.64-23.89% (kadar abu kontrol 27.10%). Waktu larut tablet effervescent sekitar 3.93-4.75 menit (waktu larut kontrol 2.24 menit), kekerasan tablet berkisar 0.06-0.16/g.mm,dtk (kekerasan kontrol adalah 0 (keras)) serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-0.70 cm (diameter dan tebal tablet kontrol adalah 2.53 dan 0.66 cm). Warna tablet effervescent berdasarkan oHue menunjukkan warna yellow red (79.63-80.61o).
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu, waktu larut, kekerasan, diameter dan ketebalan tablet. Analisa non-parametik (Friedman test) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet effervescent. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tablet effervescent yang paling disukai adalah tablet effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40% dengan perbandingan effervescent mix 18:28:54.
Iffa Luthfiya Hidayati. F34102052. Formulation of Effervescent Tablets From Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) Leaves Extract As Anti Hypertension. Supervised by H. Abdul Aziz Darwis and Tri Marwati. 2006.
SUMMARY
Utilization of natural resource as medicine become interesting scientists concern. It may reduce the negative effects by using of synthetic medicine. Bilimbi leaves was one of natural materials which was able to be exploited as medicine. One of the benefits from bilimbi leaves was used as hypertension medicine. In this research, exploring bilimbi leaves studied as hypertension medicine in the form of effervescent tablets. The chosen of effervescent tablet form was because it’s practical usage.
The purposes of this research were to determine the effervescent tablets product characteristic and to obtain the best formulation of the effervescent tablets from bilimbi leaves extract based on its physical character and organoleptic test. The design of this research was completely randomized design with the variation of effervescent mix concentration (40%, 45%, 50% and 55%).
Extraction of bilimbi leaves was conducted with maceration method using ethanol solvent. Viscous bilimbi leaves extract, which was the result from maceration process, was test by bloody method using animal experiment as anti hypertension substance. The result showed that bilimbi leaves extract (dosage of 30 mg/kg weight-body) can decrease blood tension. The dosage was used in the effervescent tablets formulation. The production of the effervescent tablets used dry bilimbi leaves extract produced by spray dryer with an addition of 10% maltodextrin. Effervescent tablets were made by wet granulation method. The effervescent tablets testing consist of granule analysis and effervescent tablets analysis.
The result of flow time, silent angle and compressibility granule test showed that the effervescent granule has good characteristics. The effervescent tablet has pH value of 4.55-5.20 (control 4.5), water content of 1.38-2.01% (control 5.20%) and ash content of 21.64-23.89% (control 27.10%). Effervescent tablet dissolution time of 3.93-4.75 minute (control 2.24 minute), hardness tablets of 0.06-0.16/g.mm.dtk (control 0 (hard)) and also diameter and thickness tablets of 2.79-2.84 cm and 0.65-0.70 cm (control 2.53 and 0.66 cm). Effervescent tablet has yellow red color (79.63-80.61o) based on oHue colorimeter test.
The ANOVA result showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the pH value, water content, ash content, dissolution time, hardness, diameter and thickness of tablet. Non-parametric analysis of organoleptic test showed that the variation of effervescent mix concentration significantly influenced the tablet’s appearance, color, flavor and taste. The organoleptic test result showed that the best panelist responded was for effervescent tablets with 40% effervescent mix concentration (comparison of effervescent mix was 18:28:54).
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul
“Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi” adalah hasil karya saya sendiri
dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukannya.
Bogor, 2 Februari 2007
Yang membuat pernyataan,
Iffa Luthfiya Hidayati F34102052
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN
BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
SEBAGAI ANTI HIPERTENSI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IFFA LUTHFIYA HIDAYATI
F34102052
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
FORMULASI TABLET EFFERVESCENT DARI EKSTRAK DAUN
BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
SEBAGAI ANTI HIPERTENSI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
IFFA LUTHFIYA HIDAYATI
F34102052
Dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1984
di Ngawi
Tanggal lulus : 26 Januari 2007
Menyetujui,
Bogor, 5 Februari 2007
Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, MSc Ir. Tri Marwati, MSi Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 23 Februari
1984. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Drs. Imam Tauhid dan Siti Komariyah. Pada tahun
1996, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD
Muhammadiyah Ponorogo. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
di SLTPN 1 Ponorogo pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMUN 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Institut
Pertanian Bogor tahun 2002 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama kuliah di IPB, penulis pernah bekerja sebagai pengajar di Bimbingan
Belajar DMC Bogor (2006).
Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2005 dengan topik
“Mempelajari Aspek Teknologi Proses Kemasan dan Penyimpanan ‘Wafer
Cream’ di Selamat Biscuit Indonesia, Sidoarjo Jawa Timur”. Untuk
menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian yang ditulis dalam
skripsi berjudul ”Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”.
i
KATA PENGANTAR
Assalammu ‘alaikum wr wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian penulis selama delapan bulan di Laboratorium Balai
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Cimanggu dan
Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Skripsi ini berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini menyajikan studi tentang pembuatan tablet effervescent dari
ekstrak daun belimbing wuluh sebagai alternatif obat hipertensi. Tablet
effervescent yang dihasilkan dilakukan pengujian karakteristik fisik dan
organoleptik untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk. Hasil
studi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai acuan pustaka yang
membantu dalam pembuatan tablet effervescent yang dapat berkhasiat sebagai
obat.
Wassalammu ‘alaikum wr wb.
Bogor, 2 Februari 2007
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Formulasi
Tablet Effervescent Dari Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Sebagai Anti Hipertensi”. Ucapan terima kasih ditujukan penulis kepada Ayah
(Drs. Imam Tauhid), ibu (Siti Komariyah) serta adik-adikku (Arini Aula Rusydati
dan Husna Umiyati Kholidah) yang telah memberikan doa, kasih sayang dan
dukungan dalam pelaksanaan dan penyelesaian studi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul Aziz Darwis, MSc selaku dosen
pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Ir. Tri Marwati, MSi selaku
pembimbing II dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Hernani, Ibu Wiwin Winarni, para laboran di Balai
Litbang Pasca Panen Pertanian, para laboran di Laboratorium TIN. Selain itu
kepada Rini Budiarti, Fitriati, Andri Susanto, Rosi Cisadesi, Hari Soesanto,
Farikin, Wahyudin dan Roza Cyntia sebagai teman satu penelitian, teman-teman
TIN ’39 dan teman-teman di Wisma Gajah dan Maharlika Atas serta semua pihak
yang belum belum disebutkan, yang telah banyak membantu selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Ika Christina, Nurul Catur Febriana, Ika Lailiana, Okiana Winarni, Fery Mutia,
Inda Setyawati, Maria Ulfah, Jenni Eva dan Rahmi Oktarina atas bantuan yang
diberikan kepada penulis, semangat dan dukungannya.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. TUJUAN ................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
A. BELIMBING WULUH ........................................................................... 3
B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH ........... 4
C. TABLET EFFERVESCENT ................................................................... 5
1. Definisi .............................................................................................. 5
2. Bahan Baku ....................................................................................... 6
3. Pembuatan Tablet Effervescent ......................................................... 9
D. HIPERTENSI .......................................................................................... 10
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 12
A. BAHAN DAN ALAT ............................................................................. 12
B. METODOLOGI ...................................................................................... 12
1. Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh .................................................... 12
2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent ......................................... 14
3. Pembuatan Tablet Effervescent ......................................................... 14
a. Analisis granul ............................................................................ 16
b. Analisis tablet effervescent .......................................................... 17
c. Uji organoleptik .......................................................................... 19
C. RANCANGAN PERCOBAAN .............................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 20
A. ANALISA MUTU BAHAN ................................................................... 20
B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING .................................................... 22
C. PENGUJIAN TABLET EFFERVESCENT ............................................ 24
iv
1. Analisis Granul ................................................................................. 24
2. Analisis Tablet Effervescent .............................................................. 27
3. Uji Organoleptik ............................................................................... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 41
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 41
B. SARAN ................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43
LAMPIRAN ........................................................................................................ 47
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi........................................................................... 11
Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh ......................... 14
Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir.......................................... 16
Tabel 4. Kriteria kompresibilitas granul ........................................................... 17
Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue ........................................................ 18
Tabel 6. Hasil analisa proksimat daun belimbing wuluh .................................. 21
Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh ................................................................................................... 23
Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul ....................................................... 25
Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul...................................................... 26
Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul............................................... 26
Tabel 11. Hasil pengujian diameter dan tablet effervescent ................................ 31
Tabel 12. Hasil pengujian warna (colorimeter) .................................................. 35
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent ................................... 6
Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh ..................... 13
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent ......................... 15
Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ................................. 20
Gambar 5. Bubuk daun belimbing wuluh ......................................................... 20
Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh ............................................. 23
Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot .......................................... 24
Gambar 8. Granul effervescent .......................................................................... 24
Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi ................................. 27
Gambar 10. Grafik pengujian nilai pH tablet effervescent .................................. 28
Gambar 11. Grafik pengujian kadar air tablet effervescent ................................. 29
Gambar 12. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent ............................... 31
Gambar 13. Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent ............................... 33
Gambar 14. Grafik pengujian waktu larut tablet effervescent ............................. 34
Gambar 15. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan tablet effervescent ...................................................................................... 37
Gambar 16. Histogram uji kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 38
Gambar 17. Histogram uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 39
Gambar 18. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent ...................................................................................... 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisa proksimat daun belimbing wuluh .................................... 48 Lampiran 2. Diagram alir pengujian anti hipertensi ......................................... 51 Lampiran 3. Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi ...... 52 Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengujian granul effervescent ...................... 53 Lampiran 5. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH tablet effervescent ......................................................................... 54 Lampiran 6. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar air tablet effervescent .................................................................... 55 Lampiran 7. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar abu tablet effervescent .................................................................. 56 Lampiran 8. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap tebal tablet effervescent ................................................................ 57 Lampiran 9. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap diameter tablet effervescent .......................................................... 58 Lampiran 10. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kekerasan tablet effervescent ........................................................ 59 Lampiran 11. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap waktu larut tablet effervescent ................................................................. 60 Lampiran 12. Lembar kuesioner uji kesukaan dan kode sampel ........................ 61 Lampiran 13. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter penampakan tablet
effervescent ................................................................................... 62 Lampiran 14. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap
parameter penampakan tablet effervescent ................................... 63 Lampiran 15. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter warna seduhan tablet
effervescent ................................................................................... 64 Lampiran 16. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent ................................................ 65 Lampiran 17. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter aroma seduhan tablet
effervescent ................................................................................... 66 Lampiran 18. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent ................................................ 67 Lampiran 19. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter rasa seduhan tablet
effervescent ................................................................................... 68 Lampiran 20. Hasil uji Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent .................................................... 69 Lampiran 21. Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk
konversi dosis ............................................................................... 70
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obat-obatan dikelompokkan dalam bentuk obat sintetik dan obat alami.
