Upload
others
View
35
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT PEREMPUAN DALAM
MENGGERAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK
PEMBANGUNAN FISIK DESA
(Studi Pada Kecamatan Metro Pusat Kota Metro)
(Skripsi)
Oleh
DEWI ARIA KUSUMA PUTRI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
LEADERSHIP STYLE OF FEMALE HEAD SUB DISTRICT IN MOBILIZING
COMMUNITY PARTICIPATION FOR THE PHYSICAL VILLAGE
DEVELOPMENT
(STUDY IN METRO CITY METRO DISTRICT)
By
DEWI ARIA KUSUMA PUTRI
Indonesian traditional norms and culture adhere to the opinion that public office is male.
In Metro City Metro District Sub-District Head the position is held by women. The
purpose of this study was to study the leadership style of women in mobilizing
community participation for the physical development of the village. This type of
research uses descriptive qualitative, with data collection techniques including interviews,
documentation and observation. This research focuses on describing the leadership style
of the female sub-district head and the form of community participation in the physical
development of the village. Head of sub-district in Metro Pusat Subdistrict uses
transformational-transactional leadership style in mobilizing community participation for
village physical development, the results of the research show the most prominent in
Camat leadership transformational leadership style when the camat provides assistance
and motivation to subordinates, and subordinates are successfully supported, resolved,
loyal and responsive to the leader. The Camat has started his duties quite well but then
developing awareness from the community is a factor that is too late for the realization of
physical development.
Keywords: Leadership Style, Female Sub District Head, Community Participation,
Village Physical Development.
ABSTRAK
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT PEREMPUAN DALAM MENGGERAKKAN
PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN FISIK DESA
(STUDI PADA KECAMATAN METRO PUSAT KOTA METRO)
Oleh
DEWI ARIA KUSUMA PUTRI
Norma dan budaya tradisional Indonesia menganut pendapat bahwa jabatan publik adalah
laki-laki. Di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro jabatan Camat dipegang oleh
perempuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gaya kepemimpinan camat
perempuan dalam menggerakan partisipasi masyarakat untuk pembangunan fisik desa.
Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
meliputi wawancara, dokumentasi dan observasi. Penelitian ini memfokuskan dengan
mendeskripsikan gaya kepemimpinan camat perempuan dan bentuk partisipasi
masyarakat dalam pembangunan fisik desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Camat di Kecamatan Metro Pusat menggunakan gaya kepemimpinan transformasional-
transaksional dalam menggerakan partisipasi masyarakat untuk pembangunan fisik desa,
tetapi hasil penelitian menunjukan yang paling menonjol dalam kepemimpinan Camat
adalah gaya kepemimpinan transformasional dimana camat selalu memberikan inspirasi
dan motivasi para bawahannya, serta bawahan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan
tanggap kepada pemimpinnya. Camat telah menjalankan tugasnya dengan cukup baik
namun kurangnya kesadaran dari masyarakat menjadi faktor terlambat untuk
terealisasinya pembangunan fisik.
Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Camat Perempuan, Partisipasi
Masyarakat, Pembangunan Fisik Desa
2
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT PEREMPUAN DALAM
MENGGERAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK
PEMBANGUNAN FISIK DESA
(Studi Pada Kecamatan Metro Pusat Kota Metro)
Oleh:
DEWI ARIA KUSUMA PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dewi Aria Kusuma Putri,
dilahirkan di Branti Raya pada tanggal 21 Juni 1997,
penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putri
pasangan Bapak Atar Syah dan Ibu Wati. Jenjang
pendidikan penulis adalah TK Al-Huda Branti Raya yang
diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan ke SD Negeri 2 Branti Raya
yang diselesaikan tahun 2009, lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di
SMP Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya,
penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMAN 1
Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2015 dengan hasil yang baik.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2015 sebagai mahasiswi
Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Lampung. Penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Januari 2018 di Desa
Sumber Rejeki Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang
Barat, selama 40 hari. Selanjutnya pada bulan Mei 2018 penulis pernah
mengikuti kegiatan survey politik tentang Identifikasi Partisipasi Masyarakat
dalam Penguatan Demokrasi Prosedural dan pada April 2019 penulis menjadi
Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di Kelurahan Branti Raya,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
MOTTO
Barangsiapa sungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu
adalah untuk dirinya sendiri.
(QS. Al-Ankabut [29]: 6)
Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tapi
tuntut dirimu karena menunda adabmu kepada Allah.
(Hadis Riwayat Bukhari)
Better to feel how hard education is at this time rather than feel
the bitterness of stupidity, later.
(Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada
merasakan pahitnya kebodohan kelak)
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Segala Hormat Puji dan Syukur atas rahmad dan ridho Allah SWT, yang
senantiasa telah memberikan nikmat dan berkah-Nya di setiap hembusan
nafas, sehingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini :
Ku persembahkan Karya ini
Kepada:
Ayah dan Ibutercinta
Atar Syah dan Wati
Kakak dan Adikku tersayang
Eka Puri Wahyuni S.TP dan Muhammad Jibran Alfaruq
Sahabat-sahabat seperjuangan, serta
ALMAMATER TERCINTA UNIVERSITAS LAMPUNG
SANWACANA
Alhamdulillahirrobil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas
limpahan berkah, rahmat dan hidayahnya dari Allah SWT Tuhan Semesta
Alam Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Gaya Kepemimpinan
Camat Perempuan Dalam Menggerakan Partisipasi Masyarakat Untuk
Pembangunan Fisik Desa (Studi Pada Kecamatan Metro Pusat Kota
Metro)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antaralain,
yaitu:
1. Bapak Dr.Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung .
3. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Dosen Pembahas dan
Penguji yang telah memberikan kritik, saran dan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu DR. Feni Rosalia M.SI selaku Pembimbing yang telah sabar
membimbing dan memberikan saran demi terciptanya skripsi ini.
Terimakasih atas semangat dan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Darmawan Purba, S.IP. M.IP selaku Pembimbing yang telah sabar
membimbing dan memberikan motivasi demi terciptanya skripsi ini.
Terimakasih atas semangat dan support sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terimakasih
atas ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama di
Jurusan Ilmu Pemerintahan.
7. Terutama dan teristimewa kepada kedua orangtua ku yang telah
memberikan kepercayaan, dukungan serta doa kepada ku selama ini
sehingga dapat terciptanya karya tulis ini. Kepada kakak dan adik ku
terimakasih support yang telah diberikan semoga kita dapat senantiasa
menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
8. Kepada Kecamatan Metro Pusat Kota Metro yang sudah banyak
membantu dalam kelancaran penelitian ini. Terkhusus kepada Ibu Triana
Aprisia S.STP, M.IP, dan Bapak Sukirno, yang sudah meluangkan
waktunya untuk membantu saya dalam penelitian. Terimakasih atas
saran, motivasi serta bantuan yang telah diberikan selama saya
melakukan penelitian di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.
9. Terimakasih kepada Lurah di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro, yang
telah bersedia membantu selama penelitian.
10. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan Anmeysa, Annisa, Jeck, Ipan,
Richo, Aji, Goblin, Gojim, Ferdi, Dedi. Terimakasih karena selalu ada
saat perkuliahan, semoga cita-cita kita semua tercapai. Amiin
11. Kepada Pepi, Tita, Tika, Sari, Anriz, Zenia, Mba Tiara, Novi, Ayu, Opan.
terimakasih dan sukses selalu guys!
12. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 15 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu. Terimakasih sudah menjadi bagian yang penting
dalam masa perkuliahan.
13. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas bantuannya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi saya berharap kiranya karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 6 Juni 2019
Penulis
Dewi Aria Kusuma Putri
3
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 16
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan …… ......................................................... 17
1. Pengertian Pemimpin ................................................................ 17
2. Pengertian Kepemimpinan ......................................................... 18
3. Kepemimpinan Perempuan ...................................................... 19
4. Gaya Kepemimpinan ……......................................................... 20
5. Teori Kepemimpinan ………………….................................... 25
B. Konsep Camat dan Kecamatan ...................................................... 30
1. Pengertian Camat ...................................................................... 30
2. Pengertian Kecamatan ............................................................. 32
3. Tugas dan Fungsi Camat …………… ....................................... 32
C. Konsep Pasrtisipasi Masyarakat .................................................... 34
D. Konsep Pembangunan Fisik Desa ………………..………….…. 36
1. Pengertian Pebangunan Desa ………………………….….…… 36
2. Pengertian Pembangunan Fisik …………………………….…. 39
E. Kerangka Berfikir .......................................................................... 41
4
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .............................................................................. 43
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 44
C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 47
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 47
E. Informan ....................................................................................... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 49
G. Teknik Pengolahan Data .............................................................. 50
H. Teknik Analisis Data..................................................................... 51
I. Teknik Validasi atau Keabsahan Data .................................... …... 52
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Metro .................................................. ................ 54
B. Gambaran Wilayah Geografi dan Demografi ....................... 56
C. Gambaran Kecamatan Metro Pusat ...................................... 57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................... ....... 64
1. Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Menggerakan
Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Fisik
Desa......................................................................... 65
2. Gaya Kepemimpinan Dominan Dari Camat Metro Pusat
Kota Metro ............................................................... 79
3. Analisis Gaya Kepemimpinan Camat Perempuan ........... 81
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................... ....... 82
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 93
B. Saran ........................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Jumlah Kecamatan di Provinsi Lampung ..................................... 5
2. Jumlah Camat Perempuan ............................................................. 6
3. Kelurahan di Kecamatan Metro Pusat ................................... 7
4. Pembangunan Fisik di Kecamatan Metro Pusat ...................... 10
5. Penelitian Terdahulu ................................................................... 14
6. Ciri-ciri Feminim dan Maskulin .......................................... 23
7. Luas Wilayah Kota Metro .................................................... 55
8. Jumlah Penduduk berdasarkan Persebaran Kelurahan ................. 58
9 . Triangulasi Metode ...................................................................... 89
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berfikir ............................................................. ........ 42
2. Peta Administrasi Kota Metro .......................................... ........ 55
3. Struktur Organisasi Kecamatan Metro Pusat tahun 2018 ...... 62
4. Hasil Obsevasi Masyarakat Bergotong Royong ................... 71
5. Observasi saat apel pagi Camat dan Perangkat Desa ............ 80
6. Observasi Gotong Royong Pembangunan Drainase .............. 84
7. Camat turun kelapangan .............................................. 86
8. Camat mengumumkan pegawai yang disiplin ..................... 88
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bebby dan Lala (2014) kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang
menggerakkan perjuangan atau kegiatan yang menuju sukses. Kepemimpinan
menjadi salah satu variabel yang sangat menarik dan pusat perhatian dalam
suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan keseluruhan kegiatan dalam
mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama mencapai tujuan bersama.
