Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL ANEMIA DIDESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN
PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH:
SRI FEBINIM: 06C10104235
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL ANEMIA DIDESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN
PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH:
SRI FEBINIM: 06C10104235
Skripsi /Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku UmarMeulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Penyebab utama
anemia ini adalah kekurangan zat besi, dimana adanya ketidaktahuan tentang pola
makan yang benar. Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi besi untuk memenuhi
kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya (Wasnidar, 2007).
Anemia dapat menyebabkan gangguan kesehatan saat kehamilan atau saat
persalinan. Gangguan yang serius dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Kematian ibu berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Resiko
komplikasi kehamilan pada ibu hamil diperkirakan 15-20%, belum semuanya
terdeteksi secara dini sedangkan yang terdeteksi belum semuanya ditangani secara
tepat waktu dan memadai (Wulandari, 2009).
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization /WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-37%
serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia
defisiensi besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang
daripada negara yang sudah maju. 36% (atau sekitar 1400 juta orang) dari
perkiraan populasi 3.800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita
anemia, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau sekitar 100
juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang dan menurut WHO 4%
1
2
kematian para ibu di negara sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. Kebanyakan anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi dan
pendarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Sinaga, 2009).
Prevalensi anemia ibu hamil belum mengalami perubahan dari tahun 1995-
2000, namun Departemen Kesehatan RI sampai dengan tahun 2010 akan berusaha
menurunkan prevalensi anemia ibu hamil dari 51% menjadi 40%. Di tingkat
nasional, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Berdasarkan survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 2010, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada
ibu hamil 50,9%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun 57,1% dan pada
wanita usia subur (WUS) usia 17-45 tahun sebesar 39,5%. Data dari Direktorat
Kesehatan Keluarga menunjukkan bahwa 40% penyebab kematian adalah
pendarahan, risiko pendarahan ini akan lebih diperberat apabila ibu hamil
menderita anemia (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan profil kesehatan tahun 2007 di Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam diketahui bahwa ibu hamil yang diperiksa sebanyak 113.859 dari 23
kabupaten jumlah ibu hamil yang mengalami anemia 57,19%.
Jumlah ibu hamil di Kabupaten Aceh Barat sampai dengan September 2012
adalah sebanyak 4083 orang, sementara Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Aceh Barat adalah sebanyak 4 orang dari 1633 jumlah kelahiran hidup.
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 29 bayi dari 1633 jumlah ibu
bersalin (Dinkes Aceh Barat, 2012).
3
Di tingkat kecamatan berdasarkan data dari Puskesmas Johan Pahlawan,
dari 11 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan terdapat 2
desa dengan pemeriksaan Hb ibu hamil rata-rata ≤ 11gr%, yaitu Desa Drien
Rampak dan Desa Ujong Baroh. Sasaran ibu hamil desa Drien Rampak selama
periode Januari-Agustus 2013 adalah 168 orang (hamil muda dan tua), dan desa
Ujong Baroh sebanyak 158 orang (Puskesmas Johan Pahlawan, 2013).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada Posyandu Bunga
Dahlia Desa Ujong Baroh pada bulan Desember tahun 2012, diperoleh data
selama Tahun 2012 sebanyak 356 ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas/Posyandu, dari jumlah tersebut terdapat 57 orang (9%) yang
menderita anemia dengan pemeriksaan Hb ≤ 11gr% (Posyandu Dahlia Desa
Ujong Baroh, 2012). Sedangkan Tahun 2013 periode Januari s/d Agustus sasaran
ibu hamil berjumlah 153 orang, dan yang menderita anemia sebanyak 52 orang.