Penggunaan obat sintetik dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya
karena zat aktifnya berasal dari senyawa kimia sedangkan resiko penggunaan
bahan alami relatif lebih kecil. Oleh karena itu terjadi kecenderungan untuk
kembali menggunakan obat yang berasal dari alam. Salah satu sumber alami
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah daun tanaman belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Daun belimbing wuluh dapat berkhasiat sebagai ekspektoran, antipiretik
dan anti hipertensi. Menurut Hernani, et al. (2005), daun belimbing wuluh
mengandung senyawa phytol yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah
tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu, daun belimbing wuluh juga memiliki
kadar kalium yang cukup tinggi, yaitu 1,689 ± 0,007 % (b.k) (Winarni dan
Marwati, 2005). Kalium tersebut merupakan mineral yang dapat melancarkan
pengeluaran air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Ketersediaan obat hipertensi saat ini kebanyakan berbentuk kapsul dan
tablet. Obat berbentuk kapsul dan tablet membutuhkan waktu yang lama untuk
diabsorbsi oleh tubuh dan rasanya kurang disenangi. Untuk mengurangi rasa
obat yang kurang disukai oleh konsumen dapat dibuat bentuk sediaan yang
menarik dan memiliki rasa yang manis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
pemanfaatan daun belimbing wuluh diteliti untuk dimanfaatkan sebagai obat
anti hipertensi dalam sediaan obat yang lebih praktis dalam bentuk tablet
effervescent.
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2) sebagai
hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air).
Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat
minuman ringan secara praktis. Kepraktisannya adalah tablet dapat melarut
sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu proses pelarutan. Bentuk
sediaan seperti ini dapat meningkatkan tingkat kesukaan produk dan
mempengaruhi aspek psikologis konsumen. Disamping itu, kesannya sebagai
2
obat juga akan berkurang karena rasanya yang dapat menutupi rasa pahit
sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak suka mengkonsumsi obat-
obatan.
Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing dilakukan
dengan menyusun formula menggunakan berbagai bahan disamping daun
belimbing wuluh itu sendiri. Formula yang dihasilkan diharapkan dapat
digunakan sebagai alternatif lain sediaan obat hipertensi.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk tablet
effervescent dan untuk mendapatkan formulasi tablet effervescent ekstrak daun
belimbing wuluh terbaik dilihat dari karakteristik fisik dan sifat organoleptik
yang disukai oleh konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif sediaan obat hipertensi yang berasal dari bahan alam,
sehingga dapat bermanfaat bagi bidang kesehatan dan farmasi serta
menambah daya guna daun belimbing wuluh.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BOTANI
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk pohon yang tingginya
mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis
tengah sekitar 30 cm. Pohon ini ditanam sebagai pohon buah. Pohon yang
berasal dari benua Amerika ini membutuhkan tempat tumbuh yang cukup
lembab dan tidak dinaungi oleh pohon lain.
Klasifikasi ilmiah untuk belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Oxalidales
Famili :Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : A. bilimbi L. (belimbing wuluh)
Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol,
percabangan sedikit dan arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut
halus seperti beludru dan berwarna coklat muda. Daunnya berupa daun
majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun
bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,
pangkal membundar, tepi rata dan mempunyai panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm,
warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.
Bunga berbentuk malai, berkelompok, keluar dari batang atau
percabangan yang besar. Bunganya kecil-kecil berbentuk bintang dan
warnanya ungu kemerahan. Buahnya berupa buah buni, bentuknya bulat
lonjong bersegi, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak,
rasanya asam dan bijinya berbentuk bulat telur serta gepeng (Arland, 2006).
4
B. KOMPOSISI KIMIA DAN KHASIAT BELIMBING WULUH
Daun belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian mempunyai
sifat khas seperti asam, kelat dan menetralkan (Anonim, 2006). Kandungan
simplisia daun belimbing wuluh terdiri dari tanin, sulfur, asam format,
peroksidase, calsium oksalat dan kalium sitrat (Forum Komunikasi Fakultas
Pertanian UGM, 2006).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Winarti dan Marwati (2006),
senyawa dengan limpahan tertinggi pada daun belimbing wuluh antara lain
propil asetat, dietil phtalat, phytol dan asam ferulat, sedangkan senyawa minor
terdiri dari asam kaprat, heksadekanoat dan etil palmitat. Komponen kimia
lain yang teridentifikasi dalam daun belimbing wuluh adalah p-nitro-m-
methylphenyl benzenesulfonate, acetic acid ethyl ester, acetic acid prophyl
ester, butyl ethyl ether, methyl benzene dan 1,2-benzenedicarboxylilic acid
diethyl ester (Cyntia, 2006).
Bagian tanaman belimbing wuluh yang sering dimanfaatkan sebagai
obat adalah bagian bunga, daun dan buah. Bagian buah dan bunga berkhasiat
sebagai ekspektoran. Selain itu, buahnya dapat digunakan sebagai bahan obat
tradisional seperti, batuk, sariawan, gusi berdarah, jerawat, panu, tekanan
darah tinggi (hipertensi) serta dapat memperbaiki fungsi pencernaan. Bagian
daun berkhasiat sebagai antipiretik dan ekspektoran serta dapat digunakan
sebagai obat rematik (Anonim, 2006).
Khasiat lain yang terdapat dalam daun belimbing wuluh adalah sebagai
penurun tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hernani, et al (2005) dengan menggunakan hewan uji kucing teranestesi
diketahui bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 37.5
mg/kg BB dapat menurunkan tekanan darah kucing sebesar 75.88 mmHg.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hutahaean (2003) terhadap hewan uji
tikus putih galur wistar jantan, hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyuntikan dengan ekstrak daun belimbing wuluh secara intraperitoneal
dapat menurunkan tekanan darah tikus dari tekanan darah normal (hipotensif).
Dosis ekstrak yang digunakan adalah 1 ml/kg bb, 2 ml/kg bb, 4 ml/kg bb, dan
5
8 ml/kg bb, masing-masing dapat menurunkan tekanan arteri rata-rata sebesar
2.49 mmHg; 2.58 mmHg; 3.73 mmHg; dan 3.02 mmHg (Hutahean, 2003).
Pemanfaatan daun belimbing wuluh sebagai obat hipertensi masih
terbatas dan kebanyakan yang dimanfaatkan adalah buah belimbing wuluh.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hernani, et al (2005), pemberian
ekstrak daun belimbing wuluh terbukti dapat menurunkan tekanan darah
hewan uji dan terbukti lebih baik dibandingkan dengan pemberian ekstrak
buahnya. Ketika ekstrak buah diinjeksikan terhadap hewan uji, daya kerja
jantung meningkat dibandingkan bila menggunakan ekstrak daun.
C. TABLET EFFERVESCENT
1. Definisi
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak
dengan mesin bertekanan tinggi dengan bahan serbuk kering, kristal atau
granulat dan umumnya dengan penambahan bahan pembantu. Bentuk
sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan karena harganya murah.
Bentuk tablet takarannya tepat, pengemasannya mudah, tranportasi dan
penyimpanannya praktis (stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya)
(Voight,1994).
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Dalam
ilmu kedokteran campuran effervescent sangat populer. Flavored beverage
effervescent adalah sediaan effervescent yang digunakan unuk membuat
minuman ringan secara praktis, yaitu dengan cara mencampurkan tablet
effervescent ke dalam air. Gas yang dihasilkan saat pelarutan adalah
karbondioksida (CO2) sehingga dapat memberikan efek sparkle atau rasa
seperti air soda (Mohrle, 1989).
Tablet effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan
cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-
bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air
(Ansel, 1989). Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah
reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan
6
gas CO2. CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa
getir dapat tertutupi dengan adanya CO2 dan pemanis (Juniawan, 2004).
Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent
dilarutkan ke dalam air. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari
suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam
asam saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan
kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang
dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal.
Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi
granul (Ansel, 1989). Reaksinya adalah sebagai berikut :
H3C6H5O7.H2O + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2 asam sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat
H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2 asam tartarat Na-bikarbonat Na-tartarat
Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan effervescent (Ansel, 1989)
Pemilihan tablet effervescent untuk sediaan karena tablet effervescent
memiliki kelebihan dalam hal ketepatan dosis, stabilitas dan
kepraktisannya. Keuntungan lain adalah kemungkinan penyiapan larutan
dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat (Banker
dan Anderson, 1994). Tablet effervescent lebih praktis dan mudah
digunakan (Lieberman, et al, 1989).
2. Bahan Baku
Pada umumnya bahan baku tablet effervescent terdiri dari zat aktif
dan bahan pembantu yang terdiri dari :
a. Sumber asam
Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu
asam makanan, asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan
paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami
terdapat pada makanan contohnya asam sitrat, asam tartarat, asam
malat, asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat (Mohrle, 1989).
7
Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah
diperoleh dalam bentuk granular. Alasan inilah yang menyebabkan
mengapa asam sitrat lebih sering digunakan sebagai sumber asam
dalam proses pembuatan tablet effervescent (Rohdiana, 2002).
b. Sumber basa
Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam
formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena
kemampuannya menghasilkan CO2. Sumber karbonat yang yang biasa
digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium
hydrogen karbonat dan kalium bikarbonat (Mohrle, 1989).
c. Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk
membuat bulk (penuh). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan
untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau
untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1994). Bahan ini juga
dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang
diinginkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi
adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara
farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan
bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut
sehingga dapat membentuk larutan yang jernih (Banker dan Anderson,
1994).
Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat,
laktosa spray dried, mannitol, sorbitol, sukrosa (Lieberman, et al,
1990). Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat
yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air
(Banker dan Anderson, 1994).
d. Bahan pengikat
Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat
komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada
8
proses pengempaan (Rohdiana, 2002). Bahan pengikat juga berfungsi
sebagai pengikat komponen-komponen tablet sehingga produk tidak
pecah ketika dikempa.
Pemakaian bahan pengikat disesuaikan dengan bahan aktif,
dalam pembuatan tablet effervescent bahan pengikat yang biasa
digunakan adalah PVP (Polivinil Pirolidon). Polivinil pirolidon adalah
pengikat yang serbaguna dan salah satu yang paling banyak digunakan,
mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut organik lain. Polivinil
pirolidon biasanya digunakan sebagai pengikat di dalam tablet
effervescent dan tablet kunyah karena pembuatan dengan pengikat ini
mempunyai daya simpan yang lebih lama (Mohrle, 1989).
e. Bahan pelincir
Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah
bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur
massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan
pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan
gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi
tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk
menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada
dinding dalam ruang cetak (Rohdiana, 2002).
Zat pelincir yang paling banyak dipakai yaitu talk, asam stearat,
garam stearat dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak
dipakai adalah kalsium dan magnesium stearat (Banker dan Anderson,
1994). Magnesium stearat [Mg(C18H38O2)2] merupakan salah satu zat
pelincir yang digunakan dalam tablet. Antirekat (pelincir) yaitu zat
yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan
mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi
lebih bagus dan mengkilat (Lieberman, et al, 1989).
f. Pemanis
Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-
bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada
9
lidah dan mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang
diminum. Obat dalam bentuk cair berhubungan langsung dengan
pengecap rasa. Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat
dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai.
Pemanis yang biasa digunakan adalah sakarin, sukrosa dan aspartam
(Ansel, 1989). Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yang
memiliki daya kemanisan 120 – 280 kali lebih manis dari gula tebu
(Ansel, 1989). Aspartam merupakan salah satu bahan tambahan
makanan yang telah mengalami test dan percobaan yang mendalam
serta menyeluruh (Winarno dan Rahayu, 1994).
3. Pembuatan Tablet Effervescent
Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang
berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan
tablet effervescent diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban
relatif kurang lebih 25% (Mohrle, 1989). Pembuatan tablet effervescent
dibuat memakai dua metode umum yaitu metode granulasi basah dan
metode granulasi kering.
a. Metode granulasi basah
Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel
serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut
granul. Butiran yang diperoleh memiliki daya lekat dan sifat alir yang
baik. Ukuran granul biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun
demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan dapat
dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).
Granul yang baik memiliki bentuk dan warna yang sedapat
mungkin homogen, memiliki sifat alir yang baik, memiliki distribusi
ukuran partikel yang sempit dan mengandung komponen berbentuk
serbuk, menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan dan
tidak terlalu kering serta mudah hancur di dalam air (Voight, 1994).
