geologi reg. sumatra tengah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    1/18

    BAB II

    GEOLOGI REGIONAL

    II.1 GEOLOGI REGIONAL

    II.1.1 Fisiografi Regional

    Daerah penelitian berada pada Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan

    Sumatera Tengah dipercayai merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada periode

    Paleogen (Eosen-Oligosen) daerah ini merupakan seri dari struktur setengah graben

    (half grabben) yang terbentuk akibat proses rifting.

    Selanjutnya, cekungan pada periode Neogen terbentuk akibat posisi tumbukan

    yang menyudut dengan arah N60E antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng

    samudera Hindia di Sumatra selama Miosen. Geometri dari cekungan ini berbentuk

    asimetris dengan bagian terdalamnya berada di baratdaya yang semakin melandai ke

    arah timur laut (Mertosono dan Nayoan, 1974). Produk lain yang dihasilkan oleh

    interaksi kedua lempeng ini adalah berupa busur kepulauan di sepanjang muka pantaibarat daya Sumatra, Cekungan Muka Busur Nias, Busur Vulkanik Barisan, dan Zona

    Sesar Sumatra atau yang lebih dikenal dengan Sesar Semangko.

    Unit fisiografi dengan arah barat laut tenggara ini merupakan fenomena

    pada zaman Neogen. Efek dari gabungan struktur Neogen dan Paleogen

    menghasilkan sejumlah tinggian yang membagi cekungan belakang busur seperti :

    Busur Asahan dengan arah timurlaut (NNE), Tinggian Lampung dan Tinggian

    Tigapuluh yang berarah timur-timurlaut (ENE). Busur dan tinggian ini bergabung

    secara efektif membagi daratan Sumatera menjadi Cekungan Sumatera Utara,

    Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera

    Tengah di sebelah baratdaya dibatasi oleh tinggian Bukit Barisan, di sebelah baratlaut

    oleh Busur Asahan, dan disebelah timurlaut oleh Kraton Sunda (Gambar 2.1).

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    2/18

    Gambar 2.1 Tektonik yang mempengaruhi Cekungan Sumatera Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)

    II.1.2 Struktur dan Tektonik Regional

    Cekungan Sumatra Tengah terbentuk oleh karena adanya penunjaman secara

    miring (oblique subduction) lempeng Samudra Hindia ke bawah lempeng Benua

    Asia. Penunjaman ini mengakibatkan terjadinya gaya tarikan pada Cekungan Sumatra

    Tengah yang merupakan cekungan belakang busur (Eubank dan Makki, 1981). Gaya

    tarikan pada batuan dasar ini menghasilkan beberapa block faultingyang membentuk

    graben, half graben dan horst(Mertosono dan Nayoan, 1981). Selain gaya tarikan,

    pada Cekungan Sumatra Tengah juga terdapat gaya kompresi yang dihasilkan oleh

    suatu sistem sesar geser dekstral sebagai akibat dari oblique subduction di bagian

    barat dan baratdaya Pulau Sumatra. Dextral wrench fault dicirikan oleh adanya

    N

    Lokasi

    penelitian

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    3/18

    kenampakan negative flower structure,positive flower structure, en echelon faultdan

    en echelon foldyang terlihat pada rekaman seismik (Yarmanto dan Aulia, 1988).

    Cekungan Sumatra Tengah didominasi oleh dua pola struktur yang berarah

    utara-selatan (N-S) dan barat laut-tenggara (NW-SE) (Heidrick dan Aulia, 1993).

    Struktur yang berarah utara-selatan (N-S) relatif lebih tua dan terbentuk pada

    Paleogen (Mertosono dan Nayoan, 1974; de Coster, 1975 dalam Heidrick dan Aulia,

    1993). Menurut Eubank dan Makki (1981) kedua pola struktur tersebut aktif selama

    Tersier.

    Proses tektonik merupakan faktor pengontrol utama proses pengendapan di

    cekungan bila di bandingkan dengan faktor lainnya. Heidrick dan Aulia (1993)

    membagi perkembangan tektonik pada Cekungan Sumatra Tengah menjadi empat

    episode berdasarkan terminologi tektonik poli fasa yang dapat dibedakan dengan jelas

    yaitu F0, F1, F2 dan F3 seperti terlihat pada gambar 2.2.

