36
MAKALAH FARMAKOLOGI “ANTIKONVULSI” OLEH : KURNIATI AMIRUDDIN (70400113050) KEBIDANAN A PRODI KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2014 – 2015

makalah konvulsi

  • Upload
    hajrah

  • View
    69

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farma

Citation preview

Page 1: makalah konvulsi

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ANTIKONVULSI”

OLEH :

KURNIATI AMIRUDDIN (70400113050)

KEBIDANAN A

PRODI KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2014 – 2015

Page 2: makalah konvulsi

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillaahi rabbil ’aalamiin, banyak nikmat yang Allah berikan,

tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan

seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada

terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah

Farmakologi, dengan judul “Antikonvulsi” .

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu

sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya

mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam

menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Meskipun penulis

berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu

ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua

pembaca.

Samata, 21 Oktober 2015

2

Page 3: makalah konvulsi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Antikonvulsi 6

B. Proses Terjadinya Kejang 6

C. Mekanisme Terjadinya Epilepsi 8

D. Mekanisme Kerja Epilepsi 8

E. Penggolongan Obat Epilepsi 9

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan 22

B. Saran 22

Daftar Pustaka

3

Page 4: makalah konvulsi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etiologi lepasan saraf pada epilepsy dihasilkan dari sejumlah kecil saraf-

saraf di beberapa area spesifik dari otak, dinyatakan sebagai focus primer. Secara

anatomi, area fokal ini bisa tampak normal-normal saja. Biasanya tidak ditemukan

penyebab pasti dari epilepsy. Walaupun area-area fokal yang berfungsi abnormal

itu di rangsang menjadi aktif dengan perubahan-perubahan factor-faktor

lingkungan termasuk perubahan gas darah, Ph, elektrolit atau ketersediaan

glukosa. Epilepsi primer, jika tidak ada penyebab anatomic yang spesifik untuk

kejang, seperti trauma atau neoplasma,merupakan bukti sindrom yang di sebut

epilepsy idiopatik atau primer. Kejang-kejang ini dapat di timbulkan karena

abnormalitas turunan dalam system saraf pusat (SSP).

Epilepsi sekunder,sejumlah gangguan yang reversibel, seperti tumor-tumor,

luka keepala, hipoglikemia, infeksi meningan atau penghentian alcohol secara

cepat pada seoraang peminum dapat mencetuskn kejang. Oba-obat  antiepilepsi

diberikan sampai penyebab primer kejang dapat disembuhkan. Kejang yang

disebabkan oleh stroke ataau truma bisa menyebabkan kerusakan system saraf

pusat yang ireversibel (Mary J, 2002).

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi

(Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang

digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan

untuk terapi epilepsi telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang

lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti

efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya.

4

Page 5: makalah konvulsi

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu antikonvulsi?

2. Bagaimana epilepsi bisa terjadi?

3. Bagaimana mekanisme kerja epilepsi?

4. Bagaimana cara menanggulangi epilepsy?

5. Bagaimana efek samping samping, dosis pemberian dan perhatian dari

Obat Antikonvulsi?

6. Bagaimana cara diagnosa epilepsi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu arti Antikonvulsi

2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya epilepsi

3. Untuk mengetahui mekanisme kerja antiepilepsi

4. Untuk mengetahui interaksi obat dari antikonvulsi

5. Untuk mengetahui jenis – jenis dari epilepsi

6. Untuk mengetahui penggolongan obat dari epilepsi

5

Page 6: makalah konvulsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antikonvulsi

Epilepsi (bahasa Yunani=kejang), dalam bahasa Indonesia penyakit ayan,

adalah suatu gangguan saraf timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya

dengan perubahan-perubahaan kesadaran. Sebabnya adalah pelepasan muatan

listrik yang cepat dan mendadak dari neuron-neuron tertentu di otak. Serangan

ini kadang kala bergejala ringan dan (hampir) tidak kentara, tetapi ada kalanya

bersifat demikian hebat sehingga perlu dirawat dirumah sakit. Pada serangan

parsial, hiperaktivitasnya terbatas pada hanya satu bagian dari kulit otak,

sedangkan pada serangan luas, hiperaktivitas menjalar ke seluruh otak.

