20
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Kejang Listrik 1. Pengertian Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua sisi kepala (Stuart, 2007). Terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatrik berat di mana pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik-klonik umum (Guze, 1997). Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik yang terputus – putus (Baihaqi, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala seseorang untuk menghasilkan kejang tonik-klonik umum yang bertujuan untuk mengobati gangguan jiwa tertentu. 2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik Menurut Maramis (2010), persiapan dan cara melakukan terapi kejang listrik antara lain: a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya dengan teliti, terutama jantung dan paru – paru. Tulang punggung perlu mendapat perhatian yang istimewa. Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

  • Upload
    hakhanh

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

9  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Kejang Listrik

1. Pengertian

Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan

kejang grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus listrik

melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua sisi kepala (Stuart,

2007). Terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan untuk penyakit

psikiatrik berat di mana pemberian arus listrik singkat pada kepala

digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik-klonik umum (Guze,

1997). Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik

sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik yang terputus –

putus (Baihaqi, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik

merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala

seseorang untuk menghasilkan kejang tonik-klonik umum yang bertujuan

untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.

2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik

Menurut Maramis (2010), persiapan dan cara melakukan terapi kejang

listrik antara lain:

a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya

dengan teliti, terutama jantung dan paru – paru. Tulang punggung perlu

mendapat perhatian yang istimewa.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

10

b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak waktu

tidak sadar.

c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak

mengotori dirinya dan tempat tidur bila terjadi inkontinensia.

d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga benda – benda

lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya).

e. Pasien berbaring terlentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak

keras, menggunakan pakaian yang ketat (sabuk, pakaian dalam dan

sebagainya) dilonggarkan.

f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya

dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu

menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada daerah antara os

frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis dan tidak

terdapat banyak rambut daerah ini kemudian dibasahi dengan bahan

pengantar aliran listrik (misalnya air garam atau pasta khusus).

g. Di antara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yang masih kuat

(biasanya di antara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya sepotong

kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus diperhatikan

bahwa bibir atau pipi tidak terjepit.

h. Dagu tidak perlu ditahan. Perhatikan bagian lengan pasien yang dapat

memukul karena tiba - tiba terjadi flexi pada permulaan fase tonik.

Ekstrimitas dapat dipegang, tetapi tidak boleh terlalu keras seperti

hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur, dan luxasio).

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

11

i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya, sedapat

mungkin rambut tebal dikesampingkan.

3. Frekuensi dan Jumlah

Menurut Maramis (2010), frekuensi dan jumlah pemberian terapi

kejang listrik tergantung pada keadaan pasien, terapi kejang listrik dapat

diberi:

a. Secara block : 2-4 hari berturut – turut 1-2 kali sehari.

b. 2-3 kali seminggu.

c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2-4 minggu.

d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling sedikit

12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila diberi obat

psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah pasien

menunjukkan perbaikan yang jelas (tidak perlu sampai 12 kali) dan

dilanjutkan dengan obat saja.

4. Reaksi Pasien

Menurut Maramis (2010), konvulsi yang mirip serangan epilepsi jenis

grand mal dengan fase tonik kira – kira 10 detik diikuti oleh fase klonik

yang lebih lama (30-40 detik). Sesudah fase klonik timbul fase relaksasi otot

dengan pernapasan yang dalam dan keras. Kepala dimiringkan agar pasien

tidak tersedak saliva. Pasien tidak sadar selama kira – kira 5 menit, lalu

pelan – pelan dalam waktu 5-10 menit kesadaran timbul kembali. Banyak

pasien tidur sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sekitar 1

jam.Beberapa pasien menjadi sangat bingung sesudahnya (kebingungan

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

12

pascakonvulsi). Mereka harus dijaga baik - baik agar jangan sampai mereka

jatuh dan melukai dirinya sendiri.

