104
PERTEMUAN KE-1 : KONSEP DASAR ILMU NEGARA a. Peristilahan dan batasan Menggunakan istilah atau termiologis adalah menunjukan suatu sebutan untuk nama suatu cabang ilmu pengetahuan. Ilmu ialah sesuatu yang didapat dari pengetahuan dan pengetahuan diperoleh dengan aneka cara. Tidak semua pengetahuan itu merupakan ilmu sebab setiap pengetahuan itru baru dinamakan ilmu jika dipenuhi persyaratannya (Sjachran Basah 1980:30) menurut Ralph Ross van den hag syarat-syarat ilmu dari suatu pengetahuan adalah. Rasional Empiris Umum Akumulatif atau tersusun Pengetahuan itu aneka ragamnya meliputri berbagai hal yang sejauh mungkin orang dapat mengetahuinya dari pengalaman-pengalaman dan keterangan-keterangan. Untuk mengetahui hal itu, marilah kita tinjau satu persatu masing- masing istilah tersebut. Dalam bidang Ilmu Negara haruslah terkait dengan istilah ilmu kenegaraan dan ilmu politik. Dimana istilah- istilah tersebut mempunyai objek penyelidikan mengenai Negara. Negara adalah organisasi yang dapat memaksakan kehendaknya.Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama yang mempunyai pembagian tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kurun waktu yang tertentu pula. Negara itu dapat memaksakan kehendaknya karena telah dimilikinya alasan-alasan atau dasar-dasar pembenaran tindakan dari penguasa dengan melalui suatu teori pembenaran Negara (rechts vaar diging theorieen). Adapun Negara mempunyai dua pengertian : Negara dalam arti luas merupakan kesatuan social yang diatur secara konstutisional untuk mewujudkan kepentingan bersama. Negara dalam arti sempit ada beberapa ahli yang berpendapat: - George Jellinek Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman diwilayah tertentu. - George Wilhelm Friedrich Hegel Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 1

GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

  • Upload
    dhana

  • View
    61

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hukum, Ilmu Negara

Citation preview

Page 1: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE-1 : KONSEP DASAR ILMU NEGARA

a. Peristilahan dan batasan Menggunakan istilah atau termiologis adalah menunjukan suatu sebutan

untuk nama suatu cabang ilmu pengetahuan. Ilmu ialah sesuatu yang didapat dari pengetahuan dan pengetahuan diperoleh dengan aneka cara. Tidak semua pengetahuan itu merupakan ilmu sebab setiap pengetahuan itru baru dinamakan ilmu jika dipenuhi persyaratannya (Sjachran Basah 1980:30) menurut Ralph Ross van den hag syarat-syarat ilmu dari suatu pengetahuan adalah.

Rasional Empiris Umum Akumulatif atau tersusun

Pengetahuan itu aneka ragamnya meliputri berbagai hal yang sejauh mungkin orang dapat mengetahuinya dari pengalaman-pengalaman dan keterangan-keterangan. Untuk mengetahui hal itu, marilah kita tinjau satu persatu masing-masing istilah tersebut.

Dalam bidang Ilmu Negara haruslah terkait dengan istilah ilmu kenegaraan dan ilmu politik. Dimana istilah-istilah tersebut mempunyai objek penyelidikan mengenai Negara.

Negara adalah organisasi yang dapat memaksakan kehendaknya.Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama yang mempunyai pembagian tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kurun waktu yang tertentu pula.

Negara itu dapat memaksakan kehendaknya karena telah dimilikinya alasan-alasan atau dasar-dasar pembenaran tindakan dari penguasa dengan melalui suatu teori pembenaran Negara (rechts vaar diging theorieen).Adapun Negara mempunyai dua pengertian :Negara dalam arti luas merupakan kesatuan social yang diatur secara konstutisional untuk mewujudkan kepentingan bersama.Negara dalam arti sempit ada beberapa ahli yang berpendapat:- George JellinekNegara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman diwilayah tertentu.- George Wilhelm Friedrich Hegel

Negara merupakan organisasai kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.- Mr. Kranenburg

Negara adalah suatu organisasai yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri- Roger F. Soltau

Negara adalah alat (agency) atau wewnang (authority) yang mengtur atau mengendalikan personal bersama atas nam masyarakat.- Prof. R. Djokosoetono

Negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada dibawah suatu pemerintahan yang sama.- Prof. Mr. Soenarko

Negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan Negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 1

Page 2: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

a. Ilmu KenegaraanJika ditinjau dari sejarah perkembangan ketiga istilah yang telah

dikemukakan diatas, maka dapatlah diketahui di negeri Belanda istilah yang paling tua telah diketahui dikalangan perguruan tinggi adalah Staatswetenschap yang disalin dalam bahasa kita dengan ilmu kenegaraan atau dalam bahasa inggris “general State Science”. Kemudian disusul dengan istilah seperti statsleer atau ilmu Negara dan istilah terbaru dikenal setelah perang dunia II diperguruan tinggi adalah :

Wetenschap der politiek atau Ilmu Politik.Ilmu Negara

Istilah Ilmu Negara diambil dari istilah bahasa Belanda Staatsleer. Istilah Staatsleer itu sendiri berasal dari bahasa Jerman, Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut Theory of state atau The General theory Of State atau Political-theory, sedangkan dalam bahasa perancis dinamakan Theorie d’etat.

Ilmu Negara adalah salah satu mata kuliah yang mampu membuat seseorang yang mempelajarinya mengerti akan hak dan kewajiban warga Negara. Timbulnya Ilmu Negara pada waktu berkobarnya api Revolusi kemerdekaan sejak proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945.Istilah-istialah mengenai ilmu Negara ada tiga, yakni:Ilmu Negara (Staatsleer, Staatslehre)Ilmu Kenegaraan (Staatswetenshap, Staatswissenschaft)Ilmu Politik (Politics)

Ilmu PolitikPolitic secara etimologi berasal dari bahasa Yunani purba yaitu Polis.

Polis adalah kota yang dianggap Negara yang terdapat dalam kebudayaan Yunani Purba. Pada waktu itu kota dianggap identik dengan Negara. Dengan demikian polis, stadstaat atau the greek citystate ialah tempat-tempat tinggal bersama dari orang-orang biasa selaku para warganya (citizens) dengan pemerintah.

Di Eropa-Kontinental-pun Ilmu Politik dikenal dengan berbagai macam nama seperti Angewandte-Staatswissenschaft yang merupakan cabang dari Staatswissenschaft (Jerman), les sciencews politiques (Perancis) yang selalu digandengkan dengan ilmu moral atau ilmu social lainnya.

Ilmu Politik sangat kental akan peristilahan yang tepat dan tidak meragukan, sehingga adanya ketegasan didalam pemakaian istilah. Lain halnya dengan Ilmu Negara, Pemakaian istilah hamper tidak ada pertentangan dibandingkan dengan Ilmu Negara, seandainya ada itu pun hanya merupakan persoalan didalam cara penafsiran alih bahasa saja.

Ilmu Negara adalah salah satu mata kuliah penunjang Pendidikan Kewarganegaran dan Ilmu Negara pun merupakan salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Hukum yang ada diseluruh Indonesia yang dalam penjajahan dahulu tidak ada mata pelajaran Ilmu Negara.

Dalam ilmu pengetahuan mengenai Negara RI belum dapat dibentuk Ilmu pengetahuan sendiri. Sehingga masih sangat dipengaruhi oleh Ilmu pengetahuan yang berasal dari Eropa yang bersumber pada zaman Yunani. Tetapi tidak harus mengusahakan adanya akulturasi dan mengembangkannya sesuai dengan keadaan Indonesia. Oleh karena itu kita tidak dapat melaksanakan Ilmu Negara dari Eropa Barat itu.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 2

Page 3: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Timbulnya Ilnu Negara di Eropa Barat karena adanya keperluan-keperluan praktek, yaitu sebelum Zaman Bismarck atau dalam pemerintahan Caesar Wilhelm II di Jerman. Yaitu Ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang Negara. Pada waktu itu timbul satu mazhab yang disebut Aliran Hukum Publik Jerman (Deutsche publizisten schule). Mazhab ini khusus menyelidiki sifat-sifat Hukum Publik. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah sebabnya timbul aliran ini? Sebabnya timbul aliran ini adalah karena dalam Hukum Publik itu belum dijumpai susunan yang sempurna, seperti Hukum Privat yang sudah berkembang pesat.

Sekarangn kita akan membicarakan perkembangan sebagai lawan dari Hukum Publik yaitu yang dinamakan Hukum Privat. Hukum Privat telah mengalami perkembangan yang lengkap, oleh karena itu tak ada keseimbangan antara Hukum Publik dengan Hukum Privat. Hukum Privat perkembangannya sudah lengkap karena pengaruh dari Hukum Romawi. Dan dalam Zaman Romawi ilmu Hukum perkembangannya mengalami kemajuan secara pesat. Hukum Romawi itu dalam perkembangannya sangat mempengaruhi Hukum Perdata. Zaman Romawi dimulai dan diakhiri dengan kodifikasi. Dan kodifikasi yang pertama dari Romawi disebut kodifikasi 12 meja. Masing-masing meja meja membahas sesuatu hal yang khusus (pokok). Kodifikasi-kodifikasi ini memuat peraturan-peraturan tentang:

Hukum Perdata ; Hukum Pidana ; dan Hukum Acara.Kodifikasi ini tercapai kurang lebih pada tahun 450 Sebelum Masehi.

Kodifikasi yang kedua yaitu terjadi di Romawi Timur dan merupakan kodifikasi yang terakhir, dan ini adalah merupakan usaha dari Kaisar Justinianus yang memerintah dari tahun 527 sampai tahun 565.

Kodifikasi ini terkenal dengan nama Corpus Iuris Civilis dari Justinianus disebut juga Corpus Iuris Civilis Justiniani. Kodifikasi ini terutama dalam lapangan Hukum Perdata sangat penting artinya, karena susunannya yang sedemikian rupa. Dan kodifikasi Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang sekarang ini masih berlaku di Indonesia adalah diambil dari Corpus Iuris Civilis.

Corpus Iuris Civilis dari Justinianus ini dibagi 4 buku, yang masing-masing buku mempunyai nama sendiri-sendiri, yaitu:

Buku pertama bernama : Institutiones, Buku kedua bernama : Pandecta, Buku ketiga bernama : Codex dan

Buku keempat bernama : Novellae.Dan masing-masing merupakan standar dari Hukum Romawi.

Pada Zaman Romawi timbul peninjauan atau penerimaan kembali terhadap hukum yang lampau, yang disebut receptie, dan receptie ini mengalami empat phase, yaitu:

I. Theoristische Receptie,II. Practische Receptie,III. Wetenschappelijke Receptie danIV. Positieve Rechtelijke Receptie

Theoritische Receptie mengalami perkembangannya pada masa Renaisance. Pertama-tama hukum Romawi pada saat itu sangat dipengaruhi oleh hokum gereja. Hukum gereja sangat berpengaruh dalam pemerintahan. Pada Zaman Renaisance ini orang ahli pikir atau sarjana-sarjana mulai menggali

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 3

Page 4: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Hukum Romawi Kuno. Dan ini menyebabkan timbulnya mazhab di italia yang disebut Glossatoren dan Post Glossatoren.

Secara teoritis Hukum Romawi diterima oleh mahasiswa-mahasiswa Italia sendiri kemudian setelah dipelajari dengan teliti tenyatalah Hukum Romawi lebih tinggi dari pada Hukum Eropa Barat lainnya. Kemudian setelah mereka menamatkan pelajaran mereka banyak yang mempelajari Hukum Romawi itu.Kenapa mereka mempelajari Hukum Romawi?Karena Hukum Romawi secara teori dipandang lebih tinggi daripada Hukum negaranya masing-masing. Ketika mereka lulus dan mendapat gelar doktor dalam Hukum Romawi, kembalilah mereka kenegri asalnya masing-masing, dengan menjabat sebagai hakim dan pejabat administrasi. Dengan melalui peraktek pengadilan dan administrasi maka seluruh Eropa Barat menerima dan meresapu Hukum Romawi. Inilah yang dinamakan Praktische receptie.

Setelah Hukum Romawi merersap di masing-masing Negara, lalu diadakan penyelidikan dan didirikan Fakultas sendiri, sehingga para pemuda-pemuda tidak usah lagi pergi keluar negeri dan mereka dapat mempelajari Hukum di Negara masing-masing secara ilmiah. Ini dinamakan Wetenchappelijke Receptie.

Tahap ini mulai timbul sesudah adanya kodifikasi Napoleon yang dinamakan Code Civil Napoleon. Code Civil Napoleon ini mengenai Hukum perdata yang 90% (berasal dari Romawi). Kemudian hasil penyelidikan Wetenschappelijk Receptie dimasukan dan diletakan dalam “Hukum Positif” di Negara masing-masing. Dari Hukum Positif itu artinya: Hukum yang berlaku pada suatu tempat tertentu dan pada suatu waktu tertentu. Inilah yang dinamakan “Positiverechtelijk Receptie”. Yang penting bagi kita mengenai Receptie adalah bagaimana kita dapat mengetahui pengaruh Hukum Romawi sampai pada kita. Dengan Receptie itu hukum Romawi masuk ke dunia.

Adapun Ilmu Negara menurut Mazhab Wina di Eropa Barat ini terjadi karena ada dari murid Jellinek yang tak sepaham dengan Jellinek bahkan ia mendirikan mazhab sendiri yang disebut Mazhab Wina (Austria) Yang dipimpin oleh Hans Kelsen. Jadi Hans Kelsen tak sepaham dengan pembagian Jelinek mengenai peninjauan Negara dari dua sudut. Menurut Hans Kelsen suatu ilu pengetahuan harus memiliki tiga syarat, yaitu:

1. Faktum der Wissenschaft (mempunyai lapangan ilmu pengetahuan-sendiri)

2. Emanent der Wissenschaft (mempunyai peninjauan sendiri)3. Autonomie der Wissenschaft (mempunyai sifat khusus yang

tersendiri)Hans Kelsen berpandangan bahwa sebenarnya Negara itu sama dengan

hokum atu dengan kata lain Negara itu merupakan penjelmaan dari tata hokum, maka sifat satu-satunya dari peninjauan haruslah semata-mata “Yuridis”saja.

Jadi tak perlu menurut Kelsen, peninjauan secara sosiologis! Selanjutnya Kelsen mengatakan bahwa pendapat dari Jellinek itu merupakan sincretismus atau campuran atau metode campur baur dan ini sebenarnya tidak sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki Ilmu pengetahuan. Dan yang benar adalah metode monicus.

Sekarang kita melihat kepada sebelum Jellinek. Sebelum Jellinek yaitu pada zaman D.P.S sudah ada peninjauan Negara secara yuridis. Apakah sama dengan peninjauan Kelsen yang peninjaunya secara yuridis juga? Walaupun sama-sama yuridis akan tetapi tarafnya berlainan! Sekarang kita dapat lihat

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 4

Page 5: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

sedikit tentang peninjauan secara yuridis dari aliran D.P.S Aliran D.P.S berpandangan bahwa hukum itu sebenarnya hanya perintah dari pada Negara tak lebih dan tak kurang. Jadi kalau kita bandingkan antara Negara dengan hukum dari aliran D.P.S maka Negara lebih tinggi daripada hukum. Sedangkan menurut Hans Kelsen Negara itu sama dengan hukum., karena Negara itu merupakan penjelmaan dari tata hukum.

Sekarang kita tinjau dari norm yang kita kenal Norm biasa berbentuk pemerintah, misalnya tak boleh membunuh, harus berbuat ini itu dan segalanya.

Ada juga Norm dalam bentuk lain yaitu bentuk sebenarnya daripada Norm, yang terutama kita jumpai dalam lapangan keagamaan dan kesusilaan misalnya jangan membunuh, jangan mencuri dan sebagainya. Bentuk yang ketiga biasa kita sebutkan dengan nama Hyphotetisch Oordeel, artinya suatu bentuk dari pada hukum dimana untuk dapat berlakunya tak tergantung dari orang yang menerimanya asal saja syarat-syarat atau unsure-unsur itu terpenuhi, maka berlakulah hukum itu.

Kemudian ada tiga teori berlakunya hukum yang kita kenal:a. Berlakunya hukum secara yuridis; Sesuatu hukum asal dibuat, jadi dinyatakan

oleh orang yang berwenang, dia berlaku, menjadi hukum dan ini yang tepat sekali menurut Kelsen.

b. Berlakunya hukum secar sosiologisc. Berlakunya hukum secara Filosofis.

Apabila Hukum itu berlaku semata-mata secara yuridis, maka mungkin tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, atau tak memenuhi unsure-unsur keadilan. Sebagai contoh dalam zaman penjajahan dulu kita jumpai Agrarische wet atau undang-undang Agraria. Dan Agrarische wet ini sama sekali tidak berlaku di sumatera. Tidak diberlakukan oleh karena tidak memenuhi syarat sosiologis.

Walaupun secara yuridis sah di buat oleh pembuat undang-undang pada waktu itu. Kalau menurut kelsen ini haruslah berlaku sebagai Hukum, kalaupun undang-undang Agraria ini di pakai di Sumatera, maka akan terjadi pemberontakan. Contoh lainnya yaitu di Bali hukum mengenai pembakaran janda. Apabila di India kita jumpai seorang suami yang meninggal maka sang istri turut menceburkan diri berjibaku melompat kedalam pembakaran mayat sang suami. Hal ini secara yuridis diterima oleh rakyat Karena sesuai dengan kepercayaan mereka. Juga secara yuridis dapat diterima, akan tetapi secara filosofis atau menurut perasaan keadilan pada umumnya tidak dapat diterima.

Menurut kelsen suatu hukum harus dapat dikembalikan pada hukum yang lebih tinggi menurut perasaan wewenangnya. Demikian selanjutnya, sehingga kita jumpai “ Tingkatan Hukum”. Misalnya: dari hukum yang rendah (peraturan kotapraja) terus meningkat pada hukum yang lebih tinggi (peraturan propinsi) dan terus sampai hukum yang menjadi dasar dari pada hukum yang berlaku yang disebut “Grund Norm” atau Norma Dasar Dari Segala Hukum yang Berlaku.

Tata Hukum menurut kelsen tidak terdiri dari hukum yang bersimpang siur, tapi ada sangkut pautnya, ada tingkatannya dan dapat di kembalikan dari yang rendah sampai yang tinggi. Hingga sampai pada Grund Norm tadi. Jadi dalam suatu Negara dasar tata hukum yang berlaku adalah undang-undang dasarnya. Kelsen mengatakan Negara sama dengan hukum. Karena Negara itu menurut kelsen merupakan penjelmaan dari Tata Hukum dan untuk Tata Hukum harus diadakan tingkatan hukum. Hukum yang lebih rendah dapat dikembalikan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 5

Page 6: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

ke hukum yng lebih tinggi dan ke yang tertinggi sehingga dengan demikian kita menjumpai apa yang dinamakan “Stufenbouw Des Recht”.

Sekarang kita lihat apakah faham kelsen iitu untuk 100% benar, bahwa negar itu sam dengan hukum. Dalam hal ini kita harus melihat faham dari seorang sarjana terkenal bernama Herman Heller, berpendapat bahwa apabila kita berpegangan pada ajaran Kelsen maka Ilmu Negara ini sebenarnya terlalu abstrak, tidak konkrit, seolah-olah tidak ada sangkut pautnya dengan Negara, sehingga Heller mengatakan bahwa paham Kelsen itu sebagai Ilmu Negara tanpa Negara atau bahasa Jermannya disebutkan dengan nama “Staatslehre Ohne Staat”.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua ketentuan undang-undang itu terdapat pada undang-undang dasar. Ajaran Kelsen mendapat kritukan dari seorang sarjana yang bernama Nelson. Ia mengatakan bahwa ajaran hukum daripada Kelsen ini sebenarnya terlampau menyampinngkan keadilan sehingga kita jumpai Rechtslehre Ohne Recht. Akan tetapi bagaimanapun juga peninjauan yuridis dari Kelsen ini ada manfaatnya bagi kita dalam pembentukan Stufenbouw tadi. Penamaan dari ajaran ini sebenarnya bukan dari Kelsen sendiri, tetapi dari seorang sarjana yang bernama Adolf Merkel, yamg menamakan ajaran ini sebagai Stufenbouw des Recht. Seorang sarjana lain yang bernama Mr. Kisch mengemukakan Stufenbouw yang agak jelas. Menurut Kisch bahwa Stufenbouw itu ada tiga timgkat:

Yang tertinggi dinamakan Abstracte Norm. Generale Norm atau Tussen Norm. Concrete Norm atau Casus Norm.

Jadi norma yang konkret adalah norm yang ada dalam masyarakat, itu berdasarkan Tussen Norm! jadi segala hukum yang berlaku dalam masyarakat itulah yang merupakan norm.

Generale norm, yang terdapat kitab-kitab hukum, undang-undang dan lain-lain pelaksanaannya tidak persis seperti yang tertulis dalam undang-undang itu. Misalnya dalam undang-undang ditentukan bahwa orang membunuh dihukum dengan 20 tahun, akan tetapi dalam pelaksanaannya hanya 18 tahun dan sebagainya.

Abstrak norm itulah yang menjadi tujuan hukum, yang menjadi asas-asas hukum misalnya keadilan. Bagaimanakah kita dapat mencapai keadilan itu? Untuk ini kita harus khususkan dan kita harus melihat keadilan apa dulu. Dalam Hukum Pidana, yaitu: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam lapangan perdata yaitu ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sipil. Tingkatan ini lebih tegas dari pada yang dikemukakan oleh Hans Kelsen.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 6

Page 7: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

TINGKATAN HUKUM MENURUT ADOLF MERKER

Jadi Tata Hukum itu harus ada pengertian-pengertian hukum dan pengertian-pengertian hukum ini dapat digolongkan pada yang lebih tinggi yaitu Kategori Hukum dan akhirnya sampai pada Cita Hukum. Jadi kita lihat bahwa Adolf Merkel memulai dari bawah sampai ke tingkat yang lebih tinggi lalu terus pada tingkatan yang tertinggi. Cara ini disebut Abstraksi atau Induktif yaitu dari suatu yang khusus lalu kita meningkat pada yang pokok. Dengan jalan Absrtaksi Adolf Merkel sampai pada cita hukum.

Sekarang kita lihat apakah abstraksi ini? Abstraksi adalah cara berfikir secara yuridis yang kita harus ketahui! Radbruch, mengatakan bahwa tugas ahli hukum untuk bisa melaksanakan hukum harus dipergunakan 3 cara yaitu:

Interpretasi/ penafsiran, Kontruksi, Sistematik.

Mengenai macam-macam interpretasi ini akan kita dapat dalam pengantar Ilmu Hukum.

Konstruksi adalah suatu cara apabila Hukum itu hendak kita laksanakan pertama-tama kita harus pakai penafsiran, tapi mungkin penafsiran itu tidak cukup dan barulah kita laksanakan dengan konstruksi. Mengenai konstruksi ini ada dua cara:

Abstraksi, Determinasi

Abstraksi dapat kita rumuskan sebagai berikut:Melepaskan sifat-sifat yang khusus untuk bisa meningkatkan dari suatu

yang khusus ke suatu yang umum. Misalnya jual beli, adalah sesuatu yang khusus; kemudian kita jumpai suatu cara yang lain yang juga khusus, misalnya melepaskan suatu barang dengan cara menghibahkan, menghadiahkan, mewariskan dan sebagainya, intinya sama antara jual beli dengan menghadiahkan dan lain-lain yaitu melepaskan suatu barang atau benda. Mengenai pengertian-pengertian Hukum: untuk sampai keatas kita tidak cukup

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 7

Citra Hukum

Kategori Hukum

Pengertian-pengertian Hukum

Tata Hukum

Page 8: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

hanya dengan Abstraksi saja, kita harus kritis, serta analisis sehingga terdapat dua paham: paham tersebut adalah:MonismeDualisme

Scholten mengatakan, “bahwa dengan cara abstraksi kita tak mungkin sampai kepada cita-cita Hukum, dengan hanya melihat kepada tata hukum saja tidak mungkin pula”. Menurut scholten harus dengan cara dualistis. Jadi paham dari schilten dualistis.

Contoh: Di bawah sendiri manusia, lebih keatas lagi mungkin sejenis dengan kera dan diatasnya lagi mungkin adalah binatang menyusui. Dan yang lebih tinggi lagi apa? Yaitu makhluk hidup. Makhluk hidup bisa juga binatang, tapi bisa juga ampibi.

Determinasi sebaliknya, memperoleh sifat-sifat yang khusus untuk bisa meningkat dari ketentuan yang umum kepada yang khusus. Jadi dalam Stufenbouw ini jelas kita lihat caranya adalah monisme, seperti juga kelsen hanya pangkal haluannyanya lain. Kelsen berpangkal pada Grundnorm. Kemudian sampai pada tata hukum. Merckel mulai dari tata hukum dan dengan abtraksilah kita sampai pada cita-cita hukum. Jadi kita kembali pada peninjauan Ilmu Negara, menurut kelsen ini yang terlalu abstrak, tidak melihat kenyataan dari Negara itu. Peninjauan Kelsen ini oleh Hermann Heller dikatakan sebagai Staatslehre Ohne Staat atau Ilmu Negara tanpa Negara. Hermann Heller menolak Ilmu Negara dari Kelsen dan ia mengemukakan ilmu Negara yang lain.

Obyek Ilmu Negara Ilmu Negara menganggap Negara sebagai obey-obyek penyelidikannya

antara lain meliputi pertumbuhan, sifat hakit dan bentuk-bentuk Negara.Hukum tata Negara juga mengganggap Negara sebagai obyeknya,

terutama tentang hubungan antara alat-alat perlengkapan Negara. Pembahasan dalam ilmu Negara menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat umum dengan menganggap Negara sebagai gema (bentuk umum) dan mengesampingkan/mengabaikan sifat-sifat khusus dari Negara.

Perbedaan antara hukum tata Negara dengan ilmu Negara ialah ilmu Negara menyelidiki atau membahas negara dalam teori-teori yang umum dengan mengesampingkan sifat-sifat khusus dari setiap Negara-negara sedangkan hukum Tata Negara (positif) menyelidiki atau membahas suatu system Hukum Tata Negara Indonesia, Hukum Tata Negara Inggris. Hukum Tata Negara Belanda, dan sebagainya.

Jadi Hukum Tata Negara menguraikan pertumbuhan, perkembangan dan susunan suatu sistem alat-alat perlengkapan negara tertentu, sedangkan Ilmu Negara mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat menyeluruh yaitu berupa pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok (kranenburg mempergunakan istilah pengertian-pengertian umum dan sifat-sifat umum) dari Negara secara umum.

Dengan demikian Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoretis kepada Hukum Tata Neagara positif. Dan Hukum Tata Negara merupakan kongkretisasi daripada teori-teori Ilmu Negara. Jika dikatakan Hukum Tata Negara lebih bersifat praktis maka Ilmu Negara lebih bersifat teoritis. Naka dengan demikian Ilmu Negara dianggap sebagai Ilmu pengantar untuk mempelajari Hukum Tata Negara.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 8

Page 9: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE-2 : OBJEK KAJIAN ILMU NEGARA

Ilmu negara sebagai pengetahuan asli dari Eropa Kontinental terutama Jerman. George Jellinet melihat ilmu negara itu melalui zwelseilen theorie. Negara sebagai objek tidak hanya pada ilmu negara hukum tata negara dan hukum administrasi negara memandang negara sebagai objeknya. Walaupun HTN dan HAN menggunakan negara sebagai objeknya tetapi beratnya pada yang pengertian konkrit, artinya objek itu terikat pada tempat, keadaan, waktu tertentu.

Di dalam bukunya G. jellinek yang ditulis sekitar tahun 1882 dengan berjudul Allgemeine Staaslehre atau ilmu negara umum dinyatakan dalam skema ilmu kenegaraan oleh beliau dibagi menjadi dua bagian yaitu: Staatsullsenschaft dalam arti sempit Rechtswlssenschaft

Selanjutnya George Jellinek untuk membahas Allgeine Staatslehre. Ilmu negara umum menggunakan teori dua segi atau zweseilen theorie.

Objek Penyelidikan Ilmu Negara Ilmu negara mengarahkan penyelidikannya kepada negara dalam arti

umum, yakni negara sebagai suatu gejala kehidupan bermasyarakat, negara sebagai phenomen sosial. Jadi disini istilah negara dipakai dalam suatu pengertian “genus”. Ilmu negara berusaha mencari hal-hal yang bersifat umum dalam bentuk kehidupan bersama yang berupa negara itu. Karena itu yang diselidiki ilmu negara, bukanlah suatu negara yang secara positif ada, melainkan negara sebagai suatu pengertian abstrak, dalam arti bahwa penyelidikan dan pembahasan yang dilakukan ilmu negara itu tidaklah ditujukan kepada suatu negara secara kongkrit ada pada sesuatu waktu dan tempat tertentu, melainkan negara terlepas baik dari waktu maupun dari tempat ruang lingkupnya, tidak terbatas kepada pelajaran kenegaraan mengenai negara yang ada pada waktu sekarang saja, akan tetapi juga mengenai pelajaran kenegaraan pada masa yang akan datang, bahkan kadang-kadang juga membicarakan negara-negara yang hanya ada dalam konsepsi idiil seorang ahli pikir saja.

