5
A. Fragilitas Eritrosit Fragilitas osmotic sel darah merah dinyatakan sebagai tingkat kerentanan ruptur membran sel darah (hemolisa) saat terpapar zat yang hipotonik. Ketika sel darah merah berada di tengah larutan hipotonik, air akan terhisap masuk ke dalam sel. Hal ini disebabkan oleh adanya gradien tekanan osmotik di dalam dan di luar sel. Akibatnya sel darah menjadi lebih sferis dan membran sel tertekan oleh cairan di dalam sel. (Pal P, Pal GK, 2005). Ketahanan membran eritrosit terhadap terjadinya hemolisis dapat diketahui dengan mencampurkan eritrosit ke dalam larutan hipotonis (NaCl) dengan konsentrasi yang berbeda- beda. Larutan hipotonis dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan rupturnya eritrosit atau hemolisis. Keadaan ini disebut dengan fragilitas eritrosit (Adoe, 2006). Tes fragibilitas osmotik membantu dalam penegakkan diagnosis anemia yang mana terdapat perubahanpada sel darah merah pasien. Ketika sel darah merah berada dalah lautan Nacl, maka sel darah akan menghisap air sebanyak-banyaknya hingga sel membengkak dan mencapai volume kritis kemudian hemolisis. Konsentrasi larutan intraseluler, yang direfleksikan oleh fragilitas membran sel darah merah, dapat membantu dalam menyatakan kondisi fungsional sel (Pal P, Pal GK, 2005) B. Faktor Fragilitas Eritrosit

Fragilitas Eritrosit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fragilitas Eritrosit

Citation preview

Page 1: Fragilitas Eritrosit

A. Fragilitas Eritrosit

Fragilitas osmotic sel darah merah dinyatakan sebagai tingkat kerentanan ruptur

membran sel darah (hemolisa) saat terpapar zat yang hipotonik. Ketika sel darah merah

berada di tengah larutan hipotonik, air akan terhisap masuk ke dalam sel. Hal ini

disebabkan oleh adanya gradien tekanan osmotik di dalam dan di luar sel. Akibatnya sel

darah menjadi lebih sferis dan membran sel tertekan oleh cairan di dalam sel. (Pal P, Pal

GK, 2005).

Ketahanan membran eritrosit terhadap terjadinya hemolisis dapat diketahui dengan

mencampurkan eritrosit ke dalam larutan hipotonis (NaCl) dengan konsentrasi yang

berbeda-beda. Larutan hipotonis dengan konsentrasi tertentu dapat menyebabkan rupturnya

eritrosit atau hemolisis. Keadaan ini disebut dengan fragilitas eritrosit (Adoe, 2006).

Tes fragibilitas osmotik membantu dalam penegakkan diagnosis anemia yang mana

terdapat perubahanpada sel darah merah pasien. Ketika sel darah merah berada dalah

lautan Nacl, maka sel darah akan menghisap air sebanyak-banyaknya hingga sel

membengkak dan mencapai volume kritis kemudian hemolisis. Konsentrasi larutan

intraseluler, yang direfleksikan oleh fragilitas membran sel darah merah, dapat membantu

dalam menyatakan kondisi fungsional sel (Pal P, Pal GK, 2005)

B. Faktor Fragilitas Eritrosit

Indeks fragilitas osmosa sel darah merah dipengaruhi oleh lingkungan, keadaan

fisiologis, dan patologis. Sel darah merah seseorang secara alamiah telah dilengkapi

kemampuan untuk mengkompensasi hal hal semacam itu (Chikezie, Uwakwe, Monago,

2009).

Secara spesifik, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fragilitas eritrosit adalah

sebagai berikut:

a. Kondisi fisiologis

Fragilitas osmotik eritrosit neonatus lebih tinggi daripada pada usia anak maupun

dewasa. Temuan sel darah pada aliran darh vena dan cadangan darah (stored blood)

sering kali memiliki fragilitas yang meninggi. Peristiwa meningkatnya termperatur

tubuh juga memnyebabkan eritrosit menjadi lebih fragil.

b. Kondisi patologis

Page 2: Fragilitas Eritrosit

Pada pengidap kelainan sferositosis, baik kelainan herediter maupun didapat,

ditemukan angkat fragilitas osmotik yang tinggi pada sel darah merahnya. Seseorang

yang terkena bisa ular viper dan krait juga akan mengalami peningkatan fragilitas

osmotik eritrosit. Sebaliknya, sel darah merah pengidap anemia hipokromik

menunjukkan penurunan fragilitas dan tidak mengalami hemolisis sampai konsentrasi

larutan garam yang lebih rendah tercapai

c. Morfologi sel darah merah

Fragilitas osmotik berhubungan dengan bentuk eritrosit. Bentuk eritrosit sendiri

bergantung pada luas permukaan, volume, dan keadaan fungsional mebran sel.