Keberhasilan suatu kepemimpinan sangat ditentukan oleh karakteristik
pemimpinnya. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki peranan penting
dalam sebuah organisasi untuk menggerakan organisasi dan bertanggung
jawab atas keberlangsungan aktivitas organisasi serta dapat memastikan tujuan
dari organisasi tercapai dengan efektif dan efisien.
Setiap pemimpin pasti mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda.
Menurut Djanaid (2004:202) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan juga didefinisikan
sebagai suatu istilah tentang bagaimana seorang pemimpin terlihat dimata
bawahannya. Gaya kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengembangkan
lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim kinerja bagi karyawan
2
atau bawahan yang dipimpinnya sehingga diharapkan akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi.
Kepemimpinan merupakan masalah yang masih menarik untuk dikaji terlebih
kepemimpinan perempuan yang masih memiliki prosentase kecil dalam
budaya yang patriarkhi ini. Keberhasilan manajemen pemerintahan akan
ditentukan oleh efektivitas kepemimpinannya, sehingga kepemimpinan atau
leadership dapat dikatakan inti dari manajemen pemerintahan. Kepemimpinan
seorang camat dituntut untuk mampu menerapkan kepemimpinannya, baik di
kantor maupun di masyarakat. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian
yang di lakukan oleh Harthanti (2012) yang menunjukkan bahwa manajemen
pemerintahan sangat ditentukan oleh efektivitas kepemimpinannya.
Hadiz (2004:56) menyebutkan bahwa apabila menganut pada norma dan
budaya tradisional yang ada di Indonesia, pemimpin merupakan jabatan untuk
seorang laki-laki. Laki-laki sudah menjadi simbol kepemimpinan sejak jaman
dahulu dan perempuan selalu identik dengan kelembutan atau kelemahan. Oleh
karena itu pandangan tentang gen tersebut sering dijadikan perbedaan antara
laki-laki dan perempuan. Pendapat bahwa perempuan itu tidak berfikir secara
logika, mengandalkan naluri, menjadikan perempuan jarang ditempatkan
diposisi penting mekanisme yang memihak kaum laki-laki telah menyatu
dalam birokrasi.
Kecenderungan masyarakat dalam mitos sosial menempatkan laki-laki di
dunia publik dan perempuan di dunia domestik terjadi dihampir setiap
peradaban manusia. Data dari Badan Kepegawaian Negara tahun 2013 jumlah
3
PNS laki-laki dari seluruh golongan ada 2.260.608 jiwa (51.82%), berbanding
dengan jumlah PNS perempuan sebesar 2.102.197 jiwa (48.18%), Dari data
tersebut diindikasikan bahwa PNS perempuan sebenarnya berpotensi
menduduki jabatan di Pemerintahan.
Salah satu entitas pemerintahan yang memberikan pelayanan langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat juga adalah Kecamatan. Sebagai
sub sistem pemerintahan di Indonesia, maka Kecamatan mempunyai
kedudukan cukup strategis dan memainkan peran fungsional dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan dan administrasi pemerintahan,
pembangunan serta kemasyarakatan. Sebagai suatu organisasi yang hidup dan
melayani kehidupan masyarakat yang penuh dinamika, Kecamatan
menghadapi banyak masalah. Sebagai organisasi administratif, oleh karena itu
masalah yang dihadapi juga lebih banyak bersifat manajerial seperti dengan
masalah yang bersifat politis, pendapat ini adalah hasil penelitian Rachman
(2018).
Akmal Khairi (2010) menyebutkan bahwa camat melaksanakan fungsi
beragam jenis pelayanan pada masyarakat ataupun menjalankan tugas
pelayanan khusus pada satu bidang. Berdasarkan apa yang dikemukakan di
atas, maka camat memiliki peran yang cukup luas dan kompleks. Tugas camat
yang cukup penting sebagaimana diatur dalam PP Nomor 19 tahun 2008
tentang Kecamatan disebutkan bahwa salah satu tugas camat adalah
melaksanakan pelayanan yang menjadi ruang lingkup wilayah kerjanya. Tugas
pelayanan yang dilakukan oleh camat menjadi sangat penting, karena camat
4
disamping sebagai pelaksana tugas dibidang pemerintahan juga berfungsi
untuk memberikan pelayanan dan pembinaan kepada masyarakat.
Ditingkat Kecamatan, camat memegang peranan sangat penting khususnya
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kinerja dan kemampuan camat sangat
dituntut untuk dapat menciptakan iklim pelayanan yang baik, yang menuju
kepada terciptanya efektifitas kerja dari penyelenggara pemerintahan itu
sendiri, sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, dalam
pemerintahan di Indonesia, bahwa camat mempunyai tugas memimpin
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan
masyarakat dalam wilayah Kecamatan.
Tugas dan fungsi camat sebagai administrator pemerintahan, administrator
pembangunan dan administrator kemasyarakatan jelas memainkan peranan
yang sangat penting dalam mengkoordinasikan berbagai aktivitas
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan baik sebagai instansi
vertikal maupun instansi-instansi otonom atau dinas-dinas daerah yang ada di
wilayah Kecamatan.
Jumlah Kecamatan yang ada di Provinsi Lampung dari data BPS Provinsi
Lampung adalah 228, dari jumlah kecamatan tersebut terdapat salah satu
kecamatan yang dipimpin oleh perempuan yaitu Kecamatan Metro Pusat Kota
Metro. Berikut adalah kecamatan yang ada di Provinsi Lampung:
5
Tabel 1. Jumlah Kecamatan di Provinsi Lampung
No. Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan
1 Kabupaten Lampung Barat 15
2 Kabupaten Lampung selatan 17
3 Kabupaten Lampung Tengah 28
4 Kabupaten Lampung Timur 24
5 Kabupaten Lampung Utara 23
6 Kabupaten Mesuji 7
7 Kabupaten Pesawaran 11
8 Kabupaten Pesisir Barat 11
9 Kabupaten Pringsewu 9
10 Kabupaten Tanggamus 20
11 Kabupaten Tulang Bawang 15
12 Kabupaten Tulang Bawang Barat 9
13 Kabupaten Way Kanan 14
14 Kota Bandar Lampung 20
15 Kota Metro 5
Total 228
Sumber: BPS Provinsi Lampung (2018)
Berdasarkan PP No.19 Tahun 2008 Pasal 15 tentang kecamatan dan PP No. 41
Tahun 2007, seorang camat memiliki tugas umum pemerintahan yang meliputi
1. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat,
2. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum,
3. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan,
4. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayaanan
umum,
5. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan,
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, dan
6
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau
kelurahan.
Keterampilan yang tinggi merupakan salah satu faktor prasarana utama.
Seorang camat harus mempunyai wawasan ilmu, pengetahuan, dan teknologi
yang cukup, terampil dalam melaksanakan peluang, dan berkemauan serta
berkesanggupan mengaplikasikan ilmu, pengetahuan, dan teknologi, selain itu
juga mempunyai sikap kerja mandiri sehingga kepuasan atau tidak ada
kepuasan melakukan pekerjaannya tergantung pada pribadi camat itu sendiri.
Provinsi Lampung secara keseluruhan terdapat 228 kecamatan dan jumlah
camat perempuan hanya 9 orang atau 3,9% yang berjenis kelamin perempuan.
Berikut jumlah camat perempuan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2. Jumlah Camat Perempuan
No. Kabupaten/Kota Kecamatan Nama Camat
1 Kota Metro Metro Pusat Triana Aprisia
2 Kota Metro Metro Timur Rosita
3 Lampung Timur Pasir sakti Titin Wahyuni
4 Lampung Timur Mataram Baru Hastarita
5 Lampung Selatan Palas Rika Wati
6 Lampung Selatan Jati Agung Kartika Ayu
7 Lampung Selatan Merbau Mataram Yusmiati
8 Waykanan Baradatu Desta Budi Rahayu
Nadrihoh
9 Bandar Lampung Bumi Waras Riana Apriana
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2018)
Salah satu hal penting yang turut menentukan peran camat dalam membantu
kegiatan pelayanan dan penyelenggaraan pemerintahan adalah usaha untuk
7
membina dan menggerakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan fisik,
karena besarnya peran pemerintah yang dilakukan tanpa disertai dengan
partisipasi masyarakat, maka segala program yang dicanangkan oleh camat
kepada masyarakat tidak akan berhasil dengan baik, oleh karena itu peran
camat dalam menggerakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan
sangat diperlukan (Hanibe dan Pati: 2017).
Kecamatan sebagai perangkat daerah harus tertib administrasi. Kepala desa
dan lurah berada di bawah naungan seorang camat. Tertib administrasi
kecamatan ditunjukkan dengan tertibnya administrasi desa atau kelurahan.
Seorang camat harus mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi kinerja
lurah atau kepala desa terkait pelaksanaan program kerja kelurahan atau desa
seperti dalam pembangunan fisik. Keberhasilan suatu kelurahan atau desa
dalam membina, mengkoordinasikan, memberdayakan, maupun merawat
lingkungannya berpengaruh terhadap kinerja kecamatan.
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro memiliki 5 (lima) kelurahan yang harus
di koordinasi dan diawasi oleh camat, berikut jumlah kelurahan yang ada di
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro dapat dari tabel di bawah ini:
Tabel 3. Jumlah Kelurahan di Kecamatan Metro Pusat
NO NAMA KELURAHAN
1 Kelurahan Hadimulyo Barat
2 Kelurahan Hadimulyo Timur
3 Kelurahan Yosomulyo
4 Kelurahan Imopuro
5 Kelurahan Metro
Sumber : Data Profil Kecamatan Metro Pusat 2018
8
Dalam proses pembangunan sesuai dengan Undang-Undang Desa Nomor 6
Tahun 2014 mengacu pada dua pola pendekatan yaitu “Desa Membangun”
dan “Membangun Desa” yang mana bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana, pembangunan potensi ekonomi lokal,
serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Pembangunan fisik merupakan suatu proses yang berlangsung di desa dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembanguan nasional yang
mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Perencanaan pembangunan yang paling terkecil dalam struktur ketatanegaraan
di Indonesia adalah pembangunan yang berasal dari suatu desa salah satu
contohnya adalah pembangunan fisik. Pembangunan pedesaan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Usaha peningkatan kualitas
sumberdaya pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan, yang dilakukan
secara berkelanjutan berlandaskan pada potensi dan kemampuan pedesaan.
Pelaksanaannya, pembangunan pedesaan seharusnya mengacu pada
pencapaian tujuan pembangunan. Pembangunan desa memiliki tujuan
mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera,
dan berkeadilan, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Benjamin
dan Kaawoan (2017).
Pembangunan yang ada di desa ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat,
dengan segala bentuk pembangunan yang ada di desa harus berdasarkan
9
aspirasi atau keinginan masyarakat. Pembangunan tersebut membutuhkan
tunjangan seperti partisipasi dari masyarakat dalam pelaksanaanya, karena
tanpa adanya partisipasi dan dukungan masyarakat maka pembangunan tidak
akan berjalan dengan baik dan lancar.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya merupakan suatu
bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses
kegiatan yang bersangkutan dalam pembangunan desa. Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan adalah kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah.