Metode ini adalah metode yang paling tua dan masih banyak
digunakan. Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak
10
langsung, misalnya karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat
aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar serta memerlukan
penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan
bahan pengikat (Ansel, 1989).
Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat
sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab.
Kemudian serbuk tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven,
setelah kering ukurannya diperkecil dengan pengayakan dan siap untuk
dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa
tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan larutan ikat,
penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II,
pencampuran lubrikan dan pencetakan (Ansel, 1989).
b. Metode granulasi kering
Granulasi kering adalah proses granulasi tanpa menggunakan
cairan dan panas. Proses granulasi kering dilakukan dengan
mengkompresi bahan kering menjadi tablet. Pembuatan tablet dengan
metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penghalusan, pencampuran
awal, pengempaan, granulasi, pencampuran akhir dan pengempaan
menjadi tablet (Ansel, 1989).
D. HIPERTENSI
Dalam istilah kedokteran tekanan darah tinggi sering disebut dengan nama
hipertensi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah
arteri melebihi batas normal dan bertahan lama (Mutschler, 1991).
Guyton dan Hall (1997) menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan
menderita hipertensi jika tekanan arteri rata-rata lebih tinggi daripada batas
atas yang dianggap normal dalam keadaan istirahat, yaitu lebih tinggi dari 110
mmHg. Nilai tersebut terjadi jika tekanan sistoliknya lebih besar dari kira-kira
135 mmHg sampai 140 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar dari 90
mmHg. Sedangkan menurut WHO, pada keadaan istirahat batas normal teratas
untuk tekanan sistolik adalah 160 mmHg dan tekanan diastolik adalah 95
11
mmHg. Dalam mengukur tekanan darah untuk menentukan derajat klasifikasi
hipertensi, terdapat beberapa batasan yang digunakan yaitu:
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Tingkat I / Ringan 140 – 159 MmHg 90 – 99 MmHg Tingkat II / Sedang 160 – 179 MmHg 100 – 109 MmHg Tingkat III / Berat 180 – 209 MmHg 110 – 119 MmHg Tingkat IV / Sangat Berat ≥ 210 MmHg ≥120 MmHg
Sumber : The Joint National Committe-V, 1992
Tekanan darah adalah tekanan yang diperoleh darah untuk dapat mengalir
melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam mmHg
dimana Hg merupakan singkatan dari hydragyrum atau air raksa yang terdapat
di dalam alat pengukur tekanan darah arteri yang disebut dengan alat
Sphygmomanometer atau lebih dikenal dengan alat tensimeter (Wijayakusuma
dan Dalimartha, 2000).
Tekanan darah mempunyai dua komponen kekuatan, yang pertama
kekuatan pendorong yang disebut tekanan sistolik yang mempengaruhi darah
karena kontraksi otot jantung dan yang kedua kekuatan penahan yang disebut
tekanan diastolik pada dinding pembuluh darah yang lebih kecil yang
mengalirkan darah serta mempercepat jalannya darah pada waktu jantung
berelaksasi (Tara dan Soetrisno, 2004).
Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik
atau keturunan, stress, obesitas atau kegemukan serta adanya perubahan pola
hidup masyarakat seperti mengkonsumsi makanan berlemak dan berkolesterol
tinggi serta mengkonsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan.
12
III. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN DAN ALAT
Pada penelitian ini digunakan bahan baku daun belimbing wuluh yang
dideterminasi dari Sukabumi. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol,
maltodekstrin, laktosa, asam sitrat, asam tartarat, kalium bikarbonat, aspartam,
PVP (Polivinil Pirolidon) dan Mg-stearat. Disamping itu digunakan pula
bahan untuk analisis adalah toluene, HCl 5N, air suling, etanol 90 persen,
heksan, K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, H3BO3 dan HCl 0,02N.
Alat yang digunakan adalah alat pengaduk, corong, kertas saring,
evaporator, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, freeze dryer, spray dryer,
sudip, ayakan, oven dan alat destilat. Alat yang digunakan untuk analisis
adalah cawan porselin, cawan aluminium, tanur, labu bersumbat, labu kjedahl,
labu lemak, bulk density tester, flowmeter, pH-meter, jangka sorong,
pnetrometer dan alat-alat gelas.
B. METODOLOGI
1. Ekstraksi daun belimbing wuluh
Daun belimbing wuluh terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya
lalu dikeringkan dengan alat pengering (blower) selama 4 jam dengan
suhu 40oC. Selanjutnya digiling halus dengan mesin penggiling dan diayak
dengan ayakan 50 mesh. Bubuk yang dihasilkan dianalisa komposisi
kimianya (Proksimat Analisis). Prosedur disajikan pada Lampiran 1.
Bubuk daun belimbing wuluh dimaserasi secara berulang dengan
menggunakan pelarut etil alkohol 70 persen. Proses maserasi dilakukan
dengan alat ekstraksi yang terbuat dari stanless steel dan dilengkapi
dengan agitator. Hasil ekstraksi disaring dan pelarutnya diuapkan dengan
rotavapor sampai dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh
dilakukan pengujian anti hipertensi dengan menggunakan metode berdarah
(Lampiran 2). Dari ekstrak kental kemudian ditambahkan bahan pengisi
13
untuk dikeringkan dengan alat pengering semprot menjadi ekstrak kering.
Proses ekstraksi daun belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 2.
Daun belimbing wuluh
Pengeringan (50oC, 4 jam)
Penggilingan dan penyaringan (50 mesh)
Pelarutan dengan etanol
(1:5 b/v)
Pengadukan (4 jam, 200rpm)
Penyaringan Ampas
Filtrat
Pemekatan
(rotary evaporator, 50oC)
Ekstrak Kental
Pengisian (homogenizer)
Pengeringan (pengering semprot, 180oC)
Ekstrak Kering
Gambar 2. Diagram alir proses ekstraksi daun belimbing wuluh (Hernani, et al, 2005)
14
2. Penentuan Formulasi Tablet Effervescent
Penentuan formulasi tablet effervescent yang digunakan dalam
penelitian merupakan modifikasi formulasi dari Juniawan (2004).
Modifikasi dilakukan terhadap jenis ekstrak dan jumlah asam sitrat, asam
tartarat dan kalium bikarbonat (effervescent mix). Ekstrak yang digunakan
berdasarkan perhitungan :
30 mg/kg BB kucing dikonversi terhadap BB manusia = 13 (Lampiran 21)
30 x 2 = 60 mg x 13 = 780 mg : 70 kg = 11 mg/kg BB manusia
Rata-rata BB manusia adalah 50 kg.
11 mg/ kg BB manusia x 50 kg = 550 mg = 0.55 g ≈ 0.5 g ekstrak
Perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah konsentrasi
effervescent mix terhadap berat total tablet. Perbandingan asam sitrat :
asam tartarat : kalium bikarbonat yang digunakan pada formulasi adalah
18 : 28 : 54. Ada empat taraf formulasi yang dicobakan dengan formulasi
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Formulasi tablet effervescent daun belimbing wuluh. Bahan F1 (%) F2 (%) F3 (%) F4 (%)
Ekstrak 3,4 3,4 3,4 3,4 Laktosa 55,3 50,3 45,3 40,3 Asam sitrat 7,2 8,1 9 9,9 Asam tartarat 11,2 12,6 14 15,4 Kalium bikarbonat 21,6 24,3 27 29,7 Mg stearat 0,1 0,1 0,1 0,1 Aspartam 1 1 1 1 PVP 0,2 0,2 0,2 0,2
Keterangan : F1 = konsentrasi effervescent mix 40% F2 = konsentrasi effervescent mix 45% F3 = konsentrasi effervescent mix 50% F4 = konsentrasi effervescent mix 55%
3. Pembuatan Tablet Effervescent
Pembuatan tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing wuluh
dimulai dengan pembuatan granul terlebih dahulu sebelum dikempa.
Tablet effervescent dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan
metode granulasi basah yang meliputi tahapan penimbangan, pencampuran
15
awal, penambahan larutan pengikat, pengayakan I, pengeringan,
pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan tablet. Proses
pembuatan tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tablet effervescent
(Said, 2005)
Pengujian yang dilakukan meliputi analisis granul dan analisis tablet
effervescent. Oleh karena belum adanya standar untuk tablet effervescent,
maka untuk menentukan formulasi terbaik digunakan kontrol tablet
effervescent komersial. Kontrol yang digunakan adalah tablet effervescent
komersial dengan merek ”A” untuk obat panas dalam (tahun 2006).
Ekstrak kering
PVP
Granul kering
Granul effervescent
Tablet effervescent
Laktosa, aspartam, kalium bikarbonat
Asam sitrat, asam tartarat
Pencampuran
Pengayakan ayakan no.12
Pencetakan tablet
Pengeringan (oven, 50oC, 18 jam)
Pengayakan ayakan no.14
16
a. Analisis granul
1) Uji Waktu Alir (Wells, 1987)
Granul seberat 25 g dituang pelan-pelan ke dalam corong
pengukur lewat tepi corong. Tutup corong dibuka pelan-pelan,
granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch
sampai semua granul mengalir keluar. Waktu alir dihitung dengan
satuan g/dtk. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter.
Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 g/dtk.
2) Sudut Diam (Wells, 1987)
Granul yang jatuh dari sifat alir dan diukur tinggi kerucut
yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut
diamnya dengan rumus :
h tg a =
r
a = inv tg a = sudut diam h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut
Tabel 3. Hubungan antara sudut diam dan sifat alir Sudut Diam Sifat Alir
<25o Sangat baik 25-30o Baik 30-40o Cukup >40o Buruk
Sumber : Wells (1987)
3) Kompresibilitas Granul(Wells, 1987)
Granul seberat 50 g dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur
dan dicatat sebagai Vo (ml). Gelas ukur dipasang pada alat bulk
density tester dan motor dihidupkan. Perubahan volum dicatat
setelah pengetapan (Vt) dengan t = 10, 50 dan 100 ketukan.
Pengurangan volume granul akibat pengetapan dinyatakan dengan
rumus :
17
(Vo - Vk) Kompresibilitas Granul = x 100%
Vo
Vo = Volume awal Vk = Volume setelah ketukan
Tabel 4. Kriteria Kompresibilitas granul Nilai (%) Kriteria
5-15 Istimewa 12-16 Baik 18-21 Sedang 23-35 Jelek 33-38 Sangat jelek > 40 Sangat jelek sekali
Sumber : Wells (1987)
b. Analisis tablet effervescent
1) Nilai pH (Modifikasi Khairani, 2002)
Sebuah tablet dilarutkan dalam 200 ml air kemudian diambil
100 ml untuk diukur pH-nya menggunakan pH-meter.
2) Kadar Air Metode Oven (Apriyantono, et al, 1989)
Bahan sebanyak 2 g yang telah digerus dan ditimbang,
dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditera kemudian
diratakan. Cawan kemudian dimasukkan dalam oven suhu 105oC
selama 3 jam, ulangi pengerjaan sampai didapat bobot tetap. Kadar
air dihitung terhadap sampel.
berat awal – berat akhir Kadar Air = x 100%
berat awal
3) Kadar Abu (Depkes, 1989)
Bahan sebanyak 2 g atau 3 g yang telah digerus dan
ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan
dan ditera kemudian diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-
lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang.