Sehubungan dengan itu, maka ilmu negara menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok saja dari negara yang berlaku untuk dan terdapat pada setiap negara. Dicarinya hakekat wujud, sifat-sifat, ciri-ciri, syarat-syarat, dan konstruksi-konstruksi dasar dari negara “in abstracto” itu. Oleh sebab itu hasil penyelidikan ilmu negara itu bersifat umum (ilmu negara umum). Istilah ini merupakan terjemahaan dari istilah “Allgemeine Staatslehre” dari Georg Jellinek yang harus dibedakan dari istilah “Staatsslehre” menurut Herman Heller. Berbeda dengan ilmu hukum tatanegara yang mengambil suatu negara tertentu atau suatu “species” negara sebagai sasaran penyelidikannya. Ilmu negara itu sebenarnya sudah lama dikenal, yakni sejak jaman Yunani kuno, tetapi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri, ilmu negara itu belum lama.

Berkatalah Prof. Rudolf Kranenburg tentang hal ini dalam bukunya yang berjudul “Algemeene Staatsleer” : De algemeene staatsleer is, wat haar naam betreft, een jonge tak van wetenschappelijk onderzoek, maar naar haar wezen een oude” (Periksa R. Kranenburg, “Allgemene Staatsleer”, H. D. Tjennk Willink & Zoon NV. Haarlem, 1952 Hal 3). Artinya bahwa mengenai namanya ilmu negara itu merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang muda, akan tetapi menurut hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 9

Page 10: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Yang mula-mula membahas ilmu negara sebagai ilmu kenegaraan tersendiri adalah Georg Jellinek dalam bukunya “Die Allgemeine Staatslehre” dia membuktikan, bahwa ilmu negara merupakan ilmu tersendiri yang mempunyai sifat teoritis atau yang mempunyai sifat ilmiah murni. Ilmu negara ini oleh G. Jellinek disebut “theoretische staatswissenschaft” atau staatslehre”.

Di negara Belanda, ilmu negara itu baru dijadikan mata kuliah yang berdiri sendiri sebagai suatu "Leerstoel” pada kira-kira permualaan abad ke 20 di Universitas Leiden dan Prof. R. Kranenburg sebagai guru besarnya yang pertama.

Di atas telah dijelaskan, bahwa sebenarnya ilmu negara itu hanyalah bagian dari ilmu kenegaraan (staatswissenscharft) atau politeia (menurut istilah Plato) atau Politica (menurut istilah Aristoteles). Georg Jellinek membagi staatswissenschaft menjadi :

1. Theoretische staatswissenschaft atau staatslehre (ilmu negara)2. Practische staatswissenschaft atau politikolgi (ilmu politik) 3. Sedangkan staatslehre dibagi menjadi : 4. Aligemeine staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian umum

(ilmu negera)5. Bezondere staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian khusus

(ilmu negara khusus) Perumusan tentang ilmu negara, itu telah banyak dikemukakan oleh para

sarjana, namun sebagai pegangan dapat dikatakan “ilmu negara ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan pengertian-pengertian pokok negara secara umum, yakni mempelajari persoalan-persoalan yang sama pada negara-negara yang ada atau yang pernah ada di dunia. Adapun persoalan-persoalan tersebut adalah sebagai berikut :

Asal-usul suatu negara; Perkembangan suatu negara; Unsur-unsur negara; Timbul dan lenyapnya suatu negara; Tujuan negara dan fungsi negara; Jenis-jenis ataupun bentuk-bentuk negara secara umum. Dari definisi tersebut di atas, kita katakan, bahwa ilmu negara itu bersifat

teoretis dan merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif. Hukum tata negara positif ialah hukum ketatanegaraan dari suatu negara tertentu pada suatu waktu tertentu. Contoh hukum tata negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang.

Sisi Tinjauan Ilmu Negara 1. Ruang Lingkup Ilmu Negara

Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Ilmu negara menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai organisasi dalam pengertian umum. Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan asli dari Eropa Kontinental (Jerman) ilmu negara ini adalah ilmu pengetahuan mengenai negara yang berasal dari Jerman, kemudian menjalar mempengaruhi ilmu pengetahuan tentang negara di daratan Eropa, termasuk negeri Belanda dan Perancis dan daerah pengaruhnya. Disamping itu ada juga tradisi ilmu pengetahuan An Glo Saxis, ini juga ilmu pengetahuan mengenai negara yang berkembang di negara negara Inggris dan Amerika serta negara-negara yang dipengaruhinya.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 10

Page 11: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Ilmu negara sebagai mata kuliah yang prerequisite diberikan di tingkat satu (dulu tingkat persiapan) dengan menggunakan daftar bacaan dari kedua tersebut di atas, yakni Eropa Kontinental, maupun Anglo Saxis, namun disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sendiri. Adapun alasannya adalah sebagai berikut :

Negara Republik Indonesia, yang baru lepas dari tangan penjajahan Belanda (ingat Universitas Gajah Mada pada tanggal 13 Maret 1946 yang pertama kali mempergunakan istilah ilmu negara).

Di Eropa Kontinental (Jerman) dikenal dengan nama “Staatslehre” atau “Theoritische staatswissenschaft.” Karena kita pernah (3,5 abad) dijajah oleh Belanda, dan sampai tahun 1940-an banyak produk-produk sarjana hukum dan sebagainya dari penjajah ya bahasa pengantar yang dipergunakan baik di kantor-kantor ataupun di sekolah dan dalam pergaulan digunakan bahasa Belanda dan Inggris, termasuk daftar buku-buku bacaan di sekolah. Sehingga pada gilirannya, dalam mengikuti mata kuliah sejak itu dipergunakan kepustakaan Eropa.

Disamping ilmu negara, sebagai ilmu pengetahuan mengenai negara, ada juga ilmu pengetahuan mengenai negara dan mempunyai hubungan erat dengan ilmu negara yaitu ilmu politik, hukum tata negara, hukum administrasi dan sebagainya. Dapat kita buktikan, bahwa disamping ilmu negara dan sebagaimana kita ketahui, adalah merupakan cabang dari staatswissenschaft dikenal juga Angewandte staatswissenschaft, sebagai pengetahuan parktis, dan zaman sekarang dikenal dengan nama ilmu politik ( di lingkungan Anglo Saxis dikenal dengan nama “political science”. Ilmu negara sebagai pengetahuan asli dari Eropa Kontinental terutama Jerman. Georg Jellinek melihat ilmu negara itu dari dua sisi tinjauan (Zweiseiten theorie):

Sisi tinjauan sosiologis, yang terdiri dari:Nama negara (istilah dari Nicolo Machiavelli “Estato atau Lo Stato”

(14691527) dalam bukunya antara lain II Principe (The Prince 1513), “Discorsis opra la prima deca di Tirus le vius).

Sifat hakekat atau karakteristik daripada negara Dasar penghalalan (pengesahan) hukum dari negara Tujuan negara Timbul dan lenyapnya negara Sejarah type-type pokok daripada negara.

Demikianlah, jika negara dilhat dari sudut sosiologis (Allgemeine Staatslehre), yang merupakan gejala-gejala atau peristiwa sosial atau soziale Faktum yang merupakan masalah-masalah (problematik).

Sisi tinjauan Yuridis, yang terdiri dari: Perbedaan hukum publik dengan hukum perdata Anasir-anasir atau syarat-syarat negara Kedaulatan Konstitusi negara Organ-organ negara (pemegang legislatif, eksekutif dan yudikatif) Perwakilan Fungsi negara Susunan negara (negara kesatuan, negara federal) Bentuk-bentuk negara dan bentuk pemerintahan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 11

Page 12: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Negara-negara bersusun (konfederasi)Demikianlah jika negara dilihat dari ssi yuridis (Allgemeine

staatsrechtslehre, dimana negara dilihat dari / yang merupakan bangunan – bangunan atau lembaga – lembaga negara ataupun rechtsliche Institution, yang terdapat beberapa problematik atau masalah – masalah. Negara sebagai obyek tidak hanya pada ilmu negara. Hukum tata negara dan hukum administrasi negara juga memandang negara sebagai obyeknya. Walaupun HTN dan hukum administrasi negara, menggunakan negara sebagai obyeknya, tetapi titik beratnya pada yang pengertian konkrit, artinya obyek negara itu terikat pada tempat, keadaan, waktu tertentu. Memang erat hubungannya.

Untuk lebih jelasnya, pahamilah bagan yang dibuat oleh G. Jellinek yang diambil dari bukunya yang terkenal, yaitu Allgemeine Staatlehre di situ beliau menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan struktur dari ilmu negara sebagai berikut :

STAATSWISSENSCHAFT (dalam arti luas)

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 12

Page 13: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

ILMU KENEGARAAN

STAATSWISSENSCHAFT

(Dalam arti sempit)

ALIG SOZIALE ALIG STAATS INDIVIDUALE SPEZIAL STAATSLEHRE STAATSLEHRE RECHTSLEHRE STAATSLEHRE

1. Nama Negara 2. Sifat hakekat negara 3. Dasar penghalalan hukum dari negara 4. Tujuan negara 5. Timbul dan lenyapnya negara 6. Sejarah tipe-tipe negara

Individuale staatslehre mengupas soal-soal umum suatu negara, baik juridis maupun sosiologis. Gabungan beberapa individualle staatslehre menjadi

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 13

RECHTSWISSENSCHAFT

1. Hukum Tata Negara

2. Hukum Antar Negara

3. Hukum Administrasi Negara

BESCHREIBENDE – sw

(Staten Kunde)

THEORITISCHE - sw

(Staten Kunde)

PRAKTIKSCHE -sw

(Angewandte - sw)

ALLGEMEINE STAATSLEHRE

(Ilmu Negara Umum)

BESONDES STAATSLEHRE

(Ilmu Negara Khusus)

1. Perbedaan hukum publik dengan hukum perdata

2. Syarat-syarat negara 3. Kedaulatan4. Konstitusi negara 5. Organ-organ negara 6. Perwakilan 7. Fungsi negara 8. Susunan negara 9. Bentuk negara dan bentuk

pemerintahan 10. Negara-negara bersusun

(konfederasi)

Page 14: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Allg Sozialle Staatslehre ; sedangkan spezialle staatslehre membahas struktur pemerintahan suatu negara. Jika beberapa spezialle staatslehre digabungkan, maka terjadilah Allg Staatslehre jadi gabungan spezialle staatslehre, akan menjadi Allg Staatslehre.

2. STAATSWISSENSCHAFT : Untuk melihat dimana ilmu negara itu sebenarnya? Dapat kita perhatikan

bagan gambar di atas dan uraiannya adalah sebagai berikut : Di dalam bukunya G. Jellinek yang ditulis sekitar tahun 1882 dan yang berjudul Allgemeine Staatslehre atau ilmu negara umum, dinyatakan dalam skema ilmu kenegaraan (dalam arti luas) oleh beliau dibagi jadi 2 (dua) bagian yaitu :

I. STAATSWISSENSCAHFT DALAM ARTI SEMPIT II. RECHTSWISSSCHAFT

Ad. I Staatswissenschaft Dalam Arti Sempit Maksudnya, adalah staatswissenschaft dalam arti yang luas setelah

dikurangi oleh rechtwissenchaft. Dalam hal ini dimaksudkan suatu ilmu pengetahuan mengenai negara, yang penyelidikannya menekankan pada negara sebagai obyeknya.

Ad. II Rechtswissenschaft Maksudnya, adalah ilmu pengetahuan mengenai negara, namun dalam

penyelidikannya ditekankan pada segi reacht atau segi yuridisnya dari negara itu sendiri. Dimana yang termasuk reachtswissenchaft tersebut adalah : Hukum tata negara Hukum administrasi negara Hukum antara negara

STAATSWISSENCHAFT DALAM ARTI SEMPIT INI DIBAGI MENJADI 3 BAGIAN, YAITU :

Bescheibende – sw (staten kunde) Theoritische – sw (staatsleer) Praktischer – sw (angenwandte – sw)

Ad I. Beschreibende Staatswissenschaft Dikemukakan disini, adalah ilmu pengetahuan yang melukiskan atau yang

menceritakan tentang negara. Jadi segala sesuatu bahan -bahan yang menggambarkan tentang negara, misalnya keadaan alamnya faunanya dan floranya dan sebagainya. Ad II Theoritische Staatswissenschaft

Inilah yang dimaksudkan staatslehre atau staatsleer (ilmu negara). Theoritische Staatswissenschaft, maksudnya adalah ilmu pengetahuan mengenai negara yang mengambil bahan-bahan dari Beashreibende Staatswissenchaft. Dimana bahan-bahan yang dikumpulkannya itu diolah, dianalisa dan yang sama digolongkan sesamanya, yang berbeda dipisahkan lalu diletakan dalam suatu sistematik dan pada akhirnya dicarinya pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok daripada negara.

Ad III Praktische Staatswissenschaft /Angewandte – sw

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 14

Page 15: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang menerangkan tentang cara-cara mempraktekan teori-teori ilmu kenegaraan. Ilmu politik dalam sistematik G. Jellinek mempunyai arti yang lain isinya atau berbeda dengan yang disebut Political Science (politis) di negara Anglo Saxis. Ilmu poltik menurut Tradisi Anglo Saxis, merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, berbeda dengan pendapat Eropa Kontinental, tidak merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, melainkan dijalankan dalam praktek hasil dari penyelidikan theoritische Staatswissenchaft atau theoritical science. Jelas ada hubungan yang erat.

THEORITISCHE – sw Theoritische Staatswissenchaft ini dibagi menjadi dua bagin, yaitu : Allgemeine Staatsleher Besondere Staatslehre Ad I Allgemeine Staatsleher

Maksud G. Jellinek adalah ilmu negara umum yang membahas tentang teori-teori negara dan teori tersebut berlaku umum di seluruh dunia atau berlaku di semua negara. Ad II Besondere Staatslehre

Maksud G. Jellinek dari Besondere Staatslehre ini, adalah ilmi negara khusus yang membahas tentang teori – teori mengenai negara, yang berlakunya teori – teori tersebut adalah hanya pada satu atau suatu negara tertentu saja. Selanjutnya G. Jellinek untuk membahas Allgemeine Staatslehre (ilmu negara umum, menggunakan teori dua segi atau zweiseiten theorie. Untuk memahami hal itu pahami skema di atas !

3. Ilmu Politik Politik, secara etimologis atau arti kata berasal dari bahasa Yunani Purba

yaitu Polis (F. Isjwara hal. 18-22), polis adalah kota yang dianggap negara (pada waktu itu). Pada waktu itu kota identik dengan negara. Dengan demikian polis, staads staads the greek citystates adalah tempat tinggal bersama dari orang-orang biasa selaku para warganya (citizens) dengan pemerintah, yang biasanya terletak disebuah bukit dan dikelilingi benteng – tembok untuk menjaga keamanan mereka terhadap serangan musuh yang menyerang dari luar.

Pengidentikan kota dengan negara pada waktu itu, disebabkan polis hanya memiliki daerah yang kecil yaitu seluas kota, dan penduduknya kurang 300.000 orang. Sedangkan sekarang jaman modern yang dinamakan kota lebih dari itu, melainkan sudah merupakan negara yang berwilayah yang disebut Vlakte-state atau country – state. Sehingga negara tidak identik dengan kota, disebabkan daerah negara jauh lebih luas daripada daerah kota, dan jumlah penduduknya lebih banyak.

Kemudian dari istilah polis diturunkan dan dihasilkan kata-kata seperti : politeia (segala hal ihwal yang menyangkut polis / negara) polites (warga kota atau warga negara) dan politikos (ahli negara), polieke techne (kemahiran politik), polieke episteme (ilmu politik) dan kemudian istilah polis itu diambil oleh orang romawi yang menghasilkan kata are politica (Pengetahuan tentang negara atau kemahiran tentang masalah kenegaraan) lihat hal 31.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 15

Page 16: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Orang yang pertama kali, menggunakan istilah ilmu politik yaitu Jean Bodin (Science politique) pada chef d’ouvre dalam bukunya Les Six Livres de La Republique 1576, dan pada tahun 1606 istilah tersebut dipergunakan pula oleh Thomas Fitzherbert, Jeremy Bentham dan William Godwin.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perkembangan berikutnya muncul keanekaragaman istilah ilmu politik. Hal ini disebabkan pula dalam bahasa inggris sebagai political science, the science of politics atau politics. Sedangkan R. M. Mac Iver dalam bukunya The Web Government The Science of Politics (Anglo Saxis)

Di Eropa Continental (Jerman) dikenal dengan berbagai nama, misalnya angewandt staatswissentchaft yang merupakan cabang dari staatswissentchaft, les sciences politiques (Perancis) yang selalu didengungkan dengan ilmu moral atau ilmu-ilmu sosial lainnya sehingga dipergunakan istilah les science morale (sosiales) et politiques.

Orang Belanda menyebut staatswetenschaappen, dan di Italia disebut scienzee politica. Disamping itu Prof. J. Barente menerbitkan buku yang berjudul De Wetenschap Der Politiek dengan ondertitelnya met een terein verkenning dikenal istilah politica, sedangkan H. Heller dalam bukunya Staatslehre menyebutnya Politikologie (1934).

Di India, menurut A. S. Altekar dalam bukunya “State and Government in ancient India, Ilmu politik itu dikenal dengan istilah Rajadharma (kewajiban raja), Rajayasastra (ilmu negara); Dandaniti,

1. Nitisastra dan Arthasastra. Ternyata istilah ilmu politik itu sangatlah banyak, misalnya George

Jellinek dalam bukunya Recht des Modernen Staates, menyatakan bahwa ilmu politik sangat membutuhkan suatu peristilahan yang tepat dan tidak meragukan. Keanekaragaman istilah-istilah ilmu politik ini, disebabkan karena belum ada kesamaan pendapat diantara para cendekiawan atau communis opinio doctorum (opinio=pendapat, dan communis=umum, sedangkan doctorum=para guru). Hal ini bisa mengakibatkan kesimpang siuran, sama dengan pendapat G. Jellinek dan Kuncaro Purbopranoto “yang mengkonstanstir, bahwa ilmu politik sangat membutuhkan istilah yang tepat agar tidak simpang-siur.

Lain halnya pada pemakaian istilah secara teknis dalam Ilmu Negara tidak (tidak terjadi pertentangan paham), yang mungkin bila ada hanya merupakan masalah penafsiran saja alih bahasa saja. Bahkan orang sering juga ada kesimpang siuran itu dalam hukum, misalnya Apakah hukum itu? Jawabannya banyak yang berbeda (Immanuel Kant, L. J. Van Apeldoornl. Didukung oleh pendapat Meriam Budiardjo (ilmu politik dan artinya bagi Indonesia” bahwa: setiap kali para ahli berkumpul, maka suka bagi mereka untuk mencapai persetujuan mengenai pendefinisian dari ilmu politik.

Kesulitan lainnya membedakan ilmu politik dan ilmu Negara, disebabkan adanya dua jenis, yaitu: satu dari Eropa Kontinental, dan kedua dari Anglo Saxix, sehingga sulit untuk terjadinya kesatuan pendapat dari para pemikir tentang negara.

Di Eropa, ilmu negara (Belanda) menurut RoelofKranenburg: Ilmu Negara tidak lain, adalah” ilmu tentang negara ,“ negara diselidiki sifat hakekatnya, struktur, dan bentuknya, asal mulanya, dan persoalan-persoalan di sekitar negara dalam pengertian umum. Periksa Buku Prof. J. Barents yang berjudul

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 16

Page 17: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Pengantar Ilmu Politik dan Ilmu Negara Umum (Roelof Kranenburg) yang diterjemahkan oleh Sitorus)!

Kembali kepada persoalan: “Apakah Ilmu Politik itu?Apakah ilmu politik itu ilmu atau bukan? Oleh A. Th. Mason, di jawab, bahwa politicss is art rather than science, ………..kemudian oleh van der Goes van Naters dinyatakan bahwa De Politie is geen wetenschap. De Romeinen van Netes ars politica politieke kunst…….., demikian juga Otto Von Bismarch, seorang negarawan ulung, (Prusia), mengatakan bahwa dia kunst der moglichkeiten.

Jadi walaupun J. Barents memberikan judul bukunya watenschap der politiek dengan ondertitel een terrein verkening dapat kita tentukan dalam ilmu politik di negeri Belanda, bahwa negeri Belanda tidak meniru dan menyalin ilmu politik dari Jerman tetapi negeri Belanda mendapat pengaruh dari ilmu pengetahuan Inggris dan Amerika. Sehubungan dengan hal tersebur atau terpampang di atas, jika diperhatikan, maka pada pokoknya batasan bagi ilmu politik dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (Periksa F. Isjwara, S hal 33 – 39)Batasan Institusional

Batasan ini mempelajari lembaga – lembaga politik, namun karena negara merupakan lembaga politik – politik pra-exelence, maka negaralah yang menjadi pusat perhatian. Karena itu pembatasnya dimulai dari asal usul negara, hakekat negara, sejarah serta tujuan dan bentuk-bentuk negara yang akhirnya sampai kepada deduksi tentang pertumbuhan dan perkembangan negara. Jadi ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu yang menyelidiki lembaga-lembaga politik (political institutions) seperti negara, pemerintah, DPR, dan lain-lain sebagainya pendukungnya antara lain Wilbur White dalam bukunya white political dictionary, menyatakan bahwa political science the study of the formation forms and process of the state and government.

2. Batasan secara fungsional (pragmatis atau teologis) Pada dasarnya merupakan batasan secara institusional, namun berusaha

melepaskan diri secara sepihak dari pandangan dogmatis yuridis dari batasan institusional. Maka dalam hal ini lebih diutamakan fungsi dan aktivitas dari struktur formal lembaga-lembaga politik yang diselidiki. Lembaga-lembaga politik ditinjau tidak sebagai lembaga terasing, melainkan sebagai lembaga yang dinamis yang mendapat pengaruh dari faktor kekuasaan rill dalam masyarakat yang bersifat non yuridis.

Berkatalah H. R. Hoetink dalam kata pengantar buku J. Barents, bahwa peranan faktor-faktor kekuasaan rill (de reele machtsfactoren) pressure groupe, lobbyst, public opinion dan yang lainnya tidak kurang pentingnya dari struktur dan dokumen-dokumen hukum dari lembaga politik itu.

Sesuai dengan fungsi dan aktivitasnya, maka terjadilah pergeseran yang titik beratnya penyelidikan bagi ilmu politik adalah statika kedinamika politik. Akibatnya harus pula diperhatikan faktor-faktor nonpolitik yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi, dan aktivitas lembaga-lembaga politik, seperti faktor demografis, psykologis, kultural dan ekonomie. Oleh karena itu sarjana yang termasuk kedalam golongan ini menilai lembaga politik, tidak atas dasar ketentuan-ketentuan undang-undang dasar atau dokumen-dokumen lainnya, tetapi atas dasar reiiil yang telah dicapai lembaga politik bagi kesejahteraan umat

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 17

Page 18: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

manusia, karena lembaga politik diperuntukan bagi manusia dan harus bermanfaat.

3. Batasan Secara Hakekat Politik (Power Interpretation Of Politics) Dalam hal ini yang menjadi hakekat politik adalah kekuasaan atau power,

maka karena itu politik merupakan “perjuangan untuk memperoleh kekuasaan” atau “Technic menjalankan kekuasan-kekuasaan” atau “masalah pelaksanaan atau kontrol kekuasaan”.

Pemusatan peninjauan kepada gejala kekuasaan ini, menimbulkan “ilmu kekuasaan” power science atau “kratologi” yang berasal dari bahasa Yunani Kratos. Kekuasaan yang diselidiki itu diperlihatkan “sifatnya, perkembangannya, rangka dan akibatnya”.

Maka bicaralah Carell Loewensteib di dalam bukunya Ver fassung slehre, bahwa ilmu politik is nichate unders als der kampf um de machate. Sedangkan J. Suys di dalam bukunya De Nuei politie, bahwa politik adalah “striyd om match”. Harold D. Laswell dalam bukunya “the language of politics menyatakan when we speak of science of politics, we mean the science of power.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 18

Page 19: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE - 3 : TEORI TIMBUL DAN LENYAPNYA NEGARA

TEORI TIMBULNYA NEGARATeori Pertumbuhan Negara dapat dibagi menjadi dua macam yakni :

Secara Primer Secara Sekunder

Fase-fase yang Harus Dilalui Oleh Negara yang Terbentuk Secara Primer Masyarakat-mastarakat hukum yang merupakan keluarga besar\

persekutuan masyarakat Kerajaan (rijk) Negara (staat) Negara yang demokrasi (demokrtische natie)

Teori Pertumbuhan Negara

Dalam teori pertumbuhan negara secara primer dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :1. Suku atau Persekutuan masyarakat (Genootschaft)

Dalam teori ini dijelaskan bahwa awal mula kehidupam masyarakat dimulai dari keluarga. Kelurga adalah faktor penentu dalam membentuk kepribadian manusia, yang nantinya akan berkembang terus menerus menjadi suatu kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu atau disebut pula suku.

Suku\ persekutuan masyarakat sangat terikat dengan adanya adat istiadat serta kebiasaan yang disepakati. Dalam suatu suku terdapat seorang pemimpin yang disebut dengan Kepala Suku yang dianggap sebagai Primus Inter Pares, artinya orang yang terkemuka diantara orang yang sama. Kepala suku bertugas mengatur dan memelihara kebersamaan suatu kelompoknya.

Pada hakekatnya suku atau persekutuan masyarakat sangat berkaitan dengan hukum alam. Mengapa dapat dikatakan berkaita? Karena pada hukum alam dijelaskan bahwa manusia pada awalnya hidup dalam kebebasan dimana tidak ada aturan atau hukum yang mengikat. Mereka bebas untuk melakukan apapun tanpa mempunyai pemikiran yang panjang, karena manusia mempunyai akal pikiran dari Tuhan yang membuat manusia ingin melakukan segala sesuatu dengan bebas, sekeinginan hatinya.

Dengan melihat fenomena tersebut dan terjadi perdebatan pendapat atau peperangan, maka dengan perkembangan jaman manusia menginginkan pula suatu aturan atau hukum yang dapat mengatur, melindungi dan menjamin kelangsungan hidup dan akhirnya mengadakan suatu perjanjian yang disebut perjanjian masyarakat.

2. Kerajaan (Rijk)Bentuk kerajaan merupakan kelanjutan atau tahap perkembangan dari

bentuk persekutuan\ suku. Kerajaan terbentuk sebagai sebagai akibat adanya pertantangan antar sekutu\ suku. Kepala sekutu\suku yang pada awal mulanya berkuasa di masyarakatnya, kemudian melakukan ekspansi-ekspansi ke daerah-daerah lain untuk memperluas wilayah kekuasannya hingga menimbulkan perlawanan dari sukutu lain.

Primus inter pares yang kuat yang akan menguasai dan menjadi raja yang berkedudukan dipemerintah pusat, sedangkan daerah yang berhasil ditaklukan akan menjadi pemerintah daerah . Pada waktu itu pengaruh kekuasaan pemerintah pusat belum begitu besar terhadap daerah-daerah

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 19

Page 20: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

mungkin disebabkan karena perhubungan antara pemerintah pusat dengan daerah yang masih belum baik sehingga sering perintah-perintah dari pusat tidak sampai di daerah akibatnya daerah-daerah melakukan pemerintahan sendiri yang akhirnya menimbulkan pemberontakan melawan pusat.

Dalam perkembangan selanjutnya untuk mencegah adanya pertentangan antara pusat dengan daerah maka pemerintah pusat berusaha agar pemerintah daerah dapat tunduk kapada pemerintah pusat. Dengan cara menundukkan daerah dengan kekerasan senjata. Untuk membeli persenjataan maka pemerintah pusat harus mempunyai keuangan yang cukup. Keungan ini diperoleh dengan cara mengadakan perdagangan ke luar yang menguntungkan. Dengan persejantaan yang kuat maka kekuasaan sekarang pada kepala negara. Akhirnya raja mulai berwibawa sehingga mulai tumbuh kesadaran akan kebangsaan dalam bentuk negara nasional.

3. Negara Nasional (Staat)Terjadinya negara nasional adalah akibat kondisi pada tahap kerajaan

dimana pemerintah pusat tidak dapat mengendalikan pemerintah daerah yang sebelumnya ditaklukan. Sistem kerajaan yang terjadi masih sangat terasa, karena pada awalnya negara nasional diperintah oleh raja yang bersifat sewenang-wenang\absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasinya dimana pemerintah pusat hanya mengurus untuk pemerintah pusat saja sedangkan kepentingan daerah tidak diurus semestinya, sehingga terjadi kesenjangan sosial dan semua rakyat dipaksa untuk mematuhi kehendak dan perintah raja. Namun pada akhirnya berhasil meredam gejolak atau pemberontakan pemerintah daerah dan sadar akan bernegara. Jadi yang terpenting dalam fase ini rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat.

4. Negara Demokrasi (Democratisch Natie)Negara demokrasi lahir sebagai akibat munculnya kekuasaan pemimpin

pada negara nasional yang kembali melakukan pemerintahannya dengan sewenang -wenang (absolut). Kondisi negara seperti ini tentu sangat merugikan rakyat, karena rakyat berada pada pihak yang lemah. Seiring dengan perkembangan jaman timbul kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan rakyat. Artinya kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat bebas untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapat.

