Upload
widyasetyaningtyas
View
401
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Genetika
ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)
Widya Setyaningtyas*, Haniyya, I. Sobari, K.S. Juarna, N. Restiana, Nuruliawati, A. Nurfitriana, R. Arita
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Mei 2012
Abstrak
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) merupakan metode uji imunologi berdasarkan reaksi spesisfik
antara antigen dan amtibodi. ELISA digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen dan antibodi pada suatu sampel.
Prinsip kerja ELISA adalah reaksi spesifik antara antigen dan antibodi dengan menggunakan enzim sebagai penanda
reaksi. Antigen merupakan makromolekul yang dapat menginduksi pembentukan antibodi. Antibodi adalah protein yang
diproduksi oleh sistem imun akibat keberadaan antigen. Pemanfataan ELISA adalah untuk mengidentifikasi keberadaan
antigen dan antibodi, menghitung konsentrasi antigen dan antibodi, serta sebagai alat diagnostik suatu penyakit. Hasil
praktikum adalah didapatkan nilai kuantitatif dan kualitatif dari suatu sampel protein.
Kata kunci: ELISA; antigen; antibodi
1. Pendahuluan
Tujuan dilakukannya praktikum ELISA adalah
untuk memahami prinsip kerja ELISA, mengetahui
konsentrasi antigen atau antibodi dalam sampel. Selain
itu juga untuk menentukan suatu sampel negatif atau
positif mengidap suatu penyakit tertentu berdasarkan
teknik ELISA. Latar belakang dilakukannya praktikum
dengan menggunakan metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) adalah untuk mendeteksi
keberadaan protein (Albala & Smith 2003: 132). ELISA
juga digunakan untuk menentukan keberadaan antigen
dan jumlah antigen dalam suatu sampel (Ausubel dkk.
2003: 1647).
Enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) adalah metode untuk mendeteksi serta
menghitung konsentrasi antibodi atau antigen
sampel secara spesifik (Ravichandra 2010: 337).
Protein pada sampel yang telah dipisahkan
berdasarkan berat molekulnya dengan teknik
*) Kelompok 2A 1
SDS-PAGE, sulit untuk dipastikan jumlah relatif
protein tersebut. Teknik ELISA digunakan
untuk menghitung serta memastikan konsentrasi
dari protein dari suatu sampel (Miller 2006: 43).
Teknik ELISA didasarkan pada reaksi
spesifik antara antigen dengan antibodi yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas tinggi
dengan menggunakan enzim sebagai indikator.
Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi
antara antigen dan antibodi dengan
menggunakan enzim sebagai penanda reaksi
(Yusrini 2005: 16--17). Prinsip kerja ELISA
adalah adanya ikatan antara antigen dan antibodi
kompleks dengan penambahan substrat tertentu
dan enzim peroksida yang akan memberikan
perubahan warna pada hasil yang positif (Azwar
1985: 2).
ELISA memiliki 3 macam tipe yang
terdiri atas direct ELISA, indirect ELISA, dan
sandwich ELISA. Sandwich ELISA dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu direct sandwich
ELISA dan indirect sandwich ELISA (Ausubel
dkk. 2003: 1654). Direct ELISA merupakan
metode ELISA yang paling sederhana. Direct
ELISA digunakan untuk mengukur konsentrasi
antigen pada sampel. Direct ELISA mendeteksi
antigen dengan cara mengikat antigen dengan
antibodi yang telah dilabel dengan enzim.
Reaksi pengikatan tersebut terjadi secara
spesifik (Ausubel dkk. 2003: 1658). Direct
ELISA memerlukan antibodi yang khas untuk
antigen yang dideteksi. Kelemahan utama dari
direct ELISA adalah tidak fleksibel. Enzim yang
digunakan untuk amplifikasi reaksi diikatkan
secara kovalen pada antibodi yang langsung
berikatan dengan antigen (Akin 2006: 125).