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka
ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring bebas
abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan
18
yang sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan
kemudian dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
berat abu (g) Kadar Abu = x 100% berat sampel (g)
4) Penampakan Tablet
Sebuah tablet diukur diameter dan tebalnya menggunakan
jangka sorong. Pengukuran dilakukan 3 kali di tempat yang
berbeda.
5) Kekerasan tablet (Kailaku, 2002)
Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan
pnetrometer. Sebuah tablet diletakkan di bawah jarum pnetro
kemudian ditekan selama 10 detik dan dibaca hasilnya dalam skala.
6) Waktu Larut (Said, 2005)
Sebuah tablet dimasukkan dalam air dengan volume 200 ml
dalam gelas piala 500 ml. Waktu melarut tablet dicatat dengan
stopwatch sampai tablet hancur dan larut.
7) Warna (Colorimeter) (Febriyanti, 2003)
Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan
colorimeter. Pengukuran warna dilakukan dua kali di tempat yang
berbeda. Hasil yang didapat adalah nilai L, a, b dan oHue. Nilai oHue diperoleh dari rumus :
oHue = arc tg (b/a)
Tabel 5. Kriteria warna berdasarkan oHue Warna oHue
Red purple 342-18 Yellow red 54-90 Yellow green 126-162 Green 162-198 Blue green 198-234 Blue 234-270 Blue purple 270-306 Purple 306-342
Sumber : Huntching (1999)
19
c. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji penerimaan
dimana setiap panelis diharuskan mengemukakan tanggapan
pribadinya terhadap produk yang disajikan. Uji penerimaan yang
dilakukan adalah uji hedonik dengan menggunakan 30 panelis.
Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan
pribadinya terhadap warna, aroma dan rasa dari sampel tablet
effervescent yang diberikan. Tanggapan tersebut dapat berupa
tanggapan suka maupun tidak suka. Skala kesukaan yang digunakan
adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 =
agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka
(Rahayu, 1998). Data yang diperoleh, ditabulasikan dan dianalisis
dengan analisis statistik non-parametik Friedman.
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Model rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan menggunakan empat taraf yaitu konsentrasi effervescent mix (40%,
45%, 50% dan 55%). Masing-masing taraf terdiri dari 2 kali ulangan.
Model matematik :
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij : variable yang akan dianalisis
i : 1,2,….k
j : 1,2,….n
µ : rataan umum
αi : efek blok ke-i
τi : efek perlakuan ke-i
εij : error blok ke-i, perlakuan ke-j
20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS MUTU BAHAN
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang digunakan adalah
semua daun yang terdapat dalam satu pohon dan yang berwarna hijau. Daun
belimbing wuluh dideterminasi dari Sukabumi. Tampilan daun belimbing
wuluh dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Daun dipisahkan dari tangkainya dan dikeringkan kemudian digiling
halus sambil diayak dengan ayakan 50 mesh. Proses penggilingan daun dapat
mempengaruhi ekstraksi. Menurut Ketaren dan Suastawa (1994), daya
ekstraksi akan semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan,
karena kontak antara bahan dan pelarut merupakan proses osmosis yang
berjalan lambat. Bubuk daun yang dihasilkan dianalisis komposisi kimianya
(proksimat analisis). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5. dan tampilan
bubuk daun dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bubuk daun belimbing wuluh
21
Tabel 6. Hasil analisis proksimat daun belimbing wuluh. Karakteristik Daun Depkes (1989)
Rendemen, % 64.26 - Kadar air, % 8.80 - Kadar abu, % 7.86 Maks, 7.5 Kadar abu tak larut asam, % 0.35 Maks, 1 Kadar sari larut dalam air, % 18.17 Min, 18 Kadar sari larut dalam alkohol, % 15.90 Min, 11 Lemak, % 1.72 - Protein, % 9.57 - Karbohidrat, % 72.05 -
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa rendemen yang dihasilkan dari
daun kering menjadi bubuk kering sebesar 64.26%. Kadar air yang terkandung
dalam bahan cukup rendah yaitu sebesar 8.8%. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika disimpan karena adanya
pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan. Batas kadar
air minimal dimana mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15% (Fardiaz, et
al, 1992). Penurunan kadar air sampai mencapai 8.8% melalui proses
pengeringan yang memakan waktu relatif lama.
Hasil analisis kadar abu yang diperoleh sebesar 7.86%. Nilai tersebut
diatas standar yang ditentukan yaitu tidak lebih dari 7.5%. Kadar abu yang
tinggi dapat disebabkan oleh tingginya kandungan mineral pada bahan yang
dapat dipengaruhi pada lahan tanam atau proses pemupukan selama tanam.
Komponen-komponen yang terdapat dalam abu (senyawa anorganik) alami
adalah silikat, kalium, natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi dan lain-
lain. Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan
anorganik yang terdapat dalam bahan (Apriyantono, et al, 1989).
Pengujian kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk melihat adanya
kandungan mineral yang tidak larut asam (HCl). Dari hasil pengujian
diketahui bahwa kadar abu tidak larut asam dalam bahan sesuai dengan
kriteria mutu (tidak lebih dari 1%) yaitu sebesar 0.35%. Nilai kadar abu tidak
larut asam sesuai dengan kriteria mutu yang dapat disebabkan oleh pencucian
air panas secara berulang-ulang sampai jernih sehingga menyebabkan
kandungan mineral dalam bahan berkurang.
22
Hasil pengujian kadar sari yang larut dalam air sebesar 18.17%, dan nilai
tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan yaitu tidak kurang dari
18%. Pada pengujian kasar sari yang larut etanol didapatkan nilai sebesar
15.9%. Nilai tersebut juga sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan yaitu
tidak kurang dari 11%. Nilai kadar sari larut air yang lebih besar menunjukkan
zat-zat yang berkhasiat yang ada dalam daun belimbing wuluh dapat larut
lebih baik dalam air dibandingkan dengan etanol. Kadar sari yang larut dalam
air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam
pelarut yang digunakan. Semakin tinggi kadar yang dihasilkan berarti semakin
tinggi kandungan zat berkhasiatnya (Gaman dan Sherington, 1992).
Kadar lemak yang terdapat dalam daun belimbing wuluh tergolong
cukup rendah yaitu sebesar 1.72%. Lemak atau minyak merupakan zat
makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Minyak nabati
mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat dan
arakhidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol dan minyak juga pelarut vitamin A, D, E dan K
(Tejasari, 2003).
Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar protein yang dihasilkan
adalah sebesar 9.57%. Protein merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai zat
pembangun, zat pengatur dan penghasil kalori. Protein adalah kombinasi dari
jumlah dan jenis asam amino. Kadar karbohidrat daun belimbing wuluh cukup
tinggi yaitu sebesar 72.05%. Karbohidrat adalah kelompok nutrien yang
penting dalam susunan makanan sebagai sumber energi yang mengandung
unsur karbon, hidrogen dan oksigen (Gaman dan Sheringgton, 1992).
B. PEMBUATAN EKSTRAK KERING
Pembuatan ekstrak kering dimulai dari proses ekstraksi yang
menghasilkan ekstrak kental. Tampilan ekstrak kental daun belimbing wuluh
disajikan pada Gambar 6.
23
Gambar 6. Ekstrak kental daun belimbing wuluh
Ekstrak kental yang dihasilkan terlebih dahulu dilakukan pengujian
antihipertensi terhadap hewan uji dengan metode berdarah (Djatmiko, 2001).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing
wuluh (dosis 30 mg/kg BB) dapat menurunkan tekanan darah (Hernani, et al,
2006). Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi disajikan
pada Lampiran 3.
Ekstrak kental dikeringkan dengan menggunakan pengering semprot
(spray dryer) dengan penambahan bahan pengisi (maltodekstrin) menjadi
ekstrak kering. Suhu yang digunakan pada pengering semprot adalah suhu
inlet 180oC dan suhu outlet 112oC (trial and error). Pada kombinasi kedua
suhu ini, serbuk yang dihasilkan berwarna coklat tua dan tidak terlalu lengket.
Jika suhu inlet yang dipakai lebih rendah dari suhu tersebut, ekstrak yang
dihasilkan banyak yang lengket dalam alat sehingga dapat mengurangi
rendemen. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing
wuluh dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rendemen dan karakteristik fisik ekstrak kering daun belimbing wuluh
Penambahan Maltodekstrin
Rendemen (%)
Karakteristik fisik
0% 11.27 warna coklat kehitaman, lengket 5% 37.83 warna hijau tua, tidak terlalu lengket 10% 37.90 warna hijau tua, tidak terlalu lengket
Berdasarkan hasil pengujian, karakteristik ekstrak kering tanpa
penambahan bahan pengisi adalah berwarna coklat dan lengket dalam alat
sehingga mengurangi rendemen. Penggunaan bahan pengisi 5% dan 10% tidak
24
berbeda dilihat dari penampakan warna tetapi rendemen yang dihasilkan lebih
banyak yang menggunakan bahan pengisi 10% sehingga konsentrasi ini (10%)
yang dipilih untuk formulasi dalam pembuatan sediaan effervescent. Hal ini
didasarkan pada keringnya serbuk yang dihasilkan sehingga akan
mempermudah pencampuran dan rendemen yang dihasilkan lebih banyak.
Tampilan ekstrak kering disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Ekstrak kering hasil pengering semprot
C. PENGUJIAN TABLET EFFERVESCENT
1. Analisis Granul
Secara visual granul tablet effervescent disajikan pada Gambar 8.
Analisis granul dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya granul sebelum
dikempa dengan alat cetak.
Gambar 8. Contoh granul effervescent
Granul yang baik adalah granul yang seragam ukurannya dan
berbentuk granulat. Pada Gambar 8. menunjukkan bahwa granul yang
dihasilkan seragam ukurannya dan berbentuk granulat tetapi warna granul
masih kurang seragam. Granul yang seragam menunjukkan sifat alir yang
sesuai dengan kriteria Wells (1987). Keseragaman granul akan
meningkatkan laju alir dan kompresibilitas saat dilakukan evaluasi granul.
25
a. Waktu alir
Pada penentuan waktu alir yang diukur adalah waktu yang
diperlukan oleh sejumlah granul untuk mengalir melalui corong. Hasil
pengujian waktu alir dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 8. Hasil pengujian waktu alir granul Konsentrasi effervescent mix Waktu alir (g/dtk)
40 % 6.66a 45 % 6.63a 50 % 6.54a 55 % 7.13a
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).
Dari hasil pengujian diketahui bahwa waktu alir granul berkisar
dari 6.54 - 7.13 g/dtk. Hasil tersebut memenuhi syarat granul yang
ditentukan oleh Wells (1987) yaitu kurang dari 10 g/dtk. Analisis
ragam (Lampiran 4a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap waktu alir (p >
0.05).
Waktu alir yang pendek akan mempermudah proses transportasi
bahan terhadap alat cetak. Kesempurnaan aliran akan menghasilkan
bentuk dan bobot yang seragam dari tablet (Lachman, et al, 1989).
Perbedaan laju alir granul effervescent dipengaruhi oleh keseragaman
bentuk granul. Pencampuran bahan-bahan yang dilakukan secara
homogen akan memberikan bentuk granul yang seragam. Selain itu
pengayakan dua kali membantu memudahkan pembentukan campuran
yang homogen. Semakin seragam bentuk granul maka akan semakin
cepat waktu yang dibutuhkan granul ketika melewati corong alat
flowmeter (Meirina, 2006).
b. Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk
atau granul dituang dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul (Lieberman,
26
et al, 1989). Sudut diam diperoleh dengan cara mengukur diameter dan
tinggi tumpukan kerucut. Hasil pengujian sudut diam granul disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil pengujian sudut diam granul Konsentrasi effervescent mix Sudut Diam (o)
40% 25.36a 45% 25.80a 50% 26.45a 55% 27.09a
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).
