Upload
yopi-opi-yopan
View
127
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gambar Mesin
Citation preview
RODA GIGI
A. PENDAHULUAN
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak dapat
dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua roda tersebut harus dibuat
bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilakuakn oleh gigi-gigi
kedua roda yang saling berkait. Roda gigi semacam ini, yang dapat berbentuk
silinder atau kerucut, disebut roda gigi.
Transmisi roda gigi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sabuk
atau rantai karena lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan tepat, dan daya lebih
besar. Namun dibelakang kelebihan tersebut, roda gigi memerlukan ketelitian
yang lebih besar dalam pembuatan, pemasangan, maupun pemeliharaannya.
B. KLASIFIKASI RODA GIGI
Roda gigi diklasifikasikan seperti pada table, menurut letak poros, arah
putaran, dan bentuk kalur gigi.
Letak poros Roda gigi KeteranganRoda gigi dengan poros sejajar
Roda gigi lurus, (a)Roda gigi miring, (b)Roda gigi miring ganda, (c)
Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi
Roda gigi luarRoda gigi dalam dan pinion, (d)Batang gigi dan pinion, (e)
Arah putaran berlawananArah putaran samaGerakan lurus dan berputar
Roda gigi dengan poros berpotongan
Roda gigi kerucut lurus. (f)Roda gigi kerucut spiral. (g)Roda gigi kerucut ZEROLRoda gigi kerucut miringRoda gigi kerucut miring ganda
Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi
Roda gigi permukaan dengan poros berpotongan (h)
Roda gigi dengan poros berpotongan berbentuk istimewa
Roda gigi dengan poros silang
Roda gigi miring silang (i)Batang gigi miring silang
Kontak titik gerakan lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)Roda gigi cacing selubung ganda (globoid), (k)Roda gigi cacing sampingRoda gigi hyperboloidRoda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan silang
C. NAMA-NAMA BAGIAN RODA GIGI dan UKURANNYA
Nama-nama bagian utama rida gigi diberikan dalam gambar di bawah.
Adapun ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi, yaitu
lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi dinyatakan
dengan “jarak bagi lingkar” yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi antara
profil dua
d = Diameter jarak bagi (mm)
z = Jumlah gigi
maka :
dimana t = jarak bagi lingkar (mm)
sehingga
Dimana m = modul
Tidak ada alasan kuat bahwa proporsi setiap bagian gigi atau sudut
tekanannya harus seperti yang dikemukakan di ats. Pinion dengan kepala gigi
panjang dan kaki gigi pendek, serta roda gigi dengan proporsi terbalik, sering
juga dipakai. Sekalipun demikian jarang sekali ada pinion yang hanya
mempunyai kepala gigi saja atau kaki gigi saja.
Modul roda gigi standar dalam JIS dapat dilihat pada tabel 6.2, yang
ditentukan sesuai dengan batang gigi dasar. Dalam penelitian, dianjurkan
untuk mengambil modul dari seri pertama, dan sedapat mungkin menghindari
seri kedua atau ketiga, untuk menghemat biaya pengadaan pahatnya. Dalam
roda gigi yang dipotong dengan batang gigi dasar, kadang-kadang diameter
lingkaran jarak bagi dari pinion dan roda gigi yang harus bekerja sama, tidak
sama dengan hasil perkalian antara modul batang gigi dasar dan jumlah gigi.
Dalam hal demikian perlu dipelajari hal roda gigi dengan perubahan kepala,
seperti yang akjan diuraikan kemudian.
Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3 Seri ke-
1
Seri ke-2 Seri ke-3
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.8
0.15
0.25
0.35
0.45
0.55
0.7
0.75
4
5
6
8
10
12
3.5
4.5
5.5
7
9
11
14
3.75
6.5
1
1.25
1.5
2
2.5
3
0.9
0.75
2.25
2.75
0.65 16
20
25
32
40
50
18
22
28
36
45
Keterangan :Dalam pemilihan utamakan seri ke -1;jika terpaksa baru dipilih dari
seri ke-2 dan ke-3
D. PERBANDINGAN PUTARAN dan PERBANDINGAN RODA GIGI
n1 : putaran roda gigi pada poros penggerak (rpm)
n2 : putaran roda gigi pada poros yang digerakkan (rpm)
d1.d2 : diameter lingkaran jarak bagi
z1.z2 : jumlah gigi
maka perbandingan putaran (u) adalah
Harga I, yaitu perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pada
pinion, disebut perbandingan roda gigi atau perbandingan transmisi.
Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus standar
dan dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada roda gigi
miring dan miring ganda, perbandingan tersebut dapat sampai 10.
Roda gigi biasanya dipakai untuk reduksi (u<1 atau i>1) tetapi kadang
juga dipakai untuk menaikkan putaran (u>1 ataui<1).
Untuk mendapatkan nilai jarak sumbu poros (a) dan diameter lingkaran
jarak bagi dapat digunakan persamaan berikut :
E. PERSAMAAN UMUM UNTUK PERENCANAAN RODA GIGI
LURUS INVOLUT
Naruse telah mengemukakan 4 hal sebagai persyaratan yang tak dapat
dikesampingkan untuk roda gigi lurus involut yang sempurna, yaitu :
1. tidak mengalami pemotongan bawah
2. perbandingan kontak dapat dipilih secara bebas
3. luncuran spesifik dapat ditetapkan pada harga-harga yang baik
4. putaran harus dapat dilakukan dalam arah yang berlawanan
persamaan untuk menentukan jumlah gigi sebagai fungsi perbandingan
kontak n, sudut tekanan α, luncuran spesifik maksimum dari pinion Σ1,
luncuran spesifik maksimum dari roda gigi besar Σ2, dan perbandingan jumlah
gigi ε, adalah sebagai berikut :
Dimana
Proporsi x1 yang besarnya sama dengan tinggi kepala dibagi dengan
jarak bagi lingkar t, dan x2 yang besarnya sama dengan tinggi kaki dibagi
dengan jarak bagi lingkar, dapat juga dinyatakan sebagai fungsi dari variabel
yang sama yaitu :
Sekanjutnya untuk menyatakan persyaratan bahwa putaran harus dapat
dibalik, perlu diperkenalkan perbandingan w1 dan w2 dari tabel gigi pada
lingkaran kepala, dan tebal gigi pada lingkaran jarak bagi. Maka persamaan
untuk menghitung proprorsi tebal gigi dapat diturunkan, dan hasilnya adalah
sebagai berikut :
Kelima persamaan yang diperkenalkan di atas menunjukkan
ketergantungan jumlah gigi dan proporsi bagian-bagian gigi pada harga-harga
n, α, Σ1, Σ2, ε,w1, w2. perlu dikemukakan bahwa lambang-lambang tersebut
adalah yang dipakai oleh Naruse sedangkan dalam buku ini dipergunakan
berturur-turut lambang ε, αb, γ2, γ1, dan i di luar lambang w1, w2.
Untuk roda gigi transmisi pada otomobil diketemukan bahwa agar bunyi
dapat dikurangi, perlu dipilih harga luncuran spesifik yang lebih besar dari
pada yang biasa, dan perbandingan kontak harus diambil sebesar mungkin.
F. KAPASITAS BEBAN RODA GIGI
Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa gigi patah, aus atau
berlubang-lubang (bopeng) permukaannya, dan tergores permukaannya
karena pecahnya selaput minyak pelumas. Dalam pasal ini akan dibahas cara
merencanakan roda gigi yang akan dapat mengatasi hal-hal tersebut.
a. Perhitungan lenturan.
Karena besarnya perbandingan kontak adalah 1.0 atau lebih, maka beban
penuh tidak selalu dikenakan pada satu gigi. Tetapi demi keamanan
perhitungan dilakukan atas dasar anggapan bahwa beban penuh dikenakan
pada titik berpotongan Antropologi antara garis tekanan dan garis hubung
pusat roda gigi, pada puncak gigi seperti pada gambar. Jika tekanan normal
pada pemukaan gigi dinyatakan dengan Fn, maka gaya Fkt (tegak lurus OA)
dala marah keliling atau tangensial pada titik A adalah
Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak dibagi
adalah
Dimana αb adalah sudut tekanan kerja. Untuk pendekatan dapat dituliskan
Gaya Ft disebut “gaya tangensial”
Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm), maka kecepatan keliling v (m/s)
pada lingkaran jarak bagi roda gigi mempunyai putaran n1 (rpm) adalah
Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW), gaya tangensial Ft (kg)
dan kecepatan keliling v (m/s) adalah
Meskipun harga v dalam persamaan pada lingkaran jarak bagi lebih kecil
dari pada kecepatan keliling titik Antropologi, tetapi v tersebut dipakai
karena akibatnya akan membesarkan Ft. dalam hal ini harus dipergunakan
daya rencana Pd (kW). Karena
Maka
Jika b (mm) adalah lebar sisi, BC = h (mm) dan AE = l (mm), maka
tegangan lentur
Jadi
Besarnya h2/6l ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi. Besaran ini
mempunyai dimensi panjang. Jika dinyatakan dengan perkalian antara Y dan
modul m maka :
Persamaan ini disebut dengan persamaan Lewis dan Y dinamakan faktor
bentuk gigi. Tabel dibawah diberikan harga-harga untuk profil roda gigi
standar dengan sudut tekanan 20o.