Disamping itu masih ditemukan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu
mengalami gejala anemia dengan tanda-tanda lemah, letih, lesu, pucat, dan mata
berkunang-kunang dari posisi duduk pada saat akan berdiri. Selain itu juga masih
ada ibu hamil yang belum memanfaatkan tablet tambah darah. Meskipun petugas
puskesmas sudah melakukan penyuluhan kepada ibu hamil serta pemberian tablet
tambah darah pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, namun kejadian
anemia di Desa Ujong Baroh masih ditemukan ibu hamil yang menderita anemia.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Anemia di Desa Ujong Baroh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana gambaran karakteristik ibu hamil anemia di Desa
Ujong Baroh Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil anemia di Desa Ujong
Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu hamil anemia di Desa
Ujong Baroh Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui gambaran sosial ekonomi ibu hamil anemia di Desa
Ujong Baroh Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil anemia di Desa
Ujong Baroh Tahun 2013.
4. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu hamil anemia di Desa Ujong Baroh
Tahun 2013.
5. Untuk mengetahui gambaran tindakan ibu hamil anemia di Desa Ujong
Baroh Tahun 2013.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai referensi bagi perpustakaan atau sebagai bahan acuan bagi
penelitian tentang anemia.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan/informasi bagi pihak kesehatan terutama di
Desa Ujong Baroh untuk lebih meningkatkan kualitas program
pelayanan kesehatan ibu hamil, sehingga dapat dilakukan upaya
pencegahan terhadap anemia.
b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi ibu hamil tentang
tindakan pencegahan anemia di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang sedangkan karakteristik adalah ciri khusus, mempunyai
kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu (Poerwadarminto, 2002).
Karakteristik ibu hamil meliputi, tingkat pendidikan (kelas sosial), umur ibu,
pengetahuan, jenis kelamin, sosial ekonomi/pendapatan, sikap dan tindakan.
2.1.1 Pendidikan
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter),
pikiran (intelek) dan tubuh anak (Munib, dkk, 2004).
Menurut Dictionary of Education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004)
pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal.
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
kehamilan, karena dengan pendidikan yang baik ibu hamil dapat menerima segala
informasi dari luar sehingga berpengaruh pada peningkatan berfikir. Dengan kata
6
7
lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan
yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah (Depkes RI,
2002).
2.1.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
tindakan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa tahu apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya dapat menejelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.
8
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengguanakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) misalnya dapat
menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau pokok
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria
yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang anemia bagi ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi
ibu waktu saat akan melahirkan, dikarenakan pengetahuan merupakan kunci
9
utama ibu dalam mengambil keputusan sikap dan upaya pencegahan terhadap
anemia yang mungkin akan di alami oleh ibu nantinya. Pengetahuan ibu tentang
pentingnya mengkonsumsi makanan dengan asupan zat besi, asam folat, dan
vitamin B12. Oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
dapat membentuk sel-sel darah merah seperti hati, ikan teri, daging merah,
kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, kuning telur, dan buah-buahan. Ibu
hamil juga dianjurkan mengkonsumsi vitamin C, daging ayam, dan ikan untuk
memudahkan penyerapan zat besi (Soebroto, 2009).
2.1.3 Status Ekonomi/Pendapatan
Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha (Departemen
Pendidikan Nasional, 2002). Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers
(1982), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang
baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan
dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang di peroleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari suami dan ibu hamil itu sendiri.
Menurut Wasnidar (2007), keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil
sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu dan janinnya. Untuk memenuhi
kebutuhan gizi diperlukan keuangan yang memadai. Daya beli keluarga yang
rendah dalam memenuhi kebutuhan gizi sudah barang tentu asupan nutrisi juga
berkurang. Ibu hamil dengan status ekonomi yang memadai akan lebih sering
memeriksa kehamilannya pada dokter, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
mengkonsumsi suplemen tambah darah sehingga anemia pun tidak terjadi.
10
Berbeda dengan ibu hamil dengan status ekonomi yang rendah akan cenderung
mengabaikan kesehatan janinnya, dimana asupan gizi yang kurang karena tidak
memperhatikan pola makan yang bergizi, tidak mengkonsumsi suplemen tambah
darah sehingga resiko anemia pun rentan terjadi.
2.1.4 Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh yang dinamik dan terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut
Allport dalam Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai arti pokok, yakni:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
11
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan
tingkat sikap yang paling tinggi.