Prosesnya untuk mewujudkan suatu pastisipasi masyarakat, kepala desa juga
seharusnya berperan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi terhadap program-program yang dilakukan oleh pemerintah
desa serta mampu menyusun kebijakan strategis yang melibatkan masyarakat.
Masyarakat juga memiliki campur tangan dalam suksesnya pelaksanaan
program desa, masyarakat juga mempunyai peranan terhadap tercapainya
tujuan dari pembangunan. Suatu koordinasi yang baik antara pemerintah dan
masyarakat tentunya diharapkan dapat mewujudkan pembangunan desa di
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro. Kenyataannya proses pembangunan fisik
yang ada di Kecamatan Metro Pusat belum terlaksana dengan baik, hal ini
dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
10
Tabel 4. Pembangunan Fisik di Kecamatan Metro Pusat
No Pembangunan Terlaksana Belum Terlaksana
(1) (2) (3) (4)
1. Kelurahan Hadimulyo Barat
A. Pokja Bangka
Drainase Jl. Belitung RT. 03
RW. 01
- Belum
Drainase Jl. Bangka RT. 04
RW.01B
- Belum
B. Pokja Bersama
Cor Blok Gg. Tanjung 2 RT.
27 RW. 06
- Belum
Cor Blok Gg. Tanjung 3 RT.
27 RW. 06
- Belum
Cor Blok Jl. Alkhoiriah RT. 23
RW. 05
- Belum
Cor Blok Jl. Kakak Tua RT. 42
RW. 10
- Belum
C. Pokja Kebon Cengkeh
Drainase Jl. Lada RT. 14 RW.
03
- Belum
Cor Blok Jl. Lada Rt. 14 RW.
03
- Belum
2. Kelurahan Hadimulyo Timur
A. Pokja Podo Rukun
Drainase Jl. Domba RT. 39
RW. 15
- Belum
Drainase Jl. Banteng RT. 38
RW. 15
- Belum
Cor Blok RT. 39 RW. 15 - Belum
B. Pokja Maju Lancar
Drainase Jl. Kancil RT. 37
RW. 15
- Belum
Drainase Jl. Beksiar RT. 36
RW. 15
- Belum
C. Pokja RW 12
Drainase Jl. Enggal RT. 30
RW. 12
- Belum
D. Pokja Bougenville
Cor Blok Gg. Kelelawar RW.
13
- Belum
3. Kelurahan Yosomulyo
A. Pokja Krida Muda
Drainase Jl. Mengkudu RT. 42
RW. 14
- Belum
B. Pokja Sukun Jaya
Drainase Jl. Sukun RT. 06 RW.
02
- Belum
11
C. Pokja Kamboja
Cor Blok Jl. Jambu RT. 04
RW. 04
- Belum
D. Pokja RW. 01
Cor Blok Jl. Hassanudin Gg.
Padi RT. 01 RW. 01
- Belum
E. Pokja Salaks
Drainase Jl. Salak RT. 07 RW.
08
- Belum
F. Pokja Yosomandiri
Drainase Jl. Akasia ka/ki RT.
19 RW. 07
- Belum
4. Kelurahan Imopuro
A. Pokja Mawar
Gorong-gorong Jl. Letkol KH.
A Yasin RT. 27 A RW.05
- Belum
B. Pokja Gg. Yakobus
Jl. Raden Intan Gg. Yokobus
RT. 29 RW. 06
- Belum
Jl. Raden Intan Gg. Yokubus
RT. 29 RW. 06
- Belum
5. Kelurahan Metro
A. Pokja Tempurung Jaya
Drainase Jl. Karet RT. 51 RW.
08
- Belum
B. Pokja Gg. Rempol
Cor Blok Gg. Mesjid RT. 11
RW. 02
- Belum
C. Pokja Sakura
Cor Blok Jl. Kenangan RT. 09
RW. 02
- Belum
D. Pokja Wawai
Cor Blok Jl. Wawai RT. 09
RW. 02
- Belum
E. Pokja Anthorium
Cor Blok Gg. Anthorium RT.
50 RW. 08
- Belum
F. Pokja Wijaya Kusuma
Cor Blok Gg. Wijaya Kusuma
RT. 03 RW. 01
- Belum
G. Pokja Rukun
Cor Blok Gg. Banjir RT. 43
RW. 07
- Belum
H. Pokja AWS Martabak
Cor Blok Gg. Kenangan RT.
48 RW. 08
- Belum
I. Pokja Bungur Bersatu
Cor Blok lingkat tersier RT. 46
RW. 08
- Belum
12
J. Pokja Maju Lancar
Talud Jl. Rawa Bhakti RT. 33
RW. 06
- Belum
Cor Blok Jl. Rawa Bhakti RT.
33 RW. 06
- Belum
Cor Blok Gg. Komunal RT. 33
RW. 06
- Belum
Sumber: Data Profi Kecamatan Metro Pusat 2018
Tabel di atas menggambarkan bahwa pembangunan yang ada di Kecamatan
Metro Pusat Kota Metro tidak berjalan dengan optimal. Berdasarkan pra-riset
peneliti tanggal 04 Desember 2018, peneliti mewawancarai Bapak Sukirno
selaku Kepala Subbagian Pembangunan di Kecamatan Metro Pusat. Beliau
mengatakan bahwa pembangunan fisik memang belum terlaksana atau belum
terealisasikan hingga saat ini. Program pembangunan fisik tersebut memiliki
jangka waktu atau target selama 3(tiga) bulan untuk mencapainya.
Menurut Deddy T. Tikson (2005), Keberhasilan pembangunan desa dapat di
lihat dari beberapa indikator yang berjalan dalam kehidupan masyarakat desa.
Berikut 3 indikator keberhasilan pembangunan desa:
1. Indikator Sarana Perekonomian
Indikator yang pertama adalah ditunjukan dalam sektor perekonomian
seperti contoh sistem ekonomi liberal, sebagai lingkup lungkungan yang
kecil desa hanya terdiri dari beberapa ratus-ribu KK. Mata pecaharian
masyarakat yang berbeda-beda. Namun, kebanyakan masyarakat desa
bergerak pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Ketiga mata
pencaharian tersebut merupakan sumber pendapatan dan perekonomian
bagi mereka. Tentunya dengan memanfaatkan potensi tak terbatas tersebut
13
dengan pembangunan di sektor tersebut akan langsung berdampak pada
perekonomian para pelaku usaha.
2. Indikator Tingkat Pendidikan
Masyarakat desa selalu diidentikkan dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Kebanyakan dari mereka hanya lulusan sekolah dasar atau banyak
yang tidak merasakan bangku sekolah sama sekali. Zaman dahulu
pendidikan TK atau pendidikan yang dikhususkan untuk anak usia dini
tidak ada, sehingga kebanyakam anak-anak di desa akan langsung masuk
ke sekolah dasar. Pendidikan dasar bagi anak usia dini sangat penting, hal
tersebut berperan penting dalam pendidikan dan pembentukan karakter
anak.
3. Indikator Tingkat Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu prioritas utama dalam hidup. Kekayaan
yang anda miliki tidak akan bisa anda nikmati jika anda tidak sehat.
Kesehatan selalu berkoherelasi dengan ketersediaan tenaga kesehatan
terutama di pedesaan termasuk juga kedalam bentuk-bentuk yayasan, jika
kita mundur kebelakang sekitar 10-20 tahun yang lalu, untuk menemukan
tenaga kesehatan seperti bidan merupakan hal yang sulit di desa, kalaupun
ada maka jaraknya akan sangat jauh dan membutuhkan perjalanan yang
lam, karena hal itu dahulu ada banyak sekali kasus orang sakit, ibu
melahirkan yang harus memilih dukun daripada bidan atau tenaga medis
lainnya.
14
Berdasarkan penelitian yang telah dikaji sebelumnya, maka dapat dibuat tabel
tentang kajian terdahulu mengenai gaya kepemimpinan camat dalam
menggerakan masyarakat dan pembangunan fisik untuk melihat relevansi
dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan tabel penelitian terdahulu :
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Jenis Judul Penelitian
1. Akmal Khairi (2010) Jurnal Analisis Pemberdayaan Peran dan
Fungsi Camat
2. Dewi Harthanti (2012) Jurnal Kepemimpinan Perempuan
Dalam Pemerintahan Desa ( Studi
Kasus Pemerintah Desa Terara
Kecamatan Terara Kabupaten
Lombok Timur)
3. Glandy Michael Hanibe
dan Agustinus Pati
(2017)
Jurnal Kepemimpinan Camat Untuk
Menggerakan Masyarakat Dalam
Pembangunan ( Studi di
Kecamatan Tahuna Timur
Kabupaten Sanghie)
4. Gabriel Ribka dan
Johannis Kaawoan
(2017)
Jurnal Implementasi Manajemen
Pemerintah Desa Dalam
Pembangunan di Desa Sea
Kecamatan Pineleg Kabupaten
Minahasa
5. Ismail Rachman (2018) Jurnal Peran Camat Dalam
Meningkatkan Pemberdayaan
Masyarakat ( Suatu Study di
Kecamatan Likupang Timur
Kabupaten Minahasa Utara)
Sumber: Data Primer Diolah Peneliti (2018)
Peneliti pertama mengkaji tentang pemberdayaan peran dan fungsi camat.
Penelitian kedua mengkaji tentang kepemimpinan seorang perempuan dalam
pemerintahan desa. Penelitian ketiga ini yang membedakan adalah dalam
penelitian ini mengkaji tentang kepemimpinan camat yang tidak
mengkhususkan kepada camat perempuan. Penelitian keempat yang
membedakan nya ialah mengkaji implementasi manajemen pemerintah desa
15
dalam pembangunan di desa. Penelitian terakhir mengkaji mengenai peranan
camat dalam meningkatkan pemberdayaan.
Peneliti saat ini mengkaji tentang gaya kepemimpinan camat perempuan
dalam menggerakan partisipasi masyarakat untuk pembangunan fisik desa,
dengan menggunakan teori kepemimpinan perempuan menurut Amanda dan
Setiawan. Gaya kepemimpinan perempuan yakni kepemimpinan maskulin-
feminin dan kepemimpinan transformasional- transaksional, dan melihat
bagaimana partisipasi masyarakat menggunakan teori Basrowi yaitu
partisipasi fisik maupun non fisik.
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro menjadi pilihan peneliti untuk melakukan
penelitian karena kecamatan tersebut belum ada satupun pembangunan fisik
yang terealisasikan. Informasi tersebut menjadi alasan peneliti dapat melihat
bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan camat untuk mennggerakan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Dengan mengambil judul
“Gaya Kepemimpinan Camat Perempuan Dalam Menggerakan Partisipasi
Masyarakat Untuk Pembangunan Fisik Desa (Studi Pada Kecamatan Metro
Pusat Kota Metro)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah bagaimana gaya kepemimpinan camat perempuan dalam
menggerakan partisipasi masyarakat untuk pembangunan fisik di Kecamatan
Metro Pusat Kota Metro?