Dari hasil pengujian diketahui bahwa sudut diam yang dibentuk
oleh granul berkisar 25.36o - 27.09o. Nilai ini termasuk dalam kriteria
baik (Tabel 2). Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4b) diketahui
bahwa variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh nyata
terhadap sudut diam (p > 0.05). Hal ini dapat disebabkan karena waktu
alir yang diperoleh juga hampir sama pada masing-masing perlakuan.
Sudut diam dan waktu alir saling berhubungan.
c. Kompresibilitas granul
Kompresibilitas menunjukkan penurunan volume granul akibat
ketukan atau getaran. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah bentuk,
kerapatan dan ukuran partikel (Fudholi, 1983). Hasil pengujian
kompresibilitas granul disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil pengujian kompresibilitas granul Konsentrasi effervescent mix Kompresibilitas Granul (%)
40% 11.34a 45% 13.84a 50% 11.11a 55% 13.73a
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (p<0,05).
Nilai kompresibilitas granul berkisar dari 11.11 - 13.84%.
Kompresibilitas ini termasuk ketentuan kriteria baik (Tabel 3).
Analisis ragam (Lampiran 4c) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
27
effervescent mix tidak berpengaruh nyata terhadap kompresibilitas
granul (p > 0.05).
Nilai kompresibilitas yang berbeda dapat disebabkan adanya
larutan pengikat PVP yang mempunyai sifat dapat mempertahankan
kestabilan dan kekompakan granul. Larutan pengikat pada jumlah
yang sama pada keempat perlakuan yang berbeda memberikan indek
kompresibilitas yang sama. Kompresibilitas yang jelek akan
berpengaruh pada saat pencetakan tablet, tablet akan kurang kompak
pada saat dicetak (Hasanah, 2006).
2. Analisis Tablet Effervescent
Granul yang telah homogen langsung dicetak sesuai dengan ukuran
dan bentuk yang diinginkan. Tablet yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Tablet effervescent masing-masing formulasi
a. Nilai pH
Makanan yang mempunyai pH rendah biasanya tidak dapat
ditumbuhi bakteri, tetapi dapat menjadi rusak karena pertumbuhan
khamir dan kapang. Dari hasil pengujian, pH tablet effervescent
berkisar dari 4.55 - 5.20.
Analisis ragam (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH (p <
28
0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5b), dapat diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka semakin tinggi nilai
pH tablet effervescent. Nilai pH pada konsentrasi 40% berbeda nyata
dengan konsentrasi 45%, 50% dan 55%.
Nilai pH tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent mix
55% sebesar 5.20 dan nilai pH yang terendah terdapat pada konsentrasi
effervescent mix 40% sebesar 4.55. Nilai pH tersebut masih sesuai
dengan pH kontrol yaitu sebesar 4.5. Grafik pengujian nilai pH tablet
effervescent disajikan pada Gambar 10.
5.20d
5.00c
4.75b
4.55a
4.20
4.40
4.60
4.80
5.00
5.20
5.40
40 45 50 55
Konsentrasi effervescent mix (%)
Nila
i pH
Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Gambar 10. Grafik pengujian nilai pH tablet effervescent
Kenaikan pH dapat disebabkan oleh pemakaian kalium
bikarbonat yang terurai menjadi K+ bebas. Ion tersebut berikatan
dengan asam organik dan membentuk garam sehingga aktivitas ion
H+nya pada asam organik hilang. Hilangnya aktivitas ion H+ dalam
larutan menyebabkan aktivitas ion OH- yang lebih dominan sehingga
produk bersifat basa (Dede, 2005). Oleh karena itu makanan yang
mempunyai pH yang relatif rendah lebih tahan selama penyimpanan
dibanding dengan makanan yang mempunyai pH netral atau mendekati
netral (Fardiaz, 1989).
29
b. Kadar air
Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang penting
bagi produk kering karena akan menentukan daya tahan dan daya
simpan produk. Dari hasil pengujian diketahui bahwa kadar air dari
tablet berkisar antara 1.38 - 2.01%.
Analisis ragam (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata pada kadar air (p <
0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 6b) menunjukkan bahwa
konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.
Semakin tinggi konsentrasi effervescent mix semakin tinggi pula
kadar airnya. Nilai kadar air ini masih di bawah kontrol (5.20%), tetapi
bukan berarti nilai kadar air kontrol tinggi. Hal ini dapat disebabkan
karena terlalu lama tablet berhubungan dengan udara sekitar sehingga
cepat meresap dalam tablet. Kadar air tertinggi terdapat pada
konsentrasi effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada
konsentrasi effervescent mix 40%. Grafik pengujian kadar air tablet
effervescent disajikan pada Gambar 11.
2.01b
1.63ab
1.57ab
1.38a
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2.20
40 45 50 55
Konsentrasi effervescent mix (%)
Kad
ar A
ir (%
)
Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Gambar 11. Grafik pengujian kadar air tablet effervescent
Air dapat menyebabkan sistem effervescent menjadi tidak stabil.
Kehadiran air dalam jumlah banyak dapat mengaktifkan sistem
effervescent dan dapat bereaksi sebelum waktunya (Lieberman, et al,
1989). Senyawa dalam bentuk granul atau serbuk akan berubah
30
menjadi ion-ion dengan adanya air sehingga mudah bereaksi. Air
menyebabkan tablet menjadi mengembang dan lembek. Menurut
Lieberman, et al (1989), tablet effervescent bersifat mudah menyerap
air dan akan menyerap cukup air sehingga memicu kerusakan jika
tidak dikemas dengan benar.
c. Kadar abu
Sebagian besar bahan makanan yaitu sekitar 90% terdiri dari
bahan organik dan air. Sisanya terdiri atas unsur mineral (zat
anorganik). Pada proses pembakaran, bahan organik terbakar tetapi zat
anorganiknya tidak terbakar, oleh karena itu disebut abu. Kadar abu
suatu bahan makanan menggambarkan banyaknya mineral yang
terbakar menjadi zat yang tidak dapat menguap. Dari hasil pengujian
dapat diketahui bahwa kadar abu tablet effervescent berkisar antara
21.64 - 23.89%.
Analisis ragam (Lampiran 7a) diketahui bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai kadar
abu. Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 7b) menunjukkan bahwa
konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan
konsentrasi 55.
Kadar abu tablet effevescent tertinggi terdapat pada konsentrasi
effervescent mix 55% dan kadar air terendah terdapat pada konsentrasi
effervescent mix 40%. Nilai kadar abu tersebut masih sesuai dengan
kontrol yaitu 27.10%. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent
disajikan pada Gambar 12.
31
21.64a
23.25ab23.48b
23.89b
21.00
21.50
22.00
22.50
23.00
23.50
24.00
40 45 50 55
Konsentrasi effervescent mix (%)K
adar
Abu
(%)
Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Gambar 12. Grafik pengujian kadar abu tablet effervescent
Kadar abu semakin tinggi dengan semakin tinggi konsentrasi
effervescent mix. Kenaikan kadar abu dapat disebabkan oleh
kandungan mineral dalam tablet. Mineral yang ada dalam tablet
effervescent dapat berasal dari ekstrak daun belimbing wuluh maupun
dari bahan baku kalium bikarbonat. Semakin tinggi konsentrasi kalium
bikarbonat maka jumlah kalium akan semakin besar (Khairani, 2002).
Semakin besar kadar abu suatu bahan makanan maka semakin tinggi
mineral yang terkandung didalamnya (Winarno, 1992).
d. Diameter dan tebal tablet
Hasil pengukuran diameter dan tebal tablet disajikan pada Tabel
11. Alat untuk mengukur diameter dan tebal tablet adalah jangka
sorong.
Tabel 11. Hasil pengujian diameter dan tebal tablet effervescent Konsentrasi effervescent mix Diameter (cm) Tebal (cm)
40% 0.70a 2.79a 45% 0.69b 2.81a 50% 0.65b 2.81b 55% 0.70c 2.84a
Keterangan : superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
32
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa diameter tablet
effervescent berkisar 2.79 - 2.84 cm. Nilai tersebut masih sesuai
dengan kontrol yang memiliki diameter tablet sebesar 2.53 cm.
Analisis ragam (Lampiran 8a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
effervescent mix berpengaruh nyata terhadap diameter tablet (p < 0.05).
Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 8b), diperoleh hasil bahwa
diameter tablet pada konsentrasi 40% berbeda nyata dengan semua
variasi konsentrasi effervescent mix, konsentrasi 45% tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 50% dan konsentrasi 55% berbeda nyata
dengan semua konsentrasi effervescent mix. Hal ini dapat disebabkan
karena pengolesan Mg-stearat pada bagian dalam cetakan yang
dilakukan dengan tangan.
Tebal tablet effervescent yang diperoleh dari hasil pengujian
berkisar 0.65 - 0.70 cm. Nilai tersebut masih sesuai dengan kontrol
yaitu 0.66 cm. Analisis ragam (Lampiran 9a) menunjukkan bahwa
variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap tebal
tablet (p < 0.05). Dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 9b) diperoleh
hasil bahwa konsentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi 40%,
45% dan 55%. Ketebalan tablet dipengaruhi tekanan pada saat
mencetak tablet. Alat yang digunakan untuk mencetak tablet dibantu
dengan tekanan tangan. Perbedaan diameter dan tebal tablet yang
dihasilkan apabila dilihat dari segi fisik atau secara kasat mata tidak
terlalu berpengaruh terhadap bentuk tablet.
e. Kekerasan
Kekerasan bahan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap
deformasi. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu dan umur bahan.
Hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan melarut obat
sangat dekat. Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai kekerasan
tablet berkisar 0.06 - 0.16/g.mm.dtk.
Analisis ragam (Lampiran 10a) menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai
33
kekerasan. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 10b) dapat
diketahui bahwa konsentrasi 55% berbeda nyata dengan konsentrasi
40%, 45% dan 50%.
Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada konsentrasi effervescent
mix 55% dan nilai kekerasan terendah terdapat pada konsentrasi
effervescent mix 40%. Nilai tersebut di atas standar kontrol yaitu
sebesar 0 (keras). Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent
disajikan pada Gambar 13.
0.16b
0.10a
0.08a
0.06a
0.02
0.06
0.10
0.14
0.18
40 45 50 55
Konsentrasi effervescent mix (%)
Kek
eras
an (/
g.m
m.d
tk)
Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Gambar 13. Grafik pengujian kekerasan tablet effervescent
Perbedaan kekerasan dapat disebabkan karena perbedaan tekanan
pada saat pencetakan tablet. Tablet effervescent daun belimbing wuluh
dibuat dengan menggunakan cetakan manual yang ditekan dengan
tangan sebanyak 10 kali untuk masing-masing tablet. Semakin tinggi
konsentrasi effervescent mix, semakin lunak tablet yang dihasilkan.
Tablet effervescent yang dihasilkan harus memiliki nilai kekerasan
yang minimal agar dapat meningkatkan kecepatan melarut tablet (Said,
2005). Perbedaan nilai kekerasan tablet juga dapat disebabkan karena
semakin tinggi konsentrasi effervescent mix maka air yang terserap
oleh tablet juga semakin banyak sehingga tablet menjadi lunak.
34
f. Waktu larut
Waktu larut menunjukkan banyaknya waktu yang dibutuhkan
oleh tablet dalam suatu ukuran saji (serving size) untuk dapat larut
sempurna dalam volume tertentu air. Waktu larut tablet effervescent
berkisar 4 - 5 menit.