Salah satu contoh, sikap wanita yang rentan mengalami anemia adalah
pola makan. Dengan alasan takut gemuk, terkadang wanita melakukan diet secara
membabi buta. Para wanita cenderung makan dalam jumlah yang kurang dan
tidak mau mengkonsumsi daging. Tanpa disadari, diet yang belum tentu membuat
berat badan turun itu justru dapat menyebabkan kurangnya asupan zat besi dari
makanan.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Sangat setuju,
setuju, tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007).
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus
atau objek (dalam hal ini adalah masalah defiensi zat besi). Setelah seseorang
mengetahui tentang anemia, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan anemia, diantaranya :
a. Menerima dan menyerap setiap informasi tentang anemia dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
12
b. Mencari informasi sebanyak mungkin dan berkonsultasi dengan petugas
kesehatan tentang anemia gizi besi.
c. Ikut berpartisipasi menyebarkan informasi tentang anemia kepada orang lain.
2.1.5 Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat-tingkat praktek
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakannya tersebut.
13
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan ibu hamil dalam memelihara kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kehamilannya. Untuk mencegah terjadinya anemia, ibu
hamil disarankan untuk menambah jumlah darah melalui pasokan makanan yang
mengandung zat besi, asam folat dan vitamin B12.
Tindakan lain untuk mengatasi anemia yaitu melalui pola makan yang
tepat, efek buruk anemia selama kehamilan juga bisa diatasi dengan berusaha
melancarkan peredaran darah, di antaranya dengan cara:
1. Lakukan olah tubuh ringan seperti yoga, jalan kaki atau senam.
2. Jangan bangkit tiba-tiba dari posisi tidur atau duduk, tetapi lakukan perlahan.
3. Jangan berdiri terlalu lama.
4. Jika ibu hamil bekerja, ambillah waktu untuk beristirahat dengan
menyelonjorkan kaki.
5. Konsumsi cairan yang cukup (Soebroto, 2009).
Tentunya dengan menjaga tubuh tetap bugar dan pola makan yang tepat
ini, maka kesehatan ibu hamil pun akan terjaga dan kehamilan akan terasa lebih
menyenangkan.
14
2.2 Anemia Pada Ibu Hamil
2.2.1 Definisi Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin
kurang dari 12 gr% pada wanita tidak hamil dan hemoglobin kurang dari 11 gr%
pada wanita hamil. Hemoglobin merupakan zat berwarna yang terdapat dalam
bentuk larutan dalam sel darah merah yang fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen kesemua bagian tubuh (Nuritjojo, 1999).
Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang disebabkan ekspensi
volume plasma yang lebih besar dari pada peningkatan volume sel darah merah
dan hemoglobin terutama terjadi pada trimester ke dua (Manjoer, 2003).
2.2.2 Kriteria Anemia
Kriteria anemia menurut WHO menurut umur dan jenis kelamin, dapat
terlihat dalam tabel I berikut ini :
Tabel 2.1. Kriteria Kadar Hemoglobin Normal
Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dL)
Anak6 bulan s/d 6 Tahun 11
6 Tahun s/d 14 Tahun 12
Dewasa
Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
Sumber : WHO, Nutritional Anaemias. Tec. Rep. Ser. No.503, 1972.
15
2.2.3 Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Memang gejala anemia kadang membuat kita semua bingung. Gejala-
gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini
bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung. Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di
antaranya:
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai,
b. Wajah tampak pucat,
c. Mata berkunang-kunang,
d. Nafsu makan berkurang,
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa,
f. Sering sakit,
g. Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku. Perubahan ini
dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari,
h. Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah, maka
terdapat gejala lain seperti jaundice, warna kuning pada bagian putih mata;
pembesaran limpa dan warna urin seperti teh (Soebroto, 2009).
Keluhan anemia yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah yang
lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu
penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang
mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003).
16
2.2.4 Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Soebroto (2009) menyatakan bahwa anemia umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus
juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah. Demikian juga
pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang, besar
kemungkinan akan terjadi anemia. Perdarahan di saluran pencernaan, kebocoran
pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlebihan, serta para pendonor
darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat memiliki risiko anemia.
Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia pada ibu hamil:
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Biasanya disebut anemia hemolitik, muncul saat sel darah merah
dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120
hari, pada umur anemia hemolitik umur sel darah merah lebih pendek).
Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh akan sel darah merah. Hal ini bisa disebabkan berbagai penyebab,
kadangkala infeksi dan obat-obatan (antibiotik dan antikejang) dapat sebagai
penyebab. Pada anemia hemolitik autoimun, sistem kekebalan tubuh dapat
salah mengira bahwa sel darah merah adalah benda asing sehingga
dihancurkan. Kelainan bawaan yang mengakibatkan gangguan sel darah
merah juga dapat menyebabkan anemia, seperti anemia sel sabit, thalasemia,
defiensi glukosa-6-fosfat dehidroginase (G6PD), sferositosis herediter.
17
2. Kehilangan Darah
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan, pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan darah.
Kehilangan darah sedikit dalam jangka lama seperti perdarahan dari
inflammatory bowel disease (IBD) juga dapat menyebabkan anemia.
Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia. Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi, karena zat besi dibutuhkan
untuk membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal
Produksi sel darah merah yang tidak optimal terjadi saat sumsum
tulang tidak dapat membentuk sel darah merah dalam jumlah cukup. Ini akibat
infeksi virus, paparan terhadap kimia beracun, radiasi, atau obat-obatan
(antibiotik, antikejang atau obat kanker).
2.2.5 Diagnosa Anemia Pada Kehamilan
Diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan pemeriksaan
dan pengawasan haemoglobin dengan cara menggunakan alat sahli. Menurut
Manuaba (2002) hasil pemeriksaan haemoglobin dengan sahli dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Hb ≥ 11 gr% disebut tidak anemia.
b. Hb 9-10 gr% disebut anemia ringan.
c. Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang.
18
d. Hb < 7 gr% disebut anemia berat.
2.2.6 Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada wanita hamil jauh lebih besar dari
pada tidak hamil. Pada saat hamil trimester I kebutuhan zat besi sedikit karena
tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan janin lambat. Menginjak kehamilan
trimester II (dua) sampai trimester III (tiga) terjadi pertambahan sel darah merah
sampai 35% yang ekuivalen dengan 450 mg besi. Pertambahan ini disebabkan
oleh meningkatnya kebutuhan oksigen oleh janin yang harus diangkut oleh sel
darah merah (Wasnidar, 2007).
Kemudian pada saat melahirkan akan terjadinya kehilangan darah dan
diperlukan pertumbuhan besi 300-350 mg. Diperkirakan wanita hamil sampai
melahirkan memerlukan zat besi lebih kurang 40 mg/hari atau dua kali lipat
kebutuhan daripada saat kondisi normal (tidak hamil). Tidak mengherankan bila
banyak wanita hamil akhirnya menderita anemia gizi besi karena kebutuhan
meningkat, tetapi konsumsi makanannya tidak memenuhi syarat gizi (Khomsan,
2003).
2.2.7 Pengaruh Anemia Terhadap Ibu dan Janin
Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu tidak begitu mampu untuk
menghadapi kehilangan darah dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Jika
anemia berat kegagalan jantung cenderung terjadi. Anemia juga dapat
menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur (Wasnidar, 2007).
19
2.3 Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil
Pada ibu hamil dengan frekuensi kehamilan yang tinggi, sebaiknya diberi
Sulfas Ferosus 1 tablet sehari selain itu juga perlu diberi nasehat untuk :
1. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi yang berasal dari
nabati : kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan segar dan nasi.
Sedangkan zat besi yang bersumber dari hewani yaitu : hati, daging sapi, ikan,
susu sapi.
2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat seperti arcis, brokoli,
daging dan susu. Karena pada wanita hamil anemia sering disebabkan
defisiensi kedua zat gizi tersebut.
3. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar vitamin C seperti buah-buahan
yang segar sehingga dapat mempermudah penyerapan zat besi.