Antiepilepsi adalah obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan listrik

abnormal dipangkalnya dalam system saraf pusat, misalnya fenobarbital dan

klonazepam. Mencegah tersebarnyaa aktivitas berlebihan tersebut ke neuron-

neuron otak lainnya seperti pada klonazepam, fenitoin, dan trimetadion.

B. Penyebab Terjadinya Kejang

Pengaruh genetik.

Beberapa tipe epilepsi menurun pada keluarga, membuatnya seperti ada

keterkaitan dengan genetik.

Trauma pada kepala.

Kecelakaan mobil atau cedera lain dapat menyebabkan epilepsi.

Penyakit medis.

Stroke atau serangan jantung yang menghasilkan kerusakan pada otak

dapat juga menyebabkan epilepsi. Stroke adalah penyebab yang paling

utama pada kejadian epilepsi terhadap orang yang berusia lebih dari 65

tahun.

Demensia

Menyebabkan epilepsi pada orang tua.

Cedera sebelum melahirkan.

6

Page 7: makalah konvulsi

Janin rentan terhadap kerusakan otak karena infeksi pada ibu, kurangnya

nutrisi atau kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan

otak pada anak. Dua puluh persen kejang-kejang pada anak berhubungan

dengan kelumpuhan otak atau tidak normalnya neurological.

Perkembangan penyakit.

Epilepsi dapat berhubungan dengan perkembangan penyakit lain, seperti

autis dan down syndrome.

Pada dasarnya, epilepsi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Bangkitan Umum ( Epilepsi Umum) yang terdiri dari  

1. Bangkitan Tonik-klonik (Epilepsi Grand mal)

Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan – kejutan ritmis dari anggota

badan dan hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umumnya serangan

demikian diawali oleh suatu perasaan alamat khusus (aura). Hilangnya tonus

menyebabkan penderita terjatuh, berkejang hebat dan otot – ototnya menjadi kaku.

Fase tonis ini dapat berlangsung selama 1 menit untuk kemudian disusul oleh ase

klonis dengan kejang dari kaki dan tangan, rahang serta muka. Penderita kadang –

kadang menggigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin atau

feces. Selain dapat timbul henyakan klonis yakni gerakan ritmis dari kaki – tangan

secaara tak sadar, sering kali dengan jeritan, mulut berbusa, mata membelak dan

gejala lainnya.

2. Bangkitan Lena (Epilepsi Petit mal atau absences)

Petit mal (Perancis = penyakit kecil atau abscence ( Perancis = tak hadir). Bercirikan

serangan yang hanya singkat sekali antara beberapa detik sampai setengah menit

dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang. Petit mal bersifat serangan luas di

seluruh otak. Gejalanya berupa keadaan termangu – mangu (pikiran kosong,

kehilangan kesadaran dan respons sesaat), muka pucat, pembicaraan terpotong –

potong atau mendadak berjenti bergerak, terutama anak – anak. Setelah serangan,

anak kemudian melanjutkan aktivitasnya seolah – olah tidak terjadi apa – apa.

Serangan petit mal pada anak – anak dapat berkembang menjadi grand mal pada usia

pubertas.

3. Bangkitan Lena tidak khas (Atypical absence) 

7

Page 8: makalah konvulsi

4. Bangkitan mioklonik (Epilepsi Mioklonik)

Serangan myoclonis (Yun, myo = otot ) adalah bentuk grand mal lainnya dan

bercirikan dengan kontraksi otot – otot simetris dan sinkron yang tak ritmis dari

terutama bahu dan tangan ( tidak dari muka ). Adakalanya berlangsung berurutan

dengan jangka waktu singkat sekali, kurang dari 1 detik.

5. Status epilepticus

Status epilepticus adalah serangan yang bertahan lebih dari 30 menit dan

berlangsung beruntun dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar.

