Upload
others
View
31
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Zakki Nurul Amin, S.Pd.Guidance and Counseling Departement ProgramUniversitas Negeri [email protected]
COGNITIVE
BEHAVIOR THERAPY
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
Refleksi ...
Apakah saudara pernah mengalami (merasa) frustasi/ terpuruk/tak berharga/gagal ? Apa yang anda pikirkan ketika anda merasa demikian ?
Ataukah anda pernah mengatakan “wah setiap saya memakai baju ini saya seringkali sial” ... ?
Apakah anda sering berfikir sesuatu kecemasan/ketakutan, dan hal itu benar-benar terjadi ?
“ Tidak ada yang baik buruk, namun pikirankanlah hal yang membuat demikian...
Karena sejatinya bukanlah peristiwa yang menjadi masalah, namun bagaimana diri memandang/
memikirkan hal tersebut “
Aaron Temkin “Tim” Beck
Pengembang Utama CBT Aaron Temkin “Tim” Beck (18 Juli 1921) seorang
doktor dari University of Pennsylvania
Anak keempat, pada usia 7 tahun mengalami penyakit yang hampir merenggut nyawa, memperkuat sifat
overprotektif ibunya
Tumbuh dewasa dengan banyak kecemasan dan fobia, takut
ditinggalkan, takut mati, takut berbicara didepan umum, dan takut ketinggian.
Periode 1960-1963 menjadi periode awal berkembangnya terapi kognitif.
Landasan terapi ini datang dari tiga sumber, (1) pendeketan
fenomenologis psikologi, (2) teori struktural dan psikologi dalam, (3) karya
psikologi kognitif.
Sampai pada era sekarang CBT dikembangkan berdasarkan riset baru.
Mengembangkan tes-tes dan pengukuran seperti Beck Depression
theory, Beck hopelessness Scale, beck self-concept test, dll.
Pengantar
1. Hal yang harus diubah harus pikirannya (mengutamakan peran
kognitif dan keyakinan dalam pengubahan perilaku)
2. Menekankan perubahan pikiran negative (negative thoughts) dan
keyakinan-keyakinan maladaptive (maladaptive belief).
3. Manusia menggunakan wicara diri (self talk) sebagai cara
instropeksi diri.
4. Keyakinan-keyakinan individu memiliki makna personal tinggi, sehingga masing-masing manusia memiliki core belief dan sisi
subyektifitas.
5. Makna-makna tersebut dapat ditemukan oleh konseli daripada
diajarkan/ditafsirkan oleh konselor/terapis.
Kajian kepribadian dalam perspektif CBT
Menekankan pada pengaruh pikiran pada kepribadian seseorang.
Belief seseorang menentukan bagaimana individu mengambil
keputusan dan memandang dunianya.
Tekanan psikologis dapat disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan sosial (biopsikososial) yang saling
berinteraksi jarang disebabkan oleh satu faktor.
Terkadang peristiwa di masa kanak-kanak dapat
mengarahkan individu pada kekaburan kognitif (cognitive
distortion)
Kurangnya pengalaman/ketrampilan memungkinkan individu
pada ketidakefektifan cara berpikir.(Merumuskan tujuan yang tidak realistik/membuat asumsi yang tidak tepat.
Apa lagi ketika individu mengantisipasi situasi yang mengancam dirinya)
“ Pikiran-pikiran spontan (automatic thoughts)
Memainkan peran penting terhadap tekanan psikologis (apalagi
ketika mengalami sesuatu hal yang besar).
CBT “ emotions and behaviours
result from cognitive processes “
Automatic Thoughts (AT) dan
Perkembangan sistem keyakinan (Schema)
AT adalah Pikiran-pikiran yang biasanya terjadi spontan tanpa ada usaha/pilihan.
Orang yang mengalami gangungan psikologis, pikiran tersebut (AT) sering
didistorsi/tidak akurat.
Dalam AT terdapat satu set inti keyakinan-keyakinan (belief) disebut Schema.
CBT Keyakinan individu berawal ketika
perkembangan masa kanak-kanak dan
dikembangkan dalam keseluruhan kehidupan.
Pada pengalaman masa awal kanak-kanak
terbentuk keyakinan yang banyak dipengaruhi
dari orang tua.
Jika dimasa kanak-kanak dikembangkan
keyakinan positif (saya adalah orang yang
mampu) maka akan mengarahkan individu
pada cara pandang positif pula.
Setiap orang mengembangkan
schema, basic belief, dan
conditional belief masing-masing
Model Perkembangan Kognitif
Cognitive Schema in Therapy
Bagaimana individu berfikir tentang dunianya, keyakinan-keyakinan yang terpenting
dalam hidupnya dan asumsi ttg individu lain, peristiwa, dan lingkungannya.
Schema berkembang dari pengalaman personal dan interaksi dengan orang lain.
Terdapat dua tipe schema cognitive, positive (adaptive) dan negative (maladaptive)
Maladaptive schema (Ms) mengarahkan individu untuk
menyusun kebenaran-kebenaran ttg diri dan lingkungannya.
