Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 Universitas Indonesia
Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada Anggota Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia
(Family Functioning and Quality of Life to Family Member of Schizophrenic
Patients)
Nur Ellah, Lifina Dewi Pohan, Sugiarti Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang. Kata Kunci: Family functioning; kualitas hidup; skizofrenia
ABSTRACT
This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF. The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don’t have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life. Keyword: Family functioning; quality of life; schizophrenia
1. PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat dan terjadi di seluruh dunia
(WHO, 2004). World Health Organization memperkirakan sekitar 24 juta orang di dunia
menderita skizofrenia dan lebih dari 50% penderita skizofrenia tidak mendapatkan perawatan
yang tepat (WHO, 2012). Di Indonesia, berdasarkan survei Kementerian Sosial tahun 2008,
penderita skizofrenia mencapai 650.000 orang. Sekitar 30.000 orang dipasung dengan alasan
agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga (Anna, 2011).
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Menurut Avinash, Kurvey, Sonavane (2012), sekitar 30-85% penderita skizofrenia
dirawat oleh keluarga mereka. Keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang terikat oleh hubungan darah, pernikahan, atau adopsi dan tinggal
bersama-sama. Keluarga terdiri dari dua bentuk yaitu nuclear family dan extended family.
Nuclear family terdiri dari ayah, ibu dan anak, sedangkan extended family tidak hanya terdiri
dari terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tetapi juga paman, tante, sepupu, nenek dan kakek
(Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006).
Setiap individu dalam keluarga saling terhubung dan berinteraksi sebagai kelompok,
oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada salah dari mereka akan berpengaruh terhadap
yang lainnya, seperti ketika salah seorang dalam keluarga menderita skizofrenia maka akan
berpengaruh terhadap yang lainnya (Goldenberg & Goldenberg, 2003; Olson & DeFrain,
2006; Lamanna, Riedmann, 2009). Pengaruh dalam hal ini adalah pengaruh terhadap peran-
peran yang harus dijalankan oleh setiap individu dalam keluarga, seperti ibu yang awalnya
bekerja terpaksa keluar karena harus menjaga dan merawat penderita, sehingga tidak bisa
membantu keluarga untuk membiayai perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang
menderita skizofrenia (Caqueo-Urizar & Gutierrez-Maldonado, 2006).
Setiap individu dalam keluarga terutama yang bertugas merawat penderita selalu
berada dalam situasi yang dapat menimbulkan tekanan, yang paling banyak mengalami
tekanan adalah orang tua dan saudara penderita yang berusia di atas 18 tahun (Spaniol,
Zlpple, and Lockwood, 1992; Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, & Gutiérrez-
Maldonado, 2012). Tekanan-tekanan tersebut berupa tekanan secara fisik, psikologis, dan
sosial. Secara fisik, mereka mengalami penurunan kesehatan karena berkurangnya aktivitas di
luar rumah dan rutinitas jam tidur terganggu (Wood & Miller, 2005; Rossler, Salize, van Os,
& Riecher-Rossler, 2005). Secara psikologis, terjadi konflik terkait dengan perawatan
penderita. Konflik tersebut menyebabkan hubungan antar anggota keluarga menjadi
merenggang, rutinitas berkumpul keluarga menjadi terganggu, dan anggota keluarga yang
tidak terlibat secara langsung dalam proses perawatan menjadi terabaikan. Oleh karena itu,
mereka sering merasa tertekan, tidak berdaya, marah dan cemas, serta merasa malu karena
memiliki saudara yang menderita skizofrenia (Spaniol, Zlpple, and Lockwood, 1992; Rossler,
Salize, van Os, & Riecher-Rossler, 2005; Wood & Miller, 2005). Secara sosial, mereka
mendapatkan penolakan dari orang lain dan mendapatkan pelayanan yang kurang memadai
dari petugas kesehatan (Gonzalez-Torres, Oraa, Aristegui, Fernandez-Rivas, & Guimon,
2007).
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Magliano, Marasco, & Fiorillo (2002) serta Glozman (2004) menyebutkan bahwa
anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia mengalami penurunan
kualitas hidup, terutama ketika mereka mengalami beban yang berat. WHO (1996)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan,
dalam konteks budaya dan sistem nilai yang mereka anut, serta hubungannya dengan tujuan
pribadi, harapan, standar dan kepentingan mereka.
Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, & Gutiérrez-Maldonado (2012)
melakukan penelitian terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang didiagnosa
menderita skizofrenia, di Chili dan Perancis. Keluarga dalam penelitian ini adalah anggota
keluarga yang berusia diatas 18 tahun yang diidentifikasi sebagai individu yang merawat
penderita skizofrenia dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa tingkat kualitas hidup anggota keluarga dari kedua negara tersebut adalah
rendah pada semua dimensi yang diukur yaitu dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi peran,
dimensi psikologis, dan dimensi kesehatan secara umum.
Menurut penelitian Adiningtyas (2007) mengenai gambaran kualitas hidup anggota
keluarga penderita skizofrenia, di wilayah Jakarta, ditemukan hasil bahwa kualitas hidup
anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan
sedang dan baik. Mereka tidak membutuhkan terapi medis untuk dapat beraktifitas sehari-
hari. Pada awal merawat penderita mereka memiliki perasaan-perasaan negatif seperti merasa
bersalah, merasa tidak berdaya, dan merasa cemas akan masa depan penderita, namun seiring
berjalannya waktu, mereka mulai bisa menyesuaikan diri dan menerima hal tersebut. Mereka
juga mendapatkan dukungan dari keluarga besar, selain itu masyarakat juga tidak pernah
mengucilkan mereka. Penelitian ini menggunakan alat ukur World Health Organization
Quality of Life-Bref (WHOQOL-BREF).
Penelitian yang dilakukan oleh Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, &
Gutiérrez-Maldonado (2012) di Chili dan Perancis menunjukan bahwa kualitas hidup anggota
keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan yang
rendah. Sedangkan, berdasarkan penelitan Adiningtyas (2004) di Jakarta menunjukan hasil
bahwa kualitas hidup mereka berada pada tingkatan yang sedang dan baik. Hal ini
menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat kualitas hidup pada anggota keluarga sebagai
individu yang merawat penderita skizofrenia.
Selain memiliki perbedaan pada tingkat kualitas hidup, setiap anggota keluarga yang
merawat penderita skizofrenia memiliki pandangan yang berbeda mengenai family
functioning keluarga mereka. Yukit-San dan Cheung (1997) mengukur family functioning dari
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
4
Universitas Indonesia
keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia dan
keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Keluarga yang
dimaksud adalah orang tua, saudara kandung, dan istri atau suami yang merawat penderita.
Penelitian ini di lakukan di Hongkong dan menggunakan alat ukur McMaster Family
Assessment Device (FAD). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagai individu yang
merawat penderita skizofrenia mereka memandang bahwa keluarga mereka memiliki
gangguan pada lima dimensi family functioning yaitu dimensi affective involvement, keluarga
kurang mampu menunjukan ketertarikan dan kepedulian terhadap anggota keluarga lainnya.
Dimensi pemecahan masalah, keluarga memiliki kemampuan pemecahan masalah yang
rendah. Dimensi role functioning, keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan instrumental
dan emosional anggotanya. Dimensi komunikasi, keluarga tidak bisa berkomunikasi secara
jelas. Dimensi affective responsiveness, keluarga kurang bisa memberikan respon yang sesuai
dengan situasi yang sedang terjadi.
Akan tetapi, berdasarkan komunikasi personal yang dilakukan peneliti terhadap dua
keluarga yang merawat penderita skizofrenia yaitu orang tua dan adik penderita yang tinggal
di daerah Depok, ditemukan bahwa menurut mereka, dirinya dan anggota keluarganya yang
lain sudah tidak lagi merasa, malu, khawatir dan tidak berdaya secara berlebihan seperti
pertama kali merawat penderita. Mereka merasa bahwa setiap anggota keluarga sudah mulai
terbuka terhadap satu sama lain, seperti jika ada sesuatu hal yang menggangu, terkait dengan
keuangan, atau persoalan emosi, maka mereka berusaha untuk mengungkapkannya secara
langsung. Selain itu, mereka juga mendiskusikan setiap permasalahan yang mereka hadapi,
seperti bagaimana cara merawat penderita, bagaimana caranya mendapatkan biaya
pengobatan dan tempat pengobatan penderita. Kemudian, bersama-sama mencari dan
menentukan solusi dari permasalahan tersebut secara bersama-sama. Jika solusi yang diambil
ternyata tidak berjalan dengan baik maka keluarga akan mencari solusi lainnya. Pendapat-
pendapat yang dikemukakan oleh anggota keluarga tersebut menunjukan bahwa menurut
mereka keluarga mereka sudah mampu berkomunikasi secara langsung dan dapat
menyelesaikan masalah secara efisien.
