5
Gejala Klinik Pertusis Gejala penyakit berlangsung 6-8 minggu, walaupun banyak pasien mengalami batuk selama 3 minggu atau kurang. Penyakit biasanya dibagi menjadi tiga stadium: (1) kataral (prodromal, praparoksimal), (2) paroksimal (batuk spasmodik), dan (3) konvalesen. Manifestasi klinik bergantung pada patogen spesifik, usia pasien, dan status imunisasi hospes. Organisme melekat pada sel epitel jalan nafas, mengaktifkan sitokin dan merangsang apoptosis. Aktivitas ini mengakibatkan radang dan nekrosis sel, menyebabkan bronkitis, atelektasis, dan bronkopneumonia. Infiltrat perihilar menghasilkan tepi jantung yang tidak tegas (shaggy) pada reentegenogram dada, khas pertusis. Stadium kataral (1-2 minggu). Terdapat rinorea (jernih sampai mukoid), infeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan, mengi, dan demam ringan. Sayangnya, biasanya diagnosis pertusis tidak dipikirkan selama stadium ini, walaupun pada saat ini organisme berada dalam konsentrasi yang paling besar, karena manifestasinya serupa dengan manifestasi infeksi virus saluran napas atas yang paling nonspesifik. Stadium Paroksimal (2-4 minggu). Episode batuk meningkat keparahan dan frekuensinya. Batuk berkali-kali selama ekspirasi diikuti dengan inspirasi masif mendadak, menghasilkan suara whoop, karena udara diisap secara paksa melawan glottis yang sempit. Suara whoop mungkin tidak ada pada anak usia kurang dari 6 bulan atau dewasa. Petekie wajah dan kemerahan, pelebaran vena, dan sianosis mungkin menonjol selama serangan. Muntah pasca batuk harus menimbulkan kecurigaan pertusis. Episode berulang menyebabkan kelelahan; pasien tampak apatis dan berat badan menurun. Paroksismal dapat menghasilkan cedera otak anoksik; sebaliknya, pertusis dapat menyebabkan ensefalopati. (esensial nelson) Kadang-kadang pada penyakit yang berat tampak pula pendarahan subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan pada waktu serangan batuk. Aktivitas seperti tertawa-tawa dan menangis dapat menimbulkan serangan batuk. Dalam bentuk ringan tidak terdapat whoop, muntah atau batuk spasmodik.

Gejala Klinik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anamnesis, blok 18, kedokteran, ukrida, kardiologi, ilmu jantung, preklinik

Citation preview

Gejala KlinikPertusis

Gejala penyakit berlangsung 6-8 minggu, walaupun banyak pasien mengalami batuk selama 3 minggu atau kurang. Penyakit biasanya dibagi menjadi tiga stadium: (1) kataral (prodromal, praparoksimal), (2) paroksimal (batuk spasmodik), dan (3) konvalesen. Manifestasi klinik bergantung pada patogen spesifik, usia pasien, dan status imunisasi hospes. Organisme melekat pada sel epitel jalan nafas, mengaktifkan sitokin dan merangsang apoptosis. Aktivitas ini mengakibatkan radang dan nekrosis sel, menyebabkan bronkitis, atelektasis, dan bronkopneumonia. Infiltrat perihilar menghasilkan tepi jantung yang tidak tegas (shaggy) pada reentegenogram dada, khas pertusis.Stadium kataral (1-2 minggu). Terdapat rinorea (jernih sampai mukoid), infeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan, mengi, dan demam ringan. Sayangnya, biasanya diagnosis pertusis tidak dipikirkan selama stadium ini, walaupun pada saat ini organisme berada dalam konsentrasi yang paling besar, karena manifestasinya serupa dengan manifestasi infeksi virus saluran napas atas yang paling nonspesifik.Stadium Paroksimal (2-4 minggu). Episode batuk meningkat keparahan dan frekuensinya. Batuk berkali-kali selama ekspirasi diikuti dengan inspirasi masif mendadak, menghasilkan suara whoop, karena udara diisap secara paksa melawan glottis yang sempit. Suara whoop mungkin tidak ada pada anak usia kurang dari 6 bulan atau dewasa. Petekie wajah dan kemerahan, pelebaran vena, dan sianosis mungkin menonjol selama serangan. Muntah pasca batuk harus menimbulkan kecurigaan pertusis. Episode berulang menyebabkan kelelahan; pasien tampak apatis dan berat badan menurun. Paroksismal dapat menghasilkan cedera otak anoksik; sebaliknya, pertusis dapat menyebabkan ensefalopati.

(esensial nelson)

Kadang-kadang pada penyakit yang berat tampak pula pendarahan subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan pada waktu serangan batuk. Aktivitas seperti tertawa-tawa dan menangis dapat menimbulkan serangan batuk. Dalam bentuk ringan tidak terdapat whoop, muntah atau batuk spasmodik.

(IKA 2 UI)

Stadium Konvalesen (1-2 minggu). Frekuensi dan keparahan batuk paroksismal dan muntah berkurang. Selama fase ini, batuk kronik dapat menetap selama beberapa bulan. Kadang, batuk paroksismal berulang yang selanjutnya disertai dengan infeksi saluran napas atas pada bulan berikutnya.