Sesudah 30 menit ini dimulai kerusakan pada SSP. Situasi gawat ini bisa

fatal karena kesulitan pernapasan dan kekurangan oksigen di otak. Dan

dapat disebabkan oleh ketidakpatuhan penderita minum obat,

menghentikan pengobatan secara tiba – tiba atau timbulnya demam.

b. Bangkitan parsial atau focal atau local (Epilepsi parsial atau fokal)

1. Bangkitan parsial sederhana

2. Bangkitan parsial kompleks

3. Bangkitan parsial yang berkembang mejadi bangkitan umum misalnya bangkitan

tonik-klonik,bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja. Epilepsi Psikomotor atau

epilepsi lobus temporalis merupakan bangkitan parsial kompleks atau bangkitan

parsial yang berkembang menjadi epilepsi umum bilafokusnya terletak di lobus

temporalis anterior.

C. Mekanisme Terjadinya Epilepsi

Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh John Hughlings

Jackson, bapak epilepsi modern. Pada fokus epilepsi di korteks serebri terjadi letupan yang

timbul kadang-kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat, letupan ini menjadi bangkitan

umum bila neuron normal di sekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini

masih tetap di anut dengan beberapa perubahan kecil. Adanya letupan depolarisasi

abnormal yang menjadi dasar diagnosis diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan.

D. Mekanisme kerja Epilepsi

8

Page 9: makalah konvulsi

1. Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin bersifat menghambat perombakan

GABA oleh transaminase, sehingga kadarnya di sinaps meningkat dan neurotransmisi

lebih diperlambat. Topiramat bekerjas menurut prinsip memperkuat GABA sedangkan

lamotrigin meningkatkan kadar GABA. Fenobarbital juga menstimulir pelepasannya.

2. Menghambat kerja aspartat dan glutamat. Kedua asam amino ini adalah neurotransmitter

yang merangsang neuron dan menimbulkan serangan epilepsi. Pembebasan ini dapat

dihambat oleh lamotrigin, valproat, karbamazepin dan fenitoin

3. Memblokir saluran – saluran ( channels ), Na, K dan Ca yang berperan penting pada

timbul dan perbanyakannya muatan listrik. Contohnya adalah etosuksimida, valproat,

karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin. Lamotrigin, pregabalin, dan topiramat

4. Meningkatkan ambang – serangan dengan jalan menstabilkan membran sel, antara lain

felbamat

5. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya ( focus ) dalam

SSP yakni fenobarbital dan klonazepam

6. Menghindari menjalarnya hiperaktivitas ( muatan listrik ) pada neuron otak lainnya seperti

klonazepam dan fenitoin

E. Penggolongan obat – obat epilepsi

Obat – obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok kimiawi yaitu :

1. Obat generasi pertama

- Barbital : fenobarbital dan mefobarbital memiliki sifat antikonvulsif khusus yang

terlepas dari sifat hipnotiknya.

- Fenitoin. Struktur kimia obat ini mirip barbital, tetapi dengan cincin – lima

hidantoin. Senyawa hidantoin ini digunakan pada grand mal.

- Suksinimida : etosuksimida dan mesuksimida. Senyawa ini memiliki kesamaan

dalam susunan gugus cincinnya dengan fenitoin. Digunakan pada petit mal

- Lainnya: asam valproat , diazepam dan klonazepam, karbamazepin dan

okskarbazepin.

2. Obat generasi ke - 2 : vigabatrin, lamotrigin dan gabapentin ( Neurontin ), juga felbamat,

topiramat dan pregabaline. Obat ini umumnya tidak diberikan tunggal sebagai

monoterapi, melainkan sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obat – obat klasik.

9

Page 10: makalah konvulsi

Kekurangannya adalah pengalaman penggunaannya yang masih relatif singkat

dibandingkan dengan obat – obat generasi pertama.