5. Negara Diktator (Diktatuur)Dalam suatu negara demokrasi seorang pemimpin dipilih oleh rakyat

melalui suatu pemilihan umum. Lama kelamaan akibat terlalu lama memerintah pmimpin tesebut memimpin secara diktator, yang selalu ingin memerintah dengan sekehendak sendiri tanpa memikirkan keinginan rakyat. Negara diktator merupakan penyimpangan dari negara demokrasi. Didalam teori pertumbuhan negara secara primer terdapat lima tahap, yaitu :

Suku atau Persekutuan masyarakat (Genootschaft)Dalam tahap ini berkaitan sekali dengan teori hukum alam. Dimana masyarakat pada waktu itu masih bersifat bebas belum ada suatu aturan atau hukum yang mengikat, sehingga dengan perkembangan jaman ternyata dibutuhkan pula suatu aturan atau hukum yang akhirnya menghasilkan suatu perjanjian yang disebut perjanjian masyarakat.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 20

Page 21: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Kerajaan (Rijk)Dimana pada awalnya dalam tahap ini jepala suku berkuasa pada masyarakatnya, tetapi makin lama berkembang sehingga melakukan ekpansi-ekspansi ke daerah lain untuk memperluas kekuasaannya. Sehingga rakyat merasa terkekang terjadilah pemberontakan dan raja pun melakukan suatu cara untuk menguasai rakyat dengan cara membeli senjata-senjata untuk memperluas kekuasaan tetapi akhirnya hal tersebut tidak terjadi, antara rakyat dengan raja bersatu sehingga raja mempunyai kewibawaan tersendiri dan tumbuh kesadaran akan kebangsaan dalam bentuk nasional.

Negara Nasional (Staat)Pada tahap ini awalnya diperintah oleh raja yang absolut dengan system pemerintahan tersentralisasi. Dimana pemerintah pusat hanya mementingkan kepentingan pusat saja sedangkan kepentingan daerah dinomor duakan, sehingga terjadi kesenjangan sosial dan semua rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Namun pada akhirnya dalam fase ini sadar akan bernegara.

Negara Demokrasi (Democratisch Natie)Negara demokrasi merupakan perkembangan lebih lanjut dari negara nasional, dimana negara demokrasi terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan rakyat.

Negara Diktator (Diktatuur)Tahap ini merupakan perkembangan dari negara demokrasi. Yaitu

adanya penyimpangan pemimpin negara, yang memerintah secara absolut, yang selalu memerintah atas dasar keinginan sendiri tanpa memikirkan rakyat.

2. Terjadinya Negara Secara Sekunder

2.1. Pengakuan De facto dan De JureTerjadinya Negara secara sekunder merupakan terbentuknya suatu

Negara baru sebagai akibat dari adanya revolusi, intervensi, dan penaklukan terhadap Negara yang lama.Kenyataan bahwa terjadinya Negara secara sekunder tidak dapat dipungkiri meskipun cara terbentuknya kadang tidak sah menurut hukum. Contohnya, suatu Negara yang terbentuk karena penaklukan atau pencaplokan, jalan tersebut dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum (onrecht). Hal itu terjadi karena sebelum Negara yang baru itu timbul,peraturan hukukmnya sudah dikeluarkan oleh Negara lama ada. Hal seperti ini merupakan suatu pelanggaran hukum, pelanggaran hukum ini berjalan terus, makin lama makin menjadi kenyataan hingga akhirnya diakui. Jellinek menyebutkan sebagai berikut “die normatieve kraft des faktischen”. Kekuasaan dari kaum pemberontak mendapat dukungan dari rakyat dan jika pemerintahannya itu ternyata efektif dan stabil,maka satu demi satu akan datang pengakuan dari Negara-negara lain yang bersifat sementara. Pengakuan ini disebut de facto, karena pengakuan ini ditunjukan kepada kenyataan-kenyataan mengenai kedudukan pemerintahan yang baru, apakah didukung oleh rakyatnya atau tidak, dan apakah pemerintahannya efektif yang menyebabkan kedudukannya stabil.

Dalam Keadaan semacam ini sifat Negara-negara asing masih menunggu (wait and see), sampai berapa jauh keadaan itu bias dipertahankan. Jika kemudian bias dipertahankan terus bahkan makin bertambah maju, maka

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 21

Page 22: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

pengakuan de facto akan berubah dengan sendirinya menjadi pengakuan de jure. Yang dimaksud dengan pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya yang bersifat tetap terhadap munculnya, timbulnya atau terbentuknya suatu Negara dikarenakan terbentuknya Negara baru adalah berdasarkan yuridis.

Setelah mendapatkan pengakuan de jure yang bersifat tetap, penempatan perwakilannya untuk Negara baru itu dirubah dari konsulat menjadi kedutaan. Oleh karena pada mulanya penempatan seorang konsul itu untuk menjamin hubungan kepentingan perdagangan dan kini sesudah ditempatkannya kedudukan baru, maka hubungannya diperluas lagi dalam hubungan diplomatik

Peristiwa ini pernah dialami oleh Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya yang disusul dengan perlawanan bersenjata oleh seluruh rakyat Indonesia terhadap pemerintahan kolonial Belanda yang dibantu oleh tentara sekutu, maka pada tahun itu juga Inggris, Amerika, dan India memberi pengakuan de-factonya kepada Negara Republik Indonesia atas daerah-daerah Jawa,Sumatra, dan Madura. Pemerintah berjalan terus disamping bertahan melawan serangan-serangan dari tentara Belanda yang diselingi dengan beberapa perundingan-perundingan seperti: Linggar Jati,Renville, dan Clash I dan II maka pada akhirnya dengan konfrensi Meja Bundar, Negara Republik Indonesia mendapatkan pengakuan de jure pada tanggal 17 Desember1949. Setelah diakui, Indonesia mendapatkan kedaulatrannya atas seluruh wilayah bekas jajahan Hindia-Belanda kecuali Irian Barat.Pada saat itu Negara Belanda memberi penafsiran yang lain mengenai pengakuan de facto dan de jure. Pengakuan itu tidak ditujukan kepada Negara Republik Indonesia, tetapi kepada pemerintahan Republik Indonesia. Pengakuan semacam ini dinamakan pengakuan atas pemerintahan de facto yang artinya suatu pengakuan yang diberikan hanya kepada pemerintahan dari suatu Negara sedangkan terhadap wilayahnya tidak diakui.Pengakuan ini diciptakanj oleh seorang sarjana Belanda bernama Van Heller. Dengan pengakuan semacam ini akan membawa akibat yang berbeda, karena pengakuan itu akan menempatkan Belanda dalam kedudukan yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan. Penafsiran Belanda itu dipengaruhi oleh bangunan hukum perdata yang membedakan dua macam hak, yaitu:Hak Eigendom yang terbagi atas dua unsur, yaitu :

titik hukum penguasaan Hak Bezit

Pada hak bezit juga terdapat unsure penguasaan. Misalnya seorang pemilik tanah bisa memiliki kedua unsure itu jika ia mengolah sendiri, jika tanah ini disewakan maka si penyewa ini mempunyai hak bezit karena ia menguasai tanah itu. Tetapi penyewa itu tidak boleh menjualnya karena titik hukumnya ada pada si pemilik. Dengan analogi ini maka belanda hendak mengkonstruer pengertian pengakuan de facto dan de jure terhadap pemerintah Indonesia, dengan maksud bahwa hak milik atau eigendom ada pada pemerintah Belanda, sedangkan hak bezit berada pada bangsa Indonesia (de facto). Penafsiran ini dengan sendirinya akan membawa konsekuensi yang lebih jauh. Hubungan luar negeri antara Indonesia dengan Negara-negara lainnya ada di tangan Belanda, sedangkan hanya urusan dalam negeri yang bisa diselenggarakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Dengan demikian kedudukan negeri belanda akan diuntungkan dan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 22

Page 23: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

kemerdekaan yang diproklamirkan oleh bangsa Indonesia hanya merupakan sebagai dominion status seperti halnya dengan Negara-negara bekas jajahan inggris.

Pemerintah Indonesia tidak langsung diam dengan adanya pengakuan tersebut, tetapi pemerintahan Indonesia langsung menyusun kekuasaannya untuk dapat menentukan nasibnya sendiri. Perubahan-perubahan terus dilakukan, tentunya untuk menjadikan Negara Indonesia sebagai suatu Negara yang mandiri, tertib, stabil, kuat dan tentunya maju, sehingga pada akhirnya Negara-negara lain mau tidak mau harus mengakui Negara Indonesia sebagai Negara baru (de jure). Hal tersebut dapat terjadi, karena dalam pandangan Negara-negara lain apabila pemerintahan Indonesia dapat stabil, menjamin hak asasi rakyatnya, serta mengadakan konstitusi maka Negara Indonesia akan diakui keberadaannya (de jure).

Adapun alasan mengapa Negara yang baru merdeka harus mendapatkan pengakuan dari Negara lain, yaitu:adanya kekhawatiran akan terancamnya kelangsungan hidupnya, baik yang timbul dari dalam (melalui kudeta), maupun yang timbul dari luar (interpensi dari Negara lain). Merupakan ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa suatu Negara tidak dapat berdiri tanpa bantuan dan kerjasama dengan negara lain. Ketergantungan itu terletak dalam segala bidang, yaitu politik, ekonomi, olahraga, social budaya, begitu juga dengan pertahanan dan keamanan. 2. 2 Terjadinya Negara melalui Pendekatan Faktual

Pendekatan ini membahas tentang asal mula terjadinya Negara berdasarkan Fakta sejarah, yaitu berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi. Pendekatan secara factual dibagi kedalam delapan cara, yaitu :a} occupatie (pendudukan)hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu.Contoh : Liberia yang diduduki budak-budak Negro dimerdekakan pada tahun 1847b} Fusi (peleburan)Hal ini terjadi ketika Negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk saling melebur menjadi Negara baru.Contoh : terbentuknya Federasi Kerajaan Jerman pada tahun 1871c} Cessie (penyerahan)hal ini terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada Negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentucontoh : wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena ada perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan Negara yang dikuasainya kepada Negara yang menang. Austria adalah salah satu Negara yang kalah pada Perang Dunia I.

d} Accesie (penaikan)

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 23

Page 24: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur sungai atau timbul dari dasar laut (delta). Kemudian wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuk Negara.Contoh : wilayah Negara Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil.e} Anexatie (pencaplokan/penguasaan)hal ini terjadi karena suatu Negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai (dicaplik) oleh bangsa lain tanpa reaksi berarti.Contoh : ketika pembentukan Negara Israel pada tahun 1948, wilayahnya banyak mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.f} Proclamation (proklamasi)hal ini terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan) sehingga berhasil merebut wilayahnya kembali, dan menyatakan kemerdekaannya.Contoh : Negara republic Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari penjajahan Jepang dan Belanda.g} Inovation (pembentukan baru)munculnya suatu Negara baru di atas wilayah suatu Negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian lenyap.Contoh : Negara Columbia yang pecah dan lenyap. Kemudian di wilayah Negara tersebut muncul Negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia Baru.h} Separatise (pemisahan)suatu wilayah Negara yang memisahkan diri dari Negara yang semula menguasainya, kemudian menyatakan kemerdekaannya.Contoh : pada tahun 1939 Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan Kemerdekaannya.

2.3 Terjadinya Negara Melalui Pendekata TeoritisAsal mula terjadinya Negara selain dapat dilihat berdasarkan proses

pertumbuhan yang tadi, dapat juga dilihat berdasarkan pendekatan teoritis. Beberapa teori itu adalah sebagai berikut :

a. Teori KetuhananTeori ini didasarkan pada kepercyaan bahwa segala pada kepercayaan

bahwa segala sesuatu itu terjadi atas kehendak Tuhan. Negara pun demikian, negara terjadi atas berkat adanya karunia dari Tuhan. Tuhan menciptakan negara ada yang secara langsung dan ada yang secara tidak langsung. Ciri Tuhan menciptakan negara secara langsung yaitu penguasa itu berkuasa karena menerima wahyu dari Tuhan, sedangkan ciri Tuhan menciptakan negara secara tidak langsung yaitu penguasa itu berkuasa karena kodrat Tuhan (Azhary 1983:15).

Negara indonesia juga menyadari bahwa indonesia merdeka atas berkat rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi “ Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya “. Dengan pernyatan tadi berarti bangsa Indonesia menyadari bahwa Indonesia merdeka bukan hanya berkat perjuangan semata, tetapi juga adanya karunia dari Tuhan Yang Maha esa.Paham yang menganggap kekuasaan negara itu berasal dari Tuhan bukan hanya dari negara Indonesia saja, tetapi juga menurut beberapa tokoh, yaitu :

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 24

Page 25: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

menurut Agustinus dalam bukunya “De Civitas Dei” menerangkan bahwa adanya dua macam negara, yaitu

Civitas Dei (negara Tuhan). Negara ini sangat dipuji oleh Agustinus, karena ini adalah negara yang diangan-angankan dan dicita-citakan oleh agama. Negara Tuhan didunia ini diwakili oleh gereja atau oleh kerajaan-kerajaan lain yang tunduk pada pimpinan gereja yang berarti mengikuti pimpinan Tuhan.Civitas Terrena / Diboli (negara Iblis atau negara duniawi). Negara ini sangat dikecam dan ditolak oleh Agustinus karena menurutnya negara ini adalah buatan setan.

Menurut Agustinus, manusia itu sifatnya jasmaniah dan rihaniah. Karena itu maka kehidupan manusiapun rangkap duapula. Kehidupan jasmaniah yang fana berkiblat pada diri manusia yang mencari kepuasan duniawi, dan kehidupan rohaniah yang baka berkiblat pada Tuhan Yang Maha Esa yang mencari kepuasan hakiki yang kekal abadi.

Dengan adanya dua macam kehidupan ini maka diri manusia telah terjadi dua macam masyarakat, dua negara yang berasal dari dua orang anak Adam, Kain dan Abel. Dari Kain yang durhaka terjadi masyarakat duniawi (Civitas Terrena). Dari abel yang Saleh terjadi masyarakat Tuhan (Civitas dei).

Didunia sekarang ini negara duniawi dan negara tuhan masih campur, dan baru pada hari penghabisan akan dipisahkan. Karena hanya mengejar keduniaan maka betapapun besar dan megahnya negara itu tetap saja akan membawa keserakahan, perkosaan, peperangan, kebencian, kekacauan, penderitaan dan akhirnya keruntuhan. Hanya negara Tuhan yang akan berlangsung kekal dan abadi sehingga memperoleh perdamaian dan kebahagiaan sejati.

Menurut Thomas Aquinas negara itu bukan keburukan buatan setan, melainkan diakui juga sebagai perwujudan dari kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan tata alam. Tetapi hukum tata alam inipun terjadi dari kehendak Tuhan dan menurt hukum Tuhan.

Menurutnya Tuhan telah menjadikan manusia sebagai mahluk pergaulan, maka yang memberikan pimpinan bagi pergaulan manusia ini adalah raja. Untuk menjalankan kewajibannya yang luhur itu raja juga memperoleh pimpinan dari Tuhan. Dengan demikian, maka kekuasaan negara itu pada hakekatnya adalah juga kekuasaan Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah ditentukan oleh kodrat Illahi ini. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah asal segala kekuasaan dan asal berdirinya negaraMenurutut Friedrich Julius Stahl dalam bukunya “Die Philosophie des Rechts" berpendapat bahwa negara itu timbul dari takdir Illahi. Bagaimanapun juga semua kekuasaan itu pada hakekatnya adalah terjadi karena kehendak dan kekuasaan Tuhan.

Yaitu teori yang mengaggap bahwa memang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa negara itu timbul. Nampak pada UUD-nya”By the Grace of God” (Atas berkat Tuhan YME).

Mikado (Kaisar Jepang) dianggap merupakan keturunan Dewa Matahari Iskandar Zulkarnaen dianggap sebagai putraa Dewa Zeus Ammon. Dalai lama di Tibet dianggap sebagai utusan Tuhan di bumi.

Teori ini dibagi dua,yaitu teori ketuhahan langsung dan tidak langsung.Tokohnya Thomas Aquines, Agustinus, Yulius Sthal, Kranenburg, Haller.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 25

Page 26: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

b. Teori PerjanjianTerjadinya negara karena adanya perjanjian masyarakat , semua warga

negara mengikat diri dalam suatu perjanjian bersama untuk mendirikan suatu organisasi yang bisa melindungi dan menjamin kelangsungan hidup bersama. Perjanjian ini disebut perjanjian masyarakat (contract social). Hal ini dapat pula terjadi pada perjanjian antara pemerintah penjajah dengan rakyat daerah jajahan. Misalnya, seperti kemerdekaan Fhilipina tahun 1946, juga India tahun 1947.Adapun beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori perjanjian adalah :

Thomas Hobes berpendapat bahwa manusia harus mengadakan suatu perjanjianyang disebut perjanjian masyarakat untuk membentuk suatu masyarakat dan selanjutnya negara. Dalam perjanjian ini mereka menunjuk seorang penguasa yang diserahi kekuasaan untuk menyelanggarakan perdamaian tersebut. Penguasa itu bernama raja dan mempunyai kekuasaan yang absolut. Setelah diadakan perjanjian masyarakat dimana individu-individu menyerahkan haknya atau hak-hak azazinya kepada suatu kolrktivitas yaitu suatu kesatuan dari individu-individu yang diperolehnya melalui pactum uniones, maka disini kolektivitas menyerahkan hak-haknya atau kekuasaannya kepada raja dalam pactum subjektiones tanpa syarat apapun juga. Raja sama sekali ada diluar perjanjian, dan oleh karenanya raja mempunyai kekuasaan yang mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan kepadanya (monarchie absolut).

Menurut jhon locke bertujuan untuk membentuk mayarakat dan selanjutnya negara. Tujuannya adalah untuk memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak azazi manusia.karena raja berkuasa untuk melindungi hak-hak rakyat. Kalau raja bertindak sewenang-wenang, maka rakyat dapat meminta pertanggung jawabannya karena yang primer adalah hak-hak azazi yang dapat dilindungi oleh raja. Akibat dari perjnjian antara rakyat dengan raja maka timbul monarchie constitusionil atau monarki terbatas, karena kekuasaan raja sekarang menjadi terbatas oleh konstitusi.

Menurut perjanjian masyarakat Hobes, pactum uniones (perjanjian untuk membentuk suatu kesatuan/ kolektivitas antara individu-individu) sama sekali ditelan oleh pactum subjektiones (perjanjian menyerahkan kekuasaan antara rakyat dengan raja) shingga akibatnya raja berkuasa mutlak. Sedangkan menurut Jhon Locke pactum uniones dan pactum subjektiones sama kuat pengaruhnya, sehingga dalam penyerahan kekuasaan raja harus berjanji akan melindungi hak-hak azazi rakyat.hasil perjanjian itu diletakan dalam Leges Fundamentalis yang menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak.

Menurut J.J Rousseau (bapak kedaulatan rakyat) berpendapat bahwa yang merupakan hak-hak pokok dari perjanjian masyarakat adalah menemukan suatu bentuk kesatuan yang membela dan melindungi kakuasaan bersama disamping kekuasaan pribadi milik setiap orang, sehingga semuanya dapat bersatu. Akan tetapi, masing-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri sehingga orang tetap merdeka dan

Teori perjanjian ini yang menganut bahwa sesuatu negara itu terbentuk berdasarkan perjanjian bersama, baik antara orang-orang yang sepakat mendirikan suatu negara, maupun antar orang-orang yang maenjajah dengan yang dijajah.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 26

Page 27: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Disimpulkan bahwa menurut Jhon Locke terbentuknya negara ada dua tahap :a. Factum unionis, yaitu perjanjian antara individu untuk membentuk suatu

negara agar masyarakat terlindungi, karena kondisi lingkungan tersebut yang mendorong terjadinya suatu perjanjian.

b. Factum subjectionis, yaitu perjanjian individu atau rakyat dengan penguasa untuk membentuk suatu negara baru. Penguasa yang mendapat dukungan dari masyarakat untuk mambentuk suatu perjanjian, membentuk negara baru.

Menurutnya negara harus berdasar “Monarki konstitusional” dan teriakt oleh aturan.Thomas Hobbes : menghendaki monarki absolut (raja tidak terikat aturan)J.J.Rousseau : (Bapak kedaulatan rakyat) menghendaki raja semata-mata hanya mandataris rakyat. Apabila tidak mampu raja dapat diganti.

c. Teori KekuasaanYaitu teori yang menganggap bahwa negara itu timbul karena adanya

kekuasaan dan kekuasaan adalah ciptaan mereka yang paling kuat dan berkuasa. Bahwa negara terbentuk disebabkan oleh pergeseran strata/kelas. Orang yang paling kuat dan berkuasa ialah pencipta negara. VOLTAIRE berkata “raja yang pertama adalah pahlawan yang menang, oleh karenanya sudah selayaknya memegang tampu kekuasaan.” Satu-satunya faktor yang menentukan terjadi negara adalah kekuasaan. Bagi Leon Duguit “kekuasaan dapat timbul dari kekuatan fisik, otak, ekonomi, dan agama.” Karl Max “negara terbentuk dari kekuasaan atas kemenagan kaum proletar (buruh dan petani) terhadap kaum borjuis.

d. Teori Hukum AlamYaitu teori yang menganggap bahwa hukum alam bukanlah buatan

negara, melainkan atas kekuasaan alam yang berlaku setiap waktu dan tempat, setra bersifat universal dan tidak berubah. Tokohnya:

PLATO : terjadinya negara secara evolusi. ARISTOTELES : manusia adalah zoon politicon, yang kemudian

terbentuklah keluarga—masyarakat—negara. AGUSTINUS : terjadinya negara akarena suatu keharusan sebagai

penebus dosa atau perbuatan orang-orang yang ada didalamnya. Negara yang baik sesuaim dengan cita-cita agam, yakni terciptanya suasana keadilan.

THOMAS AQUINO : negara merupakan lembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 27

Page 28: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

B. TEORI LENYAPNYA NEGARAPertumbuhan dan prkembangan suatu ilmu pengetahuan pada dasarnya

bebas untuk berfikir dan menyatakan pendapan yang merupakan hasil pemikiran kemasyarakatan luas,harus ada hal-hal yang menyebabkan sampai dilakukan penyelidikan.Biasanya ada keadaan yang tidak sesuai denagan pandangan hidup didalam masyarakat itu.

Pemikiran tentang Negara dan hukaum yang dahulu dilakukan oleh beberapa orang secara tersembunya akibat tekanan oleh golonga-golongan yang menginginkan dan yang telah mempunyai kekuasaan politik dan diusahakan penerapanya.Karena itu terjadilah pengaruh rimbal balik antara pemikiran dan pelaksanaanya.

Masalah negara sekarang ini memperoleh arti penting yang khusus baik di bidang teori mupun di bidang politik praktis. Perang imperialisme telah sangat mempercepat dan memperhebat proses kapitalisme monopoli menjadi kapitalisme monopoli negara. Penindasana yang mengerikan atas masa pekerja keras negara, yang makin lama makin erat berpadu dengan perserikatan-perserikatan kapitalis yang maha kuasa, menjadi lebih mengerikan lagi. Negeri-negeri yang maju sedang berubah. Kita berbicara tentang daerah belakang mereka menjadi penjara-penjar kerja paksa militer bagi kaum buruh.

Kengerian dan bencana yang tiada taranya yang diakibatkan perang berlarut-larut membuat keadaan masa tidak tertanggungkan dan memperhebat kemarahan mereka. Revolusi proletar internasional jelas sedang mematang. Masalah hubungannya dengan negara memperoleh arti penting praktis.

Elemen-elemen oportunis yang menumpuk selama puluhan tahun dalam perkembangan yang relatif damai telah melahirkan aliran sosialis-chauvisnis yang berdominasi di dalam partai-partai sosialis yang resmi di seluruh dunia. Aliran sosialisme dalam kata-kata dan chauvisnisme dalam perbuatan, berciri penyesuaian-penyesuaian yang nista dan memebludak dari pemimpin-pemimpin sosialisme, tidak saja pada kepentingan-kepentingan borjuasi nasional milik mereka, tetapi justru pada kepentingan- kepentingan negara milik mereka sendiri, kebanyakan dari apa yang dinamakan negara-negara besar telah lama menghisap dan memperbudak sejumlah bangsa kecil dan lemah. Dan perang imperialis justru perang untuk membagi-bagi kembali barang rampasan macam ini. Perjuangan untuk pembebasan mas pekerja dari pengaruh borjuasi pada umumnya dan dari pengaruh borjuasi imperialis pada khususnya, tidaklah mungkin tanpa perjuangan melawan prasangka-prasangka portunis mengenai negara.

Menurut sejarah Kenegaraan, pemaparan pandangan para ahli pikir tersebut dilakukan secara periodik mulai dari zaman Yunani kuno sampai pada zaman Modern. Dalam pandangan para ahli pikir itu ternyata tidak hanya soal asa usul terjadinya Negara melainkan tentang unsur-unsur Negara serta membahas tentang uraian lenyapnya suatu Negara.

Para ahli pikir yang membahas tentang lenyapnya Negara yang terjadi pada saat zaman-zamannya, antara lain:Plato,Aristoteles,Agustinus,Gorge Jillenek,Karl Marx,Sain simon, Bakunin, F Engels, Ibnu Kaldun, dan Rudolf Smend.

1. PlatoSesungguhnya bentuk dari suatu Negara itu ditentukan oleh bentuk pemerintahanya,sedangkan betuk pemerintahan itu ditentukan oleh sifat dari

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 28

Page 29: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

orang-orang yang memegang pemerintahan tersebut.Selanjutnya sifat dari pada orang itu ditentukan oleh sifat jiwa manusia yang merupakan dasar kehidupan yang principle. Yang dijalankan sejauh mungkin itu merubah keadaan mereka menjadi buruk dan akhirnya memusnahkan.Pemerosotan ini disebabkan pemerintah tiada melakukan keadilan dan kepentingan umum,slalu ada kesewenang-wenangan tindakan.

Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa orang yang adil adalah orang yang budiman dan baik,sedangkan orang yang tidak adil adalah orang yang jahat dan tidak berpengetahuan;ini adalah yang mencerminkan daripada jiwa yang baik yang memerintah dengan baik sedang jiwa yang jahat akan memerintah dengan buruk.

Didalam suatu Negara,pemerintah juga sangat berperan dalam kelancaran atau kelangsungan hidup Negara.Apabila Negara telah dipimpin dengan pemerintahan anarki yaitu kemerdekaan dan kebebasan yang sangat didewa-dewakan,timbullah penyalagunaan,timbullah kemerdekaan dan kebebasan yang tidak terbatas,orang-orang ingin merdeka,ingin sebebas mungkin,dalam keadaan ini orang dapat berbuat sesuka hati,orang tidak mau diatur lagi,tidak mau diperintah lagi karena orang ingin mengatur dan memerintahnya diri sendiri,maka dalam keadaan aini Negara akan kacau.Dalam keadaan demikian ini dikehendaki timbulnya pemimpin yang keras,kuat,yang dapat mengatasi kekacauan itu,maka lalu dicari sesorang yang dianggap mempunyai bakat pimpinan untuk diserahi untuk memerintah,jadi pemerintahan hanya dipegng oleh satu orang saja.Dalam keadaan demikian hasrat dari pada penguasa adalah menjaga supaya tidak ada saingan terhadap dirinya,dan untuk ini penguasa tidak segan-segan mengasingkan atau menyingkirkan semua musuh-musuhnya.Tindakan demikianlan yang jauh dari keadilan.Negara yang berpemerintahan ini disebut Tirani,tirani sangat jauh dari cita-cita keadilan,sebab pemerintahan ini selalu berusaha menekan rakyatnya.Pemerintahan yang sewenang-wenang dapat menghancurkan Negara.

2.AristotelesPendapat Aristoteles mengenai sususnan dan hakekat Negara atau

masyarakat adalah bahwa Negara itu merupakan satu kesatuan serta organisme yaitu suatu keutuhan yang mempunyai dasar-dasar hidup sendiri. Dengan demikian, Negara selalu mengalami timbul, berkembang, pasang surut, dan kadang-kadang mati sama halnya dengan keadaan manusia, binatang dan tumbuhan.

Menurut aristoteles menaklukkan Negara-nagara tetangga dengan kemauan atau tidak adalah perbatan yang tidak syah dan merupakan politik pemerintahan yang tidak bijaksana,tidak ada pemerintahan yang bersifat abadi,karena didalam tiap-tiap bentuk pemerintahan itu didalam dirinya telah mengadung benih-benih perkosaan serta paksaan diri atu semacam revolusi.Hal ini tidak dapat dihindarkan,oleh karena itu memang sudah merupakan pembawaan daripada sifat-sifat manusia.

3. AgustinusAgustinus membagi Negara atas dua bagian:satu pihak Negara disebut

sebgai Civitas Dei yang artinya Negara tuhan,dan dipihak lain yaitu Civitas terena atau Civitas Diaboli yang artinya Negara-nmegara duniawi akan iblis.Yang melaksanakan itu adalah Gereja yang mewakili Negara Tuhan.Negara duniawi

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 29

Page 30: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

yang merupakan Civitas Diaboli itu adalah kerajaan romawi yang diperintahkan oleh kaisar yang tidak mempunyai keadilan.Pemerintahannya bertindak sewenang –wenang,Oleh karena Negara duniawi itu dipegang orang-orang yang terjerumas oleh dosa.Kehancuran Negara romawi disebabkan oleh nafsu akan kemegahan dan keduniawian.

