49
MAKALAH PBL MANDIRI BLOK 13 TUMBUH KEMBANG DISUSUN OLEH : GILANG BHASKARA NIM : 10-2008-095 KELOMPOK A1

Gilang Bhaskara 10 2008 095

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fghgfhgfhf

Citation preview

Page 1: Gilang Bhaskara 10 2008 095

MAKALAH PBL MANDIRI

BLOK 13

TUMBUH KEMBANG

DISUSUN OLEH :

GILANG BHASKARA

NIM : 10-2008-095

KELOMPOK A1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

TAHUN 2009

Page 2: Gilang Bhaskara 10 2008 095

KATA PENGANTAR

Masalah makanan / nutrisi memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat

Indonesia. Indonesia sebagai Negara berkembang memang terkadang kesulitan bahan pangan

yang berhubungan dengan padat nya jumlah penduduk dalam negri. Hingga pada akhirnya kasus

malnutrisi / gizi buruk melanda negeri Indonesia ini… Betapa mengerikan nya kita mendengar

tinggi nya insiden balita kekurangan nutrisi di surat kabar, televisi, atau media lainnya.

Makalah ini diharapkan dapat membantu pemahaman penulis dan pembaca dalam hal

pengertian gizi pada masa bayi hingga anak-anak khusus nya mengenai malnutrisi. Sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi dari bayi hingga anak-anak kepada

masyarakat pada umum nya. Penulis sadar makalah ini masih menyimpan banyak kekurangan

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.

Akhir kata selamat membaca.

Jakarta, 23 Januari 2009

Gilang Bhaskara

2

Page 3: Gilang Bhaskara 10 2008 095

DAFTAR ISI

01. Skenario......................................................................................................................................4

02. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI............................................4

03. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH………………………………………………………..4

04. STEP 3 ANALISA MASALAH………………………………………………………….......5

05. STEP 4 HIPOTESIS…………………………………………………………………………..5

06. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN..................................................................................5

07. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI………………………………………………………6

08. Pemeriksaan ................. ............................................................................................................6

09. Etiologi...............…………..………………………………………………………............... 21

10. Epidemiologi……………………………...…….…………………………………………....24

11. Patofisiologi…….....................................................................................................................24

12.Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................................................25

13. Diagnosis.................................................................................................................................25

14. Differential Diagnosis.............................................................................................................26

15. Penatalaksanaan......................................................................................................................27

16. Pencegahan..............................................................................................................................28

17. Prognosis.................................................................................................................................29

18. Komplikasi..............................................................................................................................29

19. Penapisan Malnutrisi...............................................................................................................29

20. Daftar Pustaka.........................................................................................................................31

3

Page 4: Gilang Bhaskara 10 2008 095

SKENARIO

Seorang anak laki-laki yang berusia 5 tahun, dibawa ibu nya ke poliklinik RS UKRIDA karena

belum dapat bicara. Pada anamnesa didapatkan bahwa pada saat pasien berusia 1 bulan, ia pernah

dirawat di RSUD Tarakan selama 3 minggu karena infeksi otak dan kejang. Riwayat trauma

kepala (-),

Pada pemeriksaan fisik didapatkan data sbb :

BB 12 kg, TB 97 cm, lingkar kepala 60 cm, lingkar dada 50 cm

VS : T : 37, 3 C RR 28 x/ mnt HR 102x / mnt

Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah anak tampak lebih tua daripada umur, mata sayu,

rambut kemerahan seperti jagung dan mudah rontok, kulit tidak keriput namun jaringan lemak

kulit sangat sedikit, perut sedikit membuncit, extremitas hipotrofik.

Pasien dapat berjalan dan berlari dengan baik, berdiri 1 kaki, naik sepeda roda tiga, dapat meniru

menggambar segitiga, serta mampu memakai dan melepaskan bajunya namun pasien hanya dapat

berkata ”mama, dada” dan bergumam

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI

Extremitas Hipotrofik

Bergumam

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Anak laki-laki usia 5 tahun belum dapat berbicara

2. Pemeriksaan Fisik : mata sayu, rambut kemerahan seperti jagung dan mudah rontok, kulit

tidak keriput namun jaringan lemak kulit sangat sedikit, perut sedikit membuncit,

extremitas hipotrofik.

3. Waktu berumur 1 tahun menderita infeksi otak dan kejang

4

Page 5: Gilang Bhaskara 10 2008 095

STEP 3 ANALISA MASALAH

STEP 4 HIPOTESIS

Terlambat bicara dapat diakibatkan oleh infeksi otak dan malnutrisi

STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN

1. Pemeriksaan : Anamnesis, Fisik, Laboratorium

2. Etiologi dari penyakit

3. Perjalanan penyakit ( patofisiologi )

5

Terlambat bicara dan TB serta BB berkurangDiagnosi

s

Penatalaksanaan

Penunjang

Pemeriksaan

Farmakologi

Non-Farmakologi

Etiologi

Anamnesis Fisik

Differential

Working

Prognosis

Patofisiologi

Page 6: Gilang Bhaskara 10 2008 095

4. Diagnosis tentang penyakit pasien yang meliputi working dan differential diagnosis

5. Prognosis dan penyakit pasien

6. Penatalaksanaan secara farmakologis maupun non farmakologis

STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI

1 Pemeriksaan

1.1. Anamnesis

Berbeda dengan orang dewasa, biasanya anak ditemani oleh orang tua atau pengasuhnya.

