Upload
mufidah-fida
View
214
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
GIZI BURUK
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus gizi buruk menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di
dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari Departemen Kesehatan
menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahunnya karena masalah kekurangan gizi
dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih dalam
kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat di perbaiki pada saat anak
beranjak dewasa.
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba – tiba, tetapi diawali dengan kenaikan
berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat
badannya tidak naik 2 kali beresiko mengalami gizi buruk 12,6 kali dibandingkan pada ballita
yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko
akan semakin besar.
Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh
status gizi. Dengan demikian status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan
cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk proses pertumbuhan.
Menurut data tahun 2006 di Indonesia, jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4,8
juta anak. Pada tahun 2007 ada penurunan, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk
mencapai 4,1 juta anak. Dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,
yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4 juta anak (Depkes RI, 2008).
Leukemia akut pada anak mencapai 35% dari semua kanker pada anak. Leukemia terdiri dari dua tipe yaitu leukemia limfoblastik akut (ALL) 82% dan Leukemia mieloblastik akut (LMA) 19%. Diperkirakan ada sekitar 3000 kasus ALL baru anak setiap tahunnya. Mosert dkk tahun 2006 di Yogyakarta melaporkan bahwa dari semua penderita ALL, 35% menolak pengobatan, 23% mengalami kematian yang berhubungan dengan pengobatan, 22% mengalami perburukan atau kekambuhan dan 20% mengalami event free survival. Temuan ini kurang lebihnya juga menggambarkan situasi di Indonesia secara umum (Indonesian Childhood ALL, 2013)