4.Karl MarxDalam sejarah sudah berkali-kali terjadi pada ajaran-ajaran para pemikir

dan pemimpin revolusioner kelas-kelas tertindas dalam perjuangan mereka untuk pembebasan. Sepanjang masa kehidupan para revolusioner besar, kelas-kelas penindas terus-menerus mengejar-ngejar mereka, menyambut ajaran mereka dengan kedengkian yang paling ganas, kebencian yang paling jahat, kampanye-kampanye kebohongan dan fitnah yang paling tak terkendalikan. Menurut marx, negara tidak dapat timbul atau bertahan jika perdamaian kelas adalah mungkin dan negara adalah organ kekuasaan kelas, organ penindasan dari satu kelas terhadap kelas lain, ia adalah ciptaan tata tertib yang melegalkan dan mengekangkan penindasan ini dengan memodernisasikan bentrokan antarkelas.Menurut Karl Mark negara akan tetap ada sebagai suatu organisasi akibat dari suatu penjelmaan dari sejarah dan sebagai hasil dari kehidupan manusia itu sendiri jika kemajuan-kemajuan dalam proses produksi dan pembagian kerja terdapat dan selama hak milik memegang peranan penting.Sejak itu Negara disebut sebagai Negara kelas dan juga berlaku bagi Negara proletar jika Negara borjius diganti oleh negara proletar tersebut,setelah kaum proletar merebut kekuasaan dari kaum kapitalis,tetapi Negara ini lama-kelamaan akan hilang dengan ditiadakan hak milik terhadap alat-alat produksi yang sebelumnya ada pada tangan suatu kelas ekonomi di dalam masyarakat,dan Negara sebagai alat kekuasaan untuk menindas golongan yang lain akan lenyap dan berubah menjadi masyarakat yang tidak bernegara serat tidak berkelas.

5.Saint SimonDalam pendapatnya membedakan dua golongan di dalam masyarakat

yaitu:golongan yang bekerja dan golongan yang malas.Golongan yang malas ini akan menderita kekalahan karena kehilangan kewibawaan sedangkan golongan orang yang tidak berada,tidak mampu untuk memimpin masyarakat baik dalam kerohaniannya maupun dalam bidang politikUntuk mencapai masyarakat ini harus diubah sistem masyarakatnya melalui pendidikan agama dan imu pengetahuan,yang akhirnya akan menimbulkan perjuangan kelas.Dalam pertentangan kelas itu ia hendak menghindari perubahan secara radikal dan menganjurkan adanya saling cinta-mencintai sesame manusia sesui dengan ajaran-ajaran agama.,politik ditentukan oleh perekonomian rakyat baik dalam pengusaha administrasi maupun produksi.Sehingga kekuasaan politik atas golongan lainya harus diubah dan akhirnya Negara akan hilang.

6.BakuninBakunin menghendaki hilangnya Negara dimuka bumi karena

negaramerupakan penyakit (kwood) bagi masyarakat.Karena adanya Negara maka timbulah penindasan dan penghisapan antara manusia denga manusia lainnya.Negara merupakan senantiasa merupakan alat bagi siap aja yang berkuasa untuk menindas golongan lain yang dikuasainya,kerena Negara itu

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 30

Page 31: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

harus dilenyapkan di muka bumi ini dan sebagai gantinya dibentuk perserikatan-perserikatan dari individu-individu yang bebas dari segala macam tekanan dan penindasan.

7.Georg jillnek G.Jilinek bahwa Sebuah negara akan lenyap dilihat dari beberapa teorinya:

a. Teori organs ; Teori organs yaitu Negara yang dipersamakan dengan makluk hidup fisiologi Negara sama dengan fisiologi makluk hidup yang nengalami kelahir,pertumbuhan,perkembangan,dan kematian

b. Teori Anarkis ; Teori anarkis yaitu Negara dipangdang sebagai organisasi tata paksa.Tata paksa dalam kehidupan masyarakat harus dihilangkan dengan cara golongan satu dengan cara menghancurkan organisasi tersebut,golongan dua dengan melalui evolusi dan pendidikan.

c. Teori mati tuanya Negara ; Teori mati tuanya Negara yaitu Negara akan berdiri dan lenyap menurut syarat-syarat objektifnya sendiri.

d. Faktor alam ; factor alam yaitu suatu negar yang sudah berdiri bisa lenyap karena faktor alam seperti bencana alam,gunung meletus,tsunami,tanah longsor dll

e. Faktor social ; Faktor social yaitu negar bisa lenyap karena faktor social seperti karena adanya suatu revolusi,penaklukan serta penggabungan negara.

8. F. EngelsKarya F. Engels yang paling popular, Asal Usul Keluarga, Milik

Perseorangan Dan Negara. Di dalam karangannya, menganalisis sejarah tentang negara, negara sama sekali bukan merupakan kekuatan yang dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai suatu sesempit realitas ide moral, bayangan dan realitas akal sebagaimana ditegaskan oleh Hegel. Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan tertentu; negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontradiksi yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi yang berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tak berdaya melepaskan diri dari keadaan demikian itu. Dan supaya segi-segi yang berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan ekonominya berlawanan, tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang nampaknya berdiri atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan bentrokan itu, mempertahankannya di dalam batas-batas tata tertib: dan kekuatan ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatka diri di atas masyarakat tersebut dan yang semakin mengasingkan diri darinya adalah negara.

Ide dasar Marxisme mengenai masalah peran historis negara dan arti negara.Negara adalah produk dan manifestasi dari tak terdamaikanya antagonis-antagonis kelas.Negara timbul ketika ,dimana dan untuk memperpanjang terjadinya antagonisme-antagoniame kelas secara obyetif tidak dapat didamaikan.Dan sebaliknya ,eksistensi nagara membuktikan bahwa antagonisme-antagonisme adalah tak terdamaikan.

Justru mengenai hal yang paling penting dan fundamental inilah mendistorsikan atas marxisme,yang berlangsung secara dua garis pokok ,dimulai dari satu pihak, par ideology borjuis dan istimewa borjais kecil,yang dibawa

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 31

Page 32: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

tekanan kenyatan-kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah terpaksa mengakui bahwa negara hanya ada dimana terdapat antagonisme-antagonisme kelas dan perjuangan kelas.Sebagai contoh,dalam revolusi 1917,ketika masalah arti dan peranan negara justru menjadi masalah yang luar biasa pentingnya,menjadi masalah praktis ,masalah yang menuntut aksi segera dalam skala massal,seluruh kaum sosialis –Revolusioner dan kaum Menshevik semuanya segera dan sepenuhnya terjerumus kedalam teori borjuis kecil,nagara yang mendamaikan kelas-kelasb.Tak tehitung banyaknya resolusi-resolusi dan artikel-artikel dari politikus-politikus kedua partai itu seluruhnya diresapi oleh teori perdamaian borjuis kecil dan filistin ini.Bahwa negar adalah organ kekuasaan kelas tertentu yang tidak dapat didamaikan dengan antipodenya (kelas yang brlawanan dengannya) ini tak akan dapat dimengarti oleh kaum demokrat borjuis kecil.Sikap terhadap negara adalah salah satu manifestasi yang paling menyolok bahwa kaum sosialis-Revolusioner dan Menshevik kita sama adalah sekali bukan kaum sosialis ,melainkan kaum demokrat borjuis kecil yang menggunakan fraseologi yang mendekati sosialis.

Dipihak lain,pendistorsian Marxisme ala Kaitsky jauh lebih jauh halus.Secara teoritis tidak disngkal bahwa negara adalah organ;kekuasaan kelas adalah organ kekuasaan kelas atau bahwa kontrdiksi-kotradiksi jelas yang tak terdamaikan.Tetapi apa yang diabaikan dikaburkan adalah yang berikut ini;jika negara adalah produk dari tak terdamaikan kontradiksi-kontradiksi kelas,jika negara adalah kekuatan yang terdiri di atas masyarakat dan yang semakin mengasingkan dirinya dari masyarakat itu maka jelaslah bahwa pembebasan kelas tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi tanpa kekerasan,tetapi juga tidak mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh kelas yang berkuasa dan yang merupakan penjelmaan dari pengasingan itu.

Engel juga melanjutkan berbeda dengan organisasikan gens(suku atau klen) lama negara ,pertama-pertama,membagi warga negara menurut pembagian wilayah,pembagian ini nampaknya wajar bagi kita ,tetapi ia meminta perjuangan berjangka panjang melawan organisasi lama berdasarkan suku atau gens, ciri kedua yang adalah ditegakkanya kekuasan kemasyarakatan yang tidak sesuai secaara langsung dengan penduduk yang mengorganisasian diri sebagi kekuatan bersenjata.Kekuatan kemasyarakatan yang khusus ini perlu,karena organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk menjadi tidak mungkin sejak terpecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas,kekuasan kemasyarakatan ini ada di dalam setiap negara.ia tidak hanya terdiri dari orang-orang bersenjata,tetapi juga terdiri dari embel –embel materiil,yaitu penjara dan sebagai macam lembaga pemaksa,yang tidak dikenal oleh susunan masyarakat gens.

Engel lebih lanjut membentang konsepsi kekuatan yang disebut negara yang kekuatan yang muncul dari masyarakat,tetapi yang menempatkan diri di atas dan semakin mengasingkan diri sendri .Terdiri dari apakah kekuatan ini sesungguhnya ,ia terdiri dari badan khusus orang-orang bersenjata dengan organisasi bersenjata yang bertindak sendiri,Engel berusaha mengarahkan perhatian kaum buruh yang berkesadaran kelas terhadap fakta sesungguhnya dari apa yang oleh ffilistinisme yang berdominasu dianggap tidak patut diperhatiakn ,paling biasa ,disucikan oleh prasangka-prasngka yang tidak hany berurat berakar ,tetapi bisa dibilang sudah membantu.Tentara tetap dan polusi pada hakekatnya adalah alat-alat utama kekuatan kekuasaan negara .

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 32

Page 33: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Organisasi demikian itu menjadi tidak mungkin karena masyarakat beradab telah terpecah menjadi kelas-kelas yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak terdamaikan, sehingga jika kelas-kelas ini diperlengkapi dengan senjata yang bertindak sendiri akan timbul perjuangan bersenjata diantara mereka. Terbentuklah negara, terciptalah kekuatan khusus, satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata, dan setiap revolusi, dengan menghncurkan aparat negara, menunjukkan dengan jelas kepada kita bagaimana kelas yang berkuasa berdaya upaya memulihkan satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata yang mengabdi untuknya, dan bagaimana kelas yang tertindas berdaya upaya menciptakan otganisasi baru macam itu yang mampu mengabdi bukan kepada kaum penghisap melainkan mengabdi kepada kaum terhisap.

Engels secara teoritis, dengan gamblang pula mengemukakan justru soal yang juga dihadapkan kepada kita dalam praktek oleh setiap revolusi besar, dengan nyata dan lagi skala aksi masal, yaitu soal saling hubungan antara satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata dengan organisasi bersenjata yang bertindak sendiri dari penduduk, seperti pada revolusi Eopa dan revolusi Rusia.

Kekuasaan kemasyarakatan menjadi lebih kuat sejalan dengan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi kelas di dalam negara dan sejalan bertambah besarnya negara-negara yang berbatasan dan makin banyaknya penduduk negara-negara itu. Kita cukup melihat sajalah Eropa dewasa ini dimana perjuangan kelas dan persaingan dalam menakhlukan telah merangsang kekuasaan kemasyarakatan sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan menelan seluruh rakyat dan bahkan negara. Engel dapat menunjukkan persaingan dalam penakhlukan sebagai salah satu ciri menonjol yang terpenting dati politik luar negeri negara-negara besar, tetapi dalam tahun 1914-1917, ketika justru persaingan ini, yang meruncing berlipat ganda, melahirkan perang imperialis, bajingan-bajingan sosial chauvisnis menyelubungi pembelaan atas kepentingan-kepentingan perampok dari borjuasi mereka sendiri dengan kata-kata membela tanah air, membela republik dan revolusi.

Dengan memiliki kekuasaan kemasyarakatan dan hak untuk memungut pajak,maka para pejabat, sebagai organ masyarakat, kini berdiri di atas masyarakat. Rasa hormat yang bebas dan sukarela kepada organ-organ masyarakat gens (klan) sudah tidak cukup bagi mereka bahkan andaikata pun mereka dapat memperolehnya dibuatlah undang-undang khusus tentang kesucian dan kekebalan para pejabat. Seorang agen polisi yang paling hina mempunyai otoritas yang lebih besar dari pada wakil-wakil klan, tetapi bahkan kepala kekuasaan militer negara beradab bisa beriri hati.

Karena negara timbul dari kebutuhan untuk mengendalikan pertentangan-pertentangan kelas; karena bersamaan itu ia timbul di tengah-tengah bentrokan kelas-kelas, maka sebagian hukumnya negara lazimnya adalah negara dari kelas yang paling perkasa yang paling berdominasi di bidang ekonomi, yang dengan bantuan negara menjadi kelas yang juga berdominasi di bidang politik, dengan demikian memperoleh sarana baru unutk menindas dan menghisap kelas-kelas yang tertindas, seperti halnya negara kuno dan feodal yang merupakan organ untuk menghisap kaum muda dan hamba, demikianlah juga negara perwakilan modern adalah alat dari kapital untuk menghisap kerja upahan. Tetapi sebagai kekecualian pendapat periode-periode dimana kelas-kelas yang berperan mencapai keseimbangan kekuasaan sedemikian rupa sehingga kekuasaan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 33

Page 34: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

negara untuk sementara waktu memperoleh kebebasan tertentu dalam hubungan kedua kelas itu.

Dalam Republik Demokratis, kekayaan menggunakan kekuasaannya secara tidak langsung, tetapi justru dengan lebih pasti, yaitu dengan jalan menyuap langsung para pejabat dan dengan persekutuan antara pemerintah dengan bursa. Dewasa ini, imperialisme dan dominasi bank-bank telah mengembangkan kedua cara mempertahankan dan mewujudkan kekuasaan kekayaan ini di dalam republik demokratis maupun menjadi seni yang luar biasa.Alasan mengapa kemahakuasaan kekayaan lebih terjamin dalam republik demokratis, karena ia tidak tergantung pada selubung politik yang buruk dari kapitalisme. Republik demokratis adalah selubung politik terbaik yang mungkin bagi kapitalisme dan karena itu kapital, telah menguasai selubung yang terbaik itu menegakkan kekuasaannya yang begitu aman, begitu pasti, sehingga tidak ada perubahan apapun baik perubahan orang, lembaga maupun partai dalam republik borjuis-demokratis yang dapat menggoyang kekuasaan itu.

Harus ditegaskan pula bahwa Engels dengan setegas-tegasnya menamakan hak pilih umum sebagai kekuasaan borjuis. Hak pilih umum jelas dengan mempertimbangkan pengalaman dari sosial demokrasi Jerman adalah ukuran bagi kematangan kelas buruh, hak pilih umum tidak dapat dan tidak akan dapat memberikan lebih banyak dalam negara masa kini. Kaum democrat borjuis kecil seperti kaum sosialis revolusioner dan kaum Menshevik mereka sendiri menganut pikiran yang salah dan menyampaikan pada rakyat seolah-olah hak pilih umum dalam negara modern benar-benar dapat menyatakan kehendak kaum mayoritas pekerja dan menjamin pelaksanaannya.

Jadi, negara tidaklah selamanya ada. Pernah ada masyarakat yang bisa tanpa negara, yang tidak mempunyai konsepsi tentang negara dan kekuasaan negara pada tingkat tertentu perkembangan ekonomi, yang tidak bisa berhubungan dengan pecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas, negara menjadi keharusan karena perpecahan ini. Kelas-kelas tak terelakan akan runtuh, sebagaimana halnya kelas- kelas itu tak terelakan timbul. Dengan runtuhnya kelas-kelas maka secara tak terelakan akan runtuh pula negara. Masyarakat yang akan mengorganisasi produksi secara baru atas dasar perserikatan bebas dan sama derajat kaum produsen yang akan mengirim seluruh mesin negara ke tempat yang semestinya yaitu ke dalam museum barang antik.

Proletariat merebut kekuasaan negara dan pertama-tama mengubah alat-alat produksi menjadi milik negara. Tetapi dengan ini,ia mengakhiri dirinya sendiri sebagai proletariat, dengan ini dia mengakhiri segala perbedaan kelas dan antagonisme kelas, yang bersama itu juga mengakhiri negara sebagai negara. Masyarakat yang ada sejak dulu hingga sekarang yang bergerak dalam antagonisme kelas memerlukan negara yaitu organisasi kelas penghisap untuk mempertahankan syarat-syarat luar produksinya; terutama untuk mengekang dengan kekerasan kelas-kelas terhisap dalam syarat-syarat penindasan (perbudakan, penghambaan, dan kerja upah) yang ditentukan oleh cara produksi yang sedang berlaku. Negara adalah wakil resmi seluruh masyarakat, pemusatan masyarakat dalam lembaga yang nampak, tetapi negara yang berupa demikian itu hanya selama ia merupakan negara dari kelas yang sendirian pada zamannya mewakili seluruh masyarakat; pada zaman kuno ia adalah negara dari warga negara pemilik gudang; pada zaman tengah, negara dari bangsawan feodal; pada zaman sekarang negara dari borjuis. Ketika negara pada akhirnya

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 34

Page 35: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

menjadi seluruh wakil masyarakat, ia menjadikan dirinya tidak diperlukan lagi. Setelah tidak ada lagi satu kelas pun dalam masyarakat yang perlu ditindas segera setelah lenyaknya bersama dengan kombinasi kelas, bersama dengan perjuangan untuk eksistensi perorangan yang dilahirkan oleh anarki produksi masa kini, bentrokan-bentrokan dan akses yang timbul dari perjuangan ini, maka sejak saat itu tidak ada lagi yang harus ditindas, juga tidak ada keperluan akan kekuatan khusus untuk menindas negara. Campur tangan kekuasaan negara dalam hubungan sosial menjadi tidak diperlukan lagi dari satu bidang ke bidang yang lain. Pemerintahan atas orang-orang diganti dengan pengurusan barang-barang dan pimpinan atas proses produksi. Negara tidaklah dihapuskan, ia melenyap atas dasar ini harus dinilai kata-kata negara rakyat bebas mempunyai hak hidup dalam hal agitasi, tetapi yang pada akhirnya tidak beralasan secara ilmiah serta harus dinilai juga tuntutan dari apa yang dinamakan kaum anarkis supaya negara dihapuskan secara seketika. Memangkas Marxisme sedemikian itu berarti memerosotkannya menjadi oportunisme sebab interprestasi semacam itu hanyalah meninggalkan gambaran yang kabur tentang perubahan yang lambat, bahkan berangsur-angsur, tentang ketiadaan revolusi. Melenyapnya negara dalam pengertian yang sudah umum berlaku, tersebar luas, massal, kalau dapat dikatakan demikian tidak diragukan lagi berarti mengaburkan, jika tidak mengingkari revolusi.

Dari argumen Engel mengatakan bahwa dengan merebut kekuasaan negara, proletariat dengan demikian menghapuskan negara sebagian negara. Tentang penghapusan negara borjuis oleh revolusi proletar melenyapnya negara merujuk pada sisa-sisa ketata negaraan proletor sesudah revolusi sosialis. Negara adalah kekuatan penindasan khusus dari borjuis terhadap proletariat, dari segelintir kaum kaya terhadap jutaan kaum pekerja, harus digantikan dengan kekuatan penindas khusus dari proletariat terhadap borjuasi. Berbicara tentang melenyap dan bahkan lebih hidup dan lebih ekspresif tentang mati perlahan dengan sendirinya memaksudkan zaman sesudah dimilikinya alat-alat produksi oleh negara atas nama seluruh masyarakat itu berarti sesudah revolusi sosialis. Engel mengarahkan kesimpulan-kesimpulan dari dalilnya tentang negara melenyap tidak semata terhadap kaum anarkis. Dan dari sepuluh yang tersisa itu, barang kali sembilan yang tidak tahu tentang arti negara rakyat bebas.Negara Rakyat Bebas adalah suatu program tuntutan dan suatu semboyan yang umum dan tersebar luas dari kaum sosial–demokrat Jerman dalan tahun tujuh puluhan. Semboyan ini tidak mempunyai isi politik sama sekali kecuali ia melukiskan pengertian tentang demokrasi dengan gaya filistin yang muluk-muluk. Tetapi itu adalah semboyan oportunis karena ia tidak saja menyatakan pembagusan demokrasi borjuis, tetapi juga kegagalan untuk memahami kritisisme sosialis terhadap negara pada umumnya. Suatu republik demokrasi sebagai bentuk terbaik dari negara untuk proletariat di bawah kapitalisme; tetapi kita tidak mempunyai hak untuk melupakan bahwa perbudakan upah menjadi nasib rakyat bahkan di dalam republik borjuis yang paling demokratis sekalipun.

9.Rudolf SmendFungsi dari Negara yang terpenting adalah untuk integrasi

(mempersatukan). Kerangka berpikir Rudolf S adalah Negara sebagai ikatan keinginan yang diusahakan agar selalu tetap (statis), dengan cara mengadakan faktor-faktor integrasi tersebut. Ikatan keinginan itu lepas dari Negara, maka Negara akan menjadi tidak ada atu lenyap.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 35

Page 36: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

10. Ibnu KhaldunKemewahan pertanda kehancuran Negara,selama kemenangan serta

kemegahan itu menjadi milik bersama daru golongan masyarakat dan selama semua para anggotanya sama-sama berdaya upaya untuk memperoleh kemenangan serta kemegahan itu,maka kehendak –kehendak mereka untuk berkuasa di atas orang lain dan untuk mempertahankan harta benda mereka sendiri dapatlah dilihat dengan nyata dari tindakan-tindakan mereka yang tiada sabar dan tiada terkendalikan.Semua mereka ingin menang dan megah.Karena itu mereka menganggap mati dalam kemenangan serta kemegahan itu sebagai suatu kenikmatan dan mereka lebih suka hancur lebur daripada lenyapnya kemenangan serta kemegahan itu bagi dirinya sendiri tetu ia akan memperlakukan semua orang lain itu dengan kekerasan dan mengendalikan mereka dengan semau-maunya dan ia tidak akan membiarkan pihak lain untuk memiliki kekayaan dan segala itu akan dimilikinya sendiri.Maka orang pun akhirnya menjadilah terlalu malas untuk memperdulikan kemegahan itu maka mereka mulailah tidak bersemangat ,maka keadaan seperti itu akhirnya melemahkan dan menghancurkan sendi-sendi kekuatan menjadi rusak. Karena rakyat pendukung itu telah hilang semangat itu akan meluncur terus menuju kelemahan dan kebangkaannya.

Dapat disimpulkan bahwa teori -reori Tentang Tenggelamnya Negara :Teori Organis

Teori ini memandang Negara sebagai suatu organisme yang diliputi oleh hukum perkembangan hidup,sejak dilahirkan,berkembang mulai dari anak-anak,lalu menjadi dewasa,lalu menjadi tua dan akhirnya mati.Contoh Negar Mesir,Babilonia,Parsi punisia,Romawi.Demikian pula tidak semua organisme mati karma tua,maka Negara pun demikian,ada yang hancur karena peperangan walaupun belum tua .Bluntschi memandang negara terjadi tidak langsung karena karya manusia.Negara adalah zat yang hidup yang tumbuh baik di dalam maupun di luar dan berkembang seperti organisme biologis Negara adalah suatu unit besar yang akan menua dan mati.Teori anarkis

Teori ini mengajarkan bahwa Negara adalah suatu bentuk tata paksa yang sebenarnya hanya sesuai dengan masyarakat primitif dan tidak sesuai dengan masyarakat yang beradab,oleh karena pada suatu saat negara ini akan lenyap,dan akan datanglah masyarakat yang tanpa perkosaan,tanpa paksaan,tanpa perintahan ,dan tanpa Negara.Terhadap teori ini ada dua pandangan,yaitu:Tata paksa itu sebagai kejahatan yang dibuat oleh manusia guna melindungi kelalimannya,maka tindakan untuk menghapuskan tat paksa itupun denga kekerasan juga yaitu dengan menghancurkan orgisasi negara itu.Pelopor teori ini antara lain adalah joseph proudhon;Yang berpandangan bahwa masyarakat yang diharapkan itu tidak perlu dicapai dengan kekerasan,meainkan dengan pendidikan dan evolusi.Penganut teri ini antara lain adalah Leo Tolstoy.Teori Marxis

Teori ini berpendapat bahwa Negara sebagai suatu susunan tata paksa,tidak perlu diperangi dan tidak perlu dihapus,karena ia datang dan ia akan lenyap dengan sendirinya menurut syarat-syarat obyektifnya sendiri.Negara pada

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 36

Page 37: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

saatnya akan lenyap dengan sendirinya,akan mati tua jika syarat-syarat bagi adanya dan hidupnya Negara itu tidak ada lagi.

Penganut teori ini adalah Karl Mark,reidrich,engles dan Lenin.Menurut mereka ,Negara itu terjadi karena adanya perjuangan kelas.Perjuangan ini timbul karena adanya perjuangan kelas.Hasil perjuangan ,ada yang kelas yang nenang dan ada yang kalah .Kelas yang menang artinya kelas yang kuat,membutuhkan susunan tata paksa Negara sebagi alat untuk memaksakankehendaknya kapada kelas yang kalah(yang lemah).Akan tetapi suatu saat jika masyarakat yang adil dan makmur sudah terwujud,disana tidak ada lagi perbedaan kelas.karea tidak ada lagi perjuangan kelas dengan sendirinya tidak lagi diperlukan alat untk perjuangn kelas,disitulah negar akan lenyap.

Daerah, Bangsa, pemerintah, dan hidup matinya NegaraDaerah,Bangsa ,dan pemerintah adalah unsure pokok terbentuknya

Negara.Jika ketiga unsur itu dirawat dengan baik sehingga tumbuh dan berkembang,maka semakin besar dan jayalah Negara itu.Akan tetapi,sebaliknya jika tidak dirawat dengan baik maka Negara itu akan lenyap.Peranan daerah bagi kelangsungan hidup suatu Negara,terletak pada kekayaan alam,struktur geografisnya dan posisi geologisnya daerah yang bersangkutan tetapi suatu Negara yang kaya akan alamnya juga akan mengalami hancur dikarenakan adanya faktor alam yang menghancurkannya dan menyebabkan daerah atau wilayah Negara tersebut .,kalau sudah hancur maka negara yang telah berdiri akan lenyap.Faktor alam yang menyebabkan negara tersebut hancur antara lain karena adanya bencana alam,gunung meletus,tanah longsor,tsunami dll.

Mengenai unsur Negara bangsa,maka nasib suatu Negara:maju dan berkembang,atau sebaliknya mundur dan lenyap,ditentukan oleh bangsanya.Bangsa yang diperlukan bukanlah soal kuantitasnya,melainkan soal kualitasnya,bagaimana kata Marten Luther:”kebesaran suatu negar tidak bisa dinilai dari tingginya pendapatan nasional,maupun dari benteng-bentengnya yang kuat dan hebat,ataupun dari bangunan-bangunan yang megah dan mewah,melainkan dari orang-orang yang terdidik dan trerlatih baik,yang beraklak dan beradab yang baik.Pada orang-orang inilah negar akan mmendapat kekuatan yang sebenarnya”.Maka,jika suatu bangsa yang tidak membangun dirinya menjadi manusia yang terdidik dan terlatih untuk jadi makluk yang berakhlak dan beradab,maka Negara itu akan lemah dan lenyap.Mengenai pemerintah,juga bukan merupakan unsure ketahanan Negara yang perlu dikesampingkan.Unsur kekuatan bagi Negara meliputi unsure material,spiritual,fisik dan mental.Memiliki kekuatan disatu pihak,dan memilki kemampuan untuk menggunakan kekuatan iti dilain pihak,adalah da hal yang tidak slalu bersama-sama.Adakalanya pemilikan lebih dari cukup,akan tetapi tidak ada kemampuan untuk menggunakan kekuatan itu,maka keadaanya akan sama dengan tidak punya kekuatan.Sebaliknya ,terkadang pemilikan kekuatan kurang dari cukup,namun penguasaan teknik menggunakan kekuatan itu lebih dari cukup,maka daya kerja kekuasaan lebih dari yang seharusnya,seolah-seolah memiliki kekuasaan yang lebih dari cukup.

Dalam suatu Negara,pemilikan unsur kekuasaan material,spiritual,fisik,dan mental ada pada alam daerahnya,dan kepribadian bangsa.Akan tetapi,pemilikan kemampuan untuk menggunakan kekuatan justru seharusnya ada pada pemerintah ,yang sengaja dibentuk dan diberi kuasa

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 37

Page 38: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

untuk tujan itu.Oleh karena itu ,faktor pemerintah patut mendapat perhitungan yang sama dengan daerah,dan bangsa jika suatu Negara ingin maju dan berkembang ,sebaliknya jika ketiga unsur itu diterlantarkan maka negara itu akan lenyap.Perang dan hidup matinya Negara

Negara itu timbul karena peperangan,dan negara itu lenyap karena peperangan,kendatipun tidak semata-semata muncul dan tenggelamnya Negara adalh akibat dari peperangan,melainkan faktor yang lain juga,termasuk ketiga factor yang telah diiuraikan diatas.Akibat peperangan Negara yang kalah akan hancur dan muncul Negara baru,demikian seterusnya ,maka faktor peperangan merupakan yang turut menentukan hidup dan matinya suatu negara .