16
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
ialah ingin mengetahui gaya kepemimpinan camat perempuan dalam
menggerakan partisipasi masyarakat untuk pembangunan fisik di Kecamatan
Metro Pusat Kota Metro.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak. Baik secara
teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan teori khususnya teori yang berhubungan dengan ilmu
pemerintahan tentang gaya kepemimpinan camat perempuan untuk
menggerkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan fisik desa.
2. Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberikan alternatif informasi, bahan referensi, serta sebagai sumber
informasi awal bagi peneliti-peneliti yang tertarik pada gaya
kepemimpinan.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang yang menggunakan kemampuannya,
sikapnya, nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang mampu
menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Kartini Kartono (1994 . 33)
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Seorang pemimpin harus mempunyai kreativitas yang tinggi, untuk
memimpin bawahannya. Berikut ini adalah perilaku pemimpin yang
efektif yaitu:
- Memelihara sikap baik.
- Menciptakan disiplin kerja.
- Memberikan perintah yang jelas, tegas, lengkap dan pantas.
- Memberikan teguran untuk perbaikan tugas.
- Menerima saran dari bawahan.
18
- Memberikan pujian dan penghargaan pada bawahan.
- Memperkuat rasa persatuan.
- Mengenalkan anggota baru jika ada.
2. Pengertian Kepemimpinan
Banyak konsep tentang definisi kepemimpinan dari ahli administrasi dan
manajemen. Konsep kepemimpinan diantaranya yaitu :
Menurut Terry dalam Utomo (2008:12) kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar supaya bekerja
dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Abdulrahman Arifin dalam Moenir (1988:232)
kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk
menggerakkan orang-orang mengikuti pemimpin.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka Kepemimpinan adalah suatu
individu yang dapat mempengaruhi kelompok atau masyarakat dalam
memperoleh dukungan dari masyarakat dalam tujuan pembangunan fisik
desa. Kepemimpinan camat dalam mengarahkan, mempengaruhi dan
mengawasi perangkat desa serta masyarakat dalam pembangunan fisik
desa.
Menurut Kartini, Kartono (2011, 55) pemimpin ialah seorang yang
membimbing memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya,
dan penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. Pengertian
kepemimpinan merupakan suatu deskripsi tentang kegiatan seseorang
yang dinilai sebagai pemimpin, dan terdapat aspek-aspek sebagai berikut:
19
a. Posisi sebagai pusat;
b. Peranannya sebagai pemberi arah;
c. Sebagai penggerak atau stimulator dari aktivitas atau kegiatan.
Pengertian kepemimpinan lebih dititik beratkan pada segi fungsi dari
pada segi struktur.
3. Kepemimpinan Perempuan
Kata kunci kepemimpinan terletak pada tugas seseorang untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Bukan semata-mata kekuasaan yang
kebanyakan berujung pada kemudahan fasilitas dan kemudahan
mengakses kebijakan secara cepat dan mudah, oleh karena itu
kepemimpinan bukan saja tugas kaum laki-laki, akan tetapi juga kaum
perempuan.
Perempuan juga mempunyai tanggung jawab kepemimpinan pada level
mana pun. Setiap orang dapat menjadi pemimpin pada level apa pun, baik
sebagai pemimpin pemerintahan, lembaga, maupun masyarakat. Bahkan,
juga dapat menjadi pemimpin perang sekalipun, tanpa memandang jenis
kelamin laki-laki atau perempuan (Mubin, 2008: 65-66).
Beberapa isu yang ada terkait dalam pembahasan mengenai kepemimpinan
perempuan, antara lain mengenai kesetaraan gender dan jenis kelamin.
Didalam isu-isu tersebut muncullah permasalahan-permasalahan yang saat
ini dihadapi oleh perempuan ketika bersinggungan dengan peran sebagai
pemimpin yang selama ini diidentikkan dengan “dunia” laki-laki.
20
Kurangnya jumlah perempuan dalam peran pemimpin telah menyebabkan
banyak orang berasumsi bahwa ada perbedaan signifikan dalam
kemampuan atau gaya memimpin antara laki-laki dan perempuan.
Peran domestik perempuan yang sifatnya kodrati seperti hamil,
melahirkan, menyusui, dan lain-lain, memang tidak mungkin digantikan
oleh laki-laki, akan tetapi dalam peran publik, perempuan sebagai anggota
masyarakat dan atau sebagai warga negara, mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapat, berpolitik, dan melakukan peran sosialnya yang
lebih tegas dan transparan. Menurut Islam diperbolehkan melakukan
peran-peran tersebut dengan konsekuensi bahwa ia dapat dipandang
mampu dan memiliki kapasitas untuk menduduki peran-peran itu. Dalam
peran publik, perempuan memiliki berbagai aktivitas yang bersifat peran
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya (Suhandjati, 2010: 3).
4. Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin mempunyai cara atau gaya dalam memimpin
organisasinya. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Secara relatif ada tiga macam gaya
kepemimipinan yang berbeda, yaitu otokrasi, demokratis, atau partisipatif,
dan laissez-faire, yang semuanya pasti mempunyai kelemahan-kelemahan
dan keunggulannya. Perbedaan gaya kepemimpinan dalam organisasi akan
mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi individu dan
perilaku kelompok.
21
Menurut Amanda dan Setiawan (2014:2) ada 2 (dua) gaya kepemimpianan
perempuan yakni, kepemimpinan maskulin-feminim dan kepemimpinan
transformasional-transaksional.
a. Gaya Kepemimpinan Maskulin
Kepemimpinan maskulin bernuansa power over yang memiliki arti
gaya kepemimpinannya menonjolkan kekuasaan untuk memimpin
para bawahannya. Gaya kepemimpinan maskulin memiliki dua
dimensi yaitu :
1. Assertive
Assertive artinya ketegasan artinya kualitas yang menjadi yakin
pada diri sendiri dan percaya diri tanpa menjadi agresif. Dorland
Medical Dictionary mendefinisikan ketegasan sebagai suatu bentuk
perilaku yang ditandai dengan deklarasi percaya diri atau
penegasan dari pernyataan tanpa perlu bukti, ini menegaskan hak
atau sudut pandang orang tersebut tanpa tindakan agresif yang
mengancap hak orang lain atau secara patuh mengijinkan orang
lain untuk mengabaikan atau menolak hak seseorang atau sudut
pandang orang lain.
2. Task oriented
Pemimpin yang berorientasi pada tugas akan lebih fokus untuk
mencari langkah-langkah dalam mencapai tujuan tertentu. Kurang
memberi perhatian terhadap karyawan atau bawahannya, karena
penyelesaian tugas secara optimal adalah yang utama.
22
b. Gaya Kepemimpinan Feminim
Kepemimpinan feminim merupakan satu bentuk kepemimpinan aktif,
gaya kepemimpinan feminim dapat menjadi salah satu alternatif untuk
solusi perubahan. Gaya kepemimpinan ini menonjolkan sifat yang
penuh kelembutan, cinta kasih, perdamaian dan anti kekerasan.
Kepemimpinan semacam ini merupakan satu dari sebuah proses yaitu
pemimpin adalah pengurus bagi orang lain, penanggung jawab
aktivitas (steward) atau pembawa pengalaman (carrier ofexperience).
Gaya kepemimpinan ini mempunyai ciri-ciri koperatif, kolaborasi
dengan manajer dan bawahan, kontrol rendah bagi pemimpin dan
mengatasi masalah berdasar intuisi dan empati. Gaya kepemimpinan
feminim ini memiliki tiga dimensi yaitu:
1. Charismatic atau Value based
Pemimpin perempuan mungkin menunjukanatribut kepemimpinan
transformasional. Pemimpin yang memiliki pandangan kedepan
(Plans ahead) serta pemimpin yang percaya diri, antusias, dan
motivasional.
2. Team oriented
Pemimpin perempuan bertindak lebih demokratis dan kolaboratif
dari pada pemimpin laki-laki.
3. Self-Protective
Pemimpin perempuan memiliki lebih banyak orientasi berdasarkan
hubungan dan tingkat keegoisan yang rendah dalam organisasi.
23
Terdapat ciri-ciri dari kepemimpinan feminim dan maskulin,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Ciri-ciri Feminim dan Maskulin
Feminim Maskulin
Sangat Agresif Tidak Agresif
Tidak Tergantung Tergantung
Tidak Emosional Emosional
Sangat Objektif Sangat Subjektif
Tidak Mudah Terpengaruh Mudah Terpengaruh
Sumber: Jurnal TAPIs Vol.11 No.2 Juli-Desember 2015
c. Kepemimpinan Transformasional
Konsep ini dikembangkan pertama kali oleh James Mc Gregor Burns
di tahun 1979 dan disempurnakan oleh Bernard M. Bassdan Bruce J.
Avolio pada tahun 1985 Kepemimpinan transformasional sebagai
pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan
dengan cara-cara tertentu. Penerapan kepemimpinan transformasional
bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan tanggap kepada
pimpinannya.
Bass dalam Gibson mendefinisikan kepemimpinan transformasional
sebagai suatu kemampuan untuk memberikan inspirasi dan memotivasi
para pengikut atau bawahannya untuk mencapai hasil-hasil yang lebih
daripada yang direncanakan secara orisinil dan untuk mendapat
imbalan internal.
Burns (1978) dalam Desianty (2005) juga mengadakan penelitian
deskriptif mengenal pemimpin-pemimpin politik. Hasilnya adalah
24
gaya kepemimpinan trasformasional sebagai sebuah konsep yaitu para
pemimpin dan pengikut saling meningkatkan diri ke tingkat moralitas
dan motivasi yang lebih tinggi. Komponen dari gaya kepemimpinan ini
adalah empat dimensi kepemimpinan yang dijelaskan oleh Bass dan
Avolio yaitu :idealized influence (kharisma), inspirational motivation
(motivasi inspiratif), intellectual stimulation (stimulasi intelektual),
dan individualconsideration (konsiderasi yang bersifat individual).
d. Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan kedua menurut Burns adalah gaya transaksional,
yaitu sebagai kepemimpinan dipandang sebagai sebuah pertukaran
antara imbalan dan kepatuhan. Perbedaan diantara keduanya adalah,
pada gaya transformasional pengikut mematuhi pemimpin karena
pemimpin dianggap sebagai wujud dari visi dan nilai-nilai yang
memotivasi pengikut untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai
tujuan kelompok, pengikut mengagumi dan mempercayai pemimpin,
sedangkan pada gaya kepemimpinan transaksional, seorang pemimpin
dipatuhi karena imbalan-imbalan yang diberikannya (Bass dan Avolio
1994).