Diagnosa

Elektroencefalogram (EEG). Tes yang paling terpecaya untuk mendiagnosa jenis epilepsi

adalah melalui pemeriksaan EEG. Kegiatan listrik dari otak pertama kali dikemukakan

pada abad ke – 19, tetapi baru di analisa secara saksama oleh seorang ilmuwan Jerman ( Dr

Hans Berger ). Psikiater memperkenalkan istilah elektroencefalogram, yang dapat

mencatat variasi – variasi potensial dan aktivitas listrik di otak. Pencatatan ini berguna untuk

melokalisasi dan mendiagnosa proses – proses patologis di otak. Dengan demikian EEG

memungkinkan penentuan jenis epilepsi yang diderita pasien, yang ditunjang oleh gejala

klinis khusus. Berdasarkan analisa dapat dipilih obat antikonvulsi yang tepat bagi penderita.

Penentuan jenis epilepsi dan pilihan obat serta dosisnya secara individual adalah penting

sekali, karena obat yang efektif terhadap petit mal bisa bekerja berlawanan pada grandmal

dan sebaliknya.

Penanganan

- Tindakan utama : selalu diusakan untuk meniadakan penyebab penyakit ( misalnya

tumor otak ) dan menjauhkan faktor yang dapat memicu serangan ( alkohol, stress,

keletihan, demam, imunisasi, gejolak emosi)

- Tindakan darurat : pada waktu serangan hendaknya diusahakan jangan sampai

penderita melukai dirinya sendiri, misalnya menggigit lidah. Perlu diperhatika bahwa

saluran pernapasannya bebas dan tidak tersumbat. Bila ada kerugiaan mengenai

hipoglikemia, yang juga dapat memicu konvulsi, kadar gula darahnya harus ditentukan

dan bila perlu harus diberikan glukosa secara intravena

Untuk menanggulangi epilepsi ada 2 jenis terapi yang digunakan yaitu :

- Terapi serangan kebanyakan lamanya kurang dari 5 menit dan berhenti dengan sendirinya

tanpa pengobatan. Bila langsung lebih lama, batulah harus diberi obat :

a. Diazepam rektal sebagai larutan dalam rectiole

10

Page 11: makalah konvulsi

b. Diazepam intravena untuk efek cepat atau klonazepam i.v atau midazolam i.m.

umumnya serangan berhenti 5 -15 menit. Dan dosis tidak boleh tinggi karena terjadi

risiko depresi pernapasan

c. Benzodiazepin atau fenitoin sebagai infus kontinu dengan monitoring pernapasan dan

sirkulasi.

- Terapi pemeliharaan

Pentakarannya harus dimulai dengan dosis rendah yang lambat laun ditingkatkan sampai

dosis pemeliharaan yang serendah mungkin. Dan juga penghentian tidak boleh dengan tiba

– tiba

a. Epilepsi luas. Pilihan pertama pada grand mal adalah valproat. Pada grandmal

debfab serangan myoclonis dapat digunakan kombinasi dengan klonazepam

b. Epilepsi parsial biasanya ditanggulangi dengan pilihan pertama karbamazepin,

valproat atau fenitoin. Obat lainnya yang juga efektif adalah benzodiazepin,

lamotrigin, topiramat dan vigabatrin. Pada umumnya efektivitas obat ini tidak

sempurna sehingga sering diperlukan kombinasi dari 2 obat

c. Kortikosteroida berangsur – angsur sangat efektif maka terutama digunakan bila

penyakit menjadi parah ( exacerbatio )

Efek samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa :

Gangguan lambung – usus ( nausea, muntah, obstipasi, diare dan hilang cita rasa).

Efek SSP ( rasa kantuk, pusing, ataxia, nystagmus, mudah tersinggung) sering kali

terjadi.

Reaksi hipersensivitas ( dermatitis, ruam, urticaria, sindrom Steven – Johnson, hepatitis)

rontok rambut

hirsutisme

kelainan psikis

gangguan darah dan hati

perubahan berat badan

Perhatian

11

Page 12: makalah konvulsi

Peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :

1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh

pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada

derajat relativitasdari ikatan protein pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh

pada tiap tingkatankehamilan dan konsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu dan

janin. Efek sampingyang dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah

kelahiran disebabkanoleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi

antara diazepam danbilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan

hiperbilirubinemia pada bayineonatus.