Hilangnya Negara karena faktor sosialYang dimaksud hilangnya Negara karena faktor sosial adalah suatu negara yang tadinya sudah ada dan berdiri serta diakui oleh negara-negara lain,tetapi dikarenakan oleh faktor-faktor sosial maka negara akan hilang dan runtuh.Hilangnya negara karena faktor-faktor sosial ini dapat di sebabkan antara lain:

Karena adanya penaklukan Karena adanya suatu revolusi Karena adanya perjanjian Karena adanya penggabungan.

Sebagai kesimpulan bahwa faktor sosial dapat mempengaruhi terhadap hilang atau runtuhnya suatu negara yang sebelumnya telah ada di dunia kenegaraan.

"MELENYAPNYA" NEGARA DAN REVOLUSI DENGAN KEKERASAN Kata-kata Engels mengenai "melenyapnya" negara terkenal begitu luas,

begitu sering dikutip dan begitu jelas menunjukkan inti pokok pemalsuan yang lazim terhadap Marxisme sehingga menjadi mirip dengan oportunisme, sehingga kita harus membahasnya secara terperinci. Kita akan mengutip seluruh argumen dari mana diambil kata-kata tadi:

"Proletariat merebut kekuasaan negara dan pertama-tama mengubah alat-alat produksi menjadi milik negara. Tetapi dengan ini ia mengakhiri dirinya sendiri sebagai proletariat, dengan ini ia mengakhiri segala perbedaan kelas dan antagonisme kelas, dan bersama itu juga mengakhiri negara sebagai negara. Masyarakat yang ada sejak dulu hingga sekarang yang bergerak dalam antagonisme-antagonisme kelas memerlukan negara yaitu organisasi kelas penghisap untuk mempertahankan syarat-syarat luar produksinya; artinya terutama untuk mengekang dengan kekerasan kelas-kelas terhisap dalam syarat-syarat penindasan (perbudakan, perhambaan dan kerja upahan) yang ditentukan oleh cara produksi yang sedang berlaku. Negara adalah wakil resmi seluruh masyarakat, pemusatan masyarakat dalam lembaga yang nampak, tetapi negara yang berupa demikian itu hanya selama ia merupakan negara dari kelas yang sendirian pada zamannya mewakili seluruh masyarakat; pada zaman kuno ia adalah negara dari warga negara pemilik budak; pada Zaman Tengah, negara dari bangsawan feodal; pada zaman kita, negara dari borjuasi. Ketika negara pada akhirnya sungguh-sungguh menjadi wakil seluruh masyarakat, ia menjadikan dirinya tidak diperlukan lagi. Segera setelah tidak ada lagi satu kelaspun dalam masyarakat yang perlu ditindas, segera setelah lenyapnya,

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 38

Page 39: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

bersama dengan dominasi kelas, bersama dengan perjuangan untuk eksistensi perorangan yang dilahirkan oleh anarki produksi masa kini, bentrokan-bentrokan dan ekses-ekses yang timbul dari perjuangan ini, maka sejak saat itu tidak ada lagi yang harus ditindas, juga tidak ada keperluan akan kekuatan khusus untuk menindas, akan negara. Tindakan pertama, di mana negara benar-benar tampil sebagai wakil seluruh masyarakat --pemilikan alat-alat produksi atas nama masyarakat-- sekaligus merupakan tindakannya yang bebas yang terakhir sebagai negara. Campur tangan kekuasaan negara dalam hubungan-hubungan sosial menjadi tidak diperlukan lagi dari satu bidang ke bidang yang lain dan ia berhenti dengan sendirinya. Pemerintahan atas orang-orang diganti dengan pengurusan barang-barang dan pimpinan atas proses produksi. Negara tidaklah dihapuskan, ia melenyap. Atas dasar ini harus dinilai kata-kata 'negara rakyat bebas' --kata-kata yang untuk sementara mempunyai hak hidup dalam hal agitasi, tetapi yang pada akhirnya tidak beralasan secara ilmiah--serta harus dinilai juga tuntutan dari apa yang dinamakan kaum anarkis supaya negara dihapuskan seketika" (Herr Eugen Duhring's Revolution in Science [Anti-Dühring ], hlm. 301-03, edisi Jerman ketiga) .

Dengan tidak takut salah dapat dikatakan bahwa dari argumen Engels yang luar biasa kayanya akan ide itu, yang telah menjadi milik sesungguhnya dari ide sosialis di kalangan partai-partai sosialis modern hanyalah bahwa menurut Marx, negara "melenyap" --berbeda dengan ajaran anarkis tentang "penghapusan" negara. Memangkas Marxisme sedemikian itu berarti memerosotkannya menjadi oportunisme, sebab "interpretasi" semacam itu hanyalah meninggalkan gambaran yang kabur tentang perubahan yang lambat, bahkan berangsur-angsur, tentang ketiadaaan revolusi. "Melenyapnya" negara dalam pengertian yang sudah umum berlaku, tersebar luas, massal, kalau dapat dikatakan demikian, tidak diragukan lagi berarti mengaburkan, jika tidak mengingkari, revolusi.

Bagaimanapun, "interpretasi" semacam itu adalah distorsi yang paling kasar terhadap Marxisme, yang hanya menguntungkan borjuasi; dalam secara teori, dasarnya ialah mengabaikan keadaan-keadaan serta pertimbangan-pertimbangan terpenting yang diindikasikan, katakanlah, dalam argumen Engels yang "bersifat kesimpulan" yang telah kita kutip selengkapnya di atas.

Pertama sekali, pada awal dari argumennya Engels mengatakan bahwa dengan merebut kekuasaan negara, proletariat "dengan demikian menghapuskan negara sebagai negara". Apa artinya ini, ini "tidak biasa" direnungkan. Biasanya ini diabaikan sama sekali atau dianggap sebagai sesuatu "kelemahan Hegelian" dari Engels. Sebenarnya kata-kata tersebut dengan singkat menyatakan pengalaman salah satu revolusi proletar yang terbesar, yaitu pengalaman komune Paris tahun 1871 yang akan kita bicarakan secara lebih terperinci pada tempat yang semestinya. Sebenarnya di sini Engels berbicara tentang "penghapusan" negara borjuis oleh revolusi proletar, sedang kata-kata tentang melenyapnya negara merujuk pada sisa-sisa ketatanegaraan proletar sesudah revolusi sosialis. Menurut Engels negara borjuasi tidak "melenyap" tetapi "dihapuskan" oleh proletariat dalam revolusi. Apa yang melenyap sesudah revolusi adalah negara atau setengah negara proletar itu.

Kedua, negara adalah "kekuatan penindas khusus". Di sini Engels memberikan definisi yang cemerlang dan amat mendalam dengan sejelas-jelasnya. Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa "kekuatan penindas khusus" dari borjuasi terhadap proletariat, dari segelintir kaum kaya terhadap

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 39

Page 40: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

jutaan kaum pekerja, harus digantikan dengan "kekuatan penindas khusus" dari proletariat (diktator proletariat) terhadap borjuasi. Inilah "penghapusan negara sebagai negara". Inilah "tindakan" pemilikan alat-alat produksi atas nama masyarakat. Dan dengan sendirinya jelas bahwa penggantian satu "kekuatan khusus" (borjuasi) dengan "kekuatan khusus" yang lain (proletar) yang demikian itu tidaklah mungkn terjadi dalam bentuk "melenyap".

Ketiga, ketika berbicara tentang "melenyap" dan bahkan lebih hidup dan lebih ekspresif tentang "mati perlahan dengan sendirinya", Engels, dengan jelas sekali dan pasti memaksudkan zaman sesudah "dimilikinya alat-alat produksi oleh negara atas nama seluruh masyarakat", itu berarti, sesudah revolusi sosialis. Kita semua tahu bahwa bentuk politik dari "negara" pada masa itu adalah demokrasi yang paling sempurna. Tetapi hal ini tidak pernah masuk ke dalam kepala seorangpun yang mana saja dari kaum oportunis yang dengan tak tahu malu mendistorsikan Marxisme bahwa Engels oleh karena itu di sini berbicara tentang demokrasi "berhenti dengan sendirinya", atau "melenyap". Ini tampaknya sungguh janggal sekali pada pandangan pertama; tetapi ini adalah "tidak komprehensif" hanyalah bagi mereka yang tidak berpikir tentang kenyataan bahwa demokrasi juga adalah suatu negara dan bahwa, oleh karena itu, demokrasi akan hilang juga apabila negara hilang. Revolusi sendiri dapat "menghapuskan" negara borjuis. Negara pada umumnya yaitu, demokrasi yang paling sempurna, hanya dapat "melenyap".

Keempat, sesudah merumuskan dalilnya yang tersohor bahwa "negara melenyap", Engels sekaligus memberikan penjelasan yang kongkrit bahwa dalil ini diarahkan kepada kaum oportunis maupun kaum anarkis. Disamping itu Engels mengedepankan kesimpulan yang ditarik dari dalil bahwa "negara melenyap" yang diarahkan kepada kaum oportunis.

Orang dapat bertaruh bahwa dari setiap 10.000 orang yang telah membaca atau mendengar tentang "hal melenyapnya" negara, 9.990 orang tidak tahu sama sekali, atau tidak ingat lagi, bahwa Engels mengarahkan kesimpulan-kesimpulan dari dalil ini tidak semata terhadap kaum anarkis. Dan dari sepuluh yang tersisa itu, barangkali sembilan yang tidak tahu tentang arti "negara Rakyat bebas" atau tentang mengapa suatu serangan terhadap semboyan ini berarti serangan terhadap kaum oportunis. Beginilah sejarah ditulis! Beginilah ajaran revolusioner yang besar secara tak terasa dipalsukan dan disesuaikan dengan filistinisme yang tengah berkuasa! Kesimpulan yang diarahkan kepada kaum anarkis telah diulangi ribuan kali, divulgarkan, dipakukan ke dalam kepala orang banyak dalam bentuk yang sedangkal-dangkalnya dan telah menjelma menjadi prasangka; sementara itu kesimpulan yang diarahkan terhadap kaum oportunis telah dikaburkan dan "dilupakan"!

"Negara Rakyat bebas" adalah suatu program tuntutan dan suatu semboyan yang umum dan tersebar luas dari kaum Sosial-Demokrat Jerman dalam tahun-tahun 70-an. Semboyan ini tidak mempunyai isi politik sama sekali kecuali ia melukiskan pengertian tentang demokrasi dengan gaya filistin yang muluk-muluk. Sejauh ia digunakan untuk dengan jalan yang sah menurut undang-undang menunjukan suatu republik demokratis, Engels bersedia untuk "membenarkan" penggunaannya itu "untuk suatu waktu saja" dipandang dari sudut agitasional. Tetapi itu adalah semboyan oportunis, karena ia tidak saja menyatakan pembagusan demokrasi borjuis, tetapi juga kegagalan untuk memahami kritisisme sosialis terhadap negara pada umumnya. Kita menyetujui suatu republik demokratis sebagai bentuk terbaik dari negara untuk proletariat

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 40

Page 41: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

dibawah kapitalisme; tetapi kita tidak mempunyai hak untuk melupakan bahwa perbudakan upah menjadi nasib rakyat bahkan di dalam republik borjuis yang paling demokratis sekalipun. Lebih jauh, setiap negara adalah suatu "kekuatan penindas khusus" terhadap kelas tertindas. Maka dari itu, setiap negara tidak "bebas" dan bukan "negara Rakyat" . Marx dan Engels menjelaskan hal ini berkali-kali kepada kawan-kawan separtainya selama tahun-tahun 70-an.

Kelima, dalam karya Engels yang itu juga, yang darinya setiap orang teringat akan pengutaraan tentang hal melenyapnya negara, memuat juga suatu pengutaraan tentang arti penting dari revolusi dengan kekerasan. Analisa kesejarahan dari Engels mengenai peranannya menjadi suatu sanjung puji yang sebenarnya terhadap revolusi dengan kekerasan. "Tiada seorangpun teringat" akan hal itu; di dalam partai-partai sosialis modern bukan menjadi kebiasaan untuk berbicara atau bahkan berpikir tentang arti penting ide ini, dan ia tidak memainkan peranan apa-apa dalam propaganda serta agitasi sehari-hari mereka di kalangan massa. Namun, ia tak terpisahkan berpadu dengan "hal melenyapnya" negara menjadi satu keseluruhan yang selaras. Inilah argumentasi Engels:

"...Bagaimanapun, kekuatan itu, kekerasan, juga memainkan peranan lain dalam sejarah" (kecuali peranan sebagai pelaku kejahatan) "dalam sejarah, yaitu peranan revolusioner, bahwa kekerasan, menurut kata-kata Marx, adalah bidan bagi setiap masyarakat lama yang telah mengandung masyarakat baru, bahwa kekerasan adalah alat yang digunakan oleh gerakan sosial untuk merintis jalan bagi dirinya dan menghancurkan bentuk-bentuk politik yang telah mati dan membatu --tentang ini tak sepatah kata pun dari Tuan Duhring. Hanya dengan menarik nafas berat panjang dan mengeluh ia mengakui kemungkinan bahwa untuk menggulingkan sistim ekonomi penghisapan barangkali akan diperlukan kekerasan-- sayang sekali, lihatlah! Karena setiap penggunaan kekerasan katanya akan mendemoralisi orang yang menggunakannya. Dan ini diucapkan sekalipun ada kebangkitan moral dan spiritual yang tinggi yang terjadi sebagai akibat dari setiap revolusi yang menang! Dan ini diucapkan di Jerman, di mana suatu bentrokan dengan kekerasan --yang memang dapat dipaksakan kepada Rakyat-- setidak-tidaknya akan mempunyai keunggulan yang menghilangkan jiwa membudak yang telah merasuk ke dalam kesadaran nasional akibat perasaan terhina karena dari Perang Tiga Puluh Tahun.

Dan cara berpikir pendeta, tak hidup-suram-loyo-dan tak berdaya, ini berani mendesakkan diri kepada partai yang paling revolusioner yang telah dikenal sejarah!" (Hal. 193, edisi bahasa Jerman ketiga, Jilid II akhir Bab IV) . Bagaimanakah sanjung puji terhadap revolusi dengan kekerasan ini, yang oleh Engels dengan tegar disodorkan agar diperhatikan oleh kaum Sosialis-Demokrat Jerman antara tahun 1878 dan 1894, yaitu benar-benar sampai saat meninggalnya, dapat dikombinasikan dengan teori tentang "hal melenyapnya" negara untuk membentuk doktrin yang tunggal?

Biasanya dua hal itu dikombinasikan dengan perantara eklektisisme, dengan memilih pandangan yang ini atau yang itu secara tak berprinsip atau dengan semaunya saja secara sofistik (atau untuk menyenangkan hati kaum penguasa), dan dalam 99 kejadian dari 100, jika bahkan tidak lebih sering, maka pikiran tentang "hal melenyapnya" itulah yang ditampilkan di tempat yang terdepat. Dialektika digantikan oleh eklektisisme --inilah gejala yang paling biasa, paling tersebar luas yang terjumpai dalam kepustakaan Sosial-Demokratik resmi dalam hubungannya dengan Marxisme. Barang-tiruan semacam itu, tentu saja

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 41

Page 42: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

bukanlah barang baru, ia ditemui juga dalam sejarah filsafat Yunani klasik. Dalam memalsukan Marxisme secara oportunis, barang-tiruan eklektisisme untuk mengganti dialektika adalah cara yang termudah untuk mengelabui massa; ia memberikan pemuasan yang dalam angan-angan saja; tampaknya ia memperhitungan segala segi dari proses, segala kecenderungan perkembangan, segala pengaruh yang berbentrokan, dan seterusnya, sedang dalam kenyataannya ia tidak menjadikan pengertian yang integral dan revolusioner sedikitpun mengenai proses perkembangan sosial.

Kami telah mengatakan di atas, dan akan menunjukkan lebih sempurna lagi kemudian, bahwa ajaran Marx dan Engels mengenai hal tidak terelakkannya revolusi dengan kekerasan itu menunjuk pada negara borjuis. Yang tersebut belakangan itu tidak dapat dihapuskan oleh negara proletar (diktatur proletariat) melalui proses "melenyap" tetapi sebagai aturan umum hanya melalui revolusi dengan kekerasan. Sanjung puji yang dinyanyikan oleh Engels untuk menghormatinya dan yang sepenuhnya sejalan dengan pernyataan Marx berkali-kali (ingat akan bagian-bagian penutup dari Kemiskinan Filsafat dan Manifesto Komunis, dengan maklumatnya yang bangga dan terus terang mengenai hal tidak terelakkannya revolusi dengan kekerasan; ingat akan apa yang ditulis oleh Marx hampir 30 tahun kemudian, dalam mengkritik Program Gotha tahun 1875, ketika ia tanpa ampun menyiksa watak oportunis dari program itu) ---sanjung sama sekali bukanlah suatu "dorongan" belaka, suatu deklamasi atau peletusan polemik semata-mata. Keperluan akan menjiwai massa secara sistematik dengan pandangan ini dan justru pandangan tentang revolusi kekerasan ini adalah landasan dari seluruh ajaran Marx dan Engels. Penghianatan terhadap ajaran mereka oleh aliran-aliran Sosial-Chauvinis dan Kautskyis yang sekarang berkuasa dinyatakan dengan kejelasan yang menyolok oleh hal bahwa kedua lairan tersebut semuanya mengabaikan propaganda dan agitasi semacam itu.

Penggantian negara borjuis oleh negara proletar tidaklah mungikin tanpa revolusi dengan kekerasan. Penghapusan negara proletar, yaitu, negara pada umumnya tidak lah mungkin kecuali melalui proses "melenyap".

Elaborasi yang lebih detil dan kongkrit dari pandangan-pandangan ini telah dilakukan oleh Marx dan Engels ketika mereka mempelajari masing-masing situasi revolusioner terpisah, ketika mereka menganalisa pelajaran dari setiap pengalaman masing-masing revolusi. Sekarang kami akan membahas bagian ini, yang tak usah diragukan lagi adalah yang paling penting, dari ajaran mereka

ARTI REVOLUSIRevolusi berarti suatu pergantian tatanan sosial. Revolusi mentransfer

kekuasaan dari tangan-tangan kelas yang telah kehabisan tenaganya kepada kelas lain yang berada di atas kekuasaan. Pemberontakan mengangkat momen yang paling tajam dan paling kritis dalam pertarungan demi kekuasaan antara kedua kelas... Pemberontakan dapat mencapai kemenangan yang sesungguhnya dari Revolusi dan mencapai kemapanan sebuah tatanan baru hanya ketika ia berbasis pada sebuah kelas yang progresif, yang mampu menarik mayoritas rakyat yang besar sekali jumlahnya untuk berkumpul. Berbeda dengan proses-proses alam, sebuah revolusi dibuat oleh manusia dan melalui manusia. Tapi selama dalam revolusi manusia juga bertindak di bawah pengaruh kondisi-kondisi sosial yang tidak mereka pilih secara bebas, melainkan diterima dari masa lalu dan secara imperatif menunjukkan jalan yang harus mereka ikuti.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 42

Page 43: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Untuk alasan ini, dan hanya untuk alasani ini, sebuah revolusi mengikuti hukum-hukum yang pasti. Tetapi kesadaran manusia tidak semata secara pasif mencerminkan kondisi-kondisi objektifnya. Hal ini biasanya bereaksi secara aktif terhadap kondisi-kondisi tersebut. Pada waktu-waktu tertentu reaksi ini mengambil sebuah karakter massa yang keras, penuh nafsu. Batas mengenai yang-harus dan yang-boleh ditumbangkan. Intervensi aktif massa dalam kejadian-kejadian historis adalah benar-benar merupakan elemen yang sangat diperlukan sebuah revolusi. Tetapi bahkan aktivitas yang paling heboh sekalipun dapat tetap mandeg dalam tahap demonstrasi atau pemberontakan, tanpa muncul ke ketinggian sebuah revolusi. Kebangkitan massa harus dipimpin untuk menumbangkan pendominasian satu kelas dan untuk memapankan dominasi kelas lainnya. Hanya dengan begitu kita mencapai sebuah revolusi. Suatu kebangkitan massa bukanlah perbuatan tersendiri, yang dapat disulap adanya pada sembarang waktu yang diinginkan. Kebangkitan massa itu mempresentasikan sebuah elemen yang terkondisi-secara-objektif dalam perkembangan sebuah revolusi, sebagaimana sebuah revolusi mempresentasikan sebuah proses terkondisi-secara-objektif dalam perkembangan masyarakat. Tetapi jika hadir kondisi-kondisi yang diperlukan untuk kebangkitan, orang harus tidak begitu saja menunggu secara pasif, dengan mulut ternganga; seperti Shakespeare bilang, "There is a tide in the affairs of men which taken at the flood, leads on to fortune."

Untuk menyapu bersih tatanan sosial yang usang, kelas progresif harus mengerti bahwa waktu baginya telah ditentukan dan di hadapannya terdapat tugas untuk menaklukkan kekuasaan. Di sini terbuka lapangan aksi revolusioner yang sadar, di mana tinjauan ke masa depan dan kalkulasi bergabung dengan kehendak dan keberanian. Dengan kata lain; di sini terbuka lapangan bagi tindakan Partai...

Partai revolusioner menyatukan bunga-bunga dari kelas progresif untuk bergabung di dalamnya. Tanpa sebuah partai yang mampu mengorientasikan diri dalam lingkungannya, memahami kemajuan dan ritme dari kejadian-kejadian dan secara dini memenangkan kepercayaan massa, kemenangan revolusi kaum proletar adalah hal yang mustahil. Ini merupakan relasi-relasi resiprokal antara faktor-faktor subjektif dan faktor-faktor objektif dari pemberontakan dan revolusi.

HUKUM PERKEMBANGAN YANG TAK SEIMBANGKenyataan bahwa proletariat mencapai kekuasaan untuk pertama kalinya dalam kerajaan terbelakang seperti Tsarist Rusia kelihatan misterius hanya pada pandangan pertama yang bersifat sekilas; pada realitasnya hal itu sepenuhnya sesuai dengan hukum historis. Ia sudah dapat diprediksi, dan ia memang diprediksikan. Lebih lagi, berdasar prediksi atas kenyataan inilah kaum Marxis revolusioner membangun strategi mereka jauh sebelum saat yang ditentukan. Penjelasan pertama dan yang paling general adalah: Rusia merupakan negara terbelakang, hanya bagian dari ekonomi dunia, hanya sebuah elemen dari sistem kapitalis dunia. Dalam masalah ini Lenin menyelesaikan teka teki Revolusi Rusia dengan formula yang mengenyahkan bongkahan batu penutup teka-teki itu: "mata rantai putus pada sambungannya yang terlemah."

Sebuah ilustrasi kasar: Perang Besar, hasil dari kontradiksi-kontradiksi imperialisme dunia, telah menarik berbagai negara yang memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda ke dalam kekuatannya yang sangat

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 43

Page 44: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

berbahaya dan tak dapat ditahan, tetapi membuat klaim yang sama terhadap seluruh partisipan. Djelas bahwa beban perang akan tidak dapat ditoleransi terutama sekali oleh negara-negara yang paling terbelakang. Rusia adalah negara pertama yang terpaksa meninggalkan gelanggang. Tetapi untuk memutuskan diri dari perang, rakyat Rusia harus menumbangkan kelas-kelas yang memegang kendali pemerintahan. Dengan cara inilah mata rantai perang putus pada sambungannya yang terlemah.

Tetapi perang bukanlah malapetaka yang datang dari luar manusia seperti halnya gempa bumi, melainkan sebagaimana Clausewitz tua berkata, keberlangsungan politik oleh cara-cara lain. Dalam perang yang lalu, tendensi-tendensi utama dari sistem imperialistik mengenai massa "damai" hanya menampilkan diri mereka sendiri secara lebih kasar. Makin tinggi pemaksaan menyeluruh terhadap produksi, makin tegang pula kompetisi di pasar dunia, makin tajam antagonisme-antagonisme, dan makin gila pula perlombaan peralatan perang dan jauh lebih sulit jadinya bagi partisipan-partisipan yang lebih lemah. Itu adalah tepatnya mengapa negara-negara terbelakang mengambil tempat pertama dalam rangkaian kolaps. Mata rantai kapitalisme dunia selalu cenderung putus pada sambungannya yang terlemah.

Jika, sebagai sebuah akibat dari keadaan-keadaan yang sama sekali tidak menguntungkan, --sebagai contohnya, bisa kita katakan, intervensi militer yang sukses dari luar atau kesalahan yang tak dapat diperbaiki dalam bagian Pemerintah Soviet sendiri, kapitalisme akan muncul lagi pada teritori Soviet dengan keluasan luar biasa besar, ketidakcakapannya yang historis pada saat yang sama telah muncul dengan tak dapat dicegah dan kapitalisme yang demikian dalam putarannya segera menjadi korban dari kontradiksi-kontradiksi yang sama yang menyebabkan ledakannya tahun 1917. Tidak ada resep taktis yang dapat menghadirkan Revolusi Oktober, jika Rusia belum membawanya di dalam tubuhnya. Partai Revolusioner dalam analisis terakhir hanya dapat mengklaim peran seorang bidan yang terpaksa menjalankan operasi caesar.Boleh saja orang berkata menjawab hal ini: pertimbangan-pertimbangan Anda yang luas bisa secara adekuat menjelaskan mengapa Rusia kuno harus karam, bahwa negara di mana kapitalisme terbelakang dan kaum tani yang dimiskinkan kemudian diperintah oleh kebangsawanan yang berkelakuan parasit serta monarki yang membusuk. Tetapi dalam perumpamaan tentang mata rantai dan sambungannya yang terlemah, masih ada kunci dari teka-teki sesungguhnya yang hilang: Bagaimana mungkin sebuah revolusi sosialis bisa berhasil di sebuah negara yang terbelakang. Sejarah mengetahui lebih dari tjukup ilustrasi-ilustrasi mengenai kebusukan negara dan peradaban menyertai kolapsnya kelas-kelas kuno, yang mana dalam negara dan peradaban ini tidak ditemukan adanya pengganti yang progresif. Keruntuhan Rusia lama pastilah, dalam pandangan sekilas telah merubah negara itu ke dalam sebuah koloni kapitalis daripada membawanya pada sebuah Negara Sosialis.

Keberatan ini sangatlah menarik. Keberatan ini menggiring kita secara langsung menuju inti seluruh permasalahan. Sekalipun begitu, keberatan ini keliru: bisa saya katakan, keberatan ini kekurangan simetri internal. Di satu sisi, ia bermula dari sebuah konsepsi yang dilebih-lebihkan dari fenomena keterbelakangan historis secara umum.

Makhluk hidup, tentu saja termasuk manusia, melalui tahapan-tahapan yang serupa sesuai dengan usia mereka. Pada seorang anak normal yang berusia 5 tahun kita temukan sebuah korespondensi yang pasti antara berat,

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 44

Page 45: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

ukuran, dan organ-organ dalam. Tetapi sama sekali lain dengan kesadaran manusia. Berlawanan dengan anatomi dan fisiologi, psikologi --baik individual ataupun kolektif-- dibedakan oleh kapasitas penyerapan yang luar biasa, fleksibilitas dan elastisitas; dimana di dalamnya terkandung kemajuan aristokrat umat manusia terhadap saudara binatangnya yang terdekat, kera. Psyche yang absortif dan fleksibel yang dianugrahkan atas makhluk yang dikenal sebagai "organisma" sosial --sebagai makhluk terhormat dalam kenyataannya sebagai makhluk biologis-- adalah sebuah variabilitas struktur internal yang luar biasa, sebagai sebuah kondisi yang diperlukan bagi kemajuan sejarah. Dalam perkembangan bangsa-bangsa dan negara-negara, terutama yang kapitalis, tidak ada kesamaan dan tidak ada juga regularitas (sifat beraturan). Tahapan yang berbeda dari peradaban bahkan berlawanan dari kutub ke kutub, saling mendekat dan bercampur baur dalam kehidupan bangsa dan negara yang sama.Banyak Negara membentuk sistem federal atau otonomi daerah sebagai metode terbaik untuk memerintah Negara yang bineka dan majemuk dari segi asal bangsa dan suku. Norma hukum internasional - yang dikenal dengan hak otonomi - juga telah muncul yang menyatakan bahwa cara terbaik bagi Negara untuk melindungi kelompok dari daerah minoritas adalah dengan cara membentuk sistem otonomi daerah.  

Kerajaan Inggris Raya terdiri atas 4 negara bagian atau provinsi - Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara.  Inggris adalah yang terbesar dengan 50 juta penduduk. Skotlandia berpenduduk 5 juta, Wales 3 juta dan Irlandia Utara 1.5 juta. Selama berabad-abad terjadi konflik dan kekerasan agama di Pulau Irlandia antara orang Protestan, yang memiliki identitas Inggris Raya, dan orang Katolik yang memiliki identitas Irlandia. Orang Katolik lebih banyak tinggal di Irlandia Selatan dan, sesudah perang saudara, Irlandia Selatan menjadi negara merdeka lepas dari Kerajaan Inggris Raya pada tahun 1922. Orang Protestan lebih banyak tinggal di Irlandia Utara dan Provinsi ini masih menjadi bagian dari Kerajaan Inggris Raya. 