Gaya kepemimpinan lain yang diutarakan oleh Wahjosumidjo (1984)
adalah gaya kepemimpinan direktif yaitu seorang pemimpin hanya
memberikan perintah kepada bawahannya yang mengakibatkan
hubungan yang rendah antara pemimpin dan bawahan, gaya
kepemimpinan konsultatif yaitu pengambilan keputusan oleh
25
pemimpin setelah mendengarkan masukan dari bawahannya, gaya
kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin dan bawahannya sama-
sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan ada hubungan yang
terjalin dengan baik antara pimpinan dan bawahan, kemudian gaya
kepemimpinan yang terakhir adalah gaya kepemimpinan delegatif
yaitu pemimpin hanya mendiskusikan permasalahan yang dialami dan
menyerahkan pengambilan keputusan kepada bawahannya
(Wahjosumidjo 1984 dikutip Randhita 2009).
5. Teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara berasama selalu membutuhkan kepemimpinan,
untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana
dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Teori
kepemimpinan merupakan suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-
konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (
Kartono, 1994:27).
Beberapa teori kepemimpinan menurut Miftah Thoha (2014: 284-296):
yaitu :
a. Teori Sifat Kepemimpinan
Teori ini sering disebut juga “great man”, lebih lanjut menyatakan
bahwa seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak ciri-ciri atau sifat-
sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin, atau dengan kata lain,
26
individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang
memungkinkan dia dapat menjadi seorang pemimpin.
Keith Davis yang dikutip oleh Miftah Thoha, (2014:290)
mengiktisarkan ada 4 (empat) ciri utama yang mempunyai pengaruh
terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi :
1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan hubungan social
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
4. Sikap-sikap hubunga kemanusiaan
b. Teori kelompok
Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok
harus ada pertukaran yang positif antara pimpinan dan bawahannya.
Kepemimpinan itu merupakan suatu proses pertukaran (exchange
process) antara pemimpin dan pengikutnya, yang juga melibatkan
konsep sosiologi tentang peranan yang diharapkan kedua belah pihak.
c. Teori Situasional (contingency)
Setelah baik pendekatan sifat maupun kelompok terbukti tidak
memadai untuk mengungkapkan teori kepemimpinan menyeluruh,
perhatian dialihkan pada aspek-aspek situasional kepemimpinan, Fred
Fieder telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi
efektifitas kepemimpinan, yang dikenal sebagai Contingency model of
leadership effectiveness. Model ini menjelaskan hubungan antara gaya
kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan atau menyenangkan.
27
Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh Fiedler yang dikutip oleh
Miftah Thoha, (2014:298) dalam tiga dimensi empiri, yaitu :
a. Hubungan pimpinan anggota
b. Tingkat dalam stuktur tugas
c. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapat melalui wewenang
formal
Situasi-situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi
di atas adalah berderajat tinggi, apabila setuasi terjadi sebaliknya maka
akan sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin. Atas dasar
penemuannya, Fiedler berkeyakinan bahwa situasi-situasi
menguntungkan yang dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan
akan menetukan efektivitas pelaksanaan kerja kelompok.
Penemuan Fiedler menunjukan bahwa dalam situasi yang sangat
menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan, tipe pemimpin
yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan (task-directed atau
“hardnosed”) adalah secara efektif, tetapi jika situasi yang sangat
menguntungkan atau tidak menguntungkan hanya moderat (terletak
pada range tengah), tipe pemimpin hubungan manusiawi atau yang
toleran dan lunak (“lenient”) akan sangat efektif.
d. Teori Jalan kecil-Tujuan (Path-Goal theory)
Telah diakui secara luas bahwa teori kepemimpinan dikembangkan
dan mempergunakan kerangka dasar teori motivasi. Ini merupakan
pengembangan yang wajar, sebab kepemimpinan itu erat hubungannya
28
dengan motivasi disatu pihak dan dengan kekuasaan dipihak lain.
Teori Path-Goal yang dikutip oleh Miftah Thoha, (2014:302) ini
menganalisa pengaruh (dampak) kepemimpinan (terutama prilaku
pemimpin) terhadap motivasi bawahan kepuasan dan pelaksanaan
kerja. Teori ini memasukan 4 (empat) tipe atau gaya pokok prilaku
kepemimpinan yaitu :
1. Kepemimpinan Direktif (Directive Leadership) Bawahan tahu jelas
apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus di
berikan oleh pemimpin, disini tidak ada partisipasi oleh bawahan
(pemimpin yang otokratis).
2. Kepemimpinan yang mendukung (Supportive Leadership)
Kepemimpinan yang selalu menjelaskan, sebagai teman, mudah
didekati dan dan menunjukan diri sebagai orang yang sejati bagi
bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengaruh yang
sangat positif pada kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas-
tugas yang penuh tekanan, frustasi dan tidak memuaskan.
3. Kepemimpinan Partisipatif (Participative Leadership)
Kepemimpinan mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan
yang menarik bagi bawahan dan merangsang bawahan untuk
mencapai tujuan tersebut serta melaksanakannya dengan baik.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi
Kepemimpinan menetapkan serangkaian tujuan yang menantang
para bawahannya untuk berprestasi, demikian pula pemimpin
29
memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu
melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
Gaya-gaya kepemimpinan ini dapat digunakan oleh pemimpin yang sama
dalam berbagai situasi yang berbeda, baik model Fiedler maupun teori
Path-Goal memasukan tiga variabel penting dalam kepemimpinan, yaitu
pemimpin, kelompok dan situasi. Berdasarkan uraian tersebut maka
pengertian pemimpin menurut peneliti adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya sehingga dapat
terjalin kerjasama sesuai dengan tanggung jawab yang telah di emban
masing-masing, sedangkan pengertian kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam bekerja, yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan perempuan seringkali diremehkan karena pemimpin saat
ini lebih banyak di dominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, padahal seorang perempuan juga memiliki kualitas dan hak
yang setara untuk memimpin. Sesuai dengan pengertian pemimpin dan
kepemimpinan maka gaya kepemimpinan dan perilaku memimpin camat
perempuan di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro yang dapat
menggerakan pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan fisik desa.
30
B. Konsep Camat dan Kecamatan
1. Pengertian Camat
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah menyatakan bahwa camat adalah kepala kecamatan, artinya camat
merupakan penyelenggara pemerintah di tingkat kecamatan yang
menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintah dari bupati atau
walikota yang bersangkutan. Seorang camat memiliki kewenangan
atributif dan delegatif, dalam kaitan kewenangan delegatif, camat
menerima sebagian kewenangan dari bupati atau walikota. Identifikasi
pelayanan, termasuk penentuan pilihan siapa yang akan menyediakan
pelayanan, apakah kantor kecamatan sendiri (public sector), pihak swasta
atau kemitraan dengan swasta.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa camat berkedudukan sebagai
kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak memiliki daerah dalam arti
daerah kewenangan), karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di
wilayah kecamatan, khususnya tugas-tugas atributif dalam bidang
koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah di wilayah
kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan
peraturan perundang-undangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan
desa dan kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang
belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa atau kelurahan dan instansi
pemerintah lainnya di wilayah kecamatan.
31
Kedudukan camat berbeda dengan kepala instansi pemerintahan lainnya di
kecamatan, karena penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya di
kecamatan harus berada dalam koordinasi camat. Seorang camat memiliki
hak untuk mengatur dan memerintahkan para anggota masyarakat untuk
mencapai tujuan bersama. Seorang camat memiliki hak untuk mengurusi
warganya agar tertata dengan baik dan menjadi daerah yang senantiasa
tetap aman, berguna sekali untuk menjaga tatanan warganya dan
memungkinkan lebih terorganisirnya kegiatan kegiatan yang berlangsung
dalam masyarakatnya. Seorang camat memiliki hak untuk mengatur dan
untuk mengorganisir kelancaran dan proses pembagian agar berjalan
dengan baik, lancar dan sebagaimana mestinya.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa camat sebagai perangkat daerah
yang mempunyai kekhususan di bandingkan dengan perangkat daerah
lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung
pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu
kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya, menciptakan
stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi dan budaya, mengupayakan
terwujudnya ketenteraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan
kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun
integritas kesatuan wilayah.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa camat
adalah pimpinan dari tim kerja perangkat wilayah kecamatan yang
bertanggung jawab dilingkungan kerjanya. Peran camat dalam
32
penyelenggaraan pemerintahan lebih sebagai pemberi makna
pemerintahan di wilayah kecamatan dan sebagai perpanjangan tangan dari
bupati/walikota di wilayah kerjanya.
2. Pengertian Kecamatan
Penyelenggaraan pemerintahan kecamatan memerlukan adanya seorang
pemimpin yang selalu mampu untuk menggerakkan bawahannya agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara
berdayaguna dan berhasil guna. Keberhasilan pembangunan akan terlihat
dari tingginya produktivitas, penduduk makmur dan sejahtera secara
merata (Budiman, 1995:4).
Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang berhadapan
langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa atau
kelurahan. Kecamatan juga merupakan sebuah organisasi yang hidup dan
melayani kehidupan masyarakat.
3. Tugas dan Fungsi Camat
Tugas dan fungsi camat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
pasal Pasal 225 ayat (1) Tentang pemerintahan daerah, camat memiliki
tugas sebagai berikut:
a. Menyelenggaraan urusan pemerintahan umum;
b. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
33
c. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
d. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan Perkada;
e. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan
umum;
f. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di Kecamatan;
g. Membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Desa dan/atau
kelurahan;
h. Melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah kabupaten/kota yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja
Perangkat Daerah kabupaten/kota yang ada di Kecamatan; dan
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan fungsinya menurut Undang-Undang Nomor 23 Pasal 226
tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan:
- Ayat (1) Camat mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan
bupati/wali kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten atau kota.
- Ayat (2) Pelimpahan kewenangan bupati/wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemetaan pelayanan
publik yang sesuai dengan karakteristik Kecamatan atau kebutuhan
masyarakat pada Kecamatan yang bersangkutan.
34
- Ayat (3) Pelimpahan kewenangan bupati atau wali kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan bupati/wali kota
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa camat merupakan
pimpinan dari tim kerja perangkat wilayah kecamatan yang bertanggung jawab
dilingkungan kerjanya dan camat mempunyai tugas dan fungsi dalam
melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati
atau Walikota sesuai karakteristik wilayah, kebutuhan.
C. Konsep Partisipasi Masyarakat
Suryono (2001: 124) partisipasi merupakan ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan
pembangunan dan ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan.
Menurut Davis dan Newstrom dalam Remiswal (2013: 29)
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka memberikan
kontribusi pada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab
untuk mencapainya. Partisipasi merupakan kebersamaan atau
saling memberikan sumbangan untuk kepentingan dan masalah-
masalah bersama yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian
individu warga masyarakat itu sendiri.