Ketika mewawancarai seorang anak, anda harus mempertimbangkan kebutuhan dan perspektif

anak dan pengasuhnya.

Mulailah anamnesis dengan menyapa dan menciptakan hubungan dengan setiap orang

yang ada. Panggil bayi atau anak dengan menyebutkan namanya dan jangan memanggilnya

dengan kata “dia” atau “anak itu”. Mintalah penjelasan tentang peran atau hubungan semua orang

dewasa dengan anak yang hadir.

Untuk menciptakan hubungan, kuncinya adalah menghadapi anak sesusai tingkat

pemikiran mereka. Gunakan pengalaman anda sendiri bersama anak untuk memandu cara anda

berinteraksi dengan mereka dalam situasi pelayanan kesehatan. Mempertahankan kontak mata

setinggi mata mereka, ikut bermain dengan mereka, dan berbicara tentang hal yang mereka sukai

selalu merupakan strategi yang baik.

Banyak informasi yang anda dapatkan tentang seorang anak dari keluarga.umumnya

anggota keluarga memberikan perhatian yang paling besar dan merupakan partner anda dalam

meningkatkan status kesehatan anak. Bersikap terbuka terhadap berbagai perilaku orang tua akan

membantu menciptakan persekutuan ini. Cara orang tua membesarkan anak akan mencerminkan

praktik budaya, sosioekonomi, dan keluarga. Strategi yang baik adalah memadang orang tua

sebagai pakar dalam hal perawatan anaknya dan peranan anda disini adalah sebagai konsultan.

1.2. Pemeriksaan Fisik Pada Anak

6

Page 7: Gilang Bhaskara 10 2008 095

1.2.1 Pemeriksaan Antropometri

Komponen penting dalam pemeriksaan antropometri anak meliputi pengukuran tinggi

badan, berat badan, dan lingkaran kepala. Penyimpangan dari nilai- nilai ini merupakan indicator

utama dan satu – satunya yang menunjukkan penyakit.

A. Tinggi badan

Bagi anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi badan dapat dilakukan

secara optimal dengan menggunakan stadiometer yang dipasang pada dinding. Minta anak

berdiri dengan kedua tumit, bagian punggung serta kepalanya mengenai tembok atau

bagian belakang stadiometer. Jika menggunakan tembok yang dilengkapi dengan

penggaris berukuran, pastikan untuk mendapatkan selembar papan atau permukaan yang

rata di atas puncak kepala anak dengan sudut tegak lurus terhadap penggaris tersebut. Alat

penimbang berat badan yang dilengkapi pengukur tinggi bukanlah alat yang akurat

mengukur tinggi badan.

Untuk anak dibawah 2tahun, lakukanlah pengukuran panjang badan dengan

menempatkan bayi atau anak dalam posisi berbaring telentang pada papan pengukur atau

di tempat nampan bayi pada alat timbang bayi. Pengukuran langsung panjang bayi

menggunakan pita pengukur bukanlah acara yang akurat kecuali terdapat tenaga asisten

yang menolong memegang bayi tersebut agar tidak bergerak dengan sendi pangkal paha

dan lutut berada dalam posisi ekstensi.

B. Berat badan

Lakukan penimbangan berat badan bayi secara langsung dengan alat timbang bayi;

cara ini lebih akurat daripada metode tidak-langsung yang berdasarkan penimbangan

bersama ibu dan anaknya dan kemudian mengurangi total berat tersebut dengan berat

badan ibu. Bayi harus hanya menggunakan popok atau ditimbang dalam keadaan

telanjang. Anak yang dapat berdiri harus ditimbang hanya dengan menggunakan celana

dalam pada alat timbangan berdiri. Idealnya, pengukuran berat dan tinggi badan secara

serial harus menggunakan alat ukur yang sama.

C. Lingkar kepala

7

Page 8: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Lingkar kepala bayi harus diukur selama usia 2 tahun pertama, walau pengukuran ini

dapat dilakukan pada segala usia untuk menilai pertumbuhan kepala anak. Lingkar kepala

bayi mencerminkan laju pertumbuhan cranium dan otak. Pada anak yang lebih tua, ukuran

kepala dipengaruhi oleh factor genetic, dan pengukuran kepala orang tua mungkin

bermanfaat kalau anak mereka memiliki ukuran kepala yang abnormal.

Untuk mengukur lingkar kepala, tempatkan pita pengukur pada prominensia

oksipitalis, parietalis, dan frontalis sehingga didapat hasil pengukuran lingkar yang

maksimal. Pada bayi, pengukuran ini paling baik bia dilakukan pada saat bayi dibaringkan

telentang. Mungkin anda perlu melakukan beberapa kali pengukuran dan jika demikian,

gunakan hasil pengukuran yang paling besar.