    Periode Deformasi F0 Pembentukan Batuan Dasar ( Pra-Tersier )

    Deformasi F0 terjadi pada pra-Tersier yang menghasilkan struktur-strukturberarah N60oW10o yang dikontrol oleh geometri dan batasbatas mandala-mandala

    geologi yang menyusun batuan dasar (Pulunggono dan Cameron, 1984). Mandala-

    mandala geologi tersebut mengalami akresi pada Trias Akhir (Pulunggono dan

    Cameron, 1984). Arah struktur yang berkembang pada F0 dicerminkan oleh sumbu

    tinggian dan rendahan zona sesar.

    Periode Deformasi F1 ( Fase I ntra-cratonic Riftingdan Rift Infil l45 28 Ma)

    Deformasi F1 yang terjadi pada Eosen Oligosen mengawali perkembangan

    kerangka tektonik Tersier. Heidrick dan Aulia (1993) membagi tiga pola struktur

    yang berkembang pada tahap F1 yaitu utara-selatan (N-S), utara timur laut-selatan

    barat daya (NNE-SSW) dan barat laut-tenggara (NW-SE). Pola utara-selatan (N-S)

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    4/18

    merupakan pola yang paling dominan. Tegasan horizontal minimum yang

    berkembang pada periode ini berarah timur-barat (E-W).

    Periode Deformasi F2 ( Fase I nterior Sag Basin28-13Ma)

    Episode F2 diawali oleh berhentinya proses rifting dilanjutkan dengan fasa

    sagging dan transtensional. Fasa transtensional merupakan perioda perkembangan

    sesar mendatar menganan pada elemen-elemen struktur berarah utara-selatan (N-S)

    yang terbentuk pada fasa F1. Kompresi bersifat setempat-setempat yang ditandai

    dengan pembentukan sesar dan lipatan dan bersamaan dengan penurunan muka air

    laut global pada 28 Ma. Proses geologi yang terjadi pada saat itu adalah pembentukan

    morfologi yang relatif rata yang terjadi pada Kelompok Pematang dan batuan dasar

    yang tersingkap. Periode ini diikuti oleh terjadinya subsidence kembali dan transgresi

    ke dalam cekungan tersebut. Kelompok Sihapas yang diendapkan secara tidak selaras

    di atas Kelompok Pematang terdiri dari Formasi Menggala, Bangko, Bekasap, Duri

    dan Telisa.

    Periode Deformasi F3 (Miosen Tengah-Resen/13-0 Ma)

    Fasa F2 diikuti oleh F3 yang berlangusung pada Miosen Tengah hingga saat

    ini. Deformasi ini menghasilkan sesar naik berarah barat barat laut-timur tenggara

    (WNW-ESE) yang berasosiasi dengan lipatan, reaktifasi sesar mendatar berarah utara

    barat laut-selatan tenggara (NNW-SSE) menjadi sesar naik, flexuring yang

    membentuk monoklin ke arah SSW di sepanjang rekahan pada batuan dasar berarah

    N39oE 3.50 (Mount dan Suppe, 1992 dalam Heidrick dan Aulia, 1993). Lipatan

    yang terbentuk pada F3 umumnya berarah sumbu N15o-25

    oW, hampir paralel dengan

    sesar-sesar mendatar utama yang berarah utara-selatan (N-S).

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    5/18

    Gambar 2.2 Evolusi tektonik Cekungan Sumatra Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)

    II.1.3 Tektonostratigrafi Regional

    Batuan dasar yang berfungsi sebagai landas Cekungan Sumatra Tengah dapat

    dibagi menjadi tiga kelompok batuan (Gambar 2.3), yaitu Mallaca Terrane, Mutus

    Assemblage, dan Greywacke Terrane (Eubank & Makki, 1981 dalam Heidrick &

    Aulia, 1993). Secara tidak selaras di atas batuan dasar diendapkan suksesi batuan-

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    6/18

    batuan sedimen Tersier.Eubank dan Makki, 1981 dalam Heidrick dan Aulia, 1993,

    membagi pengisian Cekungan Sumatra Tengah ke dalam 2 fasa tektonik yang masing

    masing diisi oleh unit stratigrafi tertentu. Berikut adalah urutan stratigrafi pada

    Cekungan sumatra Tengah dari tua ke muda:

    Gambar 2.3 Tektonostratigrafi regional Cekungan Sumatra Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993).