Epstein, Ryan, Bishop, Miller & Keitner (2003) menyebutkan bahwa keluarga yang
efektif adalah keluarga yang dapat menggunakan komunikasi dengan jelas dan langsung dan
dapat menyelesaikan masalah secara efisien. Komunikasi dan penyelesaian masalah termasuk
dalam dimensi family functioning. Oleh karena itu, peneliti mengindikasikan bahwa anggota
keluarga tersebut menganggap keluarga mereka tidak memiliki gangguan pada kedua dimensi
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
5
Universitas Indonesia
family functioning karena dapat menyelesaikan masalah secara efisien dan berkomunikasi
secara langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Yukit-San dan Cheung (1997) di Hongkong
menunjukan hasil bahwa individu yang merawat penderita skizofrenia memandang keluarga
mereka memiliki gangguan pada lima dimensi family functioning yaitu dimensi affective
involvement, role functioning, affective responsiveness, pemecahan masalah, komunikasi,
sedangkan berdasarkan hasil komunikasi personal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
indikasi bahwa anggota keluarga menganggap keluarga mereka tidak memiliki gangguan pada
kedua dimensi komunikasi dan pemecahan masalah. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan pandangan mengenai family functioning pada anggota keluarga yang merawat
penderita skizofrenia. Selain itu, berdasarkan pemaparan sebelumnya diketahui bahwa
anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia memiliki tingkat
kualitas hidup yang berbeda. Menurut Koyama, Akiyama, Miyake, & Kurita, (2004); Gurung,
(2006) family functioning dan kualitas hidup merupakan faktor penting dalam pengobatan
psikiatris dimana family functioning dan kualitas hidup yang baik dapat membantu proses
penyembuhan penderita skizofrenia.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat gambaran family funtioning dan
kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian akan
dilakukan pada anggota keluarga yang tinggal bersama penderita skizofrenia yang berdomisili
di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device dan
World Health Organization Quality of Life-Bref.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran family
functioning dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran family functioning dan kualitas hidup
anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Family Functioning
Walsh (2003) mendefinisikan family functioning sebagai konstruk multidimensional
yang menggambarkan aktivitas dan interaksi keluarga yang efektif atau tidak efektif dalam
mendorong keluarga untuk memenuhi tujuannya, yaitu memberikan kebutuhan materi dan
dukungan emosional bagi para anggotanya, mengembangkan kesejahteraan dan
perkembangan masing-masing anggotanya (McCreary & Dancy, 2004).
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Untuk memahami family functioning secara menyeluruh dan komprehensip, Epstein,
Baldwin dan Bishop (1983) mengembangkan sebuah model family functioning yaitu
McMaster Model of Family Functioning (MMFF). Model ini dikembangkan berdasarkan pada
perspektif sistem keluarga secara menyeluruh (Yukit-San dan Cheung, 1997). Model ini
terdiri dari enam dimensi yaitu penyelesaian masalah problem solving), komunikasi
(communication), peran (role functioning), respon afektif (affective responsiveness),
keterlibatan afektif (affective involvement), kontrol perilaku (behavior control).
Kualitas Hidup
World Health Organization (1996) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu atas posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai yang
mereka anut, serta hubungannya dengan tujuan pribadi, harapan, standar dan kepentingan
mereka. Definisi tersebut menunjukan bahwa kualitas hidup mengacu kepada penilaian
subjektif yang terkait dengan aspek budaya, sosial dan lingkungan. Definisi kualitas hidup ini
berfokus pada persepsi individu mengenai kulitas hidupnya, sehingga tidak mengukur gejala-
gejala dan kondisi penyakit. Definisi ini lebih mengukur dampak dari penyakit terhadap
kualitas hidup. Kualitas hidup juga tidak dapat begitu saja disamakan dengan istilah “status
kesehatan”, “gaya hidup”, “kepuasan hidup”, “kondisi hidup”, kondisi mental”, atau
“kesejahteraan” (WHO, 1996). World Health Organization (1997) menyebutkan bahwa
kualitas hidup merupakan konsep yang luas, selain mengandung persepsi kualitas hidup dan
kesehatan secara umum, terdapat juga 4 dimensi lain, yaitu dimensi kesehatan fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Skizofrenia
Davison, Neale dan Kring (2008) mendefinisikan skizofrenia sebagai gangguan
psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku. Gangguan
proses berpikir pada penderita skizofrenia adalah ide-ide yang berhubungan secara tidak logis,
kesalahan persepsi dan atensi, afek datar atau tidak sesuai dan gangguan yang aneh (bizzare)
pada aktivitas motoriknya.