Secara umum dan secara praktis pegertian partisipasi dapat diartikan turut
serta ataupun mengambil bagian, jadi partisipasi adalah ikut serta mengambil
bagian dalam suatu pekerjaan. Sastropoetro dalam Remiswal (2013: 35)
berpendapat bahwa partisipasi harus memiliki sifat berikut:
35
a. Partisipasi itu harus bersifat sukarela,
b. Partisipasi itu harus bersifat objektif terhadap issu atau masalah
yangdiangkat,
c. Partisipasi harus dibarengi dengan informasi yang jelas dan
lengkaptentang program,
d. Partisipasi harus menumbuhkan kepercayaan terhadap sendiri,dewasa,
penuh arti dan berkesinambungan serta aktif.
Menurut Basrowi dalam Dwiningrum (2013:37), partisipasi masyarakat dilihat
dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi secara fisik dan
partisipasi secara non fisik, sebagai berikut:
a. Partisipasi Non-Fisik
Bentuk partisipasi secara non fisik adalah bentuk partisipasi yang
dilakukan secara tidak tampak seperti ide, gagasan, pendapat atau buah
pikir, seperti dalam perecanaan program, evaluasi program, pegambilan
keputusan dan lain sebagainya.
b. Partisipasi Fisik
Bentuk partisipasi secara fisik merupakan bentuk partisipasi yang
dilakukan secara nyata dan dapat dilihat atau dirasakan, baik berupa
tenaga, keterampilan, uang, harta benda dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tentang partisipasi masyarakat di atas peneliti
menyimpulkan bahwa partisipasi masyakat adalah kesediaan atau kesiapan
seseorang baik jiwa maupun raganya dalam suatu hal, yang dinilai bermanfaat
untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya.
36
D. Konsep Pembangunan Fisik Desa
1. Pengertian Pembangunan Desa
Pembangunan sebagaimana di kemukakan Hariyono (2010:21) adalah:
“pembangunan adalah suatu proses perubahan yang di rencanakan untuk
mencapai tujuan yang lebih baik bagi masyarakat, dan dilakukan dengan
norma-norma atau nilai-nilai tertentu”. Sedangkan menurut Todaro
(2000:20) pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar
akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan
serta pengentasan kemiskinan.
Menurut Ndraha (1987:16), ada lima implikasi utama definisi
pembangunan, yaitu :
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia,
baik individu maupun kelompok (capacity)
2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan
kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity)
3. Pembangunan menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk
membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada
padanya. Kenyataan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang
sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan
(empowerment)
37
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun
secara mandiri (sustainability)
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu
dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling
menguntungkan dan saling menghormati (interdependence)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014, tentang Pedoman
Pembanguna Desa, disebutkan bahwa Perencanaan pembangunan desa
adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
Menurut Taliziduhu (1987 : 54) Pembangunan desa sebagai suatu proses
dengan upaya masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan
wewenang pemerintah untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan
kebudayaan masyarakat dankemukinan mereka diberi sumbangan penuh
kepada kemajuan nasional. Pembangunan desa mencakup bidang
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun; dan
38
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa. Sedangkan menurut
Adisasmita (2006:3-20), Pembangunan pedesaan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional, merupakan usaha peningkatan
kualitas sumberdaya manusia pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan
yang di lakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada potensi dan
kemampuan pedesaan. Pembangunan pedesaan dihadapi banyak sekali
hambatan di antaranya yang paling mendesak yaitu :
a. Memperkecil kesenjangan (ketimpangan) antara desa dan kota, dan
antara pelaku pembangunan
b. Merubah pola pembangunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik
dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik, dan partisipatif
c. Meningktakan kemampuan sumberdaya manusia aparat dan
masyarakat untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan
pedesaan
d. Meningktakan pembangunan prasarana fisik dan penyebarannya yang
mampu menjangkau ke berbagai pelosok.
39
Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip :
1. Transparansi (terbuka)
2. Partisipatif
3. Dapat dinikmati masyarakat
4. Dapat di pertanggung jawabkan (akuntabilitas)
5. Dan berkelanjutan (sustainable)
Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
(holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan
pemanfaatan sumber daya pembangunan secara serasi selaras dan sinergis
sehingga tercapai optimalitas. Berdasarkan pengertian tersebut maka
menurut peneliti pembangunan desa adalah suatu proses perubahan yang
ditujukan kepada masyarakat desa untuk menciptakan masyarakat yang
sejahtera dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan
masyarakat desa itu sendiri.
2. Pengertian Pembangunan Fisik
Pembangunan secara fisik meliputi pembangunan jalan raya,
pembangunan jembatan, pembangunan gedung, pembangunan pasar, dan
lain sebagainya. Pembangunan fisik dilakukan agar masyarakat dapat
menggunakan sarana infrastruktur yang ada untuk menujang aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pembangunan jembatan di setiap daerah untuk
menghubungkann dua daerah yang dilintasi oleh subuah sungai perlu
40
dilakukan agar masyarakat bisa menjalin hubungan dengan daerah lain,
sehinggga aksesibilitas masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Menurut B.S Muljana (2001:3) pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah umumnya yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu
bangunan fisik ataupun lembaga yang mempunyai kegiatan lain dibidang
ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan. Sumber daya
alam yang terdapat di masing-masing desa. Sebuah desa yang mempunyai
kekayaan sumber daya alam yang banyak dari pada desa-desa lainnya,
sehingga untuk mengembangkan atau dalam proses pembangunan
desa akan jauh lebih baik dari pada desa yang sedikit mempunyai sumber
daya alam,atau tidak ada sama sekali.
Fisik dalam istilah pembangunan meliputi sarana dan juga prasarana
pemerintahan seperti yang ada di Kecamatan Metro Pusat terdapat
beberapa pembangunan fisik anatara lain:
1. Jalan
2. Drainase
3. Cor Blok
4. Gorong-Gorong
5. Talud
Kondisi fisik tersebut dapat berupa letak geografis desa. Kecepatan proses
pembangunan dan perkembangan suatu kelurahan juga sangat ditentukan
oleh intensitas hubungannya dengan dunia luar, mobilitas manusia dan
budaya akan mempercepat perkembangan dari desa itu sendiri.
41
E. Kerangka Berfikir
Kecamatan merupakan salah satu bentuk organisasi pemerintahan yang
bertugas untuk memberikan perhatian terhadap pembangunan yang ada desa
seperti pembangunan fisik. Membangun desa merupakan hal yang dibutuhkan
oleh masyarakat desa, aspek penting dalam membangun desa yang
keberhasilannya mutlak harus didukung oleh semua masyarakat agar desa
yang berada diplosok desa akan terlihat sama dengan yang berada diplosok
kota.
Menganut pada norma dan budaya tradisional yang ada di Indonesia,
pemimpin merupakan jabatan untuk seorang laki-laki. Laki-laki sudah
menjadi simbol kepemimpinan sejak jaman dahulu dan perempuan selalu
identik dengan kelembutan atau kelemahan, tak jarang pandangan tentang
gender tersebut sering dijadikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Pendapat bahwa perempuan itu tidak berfikir secara logika, mengandalkan
naluri, menjadikan perempuan jarang ditempatkan diposisi penting.
Kepemimpinan Camat di Metro Pusat Kota Metro menjadi hal yang menarik
karena kepemimpinannya dipimpin oleh seorang camat perempuan. Peneliti
ingin melihat bagaimana kecenderungan gaya kepemimpinan camat di
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro, terdapat dua Gaya Kepemimpinan
perempuan yaitu Gaya Kepemimpinan Feminim-Maskulin dan Gaya
Kepemimpinan Transformasional-Transaksional.
42
Selain ingin mengetahui gaya kepemimpinan apa yang cenderung dipakai oleh
camat di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro peneliti juga ingin mengetahui
bagaimana kepemimpinan tersebut dapat menggerakan partisipasi masyarakat
baik partisipasi non-fisik maupun partisipasi fisik dalam pembangunan fisik,
seperti pembangunan jalan, drainase, talud, gorong-gorong dan cor blok.
Hakekat hubungan antara camat sebagai pemerintah dengan rakyatnya sebagai
yang diperintah mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu hubungan
tersebut merupakan interaksi bersama menuju tujuan apa yang dicita-citakan
bersama. Dengan demikian, pada penelitian ini alur pikir peneliti dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Berfikir
Gaya Kepemimpinan
Menurut Amanda dan
Setiawan:
1. Gaya Kepemimpinan
Feminim - Maskulin
2. Gaya Kepemimpinan
Transformasional -
Transaksional
Partisipasi
Masyarakat
Menurut
Basrowi:
-Partisipasi
Non-Fisik
-Partisipasi
Fisik
Kepemimpinan Perempuan
Pembangunan Fisik di
Kecamatan Metro Pusat:
1. Jalan
2. Drainase
3. Cor Blok
4. Gorong-Gorong
5. Talud
Pelaksanaan Kepemimpinan Camat
43
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mengelola dan
menggambarkan data serta informasi berdasarkan fakta-fakta yang tampak
untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Metode ini tidak terbatas sampai pada
pengumpulan data, tetapi meliputi juga analisis. Penyampaian data dan
informasi digambarkan dalam bentuk tampilan kalimat yang lebih bermakna
dan mudah dipahami.
Menurut Ronny Kountur (dalam Yogi Noviantama, 2017:36), penelitian
deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang
diteliti, adapun tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diselidiki, Nazir (2003:63-64).
Moleong (2009:3) Metodologi penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
44
konteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan metode kualitatif dalam
penelitian ini sangat tepat karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gaya kepemimpinan camat perempuan untuk menggerakan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan fisik desa serta melihat hambatan-hambatan
apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan fisik desa di
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam memandu
dan mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian sangat
dibutuhkan oleh seorang peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya
volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah
penelitian. Fokus penelitian memberikan batas dalam studi dan pengumpulan
data, sehingga peneliti menjadi fokus memahami masalah dalam
penelitiannya.
Adapun batasan penelitian yang menjadi fokus pada penelitian ini seperti
yang dijelaskan dalam kerangka pikir penelitian, yaitu dengan
mendeskripsikan gaya kepemimpinan Camat Kecamatan Metro Pusat Kota
Metro dalam menggerakan partisipasi masyarakat baik partisipasi fisik
maupun non fisik untuk pembangunan fisik, ada 2 (dua) gaya kepemimpianan
45
perempuan yakni, kepemimpinan maskulin-feminim dan kepemimpinan
transformasional-transaksional.
a. Gaya Kepemimpinan Maskulin
Kepemimpinan maskulin bernuansa power over yang memiliki arti gaya
kepemimpinannya menonjolkan kekuasaan untuk memimpin para
bawahannya.
b. Gaya Kepemimpinan Feminim
Kepemimpinan feminim merupakan satu bentuk kepemimpinan aktif,
gaya kepemimpinan feminim bisa menjadi salah satu alternatif untuk
solusi perubahan. Gaya kepemimpinan ini menonjolkan sifat yang penuh
kelembutan, cinta kasih, perdamaian dan anti kekerasan. Kepemimpinan
semacam ini merupakan satu dari sebuah proses dimana pemimpin adalah
pengurus bagi orang lain, penanggung jawab aktivitas (steward) atau
pembawa pengalaman (carrier ofexperience). Gaya kepemimpinan ini
mempunyai ciri-ciri koperatif, kolaborasi dengan manajer dan bawahan,
kontrol rendah bagi pemimpin dan mengatasi masalah berdasar intuisi dan
empati.
c. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yangmempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu.