5. Komplikasi

Menurut Maramis (2010), komplikasi yang biasanya terjadi pada

terapi kejang listrik antara lain :

a. Paling sering ialah luxasio pada rahang atau fraktur kompresi pada

vertebra. luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti, waktu otot-

otot masih lemas dan pasien belum sadar.

b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan muka

kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan buatan.

c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi ini

tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu dapat

diberi analgetik.

d. Selalu terjadi amnesia retrograd dan tidak jarang juga amnesia

anterograd sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali

sesudah satu atau beberapa hari.

e. Kebingungan sesudah konvulsi kadang – kadang hebat, pasien dapat

menjadi sangat gelisah, agresif, atau destruktif. Pasien harus diawasi oleh

beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10

menit pasien sudah tenang kembali.

f. Mudah lupa, hal ini akan menjadi baik kembali sesudah beberapa minggu

atau beberapa bulan setelah terapi kejang listrik dihentikan.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

13

6. Kontraindikasi

Menurut Maramis (2010), kontraindikasi bukanlah terhadap listrik itu

sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi itu berat untuk

sistem kardiovaskuler dan tulang, berikut akan dijelaskan mengenai

kontraindikasi dari terapi kejang listrik:

a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk

mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sedikit.

Hal ini menjadi fatal pada tumor otak yang memang menyebabkan

edema serebri dan tekanan intrakranial yang meninggi, karena terjadinya

inkarserario (terjepitnya batang otak atau bagian otak lain).

b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi harus

diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya, anak di

dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu tersebut mengalami hipoxia

karena apnea sesudah konvulsi.

c. Apabila ada tuberkulosis pulmonum, trombosis koroner, hipertensi atau

gangguan lain yang lain pada sistem kardiovaskuler kita harus

mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan

mengingat beratnya penyakit badan itu.

7. Indikasi

Menurut Maramis (2010), terapi kejang listrik mula – mula dipakai

untuk skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yag paling baik

diperoleh pada pengobatan depresi, kemudian terapi kejang listrik dipakai

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

14

juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi pemakaian terapi

kejang listrik yaitu:

a. Depresi

Indikasi utama untuk terapi kejang listrik adalah adanya suatu episode

depresif mayor, terutama dengan ciri-ciri melankolia atau psikotik (Setio,

1997). Menurut Tomb (2004) gangguan afek yang berat: pasien dengan

gangguan bipolar, ataudepresi menunjukan respon yang baik dengan

terapi kejang listrik. Terapi kejang listrikk lebih efektif dari antidepresan

untuk pasien depresi dengan dengan gejala psikotik.

b. Mania

Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut, karena

efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering kali diberikan

untuk episode mania akut (Setio, 1997).

c. Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima

pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuard, 2007). Menurut

Tomb (2004), pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu

antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik.

d. Skizofrenia

Terapi kejang listrik dapat efektiv sekali dalam pengobatan dengan lama

penyakit yang lebih pendek, terutama dengan gejala afektif akut (Setio,

1997). Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang tidak

berespon pada medikasi saja mungkin akan membaik jika ditambah

terapi kejang listrik (Tomb, 2004).

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

15

B. Gangguan Jiwa

1. Pengertian

Gangguan jiwa adalah gejala – gejala patologik dominan yang berasal

dari unsur jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu,

yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya

badannya, jiwanya atau lingkungannya (Yosep, 2011). Sedangkan menurut

PPDGJ II gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah

sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik

cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala

penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

manusia (Maslim, 2001).

American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan

jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting

secara klinis yang terjadi pada seseorang yang dikaitkan dengan adanya

distres (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu

atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko

kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan

kebebasan (Videbeck, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa

adalah pola perilaku tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat

gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

16

2. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut Yosep (2011), sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi

oleh faktor – faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling

mempengaruhi, yaitu:

a. Faktor – faktor somatik (Somatogenik) atau Organobiologis :

Neroanatomi, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat kematangan dan

perkembangan organik, dan Faktor – faktor pre dan peri-natal

b. Faktor – faktor psikologik (Psikogenik) atau Psikoedukatif : Interaksi

ibu – anak, persaingan antara saudara kandung ; intelegensi ; hubungan

dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat ; kehilangan yang

mengakibatkan kecemasan, depresi, dan rasa malu atau rasa salah ;

konsep diri ; keterampilan, bakat, dan kreativitas ; pola adaptasi dan

pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya ; tingkat perkembangan

emosi.

c. Faktor – faktor sosio-budaya (Sosiogenik) atau Sosiokultural : kestabilan

keluarga, tingkat ekonomi, perumahan, masalah kelompok minoritas

yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan.