Simtom pada penderita skizofrenia mencakup gangguan pada beberapa area utama
seperti pikiran, persepsi, atensi, perilaku, emosi, dan keberfungsian dalam kehidupan sehari-
hari. Rentang gangguan pada pasien skizofrenia sangat luas, simtom yang muncul pada salah
satu penderita skizofrenia bisa berbeda dengan penderita skizofrenia lainnya (Davison, Neale
dan Kring, 2008). Selanjutnya Davison, Neale dan Kring (2008) mengelompokan simtom-
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
7
Universitas Indonesia
simtom tersebut kedalam empat kategori yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom tidak
terorganisasi dan simtom lainnya.
3. METODE PENELITIAN
Partisipan Penelitian
Karakteristik partisipan penelitian ini adalah:
1. Anggota keluarga yang tinggal bersama dengan penderita skizofrenia.
Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah, ibu, atau saudara dari
penderita skizofrenia yang memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang di
diagnosa menderita skizofrenia.
2. Pria atau wanita yang berada pada tahap usia dewasa.
Partisipan dalam penelitian ini merupakan keluarga penderita yang sudah menginjak usia
dewasa awal (25-40 tahun), dan dewasa madya (41-65 tahun).
3. Memiliki latar belakang pendidikan minimal lulusan SD atau sederajat.
4. Berdomisili di Jawa Barat.
Jumlah partisipan penelitian ini sebanyak 35 orang. Teknik pengambilan partisipan
yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori accidental sampling yaitu
partisipan dipilih berdasarkan tersedianya individu dan kemauan untuk mengikuti penelitian
(Kumar, 2005).
Alat Ukur Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitain ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pengantar, data
demografi, dan alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu FAD dan
WHOQOL-BREF.
Alat Ukur Family Functioning
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device
(FAD) yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin, & Bishop (1983). FAD terdiri dari 53 item
yang dikelompokkan kedalam enam dimensi McMaster Model of Family Functioning yaitu
penyelesaian masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, kontrol
perilaku, dan satu bagian yang mengukur family functioning secara umum. Skoring family
functioning dilakukan dengan cara menghitung skor rata-rata dari setiap item dalam dimensi.
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Skor rata-rata item pada tiap dimensi tersebut dijumlahkan, kemudian dibagi jumlah item
pada dimensi untuk mendapatkan skor rata-rata pada dimensi tersebut. Skor rata-rata ini
dibandingkan dengan skor cut-off (lihat tabel 3.1) untuk mengetahui area-area family
functioning yang bermasalah (Miller, Epstein, Bishop, Keitner, 1985).
Tabel 3.1 Skor cut-off Alat Ukur FAD Dimensi Skor cut-off
Pemecahan Masalah 2.2 Komunikasi 2.2
Peran 2.3 Respon Afektif 2.2
Keterlibatan Afektif 2.1 Kontrol Perilaku 1.9
General Functioning 2.0
Alat Ukur Kualitas Hidup
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah World Health Organization
Quality of Life-BREF yang dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia oleh Dr Ratna Mardiati dan Satya Joewana (Universitas Atma Jaya, Jakarta), Dr
Hartati Kurniadi dan Isfandari (Departemen Kesehatan Indonesia), Riza Sarasvita (Rumah
Sakit Ketergantungan Obat Fatmawati, Jakarta). WHOQOL-BREF terdiri dari 26 item dan 4
dimensi yang terdiri dari dimensi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
WHOQOL-BREF menghasilkan empat skor dimensi dan juga dua skor dari dua item yang
merupakan representasi dari persepsi kualitas hidup individu secara menyeluruh (Q1) dan
persepsi kesehatan secara menyeluruh (Q2). Skoring kualitas hidup dilakukan dengan cara
menghitung skor rata-rata dari setiap item dalam domain. Skor rata-rata tersebut dijumlahkan.
Sedangkan untuk skor keseluruhan kualitas hidup dilakukan dengan cara menjumlahkan skor
rata-rata dari seluruh item (item 1- item 26). Selanjutnya jumlah skor masing-masing domain
dibandingkan dengan skor cut-off (lihat tabel 3.2) (Maneesin, Sampatanukul, Lertmaharit,
Nagara, & Prasopsanti, 2012).