1.2.2 Pemeriksaan Fisik Umum.

A. Tekanan darah

Anak akan mengalami peningkatan tekanan darah saat melakukan aktifitas fisik,

menangis, dan berada dalam keadaan cemas. Meskipun anak kecil mula-mula mengalami

rasa cemas, sebagian besar anak akan merasa kooperatif ketika prosedur pemeriksaan

tekanan darah sudah dijelaskan dan diperagakan sebelumnya. Jika tekanan darah pada

awal pemeriksaan meninggi, anda dapat mengukurnya sekali lagi pada akhir

pemeriksaan; salah satu trik untuk memudahkan pengukuran ini, adalah dengan

membiarkan manset melilit pada lengan anak dan mengurangi pengukurannya kemudian.

Hasil pengukuran yang tinggi harus dikonfirmasikan dengan beberapa kali pengukuran

sebelumnya.

Lakukan pemilihan manset tensimeter sebagaimana yang dilakukan pada pasien

dewasa. Manset tersebut harus cukup lebar untuk menutupi dua per tiga lengan atas atau

tungkai atas. Manset yang lebih sempit akan memberikan hasil peningkatan tekanan darah

yang salah, sedangkan manset yang lebih lebar akan mengurangi hasil pengukuran yang

sebenarnya dan mengganggu penempatan ujung membrane stetoskop yang tepat diatas

pembuluh arteri.

Seperti pada orang dewasa, titik dengan bunyi korotkoff menghilang, menunjukkan

tekanan diastolic. Khusus pada anak yang gemuk, bunyi korotkoff kadang – kadang sulit

8

Page 9: Gilang Bhaskara 10 2008 095

didengar. Pada keadaan seperti ini, anda dapat menggunakan metode palpasi untuk

menentukan tekanan darah sistolik dengan mengingat tekanan sistolik yang diukur dengan

cara palpasi lebih rendah lebih-kurang 10 mmHg dibanding tekanan sistolik yang diukur

dengan cara auskultasi.

Pengukuran tekanan darah sistolik yang paling mudah dilakukan pada bayi dan anak

kecil adalah dengan menggunakan metode Doppler yang akan mendeteksi getaran aliran

darah arterial; hasil pemeriksaan lalu dikonversikan secara otomatis oleh alat Doppler

menjadi tingkat tekanan darah sistolik.

B. Denyut nadi

Frekuensi jantung pada bayi dan anak cukup bervariasi. Frekuensi jantung pada usia

ini lebih sensitive terhadap pengaruh keadaan sakit, aktifitas fisik, dan keadaan emosi

dibanding pada orang dewasa. Strategi terbaik adalah dengan palpasi arteri femoralis di

daerah inguinal atau palpasi arteri brakialis pada fosa antekubiti, atau dengan auskultasi

jantung.

C. Frekuensi pernapasan

Seperti halnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan pada bayi dan anak memiliki

kisaran yang lebih lebar serta bersifat lebih responsive terhadap keadaan sakit, aktifitas

fisik, dan emosi jika dibanding dengan frekuensi pernapasan orang dewasa.

Pada anak yang kecil, amati gerakan dinding dada selama satu menit atau dua kali

interval yang lamanya masing-masing 30 detik; pengamatan sebaiknya dilakukan sebelum

tindakan yang dapat menstimulasi gerakan napas tersebut. Auskultasi langsung pada dada

atau penempatan stetoskop didepan mulut pasien juga dapat membantu kita dalam

menghitung frekuensi pernapasan; namun, cara pengukuran ini dapat memberikan hasil

yang salah jika anak merasa terganggu.

1.3 Pemeriksaan Neurologis

Di atas usia bayi, pada saat reflex primitive sudah menghilang, pemeriksaan neurologi

meliputi komponen pemeriksaan yang dievaluasi pada pasien dewasa.

9

Page 10: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Bagian terpenting dalam pemeriksaan motorik pada anak adalah mengamati cara berjalan

saat berjalan dan, terutama, saat berlari. Perhatikan setiap ketidaksimetrisan, kelemahan, cara

berjalan yang goyah atau aneh yang abnormal. Cobalah anak untuk berjalan dengantumit

dirapatkan pada ujung ibu jari kaki, melonjak, dan melompat ke depan. Gunakan mainan untuk

menguji koordinasi dankekuatan ekstremitas atas.

Jika anda mengkhawatirkan kekuatan anak, minta anak untuk berbaring di lantai,

kemudian berdiri; amati tahap-tahap dalam melakukan gerakan tersebut. Sebagian besar anak

normal akan duduk dahulu, kemudian menekuk sendi lutut serta meluruskan lengannya untuk

bertumpu pada lantai dan akhirny berdiri.

Kecenderungan menggunakan tangan terlihat pada kebanyakan anak yang sudah berusia 2

tahun dan jarang ditemukan pada anak yang berusia kurang dari 18 bulan.

Pemeriksaan sensorik dapat dilakukan dengan menggunakan bola kapas atau dengan

menggelitik anak. Cara ini sebaiknya dikerjakan dengan meminta anak menutup matanya. Jangan

menggunakan jarum atau benda lain untuk menilai sensasi anak karena perbuatan ini dapat

mengakibatkan anak tidak kooperatif dan tidak senang.

Reflex tendon dapat diuji seperti pasien dewasa. Pertama – tama peragakan penggunaan

palu reflex pada tangan anak untuk meyakinkan bahwa pemeriksaan ini tidak akan menyakiti

dirinya. Anak akan merasa senang jika lututnya melonjak ketika anda memeriksa reflex lutut.