4. Menghindar minum teh atau kopi sebelum dan selesai makan atau berlebihan.
Terutama bila mengkonsumsi makanan utama zat besi (nasi) karena teh atau
kopi mengandung senyawa Tania yang dapat menghambat penyerapan zat
besi.
5. Menghindari senyawa Edta (yang digunakan sebagai pengawet makanan)
dengan memeriksa label makanan.
6. Mengkonsumsi beragam makanan untuk meningkatkan ketersediaan zat besi.
Empat pendekatan dasar untuk mencegah anemia adalah :
1. Pemberian suplemen tablet zat besi.
2. Pendidikan dan langkah-langkah yang berhubungan dengan peningkatan
masukan zat besi melalui makanan.
20
3. Pencegahan infeksi.
4. Memperkaya makanan pokok dengan zat besi (Wasnidar, 2007)
2.4 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Menurut Benyamin Bloomdalam Notoatmodjo (2007):Perilaku manusia dibagi 3domain atau ranah yakni :- Pengetahuan/kognitif- Sikap/afektif- Tindakan/psikomotor
Anemia
Notoatmodjo, 2003- Pendidikan (kelas sosial)- Umur- Jenis kelamin- Pendapatan/status ekonomi
21
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep mencakup pada teori
Benyamin Bloom dan Notoatmodjo (2003) maka kerangka konsep dapat
digambarkan sebagai berikut:
Variabel Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat Pendidikan
Status Ekonomi
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Anemia
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dimana
penulis ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik ibu hamil anemia di
Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun
2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 01 s/d 06 Oktober Tahun
2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua sasaran ibu hamil anemia di Desa
Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sebanyak 52 ibu
hamil.
22
23
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Jumlah
sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumusan (Arikunto, 2002) yang
menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang
dari 100, maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil seluruh populasi
menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 52 orang ibu hamil yang anemia atau
lebih dikenal dengan metode totaly population.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara wawancara
langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah
disiapkan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan yang
ada di Dinas Kesehatan Aceh Barat, Puskesmas Johan Pahlawan dan
Kantor Desa Ujong Baroh.
24
3.5 Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
Variabel Independen
1. Tingkat Pendidikan Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Jenjang pendidikan yang didapatkandari pendidikan formal.WawancaraKuesioner1. Tinggi2. RendahOrdinal
2. Pengetahuan Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Segala sesuatu yang diketahui ibuhamil tentang terjadinya anemia,tanda-tanda anemia, penyebabanemia, akibat dari anemia dan caramencegah terjadinya anemia padaibu hamil.WawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
3. Status Ekonomi Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Pendapatan/penghasilan ibu hamiltiap bulan.WawancaraKuesioner1. Tinggi2. RendahOrdinal
4. Sikap Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Reaksi atau respon ibu hamilterhadap dampak anemia, danpendapat ibu hamil tentang segalasesuatu untuk mencegah terjadinyaanemia pada ibu hamil.WawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal
5. Tindakan Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Praktek atau tanggapan ibu hamildalam melakukan upaya pencegahananemia selama hamil.WawancaraKuesioner1. Baik
25
Skala Ukur2. KurangOrdinal
3.6 Aspek Pengukuran
Pada penelitian ini penskoran dilakukan terhadap kuesioner. Kuesioner
yang memuat skala yang membuat nilai untuk alternative jawaban yang tersedia
dan responden diminta untuk memberikan jawaban atau alternative jawaban yang
tersedia pada setiap butir pertanyaan/pernyataan.
1. Untuk variabel tingkat pendidikan ibu hamil, dibagi 2 kategori yaitu: Tinggi
dan Rendah.
a. Tinggi : SMA, Akademi/Perguruan Tinggi
b. Rendah : SD, SMP
2. Status ekonomi ibu hamil, dibagi 2 kategori yaitu: Tinggi jika pendapatan >
Rp.1.500.000,-/bulan, dan Rendah jika pendapatan ≤ Rp.1.500.000,-/bulan
(Upah Minimum Propinsi NAD 2013).