Kerajaan Inggris Raya didirikan pada tahun 1707 oleh penggabungan dari Negara Inggris dan Skotlandia yang sebelumnya terpisah. Penggabungan negara Inggris dan Skotlandia disebabkan oleh berbagai alasan ekonomi, politik, keamanan dan agama. Inggris dan Skotlandia merundingkan Perjanjian Negara Serikat yang kemudian disyahkan oleh Parlemen dari kedua negara tersebut. Menurut Perjanjian Negara Serikat tahun 1707, Kerajaan Inggris Raya menjadi satu Negara Bersatu dengan satu parlemen di London dan tidak ada otonomi daerah. Tetapi, Perjanjian Negara Serikat menjamin pelestarian institusi-institusi Skotlandia yang khas - terutama sistem hukum, gereja, pendidikan, dan pemerintah lokal. Kelanjutan institusi-institusi ini  menjamin pelestarian identitas bangsa Skotlandia. Tidak ada maksud untuk menciptakan pembauran menyeluruh Skotlandia ke dalam Inggris.  

Pada mulanya Negara Serikat itu tidak populer di Skotlandia, tetapi menjelang tahun 1880 rakyat Skotlandia merasakan manfaat perdagangan dan komersial yang nyata sekali sehingga Negara Serikat akhirnya diterima secara luas. Selama abad ke 18 dan 19, beberapa fungsi pemerintahan dilaksanakan secara terpisah di Skotlandia dan pada tahun 1885 departemen khusus dari Pemerintah Pusat dibentuk untuk mengatur secara rinci beberapa kewenangan Skotlandia. Selama bertahun-tahun fungsi dan pentingnya Departemen ini - Kantor Skotlandia -- meningkat.  Tetapi, sistem ini hanyalah otonomi administratif dan semua kekuasaan legislatif dan eksekutif terus dipegang oleh London.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 45

Page 46: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Sistem otonomi administratif ini memilki kelemahan pokok yaitu kekuasaan administratif ini tidak dilengkapi dengan lembaga legislatif atau politik.  

Selama abad ke 20 kebanyakan orang Skotlandia mulai merasa bahwa Pemerintah di London terlalu jauh dan kebutuhan khusus orang Skotlandia tidak dipenuhi secara memadai. Bagi sebagian orang Skotlandia, perasaan ini menyebabkan mereka mendukung pembentukan Negara merdeka yang terpisah. Tetapi, pandangan yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat adalah Skotlandia harus memiliki sistem otonomi dalam lingkungan Kerajaan Inggris Raya - yang dikenal dengan nama devolusi.  Keutuhan wilayah Kerajaan Inggris Raya akan dipertahankan tetapi Skotlandia akan memiliki kekuasaaan otonomi yang sangat besar atas urusan domestiknya.  

Selama bertahun-tahun Pemerintah Kerajaan Inggris Raya, terutama dibawah Perdana Menteri Thatcher dan Major, menolak tuntutan ini dan beralasan bahwa otonomi akan mengancam keutuhan Negara. Tetapi, Pemerintah baru yang dipilih tahun 1997 dengan Tony Blair sebagai Perdana Menteri mempunyai program reformasi demokrasi dan konstitusi untuk Kerajaan Inggris Raya.  Sebagai bagian dari program itu, pemerintah bar Perjanjian Versailles

Woodrow Wilson bersama dengan Komisi Perdamaian AmerikaPerjanjian Versailles (1919) adalah suatu perjanjian damai yang secara

resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman. Setelah enam bulan negosiasi melalui Konferensi Perdamaian Paris, perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari perlucutan senjata yang ditandatangani pada bulan November 1918 di Compiègne Forest, yang mengakhiri perseturuan sesungguhnya. Salah satu hal paling penting yang dihasilkan oleh perjanjian ini adalah bahwa Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab peperangan dan, melalui aturan dari pasal 231-247, harus melakukan perbaikan-perbaikan pada negara-negara tertentu yang tergabung dalam Sekutu.

Negosiasi di antara negara-negara sekutu dimulai pada 7 Mei 1919, pada peringatan tenggelamnya RMS Lusitania. Aturan yang diterapkan terhadap Jerman pada perjanjian tersebut antara lain adalah penyerahan sebagian wilayah Jerman kepada beberapa negara tetangganya, pelepasan koloni seberang lautan dan Afrika milik Jerman, serta pembatasan pasukan militer Jerman yang diharapkan dapat menghambat Jerman untuk kembali memulai perang. Karena Jerman tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam negosiasi, pemerintah Jerman mengirimkan protes terhadap hal yang dianggap mereka sebagai sesuatu yang tidak adil, dan selanjutnya menarik diri dari perundingan. Belakangan, menteri luar negeri baru Jerman, Hermann Müller, setuju untuk menandatangani perjanjian pada 28 Juni 1919. Perjanjian ini sendiri diratifikasi oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Januari 1920.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 46

Page 47: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Di Jerman, perjanjian ini menimbulkan keterkejutan dan rasa malu yang berperan terhadap runtuhnya Republik Weimar pada 1933, terutama karena banyak orang Jerman tidak percaya bahwa mereka harus menerima tanggung jawab penuh sebagai pemicu perang. "Empat Besar" (Big Four) yang melakukan negosiasi perjanjian ini adalah Perdana Menteri David Lloyd George dari Britania Raya, Perdana Menteri Georges Clemenceau dari Perancis, Vittorio Orlando dari Italia, dan Presiden Woodrow Wilson dari Amerika Serikat. Jerman tidak diundang ke Perancis untuk mendiskusikan perjanjian. Di Versailles saat itu, sulit untuk mencapai kesepakatan bersama karena tujuan mereka saling konflik satu sama lain. Hasil perundingan disebut-sebut sebagai suatu kompromi yang tidak disukai oleh pihak manapun.Syarat-syarat

Perjanjian ini menciptakan keadaan kondusif didirikannya Liga Bangsa-Bangsa, sebuah tujuan utama Presiden A.S. Woodrow Wilson. Liga Bangsa-Bangsa dimaksudkan untuk menengahi konflik-konflik internasional dan dengan ini mencegah perang di masa depan. Hanya empat dari “Empatbelas butir” (Fourteen Points) Wilson diwujudkan, karena ia harus berkompromi dengan Clemenceau, Lloyd George dan Orlando pada beberapa butir dan sebagai gantinya dapat mempertahankan butirnya yang “keempatbelas” Liga Bangsa-Bangsa.

Pandangan umum ialah bahwa Clemenceau dari Perancis adalah yang paling bersemangat dalam membalas dendam Jerman, Front Barat perang terutama berada di wilayah Perancis. Perjanjian ini dianggap tidak adil kala itu karena merupakan perdamaian yang didikte oleh para pemenang dan secara keseluruhan menyalahkan perang kepada Jerman. Hal ini sungguh menyederhanakan situasi. Beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa perjanjian ini cukup adil karena merefleksikan syarat-syarat berat yang didiktekan kepada Rusia oleh Jerman dengan Perjanjian Brest-Litovsk.Selain kehilangan daerah Kekaisaran Kolonial Jerman, Jerman kehilangan daerah-daerah berikut:

Alsace-Lorraine, daerah-daerah yang diserahkan kepada Jerman menurut mukadimah perdamaian yang ditandatangani di Versailles pada 26 Februari 1871, dan Perjanjian Frankfurt pada 10 Mei 1871, dikembalikan kepada Perancis tanpa jajak pendapat mulai tanggal gencatan senjata 11 November 1918. (area 14 522 km², penduduk 1.815.000 jiwa (1905)), Schleswig Utara termasuk kota-kota yang mayoritas penduduknya adalah Jerman yaitu Tondern (Tønder), Apenrade, Sonderburg, Hadersleben, dan Lügum di Schleswig-Holstein, setelah Jajak Pendapat Schleswig, kepada Denmark (area 3 984 km², penduduk 163.600 jiwa (1920)),

Provinsi Prusia Posen dan Prusia Barat, yang dicaplok oleh Prusia pada Pembagian Polandia (1772-1795), dikembalikan kepada Polandia yang telah lahir kembali. Wilayah ini telah dibebaskan oleh penduduk Polandia lokal pada Pemberontakan Wielkopolska antara tahun 1918-1919 (area 53 800 km², penduduk 4.224.000 jiwa (1931)).

Prusia Barat diberikan kepada Polandia supaya Negara ini memiliki akses bebas ke lautan, termasuk minoritas Jerman yang cukup besar dan dengan ini menciptakan Koridor Polandia.

Wilayah Hlučínsko Hulczyn di Silesia Hulu diberikan kepada Cekoslovakia (area 316 atau 333 km², dengan penduduk 49.000 jiwa), bagian timur Silesia

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 47

Page 48: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Hulu, kepada Polandia (area 3 214 km², dengan penduduk 965.000 jiwa), meski 60% pada jajak pendapat memilih untuk tetap bergabung dengan Jerman

Kota-kota Jerman Eupen dan Malmedy kepada Belgia wilayah Soldau di Prusia Timur (stasiun kereta api rute Warsawa-Gdańsk) kepada Polandia (area 492 km²), bagian utara Prusia sebagai Memelland di bawah pengawasan Perancis, kemudian diserahkan kepada Lithuania tanpa jajak pendapat. dari bagian timur Prusia Barat dan bagian selatan Prusia Timur (Warmia dan Masuria), sebuah daerah kecil kepada Polandia, provinsi Saarland diawasi Liga Bangsa-Bangsa selama 15 tahun. Lalu setelah periode ini diadakan jajak pendapat apakah penduduk menginginkan bergabung dengan Perancis atau Jerman. Pada masa ini, produk batubara diberikan kepada Perancis. pelabuhan Danzig (sekarang Gdańsk, Polandia) dengan wilayah muara sungai Wisla pada Laut Baltik dijadikan Freie Stadt Danzig (Kota Bebas Danzig) di bawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa. (wilayah 1 893 km², dengan penduduk 408.000 jiwa (1929)).

Pasal 156 perjanjian menyerahkan konsesi-konsesi Jerman di Shandong, Tiongkok kepada Jepang dan tidak menyerahkannya kembali ke Tiongkok. Kemarahan warga Tiongkok mengenai keputusan ini mengakibatkan demonstrasi dan gerakan kebudayaan yang dikenal dengan istilah Gerakan Empat Mei dan mempengaruhi Negara ini untuk tidak menanda tangani perjanjian. Tiongkok menyatakan selesai perang dengan Jerman pada September 1919 dan menanda tangani perjanjian terpisah dengan Jerman pada tahun 1921.

MiliterAngkatan Darat Jerman dibatasi menjadi 100.000 jiwa dan tidak

diperbolehkan memiliki tank atau artileri berat dan tidak boleh ada Staf Jenderal Jerman. Angkatan Laut Jerman anggotanya dibatasi menjadi 15.000 dan tidak diperbolehkan memiliki kapal selam, sementara itu armadanya hanya diperbolehkan memiliki enam kapal perang. Jerman juga tidak diperbolehkan memiliki Angkatan Udara (Luftwaffe). Akhirnya, Jerman diwajibkan untuk membatasi masa bakti serdadunya menjadi 12 tahun dan semua opsirnya menjadi 25 tahun, sehingga hanya sejumlah terbatas saja yang menerima latihan militer.Untuk mendukung otonomi di Skotlandia dan mengadakan referendum dan 75% dari penduduk Skotlandia menyetujui pembentukan Parlemen Skotlandia dalam lingkungan Kerajaan Inggris Raya.  Parlemen Kerajaan Inggris Raya kemudian mengesahkan 'Undang-undang Skotlandia 1998' (Skotlandia Act 1998) dan Parlemen Skotlandia diresmikan tahun 1999.  Reformasi konstitusi lainnya meliputi otonomi untuk Wales dan juga untuk Irlandia Utara - sebagai bagian dari Perjanjian Damai di Provinsi itu - pembuatan undang-undang Hak Asasi Manusia dan reformasi Parlemen.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 48

Page 49: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE- 4 : TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGAR (KETUHANAN)

Teori pembenaran hukum negara secara garis besarnya dibagi tiga: 1. teori theokrasi ( theocratische theoria )

langsung tidak langsung

2. teori kekuasaan ( nachtatheorie ) fisik ekonomis

3. teori yuridis ( yuridische theoric ) patriarchaal patrimonical perjanjian

Teori-teori itu hendak memberkan adanya kekuasaan negara, untuk membenarkan adanya kekuasaan negara biasanya dicari ajaran-ajaran mengenai arti dari pada negara dan kemudian dihubungkan dengan tujuannya. Apa sebenarya negara itu diperintah oleh seorang raja yang menganggap dirinya sebagai tuhan, sehingga raja itu sama dengan tuhan? apa sebabnya negara-negara semacam itu dahulu ada dan apa sebabnya rakyat mematuhi kekuasaan raja itu?

Teori pembenaran hukum dari pada negara atau teori penghalalan tindakan penguasa atau Rechsvaardiging theorieen membahas tentang dasar-dasar yang dijadikan alasan-alasan sehingga tindakan penguasa atau negara dapat dibenarkan. Secara nyata negara itu memiliki kekuasaan. Bagaimana legitimasinya kekuasaan itu. Untuk mengetahui hal legitimasi kekuasaan itu salah satunya dapat dikemukakan dari teori Pembenaran negara dari sudut ketuhanan.

Teori ini beranggapan tindakan penguasa atau negara itu selalu benar sebab didasarkan negara itu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan negara ada secara langsung dan ada tidak secara langsung. Ciri Tuhan menciptakan negara secara langsung yaitu penguasa itu berkuasa karena menerima wahyu dari Tuhan sedangkan ciri Tuhan menciptakan negara tidak secara langsung yaitu penguasa itu berkuasa karena kodrat Tuhan. Paham yang menganggap kekuasaan itu berasal dari Tuhan dapat dilihat dari ungkapan Agustinus dalam bukunya “De Civitate Dei” menerangkan tentang dua macam negara yaitu negara Tuhan yang dipimpin langsung oleh Tuhan dan negara duniawi yang menurut pendapatnya adalah buatan setan. Manusia itu sifatnya jasmaniah dan rohaniah. Karena itu maka kehidupan manusia pun rangkap dua pula. Kehidupan jasmaniah yang fana yang berkiblat pada diri manusia dan kehidupan rohaniah yang baqa berkiblat pada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya dua macam kehidupan ini maka dari manusia telah terjadi dua macam masyarakat, dua negara yang berasal dari dua orang anak Adam, Kain dan Abel. Dari Kain yang durhaka terjadi masyarakat duniawi, negara duniawi civitas terrena yang menampung soal-soal duniawi yang tidak kekal. Dari Abel yang shaleh telah terjadi masyarakat Tuhan, Negara Tuhan (Civitas Dei) yang dipimpin oleh Tuhan sendiri dan menampung hal-hal kerohanian yang kekal abadi.

Negara dunia disebut juga Civitas Diaboli atau negara setan karena menurut Agustinus negara ini adalah buatan setan. Menurut pendapatnya negara itu bukan keburukan buatan setan melainkan diakui juga sebagai perwujudan kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari pergaulan antar manusia yang ditentukan oleh hukum dan tata alam tetapi hukum tata alam ini pun terjadi

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 49

Page 50: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

dari kehendak Tuhan dan menurut hukum Tuhan. Tokoh lain yang penting dalam teori ketuhanan ini adalah Friedrich Julius Stahl yang dalam bukunya “Die Philosophie des Rechts” membentangkan pendapatnya bahwa negara itu timbul dari Illahi. Keluar terjadinya kekuasaan itu dapat tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik dalam keluarga, kelompok, suku bangsa atau pun dalam gereja.

Akan tetapi bagaimanapun juga semua kekuasaan itu pada hakikatnya adalah terjadi karena kehendak Tuhan. Adanya peperangan, penyerbuan dan penaklukan di satu pihak, semua ditentukan oleh kenyataan bahwa itu harus terjadi karena kehendak Illahi. Juga Friedrich Hegel pernah mengatakan bahwa negara itu adalah “The March of God in the Word”. Atau laku Tuhan di dunia (G.S. Diponolo 1975:64,65).

Theori Theokrasi yang langsungIstilah langsung menunjukkan bahwa yang berkuasa di dalam negara itu adalah langsung Tuhan. Dan adanya negara didunia ini atas kehendak Tuhan yang memerintah adalah Tuhan. Apakah negara semacam ini pernah ada, apakah Tuhan sendiri yang memerintah, kalau benar-benar ada ? dalam sejarah negara semacam ini pernah ada, bahkan belum lama berselang sebelum perang dunia kedua rakyat Jepang mengakui rajanya sebagai anak Tuhan dan dalam peristiwa yang belum lama terjadi mengenai perebutan kekuasaan di Tibet antara pancen lama dan Dalai lama adalah suatu bukti bahwa di dunia ada dua raja yang menanamkan dirinya sebagai Tuhan yang memperebutkan mahkota kerajaan Tibet.

Pada zaman dahulu juga raja-raja Mesir dianggap oleh rakyatnya sebagai Tuhan, yang menjadi persoalan apakah negara itu diadakan di atas kehendak raja yang bukan Tuhan? Persoalan ini sebenarnya berpusat pada kepercayaan rakyatnya terhadap rajanya yang disebut sebagai Tuhan. Rakyat lain yang tidak mempunyai kepercayaan semacam itu, tentu akan memberi penilaian yang lain pula terhadap raja yang dianggapnya sebagai Tuhan itu. Mungkin rakyat itu akan mengejeknya atau .

mencemohkannya bahwa raja yang dipuji-puji itu adalah seorang mahluk biasa seperti mereka. Ejekan-ejekan itu bisa dimengerti oleh karena mereka tidak yakin, akan tetapi kepercayaan itu bisa ditanamkan dengan ajaran-ajaran atau doktrindoktrin yang dapat diterima oleh mereka. Karena itu kita tidak usah heran bahwa pada Perang Dunia II banyak prajurit-prajusit Jepang yang gugur dalam perang dengan berkamikase, oleh karena mengorbankan mereka didasari oleh suatu keyakinan yang tebal untuk kepentingan rajanya yang dianggapnya sebagai Tuhan: Ajaran-ajaran/doktrin-doktrin itu dimaksudkan untuk menanamkan kepercayaan pada rakyatnya, dan kepercayaan yang sama itu akan membuat rakyat bersatu menjadi suatu bangsa yang kuat. Di atas seluruhnya itu rajalah yang merupakan alat pemersatu dan untuk itu ia dipuja-pujanya. Sebagai Tuhan agar supaya itu tetap berwibawa. Maka dengan adanya kenyataan-kenyataan seperti tersebut di atas, muncullah apa yang disebut sebagai teori Theokrasi dalam ilmu negara yang maksudnya hendak membenarkan adanya negara yang didirikan atas kehendak Tuhan dan yang diperintah oleh Tuhan sendiri, walaupun Tuhan itu berwujud sebagai seorang rajaTheori Theokrasi Tidak Langsung

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 50

Page 51: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Apa sebabnya teori ini disebut tidak langsung oleh karena bukan Tuhan sendiri yang memerintah melainkan raja atas nama Tuhan. Raja memerintah atas kehendak Tuhan sebagai kurnia. Anggapan ini dalam sejarah timbul pada sekumpulan manusia yang merupakan partai konpensional (agama) di negeri Belanda. Mereka berpendapat bahwa pada raja Belanda serta rakyatnya diletakkan suatu tugas suci (mission sacre) sebagai perintah dari Tuhan untuk memakmurkan daerah Hindia Belanda yang pada waktu itu menjadi daerah jajahannya. .Politik yang dijalankan oleh Belanda terhadap Hindia Belanda dulu disebut sebagai Ethische Politik yang menimbulkan teori perwalian yang menganggap bahwa pemerintah Belanda merupakan wali dari Indonesia. Atas dasar ajaran yang suci itu negeri Belanda dapat menjajah Indonesia sampai 350 tahun lamanya. Inilah salah satu contoh dalam sejarah mengenai teori Theokrasi tidak langsung yang hendak membenarkan negara dan kekuasaannya atas dasar pemberian Tuhan.

Hakekat NegaraHakekat negara, dengan ini dimaksudkan sebagai suatu penggambaran

tentang sifat daripada negara. Negara sebagai wadah daripada suatu bangsa yan,g diciptakan oleh negara itu sendiri. Negara sebagai wadah bangsa untukmencapai cita-cita atau tujuan bangsanya. Maka dari itu penggambaran tentang hakekat riegara. ini mesti ada hubungannya dengan tujuan negara, bahkan -pengganibaran tentang hakekat negara biasanya disesuaikan dengan tujuan negara. Tujuan negara adalah merupakan kepentingan utama daripada tatanan suatu negara. Tetapi sayangnya banyak orang melupakan ini dalam uraiannya atau dalam pembiearaannya lebih-lebih dalam itmu hukum tatanegara.Sejak orang mendapatkan kebebasan dalam pemikiran tentang negara dan hukum, sebetulnya sejak itu pula orang sudah mulai memikirkan tentang tujuan negara atau masyarakatyang dibentuknya,jadijugatentang hakekat negara.

Pandangan tentang hakekat negara sangat erat pula hubungannya dengan filsafat yang dianutnya. Dengan demikian banyak pendapat atau pandangan tentang tujuan negara, sebanyak aliran filsafat yang ada. $ahkan sebenarnya adalah lebih daripada itu, sebab kadang-kadang orang termasuk satu aliran, tetapi pandangannya tentang tujuan negara berlainan. Ini disebabkan karena pengaruh keadaan atau sifat pemerintahan yang dialamizzya, dengan demikian pandangannya tentang hakekat negara juga berlainan.

Arti Dan Tujuan NegaraDi bawah ini akan ditunjukkan beberapa pengertian tentang negara dari

pelbagai sarjanasarjana kenamaan sebagai bahanbahan perbandingan. Pada zaman Yunani Purba para ahli pikir telah mencari perumusan itu dan di antaranya adalah Aristoteles yang hidup pada tahun 384 - 322 Sebelum Masehi yang telah merumuskan arti negara dalam bukunya yang berjudul Politeia.

Dalam perumusannya itu pandangan Aristoteles masih terikat pada wilayah yang kecil yang disebut polis, negara menurut paham sekarang, oleh karena negara menurut paham sekarang mempunyai wilayah yang luas sekali dan jumlah penduduknya besar. Karena Aristoteles terikat pada negara kota yang kecil dan mempunyai jumlah penduduk yang kecil pula, rnaka ia merumuskan negara sebagai negara hukum yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut serta dalam permusyawaratan negara

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 51

Page 52: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

(ecclesia). Yang dimaksud dengan negara hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya dan sebagai dasar daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikianlah pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antara warga negaranya. Bagi Aristoteles yang memerintah datam negara bukanlah manusia melainkan pikiran yang adil sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja.

Kesulitan yang akan menentukan baik dan tidaknya sesuatu peraturan undang-undang dan rnembuat undang-undaug adalah scbagian dari kecakapan menjalankan pemerintar.ap negara. Oleh karena itu kata Aristoteles bahwa yang penting ialah mendidiiC rnanusia menjadi warga negara yang baik karena dari sikapnya yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga negaranya. Ajaran Aristoteles ini sampai sekararlg masih menjadi idarn-idaman bagi para negarawan untuk menciptakan negara hukum. Jika orang mempelajari sejarah pada abad pertengahan ini di Eropa maka ia akan bertemu dengan zaman kejayaan daripada agama Katholik. Oleh karena pandangan hidup manusia didasarkan atas ketahanan menurut agama Katholik maka pada masa itu pikiran yang memandang tentang negara sangat kurang sekali artinya. Penghargaan yang demikian itu menyebabkan orang sering mengabaikan tinjauannya terhadap negara secara ilmiah. Penolakan terhadap penghidupan di dunia hidup sekarang ini menjadi terlantar. Pada abad pertengahan ini muncul seorang sarjana yang menjadi tokoh dalam agama Katolik yang bernama Agustinus (350-430) sesudah Masehi.

Kebenanaran-kebenaran tentang arti negara menurut paham ini kemudian disangkal pada abad Renaisance diantaranya adalah paham dari machiavelli (1469-1527) yang mengartikan negara sebagai negara kekuasaan. Dalam bukunya “II,Principle” yang merupakan buku pelajaran bagi raja-raja, ia mengajarkan bagaimana raja harus memerintah sebaik-baiknya. Ia memandang negara dari sudut kenyataan jika dibandingkan dengan paham-paham yang lain, yang melihat negara dari segi alam pikiran, menurut perkembangan sejarah selanjutnya ajaran Machiavelli itu mendapat tentangan terutama oleh karena akibat dari ajarannya raja-raja dapat memerintah dengan sewenang-wenang. Tentang itu timbul dari rakyat yang menghendaki kebebasan dari tekanan-tekanan raja, dalam abad ke-17 muncul ajaran-ajaran dari tingkat sarjana yang kenamaan seperti Thomas Hobbes (1558-1679), John Locke (1632-1704), dan Rouseau (1712-1778). Mereka mengartikan negara sebagai badan atau organisasi hasil dari pada perjanjian masyarakat.

Selanjutnya ajaran-ajaran tentang arti dari pada negara yang perlu dipertahankan ialah ajaran-ajaran dari paham sosialis. Sebagai contohnya dari ajaran-ajaran tersebut adalah pendapat Karl Marx dan Fridrich Engels. Dalam demokrasi yang dicita-citakan oleh Rousseau ternyata tidak tercapai sebagaimana mestinya, oleh karena kekuasaan pada hakekatnya tidak dipegang oleh rakyat melainkan berada pada golongan borjuis.

Adam Smith dengan kata-katanya yang terkenal seperti Laissez Faire laissez aller telah menunjukkan bagaimana perekonomian rakyat dapat diselenggarakan dengan baik. Pendapat Adam Smith kemudian dijadikan sebagai dasar bagi ekonomi liberal. Pengarang lainnya seperti Logemman dan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 52

Page 53: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Kranenburg memberi pengertian tentang negara yag berbeda lagi. Logemman dalam bukunya Over detheorie vanen stelling staatsrecht mengartikan negara sebagai organisasi kewibawaan. Dari pengertiannya itu ia hendak menitik beratkan negara pada sifat kewibawaannya. Karena pengalaman hidupnya dalam negara jajahan hindia. Belanda dahulu dan negara-negara merdeka seperti Belanda sendiri nampaklah olehnya adanya faktor yang penting yang menentukan dalam kedua macamnya negara itu adalah faktor kewibawaan. Pengertian yang diberikan oleh Logemman bisa dimaklumi oleh karena kesukaran-kesukaran dalam hidup, disekitanya pada waktu itu sangat mempengaruhi jalan pikirannya. Meskipun pahamnya dapat diartikan luas karena ia mencakup macam-macam bentuk negara tetapi ia lupa bahwa apa yang dimaksud kewibawaan dari pemerintah jajahan itu benar-benar dapat dipathui oleh rakyat yang dijajahnya. Dalam segi lain Logemman dapat dibenarkan oleh karena oleh arti dari pada kewibawaan pun berarti bahwa kekuasannya dapat diterima oleh rakyatnya. Akan tetapi tidak boleh kita lupakan bahwa dibalik kekuasaan negara-negara jajahan itu tersembuyi tujuan-tujuan yang tidak dapat dibenarkan sehingga kewibawaan itu hanya sekedar sebagai kedok menutupi atau menghalalkan tujuan yang sebenarnya.

Dalam hal ini paham dari Kreanenburg adalah lebih progresif dalam bukunya algemene staatsleer. Kranenburg merumuskan arti negara sebagai suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri. Pengertian ini mencerminkan kepada negara-negara nasional. Memang dapat dibenarkan apa yang dikatakan oleh Kranenburg itu, oleh karena ia hidup dalam lingkungan negara-negara di Eropa. Perumusannya itu bisa diterima oleh negara yang baru merdeka atau negara-negara yang masih diajajah, lebih-lebih pada abad ke duapuluh di mana diseluruh pelosok dunia sedang berkobar gerakan kemerdekaan. Kemudian beberapa pengertian negara dari para sarjana terkenal lainnya adalah sebagai berikut:1. Roger H. Soltau : “ Negara adalah alat agency atau wewenang (authority)

yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat “(The state is an agency or authority managing or controlling these (common) affair of behalf of and in the name of the community.

2. Harold J. Laski : “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Mayarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.

3. Max Webber: “ Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah “(the state is a human society that (succesfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given territory.

4. Robert M Mac Iver : "Negara adalah asosiasi yang menyedi dalam suatu masyarakat dalam suatu mlayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa" (The state is an association which, acting througl law as promulgated by a government endowed to this end with coercive power,

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 53

Page 54: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

maintains within a community territorially demarcated the external conditions of order).

5. Menurut Mirian Budiardjo, negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah 'pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopo(istis dari kekuasaan yang sah.