Anda perlu sikap kooperatif anak dan kesediaannya untuk menutup mata pada saat pemeriksaan

dikerjakan karena rasa tegang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan fungsi serebelum dapat dilakukan dengan meminta anak menggunakan jari

tangannya untuk menunjuk hidungnya dan melakukan gerakan tangan atau jari tangan silih

berganti dengan cepat. Anak di atas umur 5 tahun harus dapat membedakan kanan dan kiri

sehingga anda dapat memintanya melakukan tugas pembedaan kanan-kiri sebagaimana dilakukan

pada pasien dewasa.

1.3.1 Pelaksanaan dan Penilaian Pemeriksaan Sistem Neurologis

Persiapan Alat

- Penlight

1

Page 11: Gilang Bhaskara 10 2008 095

- Penggaris

- Kapas lilin

- Bahan / benda untuk dcium

- Jarum

- Air hangat atau dingin.

- Gula / garam

Persiapan lingkungan

- Menyuiapkan lingkungan yang tenang

- Memaasang tirai sekitar pasien

Persiapan Pasien

Melakukan pendekatan kepada anak / ibu dan menjelaskan tentrang pemeriksaan yang akan

dilakukan.

Pelaksanaan

1. TES FUNGSI SEREBRAL

a. Tingkat kesedaran GCS ( Nilai normal 15 )

1) Respon membuka mata = 4

2) Respon verbal = 5

3) Respon motorik = 6

Pemeriksaan :

1) Respon mata

Membuka mata spontan (4)

Buka mata atas perintah (3)

Buka mata terhadap nyeri (2)

Tidak ada respon (1)

2) Respon verbal

Respon verbal tepat (5)

Bingung (4)

Berkata-kata respon tidak tepat (3)

Respon tidak bermakana (2)

1

Page 12: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Tidak ada respon (1)

3) Respon motorik

Sesuai perintah verbal (6)

Mengenali nyeri local (5)

Menarik diri dari rangsangan nyeri (4)

Fleksi abnormal ( Dekortikasi ) (3)

Ektensi abnormal ( Decerebrasi ) (2)

Tidak da respon (1)

b. Status mental

- Orentasi

- Daya ingat

- Perhatian dan Perhitungan

- Fungsi bahasa

c. Pengkajian bicara

- Proeses resertif : ucap baca

- Proses exspresive : ekspresi

2. Tes Funfsi Cerebelum

a. Untuk keseimbangan : Jalan dengan satu kaki dalam satu garis luus

b. Fungsi koordinasi

c. Postur tubuh

3. Tes fungsi sensorik

a. Rasa sakit

b. Vibrasi : Pemeriksaan dengan garpu tala

c. Posisi : ujung jari –jari disentuh dengan ibu jari.

d. Sentuhan kapas

e. Diskriminasi: stereogenesis, grafhestesia, two poin stimulation.

4. Tes Fungsi Motorik

Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan :

1)Masa otot : Hipertropi, normal, atropi.

1

Page 13: Gilang Bhaskara 10 2008 095

2) Tonus otot : Hipertonik atau hipotonik

3) Kekuatan otot : Pemeriksa menggerakan pasien menahan tau pasien menggerakan pasien

menahan.

Penilaian :

0 Tidak ada kontraksi

1 Terlihat kontraksi tapi tidak ada pergerakan pada sendi

2 Ada gerakan pada sendi tapi tidak dapat melawan grafitasi

3 Bisa melawan gravitasi tapi tidak bisa menahan tahanan pemeriksa

4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa dengan tahanan minimal

5 Dapat melawan kekuatan pemeriksa dengan kekuatan maksimal.

1.4 Pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1.4.1 Growth chart

Banyak orang tua terlalu terpaku pada standar berat badan yang sering terdapat di

beberapa publikasi dan langsung “panik” begitu Dokter mendiagnosa si kecil “kurang gizi” hanya

karena berat badannya yang dianggap minumum. Anak yang gemuk tidak berarti sehat dan anak

yang kuruspun tidak berarti tidak sehat.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk memonitor perkembangan berat badan sikecil

adalah Growth Chart. Growth chart merupakan suatu tabel yang dapat digunakan untuk

mengukur dan mendokumentasikan perkembangan berat badan dan tinggi badan seorang anak.

Growth chart dibuat berdasarkan pertumbuhan anak yang dipantau secara rutin. Data yang

dibutuhkan adalah berat & tinggi badan anak yang di-plot ke dalam tabel Growth Chart.

Kemudian dari growth chart tersebut dapat terlihat suatu tren atau pola pertumbuhan untuk tiap

anak, sehingga orang tua dapat mengetahui secara dini apakah terdapat masalah atau

pertumbuhan memprihatinkan.

1

Page 14: Gilang Bhaskara 10 2008 095

1

Page 15: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Ketika kita membuka grafik pertumbuhan, maka kita akan melihat 7 kurva dengan pola

yg sama. Tiap kurva tsb mewakili persentil yg berbeda : 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan

1

Page 16: Gilang Bhaskara 10 2008 095

95th. Persentil 50th menunjukkan rata-rata nilai pada umur tsb. Selain itu ada juga grafik dengan

tambahan persentil 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 97th Biasanya dokter menggunakan grafik

ini jika angka yang di-plot berada di luar dari kurva yg standar.