3. Untuk tingkat pengetahuan item pertanyaan berjumlah 10 pertanyaan, dengan
kriteria baik dan kurang. Dimana skor untuk setiap pertanyaan bila menjawab
benar diberi skor 2 dan apabila memilih jawaban tidak tahu diberi skor 0.
Sehingga didapat aspek pengukuran pengetahuan adalah :
a. Baik : bila responden mendapat skor > 10
b. Kurang : bila responden mendapat skor ≤ 10
4. Sikap responden diukur dengan metode skoring, berdasarkan kuesioner yang
diberi. Jumlah pertanyaan ada 6 pertanyaan, dimana responden yang
menjawab setuju diberi nilai 2, kurang setuju 1 dan tidak setuju 0. Sehingga
26
skor tertinggi adalah 12. Maka berdasarkan jumlah yang diperoleh responden
dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik : apabila responden mendapat skor > 6
b. Kurang : apabila responden mendapat skor ≤ 6
5. Tindakan ibu dalam upaya pencegahan anemia responden diukur dengan
metode skoring, berdasarkan kuesioner yang diberi. Jumlah pertanyaan ada 8
pertanyaan, nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 16. Maka
berdasarkan jumlah yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Baik : apabila responden mendapat skor > 8
b. Kurang : apabila responden mendapat skor ≤ 8
3.7 Teknik Analisis Data
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi
variabel-variabel yang diteliti. Metode statistik untuk analisis data yang digunakan
adalah analisis univariat yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Untuk analisis ini semua variabel dibuat dalam bentuk
proporsi dengan skala ordinal.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Ujong Baroh
4.1.1 Geografis
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rundeng
2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Seuneubok
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Padang Seurahet
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuta Padang
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan IbuHamil Anemia di Desa Ujong Baroh Tahun 2013
No Tingkat Pendidikan Frekuensi %12
TinggiRendah
3418
65,434,7
Jumlah 52 100Sumber : Data Primer Tahun 2013 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendidikan tinggi
sebanyak 34 orang (65,4%). Sedangkan yang berpendidikan rendah sebanyak 18
orang (34,7%).
27
28
4.2.2 Status Ekonomi Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Ekonomi IbuHamil Anemia di Desa Ujong Baroh Tahun 2013
No Status Ekonomi Frekuensi %12
TinggiRendah
3220
61,538,5
Jumlah 52 100Sumber : Data Primer Tahun 2013 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa status ekonomi responden mayoritas
tinggi sebanyak 32 orang (61,5%), sedangkan 20 orang (38,5%) dengan status
ekonomi rendah.
4.2.3 Pengetahuan Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut TingkatPengetahuan Ibu Hamil Anemia di Desa Ujong BarohTahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi %12
BaikKurang
2329
44,255,8
Jumlah 52 100Sumber : Data Primer Tahun 2013 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 29 orang (55,8%) memiliki
pengetahuan kurang baik sedangkan 23 responden (44,2%) memiliki pengetahuan
baik tentang anemia pada ibu hamil.
29
4.2.4 Sikap Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Ibu HamilAnemia di Desa Ujong Baroh Tahun 2013
No Sikap Frekuensi %12
BaikKurang
4111
78,821,2
Jumlah 52 100Sumber : Data Primer Tahun 2013 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 41 orang responden (78,8%)
memiliki sikap baik tentang anemia pada ibu hamil, sedangkan 11 orang (21,2%)
memiliki sikap kurang baik.
4.2.5 Tindakan Responden
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Ibu HamilAnemia di Desa Ujong Baroh Tahun 2013
No Tindakan Frekuensi %12
BaikKurang
2131
40,459,6
Jumlah 52 100Sumber : Data Primer Tahun 2013 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 31 orang responden (59,6%)
memiliki tindakan yang kurang baik dalam mencegah terjadinya anemia pada ibu
hamil sedangkan 21 orang (40,4%) memiliki tindakan yang baik dalam
pencegahan anemia.