Analisis ragam (Lampiran 11a) menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap daya larut
tablet effervescent. Pada uji lanjut Duncan (Lampiran 11b), diperoleh
hasil bahwa konsentrasi 40% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.
Pada konsentrasi effervescent mix 40% memiliki waktu larut
tercepat dan waktu larut terlama terdapat pada konsentrasi effervescent
mix 55%. Waktu larut yang diperoleh termasuk lambat dibanding
dengan kontrol (2.24 menit). Hasil pengujian waktu larut tablet
effervescent disajikan pada Gambar 14.
3.93a
4.26ab 4.32ab
4.75b
3.50
4.00
4.50
5.00
40 45 50 55
Konsentrasi effervescent mix (%)
Wak
tu L
arut
(men
it)
Keterangan : superskrip yang berbeda pada grafik menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05).
Gambar 14. Hasil pengujian waktu larut tablet effervescent
Waktu larut yang lambat dapat disebabkan pada saat
penambahan cairan pengikat selama proses granulasi telah terjadi
reaksi karbonasi sehingga menyebabkan daya effervescing berkurang.
Kelembaban udara disekitar tablet setelah dibuka kemasannya saat
diuji juga akan menyebabkan menurunnya kualitas yang cepat dari
produk terutama daya larut tersebut. Kekerasan tablet juga
berpengaruh terhadap kekerasan, semakin lunak tablet yang dihasilkan
35
maka akan semakin lama daya larutnya. Perbedaan waktu larut tablet
effervescent dapat disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi
effervescent mix maka menyebabkan semakin banyak air yang terserap
oleh tablet sehingga waktu larutnya menjadi lambat.
g. Warna
Secara kuantitatif, pengukuran warna tablet effervescent dengan
menggunakan colorimeter dapat dilihat pada Tabel 12. Pengujian
warna kromatik bertujuan untuk mengetahui warna sampel secara
teoritis. Nilai L menyatakan parameter kecerahan yang memiliki nilai
0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a menyatakan campuran warna
merah sampai hijau dengan nilai +a (0 sampai +100) untuk warna
merah dan nilai –a (0 sampai -100) untuk warna hijau. Nilai +100)
untuk warna kuning dan b negatif (0 sampai -100) untuk warna biru.
Tabel 12. Hasil pengujian warna (colorimeter) Konsentrasi
effervescent mix Warna oHue
L a b 40% 64.61 13.25 69.61 79.03 45% 66.07 12.50 74.79 80.51 50% 63.43 13.42 81.09 80.61 55% 61.97 14.54 83.77 80.16
Nilai L dari hasil pengukuran berkisar antara 61.97-66.07. Hasil
ini menunjukkan bahwa kecerahan warna tablet effervescent semakin
rendah dengan semakin tingginya konsentrasi effervescent mix. Dari
hasil pengukuran, nilai a yang diperoleh berkisar 12.50-14.54.
Peningkatan konsentrasi effervescent mix memberikan nilai a yang
semakin besar. Nilai a yang positif ini menunjukkan bahwa warna
tablet didominasi warna merah. Nilai b yang didapatkan dari hasil
pengukuran berkisar antara 69.61-83.77. Nilai b semakin besar dengan
meningkatnya konsentrasi effervescent mix. Nilai b positif
menunjukkan bahwa warna tablet didominasi warna kuning. Nilai oHue tablet effervescent berkisar 79.03-80.61 yang menghasilkan
warna yellow red (Tabel 4). Nilai oHue didefinisikan sebagai warna
36
yang terlihat baik yang terdiri dari satu warna maupun campuran
warna. Berdasarkan penampakan tablet (Gambar 10) juga dapat
diketahui bahwa tablet effervescent yang dihasilkan didominasi oleh
warna kuning.
3. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik (kesukaan) pada
tablet effervescent dengan perbedaan konsentrasi effervescent mix. Uji
organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan kesukaan panelis
terhadap penampakan umum tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet
effervescent. Format penilaian uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran
12.
a. Penampakan tablet
Penampakan umum tablet didasarkan pada semua permukaan
tablet baik bentuk maupun teksturnya. Rekapitulasi nilai kesukaan
terhadap penampakan umum tablet disajikan pada Lampiran 13.
Analisis statistik non-parametrik Friedman (Lampiran 14a),
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh
nyata terhadap penampakan tablet (p < 0.05).
Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 14b) menunjukkan
bahwa konsentrasi effervescent mix 40% mendapatkan nilai kesukaan
tertinggi (sangat suka) sedangkan konsentrasi 55% mendapatkan nilai
kesukaan terendah. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan
tablet disajikan pada Gambar 15.
37
0%
20%
40%
60%
80%
100%
40% 45% 50% 55%
Konsentrasi effervescent mixFr
ekue
nsi K
esuk
aan 7
6
5
4
3
2
1
Skala kesukaan: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5
= agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.
Gambar 15. Histogram uji kesukaan terhadap penampakan tablet effervescent
Perbedaan kesukaan terhadap penampakan tablet dapat
disebabkan panelis lebih suka dengan tablet yang halus permukaan dan
warnanya seragam. Penampakan tablet yang dihasilkan memiliki
warna yang kurang seragam dan teksturnya kurang padat. Oleh karena
itu, panelis lebih menyukai tablet pada konsentrasi effervescent mix
40% karena tablet yang dihasilkan memiliki warna yang seragam dan
permukaan yang halus.
b. Warna
Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena
warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan
produk secara visual. Rekapitulasi nilai kesukaan terhadap warna
tablet dapat dilihat pada Lampiran 15. Analisis statistik non-parametrik
Friedman (Lampiran 16a) terhadap warna seduhan tablet effervescent
menunjukkan variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata
terhadap skor warna (p < 0,05).
Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 16b) menunjukkan
bahwa konsentrasi 40% mendapatkan nilai kesukaan warna yang
tertinggi (sangat suka) sedangkan tablet dengan konsentrasi 50%
mendapatkan nilai kesukaan warna terendah. Histogram uji kesukaan
terhadap warna seduhan tablet effervescent disajikan pada Gambar 16.
38
0%
20%
40%
60%
80%
100%
40% 45% 50% 55%
Konsentrasi effervescent mixFr
ekue
nsi K
esuk
aan
7
6
5
4
3
2
Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,
5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.
Gambar 16. Histogram uji kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent
Warna tablet effervescent dipengaruhi oleh bahan baku terutama
ekstrak yang mendominasi warna kuning. Warna merupakan ciri-ciri
bahan yang dapat dikenali melalui indera penglihatan. Warna bahan
tergantung pada pencampuran bahan tersebut. Selain itu juga
tergantung pada kemampuan dari bahan tersebut untuk memantulkan,
menyebarkan, menyerap dan meneruskan sinar tampak (Soekarto,
1981).
c. Aroma
Aroma suatu produk dapat dinilai dengan cara mencium bau
yang dihasilkan dari produk tersebut. Pembauan merupakan penilaian
mutu produk pangan dalam jarak jauh atau disebut juga penciuman
jarak jauh karena manusia dapat mengetahui enak atau tidaknya suatu
produk pangan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya
dari jarak jauh (Soekarto, 1981). Aroma yang digunakan adalah aroma
minuman (tablet yang sudah dilarutkan dalam air). Rekapitulasi nilai
kesukaan disajikan pada Lampiran 17. Analisis statistik non-
parametrik Friedman (Lampiran 18a) menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata terhadap skor aroma (p
< 0.05).
39
Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 18b) menunjukkan
bahwa konsentrasi 50% mendapatkan nilai kesukaan tertinggi (suka)
dan konsentrasi 45% mendapatkan nilai kesukaan terendah. Histogram
uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent disajikan pada
Gambar 17.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
40% 45% 50% 55%
Konsentrasi effervescent mix
Frek
uens
i Kes
ukaa
n 65
43
21
Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,
5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.
Gambar 17. Histogram uji kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent
Aroma yang terdapat pada tablet effervescent dapat berasal dari
aroma yang dihasilkan oleh ekstrak daun belimbing. Asam yang
digunakan dalam bahan baku tablet effervescent juga dapat
mempengaruhi aroma seperti asam dalam tablet.
d. Rasa
Rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan kimiawi oleh indera
pencicip. Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak
suatu produk pangan. Rasa adalah komponen terakhir dalam
menentukan enak atau tidaknya suatu produk. Rekapitulasi nilai
kesukaan terhadap skor rasa tablet effervescent dapat dilihat pada
Lampiran 19. Analisis statistik non-parametrik Friedman (Lampiran
20a) menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix
berpengaruh terhadap skor rasa (p < 0,05).
40
Analisis frekuensi kesukaan (Lampiran 20b) menunjukkan
konsentrasi 40% dan 50% mendapatkan nilai kesukaan yang tertinggi
(suka) sedangkan konsentrasi 45% mendapatkan nilai kesukaan yang
terendah. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet
effervescent disajikan pada Gambar 18.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
40% 45% 50% 55%
Konsentrasi effervescent mix
Frek
uens
i Kes
ukaa
n 6
5
4
3
2
1
Skala kesukaan : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral,
5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.
Gambar 18. Histogram uji kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent
Rasa yang dihasilkan dari tablet effervescent ini adalah rasa agak
asam. Dari hasil uji kesukaan dapat dilihat bahwa panelis banyak yang
lebih suka dengan rasa asam yang tidak kuat. Rasa asam berasal dari
campuran asam sitrat dan asam tartarat. Rasa asam merupakan ciri
khas dari minuman bersoda karena adanya asam bereaksi dengan
karbonat untuk membentuk CO2 (Rohdiana, 2002).
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan
menggunakan metode granulasi basah. Pada pengujian granul effervescent
diperoleh hasil bahwa variasi konsentrasi effervescent mix tidak berpengaruh
nyata terhadap waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas granul (6.54-7.13
g/dtk, 25.36-27.09o, 11.11-13.73%). Hasil pengujian granul effervescent sesuai
dengan kriteria baik.
Pengujian tablet effervescent menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
effervescent mix berpengaruh nyata terhadap nilai pH, kadar air, kadar abu,
diameter dan tebal tablet, kekerasan tablet dan waktu larut. Karakteristik tablet
effervescent yang dihasilkan, memiliki nilai pH sebesar 4.55-5.20, kadar air
sebesar 1.38-2.01% dan kadar abu sebesar 21.64-23.89%. Waktu larut tablet
effervescent sekitar 3.93-4.75 menit, kekerasan tablet berkisar 0.06-
0.16/g.mm.dtk serta diameter dan tebal tablet sebesar 2.79-2.84 cm dan 0.65-
0.70 cm. Berdasarkan oHue, tablet effervescent mempunyai warna yellow red
(79.03-80.61o).
Hasil analisis statistik non-parametrik Friedman untuk uji organoleptik
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi effervescent mix berpengaruh nyata
terhadap penampakan tablet, warna, aroma dan rasa seduhan tablet
effervescent. Hasil uji organoleptik tablet effervescent yang paling disukai oleh
konsumen berdasarkan penampakan tablet, warna dan rasa adalah tablet
effervescent dengan konsentrasi effervescent mix 40%.
Berdasarkan karakteristik fisik dan sifat organoleptik, formulasi terbaik
tablet effervescent ekstrak daun belimbing wuluh adalah tablet effervescent
dengan konsentrasi effervescent mix 40% (perbandingan asam sitrat : asam
tartarat : kalium bikarbonat adalah 18: 28: 54).