Persentil menunjukkan persentase nilai pada umur tsb dari suatu populasi. Misalnya,

seorang anak memiliki BB di persentil 20th, berarti 80% dari anak-anak sebayanya memiliki

berat di atas anak tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb.

Pertumbuhan seorang anak akan di-plot pada persentil tsb. Untuk mempelajari lebih jauh

tentang bagaimana membaca atau menginterpretasikan grafik tsb, perhatikan contoh berikut.

Seorang bayi yg memiliki lingkar kepala persentil 90th akan di-plot disebelah kanan dari kurva

kedua dari atas pada grafik pertumbuhan. Jadi termasuk kurva persentil 90th.

Artinya lingkar kepala bayi tsb termasuk >= 90% dari total populasi anak seusianya yang

ada di negara tsb. Sedangkan 10% dari populasi anak memiliki ukuran lebih dari itu. Jika berat

badan seorg anak berumur 4 tahun berada pada persentil 20th, berarti ia berada pada kurva di

antara 10th dan 25th. Ini artinya juga 80% dari anak-anak sebayanya memiliki berat di atas anak

tsb, dan 20% lainnya memiliki berat di bawah anak tsb. Kesimpulannya, besar atau rendahnya

persentil tidak berarti menunjukkan adanya masalah. Seorang bayi dengan lingkar kepala di

persentil 90th dapat memiliki berat badan & tinggi badan di persentil 90th. Ini artinya dia

termasuk anak normal yang berperawakan besar. Bisa jadi ia anak dari seorang atlet. Sebaliknya,

anak yg memiliki berat badan di persentil 20th bisa jadi memiliki orang tua yang tinggi &

beratnya juga di bawah rata-rata. Jadi sangat normal jika sang anak berada pada persentil 20th.

Namun demikian, ada juga pola grafik yang naik tajam atau turun drastis atau grafik berada pada

kurva paling ekstrim (di luar dari semua kurva).

Sebagai contoh, seorang anak memiliki berat badan (BB) di bawah persentil 5th, maka ia

dimasukkan dalam kategori underweight (BB kurang). Sedangkan anak dg BB di persentil 85th

akan dimasukkan dalam kategori overweight (beresiko obesitas) dan mereka yg memiliki BB di

persentil di atas 95th digolongkan dalam obesitas. Terkadang ada juga grafik dengan kurva

melebihi persentil 95th atau saling silang antar kurva persentil. Misalkan, awalnya ia berada di

kurva persentil 40th kemudian langsung loncat ke persentil 75th. Artinya tanpa melewati

persentil 50th dan 75th. Jika hal tsb terjadi, maka perlu diperhatikan penyebab terjadinya kondisi

tsb. Di lain pihak, dapat juga terjadi pengukuran atau pola grafik jatuh di bawah persentil 5th atau

saling silang antar kurva persentil. Misalkan, turun drastis dari persentil 50th ke 20th. Jika hal itu

1

Page 17: Gilang Bhaskara 10 2008 095

terjadi, maka dokter akan mengevaluasi kemungkinan adanya gangguan kesehatan yg

mempengaruhi pertumbuhan sang anak. Apa yang dapat growth chart jelaskan tentang

pertumbuhan anak kita ? Meskipun grafik pertumbuhan (growth chart) adalah alat ukur yg sangat

berharga, alangkah baiknya dokter ataupun orang tua tidak terfokus pada angka-angka atau kurva

yg terdapat dalam grafik. Sebaliknya, angka-angka tsb seharusnya dilihat sbg sebuah trend.

Grafik pertumbuhan dapat juga memberikan kesan yg salah tentang kondisi pertumbuhan anak

kita. Contohnya, seorang anak memiliki tinggi badan (TB) di persentil 5th. Bukan berarti ia

memiliki masalah kesehatan. Apalagi jika pola grafik atau trend kurvanya menunjukkan bahwa ia

memang selalu berada di kurva persentil 5th (sejak bayi hingga kini, sang anak selalu berada

dalam kurva persentil 5th). Analisanya, bisa jadi sang anak mendapatkan gen ”pendek” dari sang

orang tua yg juga pendek.

Jika dokter atau orangtua terpaku pada angka di grafik pertumbuhan (bukan trend grafik

pertumbuhan), maka bisa jadi kita akan salah menilai pertumbuhan anak kita. Khawatir terhadap

hal yg salah. Ketika grafik pertumbuhan dibaca & dianalisa berulang kali, maka grafik tsb akan

mengungkapkan suatu pola pertumbuhan. Pola tersebut akan memberitahukan kita bagaimana

pertumbuhan anak kita dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Selain itu, pola tsb juga

menunjukkan kepada kita bagaimana progress sang anak dari pengukuran sebelumnya. Grafik

pertumbuhan akan sangat bermanfaat jika dilihat sbg pola pertumbuhan anak dibandingkan

dengan melihat angka per angka.

1.4.2 Child development ( Denver Test )

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development

Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah

salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes

diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.

a. Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan.

Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:

1

Page 18: Gilang Bhaskara 10 2008 095

1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara

spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b. Alat yang digunakan

Ø Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok

gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna

merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

Ø Lembar formulir DDST II

Ø Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara

penilaiannya.