Table 3.2. Skor cut-off Alat Ukur WHOQOL-BREF Dimensi Rendah Sedang Tinggi
Kesehatan Fisik 7-16 17-26 27-35 Psikologis 6-14 15-22 23-30
Hubungan Sosial 3-7 8-11 12-15 Lingkungan 8-18 19-29 30-40 Keseluruhan 26-60 61-95 96-130
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti membangun rapport serta menjelaskan tujuan dan meyakinkan bahwa
kerahasiaan identitas partisipan serta informasi yang mereka berikan akan dijaga. Selanjutnya
peneliti mengadministrasikan alat ukur FAD dan WHOQOL-BREF. Secara keseluruhan
peneliti memberikan kuesioner kepada 49 partisipan dan hanya 35 kuesioner yang dapat
diolah.
Tahap Pengolahan Data
Peneliti mengumpulkan semua data yang didapat dan menandai item yang termasuk
favorable dan unfavorable pada kedua alat ukur. Selanjutnya peneliti melakukan skoring pada
alat ukur family functioning dan kualitas hidup. Peneliti menghitung skor rata-rata dari setiap
dimensi family functioning dan jumlah skor dari setiap dimensi kualitas hidup. Skor-skor
tersebut dibandingkan dengan skor cut-off untuk mengetahui gambaran family functioning dan
kualitas hidup dari partisipan. Selanjutnya peneliti menggunakan statistik deskriptif
mengetahui gambaran penyebaran partisipan dan penderita berdasarkan data demografi
partisipan dan penderita, serta menggunakan uji statistik independent sample t-test dan one-
way analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui hubungan data demografis partisipan
dengan kedua valiabel.
4. HASIL
Gambaran Data Demografis Partisipan dan Penderita
Berdasarkan data demografis partisipan dapat diketahui, jumlah partisipan perempuan
sebanyak 25 orang (71 %) dan partisipan laki-laki 10 orang (29 %), 20 (57 %) partisipan berada
pada rentang usia 41-65 tahun, 15 (43 %) partisipan berada pada rentang usia 25-40 tahun.
Partisipan yang memiliki latar belakang pendidikan SMA 13 orang (37%), S2 sebanyak 1
orang (3%). Pekerjaan yang paling banyak dijalani oleh partisipan adalah ibu rumah tangga,
sebanyak 16 orang (46 %).
Sebanyak 25 (71%) partisipan berstatus menikah, 1 (3%) partisipan berstatus duda, 27
(77 %) partisipan memiliki anak berjumlah 0-3 dan 2 (6%) partisipan memiliki anak
berjumlah 7-9. Sebanyak 13 (37%) patisipan memiliki hubungan sebagai kakak. Jumlah
anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah, 21 (60%) partisipan sebanyak 4-6
orang, 3 (9 %) partisipan sebanyak 7-9 orang. Sebanyak 13 (63%) partisipan telah merawat
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
10
Universitas Indonesia
penderita selama 6-20 tahun, 13 (37 %) partisipan telah merawat penderita kurang dari 6
tahun.
Adapun data demografis dari penderita skizofrenia yaitu sebanyak 19 (54%) penderita
adalah laki-laki, 16 (46%) penderita adalah perempuan. Sebanyak 17 (47%) penderita berusia
25-40, dan 5 (14%) penderita berusia 20-24 tahun, 15 (43%) penderita didiagnosa pada tahun
2001-2010 dan sebanyak 6 (17%) penderita didiagnosa diatas tahun 2010. Sebanyak 27 (77%)
penderita menjalani pengobatan medis dan 8 (23%) penderita melakukan pengobatan secara
medis dan alternatif. Sembilan belas (54%) penderita tidak pernah menjalani rawat inap di
rumah sakit dan 16 (46%) penderita pernah menjalani rawat inap di rumah sakit.
Gambaran family functioning
Gambaran family functioning dapat dilihat dari skor rata-rata masing-masing dimensi
yang dibandingkan dengan skor cut-off family functioning. Area family functioning dikatakan
bermasalah jika skor rata-rata setiap dimensi lebih rendah dari skor cut-off.