Indirect ELISA banyak digunakan untuk mengukur
konsentrasi antibodi. Enzim diikatkan pada antibodi
sekunder yang berikatan dengan antibodi primer.
Antigen dan antibodi sekunder biasanya dibuat konstan
dan yang berubah adalah antibodi primer (Akin 2006:
126). Sandwich ELISA atau ELISA lapis ganda
dicirikan oleh antibodi penangkap antigen yang
diikatkan pada fase padat. Teknik tersebut terdiri dari
dua macam, yaitu direct sandwich ELISA dan indirect
sandwich ELISA. Antibodi penangkap pertama kali
diletakkan ke dalam wells kemudian antigen dari darah
atau urin ditambahkan ke dalam wells sehingga
berikatan dengan antibodi penangkap. Jika ke dalam
wells langsung ditambahkan antibodi detektor yang telah
dilabel enzim maka disebut dengan direct sandwich
ELISA, sedangkan apabila ditambahkan antibodi
detektor yang tanpa dilabel enzim terlebih dahulu
disebut dengan indirect sandwich ELISA (Berg 2002:
1).
Antigen merupakan substansi makromolekul
yang muncul dalam tubuh atau akibat introduksi dari
luar sehingga dapat menginisiasi reaksi imun. Respon
dari reaksi imun terhadap munculnya antigen adalah
memproduksi antibodi dalam jumlah yang efektif untuk
menghilangkan antigen dari tubuh (Ahluwalia 2009:
331). Antibodi adalah suatu protein dapat larut yang
dihasilkan sistem imun sebagai respon terhadap
keberadaan antigen (Sloane 1995: 256). Antigen
merupakan zat yang ada di dalam tubuh dan berasal dari
luar tubuh (sel asing) yang dapat memulai reaksi
kekebalan. Antigen ada pada permukaan sel darah merah
dan sel darah putih yang penting dalam sistem imun
tubuh (Ahluwalia 2009: 331). Antibodi berfungsi
2
mengikat antigen pada organisme penginvasi, dan
mencetuskan proses di mana organisme tersebut
kemudian menjadi tidak aktif atau dihancurkan.
Antibodi memberi tanda pada organisme asing tersebut
sehingga dapat dihancurkan oleh sel fagositik (Marks
dkk. 1996: 89).
Aplikasi dari ELISA salah satunya adalah
clinical laboratory. Uji clinical laboratory umumnya
digunakan untuk mendeteksi protein dari patogen, atau
“marker” yang mengindikasi adanya infeksi atau
penyakit. Aplikasi umum dari ELISA dalam uji infeksi
adalah identifikasi antibodi patogen spesifik dalam
serum (Walker & Rapley 2005: 419). Aplikasi dari
ELISA lainnya yaitu untuk mendeteksi infeksi virus HIV
(Nicholl 2008: 228).
2. Metodologi
Alat yang digunakan dalam praktikum ELISA
antara lain 96 well plate, multichannel pipet, tips, ELISA
reader, dan ELISA washer. Bahan yang digunakan pada
praktikum ELISA adalah washing buffer, blocking
buffer, antigen, 0.2 sampai 10 μg/ml antibodi
penangkap (antibodi monoklonal atau antibodi
poliklonal), 50 μL antibodi detektor yang telah dilabel
dengan enzim phosphatase dan 75 μL substrat
chromogenic. Substrat chromogenic dapat berupa 4-
methylumbelliferyl phosphate (MUP) atau p-nitrophenyl
phosphate (NPP).
Cara kerja pada praktikum ELISA adalah
pertama wells ELISA (96 polystryrene well plate)
dilapisi dengan antibodi penangkap, dan diinkubasi
selama satu malam. Kedua, blocking buffer dimasukkan
ke dalam wells kemudian antigen juga dimasukkan ke
dalam wells tersebut. Ketiga, antibodi detektor yang
telah tertaut enzim HRP (Horse Radish Peroxides)
dimasukkan ke dalam wells. Keempat, yaitu proses
pencucian (washing). Kelima, chromogenic substrate
TMB (3,3’,5,5’ tetramethylbenzidine) dimasukkan,
sehingga substrat teroksidasi menjadi hidrogen
peroksida yang berwarna biru. Keenam, asam H2SO4
ditambahkan ke dalam wells agar reaksi enzimatik
berhenti sehingga berubah warna menjadi kuning.