42
B. SARAN
Perlu dilakukan pengujian mengenai pengaruh tekanan yang digunakan
untuk mencetak tablet. Waktu larut yang lambat dapat dikurangi dengan
memenuhi persyaratan dalam proses pembuatan tablet yang dilakukan dalam
ruangan dengan RH dan suhu yang rendah. Tablet ini dibuat sebagai alternatif
obat hipertensi sehingga perlu dilakukan pengujian hipertensi terhadap tablet
effervescent yang telah dibuat dengan metode oral terhadap hewan uji tikus
(mencit).
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Belimbing Wuluh. http://www.idionline.org/05_infodk_obattrad2.htm (November, 2006).
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan : Farida
Ibrahim. Edisi IV. UI Press. Jakarta. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari dan S. Budiyanto. 1989. Analisis
Pangan. IPB Press. Bogor. Arland. 2006. Iptek obat : Belimbing wuluh. Sumber data : Bppt.
http://groups.google.co.id/group/keluarga-islam/browse_thread/thread/1a74de2730058a4f/53fcadad5f6391fc%2353fcadad5f6391fc ( 19 Agustus, 2006).
Banker, G. S. Dan N. R. Anderson. 1994. Tablet didalam L. Lachman, H.A.
Lieberman, and J.L. Kanig. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan : Siti Suyatmi. Jilid II. Edisi 3. UI Press. Jakarta.
Cyntia, R. 2006. Pemisahan komponen kimia ekstrak daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.). Laporan Magang. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Dede, Y. 2005. Studi kasus fisika pangan pembuatan tablet effervescenti sari buah
tomat. Skripsi. FMIPA. IPB. Bogor. Depkes, RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Djatmiko, M., D. Suhardjono dan A. E. Nugroho. 2001. Uji praklinik efek
farmakologi dan kisaran dosis jamu Tensigard sebagai obat anti hipertensi. Majalah Farmasi Indonesia. 12 (1) : 38-49.
Fardiaz, S. 1989. Praktek Mikrobiologi Pangan. Lembaga Sumberdaya Informasi.
IPB. Bogor. Fassihi, G. S. dan Anderson N. R. 1986. Effect of compresibility and powder flow
properties on tablet weight variation. Drug Development and Industry Pharmacy. 2nd Edition. Marcel Dekker Inc. New York.
Febriyanti. 2003. Formulasi minuman instan markisa (Passiflora edulis f.edulis
Sims.)-terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendt.) effervescen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
44
Forum Komunikasi Fakultas Pertanian UGM. Tanaman obat keluarga : Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). http://www.ihc-online.info/index2.php?option=content&do_pdf=1&id=62#search=%22kalium%20belimbing%20wuluh%22, (17 April 2006).
Fudholi, A. 1983. Teknologi dan formulasi sediaan obat bahan alam dan
permasalahannya. Pharmacon : Jurnal Farmasi Indonesia 2(1). Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Gaman, P. M. dan K. B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Terjemahan : I. Setiawan. EGC, Jakarta. Hasanah, F. 2006. Formulasi granul effervescent berbahan baku yoghurt probiotik
bubuk dengan metode granulasi basah. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fapet, IPB. Bogor.
Hernani, T. Marwati dan C. Winarti. 2005. Teknologi pemanfaatan tanaman obat
untuk bahan baku industri biofarmaka. Laporan akhir kegiatan penelitian. Balai Besar Penelitian dan pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor.
Hernani, T. Marwati dan C. Winarti. 2006. Teknologi pemanfaatan tanaman obat
untuk bahan baku industri biofarmaka. Laporan akhir kegiatan penelitian. Balai Besar Penelitian dan pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor.
Huntching, J. B. 1999. Food Color and Apperance. Aspen Publishing Inc.
Gaitersburg Mary Land. Hutahean, R. E. 2003. Pengaruh ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) terhadap tekanan darah dan frekuensi denyut jantung Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. Skripsi. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB. Bandung.
Juniawan, H. 2004. Formulasi tablet effervescent ekstrak kencur (Kaempferia
galanga L.) dengan variasi jumalh asam sitrat – asam tartarat. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Khairani, N. 2002. Pembuatan ganoderma effervescent. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Ketaren, S. Dan Suastawa I. G. M. 1994. Pengaruh Tingkat Mutu Buah Panili
(Vanilla planifolia A.) dan Nisbah Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin yang Dihasilkan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Vol 5(3). Fateta. IPB. Bogor.
45
Lachman L., H. A. Lieberman, and J. L. Kanig. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan : Siti Suyatmi. Jilid II. Edisi 3. UI Press. Jakarta.
Lieberman, H. A., L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage
Forms : Tablet. Volume I. Second Edition : Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York.
Lieberman, H. A., L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1990. Pharmaceutical Dosage
Forms : Tablet. Volume II. Second Edition : Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York.
Meirina, R. 2006. Pembuatan granul effervescent susu kambing dengan metode
granulasi basah. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fapet, IPB. Bogor.
Mohrle, R. 1989. Effervescent Tablet, in H. A. Lieberman, L. Lachman, and J. B.
Schwartz. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet. Volume I. Second Edition : Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi.
Edisi V. Terjemahan : W. B. Widianto dan A. S. Setiadi. Penerbit ITB. Bandung.
Rahayu, W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Rohdiana, D. 2002. Mengenali teknologi tablet effervescent. http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0403/10/cakrawala/lainnya2.htm. Said, N. 2005. Pembuatan tablet effervescent susu kambing dengan metode
granulasi basah. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. Soekarto, S. T. 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan, IPB. Bogor. Tara, E. dan E. Soetrisno. 2004. Buku pintar Terapi Hipertensi. Restu Agung dan
Taramedia, Jakarta. Tejasari. 2003. Nilai Gizi Pangan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. The Joint National Committe. 1992. Didalam Farmakologi dan Terapi. S. G.
Ganiswarna. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Terjemahan :
Soewandi N. Cetakan ke-2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Wells, J. I. 1987. Pharmaceutical preformulation : the phsicochemical properties
of drug substance. John Wiley and Sons, New York.
46
Wijayakusuma, H. dan S. Dalimartha. 2000. Ramuan Tradisional Untuk
Pengobatan Darah Tinggi. Cetakan 6. Penebar Swadaya, Jakarta. Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. Winarno, F. G. dan T. S. Rahayu. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Winarti, C dan T. Marwati. 2006. Beberapa penelitian tanaman obat yang
berkhasiat anti hipertensi. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kelompok Kerja Tanaman Obat Indonesia XXIX tanggal 24-25 Mei 2006 di UNS, Solo.
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Analisis proksimat daun belimbing wuluh
1. Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara jumlah bubuk setelah
digiling dengan jumlah daun belimbing kering.
jumlah bubuk kering daun (g) Rendemen = x 100% jumlah daun belimbing wuluh kering (g)
2. Kadar Air (Voight, 1994)
Sebanyak 5 g bahan dimasukkan ke dalam labu asah 250 ml kemudian
ditambahkan 200 ml toluen. labu suling dipanaskan perlahan-lahan sampai
toluen mendidih. Jika jumlah air tidak bertambah lagi, penyulingan
dilanjutkan selama 15 menit. Selanjutnya penyulingan dihentikan dan alat
dibiarkan dingin. Jika air dan toluen telah terpisah secara sempurna, volume
dan persentase air dalam bahan dihitung.
3. Kadar Abu (Depkes, 1989)
Bahan sebanyak 2 g atau 3 g yang telah digerus dan ditimbang,
dimasukkan dalam cawan porselin yang telah dipijarkan dan ditera kemudian
diratakan. Zat kemudian dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis
kemudian didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat
dihilangkan, maka ditambahkan air panas dan disaring melalui kertas saring
bebas abu. Sisa zat dan kertas saring dipijarkan kembali dalam cawan yang
sama. Filtrat dimasukkan dalam cawan dan diuapkan kemudian dipijarkan
hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara.
4. Kadar Abu tidak Larut Asam (Depkes, 1989)
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml
asam klorida encer (5 N) selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam
dikumpulkan. Bagian yang telah dikumpulkan disaring melalui kertas saring
kemudian dicuci dengan air panas dan setelah itu dipijarkan kembali hingga
bobot tetap lalu ditimbang. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
49
5. Kadar Sari yang Larut Dalam Air (Depkes, 1989)
Serbuk yang akan dianalisa dikeringkan di udara, kemudian 5 g serbuk
dimaserasi dengan 100 ml air menggunakan labu bersumbat selama 24 jam
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan
selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan, sebanyak 20 ml filtrat yang
diperoleh diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditara, sisa
dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam
air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
6. Kadar Sari yang Larut Etanol (Depkes, 1989)
Serbuk yang akan dianalisa dikeringkan di udara, kemudian 5 g serbuk
dimaserasi dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat selama
24 jam sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan cepat untuk
menghindarkan penguapan etanol, sebanyak 20 ml filtrat yang diperoleh
diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah ditara, sisa
dipanaskan pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam
etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
7. Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet)
Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 105-
110 oC, didinginikan dalam desikator dan ditimbang. Sampel dalam bentuk
tepung ditimbang sebanyak ± 5 g dibungkus dengan kertas saring dan
dimasukkan ke dalam alat ekstraksi yang telah berisi pelarut (heksana).
Reflux dilakukan selama 5 jam dan pelarut yang ada dalam labu lemak
didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC sampai beratnya konstan,
didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
berat lemak (g) Kadar Lemak = x 100%
berat sampel (g)
50
8. Kadar Protein (Metode Kjedahl)
Sebanyak 0.1-0.5 g sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan
ditambahkan 1.9 g K2SO4, 40 mg HgO dan 2 ml H2SO4. Sampel didihkan
selama 1-1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. Sampel didinginkan dan
ditambah sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Isi tabung dipindahkan ke
alat destilat dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian
dipindahkan ke labu destilat dan didestilasi sampai diperoleh ± 15 ml destilat
yang berwarna hijau. Destilasi dilakukan dengan meletakkan erlenmeyer
berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah
methil 0.2% dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol)
dan ditambahkan NaOH-Na2S2O3 sebanyak 8-10 ml. Isi erlenmeyer
diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N
sampai terjadi perubahan warna. Penetapan untuk blanko juga dilakukan.
(ml HCl – ml blanko) x NHCl x 14,007 x 100 Kadar N =
mg sampel
Kadar Protein = %N x faktor konversi (6,25)
8. Kadar Karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar
protein)
51
Lampiran 2. Diagram alir pengujian anti hipertensi (Djatmiko, 2001)
Hewan uji (kucing) ⇓
Anastesi ⇓
Pembukaan vena fumoralis pada paha ⇓
Pembukaan arteri carotis pada leher ⇓
Penyuntikan heparin ⇓
Penyuntikan epineprin ⇓
Penyuntikan larutan uji (ekstrak) ⇓
Pembacaan kimograf
52
Lampiran 3. Contoh pembacaan kymograf pada pengujian anti hipertensi (Hernani, et al, 2006).
Pola tekanan darah setelah penyuntikan epineprin
tekanan darah normal : 120 mmHg *Tekanan darah hewan uji saat mengalami hipertensi Pola tekanan darah setelah penyuntikan ekstrak (0.25ml = 8mg/kg BB)
Pola tekanan darah setelah penyuntikan ekstrak (0.50ml = 15mg/kg BB)
Pola tekanan darah setelah penyuntikan ekstrak (0.75ml = 23mg/kg BB)
Pola tekanan darah setelah penyuntikan ekstrak (1ml = 30mg/kg BB)
*Penurunan tekanan darah setelah disuntikkan ekstrak daun belimbing wuluh
Keterangan :
Dosis yang digunakan dalam formulasi tablet effervescent adalah dosis yang
mampu menurunkan tekanan darah yang paling besar dari tekanan darah normal.