Tabel 4.1. Gambaran family functioning Partisipan Dimensi Skor rata-rata Skor cut-off
Pemecahan Masalah 3,07 2,2 Komunikasi 2,90 2,2
Peran 2,68 2,3 Respon Afektif 2,81 2,2
Keterlibatan Afektif 2,81 2,1 Kontrol Perilaku 2,81 1,9
General Functioning 2,99 2,0
Berdasarkan pada Tabel 4.1 skor rata-rata setiap dimensi family functioning berada di
atas skor cut-off. Hal tersebut menunjukan bahwa partisipan tidak mengalami masalah pada
semua dimensi family functioning.
Gambaran kualitas hidup
Gambaran kualitas hidup dapat dilihat dari jumlah skor rata-rata masing-masing item
dalam setiap domain yang dibandingkan dengan skor cut-off kualitas hidup. Kualitas hidup
dikatakan rendah, sedang atau tinggi jika jumlah skor rata-rata setiap dimensi berada dalam
salah satu rentang skor cut-off.
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
11
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Gambaran Kualitas Hidup Partisipan
Domain Jumlah Skor Rata-rata
Skor cut-off Rendah Sedang Tinggi
Kesehatan Fisik 26 7-16 17-26 27-35 Psikologis 21 6-14 15-22 23-30
Hubungan Sosial 10 3-7 8-11 12-15 Lingkungan 27 8-18 19-29 30-40 Keseluruhan 84 26-60 61-95 96-130
Berdasarkan pada Tabel 4.2 jumlah skor rata-rata masing-masing item dalam setiap
domain kualitas hidup berada pada rentang sedang skor cut-off. Hal tersebut menunjukan
bahwa kualitas hidup dari partisipan berada pada tingkatan sedang.
Hubungan Data Demografis Partisipan dengan Family Functioning dan Kualitas Hidup
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode statistik independent sample t-tes
dan one-way analysis of variance (ANOVA). Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat
perbedaan mean yang signifikan antara data demografis partisipan dengan family functioning.
Begitu juga hubungan data demografis partisipan dengan kualitas hidup, hasil menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara data demografis partisipan
dengan kualitas hidup, kecuali lama merawat.
5. PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yukit-San dan Cheung (1997) di Hongkong
ditemukan bahwa setiap individu dalam keluarga yang terlibat dalam proses perawatan
penderita skizofrenia memandang bahwa keluarga mereka memiliki gangguan pada lima
dimensi family functioning yaitu dimensi affective involvement, role functioning, affective
responsiveness, pemecahan masalah, komunikasi. Sedangkan, dalam penelitian ini
menunjukan hasil yang berbeda yaitu setiap partisipan memandang keluarga mereka tidak
memiliki masalah pada semua dimensi family functioning. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan oleh beban partisipan sebagai individu yang merawat penderita mengalami
penurunan sehingga berpengaruh terhadap pandangan mereka mengenai family functioning.
Berdasarkan komunikasi personal yang dilakukan peneliti dengan anggota keluarga yang
merawat penderita ditemukan bahwa menurut mereka, dirinya dan anggota keluarga yang lain
sudah tidak lagi merasa, malu, khawatir dan tidak berdaya secara berlebihan seperti pertama
kali merawat penderita.
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Kekhawatiran yang masih dirasakan cukup mengganggu saat ini adalah kekhawatiran
akan masa depan penderita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Caqueo-Urizar & Gutierrez-
Maldonado (2006) yang menyatakan bahwa secara psikologis setiap anggota keluarga
penderita skizofrenia dipenuhi kekhawatiran akan masa depan penderita. Selain itu, kondisi
penderita semakin hari semakin baik dalam arti penderita sudah mampu menjalankan
kehidupan yang normal. Sehingga beban fisik mereka mengalami penurunan karena mereka
tidak harus membantu penderita untuk melakukan perawatan diri ataupun kegiatan sehari-hari
lainnya. Secara sosial, pada awal perawatan, setiap individu dalam keluarga merasa malu dan
lingkungan sosial cenderung menghindar karena tindakan penderita yang menggangu. Akan
tetapi, semakin lama lingkungan sosial mulai menerima dan menaruh kepedulian serta
dukungan atas ketekunan mereka dalam merawat penderita. Berdasarkan penjelasan tersebut,
terdapat kemungkinan bahwa beban yang dialami anggota keluarga sebagai individu yang
merawat penderita telah mengalami penurunan, sehingga berdampak pada pandangan mereka
akan kondisi family functioning mereka yang tidak mengalami masalah pada semua dimensi.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kualitas hidup partisipan berada pada
tingkatan sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiningtyas
(2007) mengenai gambaran kualitas hidup anggota keluarga penderita skizofrenia, di wilayah
Jakarta, ditemukan bahwa kualitas hidup anggota keluarga sebagai individu yang merawat
penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang dan baik. Hal lain yang perlu dibahas
disini adalah mengenai penilaian pada item WHOQOL-BREF yang menggunakan skala 1-5.