Ketujuh, optical density (OD) diukur dengan ELISA
reader, sehingga didapatkan konsentrasi antigen atau
antibodi.
3. Hasil dan Pembahasan
Pemberian blocking buffer berfungsi
untuk menjaga pH dan menghindari ikatan
antibodi dengan antigen yang tidak spesifik
(Walker 2002: 1086). Washing buffer adalah
larutan buffer yang berfungsi untuk
menghilangkan antigen dan antibodi yang tidak
berikatan. Larutan yang dapat menjadi washing
buffer antara lain tris-buffered saline (TBS) atau
phosphate buffer saline (PBS). Antibodi
monoklonal atau poliklonal dapat digunakan
sebagai antibodi penangkap pada tipe sandwich
ELISA. Antibodi monoklonal mempunyai
monospesifitas yang memungkinkan hasil
deteksi yang baik dan perbedaaan kuantitas yang
kecil pada konsentrasi antigen. Antibodi
poliklonal digunakan untuk menarik sebanyak
mungkin antigen (Noonan 2012: 1). Inkubasi
dilakukan agar antibodi dan antigen dapat saling
berikatan dengan sempurna. Penambahan asam
H2SO4 bertujuan untuk menghentikan reaksi
3
enzimatis (Ausubel dkk. 2003: 1661). Pemberian
chromogenic substrate TMB akan
menyebabkan substrat terwarnai sehingga
mengekspresikan besarnya nilai OD (Walker
2002: 1087).
Pengamatan hasil ELISA dilakukan
secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil
ELISA secara kuantitatif dapat diamati dari nilai
optical density (OD) yang diukur dengan
menggunakan ELISA reader (Miller 2006: 7).
Hasil kuantitatif adalah data ELISA dapat
diinterpretasikan dalam perbandingan dengan
kurva standar (purifikasi antigen) agar dapat
secara tepat digunakan untuk menghitung
konsentrasi antigen dalam berbagai sampel
(Sylvest 2010: 1). Hasil ELISA secara kualitatif
dapat diamati dengan adanya perubahan warna
menjadi kuning pada reaksi pengujian jika
sampel yang diuji mengandung virus. Semakin
tinggi intensitas warna yang terbentuk, maka
semakin tinggi pula konsentrasi virus pada
sampel tersebut (Miller 2006: 8). Semi-
kuantitatif adalah data ELISA dapat digunakan
untuk membandingkan tingkat relatif dari
antigen di dalam sampel uji karena intensitas
sinyal akan bervariasi secara langsung terhadap
konsentrasi antigen. Data ELISA biasanya
digambarkan dengan nilai optical density (OD)
dan konsentrasi log untuk menghasilkan kurva
sigmodial. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggambar grafik langsung atau dengan
software curve fitting yang biasanya ada pada
ELISA reader (Sylvest 2010: 2).
Persamaan linear dari kurva standar pada
lampiran soal adalah y = 0,0019x + 0,0457.
Nilai sampel rasio didapatkan dari perhitungan
nilai OD sampel dibagi dengan nilai OD cut off
(nilai minimum sampel dikatakan positif) yaitu
sebesar 0.2. Kriteria sampel negatif apabila nilai
sampel rasio ¿ 0.5. Kriteria sampel positif
apabila nilai sampel rasio ≥ 0.5. Sampel rasio
dengan OD value 0,050 adalah 0,25, sehingga
sampel dinyatakan negatif menderita penyakit
demam berdarah. Sampel dengan OD value
0,0487 bernilai 0,2435, sampel dinyatakan
negatif menderita penyakit demam berdarah.