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:

3-6 bulan

9-12 bulan

18-24 bulan

3 tahun

4 tahun

5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada

tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

1

Page 19: Gilang Bhaskara 10 2008 095

d. Penilaian

Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan

melakukan tugas (No Opportunity = NO).

CARA PEMERIKSAAN DDST II

1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan

patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.

2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau

lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan

pada formulir DDST.

4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.

5. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan

tidak dapat dites.

1) Abnormal

a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau

lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus

pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukan

a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama

tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:

Contoh perhitungan anak dengan prematur:

1

Page 20: Gilang Bhaskara 10 2008 095

An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006.

Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia

kronologis An. Lula!

Diketahui:

Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006

Tanggal periksa : 1-4-2008

Prematur : 32 minggu

Ditanyakan:

Berapa usia kronologis An. Lula?

Jawab:

2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu

2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu

_________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu

1 – 7 -26

Ø Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau

1 tahun 8 bulan atau 20 bulan

Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga

usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:

Ø 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari

Atau

1 tahun 7 bulan atau 19 bulan

Interpretasi dari nilai Denver II

Ø Advanced

Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang

dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)

Ø OK

Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara

persentil ke-25 dan ke-75

Ø Caution

2

Page 21: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau

diantara persentil ke-75 dan ke-90

Ø Delay

Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan

ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak

mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Interpretasi tes

Ø Normal

Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan

Ø Suspect

Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan

Ø Untestable

Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih

dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:

Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer

Dari gejala fisik yang ditemukan, kemungkinan yang dapat terjadi adalah : kwashiorkor,

marasmus , atau infeksi kronis.

2 Etiologi

2.1 Kwashiorkor

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kro-

nis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain (5):

1. Pola makan

2

Page 22: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan

berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua

makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui

umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak

memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)

sangatlah dibutuhkan (6). Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi

anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI

ke makanan pengganti ASI (2).

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak

stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung

turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor (5).

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak

dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat

apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan

akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

2.2. Marasmus

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil

akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain factor lingkungan,

ada beberapa factor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh ter-

hadap terjadinya marasmus.

2

Page 23: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut :

1. Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai den-

gan dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu

kaleng yang terlalu encer.

2. Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enternal misalnya infantile

gastroenteritis, bronchopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

3. Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,

micrognathia, stenosis pylorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.

5. Pemberian ASI

Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

6. Ganguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiophatic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

7. Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang kurang akan menimbulkan

marasmus.

8. Penyapihan

Penyapihan yang terlalu disini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menim-

bulkan marasmus.

9. Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkat-

nya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti pem-

berian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila

disertai dengan infeksi berulang terutama gastro enteristis akan menyebabkan anak jatuh dalam

marasmus.

2

Page 24: Gilang Bhaskara 10 2008 095

3 Epidemiologi

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat

pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang

di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika

Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.

Berdasarkan SUSENAS ( survey sosial ekonomi nasional) (2002), 26% balita di Indonesia

menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-

kwashiorkor) .

4 Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Fak-

tor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman

penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan pent-

ing tetapi faktor lain ikut menentukan.

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,

karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang

mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan

perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akanterjadi kekurangan berbagai asam

amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet

mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam

serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin

berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin

hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan

beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya

penimbunan lemak di hati.

2

Page 25: Gilang Bhaskara 10 2008 095

5. Pemeriksaan Laboratorium

Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada

pada stadium awal kekurangan makan tetapi sering sekali menghilang pada waktu akhir. Harga

glukosa darah rendah tetapi kurve toleransi glukosa dapat bertipe diabetic. Ekskresi hidroksipro-

lin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka asam amino esensial plasma da-

pat turun relative terhadap angka asam amino non-esensial, dan dapat menambah aminoasiduria.

Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini

kembali ke normal sesuadah beberapa hari pengobatan. Angka amylase, esterase, kolinesterase,

transaminase, lipase, alkaline fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas dan

santhin oksidase, tetapi angka kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia dapat

normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral biasanya je-

las. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormone pertumbuhan mungkin bertambah.

6. Diagnosis

6.1 Manifestasi Klinik Kwashiorkor

1. Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap

lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.

2. Gejala terpenting adalah pertumbuhan yang terhambat, berat dan tinggi badan lebih rendah

dibandingkan dengan BB baku. Penurunana BB ini tidak mencolok atau mungkin

tersamar bila dijumpai edema anasarka.

3. Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat.

Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan,

tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.

4. Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan

lembek.

2

Page 26: Gilang Bhaskara 10 2008 095

5. Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada

sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan

fungsi hati, pankreas, atau usus (atrofi). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.

6. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut. Pada taho

lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga

dikenal signo de bandero.

6.2 Manifestasi Klinik Marasmus

1. Penampilan : Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak

terlihat sangat kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya

2. Perubahan Mental : Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa

lapar. Kesadaran yang menurun (apatis terdapat pada penderita marasmus yang berat )

3. Kelainan pada kulit tubuh : Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan

kehilangan banyak lemak dibawah kulit serta otot-ototnya.

4. Kelainan pada rambut kepala : Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor,

adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok.

5. Lemak di bawah kulit : Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.

6. Otot-otot : Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas (gambar 10.15).

7. Saluran pencernaan : Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi.

8. Jantung : Tidak jarang terdapat bradikardi.

9. Tekanan darah : Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan

anak sehat seumur.