    Kotak berwarna hijau menunjukkan formasi yang menjadi fokus penelitian

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    7/18

    A. Fasa 1

    Pada fasa ini cekungan terbentuk akibat gaya riftingyang berarah relatif utara

    selatan. Pada fasa 1 ini diendapkan formasi - formasi dari Kelompok Pematang secara

    tidak selaras di atas batuan dasar. Kelompok ini terdiri dari Lower red beds, Brown

    shale dan Upper red beds yang merupakan endapan Rifted basin atau Half-graben.

    Lingkungan pengendapan dari litologi pada Kelompok Pematang ini diinterpretasi

    berupa lingkungan lakustrin dan fluvial. Pembentukan kelompok ini merupakan awal

    dari pengisian Cekungan Sumatra Tengah sebagai hasil dari rombakan batuan dasar,

    terjadi dengan penurunan cekungan (synrift sediment). Batuan pada kelompok ini

    merupakan batuan induk penghasil hidrokarbon pada Cekungan Sumatra Tengah.

    Mengacu kepada Heidrick dan Aulia (1993), Kelompok Pematang tersusun oleh 3

    (tiga) formasi berturut-turut dari tua ke muda : Formasi Lower Red Beds, Formasi

    Brown Shale dan Formasi Upper Red Beds.

    Formasi Lower Red Bed

    Batuan pada formasi ini terdiri dari batulempung, batupasir arkosik dan batuan

    konglomerat yang diendapkan pada lingkungan dataran alluvial. Beberapa bagian

    dari formasi ini, dibagian bawah terdapat beberapa rendahan (deeps) yang dapat

    mencapai kedalaman 3000 meter. Batupasir pada formasi ini mempunyai kualitas

    yang buruk sebagai reservoir karena masih sangat dekat dengan sumber dan

    mempunyai sortasi yang relatif buruk.

    FormasiBrown Shale

    Formasi ini didominasi oleh batuan serpih yang berwarna cokelat yang

    diendapkan pada lingkungan lakustrin. Formasi ini diendapkan selaras di atas

    Formasi Lower Red Bed. Serpih pada formasi ini kaya akan kandungan bahan

    organik, memiliki laminasi yang cukup baik yang menandakan bahwa serpih ini

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    8/18

    diendapkan pada kondisi air yang cukup tenang. Formasi ini merupakan batuan

    induk utama pada Cekungan Sumatra Tengah. Formasi ini juga tersusun oleh

    endapan-endapan kipas delta dengan mekanisme turbidit. Endapan turbidit ini

    menjadi target eksplorasi pada Cekungan Sumatra Tengah yang mempunyai tipe

    perangkap stratigrafi.

    Formasi Upper Red Beds

    Formasi ini merupakan bagian dari kelompok Sihapas yang diendapkan pada

    tahap akhir dari tektonik fase F1. Peningkatan kecepatan sedimentasi dan suplai

    sedimen klastik yang terjadi menyebabkan cekungan menjadi penuh dan

    lingkungan berubah menjadi darat pada kondisi fluvial. Litologi penyusun

    formasi ini berupa batupasir, konglomerat dan batulempung berwarna merah-

    hijau. Batupasir di formasi ini merupakan salah satu reservoir di Cekungan

    Sumatera Tengah dan merupakan salah satu target eksplorasi.

    B. Fasa 2

    Pada fasa ini kondisi tektonik pada daerah Cekungan Sumatra Tengah relatif

    stabil, sehingga batuan yang diendapkan tersebar luas di seluruh Cekungan Sumatra

    Tengah. Cekungan Sumatra Tengah pada fasa 2 ini terisi oleh litologi dari Kelompok

    Sihapas yang terdiri dari Fm. Menggala, Fm. Bangko, Fm. Bekasap, Fm. Duri dan

    Fm. Telisa. Kelompok Sihapas sendiri diendapkan secara tidak selaras di atas

    Kelompok Pematang pada Oligosen Akhir Miosen Awal dan merupakan sikuen

    transgresi. Kelompok ini didominasi oleh liotolgi batupasir dan serpih. Berikut

    adalah karakteristik dari tiap tiap formasi dengan urutan dari tua ke muda:

    1.Formasi Menggala

    Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal (N4) yang diendapkan secara

    tidak selaras di atas kelompok Pematang. Litologinya tersusun atas batupasir halus-

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    9/18

    kasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa braided

    river-non marine (sungai teranyam deltaik) dengan ketebalan mencapai 1800 kaki

    (Dawson, dkk, 1997).