MS sulit untuk diubah dan dianggap sebagai penyebab
kesulitan yang ada pada diri individu.
MS dipicu/diaktivasi oleh perubahan yang terjadi dalam
sebuah kondisi traumatis (ex: kehilangan pekerjaan, putus
cinta)
Ketika hal itu terjadi seringkali individu bereaksi dgn emosi
negatif.
Everybido can be adaptive schema in
one situation and may be maladaptive
in another.
Lima ranah dalam Maladaptive Schema
Disconection and rejection
•keyakinan individu bahwa kebutuhan rasa aman, peduli, penerimaan tidak didapatkannya.
Impaired autonomy and performance
•schema yang mensugestikan diri anda untuk tidak dapat mandiri, tidak dapat bertanggung jawab, kegagalan yang terus menerus.
Impaired Limits
•tidak dapat kerjasama, tidak dapat menghargai hak orang lain.
Other directedness
• meletakkan kebutuhan untuk selalu dicintai.
Over-vigliance and hibitions
• meyakini bahwa setiap apa yang ia pilih harus sempurna/ideal (perfecsionis)
Cognitive Distortions
(1) all-or-nothing thinking
• Pikiran ini membuat
tuntutan yang ekstrim
pada diri anda, dan jika
tidak terpenuhi anda
mengutuk dan menyalahkan
diri anda sendiri.
• Ex “ jika aku tidak dapat
nilai A, maka aku akan
gagal ”
(2) Selective abstraction
• Terkadang individu
memilih sebuah gagasan
atau fakta dari sebuah
kejadian untuk
mendukung pemikiran
negatif.
• Ex “ memuji anak yang tidak
PD, pujiannya tidak diterima,
wah pasti ada maunya “
(3) Mind Reading
• Menggangap bahwa orang
lain berpikir dengan cara
tertentu.
• Ex ” kita berfikir bahwa
teman kita tidak suka pada
kita lagi karena tidak mau
diajak jalan. Faktanya
barangkali ada alasan lain ”
Distorsi kognitif muncul karena pemrosesan informasi yang tidak akurat/tidak
efektif. Distorsi kognitif berperan penting dalam psychological stress and disorder
Cognitive Distortion (2)
(4) Negative prediction
• Ketika seorang individu
percaya bahwa sesuatu
yang buruk yang akan
terjadi, dan tidak ada bukti
yang mendukung.
• Ex “Wah mau bimbingan,
jangan-jangan judulku jelek“
(5) Catastrophizing
• Memfokuskan pada
kejadian terburuk yang
terjadi sehingga individu
menjadi takut.
(6) Overgeneralization
• membesarkan-besarkan
sesuatu yang terjadi dan
berfikir secara general.
• Ex “ karena saya tidak
pintar di matematika, maka
saya adalah siswa yang
bodoh ”
(7) Labelling and
mislabelling
• Pandangan negatif diri
dibuat oleh diri
berdasarkan beberapa
kesalahan.
(8) Magnification or
minimization
• individu membesarkan
ketidaksempurnaan
atau meminimalkan
hal baik.
(9) Personalization
• Mengambil sebuah
peristiwa yang
berkaitan dengan
individu dan membuat
makna personalisasi
diri yang kadang tidak
berhubungan.
• Ex “ kejatuhan cicak
ada sesuatu terjadi“
Cognitive Distortion (3)
Tujuan konseling CBT
Dalam merumuskan tujuan perlu dikembangkan secara spesifik, dibuat
prioritas, dan berkerja secara kolaborasi dengan konseli.
Tujuan yang jelas dan spesifik akan memudahkan konselor untuk memilih
metode dan teknik untuk mengubah skema kognitif.
Membuka pikiran dan memfokuskan pada pikiran.
Mengubah kerangka pandang.
Menekankan pada Pikiran otomatis (AT) dan
kesalahan berfikir (distorsi kognitif) agar individu
dapat berfungsi secara efektif.
Konseli ditantang dan diajak berdiskusi untuk
membawa perasaan, perilaku, dan pikiran yang
positif
Schema
reinterpretation
Schema modification
Schema restructuring
Merubah schema cognitive dapat dilakukan merujuk pada tiga level:
Here an individual recognizes the schema but avoids or works around it.
individual makes some but not total changes in the schema
would have restructured his significant cognitive schema
Hubungan Konseling
Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan
konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan
sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi
tujuannya.
Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial.
Konselor bertindak sebagai guide, co-investigator dan
collaborative therapist
Konselor terampil menangani dan menganalisa kasus.
Tahapan konseling CBT
1. Rapport, Mengembangkan hubungan baik
2. Assesment problem(Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and kuisioner)
3. Memandu konseli untuk menemukan pikiran yang tidak akurat, maladaptive
schema, dan cognitive distortion.
4. Menggunakan dialog socrates dan teknik-teknik konseling untuk membantu
konseli merevisi negative thinking.
a. Apa yang menyebakan perilaku itu muncul ?
b. Bagaimana anda menginterpretasikan hal itu ?
c. Jika itu benar, apa implikasinya bagi anda ?