3. Tanda Gejala Gangguan Jiwa

Tanda umum gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2011), yakni:

a. Gangguan kognisi

Gangguan kognisi meliputi gangguan sensasi dan persepsi. Macam –

macam gangguan sensasi dan persepsi yaitu :

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

17

1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi :

Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses

penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba), anestesia

(suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada

penginderaan), hiperkinestesia (peningkatan kepekaan yang

berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh), hipokinestesia (penurunan

kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh).

2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi :

Ilusi yaitu suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada atau pernah

ada rangsangan dari luar dan Halusinasi yaitu suatu persepsi yang

salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.

b. Gangguan perhatian

Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian

yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia

(ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi

tanpa memandang pentingnya masalah tersebut) dan hiperproseksia

(terjadinya pemusatan perhatian yang berlebihan).

c. Gangguan ingatan

Beberapa bentuk gangguan ingatan antara lain amnesia atau

ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, hipernemsia

yaitu keadaan dimana seseorang dapat menggambarkan kembali kejadian

yang lalu dengan sangat teliti, paramnesia yaitu gangguan penyimpangan

terhadap ingatan lama yang dikenal dengan baik.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

18

d. Gangguan pikiran

Beberapa bentuk gangguan kesadaran yaitu gangguan bentuk pikiran

(penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu

tujuan), gangguan arus (meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam

pemikiran) dan gangguan isi pikiran, meliputi isi pikiran yang nonverbal

atau isi pikiran yang diceritakan.

e. Gangguan kesadaran

Beberapa bentuk gangguan kesadaran :

1) Kesadaran kuantitatif, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesadaran

yang menurun (kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian dan

pemikiran yang berkurang secara keseluruhan) dan kesadaran yang

meninggi (keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang).

2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran,

dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik, dan psikogen).

f. Gangguan kemauan

Beberapa bentuk gangguan kemauan yaitu abulia atau

ketidaksanggupan membuat keputusan maupun memulai suatu tingkah

laku, negativisme yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak/melakukan

sesuatu, kekakuan atau ketidakmampuan memiliki keleluasaan dalam

memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku dan kompulsi yaitu

seseorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

19

g. Gangguan emosi dan afek

Beberapa bentuk gangguan emosi dan afek : Euforia (emosi yang

menyenangkan, bahagia yang berlebihan, dan bila tidak sesuai keadaan,

hal ini menunjukkan adanya gangguan), Afek yang kaku (rasa hati tetap

dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan),

Emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan bermacam emosional),

Cemas dan depresi (gejala yang terlihat dari ekspresi muka atau tingkah

laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada

sama sekali tanda – tanda ekspresi afektif).

C. Persepsi Keluarga

1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau disebut proses sensoris. Namun proses

itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan

proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi

merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus

yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969 dalam Walgito, 2010).

Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir,

pengalaman – pengalaman individu yang tidak sama, maka dalam

mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

20

antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual

(Davidoff, 1981; Roger, 1965 dalam Walgito, 2010). Persepsi melibatkan

kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi

sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal – hal yang kita indera.

Kejadian – kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita

tentang dunia, budaya, pengharapan bahkan disesuaikan dengan orang

yang bersama kita (Mahmud, 1990). Unsur – unsur persepsi yaitu :

a. Hakekat sensorisnya stimulus

b. Latar belakang

c. Pengalaman sensoris terdahulu yang ada hubungannya

d. Perasaan – perasaan pribadi, sikap, dorongan dan tujuan

Jadi, persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan suatu

peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk menyampaikan

pengetahuan yang kita miliki ke orang lain ataupun masyarakat.

b. Macam – macam persepsi

Menurut Siagian (2005), macam - macam persepsi dapat

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsang yang datang dari luar diri individu.

2) Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang

yang berasal dari dalam diri individu.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

21

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Siagian (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi yaitu :

1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh

adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan,

minat, pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang,

benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi

persepsi orang yang melihatnya.

3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara

kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide.

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang lebih mudah

mengambil keputusan dan bertindak.

d. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor.

b. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman

atau proses fisik.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

22

c. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris

ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.

d. Proses ini terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu

menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang

diraba. Proses yang terjadi di otak atau dalam pusat kesadaran inilah

yang disebut sebagai proses psikologis.

2. Keluarga

a. Pengertian

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang

yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing

anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling

mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri

(Shochib, 2010). Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga adalah

dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan

emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari

keluarga.

Pendapat lain mengenai definisi keluarga, menurut Jhonson (2010),

mengemukakan bahwa keluarga merupakan sistem yang terbuka

sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungan

masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan

(masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem).

Jadi keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

23

ikatan pernikahan atau darah yang saling mempengaruhi dan saling

memperhatikan.

b. Karakteristik Keluarga

Macam-macam karakteristik keluarga antara lain :

1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah

tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami – istri, ayah dan ibu,

anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman,

2010).

4) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya serta

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota

(Johnson, 2010).

c. Struktur keluarga

Menurut Friedman (2010), struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat.

Struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, yakni :

1. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu

menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 16: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

24

mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi

keluarga berfungsi untuk:

a) Karakteristik pengirim

Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat di sampaikan

dengan jelas dan berkualitas, serta selalu meminta dan menerima

umpan balik

b) Karakteristik penerima

Siap mendengarkan masukan dan pendapat serta memberikan

umpan balik dari setiap pendapat yang dikemukakan anggota

keluarga dan melakukan validasi

2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Tetapi, terkadang peran ini tidak

dapat dijalankan oleh masing – masing individu dengan baik, ada

beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga

yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam

diri di rumah.

3. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah

perilaku orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe kekuatan

struktur kekuatan :

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 17: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

25

a) Legitimate power/kekuatan/hak untuk mengontrol

Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa

dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol

tingkah laku anggota keluarga yang lain.

b) Referent power/seseorang yang ditiru

Kekuasaan yang dimiliki orang – orang tertentu terhadap orang lain

karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi

positif seorang anak dengan orang tua (role mode).

c) Coercive power/kekuasaan paksaan/dominasi

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum

dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan apabila mereka tidak

mau taat.

4. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu

budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma

dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut

masyarakat berdasarkan sistem dalam keluarga.

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga yaitu :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan

dengan orang lain.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 18: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

26

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

Jadi, persepsi keluarga adalah pendapat atau pandangan keluarga

yang menyatakan suatu peristiwa untuk menyampaikan pengetahuan,

perasaan-perasaan, sikap dan pengalaman yang dimiliki kepada orang

lain atau masyarakat.

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 19: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

27

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Sumber: Modifikasi dari teori Walgito (2010), Siagian (2005),

Notoatmodjo (2003) dan Maramis (2010).

PERSEPSI KELUARGA

Karakteristik demografi Keluarga

Terapi kejang Listrik

Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi, menurut Siagian (2005) dan Notoatmodjo (2003) Diri orang bersangkutan Sasaran persepsi Faktor situasi Pendidikan

Proses terjadinya persepsi, menurut Walgito (2002)

Objek menimbulkan stimulus

Proses stimulus mengenai indera

Stimulus yang diterima diteruskan ke otak

Terjadi proses persepsi

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 20: grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus ...repository.ump.ac.id/6104/3/AJI MAULANA AGUNG WIJAYANTO BAB II.pdf · sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi

28

E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

F. Hipotesis

Ha: Ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan persepsi

keluarga terhadap terapi kejang listrik di RSUD Banyumas.

Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan

persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik.

Karakteristik demografi Keluarga

PERSEPSI KELUARGA TERHADAP TERAPI

KEJANG LISTRIK

Baik Tidak baik

Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015