Persamaan di atas dikoreksi lagi karena adanya faktor kecepatan keliling dan
ketelitian, maka persamaannya menjadi
Maka lebar sisi b dapat diperoleh dari
Jumlah gigi z Y Jumlah gigi z Y
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484
b. Perhitungan beban permukaan
Jika tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu besar, gigi akan
mengalami keausan tai menjadi bopeng dengan cepat. Selain itu permukaan
gigi juga akan mengalami kerusakan karena keletihan oleh beban berulang.
Dengan demikian maka tekanan yang dikenakan pada permukaan gigi, atau
kapasitas pembebanan permukaan harus dibatasi.
Permukaan gigi dari roda gigi lurus dan roda gigi miring saling melakukan
kontak garis lurus. Dalam gambar terdapat dua garis kontak melalui K1 dan
M2 dan tegak lurus bidang gambar. Besarnya tekanan yang timbul sama
dengan takanan antara dua silinder yang berjari I1 K1 dan I2 K2. atau antara
silinder dengan jari-jari I1 M2 dan I2 M2. untuk M2 besarnya tekanan yang
timbul σH (kg/mm2), yang disebut “tegangan Hertz” dapat dinyatakan dengan
rumus
Dimana
Selanjutnya Fn dari persamaan di atas dapat diganti dengan , dan L
diganti dengan lebar sisi b (mm). untuk pasangan roda gigi dari baja atau
besi cor, = E. sekarang dengan mengingat hal-hal tersebut persamaan
di atas akan berubah menjadi
Dimana
Contoh soal
Rencanakanlah roda gigi lurus sebagi berikut.
Daya yang akan ditransmisikan 15 PS
Putaran poros penggerak n1 = 1450 rpm
Perbandingan reduksi + 4.0
Jarak sumbu poros + 200 mm
Sudut tekanan pahat 20o
Bahan pinion S35C. bahan roda gigi besar FC 30
Penyelesaian
1. P = 15 PS = 11 (kW), n1 = 1450 (rpm), i ≈ 4, a ≈ 200 (mm)
2. misalkan daya motor adalah 15 PS, sudah termasuk kelebihan daya jadi dapat
diambil fc = 1.
G. PROPORSI BAGIAN-BAGIAN RODA GIGI
Untuk roda gigi dengan diameter kurang dari 200 (mm), biasanya dibuat
dari batang silinder yang dipotong menjadi cakera dengan ketebalan yang
seragam. Jika diameter lingkaran kakinya hampir sama besar dengan diameter
poros yang diperlukan, maka poros dan roda gigi harus dibuat menjadi satu
(merupakan satu benda kerja). Dalam hal poros dan roda gigi direncanakan
sebagai dua benda yang terpisah, tebal Sk (mm) antara dasar alur pasak pads
roda gigi dan dasar kaki gigi adalah Sk ≥ 2.2 (mm) untuk baja dan Sk ≥ 3.0 m
(mm) untuk besi cor, seperti dalam Gambar
Roda gigi dengan diameter besar dapat dibuat dari satu benda cor, atau
dapat pula terdiri atas roda dari benda cor atau konstruksi plat yang dilas, di
mana di luarnya dipasang bingkai baja yang dilas pads roda sebagai bagian
yang akan dipotong menjadi gigi. Konstruksi sernacam ini yang terdiri dari
naf, jari-jari, dan bingkai dibuat untuk memperoleh kekuatan dan kekakuan
yang diperlukan serta untuk mengurangi beratnya. Gambar 6.31
memperlihatkan beberapa contoh roda gigi besar di mana (a) adalah untuk
beban kecil, (b) dan (c) untuk beban sedang, dan (d) untuk beban besar.
Proporsi atas dasar modul kurang lebih adalah sebagai diperlihatkan dalam
Gambar 6.32 dan dinyatakan di bawah ini.
Bingkai:
Tebal a = (1,5 — 2,2)m.
Naf (bos): Panjang 1 = (1,2-2,2)d.
Diameter do = 1,5d + 5 (mm).