177 mmHg*
52,5 mmHg*
33.5 mmHg*
38.5 mmHg*
50 mmHg*
53
Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengujian granul effervescent
Lampiran 4a. ANOVA terhadap waktu alir granul
ANOVA
Waktu Alir Granul
.414 3 .138 .654 .621
.844 4 .2111.258 7
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 4b. ANOVA terhadap sudut diam granul
ANOVA
Sudut Diam
3.435 3 1.145 2.382 .2101.923 4 .4815.358 7
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 4c. ANOVA terhadap kompresibilitas granul
ANOVA
Kompresibilitas Granul
19.680 3 6.560 .519 .681101.130 8 12.641120.811 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
54
Lampiran 5. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap pH tablet effervescent
Lampiran 5a. ANOVA terhadap pH tablet effervescent
ANOVA
pH
.710 4 .178 29.583 .001
.030 5 .006
.740 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 5b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
pH
Duncana
2 4.50002 4.55002 4.75002 5.00002 5.2000
.547 1.000 1.000 1.000
PerlakuanKontrol "Jess Cool"40%45%50%55%Sig.
N 1 2 3 4Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
55
Lampiran 6. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar air tablet effervescent
Lampiran 6a. ANOVA terhadap kadar air tablet effervescent
ANOVA
Kadar Air
18.656 4 4.664 172.865 .000.135 5 .027
18.790 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 6b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Kadar Air
Duncana
2 1.38002 1.5750 1.57502 1.6300 1.63002 2.01002 5.0250
.199 .050 1.000
Perlakuan40 %45 %50 %55 %Kontrol "Jess Cool"Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
56
Lampiran 7. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kadar abu tablet effervescent
Lampiran 7a. ANOVA terhadap kadar abu tablet effervescent
ANOVA
Kadar Abu
31.841 4 7.960 17.765 .0042.240 5 .448
34.081 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 7b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Kadar Abu
Duncana
2 21.64502 23.2500 23.25002 23.48002 23.89002 27.1000
.062 .394 1.000
Perlakuan40 %45 %50 %55 %Kontrol "Jess Cool"Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
57
Lampiran 8. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap diameter tablet effervescent
Lampiran 8a. ANOVA terhadap diameter tablet effervescent
ANOVA
Diameter Tablet
.128 4 .032 1594.250 .000
.000 5 .000
.128 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 8b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Diameter Tablet
Duncana
2 2.53002 2.79002 2.80502 2.81002 2.8350
1.000 1.000 .314 1.000
PerlakuanKontrol "Jess Cool"40%45%50%55%Sig.
N 1 2 3 4Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
58
Lampiran 9. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap tebal tablet effervescent
Lampiran 9a. ANOVA terhadap tebal tablet effervescent
ANOVA
Tebal Tablet
.005 4 .001 11.500 .010
.001 5 .000
.006 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 9b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Tebal Tablet
Duncana
2 .64502 .65502 .69002 .69502 .7000
.384 .395
Perlakuan50%Kontrol "Jess Cool"45%55%40%Sig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
59
Lampiran 10. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap kekerasan tablet effervescent
Lampiran 10a. ANOVA terhadap kekerasan tablet effervescent
ANOVA
Kekerasan
.027 4 .007 17.964 .004
.002 5 .000
.029 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 10b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Kekerasan
Duncana
2 .0034002 .0643502 .0820002 .0984002 .163800
1.000 .148 1.000
Perlakuankontrol "Jess Cool"40 %45 %50 %55 %Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
60
Lampiran 11. Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan terhadap waktu larut tablet effervescent
Lampiran 11a. ANOVA terhadap waktu larut tablet effervescent
ANOVA
Waktu Larut
7.621 4 1.905 20.831 .003.457 5 .091
8.078 9
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Lampiran 11b. Uji lanjut Duncan (p = 0,05)
Waktu Larut
Duncana
2 2.23002 3.93002 4.2550 4.25502 4.3150 4.31502 4.7500
1.000 .270 .172
PerlakuanKontrol "Jess Cool"40 %45 %50 %55 %Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
61
Lampiran 12. Lembar kuesioner uji kesukaan dan kode sampel
a. Lembar kuesioner uji kesukaan
UJI KESUKAAN
Tanggal Pengujian : Nama :
Jenis Sampel : Tablet Effervescent No. Telp/HP :
Petunjuk : Nyatakanlah penilaian anda terhadap penampakan tablet, warna,
aroma, dan rasa pada setiap sampel tanpa membandingkan sampel
yang satu dengan yang lainnya. Berilah penilaian angka pada
pernyataan yang sesuai dengan penilaian saudara dan sesuai dengan
kode sampel.
PENILAIAN Sampel 463 256 354 128
Penampakan tablet Warna Aroma Rasa
NB (bintik-bintik coklat pada tablet merupakan ekstrak dari bahan yang digunakan)
Keterangan :
1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = agak tidak suka 4 = netral 5 = agak suka 6 = suka 7 = sangat suka
b. Kode sampel uji kesukaan
Kode Sampel Konsentrasi Effervescent mix 128 40% 256 45% 354 50% 463 55%
62
Lampiran 13. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter penampakan tablet effervescent
No. Kode Sampel
463 256 354 128 1 2 2 2 5 2 3 5 5 6 3 2 2 3 3 4 3 3 6 6 5 2 3 4 6 6 4 4 5 6 7 2 3 4 3 8 4 3 4 5 9 2 3 3 4
10 3 4 3 4 11 4 6 5 6 12 5 5 3 6 13 3 3 3 3 14 3 3 4 3 15 3 4 5 5 16 1 5 5 717 3 3 3 3 18 5 4 5 5 19 4 4 4 4 20 2 2 3 5 21 4 4 4 5 22 3 4 5 5 23 5 4 4 5 24 2 1 2 3 25 4 3 4 4 26 5 6 6 7 27 3 3 3 5 28 3 3 3 3 29 3 3 3 430 5 2 6 5
63
Lampiran 14. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap parameter penampakan tablet effervescent
Lampiran 14a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap penampakan tablet Friedman Test
Ranks
1.27
1.73
Konsentrasi effervescentmixSkor Penampakan Tablet
Mean Rank
Test Statisticsa
12031.360
1.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
Lampiran 14b. Uji frekuensi kesukaan terhadap penampakan tablet effervescent Skor Penampakan * Perlakuan Crosstabulation
Count
1 1 24 2 7 13
7 12 10 11 405 8 8 6 27
10 3 7 5 256 2 3 112 2
30 30 30 30 120
1234567
SkorPenampakan
Total
40% 45% 50% 55%Perlakuan
Total
64
Lampiran 15. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter warna seduhan tablet effervescent
PANELIS Kode Sampel 463 256 354 128
1 4 4 4 5 2 6 6 6 6 3 6 6 6 6 4 6 6 6 6 5 4 5 5 5 6 3 2 3 3 7 5 5 4 5 8 4 4 4 5 9 3 5 3 4 10 3 3 3 4 11 3 5 4 5 12 5 6 6 6 13 5 3 3 3 14 3 4 4 5 15 5 4 4 5 16 6 5 6 6 17 6 5 6 6 18 6 5 4 5 19 5 6 5 6 20 3 2 2 3 21 5 5 4 4 22 4 4 4 4 23 4 4 4 4 24 6 4 6 7 25 2 3 2 4 26 5 6 5 4 27 3 3 3 3 28 4 4 3 3 29 5 5 5 5 30 5 6 6 5
65
Lampiran 16. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent
Lampiran 16a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap warna seduhan tablet effervescent
Friedman Test
Ranks
1.14
1.86
Konsentrasieffervescent mixSkor Warna
Mean Rank
Test Statisticsa
12069.774
1.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
Lampiran 16b. Uji frekuensi kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent
Skor Warna * Perlakuan Crosstabulation
Count
0 2 2 1 55 4 6 7 227 8 10 6 31
10 9 4 9 327 7 8 7 291 0 0 0 1
30 30 30 30 120
234567
SkorWarna
Total
40% 45% 50% 55%Perlakuan
Total
66
Lampiran 17. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter aroma seduhan tablet effervescent
PANELIS Kode Sampel 463 256 354 128
1 2 2 2 2 2 4 5 5 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 5 5 4 6 4 6 2 2 2 2 7 2 2 2 2 8 3 4 3 4 9 5 4 3 3 10 4 1 3 4 11 4 4 5 4 12 6 3 5 4 13 2 2 2 2 14 3 4 3 4 15 4 3 4 4 16 1 1 2 2 17 4 4 4 4 18 4 4 4 4 19 4 4 2 4 20 4 4 4 4 21 5 4 4 4 22 3 5 4 4 23 4 4 5 4 24 4 2 5 5 25 2 2 4 3 26 4 5 4 4 27 4 3 5 3 28 4 5 5 4 29 4 4 4 4 30 4 4 5 2
67
Lampiran 18. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent
Lampiran 18a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap warna seduhan
tablet effervescent Friedman Test
Ranks
1.27
1.73
Konsentrasieffervescent mixSkor Aroma
Mean Rank
Test Statisticsa
12034.087
1.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
Lampiran 18b. Uji frekuensi kesukaan terhadap aroma seduhan tablet effervescent
Skor Aroma * Perlakuan Crosstabulation
Count
0 2 0 1 36 6 6 5 234 5 6 4 19
19 13 9 16 571 4 8 3 160 0 1 1 2
30 30 30 30 120
123456
SkorAroma
Total
40% 45% 50% 55%Perlakuan
Total
68
Lampiran 19. Rekapitulasi nilai kesukaan parameter rasa seduhan tablet effervescent
PANELIS Kode Sampel 463 256 354 128
1 3 5 3 3 2 4 5 5 5 3 5 2 3 2 4 6 2 2 3 5 5 5 6 5 6 4 2 5 4 7 2 2 2 1 8 3 3 4 4 9 2 4 4 5 10 3 5 1 3 11 4 4 3 3 12 3 3 3 4 13 2 2 2 2 14 4 4 5 3 15 5 3 3 3 16 1 1 5 6 17 5 5 5 4 18 5 4 4 5 19 4 5 3 3 20 3 2 3 5 21 5 6 5 6 22 3 5 5 6 23 4 4 4 4 24 2 3 2 3 25 1 1 3 1 26 3 4 5 4 27 5 5 4 5 28 4 3 3 3 29 3 3 4 3 30 5 5 5 3
69
Lampiran 20. Hasil statistik non-parametik Friedman dan uji frekuensi kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent
Lampiran 20a. Uji statistik non-parametik Friedman terhadap rasa seduhan tablet effervescent
Friedman Test
Ranks
1.27
1.73
Konsentrasieffervescent mixSkor Rasa
Mean Rank
Test Statisticsa
12030.375
1.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
Lampiran 20b. Uji frekuensi kesukaan terhadap rasa seduhan tablet effervescent
Skor Rasa * Perlakuan Crosstabulation
Count
2 2 1 2 72 6 4 4 16
11 6 9 8 346 6 6 7 256 9 9 8 323 1 1 1 6
30 30 30 30 120
123456
SkorRasa
Total
40% 45% 50% 55%Perlakuan
Total
70
Lampiran 21. Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis (Laurence dan Bacharah, 1964).
20g mencit
200g tikus
400g marmot
1,5kg kelinci
2,0kg kucing
4,0kg kera
12,0kg anjing
70,0kg manusia
20g Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
200g Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,10
400g Marmot
0,08 0,57 0,1 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
1,5kg Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
2,0kg Kucing
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
4,0 Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
12,0kg Anjing
0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
70,0kg manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0