30
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tingkat Pendidikan
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden
pada umumnya memiliki tingkat pendidikan SMA dan akademi/perguruan tinggi
yaitu sebanyak 34 orang (65,4%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadarannya akan kejadian
anemia. Pendidikan yang baik juga merupakan faktor yang penting dalam proses
kehamilan, karena dengan pendidikan yang baik ibu hamil dapat menerima segala
informasi dari luar sehingga berpengaruh pada peningkatan berfikir. Dengan kata
lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan
yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.
4.3.2 Status Ekonomi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa status ekonomi ibu hamil anemia
di Desa Ujong Baroh mayoritas tinggi yaitu 32 orang (61,5%) dari 52 ibu hamil
yang diteliti.
Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu dan
janinnya. Untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan keuangan yang memadai.
Daya beli keluarga yang rendah dalam memenuhi kebutuhan gizi sudah barang
tentu asupan nutrisi juga berkurang. Ibu hamil dengan pendapatan yang memadai
akan lebih sering memeriksakan kehamilannya pada dokter, mengkonsumsi
31
makanan yang bergizi dan mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga anemia
pun tidak terjadi. Berbeda dengan ibu hamil dengan pendapatan yang rendah akan
cenderung mengabaikan kesehatan janinnya, asupan gizi yang kurang karena tidak
memperhatikan pola makan yang bergizi, tidak mengkonsumsi suplemen tambah
darah sehingga anemia pun rentan terjadi.
4.3.3 Pengetahuan
Pengetahuan responden yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil
tentang anemia, baik pengetahuan mengenai tanda-tanda anemia, gejala anemia,
penyebab anemia, cara mengetahui terjadinya anemia dan pencegahan anemia
pada saat kehamilan. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan dapat
diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia
pada ibu hamil sebanyak 23 orang (44,2%), sedangkan yang memiliki
pengetahuan kurang baik yaitu 29 orang (55,8%), hal ini berarti bahwa sebagian
responden di Desa Ujong Baroh belum mengetahui dan memahami tentang
kejadian anemia yang terjadi pada ibu hamil.
Menurut Nuritjojo (1999) anemia adalah keadaan menurunnya atau
kurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah yang fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen kesemua bagian tubuh. Anemia dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan kadar Hb bukan dari pemeriksaan tekanan darah ibu hamil dan
tanda-tanda yang terjadi akibat anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah
pingsan.
32
Sebagian ibu hamil dari hasil penelitian tidak tahu akibat anemia pada
kehamilan serta tidak mengetahui berapa kali melakukan pemeriksaan Hb darah.
Menurut Wasnidar (2007) keguguran, BBLR dan angka kematian perinatal,
perdarahan antepartum dan postpartum dapat menjadi akibat dari anemia pada
kehamilan ibu. Pemeriksaan kadar Hb selama kehamilan juga sangat diperlukan.
Pemeriksaan kadar Hb dilakukan dua kali (satu kali pada trimester I dan satu kali
pada trimester III) selama masa kehamilan.
4.3.4 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap
baik yaitu 41 orang (78,8%) terhadap anemia pada ibu hamil dan responden yang
memiliki sikap kurang baik sebanyak 11 orang (21,2%).
Menurut L.Green dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) sikap juga
merupakan faktor pemudah (predisposing factor) dari perilaku atau praktek. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata sikap responden sangat baik terhadap
anemia pada ibu hamil. Ibu hamil telah memahami dan mengetahui dampak yang
dapat terjadi akibat anemia terhadap dirinya dan janin. Hal ini dimungkinkan
bahwa responden telah mendapatkan informasi baik dari dokter/petugas
kesehatan, media cetak/elektronik atau dari obrolan dan sebagainya. Dari hasil
33
penelitian sebagian besar responden juga telah mengetahui penyebab terjadinya
anemia sehingga dapat mengambil sikap yang baik dalam mengkonsumsi
makanan kaya zat besi. Untuk pencegahan anemia sebagian responden juga
mengkonsumsi tablet tambah darah, hal ini membuktikan bahwa rata-rata ibu
hamil telah mendapatkan penyuluhan tentang manfaat tablet tambah darah.