2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.

3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat

membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi

distribusi,eliminasi dan klirens dari benzodiazepine.

4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini

menyebabkan mengantuk.

5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu

sebelummenggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat

menurunkanefektifitas diazepam.

6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena

dapatmemperburuk penyakit

7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.

8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi

pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea

9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan

hatiatau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.

10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states .

Interaksi Obat

12

Page 13: makalah konvulsi

Obat-obat :

1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersamaan

mengakibatkan depresi SSP tambahan.

2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol,

metoprolol,propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan

metabolisme diazepam,memperkuat kerja diazepam. dapat menurunkan efisiensi

levodopa.

3. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas

diazepam. Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.

4. Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang

bebasakan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.

5. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian

metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal

jugamemberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.

6. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV,

termasuk alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.

Rute & Dosis Pemberian

1. Antiansietas, Antikonvulsan.

a. (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat

sekalisehari.

b. (anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.

c. IM, IV (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu

2. Pra-kardioversi

a. IV (Dewasa) : 5-15 mg 5-10 menit prakardioversi.

3. Pra-endoskopi

a. IV (Dewasa) : sampai 20 mg.

b. IM (Dewasa) : 5-10 mg 30 menit pra-endoskopi.

4. Status Epileptikus

13

Page 14: makalah konvulsi

a. IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program

pengobatan ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan

bila rute IV tidak tersedia).

b. IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4

jam.

c. IM, IV (Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai

maksimum 5mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.

d. Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).

e. Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.

f. Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg

5. Relaksasi Otot Skelet

a. (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu

kalisehari. 2-2,5 mg

b. kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.

c. IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulang

dalam 2-4 jam.

6. Putus Alkohol

a. (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4

kalisehari.

b. IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai

keperluan

Zat – zat tersendiri

1. Generasi pertama

a. Asam valproat : asam dipropilasetat

Mekanisme kerja : Berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan

GABA, sehingga kadar neurotransmitter ini di otak

meningkat.

Resorpsi : Di usus cepat setelah 15 menit sudah tercapai kadar

plasma maksmimal. PP ny lebih kurang 90%, plasma-

t1/2 – nya kurang lebih 10 jam dan diekskresikan

sebagai glukuronida terutama melalui kemih.

14

Page 15: makalah konvulsi

Efek samping : Gangguan saluran cerna yang bersifat sementara,

adakalanya juga sedasi, ataksia, udema pergelangan

kaki dan rambut rontok (reversibel). Efek lainnya

adalah kenaikan berat badan, terutama pada remaja

puteri.

Interaksi : Karena asam valproat dapat meningkatkan kadar

fenobarbital dan fenitoin, maka berdasarkan penelitian

kadarnya di dalam darah, dosisnya harus dikurangi

(sampai 30 – 50 %) guna menghindari sedasi

berlebihan. Sebaliknya khasiat asam valproat juga

diperkuat oleh antiepileptika lainnya

Dosis : 1. Oral ( 3 - 4 dd 100 – 150 mg )

2. Anak – anak ( 20 – 30 mg/kg/sehari )

b. Karbamazepin

Mekanisme kerja : Berdasarkan peningkatan sekresi di hipofisis atau

penghambatan perombakannya. Bekerja antikonvulsi,

berkhasiat sebagai antidepresif dan antidiuretis.

Resorpsi : Lambat dan kadar maksimal dalam plasma dapat

tercapai setelah 4 – 24 jam. Di dalam hati karbamazepin

dioksidasi menjadi metabolit – epoksida yang juga

berdaya antikonvulsi.

Efek samping : Sedasi, sakit kepala, pusing, mual, muntah dan ataxia,

yang umumnya bersifat sementara. Efek lainnya adalah

anoreksia, mengantuk, radang kulit dan gangguan

psikis.