    2. Formasi Bangko

    Formasi ini berumur Miosen Awal (N5) yang diendapkan selaras di atas

    Formasi Menggala. Lingkungan pengendapannya yaitu open marine shelf yang

    menghasilkan maximum flooding surface (MFS) pertama di Kala Miosen. Litologinya

    berupa serpih abu-abu yang bersifat gampingan berseling dengan batupasir halus-

    sedang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarin dengan ketebalan mencapai300 kaki (Dawson,dkk, 1997).

    3. Formasi Bekasap

    Formasi ini mempunyai kisaran umur dari akhir N5 sampai N8 yang

    diendapkan selaras di atas Formasi Bangko. Litologinya berupa batupasir dengan

    kandungan glaukonit di bagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis dan

    lapisan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarine, intertidal,

    inner-outer neritic dengan ketebalan sekitar 1300 kaki (Dawson,dkk, 1997).

    4. Formasi Duri

    Formasi ini berumur Miosen Awal (N7N8) yang diendapkan selaras di atas

    Formasi Bekasap. Litologinya berupa batupasir berukuran halus-sedang berseling

    dengan serpih dan sedikit batugamping. Lingkungan pengendapannya adalah barrier

    bar complex dan delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki (Dawson, dkk,

    1997). Formasi ini mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Telisa pada

    lingkungan yang lebih dalam pada bagian barat dari cekungan.

    5. Formasi Telisa

    Formasi Telisa berumur Miosen Awal Miosen Tengah (N7 N11) yang

    diendapkan secara menjari dengan bagian paling atas Formasi Duri. Formasi ini

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    10/18

    tersusun dari suksesi batuan sedimen yang didominasi oleh serpih dengan sisipan

    batugamping dan batupasir glaukonitan berbutir halus yang diendapkan pada

    lingkungan litoral dalam dan luar. Pada Formasi Telisa ini terlihat periode

    penggenangan maksimum di Sumatera Tengah yang terjadi pada Miosen Awal

    sehingga formasi ini dapat menjadi batuan penutup regional yang sangat baik bagi

    Kelompok Sihapas. Perubahan litologi dan fauna yang cukup jelas terlihat pada

    bagian atas Formasi Telisa dan menunjukkan awal fase regresif Miosen Tengah dar i

    siklus Neogen yang merupakan awal pengendapan Formasi Petani.

    6. Formasi Petani

    Kontak antara Formasi Petani dengan Formasi Telisa merupakan suatu hiatus

    yang diindikasikan oleh zona fauna yang hilang, kecuali di areal paling barat

    cekungan. Pengendapan formasi ini berlangsung pada Kala Miosen Tengah-Plistosen

    pada lingkungan laut yang berubah menjadi daerah payau sampai darat. Formasi

    Petani merupakan awal dari fase regresif yang mengakhiri periode panjang transgresi

    di Cekungan Sumatra Tengah. Formasi ini tersusun oleh sekuen monoton serpih

    batulumpur dan interkalasi batupasir dan batulanau yang ke arah atas menunjukkan

    pendangkalan lingkungan pengendapan dan penyusutan pengaruh laut.

    7. Formasi Minas

    Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang diendapkan tidak selaras di

    atas Formasi Petani. Formasi ini tersusun oleh konglomerat, batupasir, dan

    batulempung yang mencirikan endapan aluvial. Proses pengendapan Formasi Minas

    masih berlangsung hingga saat ini.

    II.2 GEOLOGI LAPANGAN ZAMRUD

    Daerah penelitian , lapangan Zamrud berada pada tatanan struktur geologi

    yang berupa antiklin asimetris dengan arah baratlaut-tenggara dan di bagian timur -

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    11/18

    tenggara lokasi penelitian terbentuk lapisan curam yang diakibatkan oleh sesar utama

    Kotabatak yang berada di bagian timur dari lokasi penelitian yang sejajar dengan

    sumbu utama antiklikn. pada lokasi penelitian terdapat banyak sesar sesar minor

    yang berarah NW-SE dan NE-SW yang diperkirakan terbentuk akibat pengaruh dari

    sesar utama yang berarah NW-SE. ( Gambar 2.4 )

    Gambar 2.4 Kerangka struktur daerah penelitian (Heidrick dan Aulia, 1993)