Tebal naf dikurangi kedalaman alur pasak
δ = 0,5d untuk beban besar
δ = 0,44d untuk beban sedang, dan
δ = 0,4d untuk beban kecil.
Kekuatan jari-jari atau rusuk dapat ditentukan atas dasar gaga tangensial
F, (kg) yang bekerja pads gigi. Roda gigi dengan diameter besar dapat
memakai 4 sampai 8 bush jari-jari. Momen lentur pads akar jari-jari adalah Ft
= la (kg • mm). Jika dimisalkan ada j jari-jari yang menahan momen, maka
Di mana la adalah jarak dari akar jari-jari sampai ke diameter jarak
bagi. σa adalah tegangan lentur jari-jari yang diizinkan, dan Z (mm3) adalah
momen tahanan lentur penampang jari-jari pada akarnya.
H. RODA GIGI KERUCUT
1. Profil roda gigi kerucut
Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat mewakili oleh
dua bidang kerucut dengan titik puncak yang berimpit dan saling
menggelinding tanpa slip. Kedua bidang kerucut ini disebut “kerucut jarak
bagi”.
Sumbu poros roda gigi kerucut biasanya berpotongan dengan sufut
90O. bentuk khusus dari roda gigi kerucut dapat berupa “roda gigi miter”
yang mempunyai sudut kerucut jarak bagi sebesar 45o dan “roda gigi
mahkota” dengan sudut kerucut jarak bagi sebesar 900.
Jika kerucut belakang dari masing-masing roda gigi dibentangkan,
maka bentuk yang dihasilkan tidak merupakan bentuk roda gigi yang
melingkar penuh. Namun, sebagai dasar analisa theoritis hal tersebut tidak
menjadi masalah, dan pasangan roda gigi hasil pembentangan kerucut
belakang tersebut dapat dianggap sebagai sepasang roda gigi lurus yang
berkaitan. Roda gigi ini dinamakan. "roda gigi lurus khayal", yang
merupakan suatu cara pendekatan menurut Tredgold.
Jika R adalah panjang sisi kerucut jarak bagi, 6 adalah sudut kerucut
jarak bagi, d1 dan d2 (mm) adalah diameter lingkaran jarak bagi pada
ujung luar masing-masing roda gigi kerucut, maka hubungan antara
jumlah gigi yang sebenarnya dari roda gigi kerucut z dan jumlah gigi dari
roda gigi lurus khayal z, adalah sebagai berikut:
Jika sudut poros dinyatakan dengan maka
Dalam hal
2. Proporsi roda gigi kerucut
Diameter lingkaran jarak bagi
d1 = mz1
d2 = mz2
sisi kerucut :
Untuk pinion
Tinggi kepala hk1 = (1+x1)m
Tinggi kaki hf1 = (1-x1)m+ck
Untuk roda gigi besar
Tinggi kepala hk2 = (1+x1)m
Tinggi kaki hf2 = (1-x1)m+ck
Dengan demikian tinggi gigi adalah
H=2m+ck
I. RODA GIGI CACING
Pasangan roda gigi cacing terdiri atas sebuah cacing yamg mempunyai
ulir luar dan sebuah roda cacing yang terkait dengan cacing. Ciri yang sangat
menonjol adalah pada roda gigi cacing adalah kerjanya yang halus dan hampir
tanpa bunyi, serta memungkinkan perbandingan transmisi yang besar.
Perbandingan reduksi dapat dibuat sampai 1:100. namun pada umumnya arah
transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari roda cacing ke
cacing.
Tata cara perencanaan roda gigi cacing dapat diringkas dalam bentuk
diagram 27 dimana sebagai contoh perhitungan diambil roda gigi cacing dari
suatu derek kapstan. Di bawah ini akan diberikan rumus dan persamaan roda
gigi cacing.
Jika mn adalah modul normal, ms adalah modul aksial dan γ adalah sudut
kisar maka
rumus untuk menentukan harga taksiran kasar ms dari jarak sumbu poros
Antropologi dan jumlah gigi z2 adalah
Diameter masing-masing lingkaran jarak bagi adalah
Proporsi bagian-bagian roda gigi cacing adalah sebagai berkut. Untuk
cacing,
Untuk roda cacing
Jika sudut dibentuk oleh lengkungan gigi roda cacing adalah ø, maka
lebar roda cacing dapat dipilih di sekitar harga yang ditentukan menurut
rumus berikut
Dan lebar sisi gigi efektif be adalah
Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing rt dan diameter luar roda
cacing dk2 adalah