Dosis : 1. Dosis awal sehari 200 – 400 mg

2.Dosis awal bagi anak – anak ( 1 tahun 100 mg sehari, 1 –

5 tahun 100 – 200 mg sehari, 5 – 10 tahun 200 – 300 mg

sehari

3.Dosis pemeliharaan 10 – 20 mg / kg berat badan sehari

15

Page 16: makalah konvulsi

c. Okskarbazepin

Okskarbazepin digunakan pada serangan tonis – klonis “generalized” dan pada

epilepsi parsial.

Resorpsi : Cepat dan hampir sempurna (95%) untuk kemudian

diubah menjadi dihidroksikarbamazepin aktif dengan

plasma t ½ 10 – 25 jam, dan di ekskresikan melalui urin.

Efek samping : Perasaan letih, pusing dan ataksia, hiponatriemia,

gangguan tidur, tremor dan radang kulit. Efek samping

lebih ringan khususnya rash.

Dosis : 1. Monoterapi 1 dd 300 mg d.c atau p.c. lambat laun

dinaikkan sampai dosis pemeliharaan 2 – 3 dd 200 –

400 mg

2. Politerapi pada epilepsi gawat dan yang resisten 1 dd

300 mg dan lambat laun di tingkatkan sampai dosis

pemeliharaan dari 2 – 3 dd 300 – 1000 mg

d. Fenobarbital

Mekanisme kerja : Berdasarkan sifatnya dapat memblokir pelepasan muatan

listrik di otak. Digunakan pada serangan grand mal dan

status epilepticus

Resorspsi : Di usus baik dan lebih kurang 50 % terikat pada protein,

plasma t ½ ny panjang, lebih kurang 3 – 4 hari yang di

ekskresikan lewat urin dan dalam keadaan utuh

Efek samping : Pusing , mengantukm ataksia, dan pada anak – anak

mudah tersinggung

Interaksi : Bersifat menginduksi enzim dan antara lain mempercepat

penguraian kalsiferol ( vitamin d2 ) dengan

memungkinkan timbulnya rachitis pada anak kecil.

Dosis : 1. 1 – 2 dd 30 – 125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali )

2. Anak – anak ( 2 – 12 bulan ) 4 mg/ kg berat badan

sehari

3. Dewasa (status epilepticus) 200 – 300 mg

16

Page 17: makalah konvulsi

e. Primidon

Efek samping : Pusing, mengantuk, ataksia, anoreksia , anemia. Pada anak

– anak : mudah tersinggung

Dosis : 4 dd 500 mg ( 2 tablet )

f. Fenitoin

Farmakologi : Fenitoin berefek anntikonvulsi tanpa menyebabkan depresi

umum SSP.Dosis toksik menyebabkan eksitasi dan dosis

letal menimbulkan rigditas deserebrasi.Sifat antikonvulsi

fenitoin didasarkan pada penghambatan penjalaran

rangsang dari fokus ke bagianlain otak. Efek stabilitasi

membran sel oleh fenitoin juga terlihat pada saraf tepi dan

membran sellainnya yang juga mudah terpacu misalnya

sel sistem konduksi jantung.

Farmakokinetika :  Absorbsi fenitoin yang diperlukan berlangsung lambat,

10% daridosis oral diekskresikan melalui tinja dalam

bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapaidalam 3-

12 jam. Bila dosis muatan (loading dose) perlu diberikan,

600-800 mg, dalam dosisterbagi antara 8-12 jam, kadar

efektif plasma akan tercapai dalam 24 jam. Pemberian

fenitoinmengendap di tempat suntikan kira-kira 5 hari, dan

absorbs berlangsung lambat. \ Pengikatan fenitoin oleh

protein, terutama oleh albumin plasma kira-kira 90%.

Pada orangsehat, termasuk wanita hamil dan wanita

pemakai obat kontrasepsi oral, fraksi bebas kira-kira10%,

sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal, penyakit

hati atau penyakit hepatorenal danneonatus fraksi bebas

bebas rata-rata di atas 15%. Pada pasien epilepsi, fraksi

bebas berkisarantara 5,8%-12,6%. Fenitoin terikat kuat

pada jaringan saraf sehingga kerjanya bertahan lebihlama

tetapi mula kerja lebih lambat dari fenobarbital.