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahanakan merasa
dipercaya, dihargai, loyal dan tanggap kepada pimpinannya. Bass dalam
Gibson mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai
46
kemampuan sebagai kemampuan untuk memberikan inspirasi dan
memotivasi para pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih dari pada
yang direncanakan secara orisinil dan untuk imbalan internal.
d. Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan transaksional, yaitu sebagai kepemimpinan
dipandang sebagai sebuah pertukaran antara imbalan dan kepatuhan.
Perbedaan diantara keduanya adalah pada gaya transformasional pengikut
mematuhi pemimpin karena pemimpin dianggap sebagai wujud dari visi
dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk meningkatkan kinerja dalam
mencapai tujuan kelompok, mereka mengagumi dan mempercayai
pemimpin mereka sedangkan pada gaya kepemimpinan transaksional,
seorang pemimpin dipatuhi karena imbalan-imbalan yang diberikannya
(Bass dan Avolio 1994 dikutip oleh Desianty 2005).
Bentuk partisipasi secara non fisik adalah bentuk partisipasi yang
dilakukan secara tidak tampak seperti ide, gagasan, pendapat atau buah
pikir, seperti dalam perecanaan program, evaluasi program, pegambilan
keputusan dan lain sebagainya, dan bentuk partisipasi secara fisik
merupakan bentuk partisipasi yang dilakukan secara nyata dan dapat
dilihat atau dirasakan, baik berupa tenaga, keterampilan, uang, harta benda
dan lain sebagainya untuk pembangunan fisik. Pembangunan fisik dalam
penelitian ini antara lain, jalan, drainase, cor blok, gorong-gorong dan
talud.
47
C. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di kelurahan - kelurahan yang ada di
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro dengan berbagai macam pertimbangan
yaitu, melihat kondisi pembangunan fisik yang masih belum terlaksana di
Kecamatan Metro Pusat, faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga
banyak sekali pembangunan yang belum terlaksana.
D. Jenis dan Sumber Data
Peneliti harus mendapatkan data secara langsung dan akurat sesuai dengan
data yang diteliti di lapangan. Peneliti harus mencari data dari sumber utama,
dan bukan dari sumber kedua agar keabsahan data terjamin. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Dalam peneleitian ini, data primer didapatkan melalui wawancara
langsung dengan informan yang ditentukan dari keterkaitan informan
tersebut dengan masalah penelitian. Wawancara yang dibuat peneliti
sebelum melakukan penelitian secara langsung dilapangan.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dengan berdasarkan pada dokumen-dokumen,
catatan-catatan, profil, arsip-arsip resmi, serta literatur lainnya yang
relevan dalam melengkapi data primer penelitian. Data diperoleh peneliti
dengan menggumpulkan berbagai buku-buku atau literatur penunjang,
Undang-Undang Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik
48
Indonesia, serta dokumen-dokumen maupun arsip-arsip yang dimiliki oleh
Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.
E. Informan
Pada penelitian ini informan yang dipilih adalah mereka yang dipandang
cukup untuk memahami pembangunan desa yang ada di Kecamatan Metro
Pusat Kota Metro. Penentuan sumber informan dilakukan secara sengaja
(purposive) sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapaun informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Kecamatan Metro Pusat Kota Metro
a. Nama : Triana Aprisia
Jabatan : Camat
b. Nama : Dwi Susanto
Jabatan : Sekretaris Camat
c. Nama : Sukirno
Jabatan : Kepala Sub Bagian Pembangunan
2. Lurah dibawah koordinasi camat metro dan seksi pembangunan
kelurahan
a. Kelurahan Hadimulyo Barat
b. Kelurahan Hadimulyo Timur
c. Kelurahan Yosomulyo
d. Kelurahan Imopuro
e. Kelurahan Metro
3. Tokoh Masyarakat Kecamatan Metro Pusat Kota Metro
49
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah sebaga berikut:
1. Wawancara
Sofar Silaen dan Widiyono (2013:153) metode interview (wawancara)
adalah alat pengumpulan data yang digunakan dalam komunikasi langsung
yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul
data (interviewer) sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan
oleh informan (interviewee) sebagai pemberi informasi. Singkatnya
wawancara dalam penelitian ini berupa tanya jawab antara peneliti dan
informan mengenai pembangunan desa yang ada di Kecamatan Metro
Pusat Kota Metro. Mengenai hal ini peneliti menggunakan panduan
wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, video, atau karya-karya yang monumental
dari seseorang.Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode
wawancara dan studi kepustakaan dalam penelitian ini.Dokumen di
gunakan untuk mengambil data mengenai pelaksanaan program
pembangunan desa. Dokumen diperoleh dari Kantor KecamatanMetro
Pusat Kota Metro, serta dokumen lainnya berupa Peraturan Desa
Kecamatan Metro Pusat yang terkait, transkrip wawancara, dan foto-foto
dokumentasi.
50
3. Observasi
Sugiyono (2014:145) : observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuisioner, sedangkan menurut Hadi (1986:134)
dalam sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara penelitian
secara langsung oleh peneliti, yang berkunjung dan beraktivitas langsung
di Kantor Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.Observasi sudah mulai
dilakukan sejak tanggal 5 Desember 2018. Selanjutnya, dalam rangka
memperdalam informasi yang dibutuhkan selama penelitian, observasi
dilakukan secara intensif. Melalui observsi, peneliti mencari informasi
lebih banyak dengan melihat dan merasakan sendiri kondosi infrastruktur
jalan dan sistem kerja Aparat Desa di Kecamatan Metro Pusat.
G. Teknik Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Editing data
Editing data adalah kegiatan dalam penelitian yang dilaksanakan dengan
menentuksn kembali daya yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin
validitasnya serta dapat untuk segera dipersiapkan pada proses selanjutnya,
dalam proses ini, peneliti mengolah data hasil wawancara dengan
51
disesuaikan pada pertanyaan-pertanyaan pada fokus pedoman wawancara
dan memilah serta menentukan data-data yang diperlukan untuk
penuliusan. Mengolah kegiatan observasi yaitu peneliti mengumpulkan
data-data yang menarik dari hasil pengamatan sehingga dapat ditampilkan
dengan baik.
2. Interpretasi
Penulis memberikan jabaran dari berbagai data yang telah melewati
editing sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan
dengan memberikan penjelasan berupa kalimat yang bersifat narasi dan
deskriptif. Data yang telah memiliki makna akan dilakukan analisis data.
H. Teknik Analisis Data
Data yang di peroleh dari hasil penelitian akan di analisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini merupakan teknik analisis
yang bertujuan untuk memberikan gambaran (deskriptif) tentang suatu
fenomena sosial. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
dapat dilakukan dalam beberapa tahap.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.
52
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang
dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
3. Verifikasi dan kesimpulan
Verifikasi merupakan kegiatan yang sudah dilakukan peneliti sejak
pengumpulan data, kendati masih bersifat sementara.Pengujian ulang di
lakukan demi mendekati pemaknaan yang lebih terjamin kebenaran dan
validitasnya.
Setelah peneliti yakin bahwa data yang di dapat dari hasil penelitian akurat
dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya, barulah peneliti menarik
sebuah kesimpulan akhir sebagai akhir dari penelitian yang dapat memberikan
gambaran mengenai “Gaya Kepemimpinan Camat Perempuan Untuk
Menggerakan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Desa”.
I. Teknik Validasi atau Keabsahan Data
Teknik kebasahan data merupakan salah satu teknik yang penting dalam
menentukan validitas dan realibilitas data yang diperoleh dalam penelitian ini,
teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Tekhnik triangulasi dipilih dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini
menggunakan beberapa sumber data dari wawancara dan dokumentasi.
53
Penelitian ini triangulasi yang peneliti gunakan ialah triangulasi sumber.
Menurut Sugiyono (2014:274), triangulasi sumber yaitu untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara pengecekan data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber, sebagai contoh untuk menguji kredibilitas data
tentang gaya kepemiminan seseorang, maka pengumpulan data pengujian data
yang telah diperoleh dilakukan kebawah yang dipimpin, keatas data yang
menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
Berdasarkan sumber tersebut, tidak dapat diratakan seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang
sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.
Triangualsi sumber merupakan cara menguji data dan informasi dengan
mencari data dan informan yang sama kepada lain subjek. Data dan informasi
tertentu perlu ditanyakan kepada informan yang berbeda atau dengan bukti
dokumentasi.
54
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kota Metro
Kota Metro adalah salah satu kota di Provinsi Lampung. Berjarak 52 km dari
Kota Bandar Lampung (ibukota provinsi), serta merupakan kota terbesar kedua
di Provinsi Lampung. Kota ini juga merupakan kota yang memiliki tingkat
kemacetan dan kriminalitas paling rendah di Provinsi Lampung.Pada saat
pemerintahan Belanda Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk
desa baru yang diberi nama Trimurjo.
Saat itu Kota Metro merupakan suatu hutan belantara yang bagian dari wilayah
Marga Nuban, kemudian dibuka oleh para kolonisasi pada tahun 1936.
Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah
kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan
melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937
nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang
menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah
dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.
55
Kota Metro terbagi atas 5
kecamatan berdasarkan
Peraturan Daerah Kota
Metro Nomor 25 Tahun
2000 tentang Pemekaran
Kelurahan dan Kecamatan di
Kota Metro, wilayah
administrasi pemerintahan
Gambar 2. Peta Administrasi Kota Metro
Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.
Dibawah ini merupakan luas wilayah kota metro adalah 68,74 km², dengan
pembagian sebagai berikut:
Tabel 7. Luas Wilayah Kota Metro
NO KECAMATAN LUAS
1 Metro Barat 11,28 km²
2 Metro Pusat 11,7 km²
3 Metro Selatan 14,33 km²
4 Metro Timur 11,78 km²
5 Metro Utara 19,64 km²
Sumber : Data Profil Kota Metro 2018
56
Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa Kecataman Metro Utara adalah
wilayah yang paling luas yang berada di Kota Metro dibandingkan dengan
kecamatan yang lainnya.