(esensi nelson)

TuberculosisPatogenesis TB sangat kompleks, sehingga manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor. Faktor yang berperan adalah kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Faktor pejamu bergantung usia, dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadinya infeksi. Anak kecil seringkali tidak menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada foto toraks. Manifestasi klinis TB terbagi dua, yaitu manifestasi sistemik dan manifestasi spesifik organ/lokal.Manifestasi sistemik (umum/nonspesifik)

Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Sebagian besar anak dengan TB tidak memperlihatkan gejala dan tanda selama beberapa waktu. Sesuai dengan sifat kuman TB yang lambat membelah, manifestasi klinik TB umumnya berlangsung bertahap dan perlahan, kecuali TB diseminata yang dapat berlangsung dengan cepat dan progresif. Seringkali, orang tua tidak dapat menyebutkan secara pastu kapan berbagai gejala dan tanda klinis tersebut mulai muncul. Tuberculosis yang mengenai organ manapun dapat memberikan gejala dan tanda klinis sistemik yang tidak khas, terkait dengan organ yang terkena. Keluhan ini diduga berkaitan dengan peningkatan tumor necrosis factor (TNF ).

Salah satu gejala sistemik yang sering terjadi adalah demam. Temuan demam pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus. Demam biasanya tidak tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu yang cukup lama. Manifestasi sistemik lain yang sering dijumpai adalah anoreksia, berat badan (BB) tidak naik (turun, tetap, atau naik, tetapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh), dan malaise (letih, lesu, lemah, lelah). Keluhan ini sulit diukur dan mungkin terkait dengan penyakit penyerta.Pada sebagian besar kasus TB paru pada anak, tidak ada manifestasi respiratorik yang menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tetapi pada anak bukan merupakan gejala utama. Pada anak, gejala batuk berulang lebih sering disebabkan oleh asma, sehingga jika menghadapi anak dengan batuk kronik berulang, telusuri dahulu kemungkinan asma. Fokus primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Akan tetapi, gejala batuk kronik padaTB anak dapat timbul bila limfadenitis regional menekan bronkus sehingga merangsang reseptor batuk secara kronik. Selain itu batuk berulang dapat timbul karena anak dengan TB mengalami penurunan imunitas tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi respiratorik akut (IRA) berulang. Gejala batuk kronik berulang disebabkan oleh berbagai penyakit lain, misalnya rinosinusitis, refluks gastroesofageal, pertusis, rinitis kronik, dan lain-lain. Gejala sesak jarang dijumpai, kecuali pada keadaan sakit berat yang berlangsung akut, misalnya pada TB milier, efusi pleura, dan pneumonia TB.Rangkuman dari gejala umum TB anak adalah sebagai berikut:

1. Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain), yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi.

2. Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.

4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).

5. Lesu atau malaise.

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.

Manifestasi Spesifik Organ/lokal

Manifestasi klinis spesifik bergantung pada organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang dan kulit. Pembesaran kelenjar getah bening superfisialis sebagai manifestasi TB sering dijumpai. Tuberkulosis pada SSP yang tersering adalah meningitis TB. Gejala yang umum ditemukan pada TB sistem skletal adalah nyeri, bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan atau keterbatasan gerak. Mekanisme terjadinya TB pada kulit dapat melalui dua cara, yaitu inokulasi langsung (infeksi primer) seperti tuberculosis chancre, dan akibat limfadenitis TB yang pecah menjadi skrofuloderma (TB pascaprimer). Manifestasi TB pada kulit yang sering ditemukan di leher dan wajah adalah bentuk kedua, yaitu skrofuloderma.(IDAI)

Bronkitis Akut

Biasanya dimulai dengan tanda-tanda ISNA atas oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah dua atau tiga hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lendir. Dahak yang mukoid kental sering tidak kelihatan karena tertelan. Dahak mungkin kental dan kuning tetapi ini tidak berarti adanya infeksi bakteri sekunder. Anak mula-mula tidak dapat napas dan kadang-kadang pada anak besar mengeluh rasa sakit retrosternal. Pada beberapa hari pertama tidak ada kelainan pada pemeriksaan dada, tetapi kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara nafas kasar.Batuk biasanya hilang setelah satu atau dua minggu. Bila setelah dua minggu batuk tetap ada mungkin terdapat kolaps paru segmental atau terdapat infeksi paru sekunder.

Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada penderita bronkitis. Mengi ini dapat murni merupakan tanda bronkitis akut tetapi perlu juga diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan seperti ini terjadi berulang. Istilah bronkitis asmatika dan asmatik bronkitis sebaiknya dihindarkan saja.

(IKA 3 UI)

Bronkitis KronikGejala utamanya adalah batuk dengan atau tanpa riak. Anak biasanya mengeluh nyeri dada, dan secara khas tanda-tanda dan gejala-gejala ini menjelek pada malam hari. Mengi juga dapat menonjol, dan tanda-tanda fisik serupa dengan tanda-tanda bronkitis akut. Beberapa penderita batuk mengeluarkan silinder-silinder mukoid besar, padat, dan hipereosinofilik dari jalan nafasnya, menimbulkan istilah bronkitis plastik. Silinder-silinder ini mungkin disertai dengan epitel bronkus metaplastik, elemen-elemen yang bersama dengan sel radang dan bahan nonseluler, dapat ditemukan pada pemeriksaan histologis.

(nelson)

Sebagian besar penderita bronkitis kronik tidak mengakami obstruksi aliran pernapasan, namun 10-15% perokok merupakan golongan yang mengalami penurunan aliran napas. Penderita batuk produktif kronik yang mempunyai aliran napas normal disebut bronkitis kronik simpleks (simplex chronic bronchitis), sedangkan yang disertai dengan penurunan aliran napas yang progresif disebut penderita bronkitis kronik obstruktif.

Pemeriksaan fisik tidak sensitif untuk bronkitis kronik yang ringan sampai sedang, tetapi pada penderita yang mengalami obstruksi napas, gejalanya telah tampak pada saat inspeksi, yang digunakannya otot pernapasan tambahan (accessory respiratory muscle).

(respirologi)