Bagaimanakah pendapat kita tentang arti daripada negara? Tidak dapat disangkal lagi bahwa negara itu merupakan alat untuk mwncapai suatu tujuan. Alat itu berupa organisasi yang berwibawa. Organisasi di sini diartikan sebagai bentuk bersama yang bersifat tetap. Kewibawaan menunjukkan bahwa organi-sasi itu ditaati oleh rakyat. Akan tetapi tidak cukup kiranya jika negara itu hanya mempakan alat semata-mata untuk mencapai suatu tujuan. Jika tujuan itu telah tercapai maka negara itu tidak berarti lagi. Hal ini tidak bisa dibenarkan, jika masih menghadapi kesatuan-kesatuan bangsa yang hidup di dalam dunia ini. Bang= sa-bangsa ini memerlukan tempat di mana mereka harms bernaung dan berlindung. Untuk menjamin warga negaranya rnaka negara itu merupakan alat untuk mempersatukan bangsanya sebagai tempat berlindung. Woodrow Wilson telah memberi perumusan sebagai berikut : A state is a people organised for if within a defenite teritory.'6 ) Perumusan ini adalah lengkap karena mengandung unsur-unsur seperti organisasi kewibawaan dan tempat.

Terlepas dari pengertian-pengertian tentang negara, perlu kiranya diketahui apakah sifat hakekat daripada negara. Sifat hakekat daripada negara senantiasa sama walaupun bagaimana juga coraknya negara itu. Sebagai organisasi di dalam masyarakat ia dibedakan daripada organisasi-organisasi lainnya oleh karena negara mempunyai sifat-sifat yang khusus. Kekhususannya terletak pada monopoli dari kekuasaan jasmaniah yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya seperti gereja, party, perserikatan-perserikatan lainnya. Contoh dari monopoli itu adalah bahwa negara dapat menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negaranya yang melanggar peraturannya. Dan apabila perlu negara dapat menjatuhkan hukuman mati. Selain itu negara dapat mewajibkan warga negaranya untuk mengangkat senjata kalau negeri itu diserang oleh musuh. Kewajiban ini berlaku juga bagi warga negara yang ada di luar negeri. Juga negara dapat memungut pajak dan menentukan mata uang yang berlaku di dalam wilayahnya. Prof. Mirian Budiardjo, lebih jelas menguraikan sifat hakekat negara itu sebagai berikut :1. Sifat Memaksa. Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara, da n sebagainya. Organisasi rd'an asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai aturan; akan tetapi at uran aturan yang dikeluarkan oleh negara lebih mengikat.Di dalam masyarakat yang bersifat homogen dan ada kon sensus nasional yang kuat mengenai tujuan-tujuan bersama biasanya sifat paksaan ini tidak perlu begitu menonjol; akar tetapi di negara-negara baru yang kebanyakan belum homoger dan konsensus nasionalnya kurang kuat, seringkali sifat paksaar ini akan lebih tampak. Dalam hal demikian di negara demokratis tetap disadari bahwa paksaan hendaknya dipakai seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dipakai persuasi (meyakinkan). hagipula pemakaian paksaan secara -

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 54

Page 55: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

ketat selain memerlukan organisasi yang ketat juga memerlukan biaya yang tinggi. Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap warganegara harus membayar pajak .dan orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda, ataL, disita miliknya atau di beberapa negara malahan dapat dikenakan hukuman kurungan.2. Sifat Monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan-tujuan masyarakat.3. Sifat Mencakup Setrma (all-encoWpassing, all-embracing). Semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Keaduan demikian memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang-lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal. Lagipula, menjadi warganegara tidak berdasarkan kemauan seudiri (involuntary membership) dan hal ini berbeda dengan asosiasi lain di mana keanggotaan bersifat sukarela.

Ilmuan-Ilmuan yang menganggap bahwa kekuasaan itu bersumber dari Tuhan1.Augustinus

Augustinus'hidup pada tahun 354 - 430. la adalah seorang Kristen. Dalam bukunya Pengakuan ia telah menulis riwayat hidupnya sendiri. Di dalam buku itu dikatakan bahwa ia hidup dalam keadaan dualisme, maksud nya ia mengalami masa peralihan dari peradaban yang satu ke peradaban yang lain. Pada waktu hidupnya ia mengalami masa kebobrokan masyarakat yang disebabkan banyaknya pertentangan-pertentangan yang timbul, terutama pertentangan antara orang-orang yang menganut agama Kristen dengan orang-orang yang tak beragama, antara kepercayaan adanya satu Tuhan yang Maha Agung dengan penyembahan kepada berhala. Peristiwa tersebut di atas menjadi alasan kuat bagi Augustinus untuk menulis bukunya yang diberi nama De Civita te Dei, tentang Negara Tuhan. Isi pokok dari pada bukunya tersebut ditujukan .untuk mengadakan pembelaan terhadap agama Kriste n, serta berisi suatu polemik ancara penganut-penganut agama Kristen dengan orang-orang tak beragama. Buku itu juga merupakan filsafat sejarah dan agama, ajaran tentang kepercayaan clan kesusilaan. Semula buku itu tidaklah dimaksudkan sebagai buku pela jaran untuk politik negara dan gereja, meskipun akhirnya menjadi buku yang demikian. Ini terbukti dari ajarannya mengenai perimbangan kedudukan atau kekuasaan antara negara dengan gereja, antara raja dengan Paus. Menurut Augustinus, yang ajarannya sangat bersifat Teokratis, dikatakan bahwa kedudukati gereja yang dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang diperintah oleh Raja. Mengapa demikian ? Dalam hubungan ini dikatakan oleh Augustinus bahwa adanya negara di dunia itu merupakan suatu kejelekan, tetapi adanya itu merupakan suatu keharusan. Yang penting itu adalah terciptanya suatu negara seperti yang diangan-angankan atau dicita-citakan oleh agama, yaitu Kerajaan Tuhan. Maka dari itu sebenarnya negara yang ada di dunia ini hanya merupakan suatu organisasi yang mempunyai tugas urituk memusnahkan perintangperintang

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 55

Page 56: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

agama dan musuh-musuh gereja. Jadi di sini nampak dengan jelas bahwa negara mempunyai kedudukan atau kekuasaan yang lebih rendah dan ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah. sebagai alat daripada gereja untuk membasmi musuh-musuh gereja.

Pendapat Augustinus tersebut di atas, diterangkan dengan jelas dalam bukunya De Civitate Dei, dan yang isi seluruh karangannya itu terjalin suatu pertentangan dan perbedaan yang tajam dan yang mencerminkan aliran pikiran pada jaman abad pertengahan di mana ia hidup. Dalam bukunya tersebut Augustinus rnenyebutkan Adanya dua macam negara, yaitu :

Civitas Dei, atau Negara Tuhan. Negara ini sangat dipuji oleh Augustinus, karena ini adalah negara yang diangan-angankan, dicita-citakan oleh Agama.

Civitas Terrena, atau Diaboli, atau Negara Iblis, atau Negara Duniawi. Negara ini sangat dikecam dan ditolak oleh Augustinus.

Negara yang paling baik itu adalah Negara Tuhan, akan tetapi negara ini tidak akan pernah tercapai di dunia ini, tetapi semangatnya dimiliki oleh sebagian dari orang-orang di dunia ini, dan mereka ini harus selalu berusaha untuk mencapainya. Dan orang hanya dapat mencapa'i Negara Tuhan ini, dengan perantaraan gereja, sebagai wakil daripada Negara Tuhan di dunia ini. Tetapi sebenarnya orang-orang yang berada di Iuar gereja pun dapat juga mengusahakan tercapainya negara Tuhan tersebut, asal mereka itu mentaati perintah Tuhan.

Jadi sesungguhnya Negara Duniawi dan Cereja itu tidaklah seluruhnya sama dengan pengertian Negara Tuhan dengan Negara Iblis. Akan tetapi kerajaan-kerajaan duniawi kebanyakan adatah Civitas Terrena atau Diaboti sungguh-sungguh. Sebagai bukti misalnya Romawi, demikian Augustinus, yang selanjutnya dengan itu pula mengeritik pendapat Cicero, dalam bukunya Republik, sebab di situ dirumuskan negara sebagai suatu bangsa, sedangkan pengertian bangsa tak pernah dikenal oleh kerajaan Romawi, yang dikenai ialah pengertian orang banyak yang dipersatukan karena perintah dari seorang penguasa, dan karena diadakannya perjanjian. Kerajaan Romawi tak pernah merupakan negara karena tak pernah pemerintahannya didasarkan atas keadilan. Karena itulah Romawi jatuh dalam kebobrokan, yang sekaligus memperlihatkan bahwa mereka sangat bernafsu akan kemegahan, dan keduniawian. Pun, demikian Augustinus selanjutnya mengatakan bahwa Cicero telah mengalami suatu kekhilafan, karena ia berpendapat bahwa negara itu adalah merupakan penjelmaan daripada keadilan, sedangkan sesungguhnya keadilan itu hanya mungkin dapat diangan-angankan atau dicita-citakan oleh agama, yaitu Kerajaan Tuhan. Maka dari itu sebenarnya negara yang ada di dunia ini hanya merupakan suatu organisasi yang mempunyai tugas urituk memusnahkan perintangperintang agama dan musuh-musuh gereja. Jadi di sini nampak dengan jelas bahwa negara mempunyai kedudukan atau kekuasaan yang lebih rendah dan ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah sebagai alat dari pada gereja untuk membasmi musuh-musuh gereja.

2.Thomas AquinusThomas Aquinas hidup pada tahun 1225-1274. Alam pikirannya tentang

negara dn hukum dapat diketemukan dalam bukunya The Regimine Principum

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 56

Page 57: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

atau tenyang pemerintahan raja-raja, dan dalam bukunya yang lain yang diberi nama Summa Theologika , atau pelajaran tentang ketuhanan. Dalam-dalam ajaranyaajarannya itu Thomas Aquinus banyak terpegaruh oleh ajaran-ajaran Aristotles, padahal jarak hidup kedua sarjana itu adalah kurang lebih 17 abad. Aristoteles hidup pada abad ke IV SM, sedangka Thomas Aquinus hidup pada abad XIII. Pengaruh ini terjadi pada waktu terjadinya perang salib.Pada waktu itu orang-orang di eropa barat banyak yang pergi ke timur tengah, untuk menyelamatkan makam-makam kristen. Disitulah mereka beekenalan dengan ajaran Aristoteles. Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalistis, ini berarti bahwa apa yang menjadi tujuannya itu dikemukanan terlebih dahulu, baru kemudian harus disahkan supaya tujuan itu dapat tercapai.

Manusia itu, demikian pendapat Thomas Aquinas yang dalam hal ini pengacuh Aristoteles terasa sekali, menurut kodratnya adalah, rnakhluk sosial, makhluk kemasyarakat oleh karena itu ia harus hidup bersamasarna dengan orang lain dalam suatu masyarakat, untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Untuk itu diperlukan menggunakan akalnya, pikirannya, yang telah diberikan kepadanya oleh kodrat alam. Sebab akalnya itu rnemungkinkan baginya mengetahui apa yarig berguna_ dan apa yang merugikan. Dari prinsip umum ini ia dapat rnemperoleh pengetahuan.tentang hal-hal yang khusus. Tidak setiap orang dapat memiliki pengetahuan izu, pengetahuan itu hanya dapat diperolehnya dalam hidup bermasyarakat, rnaka dari itu hidup bermasyarakat merupakan suatu keharusan.

Tetapi meskipun demikian agaknya Thomas Aquinas belum dapat melepaskan pengaruh theocratisnya, karena selanjutnya ia mengataka bahwa gereja merupakan persekutuan hidup yang sesungguhnya yan meliputi segala-galanya, dan yang merupakan wakil daripada Kerajaa. Tuhan di dunia. Dan oleh karena hukum keduniawian didukung dan dilin dungi oleh gereja, maka menurut kodratnya kekuasaan keduniawial seharusnya tunduk kepada kekuasaan kerohanian, demi tujuan manusia yaitu mencapai kemulyaan abadi.

Pendapat daripada Augustinus yang telah dikemukakan di atas, sanga berbeda dengan pendapat Thomas Aquinas ini, yang sifatnya sudah agai progressief. Bedanya ialah : Kalau menurut Augustinus negara dengan gereja itu terpisah sama sekali, sedangkan kalau menurut Thomas Aquinas antarr negara dengan gereja itu ada kerjasama yang erat. Negara didukung dan dilindungi oleh gereja untuk mencapai tujuannya.

Sekalipun .,Thomas Aquinas telah memberi kedudukan yang pasti kepada manusia, yaitu sebagai makhluk sosial, yang berhasrat untuL hidup bermasyarakat, tetapi manusia itu belum begitu merupakan unsur yang mutlak dalam pembentukan masyarakat itu. Jadi betul telah merupakan suatu unsur, tetapi kurang pentirig bila dibandingkan dengan masyarakat itu sendiri. Di dalam masyarakat, itu harus ada penguasanya, harus ada yang memerintah.

Tentang bentuk daripada pemerintah ajaran Thomas Aquinas pun banyak terpengaruh oleh ajaran Aristoteles. Menurut pendapatnya ada tiga kemungkinan bentuk daripada pemerintahan suatu negara, yang masingmasing itu kemudian dibedakan lebih lanjut menurut sifat pemerintahannya. Ialah :1. Pemeriatahan oleh satu orang. Ini yang baik disebut Monarki, yang jelek

disebut Tyranni.2. Pemerintahan oleh beberapa orang. Ini yang baik disebut Aristokrasi, yang

jelek disebut Oligarki.:

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 57

Page 58: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

3. Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang baik disebut Politeia, ini kalau menurut Aristoteles disebut Republik konstitusionil, yang jelek disebut Demokrasi.Dari jenis-jenis bentuk pemerintahan tersebut di atas, menurut Thomas

Aquinas yang paling baik adalah Monarki. Oleh karena tujuan negara itu adalah selain memberi kemungkinan supaya manusia itu dapat mencapai kemulyaan abadi, juga supaya manusia itu hidup susila. Hal ini dapat terlaksana apabila terdapat perdamaian di dalam masyarakat clan untuk ini yang terpenting adalah adanya persatuan dan kesatuan. Oleh karena Monarki dipimpin oleh satu orang tunggal, maka Monarki adalah yang paling utama, paling ideal, untuk dapat melaksanakan ini semua. Dan barang sesuatu yang bersifat tunggal akan lebih mudah memelihara persatuan dan perdamaian sebaik-baiknya karena kesatuan pikiran daripada pemerintahannya, daripada yang bersifat jamak.Jadi inilah pendapat Thomas Aquinas, bahwa pemerintahan yang terbaik itu adalah Monarki. Tetapi ini dapat berubah menjadi pemerintahan yang terburuk, bila sifat pemerintahannya itu tidak lagi adil, clan tidak lagi ditujukan untuk kepentingan umum, ini adalah Tyranni. Dan keburukannya itu melebihi daripada keburukan pemerintah Oligarki maupun Demokrasi.

3. Pembenaran Negara Dari Sudut Lain3.1. Teori Ethis/Teori Etika :

Menurut teori ini maka negara itu ada karena suatu keharusan susila, untuk ini ada 3 pendapat yaitu :Pendapat PLATO dan ARISTOTELES : Mereka mengatakan bahwa manusia tidak akan ada arti bila manusia itu belum bemegara. Negara merupakan hal yang mutlak, tanpa negara maka tidak ada manusia, dengan demikian segala tindakan Negara dibenarkan.Pendapat EMANUEL KANT : Beliau berpendapat tanpa adanya negara, manusia itu tidak dapat tunduk pada hukum-hukum yang dikeluarkan. Menurut Kant, ncgara itu adalah ikatan-ikatan manusia yang tunduk pada Hukum akibatnya tindakan negara tadi dibenarkan.Pendapat WOLFT :Beliau menyatakan keharusan untuk membentuk ncgara merupakan keharusan moral yang tertinggi. Pendapat ini sukar ditera.ngkan secara ilmiah karena teorinya berpangkal pada filsafat.

3.2 Teori Absolut Dari Hegel : Menurut Hegel maka manusia itu tujuannya untuk kembali pada cita-cita yang absolut da.n penjelmaan daripada cita-cita yang absolut dari manusia itu adalah negara.

Tindakan dari Negara itu dibenarkan karena negara yang dicita-citakan oleh manusia-manusia itu tadi.

3.3 Teori Psychologis :Teori ini mengatakan bahwa alasan pembenaran negara itu adalah

berdasarkan pada unsur psychologis manusia, misalnya dikarenakan rasa takut, rasa kasih sayang clan lain-lainnya, dengan demikian tindakan negara tadi dibenarkzn. (Padmo Wahjono opcit : 12).

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 58

Page 59: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

PERTEMUAN KE-5: TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA (KEKUASAAN)

Di samping teori-teori yang menganggap bahwa negara, penguasa, dan kekuasaan itu adanya atas kehendak Tuhan, yaitu teori Teokrasi, atau karena perjanjian masyarakat yaitu teori hukum alam, maka ada satu teori lagi yang khusus tidak membenarkan premise hukum alam, yang mengatakan bahwa bahwa manusia itu membentuk negara dengan mengadakan perjanjian masyarakat dengan tujuan mempertahankan hak-hak mereka. Premise dari pada ajaran hukum alam ialah manusia inabstrkto, yaitu manusia yang masih hidup dalam keadaan alam bebas. Manusia dalam keadaan ini selalu mengalami kekacauan, karena masing-masing menganganggap musuhnya. Lagi pula mereka hidupnya terpisah satu dengan yang lain, tanpa ada hubungan apapun.Keadaan demikian ini oleh teori kekuatan di tolak. Sebab manusia itu, meskipun masih dalam keadaan alam bebas. Keadaan tidaklah seperti yang digambarkan oleh Thomas Hobbes atau John Locke yang seolah-olah menurut alam manusia itu hidup berdiri sendiri karena tokoh manusia itu dimana-mana selamanya hidup dalam suatu kesatuan walupun sangat kecil.

Teori kekuatan ini memang juga berpokok pangkal pada manusia dalam keadaan alam bebas, manusia inabstrakto, seperti halnya teori hukum alam. Tetapi gambarannya tentang keadaan berbeda. Sebab menurut teori kekuatan manusia dalam keadaan alamiah pun sudah selalu hidup berkelompok. Jadi satu sama lain sudah saling mengadakan hubungan, walaupun pada waktu itu masih dalam keadaan promissoiteit. Keadaan dimana belum ada lembaga perkawinan.Menurut ajaran teori kekuatan yang terkecil daridari manusia dalam keadaan alamiah itu adalah keluarga. Keluarga ini terdiri dari seorang ibu ditambah anak-anaknya. Sebagaimana manusia itu adalah mahluk hidup. Bagaimana mugkin seorang bayi yang baru dilahirkan bisa hidup kalau tidak mendapatkan asuhan dari ibunya? Mungkinkah bayi itu dilahirkan lalu hidup mandiri seorang diri? Ini adalah suatu keadaan yang tidak mungkin dapat terjadi.

Kalau dalam keluarga yang kecil itu si ibu itu merupakan kepala keluarga, maka dalam faktanya si ibu itu menguasai kelompok tersebut.

Kemudian sesudah timbulnya lembaga perkawinan, meskipun lembaga itu sifatnya masih sangat sederhana, keluarga itu anggotanya bertambah dengan seorang ayah. Kalau kemudian si ayah itulah yang menguasai kelompok tersebut. Jadi entah si ibu atau si ayah itu yang berkuasa, itu disebabkan karena adanya kelebihan atau keunggulan daripada yang lain. Pokoknya dialah yang menang. Terlebih menang dalam lapangan jasmani maka dialah yang berkuasa.Jadi tegasnya menurut toeri kekuasaan, siapa yang siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Yang dimaksud dengan kekuasaan tersebut disi adalah kekuatan jasmani, kekuatan fisik.

Selanjutnya menurut ajaran kekuatan tersebut, kalau keluarga tadi telah berkembang menjadi masyarakat, dan akhirnya negara, maka bekas-bekas dari kekuasaan yang asli ini masih terbawa terus juga. Sehingga pada akhirnya dia itulah yang tetap berkuasa di dalam masyarakat atau nagara tadi. Perkembangan keluarga sehingga menjadi negara ini melalui beberapa fase dan dengan jalan, mungkin peperangan, yang kalah lalu menggabungkan diri kepada yang menang, atau dapat juga penggabungan secara sukarela, ini misalnya kalau terjadi suatu perkawinan antara orang atau anggota kelompok atau keluarga yang satu dengan orang dari anggota kelompok atau keluarga yang lain.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 59

Page 60: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Dengan demikian maka mereka yang menganut teori kekuasaan ini berpendapat bahwa asal mula kekuasaan itu adalah karena adanya keunggulan kekuatan daripada orang yang satu terhadap orang-orang lainnya.

Kalau dalam keadaan bebas beberapa individu masing-masing hidup sendiri, dan kemudian saling bertemu, maka yang mersa paling kuat tentu akan mencoba untuk menguasai yang lainnya, yang lemah, untuk kepentingannya. Jadi keunggulan kekuatan fisiknya itu mempunyai akibat menguasai orang lain guna kepentingan si kuat itu. Demikianlah asal mula negara dan kekuasaan menurut teori kekuatan (kekuasaan).

Dalam masyarakat atau negara modern yang disebut yang berkusa itu satu atau dua orang yang secara kebetulan memegang pemerintahan. Tetapi sebenarnya yang memegang pemerintahan itu adalah sekelompok orang-orang yang mempunyai kedudukan kuat. Kemudian satu atau dua orang dari kelompok itu hanya merupakan alat saja untuk menguasai kelompok yang lain, demi kepentingan kelompok yang berkuasa itu. Dan selanjutnya menurut kekuatan Negara itu sebenarnya adalah merupakan alat yang berkuasa tadi, untuk menggunakan mereka yang lemah demi kepentingan yang kuat.

Tadi telah diuraikan bahwa kekuatan (kekuasaan) ini, dalam penyelidikannya tentang asal mula negara berpokok pangkal pada manusia in-abstrakto, manusia dalam keadaan bebas. Di dalam kedaan ini berlaku adalah apa yang dinamakan hukum rimba. Yaitu hukum yang yang menentukan siapa yang kuat, yang dimaksud di sini kuat dalam arti fisik adalah yang berkuasa. Jadi ternyatalah bahwa kekuatan itu dapat menimbulkan kekuasaan dalam suatu kelompok yang telah menjadi negara. Dan di sini yang berkuasa itu memerintah hanya memperhatikan dirinya sendiri saja. Dengan demikian ternyatalah bahwa mereka yang lemah ini benar-benar diperalat oleh yang kuat.

Apa yang diuraikan dalam teori kekutan ini dalam sejarah ada juga kebenarannya. Orang-orang seperti Dionysios, Djenggis Khan, Tamarlan, Napoleon, Mussolini, Hitler, adalah merupakan contohnya. Mereka itu memperoleh kekuasaan karena mempunyai keunggulan kekuatan. Hanya saja kekuatan disini telah mempunyai pengerian yang lain. Sebab pengerian kekuatan disini tidak saja kuat dalam arti fisik, karena faktor-faktor lain juga ikut menentukan. Misalnya system persenjataan, bahkan pada jaman modern, politik, kebudayaan, ekonomi dan sebagainya memegang peranan penting.

Jadi menurut teori kekuatan, seperti telah dikatakan diatas Negara itu adalah merupakan alat dari golongan yang kuat untuk menghisap golongan yang lemah, terutama sekarang, dalam lapangan ekonomi. Memang kadang-kadang negara itu atua konkritnya penguasa, mengeluarkan peraturan-peraturan yang nampaknya menguntungkan golongan yang lemah. Tetapi akhirnya tokoh yang diperhitungkan hanya kepentingan-kepentingan si penguasa saja.

1. F. OppenheimerSebagai contoh daripada ajaran teori kekuatan ini misalnya : F

oppenheimer, bukunya Die sache, mengatakan bahwa Negara itu adalah merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyarakat, yang oleh golongan yang kuat tadi dilaksanakan kepada golongan yang lemah, dengan maksud untuk menyusun dan membela kekuasaan dari golongan yang kuat tadi, terhadap orang-orang yang baik dari dalam maupun dari luar, terutama dalam system ekonomi. Sedangkan tujuan terakhir dari

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 60

Page 61: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

semuanya ini adalah penghisapan ekonomis terhadap golongan yang lemah tadi oleh golongan yang kuat.

2. Karl MarxSedankan menurut Karl Marx Negara itu adalah merupakan penjelmaan

daripada pertentangan-pertentangan kekuatan ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat dari mereka yang kuat untuk menindas golongan-golongan yang lemah ekonominya. Yang dimaksud orang yang kuat atau golongan yang kuat disini adalah mereka yang memiliki alat-alat produksi. Negara menurut Karl marx akan lenyap dengan sendirinya kalau dalam masyarakat itu sudah tidak dapat lagi perbedaan-perbedaan kelas dan pertentangan-pertentangan ekonomi.

3. H.j. LaskiPenganut teori kekuatan lainnya adalah Harlod J. Laski, bukunya The

State in theori and practic,. juga, Pengantar Ilmu Politika. Dia berpendapat bahwa Negara itu adalah merupakan suatu alat pemaksa, atau Dwang organizatie, untuk melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis system produksi yang stabil, dan pelaksanaan system produksi ini semata-mata akan menguntungkan golongan yang kuat, yang berkuasa.Artinya, kalau misalnya penguasa itu dari aliran kapitalisme, maka organisasi negara itu tadi selalu akan dipergunakan oleh penguasa untuk melangsungkan system eknomi kapitalis. Sedangkan kalau penguasa itu dari aliran sosialisme, maka organisasi itu akan dipergunakan oleh penguasa tersebut untuk melangsungkan system produksi menurut ajaran sosialisme. Jadi teranglah bahwa negara itu hanya sebagai alat dari yang kuat, yang berkuasa, untuk melaksanakan kepentingannya.

H .j. Laski selanjutnya mengatakan bahwa tidak dapat diragu-ragukan lagi, bahwa alasan-alasan yang menentukan arah orang pemerintahan itu bertindak, terlalu terbelit-belit untuk dapat diterangkan dengan satu cara saja, tidak ada satu sebab yang dapat menyampingkan sebab-sebab yang lainnya dengan bulat-bulat. Namun dapat juga kita jadikan sebaai patokan umum, bahwa pada umumnya sifat masing-masing negara itu tergantung pada system ekonomi yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat yang dikuasai oleh negara itu. Tiap-tiap system kemasyaraktan pada hakekatnya adalah satu perjuangan merebut puncak kekuasaan ekonomi, karena orang-orang yang memegang kekuasaan, bergantung pada besar kecilnya kekuasaan yang di pegangnya itu, dapat melakukan kemauanya itu. Dengan demikian hukum itu menjadi suatu system dari perhubungan-perhubungan yang merumuskan kemauanya dalam bentuk Udang-undang. Oleh karena itulah, cara pembagian ekonomi pada suatu tempat dan waktu yang tertentu, akan menentukan bentuk corak peraturan-peraturan hukum yang berlaku di tempat dan waktu itu. Dalam keadaan yang demikian itu, negara mewujudkan keingingan-keinginan dari orang yang menguasai ekonomi. Tata hukum itu adalah topeng, yang di belakangnya suatu kepentingan yang pertama-tama bersifat ekonomi dapat menjamin bagi dirinya dari kekuasaan politik. Dalam tindakan-tindakannya, negara itu tidaklah sengaja mencari keadilan dan kemanfaatan bagi umum, melainkan kepentingan (dalam arti kata seluas-luasnya) dari pada golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

4. Leon Duguit

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 61

Page 62: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Sementara itu Leon Deguit, dalam bukunya Traite de Droit Constitutionel, memberikan keterangan tentang pelajaran hukum dan negara yang semata-mat bersifat realistis. Dia tidak mengakui adanya hak subyektif atas kekuasaan, juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa negara dan kekuasaan itu adanya atas kehendak Tuhan, ditolaknya juga ajaran perjanjian masyarakat tentang terjadinya negara dan kekuasaan. Menurut pendapatnya yang benar dan kebenaran itu bersifat mutlak, bahwa les plu forts, orang-orang yang paling kuat, melaksanakan kemauannya kepada orang-orang lain yang dianggapnya lemah. Orang-orang yang yang paling kuat itu dapat mendapatkan kekuasaan dan memerintah disebabkan karena beberapa faktor. Faktor-faltor itu adalah tidak lain karena mereka itu keunggulan dalam lapangan : fisik, ekonomi, kecerdasan agama dan sebagainaya. Bahkan nanti negara modern politik sangat menentukan.

Demikianlah perkembangan teori kekuatan (kekuasaan). Yang semula kekuatan itu mempunyai pengertian kekuatan fisik, kemudian kekuatan ekonomi, dan akhirnya semua fakor yang menyebabkan timbulnya kekuatan.

Dengan demikian telah dibicarakan tiga teori yang pada hakekatnya hendak menerangkan asal mula negara, hakekat negara, kekuasaan serta penguasa. Ketiga teori itu adalah : teori teokrasi, teori hukun alam dan teori kekuatan atau teori kekuasaan. Ketiga teori inilah disebut teori-teori klasik tradisional. Disebut demikian karena ajaran-ajaran dari teori-teori tersebut adanya sejak jaman dahulu kala, dan hingga sekarang masih tetap selalu dipelajari, lebih-lebih orang yang ingin mempelajari tentang negara dan hukum. Dan tidak sedikitlah teori-teori tersebut, memberikan andil kepada perkembangan system kenegaraan sampai dewasa ini. Prof. Mr. R. Krenanburg, dalam bukunya Algemene Staatsleer, menyebutnya dengan istilah teori-teori agak tua.