B. Gambaran Wilayah Geografi dan Demografi
Secara geografis, Kota Metro terletak pada 105°17’-105°19’ BT dan 5°6’-
5°8’LS, dengan atas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan
Lampung Timur.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Topografi Kota Metro berupa daerah dataran aluvial. Ketinggian daerah ini
berkisar antara 25 m sampai dengan 75 m dari permukaan laut, dan dengan
kemiringan 0% sampai dengan 3% (Kota Metro dalam Angka, 2014:xiv).Pada
dataran di daerah sungai terdapat endapan permukaan aluvium (campuran liat
galuh dan pasir) dengan tanah lotosol dan podsolik (Kota Metro dalam Angka,
2014:xiv).
Pada umumnya klimatologi Kota Metro sama dengan klimatologi Provinsi
Lampung, yaitu:
57
a. Arus Angin
Kota Metro terletak di bawah garis katulistiwa 5° LS, beriklim tropis-humid
dengan angin laut yang bertiup dari samudera indonesia dengan arah angin
setiap tahunnya, yaitu:
1. Pada bulan november-maret, angin bertiup dari arah barat ke barat laut.
2. Pada bulan juli-agustus, angin bertiup dari arah timur ke tenggara
dengan kecepatan angin rata-rata 5,83 km/jam.
b. Temperatur
Pada daerah dataran dengan ketinggian 30-60 m memiliki temperatur
minimum 22°C.
c. Kelembapan Udara
rata kelembapan udara sekitar 80%-88% dan akan lebih tinggi jika
padatempat yang lebih tinggi.
C. Gambaran Kecamatan Metro Pusat
Kecamatan Metro Pusat adalah salah satu dari lima Kecamatan yang ada di Kota
Metro. Kecamatan Metro Pusat memiliki Luas 11,7 km2 dan terdiri dari lima (5)
Kelurahan:
1. Kelurahan Metro
2. Kelurahan Imopuro
3. Kelurahan Hadimulyo Timur
58
4. Kelurahan Hadimulyo Barat
5. Kelurahan Yosomulyo
Kecamatan Metro Pusat memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Metro Pusat Kota Metro
Sebelah Selatan : Kecamatan Metro Selatan Kota Metro
Sebelah Barat : Kecamatan Metro Barat Kota Metro
Sebelah Timur : Kecamatan Metro Timur Kota Metro
Orbitasi (jarak dari pusat Pemerintahan) sebagai berikut :
Jarak dari Pusat Kecamatan Pemerintahan Kota : ± 0.2 km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : ± 0.3 km
Jarak dari kota/Ibukota Kabupaten : ±0.3 km
Jarak dari Ibukota Provinsi : ± 50 km
Jumlah penduduk berdasarkan persebaran perkelurahan:
Tabel 8. Jumlah Penduduk berdasarkan Persebaran Kelurahan
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK
1 Kelurahan Metro 17.687 jiwa
2 Kelurahan Imopuro 8.137 jiwa
3 Kelurahan Hadimulyo Timur 8.976 jiwa
4 Kelurahan Hadimulyo Barat 15.344 jiwa
59
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK
5 Kelurahan Yosomulyo 9.785 jiwa
JUMLAH 59.929 jiwa
Sumber: Monografi Kecamatan Metro Pusat 2017
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa Kelurahan Metro merupakan kelurahan
yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Metro Pusat Kota
Metro.
Tipologi Kecamatan:
1. Persawaha
2. Perladangan
3. Perkebunan
4. Peternakan
5. Nelayan
6. Pertambangan/ galian
7. Kerajinan dan industri kecil
8. Industri sedang dan besar
9. Jasa dan perdagangan
60
Visi dan Misi Kecamatan Metro Pusat
Motto : “KAMI SIAP MELAYANI ANDA DENGAN RAMAH, CEPAT, DAN
EFISIEN”
Visi : Terwujudnya peningkatan ksejahteraan dan tertib administrasi pelayanan
umum, kebersihan lingkungan, kemasyarakatan, serta administrasi tata
pemerintahan kelurahan yang baik dalam rangka mendukung pelaksanaan
otonomi daerah.
Misi :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat
2. Mengkoordinasikan kegiatan perberdayaan masyarakat dan meningkatkan
upaya kebersihan lingkungan.
3. Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan program kerja dan kebijakan
teknis baik dibidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
masyarakat.
4. Meningkatkan koordinasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum dengan menerapkan, menegakkan peraturan perundang-undangan
termaksud perda Kota Bandar Lampung.
5. Mengkoordinasikan penyenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat
kecamatan dan melaksanakan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan
kelurahan. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
61
Pada saat ini pemerintahan Kecamatan Metro Pusat dipimpin oleh seorang
Camat Ibu Triani Aprisia yang didampingi oleh Sekretaris camat (yang
menangani sistem administrasi), yaitu Bapak Dwi Susanto Berikut
digambarkan dalam Bagan Struktur Pemerintahan Kecamatan Metro Pusat
beserta pejabat-pejabatnya:
62
Gambar 3. Struktur Organisasi Kecamatan Metro Pusat tahun 2018
Sumber : Monografi Kecamatan Metro Pusat, 2018.
Lampiran : Peraturan Walikota Metro
Nomor 31 tahun 2018
Tanggal 14 Desember 2016
Camat
TRIANI APRISIA, S.STP, M.IP
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKRKETARIS
DWI SUSANTO, SH
KASUBBAG KEUANGAN
YENI TRI MARYUNI
KASUBBAG UMUM&KEPEG
SRI MULYANINGSIH
STAF
TRI APRIYANTI, A.Md
RASNO
STAF
RIESKA PUTRI RIZKI, S.IP
HERIYANSYAHH
KASI PEMERINTAHAN
DAN TRANTIB
I MADE SUBANDA, SE
KASI
PEMBANGUNAN
SUKIRNO
KASI
PEREKONOMIAN
ELIS WINARNI
KASI KESRA
SUPRIHATIN, S.IP
STAFF
HENY KOMALASARI
PURNAMA SETIAWAN
YUNI HANDAYANI
EEN MALAINI
STAFF
ZULKIFLI
STAFF
APRIDA SULISTINA
STAFF
LISA APRIANTI
63
Berdasarkan uraian gambaran umum di atas dapat disimpulkan pertama, meskipun
metro adalah kota yang kecil tetapi Kota Metro memiliki kompleksitas persoalan
sosial masyarakat dan merupakan kota terbesar kedua di Provinsi lampung. Kedua,
wilayah geografi Kota Metro pada dataran di daerah sungai terdapat endapan
permukaan aluvium (campuran liat galuh dan pasir) dengan tanah latosol yaitu tanah
yang memiliki lapisan solum dan yang ketiga, Kecamatan Metro Pusat Kota Metro
memiliki 5 (lima) kelurahan yaitu Kelurahan Metro, Kelurahan Imopuro, Kelurahan
Hadimulyo Timur, Kelurahan Hadimulyo Barat dan Kelurahan Yosomulyo.
90
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti
mengenai Gaya Kepemimpinan Camat Perempuan Dalam Menggerakan
Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Fisik Desa di Kecamatan Metro
Pusat Kota Metro yaitu disimpulkan bahwa :
1. Pembangunan fisik yang ada di Kecamatan Metro Pusat seperti jalan,
drainase, cor blok, gorong-gorong dan talud belum ada yang terealisasikan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini masih kurang.
2. Gaya kepemimpinan Camat menggunakan gaya kepemimpina
transformasional.
B. Saran
1. Camat dan perangkat desa harus lebih mengevaluasi terhadap kebijkan-
kebijakan yang telah dibuat, sehingga otonomi desa dapat dipahami sebagai
wujud dari visi dan semangat masyarakat secara partisipatif dalam
91
pembangunan di desanya, yang diharapkan akan memberikan dampak yang
baik.
2. Kepemimpinan camat harus lebih di tingkatkan dengan cara melakukan
pendekatan dengan berorientasi dan meminta penyampaian saran dari
masyarakat atau menyadarkan masyarakat dengan bersosialisasi bahwa
pembangunan fisik penting bagi kesejahteraan masyarakat agar masyarakat
ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan fisik di desanya.
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Djanaid, Djanalis. 2004. Kepemimpinan Eksekuti.Malang:Teori dan Praktek. Dwiningrum, Siri Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Deddy T. Tikson. 2005, dalam Syamsiah Badruddin, Pengertian Pembangunan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka.
Hadiz, Liza. (2004). Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Kartono, Kartini. 1993. Pemimpindan Kepemimpinan: Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini. 2011. Pemimpin Dan Kepemimpinan’apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mifta, Thoha. 2014. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Moenir. 1988. Kepemimpinan Kerja. Jakarta: Bina Aksara.
Moleong, J, Lexy. 2004 dan 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Muljana. 2001. Perencanaan Pembangunan Nasional, Proses Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional Dengan Fokus Repalita V. Jakarta: UI-Press.
Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Pustaka.
Ndraha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat (mempersiapkan masyarakat tinggalandas), Metode Pembangunan Desa. Jakarta: Bina Aksara.
P, Todaro Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin dan M. Fahrurosi. 2009, Perkembangan Organis Kecamatan dari Masakemasa, Jakarta: Penerbit Fokus Media.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isi Pembangunan Daerah. Jakarta: SUN.
Taliziduhu. 2003. Kybernologi Ilmu Pemerintahan Baru, Jilid I.Jakarta : PT. RinekaCipta. Utomo, Warsito. (2008). Kepemimpinan Profesional. Yogyakarta: Gava Media. Unifah Rosidi 2007, Reformasi AdministrasiSub Nasional suatu analisis reformasi administrasi
Kecamatan di Kota Bogor, Ringkasan Disertasi Universitas Indonesia.
W.J.S. Poerwadarminta. 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia Penerbit Balai Pustaka Nasional.
Jurnal :
Akmal Khairi, 2010, Analisis Pemberdayaan Perandan Fungsi Camat, Jurnal Ilmu Administrasi
dan Organisasi
Bebby Olivianto dan Lala M, 2014, Hubungan Gaya Kepemimpinan Lurah Dengan Kualitas Pelayanan Kelurahan (Studi Di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jurnal IPB Vol. 02, No. 03
Dewi Harthanti, 2012, Kepemimpinan Perempuan Dalam Pemerintahan Desa (Studi Kasus
Pemerintah Desa Terara Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur Periode Tahun
2007-2012), e-journal Hamzanwadi
Glandy Michael Hanibe dan Agustinus Pati, 2017, Kepemimpinan Camat Untuk menggerakan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Suatu studi di Kecamatan Tahuna Timur
Kabupaten Sanghie), JurnalUnsart
Gabriela Ribka Benjamin dan Johannis Kaawoan, 2017, Implementasi Manajemen Pemerintah
Desa Dalam Pembangunan di Desa Sea Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa,
Ejurnal Unsart
Ismail Rachman, 2018, Peranan Camat Dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat(
Suatu Study Di Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara), ejurnal Unsart
Dokumen dan lain-lain:
Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014
https://www.studilmu.com/blogs/details/perbedaan-kepemimpinan-pria-dan-wanita