    II.2.1 STRUKTUR GEOLOGI LAPANGAN ZAMRUD

    Struktur pada Lapangan Zamrud berupa antiklin asimetris dengan yang

    berarah NW-SE dengan panjang sekitar 2,5 km dan lebar 1,5 km. Struktur antiklin

    pada lapangan Zamrud bersifat asimetris, dengan sayap yang landai di bagian barat

    dan sayap yang mempunyai dip yang terjal di bagian Tenggara (Gambar 2.5). Hal ini

    Lapangan Zamrud

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    12/18

    disebabkan karena daerah dibagian tenggara berasosiasi dengan sesar mayor naik

    Kotabatak dengan dip yang mengarah ke bagian tenggara (Gambar 2.6).

    Kerangka struktur geologi pada lapangan Zamrud merupakan struktur sesar

    naik dengan arah relatif NW SE yang dipengaruhi oleh sesar mayor Kotabatak dan

    sesar-sesar normal dan naik yang mempunyai arah relatif NE SW yang diperkirakan

    terbentuk akibat aktivitas sesar mayor naik Kotabatak, hal ini bisa terlihat dari

    lintasan seismik. (Gambar 2.7)

    Gambar 2.5 Kerangka struktur 3D lapisan batupasir B Formasi Bekasap lapangan Zamrud

    Dari lintasan seismik terlihat bahwa sesar naik mayor dengan arah NW SE

    membentuk antiklin yang merupakan tutupan dari lapangan Zamrud. Pada struktur

    -4850ft -4800ft -4750ft -4700ft -4650ft -4600ft -4550ft -4500ft

    Indeks warna yang

    menunjukkankedalaman

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    13/18

    antiklin lapangan Zamrud banyak terdapat sesar sesar minor yang terdistribusi di

    bagian hinge antiklin tersebut.

    Secara umum, sesar sesar penyerta di lapangan Zamrud mempunyai dip

    yang berarah ke NW dan juga SE serta mempunyai penyebaran yang pendek secara

    lateral dan beberapa mempunyai dip yang terjal.

    Gambar 2.6 Penampang struktur lapangan Zamrud dilihat dari seismik dengan arah SW NE

    Throw yang terdapat pada lapangan Kotabatak ada beragam, tetapi throw yang

    terlihat paling besar ialah yang berada di sekitar sesar naik Mayor Kotabatak, hal ini

    dapat dilihat dari gambar 2.6 penulis menginterpretasikan bahwa pergerakan sesar

    naik mayor ini merupakan sebagai hasil dari strain yang diakibatkan oleh proses

    pembentukan antiklin dengan arah NW SE dan juga sebagai penunjang interpretasi

    ini dengan melihat kenyataan bahwa orientasi sesar sesar minor yang ada

    mempunyai arah yang relatif tegak lurus dengan sesar naik mayor di Kotabatak.

    Throw

    SW NE

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    14/18

    Gambar 2.7 Penampang struktur lapangan Zamrud dilihat dari seismik dengan arah NW SE

    Sesar sesar minor ini diinterpretasikan sebagai hasil dari proses pemendekan

    yang terjadi selama pembentukan struktur antiklin dan juga sebagai akibat dari proses

    perlipatan yang terjadi selama proses pembentukan antiklin dan berhubungan dengan

    pergerakan dari sesar naik Mayor Kotabatak.Mekanisme struktur geologi pada lapangan Zamrud dominan berlangsung

    pada fasa Kompresi dengan arah sumber tegasan utama berasal dari arah SW NE

    yang bersumber oleh subduksi lempeng Indo Australia dengan Lempeng Eurasia

    yang menyebabkan pembentukan dari sesar sesar naik yang berarah NW SE yang

    juga diikuti dengan pembentukan sesar sesar minor dengan arah NE SW.

    II.2.2 LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    Menurut hasil analisa PT Corelab Indonesia, Formasi Bekasap diendapkan

    pada daerah lingkungan laut dangkal transisi dan dipengaruhi oleh aktivitas pasang

    surut air laut. Suplai sedimen Formasi Bekasap berupa sedimen silisiklastik yang

    teratur.

    NW SE

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    15/18

    Hal ini dicirikan dengan munculnya strukturripple dan hummocky. Sedimen

    utama pada Formasi Bekasap diendapkan sebagai tidal sand bar, tidal sand flat, dan

    sub tidal marine shale didalam embayment yang luas. Transport sedimen pada

    formasi Bekasap selain dipengaruhi oleh arus pasang surut, juga dipengaruhi oleh

    posisi semi permanen long shore dan juga arus laut.