Terdapat kemungkinan bahwa partisipan lebih banyak memilih jawaban tengah pada setiap
item. Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil observasi peneliti, ditemukan bahwa sebagian
besar partisipan memilih jawaban tengah. Sehingga, kualitas hidup partisipan yang berada
pada tingkatan sedang dapat terjadi karena kecenderungan partisipan untuk memilih jawaban
tengah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan family
functioning pada jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, jumlah anak,
hubungan dengan penderita, jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, dan lama
merawat. Begitu juga dengan kualitas hidup, tidak terdapat perbedaan kualitas hidup pada
usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, jumlah anak, hubungan dengan penderita, dan
jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama. Akan tetapi penelitian menunjukan hasil yang
berbeda pada lama merawat. Lama merawat menunjukan nilai yang signifikan dengan
kualitas hidup, yang berarti bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup pada lama merawat.
Peneliti berpendapat, semakin lama merawat penderita, setiap individu dalam keluarga akan
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
13
Universitas Indonesia
menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapinya. Openshaw (2011) menyebutkan
ketika keluarga mengalami tekanan, pengalaman yang menyebabkan trauma maka keluarga
melakukan penyesuaian dan perubahan fungsi dalam keluarga untuk mengatasi
permasalahannya tersebut.
6. KESIMPULAN
Anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada
semua dimensi family functioning dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat
penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.
7. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penelti menyarankan beberapa hal untuk
penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilan data sebaiknya dilakukan di tempat yang kondusif, sehingga partisipan
memiliki waktu yang cukup untuk mengisi kuesioner dan menjalani wawancara
singkat dengan peneliti.
2. Berkaitan dengan alat ukur, perlu dilakukan beberapa revisi terrhadap item yang
memiliki makna ambigu atau dilakukan penyesuaian dalam item dengan cara
menyebutkan secara spesifik kaitannya dengan kehidupan keluarga penderita
skizofrenia.
3. Terkait dengan penilaian pada item WHOQOL-BREF yang menggunakan skala 1-5,
maka untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan wawancara dan observasi pada saat
pengambilan data. Hal ini bertujuan untuk menghindari kecenderungan partisipan
dalam memilih jawaban tengah.
4. Pada penelitian selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan
gambaran lebih lengkap mengenai family functioning partisipan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningtyas, N. (2007). Gambaran Kualitas Hidup Keluarga. Tugas Akhir. Depok: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Anna, L.K. 80 Persen Penderita Skizofrenia Tak Diobati. 3 Juni, 2011.
http://health.kompas.com/read/2011/06/03/07014272/80.Persen.Penderita.Skizofreni
a.Tak.Diobati
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Avinash, D.S., Kurvey, A., & Sonavane, S. (2012). Family Psychoeducation for
Schizophrenia: A Clinical Review. MJP Online Early.
Boyer, L., Auquier, P., Caqueo-Urízar, A., Richieri, R., Lancon, C., & Gutiérrez-Maldonado,
J. (2012). Quality of Life Among Caregivers of Patients with Schizophrenia: A
Cross-Cultural Comparison of Chilean and French Families. BMC Family Practice,
42, 1471-2296.
Caqueo-Urizar, A., & Gutierrez-Maldonado, J. (2006). Burden of Care in Families of Patients
with Schizophrenia. Quality of Life Research, 15, 719-724.
Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A. M. (2008). Abnormal Psychology (9th ed.). New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Epstein, N.B., Ryan, C.E., Bishop, D.S., Miller, I.W., & Keitner, G.I. (2003). The McMaster
Model: A View of Healthy Family Functioning. In Walsh, F (Ed). Normal Family
Processes: Growing Diversity and Complexity (3rd ed.). New York: The Guilford
Press.
Foldemo, A., Gullberg, M., Ek, A.C., & Bogren, L. (2005). Quality of Life and Burden in
Parents of Outpatients with Schizophrenia. Social Psychiatry Psychiatry Epidemiol,
40, 133–138.
Gonzalez-Torres, M.A., Oraa, R., Aristegui, M., Fernandez-Rivas, A., & Guimon, J. (2007).