Sampel terakhir memiliki OD value 1,563 yang
bernilai 7,815 dinyatakan positif menderita
demam berdarah.
4. Kesimpulan
Prinsip kerja ELISA didasarkan pada reaksi
antara antigen dan antibodi secara spesifik, dengan
menggunakan enzim sebagai penanda reaksi.
Konsentrasi antigen dalam suatu sampel dapat diketahui
dengan menggunakan kurva standar dan perhitungan
persamaan linear. Untuk menentukan sampel negatif
atau positif menderita suatu penyakit tertentu
berdasarkan teknik ELISA yaitu dengan cara
membandingkan nilai sampel rasio dengan kiteria
masing-masing sampel positif dan negatif. Sampel
dengan rasio yang bernilai kurang dari 0,5 bernilai
negatif, sedangkan sampel yang bernilai positif memiliki
nilai minimal 0,5.
Daftar Pustaka
4
Ahluwalia, K. B. 2009. Genetics. 2nd ed. New Age
International Ltd., New Delhi: xvi + 444 hlm.
Akin, H. M. 2006. Virologi tumbuhan. Kanisius,
Yogyakarta: 191 hlm.
Albala, J. S. & I. H. Smith. 2003. Protein Arrays,
Biochips, and Proteomics: The next phase of
genomic discovery. Marcel dekker, Inc., USA: xiv
+ 407 hlm.
Ausubel, F.M., R. Brent, R.E. Kingston, D.D. Moore,
J.G. Seidman, J.A. Smith & K. Struhl. 2003.
Current Protocols in Molecular Biology. John
Wiley & Sons, Inc., USA: xii + 4384 hlm.
Azwar, I. G. M. 1985. Kemungkinan Penggunaan
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Dalam Diagnosa Serologis Brucellosis: 10 hlm.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/39637/B85igm_abstract.pdf?sequence=2. 19
Mei 2012, pk. 17.04.
Berg, J. M. 2002. Indirect ELISA and Sandwich ELISA:
1 hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK22420/
20 Mei 2012 15.40.
Marks, D. B., A. D. Marks & C. M. Smith. 1996. Basic
medical biochemistry: a clinical approach. Terj.
dari Biokimia kedokteran dasar: sebuah
pendekatan klinis oleh B.U. Pendit. EGC,
Jakarta: ix + 770 hlm.
Miller, D. C. 2006. Mechanism(s) of enhanced vascular
cell response to polymeric biomaterials with
nano-structured surface features. ProQuest
Information and Learning Company, Ann
Arbor: 84 hlm.
Nicholl, D.S.T. 2008. An Introduction to Genetic
Engineering, 3rd ed. Cambridge University Press,
London: xii + 302 hlm.
Noonan, M. 2012. Overview of ELISA: 1 hlm.
http://www.piercenet.com/browse.cfm?
fldID=F88ADEC9-1B43-4585-922E-
836FE09D8403 20 Mei 2012 19.21.
Ravichandra, N. G. 2010. Methods and techniques in
plant nematology. PHI Learning Private
Limited, New Delhi: 616 hlm.
Sloane, E. 1995. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.
Terj. dari Anatomy and physiology: an easy
learner oleh James Veldman. EGC, Jakarta: x +
389 hlm.
Sylvest, L. 2010. An Introduction to ELISA: 1 hlm.
http://www.abdserotec.com/resources/elisa-
technical-resources-and-troubleshooting/an-
introduction-to-elisa.html 19Mei 2012 20.43.
Walker, J. M. & R. Rapley. 2005. Medical biomethods
handbook. Humana Press Inc., New Jersey: 644
hlm.
Walker, J. M. 2002. The protein protocols handbook.
2nd ed. Humana Press Inc., New Jersey: 1146
hlm.
Yusrini, H. 2005. Teknik analisis kandungan aflatoksin
B1 secara elisa pada pakan 20 hlm.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt1
01055.pdf, 19Mei 2012. Pk. 08.15.