4.3.5 Tindakan
Hasil penelitian tentang tindakan ibu hamil terhadap anemia menunjukkan
bahwa responden memiliki tindakan yang baik terhadap upaya pencegahan
anemia yaitu sebanyak 21 orang (40,4%). Dari hasil penelitian, sebagian ibu hamil
telah mendapatkan penyuluhan tentang anemia. Hal ini tidak terlepas dari upaya
bidan memberikan penyuluhan pada setiap kegiatan posyandu sehingga responden
telah memiliki pengetahuan tentang pencegahan anemia. Selain itu, ibu hamil juga
telah melakukan pemeriksaan kadar Hb kepada petugas kesehatan selama
kehamilan baik di Puskesmas maupun di posyandu. Pemeriksaan kadar Hb
dilakukan dua kali yaitu pada pemeriksaan kehamilan pertama kali dan satu kali
pada pemeriksaan kehamilan trimester III.
Sebanyak 31 orang responden (59,6%) memiliki tindakan yang kurang
baik terhadap upaya pencegahan anemia. Rata-rata responden tidak memeriksakan
diri kepada petugas kesehatan apabila mengalami pusing, lemas, lemah dan letih.
Responden hanya beristirahat saja dirumah dan ada yang meminum penghilang
rasa pusing saja. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan responden dalam upaya
pencegahan anemia kurang baik. Tindakan lainnya yakni responden juga
34
mengkonsumsi teh bersamaan saat mengkonsumsi nasi, tindakan ini tidak baik
dilakukan karena dapat menghambat penyerapan zat besi.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 52 ibu hamil anemia di Desa Ujong
Baroh tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan ibu hamil anemia sebagian besar berpendidikan tinggi
sebanyak 34 orang (65,4%) sedangkan yang berpendidikan rendah sebanyak
18 orang (34,7%).
2. Status ekonomi ibu hamil anemia mayoritas tinggi yaitu sebanyak 32 orang
(61,5%) sedangkan dengan status ekonomi rendah sebanyak 20 orang
(38,5%).
3. Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap anemia sebagian besar memiliki
pengetahuan kurang baik sebanyak 29 orang (55,8%), sedangkan yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 23 orang (44,2%).
4. Sikap ibu hamil terhadap anemia sebagian besar memiliki sikap yang baik
sebanyak 41 orang (78,8%), sedangkan yang memiliki sikap kurang baik
sebanyak 11 orang (21,2%)
5. Tindakan ibu hamil terhadap upaya pencegahan anemia sebagian besar
memiliki tindakan yang kurang baik sebanyak 31 orang (59,6%), sedangkan
yang memiliki tindakan baik sebanyak 21 orang (40,4%).
35
36
5.2 Saran
Bagi tenaga kesehatan Puskesmas diharapkan memberikan penyuluhan
kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet
zat besi dan sumber zat besi dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil
serta memberikan informasi setiap kunjungan ibu hamil tentang resiko anemia
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk pencegahan
terhadap anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka CiptaEdisi Revisi V. Jakarta.
Depkes RI, 2003. Satu dari Dua Orang Indonesia Menderita Anemia.Direktorat Kesehatan Keluarga. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. BaktiHusada. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, 2012. Profil Dinas Kesehatan AcehBarat. Meulaboh.
Khomsan A, 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Manjoer A, 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga, Media AesculapiusFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Manuaba IGD, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana. Penerbit EGC. Jakarta.
Munib, A., dkk, 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNESPRESS.
Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.Jakarta
--------------------, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Nuritjojo H, 1999. Catatan Kuliah Hematologi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Puskesmas Johan Pahlawan, 2013. Rekap Laporan PWS KIA.
Sinaga, Effri S, 2009. Skripsi Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakandengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III yangBerkunjung ke Puskesmas Medan Deli Tahun 2009.http://skripsistikes.wordpress.com, diunduh tanggal 29 Agustus 2013.
Soebroto I, 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Penerbit Bangkit.Yogyakarta.
Poerwadarminto W.J.S, 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka
Wasnidar, 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep danPenatalaksanaan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta.
Wulandari, 2009. Diabetes Pada Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.