10. Saluran nafas : Terdapat pula frekuensi pernafasan yang mengurang.

11. Sistem darah : Pada umumnya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.

7 Differential Diagnosis

Diagnose banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit menyebabkan kehilangan

protein berlebihan melalui urine atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolic untuk

mensintesis protein.

2

Page 27: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Perbedaan Kwashiorkor dan Marasmus

Gejala / tanda klinis Kwashiorkor Marasmus

Wajah Bulat seperti bulan Runcing, kurus, tampak lebih

tua

Sinar Mata Sayu Sayu

Status Mental Apatis Cengeng

Rambut Kemerahan, jarang, kasar,

mudah dicabut / rontok

Hitam, masih normal

Jar.Lemak Sub kutis Masih ada Sangat sedikit / tidak ada

Kulit Tidak keriput kecuali pada

aksila / lipatan

Keriput, longgar

Dermatosis Sering ( crazy pavement ) Tidak ada

Torak : - Iga

- Sela iga

Masih tampak Normal

Kadang tertutup oedem

Seperti gambang

Cekung

Abdma : - Bentuk

- Hepar

- Asites

Biasa / cembung

Membesar, mengecil jika

sirosis

Kadang +

Cekung / Scaphoid

Normal, jarang membesar

Tidak ada

Ekstremitas : - Otot

- Edema

Hipotrofik

+ ( selalu )

Hipotrofik / Atrofik

Tidak ada

Antropometri : BB

TB

BB / TB

> 60 % BB-baku

<

Turun / normal

< 60 % BB=baku

<<

Sangat turun

Laboratorium : Albumin

Kolesterol

<<

<

<

<

Atau dapat juga gejala-gejala penyakit berikut :

2

Page 28: Gilang Bhaskara 10 2008 095

7. 1 Akrodermatitis Enteropatika

Merupakan penyakit autosom resesif yang jarang ditemukan, disebabkan oleh kegagalan

menyerap seng dalam jumlah yang cukup dari makanan. Tanda dan gejala awal biasanya timbul

dalam beberapa bulan pertama kehidupab, sering setelah penyapihan. Eripsi kutan terdiri dari lesi

kulit psoriasis formis atau vesikulobulosa, eksimatosa, kering, berskuama yang tersebat simetris

pada perioral, akral, dan daerah perineal dan pada pipi, lutut, dan siku. Rambut sering berwarna

kemerahan yang aneh dan berbagai tingakatan alopesia merupakan gambaran khas penyakit ini.

Manifestasi okuler meliputi fotofobia, konjungtivitis, blefariatis, dan distrofi kornea, dapat

dideteksi dengan lampu celah. Manifestasi yang menyertai termasuk diare kronis, stomatitis,

glositis, paronikia, distrofi kuku, retardasi pertumbuhan, iritabilitas, penyembuhan luka yang

lama, infeksi bakteri interkueren, dan superinfeksi oleh Candidi albicans.

7.2 Defisiensi Asam Lemak Esensial

Menyebabkan dermatitis menyeluruh dengan skuama yang tersusun dari plak berdeskuamasi

tebal dan eritematosa. Erupsi telah diinduksi secara eksperimental pada hewan yang diberi makan

rendah lemak dan telah diteliti pada penderita dengan malabsorpsi berat kronis seperti sindrom

usus pendek dan pada individu yang berdiet rendah loemak bebas. Manifestasi tambahan

defisiens asam lemak esensial meliputi alopesia, trombositopenia, dan kegagalan pertumbuhan.

Lapisan menyerupai tanduk pada kulit terganggu dan kehilangan air melalui erpidermis

bertambah. Permberian asam linoleat topikal yang terdapat pada biji bunga matahari dapat

mengurangi manifestasi klinis dan biokimia kulit. Sebaiknya diberi nutrisi tepat.

7.3 Kistik Fibrosis

Lima sampai 10% penderita dengan kistik fibrosis mengalami malnutrisi kalori protein. Ruam

pada bati denhgan kistik fibrosis dan malnutrisi jarang dijumpai tetapi tampak pada usia 6 bulan.

Erupsi pemulaan terdiri dari papula eritematosa berskuama dan tumbuh dalam waktu 1-3 bulan

membentuk plak dekuamasi luas. Ruam lebih nyata disekitar mulit dan perineum dan pada

ekstremitas bawah atas. Dapat terjadi alopesia, tetapi membran mukosa dan kuku tidak terkena.

7.4 Pellagra

2

Page 29: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Penyakit ini berupa edem, eritema, dan perasaan terbakar pada daerah terpapar sinar matahari

pada wajah, leher, dan bagian dorsal tangan, lengan atas dan kaku. Lesi pellagra juga dapat

dibangkitkan dengan luka bakar, tekanan, gesekan, dan peradangan, erupsi pada wajah sering

diikuti penyebaran kupu-kupu dan dermatitis di sekeliling leher yang disebut kaling Casal. Lepuh

dan skuama terjadi dan kulit menjadi makin kering, kasar, tebal, retak, dan hiperpigmentasi.