Sylvest, L. 2010. An Introduction to ELISA: 1 hlm.
http://www.abdserotec.com/resources/elisa-
technical-resources-and-troubleshooting/an-
introduction-to-elisa.html 20 Mei 2012 pk 20.43.
5
LAMPIRAN
1. Tugas Latihan saat Praktikum ELISA
Tabel data:
Konsentrasi NS1
(pg/ml)OD value
0 0.075
7.8 0.127
15.6 0.173
31.2 0.274
62.5 0.489
125 0.846
250 1.594
500 2.831
1. Kurva standar dan persamaan linearnya
6
0 100 200 300 400 500 6000
0.5
1
1.5
2
2.5
3f(x) = 0.00555343498370069 x + 0.112429644083819R² = 0.997303579710157
Kurva Standar
Series2Linear (Series2)
Konsentrasi NS1
OD
Val
ue
2. Konsentrasi antigen NS1 pada sampel yang diketahui memiliki OD value 0,785
Dik. y = 0,785
y = 0,0056x + 0,1124
0,785 = 0,0056x + 0,1124
0,785 - 0,1124 = 0,0056x
0,6726 = 0,0056x
x = 0,67260,0056 = 120, 107 pg/ml
3. Sample ratio
ODvalue sampel = 0,785
ODvalue cut off = 0,2
Kriteria sampel negatif : sample ratio < 0,5
Kriteria sampel positif : sample ratio ≥ 0,5
Jawab:
Sample ratio = ODvalue sampelODvalue cut off
= 0,7850,2
= 3,925 > 0,5
Sampel dinyatakan positif.
7
2. Tugas Latihan untuk Laporan
Tabel data:
Konsentrasi NS1
(pg/ml)OD value
0 0.067
7.8 0.094
15.6 0.092
31.2 0.100
62.5 0.124
125 0.235
250 0.546
500 1.013
1. Kurva standar dan persamaan linearnya
8
0 100 200 300 400 500 6000
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.00192024216781044 x + 0.0457409681644081R² = 0.991512031026666
Kurva Standar
Series2
Linear (Series2)
Konsentrasi Anti-NS1 (pg/ml)
OD
Val
ue
2. Konsentrasi antigen NS1 pada sampel yang diketahui memiliki ODvalue:
a. 0,050
y = 0,0019x + 0,0457
0,050 = 0,0019x + 0,0457
0,050 - 0,0457 = 0,0019x
0,0043 = 0,0019x
x = 0,00430,0019 = 2,26 pg/ml
b. 0,487
y = 0,0019x + 0,0457
0,487 = 0,0019x + 0,0457
0,487 - 0,0457 = 0,0019x
0,4413 = 0,0019x
x = 0,44130,0019 = 232,26 pg/ml
c. 1,563
y = 0,0019x + 0,0457
1,563 = 0,0019x + 0,0457
1,563 - 0,0457 = 0,0019x
1,5173 = 0,0019x
x = 1,51730,0019 = 798, 57 pg/ml
9
3. Sample ratio
ODvalue cut off = 0,2
Kriteria sampel negatif : sample ratio < 0,5
Kriteria sampel positif : sample ratio ≥ 0,5
a. ODvalue sampel = 0,050
Sample ratio = ODvalue sampelODvalue cut off
= 0,0500,2
= 0,25 < 0,5
Sampel yang dihasilkan bernilai negatif menderita demam berdarah.
b. ODvalue sampel = 0,0487
Sample ratio = ODvalue sampelODvalue cut off
= 0,04870,2
= 0,2435 < 0,5
Sampel yang dihasilkan bernilai negatif menderita demam berdarah.
c. ODvalue sampel = 1,563
Sample ratio = ODvalue sampelODvalue cut off
= 1,5630,2
= 7,815 > 0,5
Sampel yang dihasilkan bernilai positif menderita demam berdarah.
10