    Dilihat dari kurva Gamma Ray (GR)pada kurva log, terlihat fenomena di

    mana sedimen klastik menghalus ke atas yang diinterpretasikan sebagai endapan tidal

    bar. Jadi penulis menginterpretasikan bahwa sedimentasi formasi Bekasap, lapangan

    Kotabatak berasal dari darat ( Gambar 2.8 ).

    Gambar 2.8 Marker log Kotabatak yang menunjukkan lingkungan pengendapan

    Formasi Bekasap lapisan batupasir B(Cook dan Schiller, 2002)

    II.2.3 STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN

    Berdasarkan laporan analisa dari PT Corelab Indonesia, Kerangka

    stratigrafi lapangan Zamrud terdiri dari 5 formasi, yaitu :

    Atas Bekasap

    Bsand

    Bawah BekasapB Sand

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    16/18

    1. Batuan dasar ( basement )Batuan dasar pada daerah penelitian berupa batuan greywacke yang

    sudah terkompaksi sehingga menjadi sangat keras dan kompak.

    Batuan dasar ini mengandung mineral kuarsa dan feldspar yang telah

    lapuk yang di dalam matrik batuannya mengandung lempung.

    2. Formasi BangkoBatuan pada formasi ini dicirikan oleh batupasir yang tebal di bagian

    bawah dan serpih di bagian atasnya. Batupasir pada formasi ini

    tersusun atas batupasir berukuran sedang halus dengan sortasi

    sedang dan non karbonatan. Serpih di bagian atas dicirikan dengan

    adanya laminasi tipis batupasir karbonatan. Pada kurva log Gamma

    Ray (GR), dicirikan oleh bentukan blocky dengan sisipan serpih yang

    tipis. Ketebalan batupasir pada formasi ini rata-rata 180 ft, tetapi pada

    batupasir Formasi Bangko tidak ditemukan adanya indikasi

    hidrokarbon.

    3. Formasi BekasapFormasi Bekasap yang menjadi objek penelitian ini sendiri terdiri dari

    3 unit batupasir A,batupasirBdan batupasir C(Gambar 2.9). Formasi

    ini terdiri dari batupasir dengan perselingan serpih.

    Batupasir A tersusun atas berukuran batupasir kasar halus

    bersifat karbonatan dengan sortasi baik buruk. Pada kurva

    log Gamma Ray, terlihat bahwa batupasir A mempunyai pola

    funnel di bagian bawah dan blocky di bagian atas. Ketebalan

    rata-rata dari lapisanAsandadalah 50ft.

    Batupasir B tersusun atas batupasir berukuran sedang halus,

    kerbonatan dengan sortasi yang baik sedang. Pada kurva log

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    17/18

    Gamma Ray, terlihat bahwa batupasir B mempunyai pola

    funnel yang mengkasar ke bagian atas. Ketebalan rata-rata dari

    lapisanBsandadalah 25ft

    Batupasir C tersusun atas batupasir berukuran sedang halus,

    karbonatan dengan sortasi baik sedang. Pada kurva log

    Gamma Ray terlihat bahwa batupasir C mempunyai pola

    blocky di bagian tengah dan pola bell di bagian atas dan

    bagian bawah. Ketebalan rata rata dari lapisan Csandadalah

    35ft.

    4. Formasi TelisaBatuan pada formasi ini disusun oleh serpih yang tebal yang

    berselingan dengan batupasir dan juga batupasir lanauan. Serpih pada

    formasi ini mempunyai karakter dengan ukuran butir lempung lanau.

    Pada formasi ini banyak ditemukan fosil berupa cangkang

    foraminifera.

    5. Formasi PetaniBatuan pada formasi ini tersusun atas serpih yang tebal dan jarang

    ditemukan lapisan batupasir pada formasi ini.

  • 7/29/2019 geologi reg. sumatra tengah

    18/18

    Gambar 2.9 Kurva log yang menunjukkan lapisan batupasir Formasi Bekasap (Cook dan Schiller,

    2002)

    Atas

    Bekasap A

    Bawah

    Bekasap A

    Atas

    Bekasap B

    Bawah

    Bekasap B

    Atas

    Bekasap C

    BawahBekasap C