Infeksi kulit jarang berat. Pellagra berkembang pada individu dengan pemasukan diet yang tidak

mencukupi atau absorpsi niasin dan triptofan. Pemberian isoniazid, 6-merkaptopurin atau 5-

fluorourasil juga dapat mengakibatkan oellagra. Suplementasi nikotinamid dan menghindari

matahari merupakan terapi utama.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal, dan

syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang atau berat,

infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia berat, hipog-

likemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa, anoreksia dan

hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan oral atau

dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intra-

vena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang belakang) atau intraperitoneal 70

mL/kg larutan Ringer Laktat setengah kuat untuk menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus

diberikan parenteral selama 10 hari.

Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit ser-

ing; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari

berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Susu sai

atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L. Pada masa penyem-

buhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang diperlukan. Susu skim,

hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan untuk menambah cairan

dasar dan regimen nutrisi.

2

Page 30: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat men-

jadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat. Lemak sayur

dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang terganggu dapat diper-

baiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg kromium klorida. Vitamin dan

mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium diperlukan sejak permulaan pengobatan.

Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.

Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan infestasi

parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.

Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa

minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum dan usus

kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.

Jika pertumbuhan dan perkembangan secara luas terganggu, retardasi mental dan fisik da-

pat permanen. Makin muda bayi pada saat kekurangan, makin rusak pengaruh jangka lamanya.

Defisit dalam kemampuan pengertian dan abstrak terutama berakhir lama.

9. Pencegahan

Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk mengurangi insidensi KEP dan menurunkan

angka kematian sebagai akibatnya. Usaha disebut tadi mungkin dapat ditanggulangi oleh petugas

kesehatan tanpa menunggu perbaikan status social dan ekonomi golongan yang berkepentingan.

Akan tetapi tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik

dan perkembangan mental anak-anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia

yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.

Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk mengatasi satu atau lebih dari

satu factor dasar penyebab KEP (Austin, 1981), yaitu :

1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih

banyak, yang sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.

2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi untuk anak-

anak yang disiplin. Makanan demikian pada umumnya tidak terdapat dalam diet tradisi, tetapi

3

Page 31: Gilang Bhaskara 10 2008 095

sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada anak-anak berumur 6 bulan

keatas. Formula tersebut dapat diberikan dalam program pemberian makanan suplementer

maupun dipasarkan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pembuatan makanan

demikian juga dapat diajarkan pada masyarakat sendiri sehingga juga merupakan pendidikan gizi.

3. Memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan berpen-

garuh negative terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.

4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk membantu mereka yang

sangat terbatas penghasilannya.

5. Pemberian makanan suplementer. Dalam hal ini makanan diberikan secara cuma-cuma atau di-

jual dengan harga minim. Makanan semacam ini terutama ditujukan pada anak-anak yang terma-

suk golongan umur rawan akan penyakit KEP.

6. Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat mengubah kebiasaan

mereka dalam menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan supaya mereka dan

anak-anaknya mendapat makanan yang lebih baik mutunya.

10. Prognosis

Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.

Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak

secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan

intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya

yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal .

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan

oleh karena infeksi sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena mal-

nutrisi sendiri.. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya

progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari

sel-sel tubuh akibat under nutrition.

11. Komplikasi

3

Page 32: Gilang Bhaskara 10 2008 095

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya

sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat

dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa

kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara

permanen.

12. Penapisan ( Screening ) Malnutrisi

Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan metode mudah dan cepat. Metode yang

digunakan sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko gangguan nutrisi. Ada empat

hal untuk mempredksi kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu berat badan

turun, asupan makan terakhir yang kurang, BMI saat diperiksa, dan berat nya penyakit. Salah satu

model yang digunakan untuk penapisan malnutrisi adalah yang digunakan oleh University

hospital of Nottingham

A Indeks Massa tubuh ( kg / m2 )

a. > 20 = 0

b. 18-20 = 1

c. < 18 = 2

B Besar nya penurunan BB yang tidak diketahui

dalam 3 bulan terakhir

a. Tidak ada = 0

b. < 3 kg = 1

c. > 3 kg = 2

C Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan

terakhir

a. Tidak ada = 0

b. Ya = 1

D Faktor stress dan berat nya penyakit

a. Tidak ada = 0

3

Page 33: Gilang Bhaskara 10 2008 095

b. Moderate* = 1

c. Berat** = 2

Penapisan = jika total skor 0-2 tidak perlu intervensi, jika total skor 3-4 diawasi dan dinilai dalam

1 minggu perawatan, jika > atau = 5 perlu intervensi nutrisi

* Pembedahan minor dan tanpa komplikasi, infeksi ringan, penyakit kronis ringan, diabetes

mellitus.

** Luka multiple, fraktur dan luka bakar multiple, trauma kepala, sepsis berat, kanker, bedah

mayor, komplikasi pasca bedah

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h. 313

2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi XV. Jakarta: EGC;

2000.h.211-3, 2326-7.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:

Percetakan Infomedika Jakarta;2002.h.361-5.

4. Kamus Kedokteran Dorland Ed.29

5. Sumber lain

http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/konsep-marasmus/

www.scribd.com/doc/16551792/ pemeriksaan - fisik - anak

http://medicafarma.blogspot.com/2008/03/kwashiorkor.html

http://beingmom.org/2006/08/pertumbuhan-ideal-pada-anak/

3