Resistensi membran sel eritrosit berkaitan dengan konfigurasi geometrisnya, eritrosit

yang sferis (sferosit) mendemonstrasikan peningkatan hemolisis, sementara eritrosit

yang pipih (sickle cell atau sel target) mendemonstrasikan penurunan hemolisis.

Eritrosit hipokromik mengandung lebih sedikit hemoglobin, hal ini memberikan daya

regang yang lebih luas sebelum membran sel ruptur (Pal P, Pal GK, 2005).

d. Usia Organisme Inang

Penelitian yang dilakukan Bowdler dan Dougherty (dalam Bowdler, Dougherty,

2006) menguji fragilitas osmotik dan dimensi eritrosit pada 40 pria normal dengan

rentang usia antara 18 sampai 78 tahun. Prinsip variabel bebas yang berkorelasi dengan

fragilitas osmotik adalah konsentrasi hemoglobin dan usia donor. Efek usia donor

menunjukkan peningkatan baik teradap fragilitas sel maupun variabilitas dari fragilitas

sel dalam sampel darah masing-masing. Perubahan yang muncul pada bentuk tidak

banyak mempengaruhi perfusi kapiler subjek secara signifikan, tetapi diduga kuat

bentuk sel juga akan meningkatkan kerentanan eritrosit milik donor lanjut usia pada

abnormalitas mikrovaskular.

e. Usia Sel Darah Merah

Tekanan osmosa di dalam sel darah merah sama dengan tekanan osmosa larutan

NaCl 0,9%. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0,8% belum terlihat

adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam laruan NaCl 0,4%

hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa, sedangkan

Page 3: Fragilitas Eritrosit

sebagian sel darah merah yang lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena

umur sel darah merah, sel darah merah yang sudah tua membran selnya mudah pecah

sedangkan sel darah merah muda membran selnya masih kuat.

f. pH darah

Fragilitas eritrosit juga dipengaruhi oleh pH darah dalam larutan hipotonis.

Perubahan pH sebesar 0,1 setara dengan perubahan konsentrasi NaCl sebesar 0,1%.

Pada umumnya, fragilitas eritrosit akan menurun apabila terjadi peningkatan pH darah

(Adoe, 2006).

g. Paparan sinar matahari

Eritrosit pada subyek yang sering terpapar sinar matahari relatif kurang fragil

dibanding eritrosit pada subyek yang jarang terpapar sinar matahari (Adoe, 2006). Akan

tetapi di sisi lain sinar ultraviolet yang terdapat dalam sinar matahari dapat membentuk

komponen radikal bebab yang bisa menyebabkan lisisnya membran eritrosit. Paparan

sinar ultraviolet dari matahari dapat menyebabkan terbentuknya molekul oksigen singlet

(O2), radikal superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O2), radikal peroksil (ROO°), dan

radikal hidroksil (OH°). Radikal hidroksil (OH°) merupakan oksidan yang paling toksik

karena dapat bereaksi dengan bermacam-macam senyawa yang terkandung dalam sel

seperti protein, asam nukleat, lipid dan lain-lain sehingga dapat dengan mudah dan

cepat merusak struktur sel. Membran sel eritrosit merupakan komponen yang rentan

terhadap serangan radika hidroksil (OH°). Reaksi kimia antara radikal hidroksil (OH°)

dengan protein dapat mempercepat terjadinya proteolisis. Pada membran eritrosit

peristiwa ini memicu terjadinya lisis dan kematian eritrosit. Hal ini menyebabkan

keluarnya hemoglobin dari dalah eritrosit dan dapat berlanjut menjadi anemia (Adoe,

2006).

DAFTAR PUSTAKA

Adoe, Desmiyati Natalia. 2006. “Perbedaan Fragilitas Eritrosit Antara Subyek yang Jarang

dengan yang Sering Terpapar Sinar Matahari.” Program Pendidikan Sarjana Fakultas

Kedokteran. Universitas Diponegoro.