Stigma and discrimination towards people with schizophrenia and their family
members. Social Psychiatry Psychiatr Epidemiol, 42, 14–23.
Gurung, R.A.R. (2006). Health Psychology. United State: Wadsworth.
Koyama, A., Akiyama, T., Miyake, Y., & Kurita, H. (2004). Family functioning perceived by
patients and their family members in three Diagnostic and Statistical Manual-IV
diagnostic groups. Psychiatry and Clinical Neurosciences, 58, 495–500.
Kumar, R. (2005). Research Metodology: a Step-by-Step Guide for Beginners (2nd ed.).
London: Sage.
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Lim, J., & Ashing-Giwa, K.T. (2012). Is Family Functioning and Communication Associated
with Healthrelated Quality of life for Chinese- and Korean American Breast Cancer
Survivors?. Quality of Life Reserve. DOI 10.1007/s11136-012-0247-y
McCreary, L.L., & Dancy, B.L. (2004). Dimensions of Family Functioning: Perspectives of
Low-Income African American Single-Parent. Journal of Marriage and Family, 66,
690-701.
Miller, I.W., Epstein, N.B., Bishop, D.S., Keitner, G.I. (1985). The McMaster Family
Assessment Device: Reliability and Validity. Journal of Marital & Family Therapy,
11, 345–356.
Miller, I.W., Ryan, C.E., Keitner, G.I., Bishop, D.S., & Epstein, N.B. (2000). Journal of
Family Therapy, 22, 168–189.
Openshaw, K.P. (2011). The Relationship between Family Functioning, Family Resilience,
and Quality of Life among Vocational Rehabilitation Clients. Disertation. Logan:
Utah State University.
Rossler, W., Salize, H.J., van Os, J., & Riecher-Rossler, A. (2005). Size of burden of
schizophrenia and psychotic disorders. European Neuropsychopharmacology, 15,
399 – 409.
Spaniol L, Zipple A,Lockwood D. (1992). The role of family in psychiatric rehabilitation.
Schizophr Bulletin, 18, 341–348.
The WHOQOL Group. (1995). The World Health Organization Quality of Life Assessment
(WHOQOL): Position paper from The World Health Organization. Social Science
Media, 41, 1403 1409.
Walsh, F. (2003). Normal Family Processes Growing: Diversity and Complexity (3rd ed).
New York: The Guilford Press.
Walsh, F. (1989). Perceptions of Family Normality: Refining Our Lenses. Journal of Family
Psychology, 2, 303-306.
World Health Organization. (2008). Draft Programme on Mental Health: WHOQOL User
Manual. 4 Desember 2012.
http://www.who.int/mental_health/evidence/who_qol_user_manual_98.pdf
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013
16
Universitas Indonesia
World Health Organization. (2003). Investing in Mental Helath. 14 Agustus 2012.
http://www.who.int/mental_health/media/investing_mnh.pdf
World Health Organization. (2004). Mental Health and Substance Abuse: Facts and Figures:
Schizophrenia :Youth’s Greatest Disabler. 4 November 2012.
http://www.searo.who.int/en/Section1174/Section1199/Section1567/Section1827_80
48.htm
World Health Organization. (2012). Schizophrenia. 23 September 2012.
http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/
World Health Organization. (2004). The World Health Organization Quality of Life
(WHOQOL)-BREF. 13 Agustus 2012.
http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.pdf
World Health Organization. (1996). WHOQOL-BREF: Introduction, Administration, Scoring
and Generic Version of the Assessment. 13 Agustus 2012.
http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf
World Health Organization. (1997). WHOQOL Measuring Quality of Life. Dvision of Mental
Health and Prevention of Subtance Abuse World Health Organization.
World Health Organization. (2002). WHOQOL-SRPB: Users Manual, Scoring and Coding
for the WHOQOL SRPB Field-Test Instrument. 14 Agustus 2012.
http://www.who.int/mental_health/evidence/whoqol_srpb_users_manual_rev_2005.p
df
World Health Organization. (1997). WHOQOL-SRPB: Users Manual, Scoring and Coding
for the WHOQOL SRPB Field-Test Instrument. 14 Agustus 2012.
Yukit-San, S., & Cheung, S. (1997). Family Functioning, Social Suport to Families, and
Symptom Remittance of Schizophrenia. Hong Kong Journal of Psychiatry, 2, 19-25.
Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013