5. Menspesifikkan pikiran-pikiran otomatis yang muncul
6. Treatment
6. Homework assigment,
7. Menggali Feedback dari konseli.
8. Termination.
Theory of Causation CBT tidak hanya seperangkat set teknik-teknik, melainkan
teori yang komprehensif tentang perilaku individu.
CBT menjelaskan bahwa perilaku individu merupakan
kombinasi dari faktor biologis, psikis, dan social factor
(biopsychosocial).
Prinsip dasarnya adalah emosi dan perilaku seseorang
adalah hasil dari pikiran dan belief individu (bagaiman ia
berpikir tentang dirinya, orang lain, dan dunia secara
keseluruhan).
Untuk mengilustrasikan prinsip diatas, dapat dipahami dengan
konsep “Model ABC”
A : Activate (Merepresentasikan kejadian atau pengalaman)
B : Belief ( Merepresentasikan belief/keyakinan seseorang tentang A)
C: Consequence ( Merepresentasikan emosi dan perilaku yang muncul karena B)
CBT “ emotions and behaviours
result from cognitive processes “
Prinsip ABC, bukan “A” yang menyebabkan “C”. Namun
“A” adalah trigger dari “B”, dan “B” mengakibatkan “C”.
Episode ABC tidak berdiri sendiri, namun seringkali
konseli yang datang ke konselor seringkali awalnya
menceritakan/mengeluhkan “C” terlebih dahulu.
Belief/keyakinan seringkali diluar kesadaran, dan
datang karena kebiasaan atau otomatis.
Dengan belajar memahami Belief/keyaninan diri, individu dapat
secara adaptif menghadapi berbagai pengalaman hidup.
Keyakinan yang maladaptive dan disfungsional dapat mengakibatkan:
(1) Menghambat seseorang untuk mencapai tujuannya
(2) Mendistorsi realitas
(3) Berpikir yang tidak logis dalam menilai diri, orang lain, dan dunia
Dysfunctional Thought Record
Date/time Situasi Pikiran
otomatis
Emotion Respon
Alternatif
Outcome
Yudisium, 28
Januari 2016
Mendapat nilai AB
untuk makul
Model-model
Konseling
1. Saya harus
mendapat
nilai A
2. Saya menda
pat nilai AB,
maka saya
gagal di
semester ini
3. Dosen saya
tidak
menkoreksi
secara benar
dan serius
Sedih (90%)
Marah-marah
(80%)
Tidak terima(80%)
A = Activate Event B = Belief C = Consequence
Tahapan Konseling CBT
Membina hubungan baik dan mengupayakan kenyaman konseli
Melakukan assestment terhadap masalah, person, dan situasi
Menyiapkan konseli untuk proses konseling
Mengimplemetasikan program dan teknik konseling
Mengevaluasi proses konseling
Terminasi/pengakhiran
(1) Membina hubungan baik dan
mengupayakan kenyaman konseli
Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan
konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan
sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi
tujuannya.
Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial.
Condisi empati, hangat, dan respect.
Dapat mengatasi ketakutan, keraguan, dan kecemasan konseli
pada saat awal proses konseling
(2) Melakukan assestment terhadap
masalah, pribadi, dan situasi
Akan bervariasi antara konseli satu dan yang lain.
Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and
kuisioner
Dimulai dengan pandangan konseli tentang sesuatu yang salah
pada kehidupannya.
Mengecek pula adakah relasi dengan hal-hal klinis.
Menanyakan personal dan sejarah permasalahannya
Mengases masalah yang paling menggangu kehidupan
Mencari relevansi dengan faktor kepribadian
Mengecek bagaiman perasaan ketika mempunyai masalah
Mengecek hal-hal lain diluar faktor psikis seperti kecanduanobat,
gaya hidup, dan lingkungan
(3) Menyiapkan konseli untuk proses konseling
Menklarifikasi tujuan konseling
Memastikan motivsi konseli untuk berubah
Mengajarkan konselo prinsip dasar CBT, termasuk model ABC
Mendiskusikan pendekatan dan teknik yang akan diterapkan
Mengembangkan kontrak dengan konseli
(4) Mengimplemetasikan program dan teknik konseling
Menganalisa ABC yang menjadi target masalah.
Memahami belief yang berkembang pada diri individu.
Merubah belief yang maladaptive dan disfungsional
Memberikan home work assigment
Mengimplemengtasikan teknik CBT
(5) Mengevaluasi proses konseling
Mengecek dan memastikan kemajuan yang ada pada konseli,
terkait perubahan cara berpikir dan memahami belief individu
Dapat dikroscek dengan tujuan yang telah ditentukan.
Buat kriteria yang spesifik pula tentang keberhasilan proses
konseling.
(6) Terminasi
Membuat akhir yang menenangkan.
Apabila tujuan telah tercapai maka proses konseling dapat
dihentikan, namun apabila tujuan belum tercapai dapat
menegosiasikan kontrak ulang,
Memberikan penguatan kepada konseli