17

Page 18: makalah konvulsi

Efek samping : Hiperplasia gusi ( tumbuh berlebihan) dan obstipasi. Efek

lainnya adalah pusing, mual dan bertambahnya rambut /

bulu badan

Dosis : 1. Permulaan sehari 2- 5 mg / kg berat badan dan dosis

pemeliharaan 2 dd 100 – 300 mg

2. Pada anak – anak 2 – 16 tahun, permulaan sehari 4 –

7 mg / berat badan

g. Diazepam

Diazepam digunakan pada epilepsi dan dalam status epilepticus. Senyawa

benzodiazepin berdaya antikonvulsi.

Efek samping : Mengantuk, termenung – menung, pusing dan kelemahan

otot

Dosis : 1. 2 – 4 dd 2 – 10 mg dan i.v 5 – 10 mg dengan perlahan –

lahan

2. Pada status epilepticus dewasa dan anak – anak di atas

usia 5 tahun 10 mg. Pada anak – anak dibawah 5 tahun

5 mg sekali

3. Pada konvulsi demam : anak – anak 0,25 – 0,5 mg / kg

berat badan. Bayi dan anak – anak di bawah 5 tahun 5

mg. Setelah 5 tahun 10 mg

h. Klonazepam

Mekanisme kerja : Berdasarkan perintangan langsung dari pusat epilepsi di

otak dan juga merintangi penyebaran aktivitas listrik

berlebihan pada neuron lain

Farmakokinetik : Sekitar 87% zat ini diikat pada protein plasma dan

dimetabolisir dalam hati menjadi senyawa metabolit tidak

aktif

Efek samping : Mengantuk , pusing, dan cupetnya pikiran, juga kelemahan

otot dan sekresi ludah berlebihan yang dapat

membahayakan pernapasan terutama pada anak – anak

18

Page 19: makalah konvulsi

Dosis : 1. Oral (anak – anak ) 3 dd 0,5 – 2mg

2. Status epilepticus i.v 1 mg (perlahan – lahan ), sesudah

30 menit di ulang 1 mg, anak – anak 1 dd 0,5 mg

i. Klobazam

Klobazam digunakan sebagai obat tambahan pada absences yang resisten terhadap

klonazepam

Dosis : oral sehari 5 – 15 mg dapat lambat laun di tinggalkan

sampai maksimal 80 mg sehari

j. Etosuksimida

Mekanisme kerja : Daya kerjanya panjang dengan plasma t ½ 2 – 4 hari.

praktis tidak terikat pada protein, ekskresinya melalui

ginjal yaitu 50 % sebagai metabolit dan 20% dalam

keadaan utuh

Efek samping : Berupa sedasi yaitu mengantuk dan termenung – menung,

sakit kepala, anoreksia, dan mual, juga bersendawa.

Dosis : 1 – 2 dd 250 – 500 mg sebagai tablet e.c (enteric – coated)

2. Generasi Kedua

a. Felbamat

Mekanisme kerja : Mekanisme khasiatmya berdasarkan pengikatan ambang

serangan

Efek samping : Anemia aplastis dan gangguan fungsi hati, mual, muntah,

gangguan penglihatan, pusing dan reaksi alergi pada kulit

Dosis : Permulaan 0,6 – 1,2 g dibagi dalam 3 – 4 dosis, berangsur

– angsur dinaikkan sampai maksimal 3,6 g sehari

b. Gabapentin

Obat ini digunakan sebagai obat tambahanpada epilepsi parsial dan untukpenderita

pada siapa antiepileptika biasa kurang memberikan efek.

