Gap Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gender Analysis Pathway Lansia

Citation preview

MATA KULIAH GENDER DAN KESEHATANGENDER ANALYSIS PATHWAY PROGRAM POSYANDU LANSIADosen : Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D

Disusun Oleh :

Kelompok 41. Fanny Agoestin

14066477962. Hanifah

14066479213. Nisa Rahmaniar

14066483254. Suryadi

14066488365. Tyas Ika Budi

1406648924UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM S1 EKSTENSI

2015KATA PENGANTARPuji syukur kami hadapan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gender Analysisi Pathway Program Posyandu Lansia dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Gender dan Kesehatan.

Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen kami Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D serta teman-teman satu kelompok yang sudah ikut berkontribusi dalam penyelesaian makalah.Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Depok, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

iiiKATA PENGANTAR

ivDAFTAR ISI

1BAB I

1PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

21.2 Rumusan Masalah

31.3 Tujuan Penulisan

31.4 Manfaat

12BAB II

12TINJAUAN PUSTAKA

122.1Pengertian Lansia

132.2Perubahan yang Terjadi pada Lansia

152.3Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

172.4Karakteristik Lansia berdasarkan Jenis Kelamin

182.5Posyandu Lasia

182.5.1Pengertian Posyandu Lansia

182.5.2Tujuan Posyandu Lansia

192.5.3Upaya-Upaya yang dilakukan dalam Posyandu lansia

21BAB III

21GENDER ANALISIS PATHWAY PROGRAM POSYANDU LANSIABAB IV

22PENUTUP

223.1 Kesimpulan

233.2 Saran

14DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah medis teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah membuat program posyandu lansia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, Amerika dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 7,78% atau tercatat 18,55 juta jiwa. Dari jumlah tersebut jawa tengah menempati urutan terbesar ketiga dengan prosentasi 10,35% (Depkes RI, 2013).

Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat menimbulkan berbagai permasalahan terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia, sehingga lansia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan drajat kesehatan dan mutu lansia. Salah satu bentuk perhatian terhadap lansia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok Posyandu Lansia (Soeweno, 2010).Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia yang sudah disepakati, yang digerakan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini, 2010). Disamping itu, di Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Soeweno, 2010).

Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Untuk itu seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut. Namun fenomena di lapangan menunjukan fakta yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang berkunjung mengikuti kegiatan posyandu semakin berkurang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sukoharjo, lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia di Kecamatan Mojolaban hanya 34,47%. Di Mojalaban terdapat 92 Posyandu Lansia yang tersebar di 15 desa, dimana Desa Plumbon merupakan salah satu desa dengan kunjungan Posyandu Lansia rendah di Kecamatan Mojolaban. Di Desa Plumbon terdapat 6 Posyandu Lansia dengan jumlah usia lanjut 275. Didapatkan data kehadiran lansia pada bulan januari 2014, lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Plumbon 3 bulan terakhir yaitu pada bulan oktober 2013 25,45% , November 2013 28% , Desember 2013 22,54%. Ini menunjukan bahwa kehadiran lansia masih kurang dari yang diharapkan, dimana target cakupan pelayanan poksila adalah 60% (Dinas Kesehatan Sukoharjo, 2013).Berdasarkan data di atas, kami akan meneliti tentang Program Posyandu Lansia yang berfokus pada gender analysis pathway.1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan mengenai Kebijakan Program Posyandu Lansia Kunjungan Laki-laki dan Perempuan Lansia yang dikaitkan dengan gender analysis pathway.1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengalisis jumlah kunjungan antara laki-laki dan perempuan ke Posyandu Lansia.2. Menganalisis masalah gender dalam kebijakan program Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan lansia ke Posyandu Lansia.3. Menganalisis gender analysis pathway mengenai kebijakan program Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan lansia ke Posyandu Lansia.1.4 ManfaatSetelah dipaparkan rumusan dan tujuan makalah ini, dapat diambil manfaat dari makalah ini diantaranya adalah:

1. Mengetahui jumlah kunjungan antara laki-laki dan perempuan ke Posyandu Lansia.2. Mengetahui dan memahami masalah gender dalam kebijakan program Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan lansia ke Posyandu Lansia.3. Mengetahui dan memahami gender analysis pathway mengenai kebijakan program Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan lansia ke Posyandu Lansia.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian LansiaMenurut Undang-undang RI No.13 tahun 1988 tentang kesejahteraan lanjut usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. Batasan LansiaMenurut WHO, lanjut usia meliputi: usia pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Setiabudhi, 1999), dan menurut DepKes RI tahun 1999, umur dibagi 3 lansia yaitu;

1. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun

2. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.2.2 Perubahan yang Terjadi pada LansiaSuatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999) .Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:

1. Perubahan dari aspek biologisPerubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme Nucleic acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan lipofisin.2. Perubahan Fisiologis

Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan neurologiknya.Untuk suatu pasangan suami-istri, bila semasa usia dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal, akan kecil sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya.Membagi siklus seksual dalam beberapa tahap, yaitu fase desire (hasrat) dimana organ targetnya adalah otak. Fase ke-2 adalah fase arousal (pembangkitan/ penggairahan)dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ke-3 atau fase orgasmic dengan organ target medulla spinalis dan otot dasar perineum yang berkontraksi selama orgasme. Fase berikutnya yaitu fase orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tersebut.3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun(Santrock, 2002).4. Perubahan Sosial

Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia (Santrock, 2002).5. Perubahan Kehidupan Keluarga

Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun (Darmojo, 2004).Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.2.3 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia1. Permasalahan dari Aspek FisiologisTerjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh factor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding pembuluh darah menebaldan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusutdan reaksi menjadi lambatterutama pada pria, serta seksualitastidak terlalu menurun (Darmojo,2004).2. Permasalahan dari Aspek Psikologis

Menurut Darmojo (2004), beberapa masalah psikologis lansia antara lain:a. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beraggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.b. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.c. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.d. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obstetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.f. Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasi atau menarik diri dari kegiatan social.g. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-smain dengan urin dan fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (jawa:Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.3. Permasalahan dari Aspek Sosial BudayaMenurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.2.4 Karakteristik Lansia berdasarkan Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan (Darmojo, 2004), menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda depresi pria (pria 43% dan wanita 42%), menunjukkan kelakuan/tabiat buruk(pria 7,3% dan wanita 3,7%), serta cepat marah irritable (pria 17,2% dan wanita 7,1%). Jadi dapat diasumsikan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi masalah dari pada lelaki yang cenderung lebih emosional.2.5 Posyandu Lasia

2.5.1 Pengertian Posyandu LansiaPosyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia yang sudah disepakati, yang digerakan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini, 2010). Disamping itu, di Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Soeweno, 2010).2.5.2 Tujuan Posyandu LansiaAdapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998), yaitu :

1. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung 2. Memelihara kemandirian secara maksimal 3. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai 4. Melaksanakan pengobatan secara tepat

5. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual 6. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia 7. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia 8. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.2.5.3 Upaya-Upaya yang dilakukan dalam Posyandu lansia1. Upaya Meningkatkan / Promosi Kesehatan

Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan BAHAGIA yaitu : a. Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi

b. Aturlah makanan hingga seimbang

c. Hindari faktor resiko penyakit degeneratif

d. Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat

e. Gerak badan teratur agar terus dilakukan

f. Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan

g. Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik 2. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.3. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia4. Peningkatan keterampilan5. Upaya pencegahan / preventionBAB III

GENDER ANALISIS PATHWAY PROGRAM POSYANDU LANSIA

BAB IVPENUTUP3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKADarmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI . (1998). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan, Menteri Program I Dan Menteri Pembinaan Program II. Jakarta: EGC.Depkes RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes

Depkes RI. (2013). Data Dan Informasi Kesehatan : Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta : Deartemen Kesehatan RI.Hardywinoto, Setiabudhi, T. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta : PT. GramediaSoeweno, Inten. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komnas LansiaSulistyorini. (2010). Posyandu dan desa siaga. Yogyakarta : Nuha MedikaSantrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi kelima) Jakarta: Erlangga

26