Sebagai kesimpulannya adalah bahwa ajaran-ajaran dari teori tersebut tidak memberikan kepuasan. Dan kemudian timbullah reaksi-reaksi terhadap ajaran-ajaran dari ketiga teori tersebut, yaitu suatu sikap yang tidak menyetujui adanya usaha untuk menyelidiki asal mula negara dan hakekat histories daripada negara. Terhadap masalah ini mereka bersifat skeptis, dan menganggap tidak perlu lagi mencarinya atau menyelidikinya asal mula negara itu sebagaimana, hakekatnya apa, sejarahnya bagaimana dan sebagainya. Mereka mengatakan bahwa kita seharusnya menerima saja negara itu sebagaimana adanya sebagai suatu kenyataan. Bukankah dari Undang-undang Dasar serta dari Undang-undang organiknya sudah dapat kita baca dan kita pelajari. Paling banter kita mempelajari sejarah terbentuknya Undang-undang Dasar tersebut.

Sepintas lalu pendapat seperti tersebut diatas ada juga benarnya. Oleh karena menyelidiki asal mula negara secara histories itu tidak mempunyai arti lagi, kecuali itu juga tidak akan berhasil. Sebab yang dapat kita ketahui dari sejarah itu adalah sejarah sejak mana negara itu sendiri sudah ada. Jadi sesebetulnya kita hanya dapat mengetahui secara empiris yaitu dengan melalui orang-orang yang hidup ketika atau pada waktu sebelum kita ini, demikian seterusnya sampai pada orang yang hidup pada negara itu baru terbentuk untuk pertama kalinya. Yang demikian inipun sebetulnya tidaklah mungkin, sebab negara , itu adanya sudah lama mendahului adanya pemikiran tentang negara dan hukum. Pemikiran tentang negara dan hukum baru dimulai sejak abad ke V S.M., yaitu sejak jaman yunani kuno, sedangkan negara sudah ada lama sebelumnya. Jadi tegasnya orang mulai mengadakan pemikiran tentang negara dan hukum, setelah orang itu sendiri sudah hidup di dalam negara.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 62

Page 63: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Tetapi meskipun demikian, janganlah kita lalu beranggapan bahwa kita tidak perlu menceritakan masalah-masalah itu lagi. Sebab bagaimanapun juga kita adalah warga negara dari suatu negara yang selalu berhadapan dengan masalah-masalah atau soal-soal yang erat hubungannya dengan kekuasaan yang ada di dalam negara itu. Jadi kita selalu dibatasi dalam hal kebebasan, baik dalm masalah-masalah besar maupun kecil.

Selama kekuasaan negara yang membatasi kebebasan kita itu tidak langsung mengenai diri kita sendiri, dan hanya mengenai hal-hal yang kecil, selama itu pula kita bisa tidak usah mempersoalkan hal-hal tersebut. Akan tetapi ini adalah menjadi tugas daripada mereka yang baik secara teoritis maupun secara praktis mempunyai tugas tugas yang berhubugan dengan ketatanegaraan, untuk mencari dasar-dasar yang sehat mengenai kekuasaan yang merupakan pembatasan atau pengurangan daripada kebebasan warganegara itu.

Jika kita mengesampingkan persoalan ini berarti kita melepaskan pertangungan jawab kita sebagai warganegara. Dan hanya kita dapat mempersoalkan sampai diamana negara itu dapat mencampuri kehidupan daripada warganegaranya, kalau kita mempunyai suatu pengertian tentang hakekat negara.

Jika kita perlu membicarakan hakekat negara tersebut, agar kita dapat mengetahui luasnya kekuasaan negara, serta kebebasan-kebebasan daripada warga negaranya. Sebab yang menjasi persoalan pokok didalam warga negara itu ialah perimbangan antara kekuasaan disatu pihak, dengan kebebasan daripada warganegaranya di pihak lain.

Di atas telah disebutkan bahwa ajaan-ajaran dari ketiga teori klasik tradisional itu memberikan kepuasan. Hal ini disebabkan karena masing-masing teori tersebut ada keberatan-keberatannya. Keberatan-keberatan tersebut bersifat sedemikian rupa, sehingga dapat menggagalkan usahanya.

Keberatan yang dapat diajukan teori teokrasi adalah bahwa pandangan atau ajaran teori teokrasi itu pada akhirnya hanya akan berdasarkan kepercayaan saja. Sedangkan segala sesuatu yan bersifat kepercayaan itu akan sukar di analisa lebih lanut atau berdasakan rasio. Juga kalau misalnya timbul pertentangan atau peperangan antra dua penguasa atau raja., tentu saja salah satu ada yang kalah atau menyerah. Padahal kedua-duanya dikatakan berasal dari Tuhan. Lalu bagaimana yang betul. Dalam hal ini teori teokrasi mendapatkan kesukaran, bahkan tidak dapat memberikan penjelasannya, mana dari dua kekuasaan itu berasal dari Tuhan.

Keberatan yang dapat diajukan terhadap teori hukum alam adalah bahwa teori hukum alam itu sifatnya sangat teoritis, kurang empiris. Sedangkan sifat yang demikian itu sering menimbulkan kesimpulan yang berlainan malahan dari hipotesa yang sama bila daripadanya itu ada perubahan sedikit saja sudah menimbulkan kesimpulan yang sangat berbeda. Ingatlah kesimpulan dari ajaran Thomas Hobbes dan John locke tentang sifat kekuasaan penguasa.

Lagi pula hipotesa yang menyatakan bahwa manusia sebelum ada negara atau manusia yang masih hidup dalam keadaan alam bebas itu terlepas dari kelompoknya atau masing-masing penguasa itu hidup secara mandiri terlepas sama sekali antara yang satu dengan yang lain adalah bertentangan dengan kenyataannya. Karena kenyataannya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dari lahirnya sudah dikodratkan hidup di dalam kelompok, meskipun kelompok itu sangat kecil.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 63

Page 64: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Sedang keberatan yang dapat diajukan terhadap teori kekuatan (kekuasaan) adalah bahwa teori ini berpokok pangkal pada manusia inabstracto, yaitu manusia sebelum tebentuknya negara, dan menganggap bahwa manusia itu semula jahat dan lemah, serta tidak ada pertimbangan lain untuk bergerak selain perimbangan ekonomis. Sedang nyatanya manusia itu pertimbangan-pertimbangannya untuk bergerak tidak hanya di jiwai oleh pikiran–pikiran ekonomi saja. Tetapi ada pikiran-pikiran lain yang kadang-kadang malahan dapat mengorbankan kepentingan-kepentingan ekonomi misalnya pertimbangan : politik, kebudayaan, kepercayaan atau agama.

Selanjutnya teori ini juga beranggapan bahwa yang betul itu hanya negara sendiri, dan negaralah yang berdaulat, bukan kelompok orang-orangnya atau rakyatnya, yang secara ekonomis dapat menguasai kehidupan masyarakat atau negara. Tetapi nyatanya meraka hanya merupakan alat yang tak langsung daripada negara. Negaralah yang menentukan apa yang harus berlaku, lewat orang-orangnya yang berkusa. Tujuan terakhir daripada Negara tidak lain hanyalah tercapainya kepentingan dari orang-orang yang berkuasa, orang-orang yang kuat.

Tetapi kekuatan dalam bentuknya yang modern nampak dalam ajaran teori kedaulatan negara, seperti yang diajarkan oleh : Jhering, Laband, Georg Jellinek dan Jean Bodin. Dari ajaran mereka ini pokoknya dikatakan bahwa negaralah yang memiliki serta memegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Juga pendapat yang demikian itu nampak dalam ajaran Niccolo Mavhiavelli dengan staatsraison-nya.

Tetapi dalam perkembangan selanjutnya akan nampaknya bahwa kedaulatan itu tidak ada pada negara, jadi bukan negaralah yang berdaulat. Oleh karena kadang-kadang negara dapat disalahkan oleh warganegaranya, dalm arti negara yang melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan warga negara tersebut dapat disalahkan dan dihukum untuk membayar ganti kerugian.

Mereka kalau demikian halnya, tidak dapatlah dikatakan bahwa negara itu yang berdaulat, sebab kalau negara itu berdaulat, negara tidak dapat diganggu-gugat. Padahal dalam kenyataanya dapat, yaitu apabila negara itu melalui organ-organnya atau alat-alat perlengkapannya melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan hukum, dalam hal ini dapat digugat dan dihukum untuk membayar ganti kerugian.

Jadi kalau demikian terhadap itu juga dapat diterapkan peraturan-peraturan hukum, maka kalau demikian halnya, ini berarti bahwa hukum lebih tinggi daripada negara, jadi yang berdaulat bukanlah negara, tetapi yang berdaulat adalah hukum. Maka timbullah teori kedaulatan hukum, teori ini antara lain dikemukakan oleh krabbe. Mengenai ini nanti akan dibicarakan lebih lanjut alam pembicaraan tentang teori-teori kedaulatan.

Teori kekuasaan Teori Kekuasaan dibagi atas dua bagian : Kekuasaan Jasmaniah; dan Kekuasaan Ekonomis.

1.Teori Kekuasaan Fisik (Jasmaniah)Contoh dari teori ini dapat diambil ajaran Hobbes dan Machiavelli Hobbes

dalam bukunya yang terkenal dengan judul Leviathan, terdapat dua pepatah yang tidak asing bagi kita yang berbunyi : Homo Homini Lupus – manusia

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 64

Page 65: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

sebagai serigala terhadap manusia lainnya. – Bellum Omnium Contra Omnas – Perang semua lawan semua.

Dalam ajarannya itu Hobbes membedakan dua macam status manusia yaitu status naturalis - kedudukan manusia waktu masih belum ada negara dan, status civilis – kedudukan manusia setelah ada negara.Dalam status naturalis (Negara masih belum terbentuk), masyarakatnya masih kacau karena tidak ada badan atau organisasi yang disebut negara yang menjaga / menjamin tata tertib.

Machiavelli pendapatnya hampir sama dengan Hobbes. Dalam bukunya II Principe, ia mengajarakan kepada raja-raja bagaimana cara memerintah sebaik-baiknya. Bagi Machiavelli seorang Raja harus kuat dan tahu cara mengetasi segala kekacauan yang di hadapi negara, ia dapat mempergunakan segala alat yang menguntungkan baginya. Untuk mencapai tujuannya para Raja harus menyelenggarakan pemerintah tentang real politik. Kalau perlu alat yang dipergunakan boleh melanggar prikemanusiaan. Intinya Machiavelli mengajarkan teori yang sama dengan Hobbes yang membenarkan kekuatan negara itu didasarkan pada kekuatan fisik. Teori yang lainnya disebut teori kekuasaan ekonomi ajaran dari Marx.

2.Teori Kekuasaan EkonomiSeperti apa yang telah di terangkan dalam arti negara, Marx menganggap

bahwa negara itu merupakan alat kekuasaan bagi segolangan manusia di dalam masyarakat untuk menindas golangan lain guna mencapai tujuannya. Ajaran ini berlaku bagi negara kapitalis ataupun negara proletar yang pemerintahanya lazim disebut sebagai diktator proliteriat. Sebagai dasar dari ajarannya ialah pertentangan kelas dalam masyarakat dalam dua kelas yaitu kaum yang ekonominya kuat dan kaum yang ekonominya lemah. Pertentangan antara dua kelas itu di tujukan untuk merebut kekuasaan negara. Negara adalah alat kekuasaan.

Demikianlah menurut Marx ajaran / kekuasaan ekonomi yang dipergunakan untuk membenarkan kekuasaan negara berdasarkan kedudukan ekonomi suatu golongan di dalam masyrakat. Selain itu yang penting dalam teori kekuasaan ekonomi dari Karl Marx adalah sandarannya yang disebut historische materialisme yaitu bahwa sejarah kehidupan manusia itu dipengaruhi oleh kebendaan. Karl Marx membedakan dua macam bangunan masyarakat yaitu :

Bangunan bawah yang didasarkan atas kebendaan. Bangunan atas yang didasarkan atas kemanusiaan.

Yang penting di antara bangunan itu ialah banunan bawah yang berhubungan dengan alat-alat produksi. Bangunan bawah ini mempengaruhi bangunan atas seperti agama, susila, kebudayaan, hukum dan sebagainya. Karena itu hukum merupakan hukum merupakan alat dari golongan ekonomi kuat untuk mempertahankan dan menjamin hak milik perseorangan. Jika kekuasaan ekonomi didakam masyarakat itu kita hubungkan dengan istilah-istilah yang dipergunakan dalam teori politik modern, yang disebut rationalisation dan debunking, maka apa yang dikatakan bahwa hukum itu berdasarkan persamaan, kemerdekaan, keadilan, hanyalah sebagai kedok untuk menutupi maksud yang sesungguhnya. Kalau kedok itu dibuka maka kita akan melihat tujuan yang sebenarnya yaitu hukum sebagai alat untuk menjamin hak milik perseorangan. Inilah yang diamksud hukum sebagai rationalisation dan debunking.

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 65

Page 66: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Kekuasaan itu ada pada semua aspek kehidupan masyarakat seperti orang tua terhadap anak-anaknya, ketua perkumpulan terhadap angota-anggotanya, atasan dalam system birokrasi teradap bawahan-bawahannya dalam lembaga legislatif, lembaga yudikatif, lembaga eksekutif dan sebagainya.Secara umum kekuasaan itu sering di artikan sebagai suatu alat untuk mempengaruhi orang lain / kelompok lain sesuai dengan kehendak pemegang kekuasaan itu sendiri. Oleh Miriam budiadjo, kekuasaan diartikan sebagai “kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau orang lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempenyai kekuasaan itu”.

Max Weber, mengartikan kekuasaan sebagai “kesempatan dari seseorang atau kelompok orang-orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri dengan sekaligus menerapkannya dalam tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu.”Sedangkan Max Iver, merumuskan kekuasaan sebagai “the capcity to control the behaviour of other either directly by fiat or indirectly by manipulation of available means”, yang artinya “secara langsung dengan memberi perintah, maupun secara tidak langsung mempergunakan segala alat atau cara yang tersedia”.

Bila dihadapkan pada persoalan kekuasaan, maka orang berpendapat bahwa kekuasaan sering diartikan hanya dalam politik saja. Bila persoalan kekuasaan ini diartikan dalam bidang politik saja, maka kekuasaan itu disebut monoform. Akan tetapi dalam kenyataan yang hidup dalam masyarakat, kita juga mengenal kekuasaan-kekuasaan lain seperti kekuasaan dalam hubungan tata orang tua dengan anak-anaknya, guru dengan muridnya, majikan dengan buruhnya, sehingga kekuasaan itu tidak terbentuk satu lagi, melainkan banyak yang disebut polyform atau multiform.

Mengenai sifat kekuasaan yang telah dikemukan oleh Beeling dalam bukunya, Kratos, Men en Macht. Ia membagi kekuasaan menurut sifatnya dalam tiga bagian yaitu :a. Sifat kekuasaan yang fundamentalYang dimaksud dengan sifat kekuasaan yang fundamental ialah bahwa selama manusia masih ada sejak dulu sampai sekarang, maka kekuasaan itu selalu merupakan dasar bagi manusia untuk melaksanakan kehendaknya terhadap orang lain.b. Sifat kekusaan yang abadi Yang dimaksud disini adalah selama manusia masih ada maka kekuasaan itu tidak akan hilang. Jadi sejak dulu sampai sekarang kekuasan itu tetap ada.c. Sifat kekuasaan multiformKekuasaan itu tidak hanya dikenal dalam bidang politik saja, tetapi juga dalam bidang-bidang kehidupan lainnya seperti hubungan kekuasaan antara orang tua dan anaknya, hubungan kekuasaan antara majikan dan buruhnya, hubungan kekuasaan antara guru dan muridnya.

Selanjutnya Beeling mengatakan bahwa kekuasaan itu masih netral sifatnya selama ia masih belum dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang baik dan bermoral tinggi. Sebaliknya, jika kekuasaan itu dipakai untuk tujuan yang tidak baik, maka akibatnya ia akan merugikan masyarakat dan negara.

PERTEMUAN KE- 6 : SUSUNAN NEGARA

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 66

Page 67: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

Menurut pendapat Max Boli Sabon, susunan negara berarti berbicara mengenai pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan demikian biasanya dibagi menjadi dua kemungkinan, yaitu: (1) Negara kesatuan; (2) Negara federasi. Ada pula yang berpendapat untuk kemungkinan yang ke-3 yang disebut Negara konfederasi, akan tetapi belum ada kesatuan pendapat di kalangan sarjana.1. Negara Kesatuan

Negara Kesatuan sering pula disebut Negara Unitaris, adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan negara itu bersifat tunggal. 2. Negara Federasi

Negara Federasi adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendiri. Kemudian negara tersebut bergabung menjadi satu negara, dengan mengadakan kerja sama antara negara-negara tersebut, untuk kepentingan mereka bersama.3. Negara Konfederasi

Konfederasi adalah bentuk serikat dari negara-negara berdaulat, akan tetapi kedaulatan tetap dipegang oleh negara-negara yang bersangkutan. Namun pendapat itu masih diragukan apakah konfederasi merupakan suatu negara atau hanyalah suatu bentuk kerja sama antara negara-negara berdaulat untuk menyelenggarakan satu atau lebih bidang urusan tertentu.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abu Daud Busroh dan Soehino. Namun mereka hanya membagi susunan negara menjadi dua, yaitu: Negara Kesatuan dan Negara Serikat. Tetapi penjelasan mengenai pengertian susunan kedua negara tersebut sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Max Boli Sabon.

Berdasarkan sifat hubungan ikatan kerja sama antara Pemeritah Negara Federal dengan Pemerintah Negara-negara Bagian tersebut, maka Negara Federasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam jenis, yaitu :

Negara SerikatPengertian Negara Serikat menurut Jellinek adalah jenis negara federal di

mana pemeritah federalnya, atau pemerintah negara gabungannya, yang memegang kedaulatan atau souvereiniteit itu ada atau terletak pada pemeritah negara gabungannya. Sehingga pemerintah federal atau pemerintah gabungannya itu dapat atau wenang membuat atau mengeluarkan peraturan-peraturan hukum yang dapat mengikat atau berlaku secara langsung terhadap para warga negara dari negara-negara bagian. Maka ini adalah sesuai dengan pendapat Kranenburg yang menyatakan bahwa Negara Serikat itu adalah negara federal di mana pemeritah federalnya atau pemeritah negara gabungannya dapat atau wenang membuat atau mengeluarkan peraturan-peraturan hukum yang sifatnya dapat mengikat atau berlaku secara langsung terhadap para warga negara dari negara-negara bagian.

Perserikatan NegaraSedangkan yang disebut Perserikaatan Negara itu menurut Jellinek

adalah jenis negara federal di mana yang memegang kedaulatan itu adalah tetap pemerintah negara-negara bagian, jadi tegasnya kedaulatan itu ada atau terletak pada pemerintah negara-negara bagian. Jika demikian halnya, maka tentunya pemerintah federal atau pemerintah negara gabungannya itu tidak dapat atau tidak berwenang membuat atau mengeluarkan peraturan-peraturan

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 67

Page 68: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

hukum yang sifatnya dapat berlaku atau mengikat secara langsung terhadap para warga negara dari negara-negara bagian. Maka inipun adalah sesuai dengan pendapat Kranenburg yang menyatakan bahwa Perserikatan Negara itu adalah jenis negara federal di mana pemerintah federalnya atau pemerintah negara gabungannya tidak dapat atau tidak berwenang membuat atau mengeluarkan peraturan peraturan hukum yang sifatnya dapat berlaku atau mengikat secara langsung terhadap para warga negara dari negara-negara bagian.

Setelah mempelajari pendapat dari Jellinek dan pendapat dari Kranenburg tentang perbedaan antara Negara Serikat dengan Perserikatan Negara, maka dapatlah kita membuat suatu perbandingan antara kedua pendapat tersebut. Dan kedua pendapat tersebut pada prisipnya adalah sama.

PERTEMUAN KE-7 : TIPE-TIPE DEMOKRASI MODERN

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 68

Page 69: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

1 Demokrasi Modern dengan Sistem PresidensialDemokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif,

dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas atau sistem presidensiil. Didalam sistem ini sifat hubungan antara kedua lembaga negara yaitu badan eksekutif dan badan legislatif tidak ada atau secara prinsipil bebas. Pemisahan anatara kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan legislatif disini diartikan bahwa kekuasaan eksekutif itu dipegang oleh suatu badan atau organ yang didalam menjalankan tugas eksekutifnya itu tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat ini menurut Trias Politica Montesqieu memegang kekuasaan legislatif, jadi bertugas membuat dan menentukan peraturan-peraturan hukum. Dengan demikian kedudukan badan eksekutif bebas dari badan perwakilan rakyat.

Susunan badan eksekutif terdiri dari seorang presiden sebagai kepala pemerintahan, didampingi atau dibantu oleh wakil presiden. Presiden didalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para mentri. Jadi para mentri itu kedudukannya sebagai pembantu presiden, maka para mentri tersebut didalam menjalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada presiden. Para mentri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Mentri-mentri sebagai pembantu presiden bertugas memimpin departemen-departemen pemerintahan dan bertanggung jawab kepada presiden. Badan perwakilan rakyat tidak dapat memberhentikan satu orang atau beberapa orang mentri yang turut bekerja didalam badan eksekutif, meskipun badan perwakilan rakyat itu tidak dapat menyetujui kebijaksanaan dari para mentri tersebut. Jadi para mentri yang bekerja didalam badan eksekutif ini tidak mempunyai hubungan keluar yaitu tidak memiliki hubungan pertanggung jawaban dengan badan perwakilan rakyat. Yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas yang diberikan kepada para mentri adalah kepala negara sedangkan kepala negara tidak bertanggung jawab kepada lembaga perwakilan rakyat atas kebijaksanaan penyelesaian daripada tugas-tugasnya.

Maka mengingat akan kedudukan para mentri yang hanya berperan sebagai pembantu presiden dimana presiden merupakan pimpinan badan eksekutif, sistem ini disebut sistem presidensiil.

2 Demokrasi Modern dengan Sistem ParlementerDemokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif

dengan pemisahan kekuasaan, tetapi diantara badan-badan yang diserahi tugas atau kekuasaan itu, terutama antara badan legislatif dengan badan eksekutif, ada hubungan yang bersifat timbal balik dapat saling mempengaruhi atau sistem parlementer. Didalam sistem ini ada hubungan yag erat antara badan eksekutif dengan badan legislatif, atau badan perwakilan rakyat. Tugas atau kekuasaan eksekutif disini diserahkan kepada suatu badan yang disebut kabinet atau dewan mentri. Kabinet ini mempertanggung jawabkan kebijaksanaan, terutama dalam lapangan pemerintahan kepada badan perwakilan rakyat, yang menurut ajaran Trias Politica Montesqieu diserahi tugas memegang kekuasaan perundang-undangan atau kekuasan legislatif.

Pertanggung jawaban tersebut tidak berarti bahwa badan eksekutif harus mengikuti segala apa yang dikehendaki oleh badan perwakilan rakyat saja, dan menjalankan apa yag menjadi kemauan badan perwakilan rakyat, tetapi kabinet masih mempunyai kebebasan dalam menentukan kebijaksanaannya, terutama mengenai langkah-langkah pemerintahannya. Jadi pada dasarnya kabinet masih

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 69

Page 70: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

mempunyai kebebasan dalam berinisiatif. Namun segala tindakannya harus dipertanggung jawabkan kepada perwakilan rakyat atau parlemen. Maka setiap saat mereka atau kabinet ini dapat dimintai pertanggung jawaban atas kebijaksanaannya kepada parlemen.

Letak inti pokok dari sistem parlementer, yaitu kabinet bertanggungjawab kepada parlemen, artinya apabila pertanggung jawaban kabinet itu tidak dapat diterima baik oleh badan perwakilan rakyat atau parlemen maka parlemen dapat menyatakan mosi tidak percaya terhadap kebijaksanaan kabinet dan kabinet harus mengundurkan diri. Tetapi apabila kabinet merasa badan perwakilan rakyat atau parlemen tidak lagi bersifat representatif maka sebagai imbangan dari kekuasaan badan perwakilan rakyat untuk membubarkan kabinet, kabinet mempunyai kekuasaan untuk membubarkan badan perwakilan rakyat. Pembubaran badan perwakilan rakyat disusul dengan pembentukan badan perwakilan rakyat yang baru. Lalu badan perwakilan rakyat yang baru dibentuk ini akan menentukan benar atau tidaknya kebijakan kabinet dalam hal pembubaran badan perwakilan rakyat, apabila pembubaran badan perwakilan rakyat dianggap tidak benar atau salah maka kabinet tersebutlah yang harus mengundurkan diri atau membubarkan diri. Tetapi apabila dianggap benar maka tindakan kabinet membubarkan badan perwakilan rakyat yang dianggapnya tidak representatif tadi betul.

Didalam sistem parlementer ini, kepala negara bukan merupakan pimpinan yang nyata dari pemerintahan atau kabinet. Jadi yang memikul segala pertanggung jawaban adalah kabinet, termasuk pertanggung jawaban atas tindakan atau kebijaksanaan kepala negara, oleh karena itu yang menentukan sifat kebijaksanaan pemerintah adalah kabinet sendiri dan kepala negara diberi kedudukan yang tidak dapat diganggu gugat.

3 Demokrasi Modern dengan Sistem Referendum Demokrasi atau pemerintahan yang representatif, dengan sistem

pemisahan kekuasaan, dengan stelsel referendum atau kontrol secara langsung oleh rakyat. Dalam sistem referendum ini badan eksekutif disebut Bundesrat yang bersifat suatu dewan, merupakan bagian dari pada badan legislatif disebut Bundesversammlung yang terdiri dari nationalrat adalah badan perwakilan nasional dan Standerat merupakan perwakilan dari negara-negara bagaian yang disebut kanton. Dengan demikian badan eksekutif tidak dapat dibubarkan oleh badan legislatif, lagi pula tugas badan eksekutif dalam sistem ini semata-mata hanya sebagai badan pelaksana atas segala kehendak atau keputusan badan legislatif. Untuk melaksanakan segala tugas badan legislatif ditunjuk tujuh orang dari badan legislatif itu sendiri. Jadi anggota-anggota eksekutif sebagian diambil dari anggota badan legislatif. Dengan demikian badan eksekutif merupakan bagian dari badan legislatif oleh karena itu tidak ada kata kesepakatan diantara kedua badan tersebut dan tidak ada pembagian kerja karena dalam sistem ini segala seauatu diputuskan oleh badan legislatif dan pelaksanaan kebijakannya dilakukan oleh badan eksekutif.

Apabila badan eksekutif tidak menjalankan kebijaksanaan sebagaimana dikehendaki badan legislatif, maka badan eksekutif tidak mempunyai kebebasan untuk meneruskan penyimpangannya tetapi harus merubah sikap dan menjalankan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak badan legislatif. Dalam badan eksekutif semua anggota memiliki kedudukan yang sama tidak ada yang memiliki kedudukan seperti presiden dalam sistem presidensiil. Memang

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 70

Page 71: GABUNGAN MATERI ILMU NEGARA

diantara anggota badan eksekutif ada yag ditunjuk untuk masa jabatan satu tahun untuk menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dilain negara atau diluar negeri yang biasanya dijalankan oleh presiden, namun penunjukan tersebut tidak membuat kedudukannya istimewa dibanding anggota lainnya.

Pengangkatan untuk menjadi anggota badan eksekutif itu selama tiga tahun, dan selama jabatannya itu mereka tidak dapat diberhentikan dan sehabis masa jabatannya mereka dapat dipilih kembali namun harus memiliki keahlian, baik keahlian polotis maupun keahlian dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Sedangkan kedudukan badan legislatif tidak bebas sama sekali karena terdapat lembaga negara yang disebut referendum yaitu suatu pemungutan suara secara langsung dari rakyat yang berhak mengeluarkan suara, yang mengontrol tindakan atau keputusan dari badan legislatif.

Ada dua macam referendum, yaitu :Referendum Obligator, atau referendum yang wajib, merupakan referendum yang menentukan berlakunya suatu undang-undang atau sesuatu peraturan.Referendum Fakullatif, atau referendum yang tidak wajib, merupakan referendum yang diadakan untuk menentukan sesuatu undang-undang yang sedang berlaku itu dapat terus berlaku atau tidak atau perlu diadakan tidaknya perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Basah, Sjachran. Ilmu negara.Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Kusnardi. Mohamad.(1993). Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama. Lenin. (1947). Negara dan Revolusi. (online). Raliby, Osman. (1978). Ibnu Kaldun Tentang Masyarakat dan Negara.

Jakarta : Bulan Bintang. Sabon, Max ,Boli,SH. Ilmu Negara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Schmid.(1979). Pemikiran tentang negara dan hukum. Jakarta: PT

Pembangunan dan Erlangga. Soehino.( 2004). Ilmu negara.Yogyakarta: Liberty . Budiyanto, Drs. 2003. Dasar-dasar Ilmu Tata Negara untuk SMU. Jakarta:

Erlangga Soehino, S.H. 1998. Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberti Darmawan, Cecep, dkk.2002. Tata Negara untuk SMU. Bandung : Regina Budiardjo, Miriam, Prof. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta :

Gramedia

Ringkasan Materi Perkuliahan Ilmu Negara; Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si. Hal- 71