Efek samping : Mengantuk, pusing, ataksia, perasaan letih dan

19

Page 20: makalah konvulsi

meningkatnya berat badan

Dosis : Permulaan 1 – 3 dd 100 – 200 mg dan lambat laun

ditingkatkan 3 dd 300 – 400 mg. Pada nyeri neuropati

3 dd 600 mg

c. Lamotrigine

Mekanisme kerja : Berdaya antikonvulsi atas dasar menstabilisir membran sel

saraf, sehingga menghambat pembebasan

neurotransmitter glutamat yang berperan penting pada

timbulnnya serangan epilepsi. Obat ini digunakan pada

epilepsi grand mal dan parsial

Efek samping : Radang kulit ( 2 – 3%) yang biasanya timbul dalam waktu

3 minggu setelah terapi dimulai dan hilang sendirinya

setelah pengobatan dihentikan

Dosis : 2 dd 100 mg dan dapat berangsur – angsur ditingkatkan

400 mg seharinya, pemeliharaan 1 – 2 dd 100 mg

d. Pregabalin

Mekanisme kerja : Dengan mempengaruhi secara langsung saluran kalsiun

(Ca channel) dari sel

Efek samping : Rasa kantuk dan vertigo reversibel kurang lebih 25% yang

hilang setelah penggunaan selama 3 – 4 minggu. Selain itu

juga gangguan ingatan dan konsentrasi, mudah

tersinggung, tremor dan gangguan lambung-usus. Berat

badan meningkat

Dosis : 2 – 3 dd 75 – 200 mg

e. Topiramat

Monosakarida digunakan sebagai adjuvans pada epilepsi parsial dan / atau epilepsi

luas tonis – klonis.

Efek samping : Mirip pregabalin kecuali menurunkan berat badan

20

Page 21: makalah konvulsi

Dosis : Pemula 1 dd 25 mg a.c selama 1 minggu, lalu dinaikkan

dengan 25 mg/minggu sampai 1 dd 200 mg (= dosis

efektif maksimal)

f. Vigabatrin

Mekanisme kerja : Menghambat secara spesifik enzim GABA transaminase

yang berfungsi menguraikan GABA

Efek samping : Mengantuk, letih, pusing dan sakit kepala, juga gangguan

psikis

Dosis : - Permulaan 1 dd 1g, lambat laun dinaikkan sampai dosis

pemeliharaan dari 2 dd 1 g – 2 dd 2 g.

Anak – anak sehari 40 – 80 mg/kg berat badan

g. Zonisamida

Mekanisme kerja : Memblokir pencetusan reaksi saraf via saluran (channel)

Na serta Ca dan dengan demikian mengurangi

menjalarnya serangan epilepsi. Digunakan sebagai obat

tambahan epilepsi parsial.

Efek samping : Reaksi terhadap SSP, hipersensitivitas dan pembentukan

batu ginjal

21

Page 22: makalah konvulsi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah

dan mengobati bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan  bangkitan  non-epilepsi.  AntiKonvulsi

merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang

karena Epileptik. Oleh karena itu, anti konvulsi berhubungan  erat dengan  kasus epilepsi. Pada

penderita  epilepsi,  terkadang  sinyal-sinyal  untuk menyampaikan rangsangan tidak

beraktivitas sebagaimana mestinya.

Umumnya  epilepsi  mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran,

luka kepala, strok,  tumor otak,  alkohol.  Kadang  epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi

epilepsy bukan penyakit keturunan. Tapi  penyebab  pastinya tetap belum diketahui. Pada

umunya sebagian obat antiepilepsi di metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin

yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya pencegahan  dengan  menangani  obat  dan

pemeriksaan klinis yang tepat dapat membantu penyembuhan penyakit ini

B. Saran

Antiepilepsi  dan  efektifitasnya belum mapan ,sebaiknya tidak digunakan dalam praktek

umum. Tetapi  diserahkan  penggunaannya  kepada  para  ahli neurologi,  guna memastikan

nilai manfaat yang sebenarnya .

22

Page 23: makalah konvulsi

DAFTAR PUSTAKA

http://aziemarchzinc.wordpress.com/2010/07/16/informasi-penggunaan-obat-

antikonvulsan-anti-konvulsi/ .

Staf pengajar department farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya

/Kumpulan kuliah farmakologi/buku kedokteran  .

.

23